Anda di halaman 1dari 66

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh

Sidang Sarjana Strata 1 (S-1)

Oleh
NADIYA PARAMITA
1451125

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020
THE EFFECT OF LIQUIDITY AND SOLVABILITY
RATIOS ON SHARE PRICES IN LQ45 SHARES
REGISTERED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
FROM 2017 TO 2019

DRAFT of THESIS

In Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of


Bachelor of Sience in Accounting

By
NADIYA PARAMITA
1451125

BACHELOR PROGRAM IN ACCOUNTING


FACULTY OF ECONOMICS
MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY
BANDUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan, akan memiliki tujuan-tujuan utama yang menjad

sasaran dari kegiatan usaha yang dilakukan. Tujuan ini dapat dibagi menjadi

tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai oleh pemilik

perusahaan. Sebagai tujuan jangka pendek dari setiap perusahaan, tentu pemilik

perusahaan mengharapkan perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari

kegiatan operasional yang dilakukan. Sementara, tujuan jangka panjang dari

perusahaan mengharapkan usaha yang dijalankan harus dapat tetap dapat

bertahan, dan bahkan berkembang untuk menghadapi tantangan bisnis di masa

yang akan datang, dan tetap dapat menghasilkan keuntungan (profit) yang dalam

periode yang akan datang, sehingga keuntungan yang ada dapat

berkesinambungan.

Karena itu, perusahaan diharapkan dapat menghasilkan atau menyediakan

berbagai jenis barang dan jasa yang di butuhkan oleh masyarakat. Dengan

demikian, manajemen perusahaan harus mampu membuat perencanaan yang

realistis dan menantang, membuat detail pelaksanaan program yang baik, dan

secara periodik melakukan evaluasi pencapaian program secara rutin. Hal ini

membuat setiap perusahaan harus mampu membuat catatan, pembukuan, dan

laporan terhadap semua kegiatan usaha. Catatan, pembukuan, dan laporan dibuat

baik dalam suatu periode tertentu sebagai bagian dari tugas akuntansi dari
perusahaan.

Adanya tugas akutansi ini membuat setiap perusahaan wajib membuat

laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap

aktivitas- aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan kepada pihak- pihak

yang berkepentingan selama satu periode tertentu. Laporan keuangan ini

menuntut adanya prosedur akuntansi yang benar maka akan terlihat kondisi

keuangan perusahaan yang sebenarnya. Lapan keuangan yang baik akan

mencantumkan jumlah aktiva, kewajiban (utang), serta modal (ekuitas) dalam

neraca yang dimiliki. pendapatan ynag diterima dan jumlah biaya yang

dikeluarkan selama periode tertentu.

Laporan keuangan yang berkualitas, dibutuhkan karena dapat dilakukan

sebagai dasar untuk melakukan analisis laporan keuangan perusahaan. Analisis

laporan keuangan dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan serta

kemajuan suatu perusahaan yang dilihat dari posisi keuangan perusahaan pada

saat ini. Tujuan dari analisis laporan keuangan yang dilakukan, adalah dapat

diketahuinya tingkat kinerja perusahaan dari periode ke periode selanjutnya

terutama mengenai likuiditas dan kemampuan dalam memperoleh laba dari

sebuah perusahaan.

Silaen (2012: 1) mengungkapkan bahwa terdapat banyak pihak yang

berkepentingan dengan informasi likuiditas dan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi pihak

intern dan pihak ekstern. Pihak intern (manajemen) menggunakan informasi

likuiditas dan laba sebagai dasar untuk membuat perencanaan dan menetapkan
keputusan- keputusan yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dimasa

mendatang. Di sisi lain, ada pihak ekstern perusahaan seperti bank, kreditur, dan

pemasok menggunakan dari pperusahaan sebagai dasar untuk melakukan

investasi dan kerja sama dengan pihak perusahaan

Salah satu indikator penting dalam Laporan Keuangan adalah Likuiditas.

Likuiditas menggambarkan rasio dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban (utang) jangka pendek. Dengan demikian, apabila perusahaan ditagih

hutang jangka pendeknya, maka perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat

membayarkan utang, terutama yang sudah jatuh tempo. Dengan demikian,

Indikator Likuiditas menggambarkan kondisi perusahaan yang likuid dan

solvent, sehingga dapat membayarkan utang-utang yang harus dibayarkan.

Kasmir (2016:128) mengungkapkan bahwa rasio likuditas merupakan “suatu

kemampuan perusahaan yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid

kondisi keuangan suatu perusahaan”. Dengan demikian, Rasio Likuiditas

memungkinkan perusahaan untuk dapat menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya.

Di sisi lain, terdapat Rasio solvabilitas atau leverage merupakan

penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut harus menutup

atau membayar beban tetap. Solvabilitas tersebut menunjukkan proporsi

perusahaan atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Pengertian

rasio solvabilitas atau rasio leverage menurut Hery (2015:162) merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan
utang. Dengan demikian, adanya rasio Solvabilitas menggambarkan adanya

rasio hutang yang cukup besar, yang dapat membiayai perusahaan, sekaligus

dapat menggambarkan kepercayaan kreditor untuk memberikan sejumlah hutang

kepada perusahaan.

Kedua variabel tersebut (Likuiditas dan Solvabilitas) dapat menjadi faktor

yang dapat memunculkan keuantungan bagi perusahaan yang diukur dengan

Harga Saham. Dari aktivitas pasar modal harga saham merupakan faktor yang

sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan investasi

karena harga saham menunjukan prestasi emiten. Pergerakan harga saham searah

dengan kinerja perusahaan, apabila perusahaan mempunyai prestasi yang

semakin baik maka keuntungan yang dihasilkan dari operasi semakin besar. Oleh

karena itu, setiap perusahaan menerbitkan saham sangat diperhatikan harga

sahamnya. Harga yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan

kurang baik.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk dapat melihat perusahaan-

perusahaan yang ada dalam LQ 45. LQ 45 adalah indeks pasar saham di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria

tertentu, yaitu 1) Termasuk dalam top 60 perusahaan dengan kapitalisasi pasar

tertinggi dalam 1-2 bulan terakhir, 2) Termasuk dalam top 60 perusahaan dengan

nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir, 3) Telah tercatat

di Bursa Efek Indonesia selama minimal 3 bulan, dan 4) Memiliki kondisi

keuangan, prospek pertumbuhan dan nilai transaksi yang tinggi (IDX, 2019).

Indeks LQ 45 dihitung setiap enam bulan oleh divisi penelitian dan


pengembangan Bursa Efek Indonesia. Secara umum, perusahaan yang

bergabung dalam Index LQ 45 ini menjadi gambaran indeks keuangan yang

digunakan di Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk dapat melihat sektor Property

dari perusahaan yang begabung dalam LQ 45. Peneliti tertarik untuk melihat

kinerja sektor properti karena kinerja sepanjang tahun 2017, 2018, dan 2019

tidak terlalu menggembirakan, dimana 3 tahun terakhir pasar properti memiiki

perlemahan. Berdasarkan wawancara dengan Direktur Pengelolaan Modal dan

Investasi Intiland Archied Noto Pradono (ekonomi.bisnis.com, 2019), kondisi

pasar properti hingga akhir tahun ini belum banyak berubah dan belum

sepenuhnya pulih. Kondisi tersebut akan menyebabkan kinerja penjualan masih

akan tertekan seiring dengan belum pulihnya minat beli dan investasi properti

para konsumen. Bahkan, Dari sisi kinerja penjualan, perseroan sampai sembilan

bulan 2018 berhasil membukukan nilai marketing sales sebesar Rp1,6 triliun atau

46% dari target tahun ini. Perolehan tersebut lebih rendah 40% dibandingkan

dengan perolehan marketing sales per 30 September 2017 yang mencapai Rp2,7

triliun, yang menggambarkan adanya perlemahan sektor ini terus menerus.

Bagi peneliti, Peneliti tertarik untuk melihat variabel Rasio likuiditas dan

solvabilitas karena terkadang perusahaan tidak dapat menyeimbangkan kedua

rasio tersebut dimana suatu posisi likuiditas dan solvabilitasnya tidak memadai

akibat orientasi perusahaan yang selalu mengejar keuntungan tanpa

mengimbangi pengelolaan aspek kemampuan membayar kewajibannya atau

karena perusahaan terlalu memperhatikan likuiditas dan solvabilitas sehingga


melalaikan berbagai rasio lain di dalam perusahaan. Peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai rasio likuiditas, karena rasio ini menjadi salah satu indikator

yang sangat penting. Saat Likuiditas rendah, Perusahaan yang tidak memiliki

cukup dana dalam melunasi kewajibannya hampir dapat dipastikan bahwa

perusahaan tersebut tidak sanggup membayar lagi. Kemampuan membayar baru

terdapat pada perusahaan apabila rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya

cukup besar. Karena itu, mengetahui rasio ini secepatnya merupakan salah satu

hal yang penting sebagai indikator kesehatan perusahaan, sehingga sangat

penting untuk dipelajari.

Sementara, rasio Profitabilitas suatu perusahaan merupakan salah satu alat

pengukur untuk menilai apakah modal usaha yang digunakan oleh perusahaan

tersebut produktif atau tidak dan pengukuran ini dinyatakan dengan presentase.

Dengan demikian, Rasio ini sangat berguna untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnis yang dilakukan

perusahaan. Karena itu, rasio profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari

berbagai kebijakan dan keputusan, rasio ini akan memberikan jawaban akhir

tentang efektifitas manajemen perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba

yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah

penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan, yang menjadi indikator

yang penting.

Di sisi lain, Rasio solvabilitas atau leverage merupakan penggunaan aktiva


atau dana dimana untuk penggunaan tersebut harus menutup atau membayar

beban tetap. Solvabilitas tersebut menunjukkan proporsi atas penggunaan utang

untuk membiayai investasinya. Dengan demikian, merupakan rasio ini

merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset

perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga mengukur

likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian berfokus pada sisi

kanan neraca. Dengan demikian, bagi investor, hal ini dapat menggambarkan

ketergantungan perusahaan pada hutang, yang menjadi indikator yang sangat

penting.

Selain itu, Rasio Ukuran perusahaan menjadi salah satu komponen yang

penting. Nilai perusahaan akan meningkat apabila harga saham meningkat yang

ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang

saham. Ukuran perusahaan diukur dengan total asset perusahaan yang diperoleh

laporan keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat oleh investor

melalui suatu undikator yang di gambarkan tingkat rasio untuk melakukan suatu

investasi atau besaran investasi. Ukuran perusahaan dianggap mampu

memengaruhi nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dapat terlihat dari total aset

yang dimiliki oleh satu perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar mencerminkan

bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan

yang baik sehingga meningkatkan nilai dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan

yang meningkat dapat ditandai dengan total aktiva perusahaan yang mengalami

kenaikan dan lebih besar dibandingkan dengan jumlah hutang perusahaan,


sehingga sangat penting untuk dipelajari.

Berdasarkan penelitian berjudul "Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,

Solvabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan

Farmasi Di BEI" yang dilakukan Achmad Syaiful Susanto (2016), dapat ditarik

kesimpulan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel likuiditas,

profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap harga pasar saham. Uji ANOVA menunjukan signifikansi penelitian <

0,05 (0,002 < 0,05), sehingga menunjukan adanya pengaruh likuiditas (CR),

profitabilitas (ROA), solvabilitas (DER), dan ukuran perusahaan (Total aktiva)

secara serentak terhadap harga saham.

Sementara, penelitian berjudul Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas,

Profitabilitas, Dan Penilaian Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45 DI

BEI, yang dilakukan oleh I G N Sudangga Adipalguna dan Anak Agung Gede

Suarjaya (2016), Hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial CR,

DER, dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, TATO dan

EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

1.2.Identifikasi Masalah

Menurut Nazir (2003:111) bahwa “Masalah timbul karena adanya

tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau

fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan,

adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada

atau pun yang akan ada.


Adanya kesenjangan dari data dan adanya perbedaan hasi penelitian yang

telah peneliti ungkapkan dalam penelitian sebelumnya, maka dapat tertarik untuk

melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Rasio Likuiditas Dan Solvabilitas

Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.”

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada

Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dari

tahun 2017 sampai dengan 2019?

2. Apakah terdapat Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada

Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dari

tahun 2017 sampai dengan 2019?

3. Apakah terdapat Pengaruh Rasio Likuiditas Dan Rasio Solvabilitas

Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2017 sampai dengan 2019?

1.4.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga

Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2017 sampai dengan 2019.

2. Mengetahui dan menganalisis Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga

Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2017 sampai dengan 2019.

3. Mengetahui dan menganalisis Pengaruh Rasio Likuiditas Dan Rasio

Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dari 2017 sampai dengan 2019.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-

pihak berkepentingan antara lain:

1. Bagi penulis, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

pemahaman yang lebih mendalam mengenai rasio likuiditas, dan Harga

Saham, hubungan antara keduanya dan juga dampak rasio likuiditas dan

solvabilitas terhadap harga saham pada perusahaan.

2. Bagi perusahaan, penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat

memberikan masukan atas dampak rasio likuiditas dan solvabilitas terhadap

harga saham terhadap perkembangan kinerja perusahaan.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat,menjadi referensi dan

informasi untuk bahan penelitian dan bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang yang serupa dimasa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1.Tinjauan Teori

2.1.1. Manajemen Keuangan

Perusahaan perlu untuk mengendalikan saham-saham yang di terbitkannya

agar dapat menjaga stabilitas dan tingkat harga sahamnya di pasar. Untuk itu,

perusahaan harus dapat melakukan manajmen Keuangan sebagai aktivitas

manajemen yang wajib dilakukan dalam dilingkungan perusahaan.

Sartono (2011:50), mendefinisiskan Manajemen keuangan sebagai

manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai

bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiyaan

investasi atau pembelanjaan secara efisien. Dalam perusahaan, proses manajemen

keuangan dijalankan oleh manajer keuangan. Seorang manajer keuangan memiliki

fungsi utama untuk merencanakan, mencari, dan memanfaatkan dengan berbagai

cara untuk memaksimumkan efisiensi dari operasi-operasi perusahaan.

Menurut Darsono (2011:101), manajemen keuangan merupakan aktivitas

pemilik dan meminjam perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang

semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seekonomis

mungkin untuk menghasilkan laba. Menurutnya, Manajemen keuangan

berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu :

1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana


pada berbagai aktiva.

2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana,

baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.

3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan

dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.

Husnan (2012:3) menjelaskan adanya fungsi utama Manajemen Keuangan ada 4

yaitu :

1. Manajemen keuangan memiliki tugas utama untuk melaukan kegiatan

perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Dalam

perusahaan, kegiatan tersebut tidak terbatas pada “Bagian Keuangan”.

2. Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau

financial market, yang kemudian dapat diinvestasikan pada berbagai

aktivitas peruahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Dengan

demikian, selain memiliki aktiva finansial, maka kegiatan investasi dapat

membuat perusahaan memiliki aktiva riil.

3. Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan

mengharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari investasi

yang dilakukan. Dengan kata lain, diharapkan diperoleh “laba”. Laba

dapat dikembalikan ke pemilik dana (pasar keuangan), atau diinvestasikan

kembali ke perusahaan.

4. Karenanya, “manajer keuangan” perlu mengambil keputusan tentang

penggunaan dana (disebut sebagai keputusan investasi), memperoleh dana


(disebut sebagai keputusan pendanaan), pembagian laba (disebut sebagai

kebijakan dividen).

2.1.2. Laporan Keuangan

Munawir (2010: 5) mendefinisikan Laporan keuangan adalah suatu bentuk

pelaporan yang tediri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan

perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aset,

kewajiban, dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

Sementara, Muhardi (2013: 1), mendefinsiskan Laporan keuangan dapat

diibaratkan sebuah peta yang berguna bagi pihak-pihak yang sedang melakukan

perjalanan. Dengan melihat pada peta yang ada, maka pihak yang sedang

melakukan perjalanan tersebut dapat mencapai tujuan akhir dengan cara yang

tepat dan tidak tersesat ditengah perjalanan. Pengguna dari laporan keuangan

sendiri adalah manajemen, investor, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya

yang berhubungan dengan perusahaan.

Adanya Standar Akuntansi Keuangan (2017:2) “Laporan keuangan adalah

suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu

entitas.”

Karenanya, laporan keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang

merupakan hasil akhir proses akuntansi yang menggambarkan keadaan keuangan

suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan tersebut berguna bagi

pihak-pihak yang berkepentingan yang dapat digunakan sebagai alat pengambilan

keputusan.
Kasmir (2016: 11) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan,

yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini,

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini,

3. Memberikan informasi tentang jenis pendapatan dan jumlah pendapatan

yang diperoleh pada suatu periode tertentu,

4. Memberikan informasi tentang jenis biaya dan jumlah biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu,

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

aktiva, pasiva, dan modal perusahaan,

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode,

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan,

8. Informasi keuangan lainnya.

Menurut Kasmir (2016: 28), secara umum ada lima macam jenis laporan

keuangan yang bisa disusun, yaitu:

1. Neraca (balance sheet)

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi

keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan


dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva

(kewajiban dan ekuitas) suatu Perusahaan.

2. Laporan laba rugi (income statement)

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang

menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-

sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudiaan tergambar jumlah biaya

dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu.

3. Laporan perubahan modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis

modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudiaan, laporan ini juga

menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan

modal diperusahaan.

5. Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek

yang bekaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap kas

6. Laporan catatan atas laporan keuangan

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang

memberikan informasi apabil

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Harahap (2015: 190), mendefinisikan Analisis laporan keuangan sebagai

kegiatan untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan (financial statement)


menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat

signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara

data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan

keputusan yang tepat.

Munawir (2010: 35), mendefinsikan Rasio Keuangan sebagia “Penelaahan

atau mempelajari daripada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan

(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan yang bersangkutan.”

Sementara, Herry (2015:132), Mendefinisikan adanya analisis laporan

keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam

unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur tersebut guna

memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan

keuangan itu sendiri.

Karena itu, pengertian analisis laporan keuangan adalah proses untuk

mempelajari data-data keuangan agar dapat memahami posisi keuangan, hasil

operasi, dan perkembangan perusahaan dengan mempelajari hubungan data

keuangan dalam suatu laporan keuangan perusahaan, sehingga analisis laporan

keuangan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

2.1.4. Rasio Keuangan

Kasmir (2016:104) mendefinsikan analisis rasio keuangan sebagai usaha


untuk membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan.

Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam

satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan.

Menurut Munawir (2010: 37) analisa rasio keuangan adalah suatu metode

analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau

laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

Sementara, menurut Harahap (2015: 297) rasio keuangan adalah angka

yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Dengan demikian, analisis rasio keuangan adalah suatu analisis yang

menggambarkan hubungan dua data keuangan atau lebih antara yang satu dengan

yang lainnya. Analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan

keuangan suatu perusahaan baik pada saat sekarang maupun masa datang.

Tujuan analisis rasio keuangan yang diungkapkkan oleh Munawir

(2010:64) adalah sebagai berikut:

1. Untuk keperluan pengukuran kerja keuangan secara menyeluruh (overall

measures),

2. Untuk keperluan pengukuran profitabilitas atau rentabilitas, kemampuan

perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasinya (profitability

measures),

3. Untuk keperluan pengujian investasi (test of investment utilization),


4. Untuk keperluan pengujian kondisi keuangan antara lain tentang tingkat

likuiditas dan solvabilitas (test of finance condition).

Sementara menurut Munawir (2010: 238) ada empat kelompok rasio keuangan

yaitu:

1. Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan

membiayai operasi dan memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

2. Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari.

3. Harga Saham adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan

untuk memperoleh laba dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah

diambil.

4. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh aktiva

perusahaan dibiayai oleh utang.

2.1.4.1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Kasmir (2013:130) rasio

likuiditas adalah: “rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya

suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di

neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka

pendek)”.

Adanya likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar,

yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas, surat berharga, piutang,
persediaan. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah perusahaan menunjukkan

bahwa peusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan

baik, sedangkan tingkat likuiditas yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan

tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Tujuan dan

manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut Kasmir (2013:131) :

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk

membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas

waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu);

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah

kewajiban yang berumur satu tahun atau sama dengan satu tahun,

dibandingkan dengan aktiva lancar;

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap

likuiditasnya lebih rendah;

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada

dengan modal kerja perusahaan;

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar

utang.
Menurut Kasmir (2013:134) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan

perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu :

1. Rasio lancar (current ratio);

2. rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio);

3. rasio kas (cash ratio);

4. rasio perputaran kas;

5. inventory to net working capital.

Berikut merupakan rasio yang digunakan:

1. Rasio lancar (Current Ratio);

Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar.

Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha,

dan persediaan. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan,

perusahaan mulai lambat dalam membayar tagihan (utang usaha), tagihan

bank, dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan kewajiban lancar.

Jika kewajiban lancar tinggi dibandingkan dengan aset lancar, maka

current ratio akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah.

2. Rasio cepat (Quick Ratio) atau Acid test Ratio;

Rasio ini seperti current ratio tetapi kurang diperhitungkan karena kurang

likuid dibandingkan dengan kas, surat berharga, dan piutang. Menurut


Kasmir (2013:137) definisi rasio cepat (quick ratio) adalah: “uji cepat

yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan

(inventory)”.

3. Rasio kas (Cash Ratio);

Menurut I Made Sudana (2011:21) cash ratio adalah “kemampuan kas dan

surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk menutup utang lancar”.

Sementara, menurut Kasmir (2013:138) cash ratio adalah “alat yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari

tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti giro atau

tabungan yang ada di bank”.

5. Rasio perputaran kas (Cash Turn Over);

Kasmir (2013:140) menyatakan cash turn over sebagai “Rasio perputaran

kas (cash turn over) bermanfaat untuk mengukur tingkat kecukupan modal

kerja perusahan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai

penjualan”.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur likuiditas

perusahaan adalah Current Ratio (CR). Rasio ini dihitung dengan cara membagi

aset lancar dengan kewajiban lancar. semakin tinggi current ratio maka laba bersih

yang dihasilkan perusahaan semakin rendah, karena current ratio yang tinggi

menunjukan adanya kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas
perusahaan (Kasmir, 2013).

2.1.4.2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila

perusahaan dilikuidasi.

rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur perbandingan dana yang disediakan

oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.

Menurut Kasmir (2013:113), “rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.” Menurut

Harahap (2009:303), rasio leverage atau solvabilitas adalah :

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan

dilikuidasi.Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang

seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang.

Sedangkan menurut Hanafi (2009:79) rasio solvabilitas adalah :

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban

jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total

utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas

jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan

neraca.
Terdapat beberapa macam rasio yang dapat dihitung antara lain Debt to Assets

Ratio (debt ratio), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), Times Interest

Earned Ratio (TIE), dan Debt to Equity Ratio (DER). Dari rasio-rasio berikut,

rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio

(DER) dan Debt Ratio (DR).

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah

pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Menurut

Harahap (2009:303), “Debt to equity ratio merupakan rasio yang

menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi

utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik”.

2. Debt Ratio (DR)

Debt Ratio (DR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aset. Menurut Syamsudin

(2009:54), “ratio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang

dibiayai oleh kreditur”. Menurut Fahmi (2013:127), “Debt Ratio

merupakan rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu

diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan total aset”. Selain

itu menurut Kasmir (2013:156). Debt Ratio (DR) merupakan rasio utang

yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan


total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai

oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis DER untuk menemukan nilai

Solvabilitas. Analisis ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio ini, akan

semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung

atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan

justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang

rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin

besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan

terhadap nilai aktiva.

2.1.4.3. Harga Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati investor

karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan

sebagai tanda penyetaan modal seorang atau sepihak (badan usaha) dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka

pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset

perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Menurut Sapto (2006:31) saham adalah

“Surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan

dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut istilah
umumnya, saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan

saham perusahaan”.

Menurut Husnan Suad (2008:29) pengertian saham adalah sebagai berikut

“Saham adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang

memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan

organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang

memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”.

Sedangkan menurut Fahmi (2012:81)

“Saham merupakan salah satu instrument pasar modal yang paling banyak

diminati oleh investor, karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang

menarik. Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama

perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan kepada

setiap pemegangnya”.

Kemudian menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5)

“Saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas

yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut”.

Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan

atau pemilikan suatu perusahaan. Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan

saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan ataupun

penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan (demand) dan

penawaran (supply) atas saham tersebut.1 Supply dan demand tersebut terjadi karena

adanya banyak faktor, baik faktor yang sifatnya spesifik atas saham tersebut seperti
kinerja perusahaan serta industri di mana perusahaan tersebut bergerak, maupun faktor

yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun

rumor-rumor yang berkembang.

Sartono (2008:70) menyatakan bahwa “Harga saham terbentuk melalui

mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Apabila suatu saham

mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya,

apabila kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun”.

Menurut Jogiyanto (2008:167) pengertian dari harga saham adalah “Harga suatu

saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku

pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangutan di

pasar modal”.

Menurut Brigham dan Houston (2010:7) harga saham adalah “Harga saham

menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang

saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham perusahaan. Harga

saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan

diterima di masa depan oleh investor “rata-rata” jika investor membeli saham”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga

saham adalah harga yang terbentuk sesuai permitaan dan penawaran dipasar jual

beli saham dan biasanya merupakan harga penutupan.

Adapun jenis-jenis harga saham menurut Widoatmojo (2005:54) adalah sebagai

berikut:

1. Harga Nominal
Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten

untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga

nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya

ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat dibursa

efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin

emisi (underwrite) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa

harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk

menentukan harga perdana.

3. Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada

investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu

dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat

dibursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi

harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah

yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada

transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor

dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat

kabar atau media lain adalah harga pasar.

4. Harga pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli

pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari
nursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan

yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga

pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar

mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.

5. Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli

pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada

saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada

kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga

penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap

menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.

6. Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi

pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih

dari satu kali tidak pada harga yang sama.

7. Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi

pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu

saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain,

harga terendah erupakan lawan dari harga tertiggi.

8. Harga Rata-Rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.


9. Faktor yang dapat mendorong kenaikan atau penurunan Harga

Saham

Menurut Samsul (2015), faktor makroekonomi mempengaruhi harga

saham di pasar seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, peraturan

perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, tingkat bunga

pinjaman luar negeri, eknomi internasional, siklus eknomi, paham

ekonomi dan peredaran uang. Menurut Sjahrir (1997), variabel ekonomi

yang berpengaruh terhadap Harga saham adalah tingkat suku bunga

domestik, yang diwakili oleh tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai

kurs. Tandelilin (2011:48) mengatakan perubahan suku bunga akan

mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika

suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus, dan

sebaliknya. Tinggi rendahnya suku bunga akan memengaruhi investasi di

pasar modal karena investor dapat mengalihkan dana investasinya dalam

bentuk simpanan bank dan pembelian di pasar uang, sehingga akan

berdampak pada merosotnya Harga saham. Meurut Alwi (2013)

mengungkapkan bahwa Harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti faktor eksternal dan faktor Internal. Faktor eksternal diantaranya

adalah perubahan suku bunga, kurs valuta, inflasi, regulasi dan deregulasi

ekonomi yang di keluarkan oleh pemerintah, berbagai isu baik dari dalam

negeri atau luar negeri, serta gejolak politik dalam negeri. Faktor internal

diantaranya pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan

laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit

margin, return on assets (ROA) yang mempengaruhi harga saham.

Menurut Sunariyah (2011) faktor yang mempengaruhi harga sekuritas dan

saham adalah tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga mempunyai

hubungan yang negatif dengan harga sekuritas, apabila suku bunga naik

maka harga sekuritas akan turun. Faktor selain tingkat suku bunga yaitu

laba perusahaan, kebijakan deviden, dan perubahan yang mendasar dalam

organisasi sebagai faktof-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham.

2.2.Pengembangan Hipotesis

Likuiditas merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut

kepercayaan kreditur terhadap perusahaan dalam hal kemampuan perusahaan

dalam memenuhi liabilitasnya yang jatuh tempo. Tingkat likuiditas ini selalu

menjadi perhatian penting bagi para penganalisa laporan keuangan untuk

mengetahui apakah perusahaan mampu memenuhi liabilitas keuangannya yang

jatuh tempo.

Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang berupa hutang–

hutang jangka pendek. Menurut Irham Fahmi (2012:121), rasio likuiditas yaitu: “…

kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat

waktu. Sedangkan menurut Kasmir (2012:75), rasio likuiditas adalah: “...rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Dengan kata lain, rasio likuiditas befungsi untuk menunjukan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo”

menurut Bambang Riyanto (2008:25), likuiditas adalah: ”...masalah yang

berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang

mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala

kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan

tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat

likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus

terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable”. Rasio likuiditas akan

menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang jangka

pendeknya. Jika perusahaan mampu membayar kewajibannya, maka perusahaan

tersebut dapat dinyatakan sebagai perusahaan yang likuid.

Rasio likuiditas ini sangat penting bilamana investor ingin mengetahui tingkat likuid

perusahaan dalam penyediaan kas perusahaan, karena rasio ini merupakan ukuran

tingkat keamanan dalam memenuhi hutang jangka pendek.

Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang bertujuan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asset

lancar yang dimilikinya. Sawir (2005:9) mengungkapkan:

“Current Ratio yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham

perusahaan bersangkutan, namun Current Ratio terlalu tinggi belum tentu baik karena

pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang

menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan

laba perusahaan. Jika sebuah perusahaan mampu memenuhi kewajiban dengan tepat
waktu atau pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan

memperoleh laba atau tidak mengalami kerugian, yang menimbulkan persepsi bagi

masyarakat atau investor. Jika perusahaan memperoleh laba atau tidak mengalami

kerugian, maka investor akan menerima return dari perusahaan, sehingga investor

lebih tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dengan adanya

ketertarikan dalam berinvestasi, maka penawaran dan permintaan saham pun akan

terjadi yang berdampak pada kenaikan harga saham suatu perusahaan”

H1: Terdapat pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Saham

LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan

untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek dan jangka

panjang).Sedangkan menurut Munawir (2002: 32) solvabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka

panjangnya sehingga lebih menyeluruh. Menurut Kasmir (2012:151), “rasio

solvabilitas atau Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban

utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya” sedangkan

menurut Hanafi dan Abdul Halim (2009:79), “rasio solvabilitas yaitu rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

panjangnya. Menurut Bambang Riyanto (2001:32), “solvabilitas suatu perusahaan


menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiaban

finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan”

menurut Indriyo dan Basri (2002:71) rasio solvabilitas adalah: “...mengukur

bagaimana luasnya (extend) operasi perusahaan dibiayai dari hutang.” Untuk

mengetahui solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini menggunakan debt to equity

ratio. Alasan penulis menggunakan debt to equity ratio karena kebijakan dividen

merupakan pembagian hasil operasional perusahaan kepada pemegang saham berupa

hasil investasi. Kebijakan pembagian dividen dapat mempengaruhi investor dalam

pengambilan keputusan berinvestasi

“Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan sampai sejauh mana modal

pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar.” Nilai DER yang tinggi

menunjukkan ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar dan

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini akan mengurangi hak pemegang

saham (dalam bentuk dividen), juga menyebabkan berkurangnya minat investor

terhadap saham perusahaan karena tingkat pengembaliannya semakin kecil. Untuk

keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang

atau minimal sama.”

H2: Terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Saham

LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Kekuatan pasar dapat menjadi tombak dalam penentuan nilai perusahaan, jika

pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik maka biasanya

harga saham akan naik. Menurut HH.M Jogiyanto (2000:8) adalah: “harga saham

yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan
modal.” Menurut Agus Sartono (2001:9), “harga saham terbentuk di pasar modal dan

ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham, rasio laba terhadap

harga per lembar saham, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga

deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan”.

Berdasarkan penelitian berjudul "Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,

Solvabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan

Farmasi Di BEI" yang dilakukan Achmad Syaiful Susanto (2016), dapat ditarik

kesimpulan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel likuiditas,

profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap harga pasar saham. Uji ANOVA menunjukan signifikansi penelitian <

0,05 (0,002 < 0,05), sehingga menunjukan adanya pengaruh likuiditas (CR),

profitabilitas (ROA), solvabilitas (DER), dan ukuran perusahaan (Total aktiva)

secara serentak terhadap harga saham.

Sementara, penelitian berjudul Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas,

Profitabilitas, Dan Penilaian Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45 DI

BEI, yang dilakukan oleh I G N Sudangga Adipalguna dan Anak Agung Gede

Suarjaya (2016), Hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial CR,

DER, dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, TATO dan

EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

H3: Terdapat pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Harga

Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Sugiyono (2014:2) mendefinisikan metode penelitian sebagai “cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Analisis ini dilakukan

dengan analisis kuantitatif. Sugiyono (2014:31) yang dimaksud dengan analisis

data kuantitatif sebagai “analisis data menggunakan statistik. Statistik yang

digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Pembahasan

hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interprestasi terhadap

data-data yang telah disajikan.”

Untuk dapat melihat ngaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas

Terhadap Harga Saham, peneliti menggunakan jenis penelitian causal

explanatory, yang digunakan untuk melihat pengaruh.

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri

atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sub

sektor property yang terdaftar di LQ 45, dalam periode 2014-2018.


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik nonprobability sampling

dengan metode purposive sampling. Alasan pemilihan sampel dengan

menggunakan purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki

kriteria sesuai dengan yang telah penulis tentukan, oleh karena itu penulis

memilih teknik purvosive sampling dengan menetapkan pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang

digunakan dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2007:112) pengertian

purposive sampling adalah “…teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu”

Adapun kriteria perusahaan manufaktur sub sektor kimia menurut teknik

purposive sampling yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian adalah

sebagai berikut:

1. perusahaan sub sektor property yang terdaftar di BEI

2. Perusahaan terdaftar di LQ 45 dalam periode 2014-2018

3. Perusahaan memiliki laporan keuangan lengkap pada periode 2014-2018

3.3.Operasionalisasi Variabel

Sugiyono (2014:38) mendefinisikan variabel sebagai “atribut atau sifat dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya.”. Ada dua bentu variabel

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:


1.Variabel bebas (independen variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Menurut

Sugiyono (2014:39), variabel bebas merupakan “...variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat).” Variabel yang digunakan adalah variabel Rasio Likuiditas dan Rasio

Solvabilitas

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Menurut Sugiyono

(2014:39), variabel terikat merupakan “...variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat perubahan dari timbulnya variabel bebas.” Variabel yang

digunakan adalah variabel Harga Saham

Nama Rasio Definisi Rumus/perhitungan/indikator

Rasio Likuiditas Kasmir (2013:130) Rasio lancar (Current Ratio),

rasio likuiditas adalah: dihitung dengan membagi

“rasio yang digunakan aset lancar dengan kewajiban

untuk mengukur lancar.

seberapa likuidnya Aktivalancar


CR=
Utang lancar
suatu perusahaan.

Caranya adalah dengan

membandingkan

komponen yang ada di


neraca, yaitu total

aktiva lancar dengan

total passiva lancar

(utang jangka pendek)”

Rasio Solvabilitas Menurut Harahap Debt to Equity Ratio (DER)

(2009:303), Rasio adalah persentase

solvabilitas penyediaan dana oleh

menggambarkan pemegang saham kepada

kemampuan pemberi pinjaman.

perusahaan dalam Total Hutang


DER=
Modal Sendiri
membayar kewajiban

jangka panjangnya atau

kewajiban-

kewajibannya apabila

perusahaan dilikuidasi

Harga Saham Menurut Agus Sartono Harga saham penutupan

(2001:9), “harga saham akhir tahun

terbentuk di pasar modal

dan ditentukan oleh

beberapa faktor seperti

laba per lembar saham,

rasio laba terhadap harga

per lembar saham,

tingkat bunga bebas


resiko yang diukur dari

tingkat bunga deposito

pemerintah dan tingkat

kepastian operasi

perusahaan”.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

penulis untuk mendapatkan data sekunder dalam penelitian ini adalah kepustakaan

(library research), dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data-data

sekunder yang diperoleh melalui situs internet www.idx.co.id, sahamok.com dan

website resmi Bursa Efek Indonesia.

3.5. Metode Pengolahan Data

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kualitas data sehingga data diketahui

keabsahannya dan menghindari estimasi. Pengujian asumsi klasik ini

menggunakan empat uji, yaitu, uji normalitas, uji multikolonearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.

3.5.1.1. Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2014:172) “Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel mempunyai distribusi normal atau tidak.


Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa setiap data variabel yang

akan dianalisis harus berdistribusi normal “

uji normalitas data menggunakan statistik SPSS kolomogrov smirnov dengan

dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

● Jika nilai sig < 0.05, maka nilai data tidak normal

● Jika nilai sig >. 0.05, maka nilai data normal

3.5.1.2. Uji Heteroskedadistitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Gejala varian yang tidak sama ini disebut heteroskedastisitas, sedangkan

adanya gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain

disebut dengan hemokedastisitas (Santosa dan Ashari 2005). Uji

Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatter plot.

dasar pengambilan keputusan yang diambil adalah sebgai berikut:

● Jika pola tertentu seperti titik-titik yang dan membentuk suatu pola yang

teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi

Heteroskedastisitas.

● Jika tidak ada yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah

angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas


3.5.1.3. Uji Multikolinearitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Gejala varian yang tidak sama ini disebut heteroskedastisitas, sedangkan adanya

gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut dengan

hemokedastisitas (Santosa dan Ashari 2005).

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi (hubungan yang kuat) antar variabel bebas atau

variabel independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadinya

korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadi gejala multikolinearitas

(Raharjo, 2015). Uji multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan tolerance

value > 0.1 atau nilai variance inflation factor (VIF kurang dari 10). Jika nilai VIF

yang diperoleh lebih kecil dari angka 10 maka tidak terjadi gejala

multikolinearitas, tetapi jika nilai VIF lebih dari angka 10 maka terjadi masalah

multikolinearitas.

3.5.1.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode

t‐1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi

autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin‐Watson (DW test)
(Ghozali, 2001). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah

sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–

du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)

maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari (4‐dl) maka koefisien autokorelasi < 0,

berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4‐du) dan

(4‐dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.5.2. Uji Hipotesis

3.5.2.1. Uji Regresi Linier sederhana

Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial,

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa

variabel independen lain dianggap konstan, (Sugiyono 2014:250)

Hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan

menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan sebagai dasar

perbandingan sebagai berikut:

- H0 diterima bila : thitung ≤ ttabel, dan nilai sig > 0.05

- H0 ditolak bila : thitung ≥ ttabel , dan nilai sig < 0.05


3.5.2.2. Uji Regresi Linier berganda

Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat

di dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji

F dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh yang diteliti.

hasil perhitungan ini dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menggunakan

tingkat resiko atau signifikan level 5% atau dengan degree freedom = k (n-k-1)

dengan kriterian sebagai berikut :

- H0 diterima bila : Fhitung ≤ Ftabel, dan nilai sig > 0.05

- H0 ditolak bila : Fhitung ≥ Ftabel , dan nilai sig < 0.05

Dalam uji regresi linier berganda, dapat dibuat sebagai berikut:

Y=a+b1x1+b2x2+e

Keterangan :

y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = harga Y bila x = 0 (harga konstan)

b = angka arah koefisien regresi

X = Subjek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu


3.5.2.3. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau

ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan data sampel. Apabila nilai

koefisien korelasi sudah diketahui, maka untuk mendapatkan koefisien

determinasi dapat diperoleh dengan mengkuadratkannya.

Kd = r2 x100%

Dimana :

Kd = Koefisien determinasi

r2 = Koefisien korelasi

Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah:

a. Jika Kd mendekati nol (0), maka pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent lemah.

b. Jika Kd mendekati satu (1), maka pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent kuat.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data perusahaan, yaitu

perusahaan yang berada dalam subsektor Properti di LQ 45, dan mengumpulkan Laporan

Keuangan yang ada dari tahun 2014-2018, untuk dapat menjelaskan mentenai hasil

penelitian yang dilakukan. Dalam bagian selanjutnya, peneliti akan membahas mengenai

hasil penelitan lebih lanjut, yang menggambarkan hasil penelitian ini. Untuk itu, peneliti

telah mengumpulkan data sejumlah 6 perusahaan yang sesuai dengan kriteria, yaitu:

No Nama Perusahaan Kode


1 Bumi Serpong Damai BSDE
Ciputra Development
2 Tbk. CTRA
3 PP Persero Tbk. PTPP
4 Pakuwon Jati, Tbk. PWON
5 Wijaya Karya Tbk. WIKA
6 Waskita Karya Tbk WSKT

4.1.1. Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimu Maximu Mean Std.
m m Deviation
Rasio Likuiditas (CR) 30 1.00 4.15 1.7674 .75535
Rasio Solvabilitas (DER) 30 .58 5.25 1.7549 1.12265
1802.866
Harga Saham 30 496.00 3900.00 914.70118
7
Valid N (listwise) 30
Berdasarkan data di atas, penel;iti mendapatkan hasil yaitu:
- Didapat Rasio Likuiditas yang dihitung dengan Rasio Current Ratio (CR),
dengan nilai minimum sejumlah 1.00, dan maksimum sejumlah 4.15.
Didapat nilai rata-rata peruahaan sebesar 1.76, dan nilai Standar Deviasi
sejumlah 0.755. Karena nilai standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-
rata, maka dat adapat dianggap memiliki kecenderungan normal.
- Didapat Rasio Solvabilitas yang dihitung dengan Rasio Debt to Equity
Ratio (DER), dengan nilai minimum sejumlah 0.580, dan maksimum
sejumlah 5.25. Didapat nilai rata-rata peruahaan sebesar 1.754, dan nilai
Standar Deviasi sejumlah 1.12. Karena nilai standar deviasi lebih rendah
dari nilai rata-rata, maka dat adapat dianggap memiliki kecenderungan
normal.
- Didapat harga saham dengan nilai paling rendah sebesar 496, dan nilai
paling tinggi sebesar 3900. Didapat nilai rata-rata sebesar 1802 dan
standar deviasi sebesar 914.701. Karena nilai standar deviasi lebih rendah
dari nilai rata-rata, maka dat adapat dianggap memiliki kecenderungan
normal.

4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kualitas data sehingga data diketahui

keabsahannya dan menghindari estimasi. Pengujian asumsi klasik ini

menggunakan empat uji, yaitu, uji normalitas, uji multikolonearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.

4.1.2.1. Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2014:172) “Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel mempunyai distribusi normal atau tidak.

Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa setiap data variabel yang

akan dianalisis harus berdistribusi normal “

uji normalitas data menggunakan statistik SPSS kolomogrov smirnov dengan

dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:


● Jika nilai sig < 0.05, maka nilai data tidak normal

● Jika nilai sig >. 0.05, maka nilai data normal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 30
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b Std. 659.7141669
Deviation 6
Absolute .142
Most Extreme Differences Positive .142
Negative -.115
Kolmogorov-Smirnov Z .777
Asymp. Sig. (2-tailed) .583
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.583. Dengan

demikian, nilai sig >. 0.05, maka nilai data normal. Hal ini berarti bahwa data

yang ada memiliki kecenderungan untuk membentuk Distribusi Normal. Hal ini

didukung juga dengan P-P Plot, sebagai berikut:


Berdasarkan bagan di atas, didapatkan bahwa data memiliki kecenderungan untuk

berada mendekati garis tengah, sehingga data dapat dianggap memiliki

kecenderungan untuk berdistribusi normal.

4.1.2.2. Uji Heteroskedadistitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Gejala varian yang tidak sama ini disebut heteroskedastisitas, sedangkan

adanya gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain

disebut dengan hemokedastisitas (Santosa dan Ashari 2005). Uji

Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatter plot.

dasar pengambilan keputusan yang diambil adalah sebgai berikut:

● Jika pola tertentu seperti titik-titik yang dan membentuk suatu pola yang

teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi

Heteroskedastisitas.

● Jika tidak ada yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah

angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas


Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa data memiliki sebaran yang acak,

serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Dengan demikian, hasil penelitian dapat dikatakan terbebas dari

gejala Heteroskedadistitas.

4.1.2.3. Uji Multikolinearitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Gejala varian yang tidak sama ini disebut heteroskedastisitas, sedangkan adanya

gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut dengan

hemokedastisitas (Santosa dan Ashari 2005).

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya korelasi (hubungan yang kuat) antar variabel bebas atau

variabel independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadinya

korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadi gejala multikolinearitas

(Raharjo, 2015). Uji multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan tolerance

value > 0.1 atau nilai variance inflation factor (VIF kurang dari 10). Jika nilai VIF

yang diperoleh lebih kecil dari angka 10 maka tidak terjadi gejala

multikolinearitas, tetapi jika nilai VIF lebih dari angka 10 maka terjadi masalah

multikolinearitas.

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz t Sig. Collinearity
Coefficients ed Statistics
Coefficient
s
B Std. Beta Tolera VIF
Error nce
56.95 544.0 .10 .91
(Constant)
0 70 5 7
Rasio Likuiditas 334.5 202.4 1.6 .11 1.4
.276 .689
1 (CR) 35 26 53 0 50
Rasio
657.9 136.1 4.8 .00 1.4
Solvabilitas .808 .689
66 98 31 0 50
(DER)
a. Dependent Variable: Harga Saham
Berdasarkan tabel di atas, didapat nilai VIF untuk variabel Rasio Likuiditas (CR)

sebesar 1.450 dan nilai VIF untuk variabe Rasio Solvabilitas (DER) sebesar

1.450. dengan demikian, nilai VIF yang diperoleh lebih kecil dari angka 10 maka

tidak terjadi gejala multikolinearitas

4.1.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode
t‐1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi

autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin‐Watson (DW test)

(Ghozali, 2001). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah

sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–

du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)

maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari (4‐dl) maka koefisien autokorelasi < 0,

berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4‐du) dan

(4‐dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Dengan mengacu pada tabel Durbin Watson, untuk df1=30, dan df2=2, maka

didapat nilai dU (Durbin Watson Upper) sebesar 1.5666.

Model Summaryb
Mod R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
el Square Square the Estimate Watson
1 .693a .480 .441 683.71157 1.936
a. Predictors: (Constant), Rasio Solvabilitas (DER), Rasio Likuiditas (CR)
b. Dependent Variable: Harga Saham

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai Durbin Watson sejumlah 1.936, yang

berarti bahwa nilai ini berada dalam rentang dU – (4-dU), yaitu dari 1.5666

sampai 2.4334. Dengan demikian, nilai Durbin Watson dari hasil perhitungan

berada di dalam rentang ini, yang berarti bahwa tidak ada autokorelasi, baik

positif maupun negatif.


4.1.3. Uji Hipotesis

4.1.3.1.Uji Regresi Linier sederhana

Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial,

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa

variabel independen lain dianggap konstan, (Sugiyono 2014:250)

Hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan

menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan sebagai dasar

perbandingan sebagai berikut:

- H0 diterima bila : thitung ≤ ttabel, dan nilai sig > 0.05

- H0 ditolak bila : thitung ≥ ttabel , dan nilai sig < 0.05

Hipotesis yang diuji dengan Uji Regresi Linier Sederhana adalah sebagai berikut:

● H01: Tidak teridapat pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham

Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia

● H1: Terdapat pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada

Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

● H02: Tidak terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham


Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia

● H2: Terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada

Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan nilai df1 = 30 – (2-1), didapat nilai t tabel dengan nilai signifikansi

sebesar 0.05, sebesar 2.045

Didapat hasil pengolahan data sebagai berikut:

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 56.950 544.070 .105 .917
1 Rasio Likuiditas (CR) 334.535 202.426 .276 1.653 .110
Rasio Solvabilitas (DER) 657.966 136.198 .808 4.831 .000
a. Dependent Variable: Harga Saham

- Untuk pengaruh Rasio Likuiditas (CR) terhadap Harga Saham, didapat

nilai t hitung sebesar 1.653, yang berarti lebih kecil dari t tabel sebesar

2.045. didapat nilai signifikansi sebesar 0.110, lebih besar dari nilai 0.05.

Dengan demikian, Terima H01 dan tolak H1, yang berarti bahwa Tidak teridapat

pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor

Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

● Untuk pengaruh Rasio Solvabilitas (DER) terhadap Harga Saham, didapat

nilai t hitung sebesar 4.831 yang berarti lebih besar dari t tabel sebesar

2.045. didapat nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai 0.05.

Dengan demikian, tolak H02 dan terima H2, yang berarti Terdapat pengaruh

Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor


Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh yang ada

merupakan pengaruh positif, dimana semakin tinggi nilai DER, maka akan

semakin besar harga saham

4.1.3.2. Uji Regresi Linier berganda

Disebut juga Uji F. hasil perhitungan ini dibandingkan dengan yang diperoleh

dengan menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5% atau dengan degree

freedom = k (n-k-1) dengan kriterian sebagai berikut :

- H0 diterima bila : Fhitung ≤ Ftabel, dan nilai sig > 0.05

- H0 ditolak bila : Fhitung ≥ Ftabel , dan nilai sig < 0.05

Hipotesis yang diuji dengan Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut:

● H03:Tidak terdapat pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas

Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia

● H3: Terdapat pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Terhadap

Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 11642208.78
Regression 2 5821104.393 12.453 .000b
6
Residual 12621460.68 27 467461.507
1
24263669.46
Total 29
7
a. Dependent Variable: Harga Saham
b. Predictors: (Constant), Rasio Solvabilitas (DER), Rasio Likuiditas (CR)

Untuk pengaruh Rasio Likuiditas (CR) dan Rasio Solvabilitas (DER) secara

simultan terhadap Harga Saham, didapat nilai F hitung sebesar 12.453, yang

berarti lebih besar dari F tabel sebesar 3.33 (df1=30-(2-1) dan df2=2). didapat

nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai 0.05. Dengan demikian, tolak

H03 dan terima H3, yang berarti bahwa teridapat pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio

Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia.

Dalam uji regresi linier berganda, dapat dibuat sebagai berikut:

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 56.950 544.070 .105 .917
1 Rasio Likuiditas (CR) 334.535 202.426 .276 1.653 .110
Rasio Solvabilitas (DER) 657.966 136.198 .808 4.831 .000
a. Dependent Variable: Harga Saham

Y=a+b1x1+b2x2+e

Harga Saham = 56.950 + 334.535 x1 + 657.966 x2

Keterangan :

y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = harga Y bila x = 0 (harga konstan)

b = angka arah koefisien regresi


X = Subjek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Tabel di atas berarti bahwa:

- Jika nilai lain adalah nol atau konstan, maka nilai harga saham adalahs

sebesar 56.950.

- JIka terjadi peningkatan 1 (satu) nilai dari Rasio Likuiditas (CR) maka

akan meningkatkan harga saham sebesar 334.535 point

- JIka terjadi peningkatan 1 (satu) nilai dari rasio Solvabilitas, maka akan

meningkatkan harga saham sebesar 657.966 point.

4.1.3.4. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau

ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan data sampel. Apabila nilai

koefisien korelasi sudah diketahui, maka untuk mendapatkan koefisien

determinasi dapat diperoleh dengan mengkuadratkannya.

Model Summaryb
Mod R R Adjusted R Std. Error of
el Square Square the Estimate
1 .693a .480 .441 683.71157
a. Predictors: (Constant), Rasio Solvabilitas (DER), Rasio Likuiditas
(CR)
b. Dependent Variable: Harga Saham

Kd = r2 x100%

KD = 0.480 x 100%

KD = 48.0%
Dengan demikian, pengaruh secara bersama-sama dari Rasio Likuiditas (CR) dan

Rasio Solvabilitas (DER) adalah sebesar 48.0%, sementara sebesar 52% lainnya

merupakan pengaruh dari berbagai varaibel lain yang tidak diukur dalam

perhitungan.

4.2. Pembahasan

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Kasmir (2013:130) rasio

likuiditas adalah: “rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya

suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di

neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka

pendek)”.

Dalam penelitian ini, Rasio Likuiditas diukur dengan Rasio lancar (Current

Ratio), dimana Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban

lancar. Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha,

dan persediaan. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan

mulai lambat dalam membayar tagihan (utang usaha), tagihan bank, dan

kewajiban lainnya yang akan meningkatkan kewajiban lancar. Jika kewajiban

lancar tinggi dibandingkan dengan aset lancar, maka current ratio akan turun, dan

ini merupakan pertanda adanya masalah.

Berdasarkan hasil penelitian, Untuk pengaruh Rasio Likuiditas (CR) terhadap Harga

Saham yang diuji dengan Hipotesis 1, didapat nilai t hitung sebesar 1.653, yang
berarti lebih kecil dari t tabel sebesar 2.045. didapat nilai signifikansi sebesar

0.110, lebih besar dari nilai 0.05. Dengan demikian, Terima H01 dan tolak H1, yang

berarti bahwa Tidak teridapat pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada

Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Dengan demikian, secara umum hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian I G N Sudangga Adipalguna dan Anak Agung Gede Suarjaya (2016),

berjudul “Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, Dan

Penilaian Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45 DI BEI” Hasil

pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial CR, DER, dan ROA tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, TATO dan EPS berpengaruh

positif signifikan terhadap harga saham. Hal ini terjadi karena perusahaan

property memiliki Aset yang sebagian besar berbentuk piutang, sehingga adanya

rasio lancar tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan dari harga saham.

Selain itu, adanya Aset perusahaan yang sebagian besar merupakan Asset tetap

(berupa gedung, bangunan, dan proyek) yang berkontribusi banyak terhadap aset

tetap tidak terukur dengan rasio Current Ratio yang lebih banyak mengukur aset

jangka pendek yang dimiliki perusahaan.

rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur perbandingan dana yang disediakan

oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.

Menurut Kasmir (2013:113), “rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.” . Dalam

penelitian ini, Rasio solvabiltas diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER),
dimana Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Menurut Harahap (2009:303),

“Debt to equity ratio merupakan rasio yang menggambarkan sampai sejauh mana

modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio

ini semakin baik”.

Berdasarkan hasil penelitian, Untuk pengaruh Rasio Solvabilitas (DER)

terhadap Harga Saham yang diuji dengan HIpotesis 2, didapat nilai t hitung

sebesar 4.831 yang berarti lebih besar dari t tabel sebesar 2.045. didapat nilai

signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai 0.05. Dengan demikian, tolak

H02 dan terima H2, yang berarti Terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap

Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Pengaruh yang ada merupakan pengaruh positif, dimana semakin

tinggi nilai DER, maka akan semakin besar harga saham.

Dengan demikian hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya berjudul

"Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas, Dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi Di BEI" yang dilakukan Achmad

Syaiful Susanto (2016), dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan

(bersama-sama) variabel likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Uji ANOVA

menunjukan signifikansi penelitian < 0,05 (0,002 < 0,05), sehingga menunjukan

adanya pengaruh likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), solvabilitas (DER), dan

ukuran perusahaan (Total aktiva) secara serentak terhadap harga saham. Adanya
nilai hutang yang besar yang digunakan untuk pembiayaan proyek pada

perusahaan properti menggambarkan bahwa perusahaan dipercaya oelh para

kreditor, terutama pemodal perbankan dan pemodal perorangan, sehingga adanya

nilai kredit yang besar yang tergambar dari rasio Solvabilitas (DER) dapat

digunakan untuk memprediksikan harga saham. Apalagi, jika pembiayaan di

perusahaan sebagian besar didaapt dari hutang perbankan. Dengan demikian,

hitang yang besar menggambarkan adanya juga proyek-proyek yang dikerjakan,

dan dapat mendroong adanya keuntungan dalam bentuk peningkatan harga

saham di kemudian hari.

Kekuatan pasar dapat menjadi tombak dalam penentuan nilai perusahaan, jika

pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik maka biasanya

harga saham akan naik. Menurut HH.M Jogiyanto (2000:8) adalah: “harga saham

yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan

modal.” Menurut Agus Sartono (2001:9), “harga saham terbentuk di pasar modal dan

ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham, rasio laba terhadap

harga per lembar saham, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga

deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan”.

Untuk Uji Hipotesis 3, Untuk pengaruh Rasio Likuiditas (CR) dan Rasio

Solvabilitas (DER) secara simultan terhadap Harga Saham, didapat nilai F hitung

sebesar 12.453, yang berarti lebih besar dari F tabel sebesar 3.33 (df1=30-(2-1)

dan df2=2). didapat nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai 0.05.

Dengan demikian, tolak H03 dan terima H3, yang berarti bahwa teridapat pengaruh Rasio

Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor

Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Didapat bahwa pengaruh secara
bersama-sama dari Rasio Likuiditas (CR) dan Rasio Solvabilitas (DER) adalah

sebesar 48.0%

penelitian berjudul "Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas, Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi Di BEI" yang

dilakukan Achmad Syaiful Susanto (2016), dapat ditarik kesimpulan bahwa

secara simultan (bersama-sama) variabel likuiditas, profitabilitas, solvabilitas,

dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Uji

ANOVA menunjukan signifikansi penelitian < 0,05 (0,002 < 0,05), sehingga

menunjukan adanya pengaruh likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), solvabilitas

(DER), dan ukuran perusahaan (Total aktiva) secara serentak terhadap harga

saham.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Untuk pengaruh Rasio Likuiditas (CR) terhadap Harga Saham yang diuji

dengan Hipotesis 1, didapat nilai t hitung sebesar 1.653, yang berarti lebih

kecil dari t tabel sebesar 2.045. didapat nilai signifikansi sebesar 0.110,

lebih besar dari nilai 0.05. Dengan demikian, Terima H01 dan tolak H1, yang

berarti bahwa Tidak teridapat pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham

Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk pengaruh Rasio Solvabilitas (DER) terhadap Harga Saham yang

diuji dengan HIpotesis 2, didapat nilai t hitung sebesar 4.831 yang berarti

lebih besar dari t tabel sebesar 2.045. didapat nilai signifikansi sebesar

0.000, lebih kecil dari nilai 0.05. Dengan demikian, tolak H02 dan terima H2,

yang berarti Terdapat pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham

Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Pengaruh yang ada merupakan pengaruh positif, dimana

semakin tinggi nilai DER, maka akan semakin besar harga saham.

3. Untuk Uji Hipotesis 3, Untuk pengaruh Rasio Likuiditas (CR) dan Rasio

Solvabilitas (DER) secara simultan terhadap Harga Saham, didapat nilai F

hitung sebesar 12.453, yang berarti lebih besar dari F tabel sebesar 3.33

(df1=30-(2-1) dan df2=2). didapat nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih

kecil dari nilai 0.05. Dengan demikian, tolak H03 dan terima H3, yang berarti
bahwa teridapat pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Terhadap

Harga Saham Pada Saham LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Didapat bahwa pengaruh secara bersama-sama dari Rasio

Likuiditas (CR) dan Rasio Solvabilitas (DER) adalah sebesar 48.0%

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoretis

Peneliti dapat mengungkapkan saran teoretis sebagai berikut:

- Untuk peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan untuk dapat

menambahkan jumlah perusahaan, dengan menggunakan perusahaan-

perusahaan properti di luar LQ-45, sehingga kecenderungan data dapat

digeneralisasikan pada kelompok sampel yang lebih luas.

- Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menguji pengaruh antar

variabel pada sub sektor usaha yang lain, sehingga kecenderungan dapat

dilihat dengan lebih mendalam

- Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambahkan variabel-

variabel independen lain yang dapat mempengaruhi harga saham, sehingga

dapat memperkaya hasil penelitian

5.2.2. Saran Praktis

- Peneliti menemukan bahwa Rasio Likuiditas, dalam penelitian ini adalah

Current Ratio, tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham pada Saham
LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dengan

demikian, peneliti menyarankan untuk menggunakan indikator likuiditas lain

selain Current ratio, karena perusahaan properti memiliki lebih banyak aset dalam

bentuk aset tetap.

- Peneliti menemukan bahwa Rasio Solvabilitas, dalam penelitian ini adalah

Debt to Equity, memiliki pengaruh terhadap harga saham pada Saham

LQ45 Sektor Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian

investor dapat menggunakan indikator ini dalam meramalkan harga saham sektor

properti di kemudian hari.

- Peneliti menemukan bahwa Rasio Likuiditas dan Solvabilitas secara bersam-

sama memiliki pengaruh terhadap harga saham pada Saham LQ45 Sektor

Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Untuk itu, para investor dapat

diharapkan untuk mengkombinasikan indikator ini untuk lebih akurat

meramalkan peningkatan harga saham di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai