Abstrak
Dalam mewujudkan visi dan misi sebuah perusahaan, tentunya karyawan sebagai aset perusahaan memiliki
peranan penting tersendiri. Hal ini karena karyawan yang terbagi di dalam setiap unit kerja menjalankan
perannya masing-masing supaya kegiatan perusahaan berjalan semestinya. Adapun di balik semua itu, employee
engagement dan commitment menjadi penentu atas baik buruknya revenue di dalam perusahaan. Sebagai salah
satu perusahaan logistik PT Unilever Indonesia yang menampilkan perilaku yang engage.
Kata Kunci : Commitment, Engagement, Peran.
I.
PENDAHULUAN
II.
II.1
Latar Belakang
III.
Kenyamanan
dalam
bekerja merupakan dambaan setiap
karyawan di dalam sebuah perusahaan.
Perusahaan sebagai tempat mereka
bekerja merupakan sebuah sarana demi
berkembangnya kinerja yang lebih baik.
Secara langsung maupun tidak langsung,
mereka juga terikat oleh peraturan dan
tata tertib yang wajib ditaati untuk
menjelaskan job description-nya. Tetapi
dalam perjalanannya, terdapat konflik
yang dialami masing-masing karyawan
baik pribadi, maupun sesama karyawan.
Hal ini akan berpengaruh terhadap
perilaku engaged dan komitmen
terhadap perusahaan.
IV.
Terkait
dengan
hal
tersebut perilaku engage ini senada
dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Jack dan Suzy Welch (2006) bahwa
karyawan yang engage di dalam
pekerjaan mereka dan berkomitmen
terhadap organisasi dan memberikan
keunggulan
komparatif
termasuk
produktifitas yang tinggi dan resiko
X.
Selain itu, kasus di
lapangan terkait dengan PT Unilever
Indonesia Tbk adalah masalah estetika
(2006). Pada watu itu, perusahaan
melihat suatu kebutuhan konsumen yaitu
pembelian terhadap produk-produk anti
penuaan. Perusahaan memerlukan SDM
yang berkompeten dalam bidang laser
professional. Adapun dengan perekrutan
tenaga baru tersebut nantinya akan
membawa dampak engagement terhadap
karyawan PT Unilever itu sendiri.
(http://www.unilever.co.id/id/innovation/
collaborating/aesthetics/ ).
XI.
Adapun
penelitian
terdahulu berjudul Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Employee
Engagement di Badan Pengawas Obat
dan Makanan = Analisis of The Factor
That
Affecting
The
Employee
Engagement in The National Agency of
Drug and Food Control karya Yan
Hermawan yang merupakan alumnus
Magister Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia
2012.
Penelitian
ini
membahas mengenai pengaruh budaya
organisasi,
kepemimpinan,
dan
kompensasi dan lingkungan kerja
terhadap employee engagement di Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Selain itu,
penelitian sebelumnya yang serupa pula
yaitu mengenai Analisis Pengaruh
Budaya Organisasi Terhadap Employee
Engagement : Studi Kasus Pada PT
XI.1
Rumusan Masalah
XII. Berdasarkan
latar
belakang yang telah di bahas
sebelumnya, adapun rumusan masalah
dalam penelitian Ini adalah bagaimana
penerapan employee engagement dan
commitment di PT Unilever Indonesia
Tbk.
Manfaat Akademis
XV. Dalam manfaat akademis,
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi pada pengembangan ilmu
manajemen terutama dalam hal
employee
engagement
dan
commitment.
b.
Manfaat Praktis
XVI. Diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat untuk memberikan
masukan bagi PT Unilever Indonesia
Tbk dalam meningkatkan kinerja
dalam rangka pembuatan kebijakan
dan keputusan mengenai employee
engagement dan commitment juga
meningkatkan revenue.
XVII.
XVIII. II TINJAUAN
TEORITIS
XIX.
XX.
2.1
Kajian Pustaka
XXI.
Pada bagian ini,
akan dibahas mengenai teori apa saja
yang akan dibahas sebagai acuan pada
analisis dan pembahasan.Adapun teoriteori yang dibahas di dalam penelitian
ini adalah mengenai employee
engagement dan commitment.
XXII. Employee Engagement and
Commitment
aktif
untuk
mereka,
XXIX. Berikut
merupakan
tingkatan-tingkatan mutu interaksi di
dalam Human Sigma di dalam employee
engagement.
XXX.
P
a
s
s
i
o
P rn
id e
In t e g r it y
C o n fi d e n t
1. Confidence
XXXI.
Pada dimensi ikatan
emosional, dimensi yang pertama
dan fundamental adalah dimensi
dimana level ikatan emosional yang
lebih tinggi dibangun. Tapi jika
confidence atau dalam bahasa
Indonesia
dapat
disebut
kepercayaan, tidak dapat berdiri
sendiri untuk membangun hubungan
jangka panjang dengan pelanggan.
Dimensi ini menunjukkan tingkat
menunjukkan tingkat kepercayaan
pelanggan
pelanggan
terhadap
perusahaan. Apakah perusahaan
selalu memberikan produk atau jasa
sesuai dengan apa yang dijanjikan
akan
menentukan
tingkat
kepercayaan pelanggan tersebut.
Dimensi inilah yang pertama kali
harus dibangun oleh perusahaan.
2. Integrity
XXXII. Integritas
merupakan
salah satu kunci dalam menentukan
employee engagement.
3. Pride
Karyawan
sudah
cukup
diberikan/dibekali
dengan
materi
materi
atau
perlengkapan atau peralatan
yang dibutuhkan untuknya
dapat
melaksanakan
pekerjaannya. Materi dan/atau
perlengkapan tersebut dapat
berupa material fisik (seperti :
kendaraan bermotor, computer
atau laptop, handphone atau
alat komunikasi, hingga sekedar
alat dan atau media tulis), atau
berupa
material
berupa
informasi atau pengetahuan
dasar maupun spesifik yang
dibutuhkan terkait posisi atau
pekerjaannya (seperti product
knowledge,
policy
and
procedure, dan lain - lain).
XLII.
2. What Do I Give
XXXIX.
Pertanyaan
ini
menggambarkan
apakah
Karyawan yang bersangkutan
sudah
mengetahui
main
responsibility,Key Performance
Indicator (KPI), dan Job Scope.
Semua hal tersebut, bisa
dijelaskan jika Karyawan yang
bersangkutan sudah mempunyai
dan
memahami
job
descriptions yang jelas atas
posisi dan/atau jabatan yang
diembannya saat ini.
XLI. Pertanyaan
menggambarkan
ini
apakah
misi
perusahaan.
Apakah
kesemuanya itu memberikan
pengaruh positif terhadap hasil
kerja karyawan yang lebih baik.
Apakah
karyawan
merasa
dianggap sebagai bagian dari
kontribusi bagi perusahaan.
4. How Can We Grow
LIX.
LX. Untuk tingkatan yang
terakhir
ini,
pertanyaan
dilakukan
untuk
mengidentifikasi
apakah
perusahaan mempunyai atau
memberikan
program
dan
kesempatan
berkembang
kepada setiap Karyawannya
dan bagaimana kaitan hal itu
terhadap
pertumbuhan
perusahaan secara keseluruhan
(overall
growth).
Untuk
mengidentifikasi hal tersebut,
pertanyaan yang dapat diajukan
adalah:
LXI. 11. "(is there any)
progress in last six months?"
(apakah ada) kemajuan dalam 6
bulan terakhir?
LXII. 12. "(is there any)
opportunity to learn and
growth" (apakah ada)
kesempatan untuk belajar dan
berkembang?
LXIII.
LXIV. Dimensi
ini
lebih
mengarah pada peran dari
perusahaan terhadap kemajuan
karyawannya. Ini menunjukkan
sejauh
mana
perusahaan
memberikan kesempatan bagi
karyawannya
untuk
berkembang. Berkembang di
sini
adalah,
apakah
ada
kesempatan karyawan untuk
belajar guna meningkatkan
kompetensi
mereka
dalam
bekerja. Selain itu, kesempatan
apakah
ada
kesempatan
karyawan
untuk
mengembangkan jenjang karir
mereka. Peran serta perusahaan
inilah yang akan membantu
proses pembentukan dimensi ini
demi terciptanya employee
engagement.
LXV. Adapun
secara
konseptual, terbentuknya karyawan yang
engaged dijelaskan melalui skema
Antecendents & Consequences menurut
Macey (2009) adalah sebagai berikut.
(Lampiran 1).
LXVI. Berdasarkan
model
tersebut, engagement memiliki 2 faset
yaitu faset psikologis dan behavioural.
Faset psikologis berkaitan dengan
perasaan karyawan (feel) sehingga
karyawan focus, intense, antusias; dan
behavioural, berkaitan dengan apa yang
karyawan lakukan sehingga mereka
terlihat persistent (konsisten berjuang),
mampu beradaptasi, dan proaktif.
LXVII. Seperti terlihat pada
skema
yang
telah
dilampirkan,
engagement juga berperan dalam
menurunkan resiko perusahaan. Hal ini
dapat terjadi karena karyawan lebih
berdedikasi untuk menciptakan nilai
lebih bagi organisasi, lebih konsisten
dalam interaksinya dengan pelanggan
dan stakeholder lain, dan tidak
berkeinginan
untuk
keluar
dari
perusahaan.
9
kapasitas
LXXVIII.
4. Karyawan mengetahui bagaimana
untuk engaged
LXXIX.
Bentuk
engagement yang dimiliki karyawan
sebaiknya adalah spesifik bagi
strategi dan sumber competitive
advantage
yang
ditentukan
organisasi. Misalnya jika kita
memilih untuk menjadi terdepan
LXXXI.
b.
Feeling of Urgency
LXXXIII.
Urgency adalah
goal-directed energy dan determinasi,
jadi ini bukan semata-mata energy,
tetapi energi yang terarah. Merupakan
agen dan komponen kritis yang
dikenal
dengan
psychological
capital. Energi ini merupakan
determinasi yang tertuju untuk
mencapai tujuan tertentu yang jelas.
Lebih
mudah
dipahami
jika
menggunakan representasi kalimat
seperti
saya
harus
melakukannyadan saya tidak akan
berhenti melakukannya.
LXXXIV.
Membayangkan
urgency, serupa dengan ketika kita
membayangkan keteguhan yang
merupakan kekuatan fisik,energy
emosional, dan semangat dalam
pencapaian tujuan. Makna keteguhan
ini, lebih dikenali dalam konteks
pekerjaan dan berada di dalam
pikiran, sehingga keteguhan ini
dijabarkan sebagai resilience mental
dan persistence dalam menghadapi
kesulitan
dalam
pekerjaan.
Keteguhan atau energi yang terarah
pada pencapaian tujuan yang spesifik
ini, merupakan inti dari engagement.
Oleh karenanya, feeling of urgency
tidak mungkin terjadi tanpa tujuan
atau sasaran yang spesifik.
LXXXV.
Adaupun
goal
directed determination atau urgency
secara konseptual berkaitan dengan
resilience
atau kapasitas untuk
kembali dari kegagalan atau kesulitan
2.
3.
Feeling on Intensity
LXXXVIII. Dalam hal feeling
on intensity, sangat berhubungan
dengan fokus karena keduanya
saling memiliki hubungan sebab
akibat satu sama lain. Feeling on
Intensity juga berperan dalam
sejauh mana karyawan tahan
terhadap fokus dan level skill, serta
sumber daya yang dimiki.
4.
Feeling of Enthusiasm
12
LXXXIX.
Enthusiasm
adalah
perasaan
bahagia atau energy. Selain itu, yang
dimaksud
dengan
Enthusiasm
adalah emotional state yang
mengarah pada positive affect
yang mengarah pada positive well
being. Di sini biasanya ditemukan
seberapa yang harus passion
XC.
3. Employee Engagement
Behavior
XCI.
Semakin kuat feel
of
engagement
semakin
memungkinkan seseorang karyawan
akan
memperlihatkan perilaku
engaged. Bagaimana perilaku dapat
dimunculkan (sebagai akibat lebih
banyaknya energi dan usaha yang
dikeluarkan
dalam
bekerja),
terhadap organisasi, pelanggan, atau
stakeholder di luar organisasi. Pada
bagian ini akan dibahas mengenai
dampak dari perilaku engagement
terhadap seberapa banyak pekerjaan
dilakukan, bagaimana pekerjaan
dilakukan dan apa saja yang
dikerjakan. Karyawan yang engaged
secara
behaviour
akan
memperlihatkan :
1. Persistence
XCII. Persistence
adalah
perilaku yang memperlihatkan
dipertahankannya upaya untuk
secara konsisten berjuang dari
waktu ke waktu yang lebih
panjang tanpa istirahat, selama
hari kerja maupun weekend.
2. Proaktif
XCIII. Proaktif adalah sikap
karyawan memulai perubahan
dan
memandang
sebagai
Peran
(Role
serangkaian
workshop
dengan
menggunakan staf ahli dari kedua
belah pihak untuk mengembangkan
program di masa yang akan datang. Di
tingkat local, PT Unilever Indonesia
juga berbagi ilmu dan keahlian dengan
para
staf
lokal
WFP
secara
berkesinambungan.
CIII.
Selain itu, hari pangan
dunia yang merupakan inisiatif dari
united Nations Food & Agriculture
Organization
(UN-FAO),
yang
diperingati setiap tanggal 16 Oktober
sejak tahun 1979 yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran akan masalah
pangan dunia sekaligus memperkuat
solidaritas. Kali ini sebagai bentuk
partisipasi
karyawan
(employee
engagement) dan kepedulian terhadap
lingkungan sekitar (care for area
surrounding),
TCV
memberikan
edukasi nutrisi dan pendistribuasian
biscuit pada siswa-siswa sekolah dasar.
Bantuan tersebut akan diberikan pada
900 siswa sekolah dasar di Jakarta dan
530 Siswa di Surabaya yang berlokasi
di sekitar area operasional Unilever
SDN 01 dan 02 Kuningan, SDN 08
Pagi Pancoran (Jakarta) dan SDN
Wangunharja 03 (Cikarang), SDN
Kutisari 1 dan SDN Kutisari II
(Surabaya).
CIV.
Selain
itu,
terdapat
program kegiatan Corporate Daycare
PT Unilever Indonesia pada tahun
2012 dengan mengangkat tema Early
Stimulation, How Should We Start.
Adapun acara ini merupakan acara
yang diperuntukkan bagi anak-anak
karyawan berusia 6 bulan sampai 10
tahun mulai 13 31 Agustus 2012.
Acara
ini
merupakan
bentuk
kepedulian
perusahaan
pada
14
CXIX.
CXX.
Di dalam dimensi ini
perusahaan
memberikan
kesempatan
kepada
para
karyawannya untuk berkembang.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya
program pertukaran karyawan
dimana staf Unilever bertugas
selama sekitar 6 bulan dan terlibat
langsung di kantor operasional
WFP, melakukan serangkaian
workshop dengan menggunakan
staf ahli dari kedua belah pihak.
CXXI. Adapun jika dikaitkan
dengan skema antecedents &
concequences yang dikemukakan
oleh Macey (2009),
CXXII.
a. High
Performance
Work
Environment.
CXXIII.
CXXIV.
Terdapat 4 prinsip
dasar yang dibahas. Adapun
prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Karyawan Memiliki kapasitas
Untuk Engaged.
CXXV.
Di dalam konteks
engaged
bahwa
karyawan
memiliki
kapabilitas
dan
kompetensi. Hal ini tentunya
sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan
perusahaan.
Tentunya dengan ini diharapkan
dapat memberikan timbal balik
kepada perusahaan.
CXXVI.
2. Karyawan Memiliki Alasan
atau Motivasi Untuk Eagaged
CXXVII.
Sama How Can
We Grow bahwa karyawan
dapat
engaged
terhadap
perusahaan karena diberikan
kesempatan untuk berkembang.
CXXVIII.
16
CXXXVIII.
CXXXIX.
Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah
disinggung
sebelumnya,
maka
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terbentuknya engagement ditentukan
oleh hubungan resiprokal antara
individu, karyawan dengan organisasi
atau perusahaan tempatnya bekerja,
karyawan yang engage memiliki
komitmen terhadap pekerjaan dan
perusahaan.
CXL. Hal ini dapat membantu
perusahaan dalam mencapai misinya,
melaksanakan strategi dan meraih hasil
bisnisnya. Selain itu juga dapat
memfasilitasi dan menciptakan budaya
engage dengan baik melalui praktik
HR dapat membantu mempertajam
engagement.
Pengertian
dan
pengukuran employee engagement di
tiap perusahaan berbeda - beda, oleh
karenanya tidak ada yang terbaik atau
paling benar dalam menentukan atau
menstimulasi engagement di suatu
lingkungan kerja.
CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.
DAFTAR PUSTAKA
CXLV.
CXLVI.
Berbary,
Donald
F.
(2011). Connected and Engaged : The
Value of Government Learning.
www.the publicmanager.com
CXLVII.
Cantor, David E. (2012).
Engagement
In
Environmental
Behaviors Among Supply Chain
Management
Employees:
An
17
18