Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS RASIO ATAS LAPORAN KEUANGAN

(LAPORAN LABA RUGI)


PT CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY, Tbk
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL
31 DESEMBER 2017

DI SUSUN OLEH
MAYURI SENDY PRATIWI
NPM 1810101007
UNTUK MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN
A. Pendahuluan
Perencanaan merupakan kunci keberhasilan manajer keuangan. Bentuk rencana keuangan
dapat bermacam-macam tetapi suatu perencanaan yang baik selalu dikaitkan dengan keadaan
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan yang dimiliki haruslah di pahami agar dapat di
manfaatkan dengan sebaik-baiknya dan kelemahan harus disadari agar dapat mengambil langkah-
langkah perbaikan yang di perlukan.

Manajer keuangan dapat merencanakan kebutuhan keuangan di masa depan sesuai dengan
prosedur ramalan dan anggaran perusahaan, tetapi perencanaan tersebut haruslah dimulai dengan
melakukan analisa keuangan. PT CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY, Tbk, adalah perusahaan
perseroan yang resmi berdiri dan beroperasi sekaca komersial sejak tahun 1972. Perusahaan ini adalah
salah satu perusahaan di Indonesia yang sudah go puplic. Bergerak di bidang perindustrian dan
perdagangan yang berhubungan dengan ice cream. Perusahaan ini sudah mengeluarkan laporan
keuagan periode 31 Desember 2017, dan terdapat perubahan-perubahan yang terlihat cukup
signifikan, berdasarkan latar belakang itulah dilakukan analisis rasio ini, untuk melihat secara jelas
kinerja dari perusahaan tersebut. maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk”

B. Kajian Pustaka

B.1 Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi finansial suatu perusahaan
dalam periode tertentu. Informasi mengenai kondisi finansial tersebut nantinya dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan seperti pihak manajemen, pemberi pinjaman, investor, hingga
pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan menentukan langkah apa yang harus diambil
setelahnya. Terdapat beberapa jenis laporan keuangan yang perlu kita pahami pada bisnis. Menurut
Gitman (2012:44), laporan keuangan adalah laporan tahunan yang dimiliki perusahaan dan harus
diberika kepada pemilik/pemegang saham, merangkum dan mendokumentasikan kegiatan keuangan
selama satu tahun terakhir. Para pemakai akan menggunakan hasil laporan keuangan untuk
menganalisa, membadingkan, mengukur, meramalkan dampak dari keputusan ekonomi yang telah di
ambil.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi,
atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan posisi keuangan atau laporan perubahan
modal. Bagi para penganalisis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai
prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan
mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun
tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu, media yang paling
penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana
informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.

B.2 Analisis Laporan Keuangan


Analisis Laporan Keuangan terdiri dari dua kata yaitu Analisis dan Laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan pengertian berarti: “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempuyai makna antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan
yang tepat.” (Harahap, 2013:189) .

James C. Van Horne dan John M. Wachowicz (2005:193) mengatakan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna
bagi pengambil keputusan. Kasmir (2011:66) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan adalah
agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan,
setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam.

B.3 Analisis Rasio Keuangan

Analisis Rasio Keuangan adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengevaluasi
berbagai aspek kinerja operasi dan keuangan perusahaan berdasarkan informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan perusahaan seperti laporan neraca (balance sheet), laporan aliran kas (cash flow
statement) dan laporan laba-rugi (income statement). Rasio keuangan sangat membantu dalam upaya
analisa hubungan matematis antara berbagai penjumlahan dalam bentuk rates, atau proporsi yang
sederhana. Analisis ini pada akhirnya akan membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan.
Adapun pihak-pihak yang memerlukan analis ini antara lain :
# External Uses :
• Trade Creditors -- Focus on the liquidity of the firm.
• Bondholders -- Focus on the long-term cash flow of the firm.
• Shareholders -- Focus on the profitability and long-term health of the firm.
# Internal Uses :
• Plan -- Focus on assessing the current financial position and evaluating potential firm
opportunities.
• Control -- Focus on return on investment for various assets and asset efficiency.
• Understand -- Focus on understanding how suppliers of funds analyze the firm.
Melihat banyaknya kegunaan dari rasio ini maka analisis ini menjadi salah satu alat ukur bagi manajer
untuk kinerja perusahaannya.

B.4 Jenis-Jenis Analisis Rasio


B.4a. Rasio Likuiditas/Liquidity Ratios
Pengertian secara umum tentang likuiditas itu dapat dilihat defenisinya sebagai berikut:
Likuiditas adalah, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya setiap saat.
Pada Intinya, kewajiban-kewajiban yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan ada dua yaitu:
1. Mampu membayar utang-utangnya pada setiap saat ditagih, kemampuan ini disebut likuiditas
badan usaha
2. Mampu membiayai operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan ini disebut likuiditas
perusahaan.
Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara
lain:
 Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan
informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva lancar meliputi
kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang
dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar
(Sutrisno, 2001:247). Adapun Rumus yang biasa di gunakan adalah :
Current Asset
Current ratio =
Current Liabilities

 Quick Ratio / Acid –Test-Ratios


Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar
dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan
quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat
likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu:
kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek
(Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Current Asset - Inv
Acid-Test Ratios =
Current Liabilities
B.4b Rasio Solvabilitas/Laverage Ratios
Rasio solvabilitas atau leverage adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melunasi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jaminan aktiva
atau kekayaan yang dimiliki perusahaan hingga perusahaan tutup atau dilikuidasi (Fred Weston yang
dikutip oleh Kasmir). Sebesar apa beban utang yang ditanggung perusahaan akan dibandingkan
dengan aktivanya. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) memiliki nama lain yaitu Rasio Leverage
(Leverage Ratio). Rasio ini memiliki beberapa bentuk pengukuran antara lain :

 Debt to Equity Ratio (Rasio Utang terhadap Ekuitas)


Rasio ini memaparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang dipakai untuk
membiayai aset perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) membandingkan antara total kewajiban
(liabilities) dengan ekuitas (equity). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban
perusahaan tidak bertambah

Total Debt
DE Ratios =
Equity

 Total Debt to Total Assets Ratio (Rasio Utang)


Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya
dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh
perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai
debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249).
Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

Total Debt
DA Ratios =
Total Asset

B.4c Coverage Rasio


 Interest Coverage Ratios
Rasio coverage digunakan untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan dalam hal
kemampuan membayar bunga pinjaman. Hal ini perlu dilakukan karena akan menunjukkan apakah
suatu perusahaan akan tetap going concern atau tidak. Dalam masalah ini biasanya digunakan EBIT
(Earning Before Interest and Tax) coverage ratio.
EBIT
Interest Coverage Ratios =
Interest Charge

B.4d Rasio aktivitas


Menurut Kasmir “Analisis Laporan Keuangan” Rasio aktivitas merupakan rasio
yangdigunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinyadapat dikatakan pula rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan.

 Receivable Turn Over


Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume
penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung
tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualankredit (neto) dengan piutang
rata'rata.
Annual Net Credit Sales
Receivable Turn Over =
Receivables

 Avg Collection Period


Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan serta menunjukkan berapa lama
waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata'rata umur
piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penualan perhari. Rata'rata
piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut,

Days in the Year


Avg Collection Period =
Receivable Turnover

 Payable Turnover (PT)


Payable turnover adalah rasio yang mengukur seberapa cepat sebuah perusahaan membayar
tagihan suplier-nya. Jika rasio PT-nya turun seiring dengan berjalannya waktu, maka hal tersebut
mengindikasikan bahwa perusahaan membayar suplier lebih lambat dari sebelumnya, yang mungkin
mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan yang memburuk. Untuk menghitung ratio PT adalah
dengan meringkas seluruh pembelian barang dari suplier selama periode perhitungan dan dibagi
dengan rata-rata jumlah accounts payable selama periode perhitungan.
Annual Credit Purchases
Payable Turnover (PT) =
Accounts Payable

 PT in Days
Rasio ini menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya.
Adapun rumus untuk rasio ini adalah :
Days in the Year
PT in Days =
Payable Turnover
 Inventory Turnover
Inventory Turnover atau perputaran persediaan menunjukkan berapa kali rata-rata inventory
atau persediaan diproduksi dan dijual pada periode tersebut. Adapun rumus untuk rasio ini adalah :

Cost of Goods Sold


Inventory Turnover =
Inventory

 Total Asset Turnover


Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama
seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva.
Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus
membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya
(Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:

Net Sales
Total Asset Turnover =
Total Assets

B.4e Profitabilitys Ratios


Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Beberapa jenis rasio ini antara lain:
 Gross Profit Margin
Gross Profit Margin atau Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap
perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan.

Gross Profit
Gross Profit margin =
Net Sales
 Net Profit Margin
Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba
setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan
bersih perusahaan atas penjualan.
Net Profit after Taxes
Net Profit Margin =
Net Sales

 Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)


Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Net Profit after Taxes
Return on Investment =
Total Assets

 Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Net Profit after Taxes
Return On Equity =
Shareholders’ Equity
C. Pembahasan

Dari data analisis diatas, yang berdasarkan laporan keuangan PT CAMPINA ICE CREAM
INDUSTRY, Tbk maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Current Ratios
PT CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY,Tbk memiliki current rasio yang lebih tinggi di
tahun 2017 sebesar 15,82 di banding dengan tahun 2016 yang hanya 3, 97. Jika di telaah perbedaan
ini sangatlah mencolok dan hal ini di sebabkan tidak adanya pembaran hutang yang jatuh tempo
dalam 1 tahun, mengakibatkan hutang lancar tahun 2017 jauh lebih kecil di banding tahun 2016.
Selain itu meningkatnya jumlah aktiva lancar dari 670m meningkat menjadi 864m. hal ini
menunjukkan bahwa PT CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY, Tbk, sangat mampu untuk melunasi
hutang-hutang lancarnya. Tetapi jika di bandingkan dengan perusahaan sejenis di lihat dari hasil
analisis rasionya yang kita asumsikan sebesar 18.86 maka perusahaan tersebut masih berada di bawah
rata-rata indstri.

b. Acid-Test Ratios
Dari sisi analisa acid test rasio ini, juga terdapat perbedaan yang sangat signiikan di
bandingkan dengan tahun sebelumnya, 2016, hal ini menggambarkan bahwa perusahaan tersebut tidak
memiliki masalah dalam hal persediaan. Dalam laporan keuagan tersebut di ketahui bahwa
meningkatnya penerimaan Kas dan setara kas pada tahun berjalan 2017, serta menurunya jumlah
hutang lancar menjadi alas an penigkatan current rasio ini.

d. Debt-To-Equity Ratios
Hasil perhitungan rasio ini diperoleh bahwa terdapat penurunan DER, ditahun 2016 sebesar
0.87 menurun menjadi 0.45 di tahun 2017. Hal ini berdampak baik bagi Investor, yang merasa
bahwa beban hutang tidak boleh lebih tinggi dari kemampua perusaan untuk membayarnya. Hutang
merupakan rangsangan yang di butuhkan oleh perusaan, dengan catatan control harus lebih ketat.
apakah DER yang semakin kecil berarti semakin baik, itu tergantung dari pemegang saham dalam
keberaniannya dalam mengambil resiko.

e. Debt-To-Total Asset Ratios


Di tahun 2016 DEA di peroleh sebesar 0.46, dibanding tahun 2017 yaitu 0.31, secara teori
hal in berarti baik karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya,
tetapi jika di bandingkan dengan rata-rata industry, yang jika kita asumsikan sebesar 0,52 maka PT
CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY,Tbk, masih berada di bawah rata-rata industry.
f. Interest Coverage
Pada tahun 2016, di peroleh hasil analisis rasio interest coverage sebesar 2.32 dan ditahun
2017, terjadi penurunan, mencapai angka 2.25. Rasio ini menjelaskan kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Penurunan ini disebabkah oleh meningkatnya biaya beban pada tahun 2017 sebesari
480m disbanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 438m. jika kita asumsikan rata-rata rasio
industry sebesar 2,4, maka perusahaan CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY,Tbk, masih berada jauh
di bawah rata-rata. Dan mungkin perusahaan tersebut memiliki masalah dalam perencanaan beban-
bebannya.

g. Receivable Turn Over


Di tahun 2016 rasio RTO, mencapai angka 5.68 dan mengalami penurunan di tahun
selanjutnya menjadi 5.49 Makin tinggi rasio (turn over ) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam
piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut mungkin karena bagian kredit dan penagihan
bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

h. Avg Collection Period


Mengalami peningkatan dari angka 64.27 di tahun 2016 meningkat menjadi 66.45 di tahun
2017. Hal ini memberitahukan bahwa semakin lama pula tingkat pengembalian piutang perusahaan .
dari sisi manajer keuangan hal ini tidaklah menguntungkan, karena akan semakin lama modal
tertimbun dalam persediaan.

i. Payable Turnover (PT)


Rasio ini menjelaskan kepada kita, mengenai kemampuan perusahaan untuk melakukan
pembayaran atas hutang pembelian perusahaan. Data diatas menceritakan bahwa di tahun sebelumnya
perusahaan memiliki kontinuitas sebanyak 7.02 dalam satu tahun tapi di tahun sebelumnya ada
peningkatan menjadi 9.39 kali dalam setahun. Hal ini dapat di mungkinkan jika jumlah hutang usaha
tidak mengalami peningkatan.

j. PT in Days
Menjelaskan kemapuan perusahaan dalam rata-rata pembayaran utang ke pemasok , di tahun
2016, pembayaran dilakukan setiap 51.96 hari sedangkan di tahun 2017, mengalami perubahan
menjadi setiap 38.86 hari. Apakah hal ini baik bagi perusahaan? Hal ini bias berarti 2 sisi, karena
semakin rajin melakukan pembayaran kepada pemasok, maka akan menjalin kerjasama yang semakin
baik, tetapi perlu di ingat, bahwa manajer harus mampu merencanakan pengelolaan keuaangan agar
semakin menguntungkan perusahaan. jika dana untuk melakukan pembayaran dapat di tangguhkan,
maka dana tersebut dapat di alihkan ke bagian lain yang lebih menguntungkan bagi perusahaan,
selama belum jatuh tempo.

k. Inventory Turnover
Hasil dari rasio ini menjelaskan kepada kita banyaknya jumlah dana yang tertanam dapam
persediaan. Jika di tahun sebelumnya perusahaan PT CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY,Tbk
memiliki rasio 2.87, maka di tahun 2017 memiliki rasio yang lebih rendah yaitu 2.39, hal ini
menandakan bahwa di tahun 2017 memiliki lebih banyak persediaan di banding tahun sebelumnya.

l. Total Asset Turnover


Dengan rasio ini kita bisa mengetahui tingkat maksimalitas perusahaan dalam memanfaatkan
asset yang dimilikinya untuk memaksimalkan penjualan. Rasio tahun 2016 memiliki tingkat rasio
0.90 sedangkan di tahun selanjutnya 0.78. dan dari hasil analisis ini, dapat di ketahui bahwa di tahun
2016 penggunaan asset lebih makasima di banding tahun 2017.

m. Gross Profit Margin


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi
biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini dapat mengontrol
pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin
besar rasionya semakin baik . rasio di tahun 2016 dan tahun 2017 tidak mengalami peningkatan yang
signifikan, dari angka 0.61 menjadi 0.62

n. Return on Investment,
Pada tahun 2016, memiliki rasio 0.05 dan mengalami penurunan di tahun 2017, menjadi 0.04,
hal ini di sebabkan oleh menurunya net profit perusahan sedagkan investasi yang di gunakan semakin
banyak. Perusahaan harus benar-benar melakukan koreksi, karena sebagaimana layaknya investasi di
lakukan adalah untuk menambah laba.

o. Net Profit Margin


Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu. Semakin tinggi maka akan semakin baik pula. Ditahun 2016, memiliki NPM yang lebih baik
di banding dengan tahun sbelumnya, dari angka 0.06 menjadi 0.05.
p. Return On Equity
Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan. Semakin besar
rasionya semakin baik. Lagi lagi perusahan mengalami penurunan yang cukup drastis dari angka 0.10
menjadi angka 0.05

D. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat di tarik beberapa kesimpulan untuk kemudia dapat di
jadikan bahan evaluasi yang mengarah ke pengambilan keputusan manajerial nantinya. Salah satu hal
yang dapat dilihat adalah, signifikannya perubahaan pada jumlah hutang lancar di banding tahun
sebelumnya. Mungkin hal ini perlu kajian lebih lanjut. Sealain itu besarnya akun Kas dan setara kas
juga menjadi pemicu perubahan yang signifikan ini. Terlalu banyak Kas yang ada di perusahaan,
dapat di artikan bahwa perusahaan tidak banyak melakukan kegiatan-kegiatan investasi yang bersifat
produktivitas seperti ekspansi atau pengembangan lainnya. Mungkin hal ini perlu di tindak lanjuti di
tahun berikutnya.
Selain itu di ketahui juga bahwa jumlah hutang perusahaan yang menurun, walaupun jumlah
asset bertambah. Dan mungkin saja hal ini di sebabkan oleh meningkatnya jumlah persediaan dalam
perusahaan dari tahun sebelumnya.
Walapun jumlah asset bertambah dan jumlah asset lancar juga bertambah, tapi hal ini tidak
berarti selalu mengidikasikan perusahaan dalam keaadaan baik, karena ternyata di ketahui bahwa
tidak terdapat perubahan yang signifikan dari sisi laba yang bisa di nikmati oleh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai