Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS

INDEPENDEN DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL YANG


MEMPENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK
(studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2017-2020)

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Oleh

RENIA SEPTI AMBARWATI


NIM. 171011200799

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi ini. Proposal Skripsi “ Analisis ukuran perusahaan, komisaris
independen dan kepemilikan institusional yang mempengaruhi penghindaran
pajak (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2017-2020)”. Penulisan proposal Skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
dalam Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari


berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan Proposal Skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Proposal Skripsi ini. Pada
kesempatan ini saya ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-sebesarnya kepada:
1. Bapak Dr. (H.C.). Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya
yang telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori
adanya pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang
yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin
berkualitas.
3. Bapak Dr. Nurzaman, M.M., M.Si selaku Wakil Rektor I Universitas
Pamulang.
4. Bapak H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRS., CSRA, CMA., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang yang telah memajukan
Fakultas Ekonomi menjadi semakin baik.
5. Ibu Effriyanti, S.E., Akt., M.Si., CA selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Universitas Pamulang.
6. Ibu Dr. Hj. Holiawati, S.E., M.Si., CSRA selaku Dosen Mata Kuliah
Metodologi Penelitian.

i
ii

7. Bapak Muhammad Sopiyana, S.Pd.I,. M.Pd.I selaku Dosen Penyeminar


Proposal Skripsi dan yang telah memberikan arahan serta waktunya untuk
melaksanakan Seminar Proposal SkripsiBapak dan Ibu Dosen Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat.
8. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Pamulang terkhusus staf Akuntansi,
yang telah membantu memperlancar upaya kita untuk menyelesaikan studi
di Universitas Pamulang.
9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran Proposal Skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan, motivasi,
bantuan, dan doa yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih
banyak kekurangannya baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya, oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap proposal skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dunia ilmu
pengetahuan.

Jakarta, 22 Desember 2020

Penulis

Renia Septi Ambarwati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis.....................................................................................7
BAB II......................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................9
2.1 Teori Utama....................................................................................................9
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory).........................................................9
2.1.2 Teori Reasoned Action........................................................................10
2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)................................................10
2.1.4 Ukuran Perusahaan.............................................................................12
2.1.5 Komisaris Independen.........................................................................13
2.1.6 Kepemilikan Institusional...................................................................15
2.2 Penelitian Terdahulu.....................................................................................17
2.3 Kerangka Berpikir........................................................................................25
2.4 Pengembangan Hipotesis.............................................................................27
2.4.1 Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Penghindaran Pajak.............................................27
2.4.2 Ukuran Perusahaan terhadap penghindaran pajak........................28
2.4.3 Komisaris Independen terhadap penghindaran pajak....................28
2.4.4 Kepemilikan Institusional terhadap penghindaran pajak...............29
BAB III..................................................................................................................30
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................30
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................30
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian.....................................................................30
3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................30
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................................................30
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian............................................................31
3.4 Populasi dan sampel.....................................................................................33
3.4.1 Populasi.................................................................................................33
3.4.2 Sampel...................................................................................................33
3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................34
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................................35
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif................................................................35
3.6.2 Uji Asumsi Klasik................................................................................35
3.6.3 Analisis Model Data Panel..................................................................36
3.6.4 Uji Regresi Linier Berganda...............................................................39
3.6.5 Uji Hipotesis.........................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1…………………………………………………………………………10

Tabel 2.1…………………………………………………………………………17

Tabel 3.1…………………………………………………………………………32

DAFTAR GAMBAR

vi
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual………………………………………………26

vii
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang


dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional di samping penerimaan dari
sumber migas dan non migas (Surbakti, 2012). Sektor pajak bisa dikatakan
sebagai salah satu tulang punggung dalam perekonomian suatu Negara. Hal ini
dikarenakan besarnya jumlah pajak yang bisa dipungut dari Wajib Pajak di suatu
Negara. Pemungutan pajak dapat dilakukan baik secara perorangan maupun
kelompok.
Pelaksanaan pajak oleh pemerintah, tidaklah selalu mendapat sambutan
baik bagi perusahaan. Perusahaan berusaha untuk membayar pajak serendah
mungkin karena pajak akan mengurangi laba bersih, sedangkan bagi pemerintah
pajak yang setinggi mungkin akan berguna untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan wajib pajak
cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun
ilegal. Perusahaan merupakan salah satu wajib pajak yang memberikan kontribusi
penerimaan pajak terbesar bagi penerimaan pajak negara. Tidak sedikit
perusahaan yang melakukan perencanaan pajak (tax planning) dengan tujuan
untuk meminimalisasi pajak yang harus dibayar perusahaan.
Perusahaan selama ini telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi
penerimaan pajak negara. Sehingga keberadaanya sangat diperlukan dan
dibutuhkan oleh negara dan masyarakat. Namun, kepuasan dalam
memaksimalisasi laba oleh perusahaan berkurang karena adanya kewajiban
membayar pajak kepada negara. Kondisi tersebut menciptakan terjadinya konflik
kepentingan antara negara dengan perusahaan. Negara memandang bahwa pajak
merupakan kewajiban perusahaan dan merupakan sumber utama pendapatan
negara, namun bagi perusahaan memandang pajak sebagai beban yang
mengurangi laba bersih. Secara teoritis bahwa tujuan didirikan perusahaan adalah
3

maksimalisasi laba. Hal ini menyebabkan perusahaan cenderung mencari cara


untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun illegal
(Waluyo, dkk 2015).
Penerimaan pajak oleh negara selama ini terus mengalami peningkatan,
namun peningkatan tersebut tidak sesuai yang ditargetkan oleh pemerintah,
sehingga potensi pajak tidak dapat maksimal. Berikut gambaran antara target dan
realisasi penerimaan pajak periode tahun 2017-2020.

Tabel 1.1 Fenomena Target dan Realiasai Penerimaan Pajak di Indonesia


2017-2020 (dalam Trilyun)

Tahun Target Realisasi % Rasio Pajak


2017 1.283,60 1.147,59 89,40% 10,70%
2018 1.424,00 1.315,90 92,41% 11,40%
2019 1.786,38 1.173,89 65,71% 10,73%
2020 1.699,94 1.019,56 85,65% 07,90%

Usaha pengurangan pembayaran pajak secara legal disebut penghindaran


pajak (tax avoidance), sedangkan usaha pengurangan pajak secara ilegal disebut
penggelapan pajak (tax evasion). Di Indonesia sendiri terdapat banyak perusahaan
baik domestik maupun multinasional yang beroperasi yang akan menguntungkan
pemerintah dalam sektor perpajakan. Tujuan utama dari perusahaan adalah
memaksimalkan pendapatan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya untuk mensejahterakan pemilik perusahaan atau para pemegang saham
dan memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya.
Kontribusi perusahaan dalam bidang perpajakan memiliki andil yang cukup besar
dalam perolehan pajak suatu negara apabila perusahaan memiliki kesadaran dalam
melakukan pembayaran pajaknya dengan membayar tepat waktu dan tepat jumlah
pembayaran pajak mereka.
Namun bagi perusahaan, pajak adalah beban yang dapat mengurangi laba
perusahaan, sehingga tidak ada perusahaan yang secara sukarela mau membayar
pajak, namun pemerintah dapat memaksakan pembayaran pajak kepada Wajib
Pajak karena sifat dari pemungutan pajak yang dapat dipaksakan. Pajak

3
4

merupakan salah satu pendapatan utama bagi negara, dimana pendapatan tersebut
bersumber dari pendapatan pajak dan pendapatan non pajak, (Alabede dkk, 2011).
Sesuai dengan UU No. 16 / 2009, pajak dapat didefinisikan sebagai iuran atau
setoran wajib warga negara kepada negara, oleh orang pribadi atau badan usaha
yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan serta tidak ada penghargaan
langsung, dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat. Pajak sebagai sumber pendapatan negara akan memberi
manfaat untuk digunakan membiayai pengeluaran negara (fungsi budgetair), yaitu
sebagai penggerak roda pemerintahan dan membiayai pelaksanaan pembangunan
nasional dan penunjang kegiatan perekonomian juga sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,
melalui penyedia fasilitas umum bagi masyarakat (fungsi regulator) (Mardiasmo,
2013).
Ukuran perusahaan akan memainkan peran dalam praktek penghindaran
pajak, karena semakin besar ukuran perusahaan yang diukur dengan Ln Asset,
maka beban perusahaan juga semakin besar, salah satu beban tersebut adalah
beban pajak perusahaan. Perusahaan besar cenderung memiliki ruang lebih besar
untuk perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang
efektif untuk menurunkan ETR perusahaan (Rodriguez dan Arias, 2012).
Hasibuan (2009) dalam Surbakti (2012), ukuran perusahaan adalah suatu skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aset, log size, penjualan dan kapitalisasi pasar, dan lain-lain.
Semakin besar perusahaan maka semakin besar total aset yang dimilikinya.
Dengan demikian perusahaan akan melakukan perencanaan pajak agar beban
pajak dapat seminimal mungkin, perusahaan dapat mengelola total aset
perusahaan untuk mengurangi penghasilan kena pajak yaitu dengan
memanfaatkan beban penyusutan dan amortisasi yang timbul dari pengeluaran
untuk memperoleh aset tersebut karena beban penyusutan dan amortisasi dapat
digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak perusahaan. Hasil penelitian
Surbakti (2012) menunjukkan Size berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

4
5

Dewan komisaris merupakan inti CG yang ditugaskan untuk melakukan


pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perusahaan dan memberikan nasihat
kepada direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan rencana jangka
panjang perseroan. Proporsi dewan komisaris yang tinggi akan meminimalkan
kecurangan dalam pelaporan perpajakan yang dilaporkan manajemen sehingga
meningkatkan intregritas nilai informasi keuangan yang disampaikan manajemen.
Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen maka
seharusnya semakin menurun praktik penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan (Fadhilah, 2014). Salah satu tugas dewan komisaris adalah meminta
saran dari pihak ketiga dengan membentuk komite khusus. Salah satunya dengan
membentuk komite audit.
Kepemilikan Institusional diduga sebagai salah satu faktor praktek
penghindaran pajak. hal ini dikarenakan mampu mengintervensi kebijakan
manajemen. Namun, sebaliknya kepemilikan intitusional juga mampu menjadi
pengawas internal jalannya roda perusahaan dari praktek penghindaran pajak,
dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan benar. Pohan (2009:
114), kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki institusi
dan kepemilikan blockholder (investor dengan posisi kepemilikan saham paling
sedikit 5%). Adanya kepemilikan institusional diharapkan mampu mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Sehingga semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan mampu
menciptakan kontrol yang lebih baik.
Peneliti Moeljono (2019) meneliti tentang pengaruh komisarin independen
terhadap penghindaran pajak menyatakan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. sedangkan peneliti yang
dilakukan Afrilia Cahya Ningrum (2017) , Gusti Ayu radnyanita Dewi, Maria M.
Ratna Sari (2015) dan Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari (2013)
menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
Veronica Mayang Sari (2015) meneliti tentang pengaruh kepemilikan
institusional terhadap penghindaran pajak menyatakan bahwa kepemilikan

5
6

institusional berpengaruh negative terhadap penghindaran pajak , dan didukung


oleh Afrilia Cahya Ningrum (2017) , Dedy Ghozim Herdiyanto (2015) dan Gusti
Ayu radnyanita Dewi, Maria M. Ratna Sari (2015).
Dilihat dari penelitian-penelitian diatas, perbedaan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada variable dan tahun sampel yang
digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam Bursa Efek
Indonesia selama periode 2016-2018, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu menggunakan perusahaan manufaktur tahun 2013-2015 sebagai sampel
perusahaan yang diteliti.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS
INDEPENDEN DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL YANG
MEMPENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK (studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2017-2020).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka di


identifikasikan beberapa permasalahan yang ada yaitu:
1. Apakah ukuran perusahaan, komisaris independen dan kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak
perusahaan?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak perusahaan?
3. Apakah komisaris independen berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak perusahaan?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak perusahaan?

6
7

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian yang hendak
dicapai adalah :
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan permasalahan diatas, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan, komisaris
independen dan, kepemilikan intitusional berpengaruh terhadap
penghindaran pajak perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak perusahaan.
3. Untuk mengetahui apakah komisaris independen berpengaruh
terhadap penghindaran pajak perusahaan.
4. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap penghindaran pajak perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi teoritis pada


laporan keuangan berupa bukti empiris tentang analisis ukuran
perusahaan, komisaris independen dan kepemilikan intitusional terhadap
penghindaran pajak.
1.4.2 Manfaat Praktis

a) Bagi ilmu perpajakan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
pengembangan teori perpajakan.
b) Bagi profesi konsultan perpajakan
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai ukuran
perusahaan, komisaris independen dan kepemilikan institusional
yang mempengaruhi penghindaran pajak.
c) Bagi peneliti

7
8

Penelitian ini diharpakan dapat memberikan acuan untuk penelitian


yang selanjutnya.
d) Bagi fakultas
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
umumnya sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran
dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama yaitu
analisis ukuran perusahaan, komisaris independen dan kepemilikan
institusional terhadap penghindaran pajak (Studi Empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2016-2018)

8
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Utama

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan hubungan antara pemegang saham


(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Menurut Suharto (2015), para manajer diberi
kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu membuat keputusan. Hal ini
menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan
(agency theory). Teori keagenan dipandang lebih luas karena mencerminkan
kenyataan yang ada. Pemikiran mengenai corporate governance didasarkan
pada teori agensi dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh
kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku (Hanum, 2013).

Teori agensi memunculkan konflik kepentingan antara pemegang


saham dan manajer. Para manajer dalam perusahaan terkadang
menyembunyikan informasi yang sebenarnya dari para pemegang saham
untuk melindungi kepentingannya sendiri sehingga mengganggu kepentingan
pemegang saham yang seharusnya mendapatkan informasi yang sebenarnya.
Permasalahan yang terjadi antara manajemen dan pemilik modal
mengakibatkan munculnya biaya (Meilinda, 2013). Penelitian ini menguji
apakah corporate governance dapat mempengaruhi tax avoidance. Corporate
governance digunakan karena corporate governance diprediksi memiliki
pengaruh terhadap tax avoidance. Corporate governance dibagi menjadi
empat proksi, yaitu kepemilikan institusional, komisaris independen, komite
audit dan kualitas audit keempatnya dianggap mempengaruhi jumlah beban
pajak perusahaan.

9
10

2.1.2 Teori Reasoned Action

Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada


tahun 1980. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia
berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi
yang tersedia. Dalam Theory Reasoned Action ini, Ajzen menyatakan bahwa
niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan Moeljono:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak 109 dilakukan atau
tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan
bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi
oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (Attitude
Towards Behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu
norma subjektif (Subjective Norms).

2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Secara umum, tax avoidance atau  penghindaran pajak adalah suatu


skema penghindaran pajak untuk tujuan meminimalkan beban pajak dengan
memanfaatkan celah (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Beberapa
ahli memiliki pengertian yang berbeda. Salah satunya yang didefinisikan oleh
Justice Reddy (dalam kasus McDowell & Co Versus CTO di Amerika
Serikat). Beliau merumuskan tax avoidance sebagai seni menghindari pajak
tanpa melanggar hukum. Pada dasarnya, tax avoidance ini bersifat sah karena
tidak melanggar ketentuan perpajakan apapun. Namun, praktik ini dapat
berdampak pada penerimaan pajak negara. Karena itu, tax avoidance berada
di kawasan grey area, antara tax compliance dan tax evasion.
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan cara legal dalam
meminimalisasi beban pajak namun masih dalam batas-batas peraturan yang
berlaku, dengan cara melalui perencanaan pajak (manajemen pajak).
Sehingga praktek penghindaran pajak (tax avoidance) bagaimana menyiasati
peraturan untuk meringankan beban pajak dengan memperhatikan dampak
yang ditimbulkan, (Zain, 2003). Praktek penghindaran pajak sebagai salah

10
11

satu cara melakukan tindakan untuk membayar beban pajak lebih rendah,
dibandingkan dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Dengan demikian
wajib pajak mencari kelemahan pada peraturan perpajakan, sehingga dalam
hukum maupun peraturan dinyatakan bahwa praktek tersebut tidak melanggar
peraturan dan legal.
Menurut Anderson (dalam Zain, 2008: 50) penghindaran pajak adalah
cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan perundang-
undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan
pajak. Penghindaran pajak ini juga merupakan suatu proses pengendalian
tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak
dikehendaki. Penghindaran pajak bertujuan untuk meminimalkan beban pajak
dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan
perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak
melanggar peraturan perpajakan. Penghindaran pajak dapat disebut juga
sebagai suatu perencanaan pajak (tax planning).
Menurut ahli lainnya, James Kessler, tax avoidance dibagi menjadi 2
jenis: Penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax avoidance),
dengan karateristik memiliki tujuan yang baik, bukan untuk menghindari
pajak, dan tidak melakukan transaksi palsu. Penghindaran pajak yang tidak
diperbolehkan (unacceptable tax avoidance), dengan karakteristik tidak
memiliki tujuan yang baik, untuk menghindari pajak, dan menciptakan
transaksi palsu. Namun, perlu diingat jika masing-masing negara memiliki
pandangan berbeda terhadap acceptable tax avoidance dan unacceptable tax
avoidance ini. Jadi ketika melakukan transaksi di suatu negara, praktik
penghindaran pajak ini akan menyesuaikan dengan pengertian yang berlaku
di sana. Pada penelitian ini, Tax Avoidance diukur dengan menggunakan
effective tax rates (ETR), yaitu dengan membagi kas yang dikeluarkan untuk
biaya pajak kemudian dibagi dengan laba sebelum pajak. Atau dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Beban Pajak Penghasilan
ETR= X 100%
Laba Sebelum Pajak

11
12

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan dapat diartikan suatu skala dimana perusahaan


dapat diklasifikasikan besar kecilnya menurut berbagai cara, salah satunya
adalah dengan besar kecilnya asset yang dimiliki (Ardyansah dan Zulaikha,
2014). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan
diproksi dengan Ln total asset. Penggunaan natural log (Ln) dimaksudkan
untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi
dari nilai asal yang sebenarnya, (Waluyo, dkk, 2015). Hubungan antara
Ukuran perusahaan dengan penghindaran pajak, dimana perusahaan yang
memiliki asset besar pasti akan mengeluarkan beban yang besar pula, salah
satunya adalah beban pajak. Perusahaan akan menekan semua beban dengan
tujuan untuk efisiensi keuangan.
Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan
perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti
total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat
penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam
3 kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah
(medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran
perusahaan didasarkan kepada total asset perusahaan. Semakin besar total
asset maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam
jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba
dibandingkan dengan perusahaan dengan total asset yang kecil.
Ukuran perusahaan akan memainkan peran dalam praktek penghindaran
pajak, karena semakin besar ukuran perusahaan yang diukur dengan Ln
Asset, maka beban perusahaan juga semakin besar, salah satu beban tersebut
adalah beban pajak perusahaan. Perusahaan besar cenderung memiliki ruang
lebih besar untuk perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek

12
13

akuntansi yang efektif untuk menurunkan ETR perusahaan (Rodriguez dan


Arias, 2012).

Size = Log (Total Assets)

2.1.5 Komisaris Independen

Secara umum peranan dewan komisaris adalah sebagai jembatan antara


pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dan manajemen sebagai pihak
yang menjalankan kegiatan perusahaan. Peran dewan komisaris adalah untuk
meyakinkan bahwa perusahaan telah dijalankan oleh pihak manajemen
dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan (Lukviarman, 2016:133). Perusahaan harus memiliki komisaris
independen yang diangkat berdasarkan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi
dengan pemegang saham utama, pihak direksi, dan dewan komisaris.
Komisaris independen sangat diperlukan perusahaan karena komisaris
independen bertugas memberdayakan fungsi pengawasan.
Salah satu hal yang dapat memengaruhi penghindaran pajak adalah
keberadaan komisaris independen. Karakteristik corporate governance yang
harus dimiliki perusahaan adalah komisaris independen yang berfungsi untuk
melaksanakan pengawasan, mendukung pengelolaan perusahaan yang baik
dan membuat laporan keuangan lebih objektif (Kurniasih dan Sari, 2013).
Keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan dipengaruhi oleh
keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, termasuk keputusan
yang terkait dengan pembayaran pajak yang diharapkan dapat meminimalisir
kecurangan yang dapat terjadi. Komisaris independen menjadi penengah
antara manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan dalam mengambil
kebijakan agar tidak melanggar hukum termasuk penentuan strategi yang
terkait dengan pembayaran pajak (Putra dan Merkusiwati, 2016).
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang

13
14

menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008). Banyaknya


perusahaan yang melakukan penghindaran pajak membuktikan bahwa
corporate governance belum sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan publik di Indonesia. Proksi dari corporate governance yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan insitusional, proporsi
dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit. Annisa (2012)
melakukan penelitian untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap
penghindaran
Komisaris independen memiliki tanggung jawab terhadap kepentingan
pemegang saham publik, maka komisaris independen akan memperjuangkan
ketaatan pajak perusahaan dan dapat mencegah praktik penghindaran pajak
(Harto dan Puspita, 2014). Keberadaan komisaris independen dalam suatu
perusahaan dapat memiliki dampak positif pada kinerja perusahaan dan nilai
perusahaan (Ying, 2011). Komisaris independen dalam perusahaan dapat
memberikan arahan kepada manajer perusahaan untuk mengelola perusahaan
dan merumuskan strategi yang dapat dilakukan perusahaan agar lebih baik
termasuk dalam menentukan kebijakan mengenai pembayaran pajak yang
akan dilakukan perusahaan. Hal ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan Ardyansah dan Zulaikha (2014) dengan meneliti pengaruh
komisaris independen terhadap effective tax rate (ETR) yang hasilnya
berpengaruh positif karena semakin banyak jumlah komisaris independen
maka pengawasan terhadap agent akan semakin ketat. Pengawasan yang
semakin ketat dari komisaris independen membuat perusahaan melaporkan
penghasilan kena pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Hanum dan Zulaikha (2013)
yang menyatakan bahwa dengan adanya komisaris independen, maka dalam
setiap perumusan strategi perusahaan yang dilakukan oleh dewan komisaris
beserta manajemen perusahaan, akan memberikan jaminan hasil yang efektif
dan efisien, termasuk pada kebijakan mengenai besaran tarif pajak efektif
perusahaan. manajemen. Kepemilikan institusional memiliki arti penting
dalam memonitor

14
15

Jumlah Anggota Komisaris Independen


DKI= X 100%
Jumlah Anggota Komisaris Independen

2.1.6 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dapat memengaruhi penghindaran pajak yang


dapat dilakukan oleh perusahaan. Menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014)
kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah,
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dan dana
perwalian serta institusi lainnya. Kepemilikan saham mewakili sumber
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung ataupun sebaliknya
terhadap manajemen. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam
memonitor manajemen karena adanya kepemilikan institusional dianggap
mampu memonitor setiap keputusan yang diambil oleh para manajer secara
efektif.
Kepemilikan institusional memainkan peran penting dalam
mewujudkan terjadinya good corporate governance. Menurut Khurana dan
Moser dalam Annisa dan Kurniasih (2012) besar kecilnya kepemilikan
institusional dalam perusahaan akan memengaruhi kebijakan pajak agresif
perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki peran yang sangat penting
dalam meminimalkan konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham (Simartama, 2014). Shleifer dan Vishney dalam Annisa dan
Kurniasih (2012), berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional
berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk
berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku
mementingkan diri sendiri. Kepemilikan institusional adalah proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockholders
pada akhir tahun (Wahyudi dan Pawestri dalam Simartama, 2014).
Kepemilikan institusional diharapkan akan memantau perusahaan dan lebih
perhatian pada setiap komponen laba operasi (Chang dkk., 2013). Yang

15
16

dimaksud dengan institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan


asuransi, maupun lembaga lain yang berbentuk seperti perusahaan.
Sedangkan yang dimaksud blockholders adalah kepemilikan individu atas
nama perorangan diatas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan
manajerial.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi. Keberadaan kepemilikan oleh investor-investor
institusional akan mampu mengawasi kinerja insider (Jensen dan Meckling,
1976). Pohan (2008), Khurana dan Moser (2009), serta Annisa (2011)
menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada tax
avoidance.
Tingginya tingkat kepemilikan institusional, maka semakin besar
tingkat pengawasan ke manajer dan dapat mengurangi konflik kepentingan
antara manajemen sehingga masalah keagenan menjadi berkurang dan
mengurangi peluang terjadinya penghindaran pajak (Winata, 2014). Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Diantari (2016) menyatakan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance yang
memiliki arti bahwa besar atau kecilnya proporsi kepemilikan institusional
tidak membuat praktik tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut dapat dihindari. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Putri (2015)
serta Maharani dan Suardana (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan
menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

∑ Saham Institusi
Kepemilikan Institusional = X 100%
∑ Saham Beredar

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

16
17

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Namun penulis mengangkat beberapa

penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian

penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait

dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 2. 1
Tabel Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Peneliti Metode Hasil Peneliti


Peneliti Peneliti
1 Veronica Analisis Faktor- Metode Menunjukkan bahwa
Mayang Sari Faktor Yang Kuantitatif thin capitalization
(2015) Mempengaruhi dan kepemilikan
Penghindaran institusional tidak
Pajak Yang memiliki pengaruh
Terdaftar Di yang signifikan
Bursa Efek terhadap
Indonesia penghindaran pajak
perusahaan. Variabel
transfer pricing dan
multinationality
berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak
perusahaan,
sedangkan variabel
income shifting dan
tax haven memiliki
pengaruh signifikan
negatif terhadap

17
18

penghindaran pajak
perusahaan.

2. Moeljono Faktor-Faktor Metode Return on Assets


(2019) yang Kuantitaf (ROA), Leverage,
Mempengaruhi Corporate
Penghindaran Governance, Ukuran
Pajak. Perusahaan dan
Kompensasi Rugi
Fiskal berpengaruh
signifikan secara
simultan terhadap
tax avoidance
perusahaan
manufaktur di BEI
periode 2007-2010;
Return on Assets
(ROA), Ukuran
Perusahaan dan
Kompensasi Rugi
Fiskal berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap tax
avoidance sedangkan
Leverage dan
Corporate
Governance tidak
berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap tax
avoidance.

18
19

3. Afrilia Analisis Faktor- Metode bahwa Return On


Cahya Faktor yang Kuantitatif Asset berpengaruh
Ningrum Mempengaruhi terhadap
(2017) Penghindaran Penghindaran Pajak
Pajak. (Studi dibuktikan dengan
Empiris Pada memperoleh nilai sig
Perusahaan = 0,000 < 0,05;
Manufaktur Leverage tidak
Yang Terdaftar berpengaruh
di Bursa Efek terhadap
Indonesia Penghindaran Pajak
Periode 2013- dibuktikan dengan
2015) memperoleh nilai sig
= 0,068 > 0,05;
Komosaris
Independen tidak
berpengaruh
terhadap
Penghindaran Pajak
dibuktikan dengan
memperoleh nilai sig
= 0,065 > 0,05;
Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
Penghindaran Pajak
dibuktikan dengan
memperoleh nilai sig
= 0,890 > 0,05;
Kepemilikan
Institusioal tidak

19
20

berpengaruh
terhadap
Penghindaran Pajak
dibuktikan dengan
memperoleh nilai sig
= 0,146 > 0,05;
Kepemilikan
Keluarga
berpengaruh
terhadap
Panghindaran Pajak
dibuktikan dengan
memperoleh nilai sig
= 0,002 < 0,05.
4. Ida Ayu Pengaruh Metode bahwa ukuran
Rosa Ukuran Kuantitatif perusahaan, umur
Dewinta, Perusahaan, perusahaan,
Putu Ery Umur profitabilitas, dan
Setiawan Perusahaan, pertumbuhan
(2016). Prifitabilitas, penjualan
Leverage, dan berpengaruh positif
Pertumbuhan terhadap tax
Pejualan avoidance. Hal ini
Terhadap Tax berarti bahwa
Avoidance semakin tinggi
ukuran perusahaan,
umur perusahaan,
profitabilitas, dan
pertumbuhan
penjualan akan
menyebabkan

20
21

meningkatnya tax
avoidance. Leverage
tidak berpengaruh
terhadap tax
avoidance. Hal ini
berarti bahwa
semakin tinggi
leverage tidak akan
berpengaruh
terhadap
meningkatnya tax
avoidance.
5. Calvin Pengaruh Metode bahwa karakter
Swingly, I Karakter Kuantitatif eksekutif dan ukuran
Made Eksekutif, perusahaan
Sukartha Komite Audit, berpengaruh positif
(2015). Ukuran pada tax avoidance,
Perusahaan, sedangkan leverage
Leverage dan berpengaruh negatif
Sales Growth pada tax avoidance.
Pada Tax Variabel komite
Avoidance. audit dan sales
growth tidak
berpengaruh pada
tax avoidance
6. Dedy Pengaruh Tax Metode bahwa penghindaran
Ghozim Avoidance Kuantitatif pajak berpengaruh
Herdiyanto Terhadap Nilai terhadap nilai
(2015) Perusahaan. perusahaan.
Kepemilikan
institusional tidak

21
22

dapat memoderasi
dan biaya agensi
tidak dapat menjadi
variabel intervening
hubungan antara
penghindaran pajak
dan nilai perusahaan.
7. I Gusti Ayu Pengaruh Metode bahwa variabel yang
Cahya Corporate Kuantitatif berpengaruh negatif
Maharani, Governance, adalah proporsi
Ketut Alit Profitabilitas dewan komisaris,
Suardana dan kualitas audit,
(2014). Karakteristik komite audit, dan
Eksekutif Pada ROA, sedangkan
Tax Avoidance risiko perusahaan
Perusahaan berpengaruh positif
Manufaktur. terhadap tax
avoidance yang
dilakukan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar Bursa Efek
Indonesia periode
tahun pengamatan
2008-2012.
8. Ni Nyoman Pengaruh Metode untuk menguji
Kristiana Karakteristik Kuantitatif pengaruh karakter
Dewi, I Eksekutif, eksekutif,
Ketut Jati. Karakteristik karateristik
(2014). Perusahaan dan perusahaan, dan tata
Dimensi Tata kelola perusahaan

22
23

Kelola yang baik terhadap


Perusahaan yang tax
Baik Pada Tax avoidance.Penelitian
Avoidance di ini difokuskan pada
Bursa Efek perusahaan
Indonesia. manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2009-2012,
dengan memperoleh
jumlah observasi
sebanyak 144. Data
dianalisis
menggunakan teknik
analisis regresi
berganda. Hasil
pengujian regresi
menunjukkan bahwa
risiko perusahaan,
kualitas audit, dan
komite audit
berpengaruh
terhadap tax
avoidance masing-
masing sebesar
0,012, 0,005, dan
0,017.
9. Tommy Pengaruh Return Metode Rugi Fiskal
Kurniasih & On Assets, Kuantitatif berpengaruh
Maria M. Leverage, signifikan secara
Ratna Sari Corporate simultan terhadap

23
24

(2013). Governance, tax avoidance


Ukuran perusahaan
Perusahaan dan manufaktur di BEI
Kompensasi periode 2007-2010;
Rugi Fiskal Return on Assets
Pada Tax (ROA), Ukuran
Avoidance. Perusahaan dan
Kompensasi Rugi
Fiskal berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap tax
avoidance sedangkan
Leverage dan
Corporate
Governance tidak
berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap tax
avoidance. Simpulan
ini sesuai dengan
penelitian
sebelumnya dari Sari
dan Martani (2010).
10. Gusti Ayu Pengaruh Metode corporate risk
radnyanita Insentif Kuantitatif berpengaruh negatif
Dewi, Maria Eksekutif, pada tax avoidance.
M. Ratna Corporate Risk Insentif eksekutif,
Sari. (2015) dan Corporate kepemilikan
Governance institusional,
Pada Tax komisaris
Avoidance. independen dan

24
25

komite audit tidak


memiliki pengaruh
pada tax avoidance.
Sedangkan kualitas
audit berpengaruh
positif pada tax
avoidance.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan


antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka,
dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu
yang terkait.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dan dependen.
Kerangka pemikiran diharapkan akan memberikan gambaran dan
mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka
pemikiran memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah
penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka berfikir yang telah disusun untuk
menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian dan
bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk menemukan
jawaban terhadap pertanyaan tersebut.

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka pemikiran teoritis yang


mendasari penelitian ini secara sistematis dan sederhana dapat digambarkan
sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

H2
X1= Ukuran Perusahaan

H3 25 Y= Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
26

X2= Komisaris
Independen H4
X3= Kepemilikan
Institusional
H1

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual

Keterangan:

H1: Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional


berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

H2: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

H3: Komisaris Independen berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

H4: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

: Pengaruh secara parsial variabel X terhadap Y

: Pengaruh secara simultan variabel X terhadap Y

2.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta


diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta – fakta yang diamati
ataupun kondisi – kondisi yang diamati berdasarkan latar belakang masalah dan
kerangka berpikir yang ada, maka perumusan hipotesis untuk saat ini dalam
penelitian ini adalah di duga terdapat pengaruh ukuran perusahaan, komisaris
independen dan kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian
kuantitatif, hipotesis merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah
penelitian. Berdasarkan uraian di atas mengenai kajian
teori dan perumusan masalah, kerangka pemikiran tersebut di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:

26
27

2.4.1 Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen dan Kepemilikan


Institusional Terhadap Penghindaran Pajak
Kondisi keuangan yang memadai juga ditandai dengan dikategorikan
sebagai perusahaan besar akan mampu merekrut tenaga ahli yang khusus di
bayar untuk membantu perusahaan dalam upaya melakukan tindakan
penghindaran pajak agar beban pajak yang dibayar menjadi kecil sehingga
tidak merugikan perusahaan. Kondisi keuangan yang memadai akan sejalan
dengan ukuran peruahaan, yang juga semakin besarnya kepemilikan
institusional. Kepemilikan institusional merupakan jumlah kepemilikan saham
oleh investor institusional terhadap seluruh saham yang beredar, yang diukur
dengan persentase saham yang dimiliki investor institusional. Kepemilikan
institusional dapat dijadikan sebagai mekanisme monitoring yang efektif dalam
membuat dan pengambilan sebuah keputusan oleh pihak manajer didalam
perusahaan.
Salah satu proksi Good Corporate Governance (GCG) adalah komisaris
independen. Ini didasarkan pemikiran bahwa semakin tinggi proporsi komisaris
independen dalam perusahaan, diharapkan dewan komisaris dapat melakukan
tugas pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi secara
efektif. Oleh karena itu, keberadaan komisaris independen dapat memicu
manajemen untuk bekerja lebih baik sehingga dapat memberikan nilai tambah
bagi perusahaan.
H1: Diduga Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen dan Kepemilikan
Institusional Berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak.

2.4.2 Ukuran Perusahaan terhadap penghindaran pajak

Menurut Rego (2003) dalam Marfu’ah (2015), semakin besar ukuran


perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi
hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada
untuk melakukan tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) dari setiap
transaksi. Dengan demikian, perusahaan besar lebih memiliki aktivitas operasi
perusahaan yang lebih banyak dan rumit sehingga terdapat celah-celah untuk

27
28

dimanfaatkan dalam keputusan penghindaran pajak (tax avoidance). Sedangkan


perusahaan kecil yang memiliki aktivitas yang masih terbatas dan sedikit sulit
untuk melakukan penghindaran pajak (Ngadiman dan Puspitasari, 2014).
H2: Diduga Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak.

2.4.3 Komisaris Independen terhadap penghindaran pajak

Sari (2014) menyatakan bahwa kehadiran komisaris independen dalam


dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja direksi. Dengan
semakin banyak komisaris independen maka pengawasan manajemen akan
semakin ketat. Manajemen kerap kali bersifat oportunistik: mereka memiliki
motif untuk memaksimalkan laba bersih agar meningkatkan bonus. Selama ini
laba dijadikan sebagai ukuran keberhasilan bagi manajer. Salah satu upaya
dalam meningkatkan laba bersih adalah dengan mengurangi biaya-biaya,
termasuk pajak. Dengan demikian, manajemen akan berusaha untuk
meminimalkan pajak yang harus dibayarkan. Dengan upaya itu, diharapkan
jika semakin besar proporsi komisaris independen dalam perusahaan akan
meningkatkan pengawasan sehingga dapat mencegah penghindaran pajak
perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.Oleh karena itu, semakin baik
proporsi dewan komisaris independen maka semakin menurun praktik
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan(Meiza, 2015).
H3: Diduga Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak.

2.4.4 Kepemilikan Institusional terhadap penghindaran pajak

Husnan (2001) dalam Hanum (2013:28) menegaskan bahwa ada dua


jenis kepemilikan dalam perusahaan di Indonesia yaitu perusahaan dengan
kepemilikan menyebar dan perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi.
Perusahaan dengan kepemilikan yang menyebar, memberikan imbalan yang
lebih besar kepada pihak manajemen. Perusahaan dengan kepemilikan
terkonsentrasi memiliki dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling
shareholders dan minority shareholders. Agency theory ini muncul ketika

28
29

terjadi sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan


(principle). Seorang manajer tentu lebih mengetahui keadaan perusahaannya
dibandingkan dengan pemilik perusahaan. Untuk itu, manajer berkewajiban
untuk memberikan informasi kepada pemilik perusahaan.
Akan tetapi, informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya yang terjadi diperusahaan (asymmetric information).
Sehingga konflik kepentingan antara manajer (agent) dengan pemilik
perusahaan (principle) akan menimbulkan adanya biaya keagenan (agency
cost). Penelitian yang dilakukan Mahulae (2016), Endang (2016), Feranika
(2015), Nur laily (2016), Cahyono dkk (2016), Khan dkk (2016), Salehi dkk
(2016) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka
hipotesis yang diajukan adalah:
H4: Diduga Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Penghindaran
Pajak.

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam proposal skripsi ini yaitu penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya sistematis, terencana dan terstruktur dengan sejak awal hingga
pembuatan design penelitiannya. Penelitian ini bersifat deksriptif kuantitatif.
Metode kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui variable-
variabel penelitian statistika dan permodalan matematis. Berdasarkan pengertian
tersebut maka penelitian kuantitatif menggunakan data berupa angka yang
sifatnya dapat dihitung dan diukur jumlahnya untuk diolah dengan menggunakan
statistik. Sumber yang digunakan adalah sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisis
ukuran perusahaan, komisaris independen dan kepemilikan institusional terhadap
penghindaran pajak.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui website
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai penelitian karena BEI merupakan bursa
pertama di Indonesia, yang dianggap memiliki data yang lengkap dan telah
terorganisasi dengan baik. Data yang digunakan berasal dari Laporan Tahunan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat diakses melalui situs resminya
www.idx.co.id
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021- sampai dengan bulan
Agustus 2021.
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen (Y) dan juga variabel
independen (X) yang akan diuji dengan menggunakan tekmnik regresi linear
berganda.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini adalah tax avoidance (penghindaran
pajak). Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, Komisaris Independen, dan kepemilikan institusional.
a. Variabel Dependen (Y)
Tax Avoidance (Y). Variabel tax avoidance diukur dengan effective
tax rate (ETR) yaitu perbandingan antara beban pajak penghasilan (PPh
Badan) dengan laba sebelum pajak (Hanum, 2013:41). Adapun
persamaannya sebagai berikut:

Beban Pajak Penghasilan


ETR= X 100%
Laba Sebelum Pajak

b. Variabel Independen (X)


Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (variabel terkait). Dalam penelitian ini
terdapat 3 variabel independen yaitu sebagai berikut:

1) Ukuran Perusahaan (X1)


Ukuran perusahaan diproksi dengan total asset karena nilai total asset
biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya, maka
dengan maksud untuk mengurangi peluang heteroskedastis, vatiabel asset
‘diperhalus’ menjadi Log (asset) atau Ln (asset) Asnawi dan Wijaya
(2005:274).

Size = Log (Total Assets)

31
2) Dewan Komisaris Independen (DKI) (X2)
Dewan komisaris independen (DKI) (X3) dapat diartikan sebagai pihak
yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali,
tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris
internal serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang
terkait. Dalam penelitian ini struktur dewan komisaris diproksikan dengan
persentase keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu
perusahaan. Variabel tersebut telah dijadikan variabel penelitian oleh
Annisa dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014), Santoso (2014), Puspita dan
Harto (2014), dan Sunarsih&Oktaviani (2016) dengan menggunakan rumus:

Jumlah Anggota Komisaris Independen


DKI= X 100%
Jumlah Anggota Komisaris Independen

3) Kepemilikan Institusional (X3).


Kepemilikan institusional diukur dengan persentase perbandingan antara
jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah saham yang beredar
(Djakman dan Machmud, 2013:43). Adapun persamaannya sebagai berikut:

∑ Saham Institusi
Kepemilikan Institusional = X 100%
∑ Saham Beredar

Tabel 3.1
Operasional Variabel
No Variabel Jenis Variabel Indikator Skala
Pengukuran
1 (X1) Ukuran Independen Size= Log (Assetes) Rasio
Perusahaan
2 (X2) Dewan Independen DKI= Jumlah Anggota Rasio
Komisaris Komisaris Independen/ Jumlah
Independen Anggota Komisaris Independen

32
X 100%
3 (X3) Independen Kepemilikan Institusional= ∑ Rasio
Kepemilikan Saham Institusi/ ∑Saham
Institusional Beredar X 100%
4 (Y) Dependen ETR= Beban Pajak Rasio
Penghindaran Penghasilan / Laba Sebelum
Pajak Pajak X 100%

3.4 Populasi dan sampel

3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek / subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiono,2008:11). Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis
tetapi dapat dibedakan satu sama alin karena karakterisitknya.
(J.Supranto,2008:22). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016 - 2018.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang melaporkan laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode tahun 2016 - 2018 dan telah menerbitkan serta mempublikasikan
laporan keuangan auditan untuk tahun buku yang berakhir per tanggal 31
Desember. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan
yaitu :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


selama periode 2017-2020;
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan lengkap dan

33
dipublikasikan secara berturut-turut selama periode 2017-2020;

3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan di BEI dengan


menggunakan mata uang rupiah selama periode 2017-2020;

4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama tahun


2017-2020.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013-224) teknik pengumpulan data merupakan


langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang
ditetapkan.

Adapun cara untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Menurut Danang Sunyoto (2016:21) studi kepustakaan adalah


teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku yang ada
hubungannya dengan obyek penelitian atau sumber-sumber lain yang
mendukung penelitian. Dalam penelitian studi kepustakaan melalui buku-
buku yang ada diperpustakaan.

2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara


yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dalam penelitian ini

34
dokumentasi diperoleh dari mengakses data melalui web.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah


dinterpretasikan, diolah dengan menggunakan rumus atau aturan-aturan yang ada
sesuai pendekatan penelitian. Tujuan analisis data adalah mendapatkan informasi
yang relevan yang terkandung pada data tersebut dan hasilnya digunakan untuk 57
memecahkan suatu masalah. Analisis data adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memproses dan menganalisis data yang telah terkumpul. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan
suatu bentuk analisis yang diperuntukkan bagi data yang besar yang
dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang berwujud angka-angka. Metode
analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik
dan uji hipotesis dengan bantuan komputer melalui program IBM SPSS 21 for
windows.
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran


mengenai variabel yang diteliti. Statistik deskriptif menurut Ghozali (2016: 19)
digunakan untuk memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari mean,
median, maksimum, minimum, standar deviasi, dan varian.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Setelah mendapatkan model regresi, maka interpretasi terhadap hasil


yang diperoleh tidak bisa langsung dilakukan. Hal ini disebabkan karena model
regresi harus diuji terlebih dahulu apakah sudah memenuhi asumsi klasik.
Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel bebas sebagai
estimator atas variabel terikat tidak bias (Maryati, 2001: 181). Tidak semua uji
asumsi klasik harus dilakukan pada setiap model regresi linier hanya
multikolinieritas dan heteroskedastisitas saja yang diperlukan.
a. Uji Multikolinearitas

35
Uji multikolinearitas menurut Ghozali (2016: 103) bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan linier antar variabel independen Jika
tidak terjadi korelasi antarvariabel independen maka dapat dikatakan
bahwa model regresi tersebut baik. Untuk mengetahui adanya
multikolonieritas, dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai cut-off yang biasa dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10
atau sama dengan nilai VIF > 10.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas menurut Ghozali (2016: 134) bertujuan untuk
menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Jika varians dari
residual satu pengamatan ke 59 pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskesdatistisitas. Ada
beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji
Park dan melihat pola grafik regresi,scatterplot. Dasar pengambilan
keputusan pada Uji Heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka terjadi
heteroskedastisitas.
3.6.3 Analisis Model Data Panel
3.6.3.1 Estimasi Data Panel
Menurut Rosadi (2012:272) data panel merupakan gabungan dari
data cross-section (data dari hasil observasi entitas yang berbeda dan
diukur pada satu titik waktu yang sama) dan time series (runtun waktu
yang digunakan penelitian pada obyek yang sama) yaitu beberapa variabel
diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam jangka waktu
tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa perusahaan sektor

36
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014 sampai dengan 2018. Maka penelitian ini termasuk model data panel.
Menurut Rosadi (2012:272), untuk mengestimasi model dengan
data panel dapat dilakukan dengan 3 (tiga) teknik atau model, yaitu:
1. Model Regresi Pooling (Common Effect)
Model ini dikenal dengan estimasi Common Effect yaitu teknik
paling sederhana untuk mengestimasi parameter data panel dengan
cara mengkombinasikan data cross-section dan time series tanpa
melihat perbedaan waktu dan entitas (individu). Dimana
pendekatan yang sering digunakan adalah metode Ordinary Least
Square (OLS) karena hanya menggunakan kuadrat kecil biasa.
Pada beberapa penelitian data panel, metode ini jarang digunakan
karena model ini mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu
maupun waktu atau perilaku data antar individu sama dalam
berbagai kurun waktu sehingga memungkinkan terjadinya bias.
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Pendekatan model ini mengasumsikan intersep dari setiap individu
berbeda sedangkan slope antar individu adalah tetap (sama).
Teknik ini menggunakan variabel dummy untuk menangkap
adanya perbedaan intersep antar individu. Kelebihan dari model
fixed effect bahwa satu objek mempunyai konstan yang sama
besarnya untuk beberapa periode waktu. Dan juga dengan
koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (Winarno,
dalam Ananda, 2017).
3. Model Efek Random (Random Effect)
Pendekatan model ini untuk mengatasi kelemahan dari model fixed
effect. Model ini dikenal dengan model generalized leas square
(GLS). Pendekatan dalam Random Effect ini mengasumsikan
bahwa setiap perusahaan mempunyai perbedaan intersep, dimana
intersep tersebut adalah variabel random. Model ini berguna jika
individu yang diambil sebagai sampel dipilih secara random dan

37
merupakan wakil dari populasi. Dan teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang
cross-section dan time series. Menurut Gujarati dalam Sari (2017)
persamaan yang telah memenuhi asumsi klasik yaitu menggunakan
metode Generalized Least Square (GLS) dimana model random
effect telah berdistribusi normal sehingga tidak diperlukan
pengujian pada model asumsi klasik.
3.6.3.2 Uji Metode
Setelah melakukan estimasi data panel (common effect, fixed
effect dan random effect) maka tahap selanjutnya dilakukan pengujian
metode untuk menentukan model mana yang lebih tepat untuk
digunakan. Menurut Mansuri (2016) ada 3 (tiga) uji metode yang dapat
dilakukan, yaitu:
3.6.3.2.1 Uji Chow
Uji chow digunakan untuk menentukan model mana yang
lebih tepat diantara common effect dan fixed effect. Cara untuk
menentukan model yang tepat yaitu dengan melihat nilai probability
(prob.) untuk crosssection F. 39 Parameter penelitian ini
menggunakan nilai α (signifikansi) sebesar 5% atau 0,05. Sehingga
pengambilan keputusan dapat ditentukan sebagai berikut:

Jika nilai prob.> α, maka model yang tepat adalah common effect.

Jika nilai prob.< α maka model yang tepat adalah fixed effect.

3.6.3.2.2 Uji Hausman

Uji hausman dilakukan jika fixed effect terpilih dalam uji

chow. Namun jika yang terpilih adalah common effect maka

pengujian model hanya sampai pada uji chow. Uji hausman

dilakukan untuk memilih model yang lebih baik diantara fixed effect

dan random effect. Pemilihan model ini dilakukan dengan melihat

38
nilai probability (prob.) untuk cross section random. Parameter

penelitian ini menggunakan nilai α (signifikansi) sebesar 5% atau

0,05. Sehingga pengambilan keputusan dapat ditentukan sebagai

berikut:

Jika nilai prob.> α, maka model yang tepat adalah random effect.

Jikanilaiprob. < α, maka model yang tepat adalah fixed effect.

3.6.3.2.3 Uji Lagrange Multiplier (LM)

Uji LM dilakukan jika telah dilakukannya uji chow dimana


model commont effect yang terpilih dan uji hausman dimana yang
terpilih adalah model random effect. Uji LM dilakukan untuk
membandingkan model mana yang lebih tepat diantara model
random effect dengan common effect. Pemilihan model ini
dilakukan dengan melihat nilai probability (prob.) pada Breusch-
Pagan. Pengambilan keputusannya sebagai berikut:

Jika nilai prob.> α, maka model yang tepat adalah common effect.

Jika nilai prob.< α, maka model yang tepat adalah random effect.

3.6.4 Uji Regresi Linier Berganda


Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis H1 sampai H4
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan meregresikan variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji hipotesis ini dibantu dengan
menggunakan program SPSS versi 21. Rumus untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu :

Y= α + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + €

Keterangan:

39
Y = Tax Avoidance
α = Konstanta
X1 = Return On Asset
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Komisaris Independen
X4 = Kepemilikan Institusional
β1 - β2 = Koefisien Regresi Berganda
€ = Error Term

3.6.5 Uji Hipotesis

3.6.5.1 Uji Signifikan Simutan (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua


variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan
dengan membandingkan antara nilai F-tabel dengan F-hitung hasil run
regresi yang dilakukan. Jika nilai F-tabel < F-hitung maka Ho ditolak,
artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen. Apabila nilai probabilitas signifikansi pada model
penelitian < 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (Ghozali, 2006
dalam Hanum, 2013:52).

3.6.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel


independen secara individual terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan
dengan membandingkan antara nilai t-tabel dengan t-hitung. Jika t-tabel
< t-hitung maka Ho ditolak, artinya variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen. Dan apabila nilai
probabilitas signifikansi p-value < 0,05 maka suatu variabel independen

40
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
(Ghozali,2006dalamHanum,2013:53

41
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. (2017). PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN


PERUSAHAAN DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI. JOM Fekon, 4, 685-698.

Calvin Swingly, I. M. (2015). PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF,


KOMITE AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN
SALES GROWTH PADA TAX AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 10.1 (2015), 47-62.

Gusti Ayu Pradnyanita Dewi, M. M. (2015). PENGARUH INSENTIF


EKSEKUTIF, CORPORATE RISK DAN CORPORATE
GOVERNANCE PADA TAX AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 13.1. (2015), 50-67.

HERDIYANTO, D. G. (2015). PENGARUH TAX AVOIDANCE TERHADAP


NILAI PERUSAHAAN. 01-37.

I Gusti Ayu Cahya Maharani, K. A. (2014). PENGARUH CORPORATE


GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN KARAKTERISTIK
EKSEKUTIF PADA TAX AVOIDANCE. E-jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 9.2 (2014), 525-539.

Ida Ayu Rosa Dewinta, P. E. (2016). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,


UMUR PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN
PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP TAX AVOIDANCE. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14.3, 1584-1613.

MAYANGSARI, V. R. (n.d.). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK.
Moeljono. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGHINDARAN PAJAK. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis, 5 (1),
2020, 103-121.

NINGRUM, A. C. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI . 01-13.

Puspitasari, N. d. (2014). PENGARUH LEVERAGE, KEPEMILIKAN


INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE) PADA
PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA 2010-2012. Jurnal Akuntansi, Volume XVIII,
408-429.

Sari, T. K. (2013). PENGARUH RETURN ON ASSETS, LEVERAGE,


CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN
KOMPENSASI RUGI FISKAL PADA TAX AVOIDANCE. Buletin
Studi Ekonomi, 18, 58-66.

43

Anda mungkin juga menyukai