Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

KINERJA KEUANGAN PADA PT


TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK

PROPOSAL

Oleh:

Pices Mulyono
2025100311

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL SAINS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Pemegang saham

mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%,

sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh publik. Saham Telkom diperdagangkan di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange

(NYSE) dengan kode “TLK”. Dalam upaya bertransformasi menjadi digital

telecommunication company, TelkomGroup mengimplementasikan strategi bisnis

dan operasional perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan (customer-

oriented). Transformasi tersebut akan membuat organisasi Telkom Group menjadi

lebih lean (ramping) dan agile (lincah) dalam beradaptasi dengan perubahan

industri telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat. Kegiatan usaha Telkom

Group bertumbuh dan berubah seiring dengan perkembangan teknologi, informasi

dan digitalisasi, namun masih dalam koridor industri telekomunikasi dan informasi.

Hal ini terlihat dari lini bisnis yang terus berkembang melengkapi legacy yang

sudah ada sebelumnya. Pada segmen seluler, pembangunan jaringan secara

berkesinambungan hingga ke pelosok nusantara telah menghasilkan jumlah

pelanggan 171 juta dengan 112 juta di antaranya merupakan pengguna layanan

mobile broadband. Pendapatan dari mobile broadband sendiri pada sembilan bulan

pertama 2019 tumbuh 28,4% dibandingkan September 2018 menjadi Rp9,1 triliun,

1
2

pertumbuhan ini didorong lonjakan di trafik layanan sebesar 55,2%. Dikutip dari

Wikipedia.com PT Telekomunikasi Indonesia, tbk mengklaim perusahaannya

sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan

telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.

Hal ini menunjukkan banyak pihak yang berkepentingan atas informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan tersebut, yang terdapat

dalam laporan keuangan sebagai dasar untuk membuat keputusan ekonomi.

Bagi pihak investor, berkepentingan pada risiko yang melekat dan hasil

pengembangan dari investasi yang dilakukan. Informasi ini bertujuan membantu

menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Bagi

pihak kreditor (pemberi pinjaman), kreditor tertarik dengan informasi keuangan

yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya

dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Bagi pihak pemasok dan kreditor usaha lain,

tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah

jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Bagi pihak Pemegang

Saham, berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan,

pembagian keuntungan yang akan diperoleh. Bagi pihak Pelanggan berkepentingan

dengan kelangsungan hidup perusahaan. Bagi Pemerintah, untuk hitungan pajak

dan dana.

Menurut Kasmir (2018) Laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode

tertentu. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
3

sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Dalam Tyas (2020) tujuan laporan Keuangan adalah untuk memberikan informasi

kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut

angka-angka dalam satuan moneter (Irham Fahmi, 2018:26). Laporan keuangan

juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber

daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan terdiri dari neraca,

laporan rugi-laba, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas

laporan keuangan.

Untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan maka perlu

dilakukan analisis laporan keuangan. Untuk mengetahui apakah laporan keuangan

perusahaan dalam kondisi yang baik dapat dilakukan dengan melakukan analisis

laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan proses evaluasi posisi

keuangan dan kinerja perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis

laporan keuangan bertujuan untuk membantu menilai posisi dan kinerja keuangan,

membandingkan posisi dan kinerja keuangan perusahaan dengan posisi dan kinerja

keuangan perusahaan yang bersangkutan di masa yang lalu, perusahaan lain dan

industri, membantu pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan,

mengetahui dan menilai prestasi manajemen, keuangan, operasi dan lainnya,

melihat kinerja karyawan dan melakukan perbaikan atas hal yang dirasa kurang.

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin

mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat

kesehatan suatu perusahaan. Salah satu teknik dalam menganalisis laporan

keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan.


4

Rasio keuangan merupakan ukuran statistik terkait dengan angka-angka dari

laporan laba-rugi, neraca atau keduanya. Dalam Lithfiyah, Irwansyah, & Fitria

(2019) menurut Harahap (2016), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari

hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Rasio keuangan memungkinkan

dilakukannya pembandingan kinerja perusahaan antar waktu, ataupun

pembandingan kinerja antar perusahaan. Analisis rasio keuangan membutuhkan

laporan keuangan selama sedikitnya 2 (dua) tahun terakhir dari berjalannya

perusahaan. Jenis-jenis analisis rasio keuangan antara lain rasio likuiditas, rasio

solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Rasio likuiditas adalah rasio

yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek suatu perusahaan, dengan

melihat aktiva lancar perusahaan terhadap utang lancarnya. Rasio solvabilitas

adalah suatu rasio yang digunakan dalam rangka menilai kemampuan sebuah

perusahaan atas pelunasan utang dan seluruh kewajibannya dengan menggunakan

jaminan modal maupun aktiva (harta kekayaan dalam bentuk apapun) yang dimiliki

dalam jangka panjang serta jangka pendek. Rasio aktivitas adalah rasio yang

mengukur efektivitas sebuah perusahaan untuk memanfaatkan segala sumber daya

yang mereka miliki, sehingga dapat ditentukan seberapa tinggi tingkat aktivitas

aktiva-aktiva tersebut pada kegiatan tertentu. Rasio profitabilitas adalah jenis rasio

keuangan yang digunakan untuk mengukur dan melihat kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan sebuah keuntungan bagi perusahaan. Dengan mengetahui

tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas suatu perusahaan, akan

dapat diketahui keadaan perusahaan yang sesungguhnya sehingga dapat diukur

tingkat kinerja keuangan dalam perusahaan.


5

Berikut adalah perbandingan rata-rata rasio keuangan pada PT

Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode tahun 2015-2019 dengan standar rasio

industri yang dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1
Perbandingan Rata-Rata Rasio Keuangan PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2015-2019
dengan Standar Rasio Industri
Rata-rata Standar
Jenis Rasio Rasio Rasio
Keuangan Industri
current ratio 105% >200%
debt to assets ratio 44% < 35%
return on equity 26% > 40%
Sumber : diolah sendiri

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan rata-rata current ratio PT

Telekomunikasi Indonesia, Tbk dalam lima tahun sebesar 105% memiliki kinerja

keuangan kurang baik karena berada dibawah standar rasio industri. Rendahnya

current ratio PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk pada tahun 2015-2019 disebabkan

perusahaan masih kurang mampu untuk menjamin hutang jangka pendeknya

dengan aset lancar yang dimiliki. Rata-rata debt to assets ratio PT Telekomunikasi

Indonesia, Tbk dalam lima tahun sebesar 44% artinya dari aktiva perusahaan

didanai utang (modal pinjaman) sebesar 44%. Jika dibandingkan dengan standar

rasio industri, kondisi kinerja keuangan perusahaan pada periode tersebut kurang

baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi standar rasio industri.

Rata-rata return on equity PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dalam lima tahun

sebesar 26% berarti kondisi kinerja keuangannya kurang baik karena masih

dibawah standar rasio industri.


6

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

KINERJA KEUANGAN PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA,

TBK”.

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Current ratio yang berada dibawah standar rasio industri menunjukkan kinerja

keuangan kurang baik.

2. Debt to assets ratio yang melebihi standar rasio industri menunjukkan kinerja

keuangan kurang baik.

3. Return on assets yang berada dibawah standar rasio industri menunjukkan

kinerja keuangan kurang baik.

1.2.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas,

penelitian ini dibatasi untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan akan

lebih fokus membahas hal-hal berikut ini:

1. Rasio likuiditas pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk diukur dari current

ratio dan quick ratio.

2. Rasio solvabilitas pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk diukur dari debt to

asset ratio, debt to equity ratio.


7

3. Rasio profitabilitas pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk diukur dari return

on asset, return on equity.

Penulis membatasi laporan keuangan yang digunakan adalah hanya laporan

keuangan yang sudah diaudit dan periode yang digunakan adalah tahun 2015-2019.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dari Tahun

2015-2019 dengan menggunakan analisis rasio likuiditas diukur dari current

ratio, quick ratio?

2. Bagaimana kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dari Tahun

2015-2019 dengan menggunakan analisis rasio diukur dari debt to assets ratio,

debt to equity ratio?

3. Bagaimana kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dari Tahun

2015-2019 dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas diukur dari return

on assets, return on equity?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dari

Tahun 2015-2019 dengan menggunakan analisis rasio likuiditas diukur dari

current ratio, quick ratio.


8

2. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dari

Tahun 2015-2019 dengan menggunakan analisis rasio diukur dari debt to assets

ratio, debt to equity ratio.

3. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dari

Tahun 2015-2019 dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas diukur dari

return on assets, return on equity.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat memberikan sumbangan

pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori yang berkaitan dengan

rasio-rasio keuangan.

2. Aspek Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman

serta mengembangkan pengetahuan dalam analisis kinerja keuangan.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi atau

masukan kepada perusahaan mengenai kinerja keuangan dibandingkan

dengan kompetitornya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian sejenis

maupun sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

d. Bagi Universitas Pembangunan Panca Budi


9

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil-hasil penelitian

berkaitan dengan analisis kinerja keuangan.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sri Handayani Nst (2021)

yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT

Jaya Kencana Medan” sedangkan penelitian ini berjudul “Analisis Rasio Keuangan

Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk”.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang

terletak pada:

1. Lokasi Penelitian: lokasi penelitian terdahulu di PT Jaya Kencana Medan

sedangkan penelitian ini di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

2. Variabel Penelitian: variabel penelitian terdahulu menggunakan current

ratio, cash ratio, quick ratio, debt ratio, debt to equity, return on investment,

gross profit margin, net profit margin sedangkan penelitian ini menggunakan

current ratio, quick ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio, return on

assets, return on equity.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Dalam Mastari (2020) laporan keuangan adalah laporan yang disajikan

untuk kepentingan para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan,

mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan, Soemarsono (2016:34).

Menurut Kasmir (2018) laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode

tertentu. Kasmir (2018) menjelaskan bahwa sudah merupakan kewajiban setiap

perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaan pada suatu

periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui

kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan

menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan saat terdekat dan masa yang

akan datang, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun

kekuatan yang dimilikinya.

2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan

keuangan yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan pada saat ini.

10
11

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh

pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan dan

informasi keuangan lainnya”.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018), secara umum ada lima macam jenis laporan

keuangan yang biasa disusun yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

modal, laporan arus kas, dan laporan catatan atas laporan keuangan.

1. Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan

perusahaan pada tanggal tertentu. Artinya dari posisi keuangan dimaksudkan

adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas)

suatu perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi


12

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang

menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Di

dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber

pendapatan yang diperoleh. Kemudian, juga tergambar jumlah biaya dan jenis

biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan

jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis

modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan

perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang

berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau

tidak langsung terhadap kas. Laporan kas terdiri dari arus kas masuk (cash in)

dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk terdiri dari

uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan atau penerimaan

lainnya, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah jumlah pengeluaran dan

jenis-jenis pengeluarannya seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.

5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan

informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.

Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu

diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas.


13

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2020) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses

untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah

masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan

pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.

Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan, baik

secara internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada

dalam industri yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan perusahaan

dengan mengetahui seberapa efektif operasi perusahaan telah berjalan. Analisis

laporan keuangan sangat berguna tidak hanya bagi internal perusahaan saja, tetapi

juga bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya.

Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para

pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan

melalui informasi yang didapat dari laporan keuangan. Analisis laporan keuangan

dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan

yang ada dan kemudian membuat keputusan yang rasional untuk memperbaiki

kinerja perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Analisis laporan

keuangan juga berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan

investasi dan kredit.


14

2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018), tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,

baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk

beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan

perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan

ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang

hasil yang mereka capai.

2.1.3.3 Prosedur dan Metode Analisis Laporan Keuangan

Langkah-langkah atau prosedur dalam melakukan analisis laporan

keuangan sebagai berikut: (Hery, 2020)

1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap

mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode.

2. Melakukan pengukuran-pengukuran secara cermat dengan memasukan angka-

angka yang ada dalam laporan keuangan ke dalam rumus-rumus tertentu.


15

3. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah

dilakukan.

4. Membuat laporan hasil analisis.

5. Memberi rekomendasi sehubungan dengan hasil analisis yang telah dilakukan.

Menurut Hery (2020), terdapat dua metode dalam menganalisis laporan

keuangan yang umum digunakan sebagai berikut:

1. Analisis Vertikal (Statis)

Analisis yang dilakukan hanya pada satu periode laporan keuangan saja.

Analisis ini dilakukan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan dari

satu periode. Maka informasi yang diperoleh hanyalah menggambarkan

hubungan kunci antara pos-pos laporan keuangan atau kondisi untuk satu

periode saja sehingga tidak dapat mengetahui perkembangan kondisi

perusahaan dari periode satu ke periode berikutnya. Analisis ini juga berupa

analisis perbandingan terhadap laporan keuangan perusahaan lain pada satu

periode tertentu, dimana perbandingan dilakukan terhadap informasi serupa

dari perusahaan lain yang berada dalam satu industri yang sama atau dikaitkan

dengan data industri pada periode waktu yang sama.

2. Analisis Horizontal (Dinamis)

Analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan dari

beberapa periode. Perbandingan dilakukan dengan informasi serupa dari

perusahaan yang sama tetapi periode waktu yang berbeda. Melalui hasil

analisis ini dapat dilihat kemajuan atau kemunduran kinerja perusahaan dari

periode yang satu ke periode berikutnya.


16

2.1.3.4 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2020), adapun jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Perbandingan, teknik analisis laporan keuangan, merupakan teknik

analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau

lebih untuk menunjukan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam

persentase (relative).

2. Analisis Trend, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui

tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah menunjukan

kenaikan atau penurunan.

3. Analisis Persentase perkomponen (common size), teknik analisis yang

digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing komponen aset

terhadap total aset, persentase masing-masing komponen utang dan modal

kerja selama dua periode waktu yang dibandingkan.

2.1.4 Kinerja Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Dalam Chasanah, Yaningwati, & Wi Endang NP (2015) kinerja keuangan

merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik

menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya

diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas (Jumingan,

2011:239). Kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh

manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan

secara efektif selama periode tertentu (Rudianto, 2013:189).


17

2.1.4.2 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

Menurut Munawir (2012) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran

kinerja keuangan perusahaan adalah:

1. Mengetahui Tingkat Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

2. Mengetahui Tingkat Solvabilitas

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang.

3. Mengetahui Tingkat Rentabilitas

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Mengetahui Tingkat Stabilitas

Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya

dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan

perusahaan untuk membayar utang-utangnya serta membayar beban bunga atas

utang-utangnya tepat pada waktunya.

2.1.4.3 Manfaat Kinerja Keuangan

Adapun manfaat dari melakukan kinerja keuangan bagi perusahaan adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan yang sudah dicapai

dalam setiap periode tertentu.


18

2. Digunakan sebagai dasar perencanaan untuk perusahaan dimasa yang akan

datang.

3. Dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam mencapai tujuan

perusahaan secara keseluruhan.

4. Dapat menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan.

5. Sebagai penentuan penanaman modal agar dapat meningkatkan daya produksi

suatu perusahaan.

6. Memberi arahan dalam membuat keputusan dan kegiatan perusahaan pada

umumnya dan devisa perusahaan pada khususnya.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan

2.1.5.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Dalam Abdurrahman & Munandar (2020) Analisis rasio keuangan adalah

nilai yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan

pos lainnya serta memiliki hubungan yang relevan dan signifikan. (Martono,

2004:297). Rasio keuangan adalah suatu analisis yang menggambarkan hubungan

antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan menggunakan alat

analisis berupa ratio sehingga dapat menjelaskan atau dapat memberi gambaran

mengenai baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan

(Munawir, 2007:64).

Menurut Kasmir (2018), analisis rasio keuangan merupakan kegiatan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara

satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
19

komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang

diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa

periode.

2.1.5.2 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Sebagai alat analisis untuk mengukur kinerja keuangan, rasio keuangan

memiliki keunggulan dan keterbatasan dalam penggunaanya. Menurut Harahap

(2019) analisis rasio keuangan mempunyai keunggulan sebagai berikut:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca

dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisasi size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang

akan datang.

Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio keuangan, teknik ini

juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya

agar tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu

adalah:
20

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik seperti ini seperti:

a. bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung

taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif;

b. nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost) bukan harga pasar;

c. klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio;

d. metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan

menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang

dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa

menimbulkan kesalahan.

2.1.5.3 Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Fahmi (2014:53) dalam Septiana (2016) menyatakan bahwa dengan

menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis dapat diperoleh manfaat yaitu:

1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat untuk

menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai


21

rujukan untuk membuat perencanaan.

3. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi

kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan

untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan

adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok

pinjaman.

5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak

stakeholder organisasi.

2.1.5.4 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Hery (2020), secara garis besar, saat ini dalam praktik setidaknya

ada 5 (lima) jenis rasio keuangan yang sering digunakan untuk menilai kondisi

keuangan dan kinerja perusahaan. Kelima jenis rasio keuangan tersebut adalah:

1. Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh

tempo.

2. Rasio Solvabilitas/Rasio Struktur Modal/Rasio Leverage, merupakan rasio

yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya.

3. Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan atau untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

4. Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan


22

perusahaan dalam menghasilkan laba.

5. Rasio Penilaian/Rasio Ukuran Pasar, merupakan rasio yang digunakan untuk

mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (nilai saham).

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Dengan

kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur

sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban

jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Jika perusahaan memiliki

kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo

maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya,

jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka

pendeknya pada saat jatuh tempo, perusahaan tersebut dikatakan sebagai

perusahaan yang tidak likuid. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang akan segera jatuh tempo, perusahaan harus memiliki tingkat

ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset lancar lainnya yang juga dapat dengan

segera dikonversi atau diubah menjadi kas.

Berikut adalah jenis-jenis rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam

praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh


23

tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain,

rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar

yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Berikut

adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar:

Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar

b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset sangat lancar

(kas + sekuritas jangka pendek + piutang), tidak termasuk persediaan barang

dagang dan aset lancar lainnya. Dengan kata lain, rasio sangat lancar ini

menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset sangat lancar (diluar

persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya) yang dimiliki perusahaan

dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Berikut adalah rumus yang

digunakan untuk menghitung rasio sangat lancar:

Kas + Sekuritas Jangka Pendek + Piutang


Rasio Sangat Lancar =
Kewajiban Lancar

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar

uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek.

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam


24

melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan

menggunakan uang kas atau setara kas yang ada. Berikut adalah rumus yang

digunakan untuk menghitung rasio kas:

Kas dan Setara Kas


Rasio Kas =
Kewajiban Lancar

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Dengan kata

lain, rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam

rangka pemenuhan aset. Dalam arti luas, rasio solvabilitas digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik

kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

Berikut adalah jenis-jenis rasio solvabilitas yang lazim digunakan dalam

praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya:

a. Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)

Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang

atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset.

Membandingkan antara jumlah kewajiban dengan jumlah aset yang dimiliki

perusahaan menunjukkan sejauh mana dana yang dipinjam telah digunakan


25

untuk membeli aset. Rasio yang membandingkan antara total kewajiban

dengan total aset ini juga dikenal sebagai debt ratio (rasio utang). Berikut

adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang:

Total Utang
Rasio Utang =
Total Aset

b. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi

antara total utang dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya

perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah

dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini

berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang

dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio ini memberikan petunjuk umum

tentang kelayakan kredit dan risiko keuangan debitor.

Memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity

ratio yang tinggi menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung

risiko yang lebih besar pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan.

Sebaliknya, apabila kreditor memberikan pinjaman kepada debitor yang

memiliki tingkat debt to equity ratio yang rendah maka hal ini dapat

mengurangi risiko kreditor pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap

modal:

Total Utang
Rasio Utang terhadap Modal =
Total Modal
26

c. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to Equity Ratio)

Rasio utang jangka panjang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap modal.

Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana

yang disediakan oleh kreditor jangka panjang dengan jumlah dana yang berasal

dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio utang jangka panjang terhadap

modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa bagian dari

setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang jangka

panjang terhadap modal:

Utang Jangka Panjang


Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal =
Total Modal

d. Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)

Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana atau berapa

kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan perusahaan

disini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio kelipatan bunga

yang dihasilkan dihitung sebagai hasil bagi antara laba sebelum bunga dan

pajak dengan besarnya beban bunga yang harus dibayarkan. Dengan demikian,

kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman tidak dipengaruhi

oleh pajak. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan sering juga dikenal sebagai

coverage ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana laba boleh

menurun tanpa mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayar beban

bunga. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kelipatan
27

bunga yang dihasilkan:

Laba sebelum bunga dan pajak


Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan =
Beban bunga

e. Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating Income to Liabilities

Ratio)

Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan rasio yang

menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali) kemampuan perusahaan dalam

melunasi seluruh kewajiban. Kemampuan perusahaan di sini diukur dari

jumlah laba operasional. Rasio laba operasional terhadap kewajiban dihitung

sebagai hasil bagi antara laba operasional dengan total kewajiban. Rasio laba

operasional terhadap kewajiban sering juga dikenal sebagai coverage ratio.

Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana laba operasional boleh

menurun tanpa mengurangi kemampuan perusahaan dalam melunasi

kewajiban. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio laba

operasional terhadap kewajiban:

Laba operasional
Rasio laba operasioanal terhadap kewajiban =
Kewajiban

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk

mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang

ada. Rasio ini juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
28

melaksanakan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil pengukuran rasio tersebut

dapat diambil kesimpulan apakah perusahaan telah secara efisien dan efektif dalam

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Dari hasil pengukuran rasio ini akan dapat diketahui mengenai kinerja

manajemen yang sesungguhnya dalam mengelola aktivitas perusahaan. Secara

keseluruhan, rasio aktivitas akan mengungkap: (a)perputaran piutang usaha;

(b)berapa lama rata-rata penagihan piutang usaha; (c)perputaran persediaan;

(d)berapa lama rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual;

(e)perputaran modal kerja; (f)perputaran aset tetap; dan (g)perputaran total aset.

Berikut adalah jenis-jenis rasio aktivitas yang lazim digunakan dalam

praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dan

mengoptimalkan aset yang dimilikinya:

a. Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn Over)

Perputaran piutang usaha merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu

periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha. Rasio

ini menunjukkan kualitas piutang usaha dan kemampuan manajemen dalam

melakukan aktivitas penagihan piutang usaha tersebut. Dengan kata lain, rasio

ini menggambarkan seberapa cepat piutang usaha berhasil ditagih menjadi kas.

Rasio perputaran piutang usaha dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya

tingkat penjualan kredit dengan rata-rata piutang usaha. Yang dimaksud dengan

rata-rata piutang usaha di sini adalah piutang usaha awal tahun ditambah piutang

usaha akhir tahun lalu dibagi dengan dua. Sedangkan lamanya rata-rata
29

penagihan piutang usaha dihitung sebagai hasil bagi antara 365 hari (jumlah hari

dalam setahun) dengan rasio perputaran piutang usaha. Berikut adalah rumus

yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran piutang usaha dan lamanya

rata-rata penagihan piutang usaha:

Penjualan Kredit
Rasio Perputaran Piut. Usaha =
(Piut. Usaha Aw. Thn + Piut. Usaha Akh. Thn) : 2

Penjualan Kredit
Rasio Perputaran Piut. Usaha =
Rata-Rata Piut. Usaha

365
Lamanya Rata-rata Penagihan Piut. Usaha =
Rasio Perputaran Piut. Usaha

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa

kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau

berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga

akhirnya terjual. Rasio ini menunjukkan kualitas persediaan barang dagang dan

kemampuan manajemen dalam melakukan aktivitas penjualan. Dengan kata lain,

rasio ini menggambarkan seberapa cepat persediaan barang dagang berhasil

dijual kepada pelanggan. Rasio perputaran persediaan dihitung sebagai hasil

bagi antara besarnya penjualan (atau harga pokok penjualan) dengan rata-rata

persediaan. Tingkat penjualan dihitung sebesar harga jual yang dibebankan

kepada pelanggan (tunai maupun kredit) sedangkan harga pokok penjualan

dihitung sebesar harga beli dari pemasok atas barang yang dijual. Yang

dimaksud dengan rata-rata persediaan disini adalah persediaan barang dagang


30

awal tahun ditambah persediaan barang dagang akhir tahun lalu dibagi dengan

dua. Sedangkan lamanya rata-rata persediaan barang dagang tersimpan di

gudang hingga akhirnya terjual dihitung sebagai hasil bagi antara 365 hari

(jumlah hari dalam setahun) dengan rasio perputaran persediaan. Berikut adalah

rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran persediaan dan

lamanya rata-rata persediaan barang dagang tersimpan di gudang hingga

akhirnya terjual:

Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
(Persediaan Aw. Thn+Persediaan Akh. Thn) : 2

Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
Rata-rata persediaan
atau
Harga Pokok Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
Rata-rata persediaan

365
Lamanya Rata-rata Persediaan =
Rasio Perputaran Persediaan

c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Perputaran modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam

menghasilkan penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya

penjualan (tunai maupun kredit) dengan rata-rata aset lancar. Yang dimaksud

dengan rata-rata aset lancar adalah aset lancar awal tahun ditambah aset lancar

akhir tahun lalu dibagi dengan dua. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung rumus perputaran modal kerja:


31

Penjualan
Rasio Perputaran Modal Kerja =
(Aset Lancar Aw. Thn+Aset Lancar Akh. Thn) : 2

Penjualan
Rasio Perputaran Modal Kerja =
Rata-rata Aset Lancar

d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over)

Perputaran aset tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan

atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa efektif kapasitas aset tetap turun

berkontribusi menciptakan penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi

antara besarnya penjualan (tunai maupun kredit) dengan rata-rata aset tetap.

Yang dimaksud dengan rata-rata aset tetap adalah aset tetap awal tahun ditambah

aset tetap akhir tahun lalu dibagi dengan dua. Berikut adalah rumus yang

digunakan untuk menghitung rasio perputaran aset tetap:

Penjualan
Rasio Perputaran Aset Tetap =
(Aset Tetap Aw. Thn+Aset Tetap Akh. Thn) : 2

Penjualan
Rasio Perputaran Aset Tetap =
Rata-rata Aset Tetap

e. Perputaran Total Aset (Total Asset Turn Over)

Perputaran total aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan

atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini
32

dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya penjualan (tunai maupun kredit)

dengan rata-rata total aset. Yang dimaksud dengan rata-rata total aset adalah total

aset awal tahun ditambah total aset akhir tahun lalu dibagi dengan dua. Berikut

adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran total aset:

Penjualan
Rasio Perputaran Total Aset =
(Total Aset Aw. Thn+Total Aset Akh. Thn) : 2

Penjualan
Rasio Perputaran Total Aset =
Rata-rata Total Aset

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya.

Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan

keuntungan dengan cara menjual produk (barang dan/atau jasa) kepada para

pelanggannya. Tujuan operasional dari Sebagian besar perusahaan adalah untuk

memaksimalkan profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang.

Manajemen dituntut untuk meningkatkan imbal hasil (return) bagi pemilik

perusahaan, sekaligus juga meningkatkan kesejahteraan karyawan. Ini semua hanya

dapat terjadi apabila perusahaan memperoleh laba dalam aktivitas bisnisnya. Rasio

profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Di samping bertujuan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode

tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen

dalam menjalankan operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio

yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui


33

semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari

kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun penggunaan modal. Rasio

profitabilitas atau rasio rentabilitas dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur

tingkat efektifitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan ditunjukkan lewat

keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi

perusahaan.

Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam

praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba:

a. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets)

Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini

dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. Berikut adalah rumus

yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas aset:

Laba Bersih
Hasil Pengembalian Atas Aset =
Total Aset

b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio

ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini

dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas. Berikut adalah rumus
34

yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas:

Laba Bersih
Hasil Pengembalian Atas Ekuitas =
Total Ekuitas

c. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi

laba kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil

pengurangan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Yang

dimaksud dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai maupun kredit)

dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta potongan penjualan. Berikut

adalah rumus yang digunakan untuk menghitung marjin laba kotor:

Laba Kotor
Marjin Laba Kotor =
Penjualan Bersih

d. Marjin Laba Operasional (Operating Profit Margin)

Marjin Laba Operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung

dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional

sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban

operasional. Beban operasional di sini terdiri atas beban penjualan maupun

beban umum dan administrasi. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung marjin laba operasional:

Laba Operasional
Marjin Laba Operasional =
Penjualan Bersih
35

e. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Marjin Laba Bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi

laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil

pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak

penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan di sini

adalah laba operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu

dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain. Berikut adalah rumus yang

digunakan untuk menghitung marjin laba bersih:

Laba Bersih
Marjin Laba Bersih =
Penjualan Bersih

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil


Peneliti

1. Sri Analisis Rasio 1. Rasio likuiditas Hasil analisis rasio keuangan


Handayani Keuangan Untuk (current ratio, pada PT Jaya Kencana
Nst (2021) Mengukur Kinerja quick ratio, cash Medan menunjukkan bahwa
Keuangan PT Jaya ratio) rasio solvabilitas ditinjau
Kencana Medan 2. Rasio dari debt to equity berada
solvabilitas (debt dalam kondisi kurang sehat.
Rasio profitabilitas berada
ratio, debt to
dibawah standar industri.
equity)
3. Rasio
profitabilitas
(return on
investment,
gross profit
margin, net
profit margin)
36

2 Jurnal: Analisis Kinerja 1. Rasio likuiditas Berdasarkan hasil


Swita Keuangan (current ratio, perhitungan yang dilakukan
Angelina Perusahaan Pada quick ratio, cash dengan rasio likuiditas, rasio
Kaunang PT Cipta Daya ratio) solvabilitas, dan rentabilitas
(2013) Nusantara. 2. Rasio Solvabilitas bahwa kinerja keuangan PT
(debt to assets Cipta Daya Nusantara belum
ratio, debt to berjalan dengan baik.
equity ratio, long
term debt to
equity ratio)
3. Rasio Rentabilitas
(profit margin on
sales, net profit
margin, return on
equity)

3 Jurnal: Penilaian Kinerja 1. Rasio likuiditas Hasil analisis rasio keuangan


Ratnawaty Perusahaan Dengan (current ratio) menunjukkan bahwa
Marginingsih Menggunakan 2. Rasio Solvabilitas berdasarkan perbandingan
(2017) Analisa Rasio (debt to equity rasio likuiditas untuk PT
Keuangan Pada ratio) Indosat, Tbk; PT XL Axiata,
Perusahaan 3. Rasio Rentabilitas Tbk dan PT Smartfren
Telekomunikasi di (return on equity) Telecom, Tbk berada dalam
Indonesia kondisi ilikuid. Berdasarkan
perbandingan rasio
rentabilitas perusahaan
Telekomunikasi di Indonesia
memiliki kinerja keuangan
yang kurang baik.
Berdasarkan perbandingan
rasio solvabilitas pada PT
Indosat, Tbk; PT XL Axiata,
Tbk dan PT Smartfren
Telecom, Tbk memiliki
kinerja keuangan yang
kurang baik.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran digunakan untuk menggambarkan penelitian yang

dilakukan. Kerangka pikir merupakan uraian tentang hubungan antara variabel

yang terkait dengan masalah yang diteliti sesuai dengan rumusan masalah. Adapun
37

kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Laporan Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Analisis Rasio Keuangan

Rasio Likuiditas: Rasio Solvabilitas: Rasio Profitabilitas:


- Current Ratio - DAR - ROA
- Quick Ratio - DER - ROE

Kinerja Keuangan Perusahaan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah menggambarkan jenis atau bentuk penelitian

yang mendasari penelitian. Penelitian ini mengacu kepada data yang berupa angka-

angka sehingga dapat dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Data kuantitatif

yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan tahun 2015-2019. Data-data

ini digunakan untuk mengetahui jumlah atau besaran dari analisis Rasio likuiditas,

solvabilitas, dan profitabilitas dalam mengukur kinerja keuangan yang terdapat

pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dalam analisis ini akan dilakukan

pembahasan mengenai current ratio, quick ratio, debt to asset ratio (DAR), debt to

equity ratio (DER). return on asset (ROA), dan return on equity (ROE).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan

menggunakan laporan keuangan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia

(BEI) yaitu (www.idx.co.id). Penelitian ini menggunakan objek penelitian pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian dimulai dari bulan September 2021

s/d selesai dengan rincian sebagai berikut:

38
39

Tabel 3.1 Waktu Penelitian


Sept' Okt' Nov' Des'
No Jenis Kegiatan
2021 2021 2021 2021
1 Riset Awal/Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Perbaikan/Acc Proposal
4 Seminar Proposal
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Skripsi
7 Bimbingan Skripsi
8 Meja Hijau
Sumber : Diolah Penulis, 2021

3.3 Definisi Operasional

Dalam Andrianingrum (2021) menurut Mulyadi (2013:415), kinerja

keuangan adalah penentuan dalam secara periodik efektivitas operasional, suatu

organisasi, bagian organisasi dan keuangan berdasarkan sasaran, standar dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja manajemen akan

menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan

kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.

Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

No Variabel Definisi Rumus


1 Current Ratio Current ratio Current ratio
menggambarkan seberapa = Aset Lancar
besar jumlah ketersediaan Kewajiban Lancar
aset lancar yang dimiliki
perusahaan dibandingkan Sumber : Hery (2020)
dengan total kewajiban lancar
2 Quick Ratio Quick ratio menggambarkan Quick Ratio =
seberapa besar jumlah Kas + Sekuritas Jk. Pjg + Piutang
ketersediaan aset sangat Kewajiban Lancar
lancar (diluar persediaan
barang dagang dan aset lancar Sumber : Hery (2020)
lainnya) yang dimiliki
perusahaan dibandingkan
dengan total kewajiban
lancar.
40

3 Debt to Asset DAR digunakan untuk DAR = Total Utang


Ratio (DAR) mengukur seberapa besar aset Total Aset
perusahaan dibiayai oleh
utang atau seberapa besar
utang perusahaan
berpengaruh terhadap
pembiayaan aset. Sumber : Hery (2020)
4 Debt to Equity DER berguna untuk
Ratio (DER) mengetahui besarnya
perbandingan antara jumlah
dana yang disediakan oleh
kreditor dengan jumlah dana
yang berasal dari pemilik DER = Total Utang
perusahaan. Dengan kata Total Modal
lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui berapa bagian
dari setiap rupiah modal yang
dijadikan sebagai jaminan
utang. Rasio ini memberikan
petunjuk umum tentang
kelayakan kredit dan risiko
keuangan debitor. Sumber : Hery (2020)
5 Return on Assets ROA menunjukkan seberapa
(ROA) besar kontribusi aset dalam ROA = Laba Bersih
menciptakan laba bersih. Total Aset
Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset. Sumber : Hery (2020)
6 Return on Equity ROE menunjukkan seberapa
(ROE) besar kontribusi ekuitas
dalam menciptakan laba ROE = Laba Bersih
bersih. Dengan kata lain, Total Ekuitas
rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar
jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam
total ekuitas. Sumber : Hery (2020)
41

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang berupa penjelasan atau pernyataan berbentuk angka-angka dalam laporan

keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang diakses melalui situs internet

(www.idx.co.id).

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data

yang diperoleh dari laporan keuangan/annual report PT Telekomunikasi Indonesia,

Tbk yang diakses melalui situs web Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) periode

2015-2019.

Dalam Andrianingrum (2021) menurut Sugiyono (2012:141)

mendefinisikan data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara

membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari

literatur, buku-buku serta dokumen. Data sekunder pada penelitian ini diambil dari

hasil penelitian terdahulu dan sumber internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka

penelitian ini mnggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Sudi Dokumentasi

Dalam Andrianingrum (2021) menurut Sanusi (2011:114), studi

dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai


42

sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan. Data-data yang digunakan

dalam penelitian ini berupa laporan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

dari situs resmi BEI.

2. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan

studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, dan laporan-laporan yang

ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Studi kepustakaan berupa

buku, jurnal, website dan sumber informasi terkait lainnya yang berhubungan

dengan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data

yang ada dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis sehingga diperoleh

suatu gambaran yang sebenarnya mengenai keadaan perusahaan.

Adapun tahapan analisis data yang penulis lakukan adalah:

1. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini pada objek PT

Telekomunikasi Indonesia, Tbk. di dalam situs Bursa Efek Indonesia (BEI)

yaitu berupa data laporan keuangan perusahan.

2. Menyusun data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan laporan

keuangan.

3. Menghitung rasio likuiditas pada current ratio dan quick ratio, rasio

solvabilitas pada debt to assets ratio dan debt to equity ratio, serta rasio
43

profitabilitas pada return on assets dan return on equity dengan rumus sebagai

berikut:

a. Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio

dan quick ratio. Rumus yang digunakan adalah:

Aset Lancar
Current Ratio =
Kewajiban Lancar

Kas + Sekuritas Jangka Pendek + Piutang


Quick Ratio =
Kewajiban Lancar

b. Rasio Solvabilitas (leverage) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

debt to asset ratio (DAR) dan debt to asset equity (DER). Rumus yang

digunakan adalah:

Total Utang
DER =
Total Modal

Total Utang
DAR =
Total Aset

c. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu return on

assets (ROA), return on equity (ROE). Rumus yang digunakan adalah:

Laba Bersih
ROA =
Total Aset

Laba Bersih
ROE =
Total Ekuitas

4. Menganalisis Kinerja Keuangan

Menginterpretasikan hasil perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan

rasio profitabilitas. Penginterpretasi data dilakukan untuk mengetahui


44

bagaimana kinerja perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. selama

periode 2015 s.d 2019 mengalami peningkatan atau penurunan serta untuk

mengetahui apakah perusahaan sudah menggunakan sumber daya yang dimiliki

secara efektif dan efisien.


45

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, & Munandar, A. (2020). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai


Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi PT. Indofarma, Tbk Tahun 2011-
2018. Motivasi Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 5 Nomor 2, 860-870.
Andrianingrum, T. (2021). Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan
Economic Value Added Pada PT Prodia Widiyahusada Tbk. Skripsi.
Chasanah, A. U., Yaningwati, F., & Wi Endang NP, M. G. (2015). Penilaian Kinerja
Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Rasio Keuangan Dan Konsep
Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT Gudang Garam, Tbk dan PT
HM Sampoerna, Tbk Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2013). Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 20 No. 1 Maret 2015.
Harahap, S. S. (2019). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Catatan ke-
13. PT Rajagrafindo Persada.
Hery. (2020). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Cetakan 3. PT Grasindo.
Kasmir. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Cetakan ke-5. PT
Rajagrafindo Persada.
Kaunang, S. A. (2013). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Cipta
Daya Nusantara Manado. Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 4 Desember 2013, 1993-
2003.
Lithfiyah, E., Irwansyah, & Fitria, Y. (2019). Analisis rasio keuangan. Akuntabel
16 (2), 189-196.
Marginingsih, R. (2017). Penilaian Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan
Analisa Rasio Keuangan Pada Perusahaan Telekomunikasi Di Indonesia.
Cakrawala, Vol. XVII, No. 1, Maret 2017, 14-21.
Mastari. (2020). Analisis Kinerja Keuangan PT Bukit Asam, Tbk Dilihat Dari Rasio
Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas Periode Tahun 2014-2019. Jurnal
Ilmu Manajemen Terapan, Volume 2, Issue 2, November 2020, 168-184.
Munawir, S. (2012). Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nst, S. H. (2021). Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan
PT Jaya Kencana Medan. Skripsi.
Septiana, F. E. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen: Volume 5,
Nomor 1, Januari 2016, 1-21.
Subramanyam, K. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Edisi 11: Salemba
Empat.
46

Tyas, Y. I. (2020). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada
Elzatta Probolinggo. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8 No. 1,
Maret 2020, 28-39.

Anda mungkin juga menyukai