Anda di halaman 1dari 14

PELAPORAN KORPORAT

KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI


(KASUS PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO) TBK)

OLEH:

KELOMPOK 4

1. Putu Iin Sulistyawati (1807611008/08)


2. Ni Kadek Widnyani Widyastari (1807611010/10)
3. Komang Putri Utami (1807611011/11)
4. Sephy Lavianto (1807611017/17)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTAN (PPAk)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI

3. Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali


Kombinasi bisnis yang melibatkan entitas atau bisnis sepengendali adalah kombinasi bisnis
yang semua entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama
(baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak bersifat sementara.
Sekelompok individu dianggap sebagai pengendali suatu entitas jika, sebagai hasil dari suatu
kesepakatan kontraktual, mereka secara kolektif memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional entitas tersebut sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas entitas
tersebut. Oleh karena itu, suatu kombinasi bisnis berada di luar ruang lingkup Pernyataan ini jika
sekelompok individu yang sama memiliki, sebagai hasil dari kesepakatan kontraktual, kekuasaan
kolektif akhir (ultimate collective power) untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional dari
setiap entitas yang bergabung sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas entitas tersebut, dan
kekuasaan kolektif akhir tersebut tidak bersifat sementara.
Suatu entitas mungkin dikendalikan oleh individu atau kelompok individu yang bertindak
bersama berdasarkan kesepakatan kontraktual, dan individu atau kelompok individu tersebut
mungkin tidak tunduk pada ketentuan pelaporan keuangan berdasarkan SAK. Oleh karena itu,
entitas yang bergabung tidak perlu dimasukkan sebagai bagian dari laporan keuangan
konsolidasian yang sama agar suatu kombinasi bisnis dianggap sebagai kombinasi bisnis yang
melibatkan entitas sepengendali.
Besarnya kepentingan nonpengendali pada setiap entitas yang bergabung sebelum dan
sesudah kombinasi bisnis bukan hal yang relevan untuk menentukan apakah kombinasi tersebut
melibatkan entitas sepengendali. Demikian pula, fakta bahwa salah satu dari entitas yang
bergabung adalah entitas anak yang dikeluarkan dari laporan keuangan konsolidasian tidaklah
relevan untuk menentukan apakah kombinasi melibatkan entitas sepengendali.

1
Kasus: Analisis Penerapan Prinsip Penyajian Dan Pengungkapan SAK Indonesia Tentang
Kombinasi Bisnis Pada Laporan Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk

1. Profil Perusahaan
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, biasa disebut Telkom
Indonesia atau Telkom saja adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan
jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom mengklaim sebagai perusahaan
telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan
pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan
telekomunikasi di Indonesia. Pemegang saham mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik
Indonesia sebesar 52.09%, sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh publik. Saham Telkom
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock
Exchange (NYSE) dengan kode “TLK”.
Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication company, TelkomGroup
mengimplementasikan strategi bisnis dan operasional perusahaan yang berorientasi kepada
pelanggan (customer-oriented). Transformasi tersebut akan membuat organisasi TelkomGroup
menjadi lebih lean (ramping) dan agile (lincah) dalam beradaptasi dengan perubahan industri

2
telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat. Organisasi yang baru juga diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menciptakancustomer experience yang berkualitas.
Kegiatan usaha TelkomGroup bertumbuh dan berubah seiring dengan perkembangan
teknologi, informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor industri telekomunikasi dan
informasi. Hal ini terlihat dari lini bisnis yang terus berkembang melengkapi legacy yang sudah
ada sebelumnya. Saat ini TelkomGroup mengelola 6 produk portofolio yang melayani empat
segmen konsumen, yaitu korporat, perumahan, perorangan dan segmen konsumen lainnya.

2. Permasalahan
Suatu kombinasi bisnis dapat terjadi apabila satu perusahaan bergabung dengan satu
perusahaan lain atau lebih menjadi satu entitas. Menggabungkan entitas-entitas bisnis yang semula
terpisah merupakan salah satu cara untuk memperluas usaha. Alasan yang mendorong terjadinya
kombinasi bisnis pada industri telekomunikasi adalah akses jaringan.
Ketika suatu perusahaan memutuskan untuk membeli perusahaan sejenis lainnya, secara
tidak langsung ia pun memperluas akses jaringan maupun pangsa pasarnya. Bandwidth yang
tadinya hanya merupakan elemen dari sebuah sistem telekomunikasi, di era globalisasi ini
bandwidth telah menjadi sebuah komoditas yang menentukan apakah sebuah perusahaan
memutuskan untuk menggunakan jasa yang ditawarkan oleh seorang pengguna internet dalam
memilih penyedian jasa internet (Internet Service Provider/ISP). (www.telkom.co.id)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mengatur mengenai penyajian goodwill yang
seharusnya disajikan terpisah dengan penyajian aset tak berwujud. Dalam nilai tercatat aset tak
berwujud pada laporan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, terdapat nilai
goodwill yang seharusnya disajikan terpisah dengan aset tak berwujud. Penyajian goodwill yang
tidak dipisah dengan aset tak berwujud menjadi suatu masalah bagi para pengguna laporan
keuangan untuk memahami isi dari laporan keuangan tersebut.
Masalah yang akan dibahas adalah bagaimana PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk. melakukan pengungkapan dan penyajian pada laporan keuangannya atas kombinasi bisnis
yang ada pada kelompok usahanya. Untuk menciptakan laporan keuangan yang baik maka
penyajian goodwill dan aset tak berwujud harus dipisahkan agar pengguna laporan keuangan
mudah dalam memahami isi dari laporan keuangan tersebut. Sebagai entitas terbuka, PT

3
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk seharusnya mematuhi standar akuntansi keuangan dalam
melakukan penyajian laporan keuangan.

3. Pembahasan
Kombinasi bisnis merupakan akuntansi yang subtansinya di Indonesia dibahas dalam
Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 22 yang telah direvisi pada tahun 2010.
Kombinasi bisnis melibatkan 2 (dua) pihak, yakni entitas pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi.
Pihak pengakuisisi (acquirer) merupakan entitas yang memperoleh pengendalian atas entitas yang
diakuisisi (acquarier) dalam transaksi kombinasi bisnis. Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau
disebut juga entitas target, merupakan entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan
oleh entitas lain (entitas pengakuisisi).
Kegiatan kombinasi bisnis pada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dicatat
dengan menggunakan metode akuisisi (equity method). Imbalan yang dialihkan diukur sebesar
nilai wajarnya, yang merupakan agregat dari nilai wajar aset yang dialihkan, liabilitas yang diambil
alih dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai pertukaran atas pengendalian dari pihak yang
diakuisisi. Untuk setiap kombinasi bisnis, kepentingan nonpengendali diukur pada nilai wajar atau
pada proporsi kepemilikan nonpengendali atas aset neto teridentifikasi dari entitas yang diakuisisi.
Kepentingan nonpengendali (noncontrolling interest) merupakan bagian atas laba atau rugi dan
aset neto entitas anak yang tidak dapat distribusikan secara langsung atau tidak langsung pada
perusahaan.

Kegiatan Kombinasi Bisnis pada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk:


1. Kombinasi Bisnis Sepengendali
Kegiatan kombinasi bisnis yang dilakukan oleh entitas anak ini membuat PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk memiliki pengendalian tidak langsung atas entitas
yang diakuisis oleh entitas anak. Misalnya pada Akuisisi PT Bina Data Mandiri (BDM) ,
Akuisisi PT Sigma Cipta Caraka (Sigma) dan Akuisisi PT German Center Indonesia (GCI).
2. Akuisisi Tidak Sepengendali
Tidak hanya melalui entitas anak, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk juga secara
langsung melakukan kegiatan kombinasi bisnisnya. Kombinasi bisnis yang dilakukan oleh
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk akan menghasilkan pengendalian secara

4
langsung atas entitas yang di akuisisi. Pada tanggal 25 September 2013, teridentifikasi
bahwa PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakom) sebagai pihak yang diakuisisi. PT
Telkom menandatangani perjanjian jual beli dengan PT Elnusa Tbk sebesar 40% saham
beredar patrakom dengan harga perolehan Rp45,6 miliar. Dengan adanya kegiatan
kombinasi bisnis tersebut PT Telkom memliki 80% kepemilikan atas Patrakom.
3. Benchmarkin Penyajian Goodwill
Kegiatan ini bertujuan untuk meyakinkan apakah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk telah menerapkan standar penyajian laporan keuangan dan kegiatan kombinasi bisnis
yang dilakukan oleh perusahaan, serta untuk mengetahui alasan perusahaan mengapa
goodwill tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan. Metode yang digunakan adalah
metode benchmarking atau membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain dalam
satu sektor industri. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk yang bergerak dalam
industri telekomunikasi dibandingkan dengan PT Indosat Tbk dimana perbandingan ini
berfokus pada bagaimana penyajian goodwill yang seharusnya dilakukan oleh suatu
entitas.
PT Indosat Tbk
Penyajian Goodwill Pada Aset Tidak Lancar
Tahun 2016 dan 2015

5
Berbeda dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, pada laporan posisi
keuangan konsolidasian bagian aset tidak lancar PT Indosat Tbk terdapat nilai goodwill yang
disajikan bergabung dengan aset takberwujud lainnya. Pada aset tidak lancar PT Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk hanya menyajikan aset takberwujud tanpa disertai dengan goodwill.

6
D. PENUTUP
Simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan kasus tersebut adalah dalam penerapan
standar akuntansi keuangan, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dalam hal penerapan
standar secara umum maupun standar khusus tentang kombinasi bisnis dapat dikatakan masih
dalam batas yang diatur dalam PSAK. Pada bagian aset tidak lancar hanya terdapat akun aset
takberwujud dari hasil kegiatan kombinasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, seharusnya
penyajiaan tersebut disertakan dengan penyajian goodwill. Goodwill perlu disajikan karena
goodwill merupakan selisih lebih dari harga perolehan dengan nilai wajar dan aset takberwujud
lainnya merupakan aset teridentifikasi dari kegiatan kombinasi bisnis seperti piranti lunak dan
lisensi.
Terdapat kegiatan kombinasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tanpa diungkapkan
harga perolehan yang dikeluarkan untuk melakukan akuisisi tersebut. Penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan harus menyajikan informasi yang cukup, wajar, dan lengkap
mengenai hasil dari suatu entitas bisnis. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas

7
dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi
unit usaha tersebut.

REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Modul Chartered Accountant: Pelaporan Korporat.
Jakarta: Penulis.

Maimunah, Siti., Darmawan, Furqon Andhika. 2016. Analisis Penerapan Prinsip Penyajian dan
Pengungkapan Standar Akutansi Keuangan Indonesia Tentang Kombiunasi Bisnis pada
Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Akutansi Fakultas Ekonomi. Universitas Pakuan.

www.idx.co.id

www.telkom.co.id

8
LAMPIRAN

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai