Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan telekomunikasi di era global saat ini semakin cepat seiring dengan
pesatnya laju teknologi informasi. Di sisi lain, alih informasi telekomunikasi
diharapkan mampu mengembangkan kualitas dan pengetahuan masyarakat. Teknologi
memudahkan aktivitas manusia dalam berkomunikasi dan mampu menghemat biaya.
Kemajuan teknologi saat ini tidak lagi memisahkan antara teknologi informasi dan
komunikasi.
Dalam hubungannya dengan penilaian kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi,
tingkat kesehatan perusahaan bagi para pemegang saham juga mempunyai kepentingan
untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya dalam suatu perusahaan, agar modal yang
dibawa cukup aman dan mendapatkan tingkat hasil pengembalian yang menguntungkan
dari investasi yang ditanamkan. Bagi pihak manajemen perusahaan, penilaian kinerja ini
akan sangat mempengaruhi dalam penyusunan rencana usaha perusahaan yang akan
diambil untuk masa yang akan datang demi kelangsungan hidup perusahaan.
Komunikasi sangatlah penting bagi masyarakat, tanpa komunikasi maka
masyarakatpun akan kesusahan untuk berkomunikasi dengan jarak jauh. Saat ini
banyak masyarakat yang menggunakan telepon seluler dan sudah merajalela dimana
saja. Bahkan saat ini merupakan trend di masyarakat hampir semua orang mempunyai
telepon seluler dan banyak sekali merk kartu seluler baru yang mulai bermunculan.
Perusahaan yang diambil sebagai obyek penelitian merupakan perusahaan terbesar
yang sudah go public dan mempunyai jumlah pelanggan layanan seluler yang banyak
dan merupakan operator seluler terbesar. Sehingga penulis memilih perusahaan
telekomunikasi yaitu PT. Indosat Tbk dan PT..XL Axiata Tbk.
PT XL Axiata Tbk yang merupakan perusahaan telekomunikasi yang banyak
diminati serta semakin berkembang. Perusahaan ini merupakan perusahaan
telekomunikasi yang namanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2005
hingga sekarang. XL juga merupakan perusahaan swasta pertama di Indonesia yang
menyediakan layanan telepon seluler tidak hanya itu beberapa layanan yang
semakin baik juga diberikan untuk para penggunanya agar pengguna merasa
nyaman dan tidak berpindah pada layananan telekomunikasi lainnya. PT. Indosat
Tbk juga salah satu perusahaan telekomunikasi yang namanya terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan ini merupakan perusahaan informasi dan komunikasi
(Infocom) terkemuka di Indonesia yang menyediakan jasa layanan selular prabayar
dan pascabayar secara nasional.
Ditengah persaingan perusahaan telekomunikasi yang semakin berkembang
perlu diketahui bagaimana kinerja keuangan yang ada pada perusahaan
telekomunikasi ini yang masih bertahan hingga saat ini. Salah satu untuk mengetahui
dengan cara melakukan analisis rasio yang mencakup rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas dapat memberikan penilaian
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan. Dengan demikian berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diambil judul “ANALISIS RASIO
UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT XL AXIATA Tbk periode
2014-2016 ’’ PERBANDINGAN KINERJA DENGAN ANALISIS RASIO PADA
SUB SEKTOR TELEKOMUNIKASI PADA TAHUN 2015 S/D 2017 (STUDI
KASUS PERUSAHAAN PT. XL AXIATA TBK DENGAN PT. INDOSAT TBK).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka dapat ditarik beberapa
permasalahan yang timbul dari kedua perusaahaan tersebut :
a. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan PT. XL Axiata Tbk dengan
menggunakan analisis rasio pada tahun 2015 s/d 2017 ?
b. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan PT. Indosat dengan menggunakan
analisis rasio pada tahun 2015 s/d 2017?
c. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan perusahaan PT. XL Axiata Tbk dan PT.
Indosat dengan menggunakan analisis rasio pada tahun 2015 s/d 2017 ?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari perumusan masalah yang ada, maka tujuan yang didapat dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan PT. XL Axiata Tbk dengan
menggunakan analisis rasio pada tahun 2015 s/d 2017.
b. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan PT. Indosat Tbk dengan menggunakan
analisis rasio pada tahun 2015 s/d 2017.
c. Untuk mengetahui perbandingan perusahaan PT. XL Axiata Tbk dan PT. Indosat
dengan menggunakan anlisis rasio pada tahun 2015 s/d 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian digunakan untuk memperdalam pengetahuan dalam bidang
manajemen keuangan khususnya kemampuan menganalisa kinerja keuangan
perusahaan.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi pihak manajemen, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan
masukan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan.
b. Bagi peneliti, untuk memperdalam pengetahuan dalam bidang manajemen
keuangan, terutama yang berkaitan dengan analisis rasio keuangan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Analisis Rasio Keuangan


Menurut Halim dan Sarwoko (2013 : 53) rasio keuangan merupakan
perbandingan dari pos-pos atau elemen laporan keuangan yang dalam hal ini adalah
neraca dan laporan laba rugi. Pembandingan dilakukan terhadap antar pos-pos dalam
neraca, antar pos-pos neraca dalam laporan rugi laba dan terhadap pos-pos neraca
dengan pos-pos rugi laba. Rasio keuangan, hasil dari analisis keuangan selanjutnya
dibandingkan dengan:
1. Rasio-rasio dari periode yang berbeda, misalnya rasio-rasio sekarang dengan
rasio-rasio tahun-tahun yang lalu, terutama tahun terakhir. Untuk tahun yang
berikutnya rasio-rasio tersebut diproyeksikan.
2. Rasio-rasio industri ata perusahaan yang sejenis, yang dianggap sebagai
standar. Di Amerika rasio-rasio ini diterbitkan oleh bank-bank komersial atau
asosiasi industri, seperti Robert Mories Associates dan Dun and Bradstreet Co.
Munawir (2002 : 82) membagi analisis rasio keuangan ke dalam dua bentuk,
yaitu:
1. Sectional Ratio Analysis, yaitu analisis rasio dengan membandingkan antar
informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya dibandingkan
dengan rasio pembanding antara lain rasio pada perusahaan sejenis atau
rasio rata-rata industri.
2. Trend Ratio Analysis, yaitu analisis rasio keuangan untuk beberapa periode
sehingga akan terlihat prestasi perusahaan tersebut cenderung
meningkat, menurus, atau cenderung konstan dalam beberapa periode
tersebut.

B. Jenis – jenis rasio keuangan


1. Rasio Likuiditas
Menurut Bambang Subroto dalam Sunyoto (2013 : 85) rasio likuiditas adalah
rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas memiliki tujuan untuk
melakukan uji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan
membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi.
Rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban
lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Current Ratio = Aset Lancar
Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah
rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi
(2011:61), kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik
adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika
current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat
mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif
tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran
persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investmentdalam
persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan
dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Quick Ratio = Aset Lancar-Persediaan


Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang
kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid dari
pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini
maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick
ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat
likuiditasnya.

2. Rasio Solvabilitas
Kasmir (2008 : 151) menyebutkan solvabilitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya
berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya
apabila perusahaan dibubarkan (likuidasi). Rasio Solvabilitas dapat dilihat pada
uraian sebagai berikut:
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Debt Ratio = Total Utang
Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut
Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi
kreditor saat likuidasi.
b. Time Interest Earned
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau
laba operasi (EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Time Interest
Laba sebelum pajak dan bunga (EBIT)
Earned =
Bunga
Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum
bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya.
Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan
dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan
jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.

3. Rasio Aktivitas
Menurut Kamaluddin dan Indriani (2012), rasio aktivitas atau efisiensi
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya atau aktivanya. Rasio aktivitas menunjukkan seberapa jauh manajemen dapat
mengumpulkan penjualan yang cukup atas aktiva perusahaan yang digunakan.
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Inventory
Penjualan
Turnover =
Persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus


persediaan normal. Menurut Harahap (2006), semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

b. Rata-Rata Umur Piutang


Rata-rata
Piutang
umur piutang =

Penjualan / 365

Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan


piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2002:76), kalau rata-rata periode
pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut
kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih
piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat
kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar
rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan
tidak tertagihnya piutang.

c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Total Aset
Penjualan
Turnover =
Total Aset

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas
Menurut Kamaluddin dan Indriani (2012), rasio profitabilitas menunjukkan gambaran
tentang tingkat aktivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini
sebagai ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat
pengembalian yang pantas atas investasinya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas
sebagaimana yang diutarakan, dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:

a. Margin Keuntungan (Profit Margin)


Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Profit Margin = Laba Bersih

Penjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar
rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.

b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset.Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Return On Asset = Laba Bersih


Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya
semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset
yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.

c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas.Rumus


yang digunakan adalah sebagai berikut:
Return On Equity = Laba Bersih
Modal

Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin
bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.

BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana
didefinisikan pendekatan kualitatif sebagai metode penelitian. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada
masalah proses dan makna dengan cara mendeskripsikan suatu masalah. Tipe dan Dasar
Penelitian Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe penelitian deskriptif dimana tipe
deskriptif didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat peneliti melakukan
penelitian kemudian menganalisanya dan membandingkan dengan kenyataan yang ada
dengan teori, dan selanjutnya menarik kesimpulan.
B. Sumber D a t a Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif,
sedangkan sumber data yang digunakan seluruhnya menggunakan data sekunder yaitu
Laporan Keuangan perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dengan
periode Laporan Keuangan yang digunakan 2015-2017 yang digunakan untuk
menghitung analisis ratio yang berasal dari Neraca dan Laporan Laba/Rugi. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non prilaku.
C. Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
komparatif yaitu membandingkan antara teori dengan praktiknya, yaitu dengan cara
mengumpulkan dan menganalisis data laporan keuangan tahunan, kemudian menyajikan
Laporan Keuangan dengan membandingan antara tahun– tahun yang sebelumnya.

BAB IV

PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN RASIO

1.RASIO LIKUIDITAS

1. Rasio Lancar
a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL AxiataTbk.
Tahun 2015 = 10.151.586 = 0,65
Tahun 2015 = 9.918.677 = 0,49
15.748.214
20.052.600
Tahun 2016 = 6.806.863 = 0,47
Tahun 2016 = 8.073.481 = 0,42
14.477.038
19.086.592
Tahun 2017 = 7.180.742 = 0,47
Tahun 2017 = 9.479.271 = 0,59
15.226.516
16.200.457
Rata-Rata Perbandingan Rasio Lancar Perusahaan

Rasio Lancar
Perusahaan Rata - Rata
2015 2016 2017

PT. Indosat Tbk. 0,49 0,42 0,59 0,50

PT. XL Axiata Tbk. 0,65 0,47 0,47 0,53

Dari data diatas bisa dilihat analisa untuk PT. XL Axiata Tbk pada tahun 2015 mendapatkan
sebesar 0,65 kali, dan pada tahun 2016 sebesar 0,47 kali dan tahun 2017 sebesar 0,47 kali
mengalami penurunan dari pada tahun 2015. Sedangkan pada PT. Indosat Tbk pada tahun
2015 juga mendapatkan sebesar 0,49 kali lebih turun dibandingkan pada PT. XL Axiata Tbk,
pada tahun 2016 rasionya sebesar 0,42 kali, dan pada tahun 2017 rasionya sebesar 0,59 kali
dan lebih tinggi dari pada rasio PT. XL Axiata Tbk.

Hasil rasio dari PT. XL Axiata Tbk dan PT. Indosat Tbk diatas tidak mampu menutupi seluruh
hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang ada. Karena semua rasionya masih dibawah 1:1.

2. Rasio Cepat
a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL AxiataTbk.
Tahun 2015 = ( 9.918.677 – 39.346 ) = 0,49 Tahun 2015 = ( 10.151.586 -78.979 ) = 0,64
20.052.600 15.748.214
Tahun 2016 = ( 8.073.481 – 79.272 ) = 0,42 Tahun 2016 = ( 6.806.863 - 161.078 ) = 0,46
19.086.592 14.477.038
Tahun 2017 = ( 9.479.271- 87.820 ) = 0,58 Tahun 2017 = ( 7.180.742- 143.303 ) = 0,46
16.200.457 15.226.516
Rata-Rata Perbandingan Rasio Cepat Perusahaan

Rasio Cepat
Perusahaan Rata - Rata
2015 2016 2017
PT. Indosat Tbk. 0,49 0,42 0,58 0,50
PT. XL Axiata Tbk. 0,64 0,46 0,46 0,52

Dari data diatas bisa dilihat analisa untuk PT. XL Axiata Tbk pada tahun 2015 mendapatkan
sebesar 0,64 kali, dan pada tahun 2016 sebesar 0,46 kali dan tahun 2017 sebesar 0,46 kali
mengalami penurunan dari pada tahun 2015. Sedangkan pada PT. Indosat Tbk pada tahun
2015 juga mendapatkan sebesar 0,49 kali lebih turun dibandingkan pada PT. XL Axiata Tbk,
pada tahun 2016 rasionya sebesar 0,42 kali, dan pada tahun 2017 rasionya sebesar 0,58 kali
dan lebih tinggi dari pada rasio PT. XL Axiata Tbk.

Hasil rasio dari PT. XL Axiata Tbk dan PT. Indosat Tbk diatas sama dengan rasio lancar
bahwa kedua perusahaan tidak mampu menutupi seluruh hutang lancarnya dengan aktiva
lancar yg dimiliki. Karena semua rasionya masih dibawa 1:1
2. RASIO AKTIVITAS
1. Rata-Rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang = Piutang / Penjualan Per Hari atau Piutang x 365 / Penjualan
a. PT. Indosat Tbk b. PT. XL Axiata Tbk
Tahun 2015 = 2.730.175 = 37 Tahun 2015 = 898.027 = 14
26.768.525/365 22.876.182/365
Tahun 2016 = 2.707.279 = 34 Tahun 2016 = 636.527 = 11
29.184.624/365 21.341.425/365
Tahun 2017 = 3.845.943 = 47 Tahun 2017 = 564.946 =9
29.926.098/365 22.875.662/365
Rata-Rata Perbandingan Rata-Rata Umur Piutang Perusahaan

Rata-Rata Umur Piutang


Perusahaan Rata – Rata
2015 2016 2017
PT. Indosat Tbk. 37 34 47 39,33
PT. XL Axiata Tbk. 14 11 9 11,33

Rasio rata-rata umur piutang ini ini untuk menaksir berapa lama jangka waktu perusaahan
dapat merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang telah dilakukan.

Dari perhitungan data diatas, pada tahun 2015 rata-rata umur piutang PT. Indosat Tbk sebesar
37 hari hal ini berarti indosat membutuhkan waktu 37 hari untuk merealisasikan penerimaan
kas atas penjualan yang telah dilakukan. Pada tahun 2016 PT. Indosat Tbk mengalami
penurunan yaitu sebesar 34 hari hal ini berarti PT. Indosat Tbk sedikit lebih mampu
merealisasikan penerimaan kas lebih cepat sehingga PT Indosat Tbk membutuhkan waktu 34
hari untuk merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang telah dilakukan. Sedangkan
pada tahun 2017 PT. Indosat Tbk mengalami kenaikan yaitu rata-rata umur piutangnya
sebesar 47 hari hal ini berarti Indosat membutuhkan waktu 47 hari untuk merealisasikan
penerimaan kas atas penjualan yang telah dilakukan. Hal itu berdampak buruk karena
perusahaan membutuhkan waktu lebih lama untuk merealisasikan penerimaan kas atas
penjualan yang telah dilakukan. Terjadi kenaikan rata-rata umur piutang dari tahun 2016 ke
2017 , dari 34 hari ke 47 hari. Kenaikan ini berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan
karena perusahaan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan penerimaan kas
dari penjualannya.

Sedangkan untuk perusahaan PT. XL Axiata Tbk Pada tahun 2015 rata-rata umur piutangnya
sebesar 14 hari hal ini berarti XL membutuhkan waktu 14 hari untuk merealisasikan
penerimaan kas atas penjualan yang telah dilakukannya. Pada tahun 2016 PT. Axiata Tbk
mengalami penurunan sebesar 11 hari hal ini berarti XL membutuhkan waktu 11 hari untuk
merealisasikan penerimaan kas atas penjualannya yang telah dilakukan. Sedangkan pada
tahun 2017 terjadi penurunan sebesar 9 hari untuk merealisasikan penerimaan kas atas
penjualannya. Dari tahun 2015 sampai tahun 2017 rata-rata umur piutang dari tahun ketahun
mengalami penurunan, hal ini berarti kemampuan untuk menagih piutangnya kepada pembeli
membaik sehingga PT. XL Axiata Tbk akan mendapatkan penerimaan kas lebih cepat dari
tahun sebelumnya.

Dari hasil analisis kedua perusahaan tersebut terlihat PT. XL Axiata lebih baik dibanding PT.
Indosat dalam merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang dilakukan. Terlihat dari
rata-rata umur piutang mulai dari tahun 2015 sampai tahun 2017 semakin membaik
sedangkan rata-rata umur piutang PT. Indosat dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
mengalami fluktuasi. Hal itu menunjukkan bahwa kinerja PT. XL Axiata Tbk dalam
merealisasikan penerimaan kas atas penjualannya lebih baik dari PT. Indosat Tbk.

2. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Perputaran Persediaan (At Cost) = Harga Pokok Penjualan / Rata-rata Persediaan
Perputaran Persediaan (At Market) = Penjualan / Persediaan
a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL Axiata Tbk.

Tahun 2015 = 26.768.525 = 680 Tahun 2015= 22.876.182 = 290

39.346 78.979

Tahun 2016 = 29.184.624 = 368 Tahun 2016= 21.341.425 = 132

79.272 161.078

Tahun 2017 = 29.926.098 = 341 Tahun 2017= 22.875.662 = 160

87.820 143.303
Rata-Rata Perbandingan Rasio Perputaran Persediaan Perusahaan

Rasio Perputaran Persediaan


Perusahaan Rata – Rata
2015 2016 2017
PT. Indosat Tbk. 680 368 341 463
PT. XL Axiata Tbk. 290 132 160 194

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal.
Rasio ini merupakan indikator yang baik untuk menilai kualitas persediaan dan praktek pembelian
yang efektif dalam manajemen persediaan (Inventory Management).
Dari perhitungan data diatas, pada tahun 2015 perputaran persediaan PT. Indosat Tbk sebesar
680 kali, hal ini menunjukkan dalam satu tahun persediaan PT. Indosat Tbk berputar
sebanyak 680 kali. Tahun 2016 perputaran persediaan mengalami penurunan yaitu sebesar
368 kali, sedangkan pada tahun 2017 perputaran persediaan PT. Indosat mengalami
penurunan kembali yaitu sebesar 341 kali dalam satu tahun. Rata-rata perputaran persediaan
PT. Indosat Tbk dari tahun 2015 sampai dengan 2017 sebesar 463 kali, perputaran persediaan
paling tinggi yaitu pada tahun 2015, hal itu menandakan tingginya persediaan berputar dalam
satu tahun, hal ini meunjukkan manajemen persediaan yang efektif. Sedangkan perputaran
persediaan paling rendah pada tahun 2017, hal ini menandakan tanda-tanda mis manajemen
seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 setiap tahun perputaran persediaan mengalami penurunan hal ini membuktikan
kinerja perusahaan PT. Indosat Tbk dalam melakukan manajemen persediaannya semakin
menurun dari tahun ketahun.
Sedangkan pada perusahaan PT. Xl Axiata Tbk pada tahun 2015 perputaran persediaannya
sebesar 290 kali, hal ini menunjukkan dalam satu tahun persediaan PT. XL Axiata Tbk
berputar sebanyak 290 kali. Tahun 2016 perputaran persediaan mengalami penurunan yaitu
sebesar 132 kali, tetapi pada tahun 2017 perputaran persediaan PT. XL Axiata Tbk mengalami
kenaikan sebesar 160 kali dalam satu tahun. Rata-rata perputaran persediaan PT. Indosat Tbk
dari tahun 2015 sampai dengan 2017 sebesar 194 kali, perputaran persediaan paling tinggi
yaitu pada tahun 2015, hal itu menandakan tingginya persediaan berputar dalam satu tahun,
hal ini meunjukkan manajemen persediaan yang efektif. Sedangkan perputaran persediaan
paling rendah pada tahun 2016, hal ini menandakan tanda-tanda mis manajemen seperti
kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
setiap tahun perputaran persediaan mengalami fluktuasi hal ini membuktikan masih
kurangnya kinerja manajemen persediaan pada PT. XL Axiata Tbk.

Dari hasil analisis kedua perusahaan tersebut dapat disimpulkan meskipun pada tahun 2017
perputaran persediaan PT. XL Axiata Tbk mengalami kenaikan tetapi perputaran persediaan
PT. Indosat Tbk dari tahun ketahun masih jauh lebih besar daripada perputaran persediaan
PT. XL Axiata Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan PT. Indosat dalam
mengendalikan persediaannya jauh lebih efektif dibanding PT. XL Axiata.
3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan / Aktiva Tetap

a. PT. Indosat Tbk b. PT. XL Axiata Tbk

Tahun 2015 = 26.768.525 = 0,64 Tahun 2015 = 22.876.182 = 0,68


41.821.703 33.426.750
Tahun 2016 = 29.184.624 = 0,75 Tahun 2016 = 21.341.425 = 0,64
39.078.409 33.182.920
Tahun 2017 = 29.926.098 = 0,83 Tahun 2017 = 22.875.662 = 0,65
35.891.716 34.933.877

Rata-Rata Perbandingan Rasio Perputaran Aktiva Tetap

Rasio Perputaran Aktiva Tetap


Perusahaan Rata – Rata
2015 2016 2017
PT. Indosat Tbk. 0,64 0,75 0,83 0,74
PT. XL Axiata Tbk. 0,68 0,64 0,65 0,66

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan


berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana
efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya.

Dari perhitungan data diatas, pada tahun 2015 perputaran aktiva tetap PT. Indosat Tbk yaitu
sebesar 0,64 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2016 perputaran aktiva tetap PT. Indosat
mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,75 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2017 perputaran
aktiva tetap PT. Indosat Tbk juga mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 0,83 kali dalam
satu tahun. Meskipun dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 perputaran aktiva tetap PT.
Indosat mengalami peningkatan dalam setiap tahun, tetapi rasio perputaran aktiva tetap PT.
Indosat Tbk masih terlihat buruk karena masih belum mencapai 1 kali. Hal ini menunjukkan
bahwa PT. Indosat Tbk masih belum mampu menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap
yang dimiliki dan penggunaan aktiva tetap PT. Indosat juga masih belum efektif.
Sedangkan pada perusahaan PT. XL Axiata tbk pada tahun 2015 perputaran aktiva tetapnya yaitu
sebesar 0,68 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2016 perputaran aktiva tetap PT. XL Axiata
mengalami penurunan yaitu sebesar 0,64 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2017 perputaran aktiva
tetap PT. XL Axiata Tbk juga mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 0,65 kali dalam satu
tahun meskipun peningkatan tersebut terhitung tipis dari tahun sebelumnya . Meskipun dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 perputaran aktiva tetap PT. XL Axiata Tbk mengalami fluktuasi
dalam setiap tahunnya, tetapi rasio perputaran aktiva tetap PT. XL Axiata Tbk masih terlihat buruk
karena masih belum mencapai 1 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT. XL Axiata Tbk masih
belum mampu menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki dan penggunaan
aktiva tetap PT. XL Axiata juga masih belum efektif.
Dari analisis kedua perusahaan tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran aktiva tetap
kedua perusahaan tersebut masih terlihat buruk karena belum mencapai 1 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut masih belum mampu menghasilkan penjualan
berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki dan penggunaan aktiva tetapnya juga masih belum efektif.
Meskipun masih terlihat buruk , PT. Indosat Tbk masih jauh lebih baik dibandingkan PT. XL
Axiata karena setiap tahun perusahaan tersebut mengalami peningkatan.

4. Total Assets Turn Over(Perputaran Aktiva)


Total Assets Turn Over = Penjualan / Total Aktiva
a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL Axiata Tbk.
Tahun 2015 = 26.768.525 = 0,48 Tahun 2015 = 22.876.182 = 0,39
55.388.517 58.844.320
Tahun 2016 = 29.184.624 = 0,57 Tahun 2016 = 21.341.425 = 0,39
50.838.704 54.896.286
Tahun 2017 = 29.926.098 = 0,59 Tahun 2017 = 22.875.662 = 0,41
50.661.040 56.321.441
Rata-Rata Perbandingan Rasio Perputaran Aktiva

Rasio Perputaran Aktiva


Perusahaan Rata – Rata
2015 2016 2017
PT. Indosat Tbk. 0,48 0,57 0,59 0,55
PT. XL Axiata Tbk. 0,39 0,39 0,41 0,40

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan


berdasarkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana
efektivitas perusahaan menggunakan aktivanya.

Dari perhitungan data diatas, pada tahun 2015 perputaran aktiva PT. Indosat Tbk yaitu sebesar
0,48 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2016 perputaran aktiva PT. Indosat mengalami peningkatan
yaitu sebesar 0,57 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2017 perputaran aktiva PT. Indosat Tbk juga
mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 0,59 kali dalam satu tahun. Meskipun dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 perputaran aktiva PT. Indosat mengalami peningkatan dalam
setiap tahun, tetapi rasio perputaran aktiva PT. Indosat Tbk masih terlihat buruk karena masih
belum mencapai 1 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Indosat Tbk masih belum mampu
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva yang dimiliki dan penggunaan aktiva PT. Indosat juga
masih belum efektif.
Sedangkan pada perusahaan PT. XL Axiata tbk pada tahun 2015 perputaran aktivanya yaitu
sebesar 0,39 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2016 perputaran aktiva PT. XL Axiata masih
stagnan sebesar 0,39 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2017 perputaran aktiva PT. XL Axiata Tbk
juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,41 kali dalam satu tahun. Meskipun dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2017 perputaran aktiva PT. XL Axiata Tbk mengalami peningkatan, tetapi
rasio perputaran aktiva PT. XL Axiata Tbk masih terlihat buruk karena masih belum mencapai 1
kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT. XL Axiata Tbk masih belum mampu menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva yang dimiliki dan penggunaan aktiva PT. XL Axiata Tbk juga masih
belum efektif.
Dari analisis kedua perusahaan tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran aktiva kedua
perusahaan tersebut masih terlihat buruk karena belum mencapai 1 kali. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua perusahaan tersebut masih belum mampu menghasilkan penjualan berdasarkan
aktiva yang dimiliki dan penggunaan aktivanya juga masih belum efektif.
Meskipun masih terlihat buruk , PT. Indosat Tbk masih jauh lebih baik dibandingkan PT. XL
Axiata meskipun setiap tahunnya sama-sama mengalami peningkatan tapi angka perputaran
aktivanya jauh lebih besar PT. Indosat Tbk.

3.RASIO SOLVABILITAS

1.Debt Ratio (Rasio Utang)

Rasio utang = Total utang / Total Aset

a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL Axiata Tbk

Tahun 2015 = 42.124.676 = 0,76 Tahun 2015 = 44.752.685 = 0,76


55.388.517 58.844.320
Tahun 2016 = 36.661.585 = 0,72 Tahun 2016 = 33.687.141 = 0,61
50.838.704 54.896.286
Tahun 2017 = 35.845.506 = 0,71 Tahun 2017 = 34.690.591 = 0,62
50.661.040 56.321.441

Rata-Rata Perbandingan Rasio Utang

Rasio Utang
Perusahaan Rata – Rata
2015 2016 2017
PT. Indosat Tbk. 0,76 0,72 0,71 0,73
PT. XL Axiata Tbk. 0,76 0,61 0,62 0,66
Dari data diatas rasio utang pada PT. XL Axiata Tbk pada tahun 2015 sebesar 0, 76 kali ,
mengalami penurunan pada tahun 2016 rasionya sebesar 0,61 kali, dan pada tahun 2017
mengalami sedikit kenaikan pada rasionya sebesar 0,62 kali. Sedangkan dari data diatas pada
PT. Indosat Tbk rasio pada tahun 2015 sebesar 0,76, pada tahun 2016 mengalami sedikit
penurunan rasionya sebesar 0,72 kali, dan mengalami sedikit penurunan kembali pada tahun
2017 sebesar 0,71 kali.

Hasil dari kedua perusahaan tersebut bahwa sebagian besar aset perusahaan dibiayai melalui
hutangnya. Karena nilai normal rasio utang sebesar 0,50 kali. Hal itu berarti resiko
keuangannya dalam keadaan tidak baik.

2.Debt to Equity Ratio (Rasio Utang terhadap Ekuitas)

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang / Ekuitas (Modal)

a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL Axiata Tbk.

Tahun 2015 = 42.124.676 = 3,18 Tahun 2015 = 44.752.685 = 3,18


13.263.841 14.091.635
Tahun 2016 = 36.661.585 = 2,59 Tahun 2016 = 33.687.141 = 1,59
14.177.119 21.209.145
Tahun 2017 = 35.845.506 = 2.42 Tahun 2017 = 34.690.591 = 1,60
14.815.534 21.630.850
Dari data diatas untuk rasio utang terhadap ekuitas pada PT. XL Axiata Tbk pada tahun 2015
sebesar 3,18 kali, pada tahun 2016 mengalami penurunan rasionya sebesar 1,59 kali, dan
pada tahun 2017 mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,60 kali. Sedangkan untuk PT. Indosat
Tbk pada tahun 2015 rasionya sebesar 3.18 kali, pada tahun 2016 sebesar 2, 59 sedikit
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015, dan pada tahun 2017 juga mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2016 rasionya sebesar 2, 42 kali.

Hasil dari kedua perusahaan tersebut bahwa sebagian besar aset perusahannya dibiayai
melalui ekuitasnya. Nilai normal rasio ini yaitu 0,50. Hal itu berarti resiko keuangannya
dalam keadaan tidak baik.

4.RASIO PROFITABILITAS

1.Profit margin

Profit margin = Laba bersih / penjualan

a. PT. Indosat Tbk.


b. PT. XL Axiata Tbk.
Tahun 2015 = -1.163.478 = -0.04
26.768.525 Tahun 2015 = -25.338 = -0,001
Tahun 2016 = 1.275.655 = 0,04 22.876.182
29.184.624 Tahun 2016 = 375.516 = 0,02
Tahun 2017 = 1.301.929 = 0,04 21.341.425
29.926.098 Tahun 2017 = 375.244 = 0,02
22.875.662
Profit margin mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Semakin tinggi profit margin semakin tinggi
pula kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui penjualannya.

Dari perhitungan data diatas, hasil perhitungan profit margin PT. Indosat pada tahun 2015
menunjukan angka sebesar -0,04 (-4%), hal ini menunjukkan PT. Indosat Tbk mengalami
kerugian sebesar 4%, dengan nominal kerugian 1.163.478. Pada tahun 2016 profit margin PT.
Indosat Tbk mengalami kenaikan sebesar 0,04 (4%) hal ini berarti indosat dapat
menghasilkan laba bersih tahun 2016 hanya sebesar 4% dari pendapatannya. Pada tahun 2017
profit margin PT. Indosat Tbk stagnan seperti profit margin di tahun sebelumnya yaitu
sebesar 4% dari pendapatannya.

Sedangkan untuk PT. XL Axiata Tbk hasil perhitungan profit margin pada tahun 2015
menunjukkan angka sebesar -0,001 (-0,1 %), hal ini menunjukkan PT. XL Axiata Tbk
mengalami kerugian sebesar 0,1% dengan nominal kerugian 25.338. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya beban infrastruktur, biaya keuangan, dan meningkatnya selisih kurs
dari pembiayaan. Pada Pada tahun 2016 profit margin PT. XL Axiata Tbk mengalami
kenaikan sebesar 0,02 (2%) hal ini berarti indosat dapat menghasilkan laba bersih tahun 2016
hanya sebesar 2% dari pendapatannya. Pada tahun 2017 profit margin PT. Indosat Tbk
stagnan seperti profit margin di tahun sebelumnya yaitu sebesar 2% dari pendapatannya.

Dari hasil analisis kedua perusahaan tersebut, PT. XL Axiata Tbk mempunyai rasio profit
margin di bawah PT. Indosat Tbk. Meskipun pada tahun 2015 PT. XL Axiata Tbk memiliki
rasio profit margin lebih kecil daripada PT. Indosat tetapi untuk tahun- tahun berikutnya PT.
Indosat Tbk mempunyai kenaikan angka profit margin yang lebih besar dari PT. Xl Axiata
Tbk. Hal ini menunjukkan PT. XL Axiata Tbk tidak lebih baik dari PT. Indosat Tbk dalam
menghasilkan laba dari pendapatanya dan kurang mampu menekan biaya yang terjadi.
2.Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)
ROA = Laba Bersih / Total Aset
a. PT. Indosat Tbk b. PT. XL Axiata Tbk

Tahun 2015 = -1.163.478 = -0,02 Tahun 2015 = -25.338 = -0,0004


55.388.517 58.844.320
Tahun 2016 = 1.275.655 = 0,03 Tahun 2016 = 375.516 = 0,01
50.838.704 54.896.286
Tahun 2017 = 1.301.929 = 0,03 Tahun 2017 = 375.244 = 0,01
50.661.040 56.321.441

Rasio ini menggambarkan berapa banyak % dana perusahaan yang berasal dari hutang.
Semakin tinggi persentase semakin tinggi total harta yang didanai oleh hutang atau kreditr
dan semakin tinggi presentase semakin tinggi resiko untuk membayar total hutang.

Pada tahun 2011 debt to asset rasio Indosat menunjukan angka rasio sebesar 64.37% hal ini
berarti 64 % harta perusahaan didanai dari hutang atau kreditor dan sisanya yaitu 35.63 %
didanai dari investor. Pada tahun 2012 menunjukan angka 64.88% hal ini berarti 64.88%
harta perusahaan didanai dari hutang dan sisanya yaitu 35.12% didanai dari Investor.

Pada tahun 2011 debt to asset rasio XL menunjukan angka sebesar 56.07% hal ini berarti
sebanyak 56.07% harta perusahaan didanai dari hurang dan sisanya yaitu 43.93 % didanai
dari investor. Pada tahun 2012 menunjukan angka 56.56% hal ini berarti sebanyak 56.56%
harta perusahaan didanai dari hutang dan sisanya yaitu 43.44% didanai dari investor.

Terjadi peningkatan rasio di kedua perusahaan tersebut yang menandakan adanya kenaikan
harta yang didanai dari hutang dan meningkatnya beban hutang perusahaan. Semakin besar
persentase semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan untuk membayar hutang
tersebut.
Namun jika kedua perusahaan tersebut dibandingkan Indosat mempunyai risiko yang lebih
besar dari pada XL karena mempunyai rasio yang lebih besar. resiko kreditor berupa
ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya lebih tinggi Indosat.Apabila
terlalu banyak berhutang perusahaan dapat mengalami masalah dalam membayar angsuran
hutang. Kemungkinan Indosat untuk mendapatkan masalah lebih besar dari XL.

3. Return on equity (ROE)


ROE = Laba bersih / modal saham

a. PT. Indosat Tbk. b. PT. XL Axiata Tbk.

Tahun 2015 = -1.163.478 = -0,09 Tahun 2015 = -25.338 = -0,002


13.263.841 14.091.635
Tahun 2016 = 1.275.655 = 0,09 Tahun 2016 = 375.516 = 0,02
14.177.119 21.209.145
Tahun 2017 = 1.301.929 = 0,09 Tahun 2017 = 375.244 = 0,02
14.815.534 21.630.850
KESIMPULAN

 Pada rasio likuiditas dapat dilihat bahwa rasio lancar rata-rata untuk PT. XL Axiata
Tbk sebesar 0,53 kali sedangkan untuk PT. Indosat Tbk sebesar 0,50 kali. Data dari
rasio cepat rata-rata untuk PT. XL Axiata Tbk sebesar 0,52 kali, sedangkan untuk PT.
Indosat Tbk sebesar 0, 46 kali. Dapat dilihat dari kedua perusahaan hasilnya dibawah
1 (standar umum), hal ini berarti tingkat perusahaan untuk membayar hutangnya
kurang baik.
 Pada rasio solvabilitas dapat dilihat bahwa rasio utang rata-rata untuk PT. XL Axiata
Tbk sebesar 0,66 kali sedangkan untuk PT Indosat Tbk sebesar 0,73 kali. Data dari
rasio utang terhadap ekuitas rata-rata untuk PT. XL Axiata Tbk sebesar 2,12 kali,
sedangkan untuk PT. Indosat Tbk sebesar 2,73 kali. Tingginya dari nilai rata-rata dari
kedua perusahaan melabihi diatas 0,50 (standar umum), hal ini berarti bahwa resio
keuangan yang ditanggung perusahaan cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai