Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ISU KONSOLIDASI

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

KONSOLIDASIAN PT SMARTFREN TELECOM Tbk

DOSEN PENGAMPU : Siti Rodiah, SE.,M.Sc

Kelompok 2

Adinda Vega 180301080


Auliyah Arifah 180301068
Dwita Febrianti 180301056
Muhammad Yusuf 180301049
Yulia Rahmadani 180301055

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI 2020/1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul konsolidasian PT Smartfren
Telecom, tbk

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Siti Rodiah,
SE.M.Sc mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang konsolidsian yang tejadi pada perusahaan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Siti Rodiah, SE.,M.Sc selaku Dosen Akuntansi
Keuangan Lanjutan 1, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................6

2.1 Kombinasi Bisnis..........................................................................................6

2.2 Sejarah Kosolidasian PT Smartfren Telecom Tbk........................................9

2.3 Laporan Konsolidasian PT Smartfren Telecom Tbk...................................11

BAB III..................................................................................................................18

KESIMPULAN.......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri telekomunikasi seluler semakin berkembang pesat di Indonesia sejak 18
tahun silam. Hal ini terlihat dari jumlah pelanggan telepon seluler yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan pengguna telepon seluler di Indonesia cukup pesat, hal
ini ditandai dengan tingkat penetrasi seluler yang semakin tinggi. Indonesia berada di
posisi keempat di Asia setelah Korea Selatan, China dan Jepang. Pada akhir tahun 2011,
bisnis seluler mendapatkan cukup banyak tekanan karena adanya moratorium layanan
konten premium atau Value Added Service (VAS).

Meskipun demikian, pada tahun 2012, industri telekomunikasi seluler di Indonesia


tetap bertumbuh. Pertumbuhan industri ini didorong oleh pertumbuhan layanan data yang
naik sekitar 55% dari tahun sebelumnya. Layanan data menjadi faktor pendorong utama
pertumbuhan industri seluler pada tahun 2012. Hal ini dikarenakan semakin besarnya
minat masyarakat terhadap layanan data, khususnya untuk saling berkirim pesan melalui
media jejaring sosial. Produk layanan data ini diprediksi akan menjadi fondasi dari
transformasi industri telekomunikasi seluler di Indonesia pada tahun-tahun mendatang.
Tak hanya secara industri, pada tahun 2012, persaingan antar operator seluler semakin
tinggi, terutama bagi 5 perusahaan operator seluler di Indonesia yang menguasai hingga
90% pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan tersebut adalah PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkomsel), PT Indosat Tbk., PT XL Axiata Tbk., dan
PT Bakrie Telecom Tbk. Dengan persaingan yang semakin kompetitif ini diharapkan
pertumbuhan produk layanan data yang signifikan dapat terjadi, meskipun hal ini juga
harus didukung oleh kesiapan ekosistem pendukung, yakni harga handset serta
ketersediaan konten dan aplikasi.

Industri telekomunikasi seluler merupakan salah satu industri jasa yang paling
dinamis dan membutuhkan investasi yang sangat besar setiap tahunnya. Dalam
menghadapi persaingan yang ketat dan kebutuhan dana yang besar, beberapa perusahaan
operator melakukan merger. Salah satunya adalah PT. Smart Telecom milik Sinarmas
Group yang mengakuisisi PT. Mobile 8 dan namanya berubah menjadi PT. Smartfren
Telecom pada tahun 2011. PT. Smart Telecom, sebelumnya bernama PT. Indoprima
Microselindo, merupakan perusahaan merger dari PT. Primasel dengan PT. Wireless
Indonesia pada tahun 2006. Sedangkan PT. Mobile-8 pada mulanya adalah perusahaan
milik Bimantara Group. Pada tahun 2005 diambil alih oleh Bhakti Investama Group milik
Harry Tanusoedibjo. Kemudian pada tahun 2007, PT. Mobile-8 mengakuisisi 3 anak
perusahaanya, yaitu PT. Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo), PT. Metro Selular
Nusantara (Metrosel), dan PT. Telekomindo Selular Raya (Telesera) ke dalam untuk
meningkatkan efisiensi kegiatan dan biaya operasional.

Telekomunikasi merupakan sektor penting yang mendukung pertumbuhan ekonomi,


termasuk di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia memberikan perusahaan
telekomunikasi kesempatan besar untuk memperluas bisnis mereka. Untuk mendukung
kegiatan bisnis mereka, perusahaan-perusahaan membutuhkan lebih banyak modal dan
menentukan proporsi yang tepat modal penting untuk mencapai nilai optimal dari
perusahaan. Seiring perkembangan teknologi berbagai macam produk dan jasa
telekomunikasi mulai banyak bermunculan dan saling bersaing untuk meningkatkan
kinerja agar lebih optimal. Perusahaan di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat
pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi.

Dengan menggunakan alat komunikasi saat ini tentunya mampu menghemat biaya.
Menurut data yang bersumber di internet jumlah perusahaan telekomunikasi di Indonesia
terdapat 11 perusahaan, salah satunya yaitu PT Smartfren Telecom Tbk yang merupakan
salah satu perusahaan penyedia layanan telekomunikasi terdepan di Indonesia. Pada tahun
2015, Smartfren berinovasi dengan meluncurkan layanan 4G LTE Advanced komersial
pertama di Indonesia, dan di awal tahun 2016, Smartfren kembali mencetak sejarah
sebagai perusahaan telekomunikasi pertama di Indonesia yang menyediakan layanan
Voice over LTE (VoLTE) secara komersial.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan kombinasi bisnis serta apa saja jenis, keuntungan serta
standar akuntansi pada kombinasi bisnis?
b. Bagaimana sejarah terbentuknya PT Smartfren Telecom Tbk.?
c. Bagaiamana Laporan Konsolidasian PT Smartfen Telecom Tbl?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kombinasi bisnis, jenisnya, keutungan serta
standar akuntansi yang ditetapkan pada kombinasi bisnis\
b. Mengetahui sejarah terbentuknya PT Smartfen Telecom Tbk.
c. Mengetahui isi dari Laporan atas konsolidasian PT Smartfen Telecom Tbk.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kombinasi Bisnis


2.1.1 Pengertian Kombinasi Bisnis

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.22 tentang”


Kombinasi bisnis” yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
mendefiniskan” kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain
dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis.

Internasional financial Reporting Standart (IFRS) No.3 “Business


Combination” memberikan definis yang lebi spesifik dengan menjelaskan
kombinasi bisnis sebagai berikut: “

IFRS No.3 menjelaskan bahwa penggabungan usaha adalah penggabungan


entitas-entitas dan bisnis bisnis terpisah kedalam suatu entitas pelapor dan
hampir semua penggabungan usaha bertujuan agar suatu entitas (pengakuisisi)
dapat mengendalikan entitas lain (perusahaan yang di akuisisi). Dengan
demikian, penggabungan usaha dapat menyebabkan suatu hubungan induk

2.1.2 Jenis-Jenis Kombinasi Bisnis

1. Strategi bisnis
Kombinasi bisnis dapat dilihat dari aspek strategi perusahaan. Perusahaan
melakukan kombinasi bisnis dalam rangka mengembangkan usahanya dengan
berbagai cara antara lain:
a. Integrasi vertikal adalah kombinasi bisnis dengan menggunakan
akuisisi entitas yang memiliki hubungan pemasok atau distribusi.
Misal, entitas produsen mie instan mengakuisi entitas produsen
gandum yang merupakan bahan baku mie instan atau mengakuisi
entitas distribusi mie instan.
b. Integrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan
akuisisi entitas yang menghasilkan produk sejenis atau produk yang
berkaitan. Misal, entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas
produsen kecap, saus, makanan kecil lainnya yang memiliki bahan
baku sejenis dengan mie instan.
c. Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi
entitas yang tidak memiliki hubungan dengan entitas. Misal, entitas
produsen mie instan yang mengakuisisi bank, asuransi, perusahaan
otomotif.
2. Bentuk Entitas
Berdasarkan bentuk hukum, kombinasi bisnis dapat diklasifikasikan atas:
a. Merger (Statutory merger) adalah kombinasi bisnis yang dilakukan
dengan menggabungkan dua atau lebih entitas, di mana entitas yang
diakuisisi dibubarkan serta semua aset dan liabilitasnya diambil alih
pihak yang mengakuisisi. Contohnya pada tanggal 15 Oktober 2008,
PT Bank CIMB Niaga melakukan merger terhadap PT Bank Lippo
yang kemudian PT Bank Lippo dibubarkan dan berdirilah PT Bank
CIMB Niaga
b. Konsolidasi (Statutory consolidation) adalah kombinasi bisnis
dengan membentuk satu entitas baru yang akan mengambil alih
semua aset dan liabilitas entitas yang bergabung. Entitas baru
dibentuk dengan mengambil alih semua aset dan liabilitas dari
entitas yang bergabung yang telah dibubarkan. Contohnya pada
tahun 1998, Bank Ekspor Impor, Bank Bumi Daya, Bank BDN, dan
Bank Bapindo melakukan konsolidasi dengan menghasilkan nama
perusahaan baru, yaitu Bank Mandiri.
c. Akuisisi (Stock acquisition) adalah kombinasi dengan membeli
kepemilikan entitas yang diakuisisi, namun entitas yang diakuisisi
tetap berdiri hanya dikendalikan oleh entitas pengakuisisi.
Contohnya pada tanggal 15 Maret 2019 PT Semen Indonesia
Industri Bangunan diakuisi oleh PT Holcim Indonesia

2.1.3 Keuntungan Kombinasi Bisnis


Keuntungan akhir kombinasi bisnis adalah diperolehnya imbal hasil yang
lebih besar kepada pemegang saham dibandingkan pada saat entitas belum
melakukan kombinasi bisnis. Keuntungan kombinasi bisnis tercipta karena
entitas mampu menghasilkan sinergi dclam kombinasi bisnis tersebut sehingga
jika nilai entitas sebelum bergabung 5 dan 3 maka hasil kombinasi bisnis harus
mampu menghasilkan lebih dari 8.
Proses kombinasi bisnis bersifat kompleks sehingga perlu kehati-hatian
agar sinergi yang iharapkan dapat tercapai. Bertambahnya ukuran entitas akibat
kombinasi bisnis dapat membuat pengelolaan entitas menjadi lebih birokratis
dan kompleks sehingga keputusan yang diambil lambat sehingga entitas tidak
dapat fleksibel menghadapi perubahan lingkungan. Dalam beberapa kasus
sering terjadi kegagalan dari kombinasi bisnis, sehingga pada akhirnya sinergi
tidak dapat diperoleh. Bahkan sering kali akuisisi bisnis tidak mampu
menghasilkan imbal hasil seperti yang diharapkan.

2.1.4 Standar Akuntansi Kombinasi Bisnis


Standar akuntansi untuk kombinasi bisnis saat ini diatur dalam PSAK 22
(Revisi 2010) Kombinasi Bisnis yang telah mengalami penyesuaian pada tahun
2014. Sebelumnya ketentuan kombinasi bisnis menggunakan PSAK 22 (1994)
Penggabungan Usaha. Terdapat perbedaan istilah dalam standar baru
dibandingkan dengan standar lama yaitu penggabungan usaha berubah menjadi
kombinas bisnis. PSAK 22 (Penyesuaian 2014) merupakan adopsi IFRS 3
Business Combination.
PSAK 22 (1994) diterbitkan pada 7 September 1994. Pada PSAK 22 (1994)
penggabungan usaha menjelaskan dua metode penggabungan usaha yaitu
metode pembelian (purchase) dan metode penyatuan kepentingan (pooling of
interest). Penggabungan usaha melalui akuisis dipertanggungjawabkan dengan
metode pembelian. Metode penyatuan kepentingan (pooling oj interest)
digunakan untuk penggabungan usaha yang sulit mengidentifikasi pihak
pengakuisisi, pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama
mengendalikan operasi perusahaan dan manajemen perusahaan yang bergabang
menjadi bagian perusahaan gabungan. Metode penyatuan kepentingan, aset dan
liabilitas perusahaan yang bergabung dicatat sebesar nilai buku (tercatat).
Pada PSAK 22 (Penyesuaian 2014), penggabungan usaha hanya
menggunakan metodepembelian, atau yang sekarang disebut metode akuisisi.
Metode penyatuan kepentingan tidak diperkenankan. Goodwill yang terjadi
tidak lagi diamortisasi tetapi akan diturunkan nilainya sesuai dengan ketentuan
dalam PSAK 48 (Revisi 2013) Penurunan Nilai. Jika terjadi goodwill negatif
akan diakui sebagai pendapatan pada tanggal akuisisi.

2.2 Sejarah Kosolidasian PT Smartfren Telecom Tbk.


2.2.1 PT Mobile-8 Telecom

PT Mobile-8 Telecom Tbk (“Mobile-8” atau “Perseroan”) didirikan


pada bulan Desember 2002. Pada tahun 2003, perseroan mengakuisisi dua
operator telepon selular berlisensi, yaitu Komselindo dan Metrosel, dan mulai
beroperasi sebagai penyelenggara jasa selular dengan menggunakan basis
teknologi CDMA. Layanan yang pertama kali diluncurkan oleh Mobile-8
adalah Layanan Selular Prabayar dengan brand “Fren” yang dioperasikan pada
bulan Desember 2003 dengan berbasis jaringan CDMA 2000-1X.

Pada bulan April tahun 2004, Mobile-8 meluncurkan Layanan Selular


Fren Paska bayar pada jaringan yang sama. Lima bulan kemudian perseroan
mengakuisi satu lagi operator telepon selular berlisensi, yaitu Telesera.
Mobile-8 juga menyelesaikan peralihan sistem telekomunikasi yang
dioperasikan ketiga operator berlisensi yang diakuisi tersebut dari sistem
selular analog menjadi sistem selular digital CDMA.

Pada tahun 2006, Mobile-8 memperkenalkan layanan 3G pada jaringan


CDMA EVDO, serta melakukan pencatatan perdana saham pada Bursa Efek
Indonesia. Langkah-langkah perseroan di pasar modal terus berlanjut, dimana
pada tahun 2007 Mobile-8 berhasil menerbitkan obligasi rupiah pertamanya
yang juga dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Kemudian, perseroan juga turut
meramaikan pasar modal regional dengan penerbitan Eurobond pertamanya
yang dicatatkan di Bursa Efek Singapura.

Pada bulan April 2008, Mobile-8 memperkenalkan fitur baru yaitu


“World Passport”, dimana Mobile-8 menjadi operator CDMA pertama di
dunia yang 2 bergabung dengan Asosiasi GSM sehingga memungkinkan
pelanggan Mobile-8 melakukan interkoneksi dengan pelanggan GSM
2.2.2 PT Smart Telecom, Tbk

PT Smart Telecom sebelumnya dikenal sebagai PT Indoprima


Microselindo. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2006 dan berbasis di
Jakarta, Indonesia. PT Smart Telecom menawarkan layanan telekomunikasi
seluler di Indonesia. Perusahaan menawarkan pasca bayar, pra bayar, dan
layanan penagihan. Perusahaan ini juga menyediakan solusi data perusahaan
seperti suara, konektivitas, dan jasa memanfaatkan. Selain itu, ia menawarkan
musik, gaya hidup, olahraga, galeri, berlangganan, dan layanan game. Pada 18
Januari 2011, PT Smart Telecom beroperasi sebagai anak perusahaan dari PT
Smartfren Telecom Tbk.

Sebagai operator baru, Smart tidak memiliki kekuatan dalam skala


jaringan, tapi merebut kesempatan yang baik dalam menawarkan layanan data
berkecepatan tinggi melalui jaringan CDMA. Untuk memecahkan hambatan
pembangunan, Smart telah mengusulkan ide baru untuk mengembangkan
layanan data dan telah menggunakan jaringan EVDO meliputi daerah
metropolitan utama di Indonesia Perusaha menyediakan layanan umum suara,
jaringan 1x untuk layanan data, EVDO, layanan Smart, layanan roaming
internasional serta masih banyak lagi layanan yang lain. Smart Telecom telah
menarik banyak pelanggan dalam jangka waktu yang singkat. Pada bulan
November 2008, jaringan EVDO Rev.A yang secara komersial digunakan
dalam jaringan telekomunikasi Smart. Pada bulan Januari 2010, pertama
jaringan EVDO Rev.B seluruh dunia telah diterapkan secara komersial dalam
jaringan Smart Telecom, dan tingkat data dalam jaringan CDMA telah lebih
ditingkatkan ke tingkat yang lebih baru.

2.2.3 PT. Smartfren Telecom Tbk.

PT Smartfren Telecom, Tbk. adalah operator penyedia jasa


telekomunikasi berbasis teknologi CDMA yang memiliki lisensi selular dan
mobilitas terbatas (fixed wireless access), serta memiliki cakupan jaringan
CDMA EV-DO (jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G) yang
terluas di Indonesia. Smartfren juga merupakan operator telekomunikasi
pertama di dunia yang menyediakan layanan CDMA EV-DO Rev. B (setara
dengan 3,5G dengan kecepatan unduh s.d. 14,7 Mbps) dan operator CDMA
pertama yang menyediakan layanan Blackberry.

Jasa dan layanan Smartfren memiliki nilai-nilai (values) yaitu sebagai


mitra yang terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas
dalam layanan-layanan telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman
hidup pelanggan dalam berkomunikasi. Sebagai operator CDMA yang
menyediakan jaringan internet kecepatan tinggi bergerak (mobile broadband)
yang terluas di Indonesia, Smartfren berkomitmen untuk menjadi penyedia
layanan telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakat dengan kualitas
terbaik.

PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) awalnya bernama PT Smart Telecom


Tbk dan PT Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8) sebelum bulan April 2010

2.3 Laporan Konsolidasian PT Smartfren Telecom Tbk.


2.3.1 Dasar Pengukuran dan Pelaporan Laporan Keuangan Konsolidasian.
Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (”PSAK”), yang mencakup Pernyataan dan
Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia serta Peraturan No. VIII.G.7 tentang “Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan”, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13
Maret 2000 yang telah diubah dengan Surat Keputusan ketua Bapepam dan LK
No. KEP-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010 dan Surat Edaran No. SE-
02/BI/2008 tanggal 31 Januari 2008, tentang Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dalam
Industri Telekomunikasi yang telah dipertegas dengan Surat Edaran No. SE-
03/BL/2011 tanggal 13 Juli 2011. Seperti diungkapkan dalam Catatan-catatan
terkait di bawah ini, beberapa standar akuntansi yang telah direvisi dan
diterbitkan, diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2011.
Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2011 disusun sesuai dengan PSAK No. 1
(Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan” yang diterapkan 1 Januari
2011.Penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009) tersebut memberikan pengaruh yang
signifikan bagi penyajian dan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan
konsolidasian. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasian adalah selaras dengan kebijakan akuntansi yang
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, kecuali bagi penerapan beberapa
PSAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 seperti yang telah
diungkapkan pada Catatan ini.

Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasian ini adalah konsep biaya


perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan
pengukuran lain, sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-
masing akun tersebut. Laporan keuangan konsolidasian ini disusun dengan
metode akrual, kecuali laporan arus kas konsolidasian. Laporan arus kas
konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasian adalah mata uang Rupiah (Rp) yang juga merupakan mata uang
fungsional Perusahaan dan anak perusahaan.

2.3.2 Prinsip Konsolidasi dan Kombinasi Bisnis.

a. Prinsip Konsolidasi
Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan secara retrospektif PSAK
No. 4 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri”. Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan
keuangan Perusahaan dan anak perusahaan sebagaimana diungkapkan pada
Catatan 1c. Seluruh transaksi dan saldo akun antar perusahaan yang
signifikan (termasuk laba atau rugi yang belum direalisasi) telah dieliminasi.
Anak perusahaan dikonsolidasikan secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu
tanggal Perusahaan memperoleh pengendalian, sampai dengan tanggal entitas
induk kehilangan pengendalian. Pengendalian dianggap ada ketika
Perusahaan memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui anak
perusahaan, lebih dari setengah kekuasaan suara entitas, kecuali dalam
keadaan yang jarang dapat ditunjukan secara jelas bahwa kepemilikan
tersebut tidak diikuti dengan pengendalian. Dalam kondisi tertentu,
pengendalian juga ada ketika Perusahaan dan anak perusahaan memiliki
setengah atau kurang kekuasaan suara suatu entitas, jika terdapat:
a. Kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan
investor lain
b. Kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
c. Kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan
direksi dan dewan komisaris atau organ pengatur setara dan
mengendalikan entitas melalui dewan atau organ tersebut;
d. Kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan
direksi dan dewan komisaris atau organ pengatur setara dan
mengendalikan entitas melalui dewan direksi dan dewan komisaris
atau organ tersebut
Rugi anak perusahaan yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan
pada KNP bahkan jika hal ini mengakibatkan KNP mempunyai saldo defisit.
Jika kehilangan pengendalian atas suatu entitas anak, maka Perusahaan
dan/atau anak perusahaan:
1. Menghentikan pengakuan aset (termasuk setiap goodwill) dan
liabilitas anak perusahaan;
2. Menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap knp;
3. Menghentikan pengakuan akumulasi selisih penjabaran, yang dicatat
di ekuitas, bila ada;
4. Mengakui nilai wajar pembayaran yang diterima;
5. Mengakui setiap sisa investasi pada nilai wajarnya;
6. Mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau
kerugian dalam laporan laba rugi; dan
7. Mereklasifikasi bagian induk atas komponen yang sebelumnya diakui
sebagai pendapatan komprehensif lain ke laporan laba rugi, atau
mengalihkan secara langsung ke saldo laba.
KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari anak
perusahaan yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak
langsung oleh Perusahaan, yang masing-masing disajikan dalam laporan laba
rugi komprehensif konsolidasian dan dalam ekuitas pada laporan posisi
keuangan konsolidasian, terpisah dari bagian yang dapat diatribusikan
kepada pemilik Perusahaan.

b. Kombinasi Bisnis
Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya
perolehan dari sebuah akuisisi diukur pada nilai agregat imbalan yang
dialihkan, diukur pada nilai wajar pada tanggal akuisisi dan jumlah setiap
KNP pada pihak yang diakuisisi. Untuk setiap kombinasi bisnis, pihak
pengakuisisi mengukur KNP pada entitas yang diakuisi pada nilai wajar atau
sebesar proporsi kepemilikan KNP atas aset neto yang teridentifikasi dari
entitas yang diakuisisi. Biaya-biaya akusisi yang timbul dibebankan langsung
dan disajikan sebagai beban administrasi terkait.
Ketika melakukan akuisisi atas sebuah bisnis, Perusahaan dan anak
perusahaan mengklasifikasikan dan menentukan aset keuangan yang
diperoleh dan liabilitas keuangan yang diambil alih berdasarkan pada
persyaratan kontraktual, kondisi ekonomi dan kondisi terkait lain yang ada
pada tanggal akuisisi.
Dalam suatu kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, pihak
pengakuisisi mengukur kembali kepentingan ekuitas yang dimiliki
sebelumnya pada pihak yang diakuisisi pada nilai wajar tanggal akuisisi dan
mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam komponen laba
rugi.
Imbalan kontijensi yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi diakui pada
nilai wajar tanggal akuisisi. Perubahan nilai wajar atas imbalan kontijensi
setelah tanggal akuisisi yang diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas, akan
diakui dalam laporan laba rugi atau pendapatan komprehensif lain sesuai
dengan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Jika diklasifikasikan sebagai ekuitas,
imbalan kontijensi tidak diukur kembali dan penyelesaian selanjutnya
diperhitungkan dalam ekuitas.
Pada tanggal akusisi, goodwill awalnya diukur pada harga perolehan
yang merupakan selisih lebih nilai agregat dari imbalan yang dialihkan dan
jumlah setiap KNP atas selisih jumlah dari aset teridentifikasi yang diperoleh
dan liabilitas yang diambil alih. Jika imbalan tersebut kurang dari nilai wajar
aset neto anak perusahaan yang diakuisisi, selisih tersebut diakui dalam
komponen laba rugi.
Setelah pengakuan awal, goodwill diukur pada jumlah tercatat dikurangi
akumulasi kerugian penurunan nilai. Untuk tujuan uji penurunan nilai,
goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi
dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas (“UPK”) dari Perusahaan dan
anak perusahaan yang diharapkan akan bermanfaat dari sinergi kombinasi
tersebut, terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang
diakuisisi ditetapkan atas UPK tersebut. Jika goodwill telah dialokasikan
pada suatu UPK dan operasi tertentu atas UPK tersebut dihentikan, maka
goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan tersebut
termasuk dalam jumlah tercatat operasi tersebut ketika menentukan
keuntungan atau kerugian dari pelepasan. Goodwill yang dilepaskan tersebut
diukur berdasarkan nilai relatif operasi yang dihentikan dan porsi UPK yang
ditahan.

2.3.3 Laporan Atas Akuisisi PT. Smart Telecom Tbk.

Pada tanggal 18 Januari 2011, Perusahaan mengakuisisi 218.043.249


saham Seri A dan 43.030.541.566 saham Seri B atau setara 99,944%
kepemilikan di PT Smart Telecom (Smartel). Perusahaan mengakuisisi Smartel
ditujukan untuk meningkatkan kinerja Perusahaan mengingat Smartel adalah
operator jasa telekomunikasi berbasis CDMA yang serupa dengan Perusahaan.
Diharapkan konsolidasi kegiatan usaha Perusahaan dengan Smartel akan
mampu memotong biaya modal dan biaya operasional dalam jumlah yang
signifikan serta mampu menghadapi persaingan ketat dan tangguh di industri
telekomunikasi di Indonesia.

Berikut ini merupakan penyajikan jumlah imbalan dan jumlah aset dan
liabilitas diperoleh yang diakui pada tanggal akuisisi:

Kas 6.009.132.700
Saham diterbitkan 3.769.362.809.300
Jumlah imbalan yang dialihkan 3.775.371.942.000
Nilai wajar aset dan liabilitas teridentifikasi yang diperoleh:
ASET Rp.
Piutang Usaha 64.800.905.017
Piutang Lain-Lain 5.775.051.243
Persediaan 134.381.926.025
Pajak Dibayar Dimuka 225.228.363.434
Biaya Dibayar Dimuka 50.354.612.322
Aset Tetap 4.665.069.072.360
Aset Tidak Berwujud 744.465.277.575
Aset Lain-Lain 918.031.152.411
Jumlah Aset 6.866.212.310.368
LIABILITAS LIABILITIES Rp.
Utang usaha (214.341.497.705)
Utang lain-lain (166.943.519.570)
Utang pajak (4.184.213.141)
Biaya masih harus dibayar (246.454.295.215)
Pendapatan diterima dimuka (51.386.774.653)
Uang jaminan pelanggan (26.101.381.709)
Fasilitias pinjaman (2.954.179.778.235)
Kewajiban imbalan pasca kerja (26.513.347.550)
Jumlah liabilitas (3.690.104.807.778)
Jumlah Nilai Wajar Aset Bersih 3.176.107.502.590
Yang Teridentifikasi
Harga Imbalan Yang Dialihkan Rp.
Nilai wajar kepentingan non-pengendali (1.778.198.341)
Kewajiban pajak tangguhan atas akuisisi (145.262.036.061)
Goodwill atas akuisisi 746.304.673.812
Harga imbalan yang dialihkan 3.775.371.942.000
Perusahaan menerbitkan 75.684.753.658 saham Seri B sebagai bagian dari
pembayaran atas 99,944% kepemilikan di Smartel. Nilai wajar saham berupa
harga pasar saham Perusahaan pada tanggal akuisisi. Nilai wajar imbalan yang
diberikan sebesar Rp 3.769.362.809.300

Goodwill sebesar Rp 746.304.673.812 merupakan potensi pendapatan


minimum atas sinergi operasi yang bisa didapatkan dari Smartel. Tidak ada
pengaruh goodwill yang dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak.

Perusahaan memilih untuk mengukur kepentingan non-pengendali pada


saat akuisisi sebesar bagian proporsi kepentingan nonpengendali atas aset bersih
teridentifikasi dari perusahaan yang diakuisisi.
BAB III

KESIMPULAN

Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi
memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Kombinasi bisnis dapat dilihat dari
aspek strategi perusahaan. Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dalam rangka
mengembangkan usahanya dengan berbagai cara seperti integrrasi vertikal, horizontal serta
konglomersi. Dalaam bentuk entitas kombinasi bisnis itu sendiri tediri dari 3 bentuk hukum
yaitu merger, konsolidasian serta akuisisi.

Contoh dari kombinasi bisnis Konsolidasian yaitu pada PT Smartfren Telecom Tbk.
PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) awalnya bernama PT Smart Telecom Tbk dan PT
Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8) sebelum bulan April 2010.

Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan untuk tahun yang
berakhir 31 Desember 2011 disusun sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian
Laporan Keuangan” yang diterapkan 1 Januari 2011.Penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009).
Berdasarkan PSAK No. 4 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri”. Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan
Perusahaan dan anak perusahaan.

Pada tanggal 18 Januari 2011, Perusahaan mengakuisisi 218.043.249 saham Seri A


dan 43.030.541.566 saham Seri B atau setara 99,944% kepemilikan di PT Smart Telecom
(Smartel). Perusahaan mengakuisisi Smartel ditujukan untuk meningkatkan kinerja
Perusahaan mengingat Smartel adalah operator jasa telekomunikasi berbasis CDMA yang
serupa dengan Perusahaan.

Diharapkan konsolidasi kegiatan usaha Perusahaan dengan Smartel akan mampu


memotong biaya modal dan biaya operasional dalam jumlah yang signifikan serta mampu
menghadapi persaingan ketat dan tangguh di industri telekomunikasi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://m.smartfren.com/assets/corporate/img/annual/pdf/ar2-2011.pdf

https://ratnaputri860.wordpress.com/2016/10/14/kombinasi-bisnis/

https://bisnis.tempo.co/read/322393/akuisisi-smart-telecom-mobile-8-berganti-nama

https://www.izbio.id/2020/09/sejarah-awal-berdiri-perusahaan-pt.html

Anda mungkin juga menyukai