Keyword : profitability ratio; liquidity ratio; activity ratio; leverage ratio; financial
distress
PENDAHULUAN
Melihat perkembangan perekonomian global yang mengalami perbaikan pada
tahun 2017 yang tumbuh sebesar 3,8%, dimana pertumbuhan ini didorong oleh
meningkatnya kinerja pertumbuhan negara-negara maju dan negara-negara amerika
latin (www.bi.go.id). Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dari 3,8% pada tahun
2017 menjadi 3,7% pada tahun 2018, perlambatan perekonomian ini terus berlanjut
disepanjang tahun 2019 dengan ketidakpastian dunia yang dipicu oleh perkembangan
ekonomi yang kurang menguntungkan(Bappenas, 2019). Perlambatan ekonomi juga
dibarengi dengan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi secara global (www.bi.go.id).
Sehingga, yang perlu dilakukan oleh badan usaha harus terus meningkatkan penjualan
untuk meraih keuntungan maksimal. Perkembangan teknologi yang semakin canggih
telah mentransformasikan Industri telekomunikasi di dunia. Industri telekomunikasi ini
dapat dikatakan sebagai industri yang strategis karena menguntungkan bagi para pelaku
usaha dibidang ini. Namun subsektor telekomunikasi ini belum mendapatkan dukungan
yang memadai sebab belum bisa berkontribusi maksimal dalam pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Menurut Enny Sri Hartati selaku Direktur INDEF kontribusi yang
diberikan dari sektor telekomunikasi ini hanya berkisar 6%. (www.selular.id)
Memasuki masa pandemik pada awal tahun 2020 ditambah pemberlakuan sfh
dan wfh beberapa operator seluler pada perusahaan yang bergerak di sektor
telekomunikasi ini melaporkan kenaikan trafik dalam pemakaian online learning.
Berdasarkan keterangan sekjen ATSI yaitu Marwan O secara indutri pergeseran trafik
ini naik sebesar 12-30%.
Pendapatan yang diterima tidak sebanding dengan meningkatnya trafik pada
operator telekomunikasi. Walaupun pada bulan februari-maret tahun 2020 industri
telekomunikasi merasakan peningkatan pendapatan hingga 9.9% tetapi pada bulan
selanjutnya mengalami penurunan hingga -1.9% bahkan pada periode mei-juni turun
hingga -5%. Hal ini terjadi lantaran operator telekomunikasi memindahkan dan
menambah kapasitas jaringan untuk meningkatkan kualitas layanan yang membutuhkan
biaya cukup besar selaras dengan meningkatnya kebutuhan sebagai penunjang kegiatan
wfh dan sfh. (http://dailysocial.id)
Dengan data penjualan yang masih terbilang fluktuatif, suatu Perusahaan dapat
dikatakan berhasil bergantung pada kinerja perusahaan dalam melaksanakan tanggung
jawabnya. Penilaian terhadap kinerja keuangan pada suatu perusahaan sangat
bermanfaat guna mengevaluasi sumber-sumber yang dimiliki perusahaan mengalami
penurunan atau peningkatan. Maka dari itu perluuntuk melakukan analisis laporan
keuangan. Jika perusahaan yang tidak bisa bersaing perusahaan akan mengalami
kemerosotan secara perlahan. Apabila penggunaan hutang tidak diperhitungkan maka
perusahaan mengalami kerugian dari risiko penggunaan hutang dan berdampak pada
kesulitan keuangan, sehingga dapat dikatakan pihak manajemen perusahaaan telah gagal
dalam mengelola kinerja keuangan suatu perusahan (Liana dan Sutrisno, 2014).
Financial distress menurut Platt & Platt (2002) yaitu sesuatu yang terjadi
sebelum kebanngkrutan atau likuidasi pada perusahaan dimana posisi keuangan berada
pada tahap yang terus menurun. Kesulitan keuangan dapat dianalisis melalui laporan
perbandingan untung rugi pada perusahaan. Kebangkrutan ialah keadaan terburuk dari
suatu perusahaan yang tengah berada dalam kondisi financial distress dimana
perusahaaan berada dititik terendah dari kondisi perusahaan yang tidak mampu
memenuhi hutang atau kewajibannya (Putri dan Merkusiwati (Indriani and Mildawati,
2019)). Terjadinya Financial distress diawali dengan kondisi perusahaan yang tidak
mampu untuk memenuhi seluruh kewajibannya yang membuat menurunnya kondisi
keuangan pada suatu perusahaan (Rahayu and Sopian, 2017)
Ada beberapa metode yang terus dikembangkan dalam prakiraan terjadinya
financial distress salah satunya didapat melalui informasimengenai posisi keuangan
perusahaan menggunakan analisis rasio. Beberapa penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan oleh Indriani & Mildawati (2019), Ginting (2017), Agung et al. (2017) untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya financial distress yaitu dengan menganalisis rasio
keuangan.
Pemilihian periode yang dimulai pdaa tahun 2011 merupakan tahun dimana
industry telekomunikasi mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan internet
sebagai pendatang baru dengan berbagai kemudahannya menggantikan surat menyurat
dalam komunikasi jarak jauh. Sehingga persaingan antar perusahaan sangat ketat, tahun
2020 merupakan tahun dimana perusahaan mempublikasikan data laporan keuangan
terbarunya pada suatu periode.
Tujuan dilakukannya riset ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidak adnya
pengaruh yang disebabkan rasio profitabilitas, likuiditas, rasio aktivitas juga solvabilitas
padafinancial distress. manfaat dilakukannya penelitian ini Kegunaan teoritis yaitu
menambah pengetahuan bagi penulis dan juga untuk pihak lain mengenai analisis
laporan keuangan terhadap financial distress, sebagai salah satu referensi untuk peneliti
dimasa yang akan datang. kegunaan praktis : Sebagai tolak ukur dalam menilai kondisi
kesehatan keuangan perusahaan serta hasil usahanya. Dan dapat dijadikan salah satu
petimbangan bagi investor untuk menanamkan atau menarik kembali modal yang
dgunakan untuk investasi pada suatu perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS (KUANTITATIF)
Analisis Laporan keuangan
Suatu kegiatan untuk menelaah bagian dari laporan keuangan termasuk laporan
perbandingan uuntung dan rugi, serta dokumen pendukung yang digunakan untuk
menentukan status keuangan juga kesehatan keuangan pada suatu perusahaan yang
diatur melalui sistem teknis tertentu dinamakan analisis laporan keuangan (Septiana,
2018;28). Analisis laporan keuangan sangat berarti karena dengan dilakukannya analisis
laporan keuangan, isi dari laporan keuangan dapat diartikan dengan lebih mudah dan
mendapat informasi baru yang tidak nampak jika hanya dilihat dari laporan keuangan.
Maka dari itu sebelum melakukan analisi diperlukan untuk memahami isi dari laporan
keuangan (Prihadi : 2019,18). Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat
bantu seperti rasio keuangan menurut Muhtar & Aswan (2017) menyatakan bahwa
dengan menganalisis rasio keuangan dapat mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan
dimiliki oleh suatu perusahaan.
Financial distress
Kesulitan keuangan disebut juga financial distress biasanya menjadi indikasi awal
pada perusahan sebelum bangkrut. Menurut Plat dan Plat (Fahmi, 2014) financial
distress ialah kondisi menurunnya posisi keuangan sesaat sebelum likuidasiterjadi.
Menurut Hapsari (2012) dalam Evita Indriyani & Titik M, 2019) Financial distress
merupakan suatu keadaan padasaat perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam
melunasi seluruh hutang yang disebabkan tidak tersedianya dana serta kondisi arus kas
operasi tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya pada suatu perusahaan yang
telah jatuh tempo seperti utang dagang atau beban bunga.
Objek penelitian
Objek penelitian yang diambil berasal dari industry perusahaan bidang
telekomunikasi dan sudah bergabung di Bursa Efek Indonesia. Purposesive sampling
digunakan sebagai teknik sampling dalam penelitian ini yaitu dimana sampel
ditentukan berdasarkan kritereis. Sehingga terdapat 4 perusahaan yang dijadikan sebagai
objek. Dari 4 perusahaan dengan periode 2011 sampai dengan 2020 terdapat 40
dataobservasi yang digunakan sebagai sampel.
Definisi Operasional dan Variabel Pengukuran
Financial Distress
Menurunnya tingkat financial pada perusahaan sesaat akan terjadinya
penututpanperusahaan atau dinamakan bangkrut didefinisikan sebagai financialdistress
(Platt&Platt (Fahmi,2014).
Analisis financial distress mengacu pada periode yang berada ditahap sebelum
kebangkrutan terjadi yaitu adanya penurunan kondisi keuangan. Untuk mengukur
digunakan proksi Model Altman yang sudah dimodifikasi untuk perusahaan yang tidak
bergerak dibidang manufaktur. Dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana:
T1 = Working Capital / Total Assets
T2 = Retained Earnings / Total Assets
T3 = Earning before interest and taxes / Total Assest
T4 = Boof value of equity/Book value of total debt
Model Altman modifikasi untuk menghitung nilai Z-Score memiliki tiga kriteria
dalam menilai kebangkrutan suatu perusahaan sebagai berikut:
a. Besar nilai Z” < 1,1 dinyatakan kedalam kategori perusahaan bangkrut (tidak sehat)
b. Ketika nilai 1,1< Z”< 2,6 artinya prakiraan kebangkrutan tidak bisa dipastikan,
maka perusahaan ada pada grey area.
c. Ketika nilai Z”>2,6 berarti kebangkrutan tidak dialami oleh perusahaan (sehat).
Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas menilai seberapa besar efektivitas dari penggunaan aset oleh
oleh manajemen suatu perusahaan. Rasio pengembalian asset atau return on asset (ROA)
dipakai dalam menghitung rasio profitabilitas. Makin besar ROA maka dapat dinilai
perusahaan memiliki capaian posisi keuangan yang kian membaik. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat keuntungan yang diraih suatu perusahaan.
���� �����ℎ
������ �� ������ = �100%
����� ����
Rasio likuiditas
Alat ukur menilai rasio likuiditas salah satunya melalui perhitungan current ratio.
Agar diketahui apakah kewajiban dalam jangka pendeknya dalam waktu tenggat pada
suatu perusahaan bisa terpenuhi dapat menggunakan current ratio (Kasmir, 2015;134).
Sehingga, perhitungan pada rasio ini dilakukan guna menilai apakah suatu perusahaan
mampu menutupi dana pinjaman dengan sebutan liabilitas lancar dari banyaknya aktiva
lancar yang dimiliki. Perhitungan current ratio atau rasio lancar dihitng melalui rumus :
������ ������
Rasio Lancar (CR) =
ℎ����� ������
Rasio aktivitas
Menurut Kasmir (2015:185) dalam mengukur perputaran semua aktiva dalam
memperoleh total penjualan dari aktiva yang dimiliki perusahaan perlu menghitung total
asset turnover. Total assets turnover dihitung edngan rumus berikut:
����������
Perputaran Aktiva (TATO) =
����� ������
Rasio leverage
Kasmir (2015:157) mengatakan jumlah nilai hutang yang dibandingkan dengan
nilai ekuitas yang perusahaan miliki disebut dengan debt to equity ratio. Perhitungan
dalam rasio ini guna mengetahui modal sendiri yang dapat dijadikan jaminan hutang.
Rumus dalam menghitung DER yang dipakai adalah sebagai berikut :
����� ℎ�����
Rasio Hutang Total Ekuitas (DER) = �100 %
����� �������
Teknik Pengumpulan Data
Ada berbagai metode mengumpulkan data agar informasi didapat. Dalam riset ini.
yang dikenakan beruppa dokumentasi dan studi kepustakaan, karena jenis data termasuk
data dari pihak kedua atau data sekunder yang dipakai berisi pencatatan laporan
keuangan di suatu perusahaan subsektor telekomunkasi yang didapat melalui situs
www.idx.co.id dalam 10 tahun terakhir sejak 2011 hingga 2020.
Teknik Analisis Data
Software SPSS versi 25 dipilih sebagai alat bantu dalam proses pengolahan data
serta menguji hipotesis melalui uji T untuk parsial, uji F unntuk simultan serta koefisien
determinasi untuk besar kontribusi.
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
Nilai statistic deskriptif
Tabel 1 di bawah menunjukkan hasil deskriptif statistik dimana terlihat nilai
minimum dari variabel X1 roa yaitu -18.06 dan sebesar 16,49 untuk nilai maximum.
Rata-rata nilai ROA dari 40 data observasi sebagai sampel sebesar 1.24 dengan standar
deviasi sebesar 9,77. Kemudian rasio likuiditas memilikinilai terkecil yaitu 0.26, nilai
maksimumnya sebesar 1.35 dan besar nilai rata-ratanya yaitu 0.6005 dengan standar
deviasi senilai 0.297.
Nilai 0.08 menjadi nilai minimum pada rasio aktivitass dan 0.69 menjadi nilai
maksimumnya. Pada rasio aktivitas besar rata-rata nilai yang dimiliki ialah 0.43 serta
nilai dari standar deviasi yaitu 0,18. Kemudian, skor terendah pada rasio solvabilitas
sebesar 63.59 juga skor tertingginya sebesar 386,16. Rata-rata nilai pada rasio
solvabilitas sebesar 183.66 dengan standar deviasi sebesar 97,11. Dari perhitungan
financial distress terdapat nilai paling kecil dan yang paling tinggi sebesar -3.76 dan
4.46 dengan rata-rata yang diperoleh pada financial distress sebesar 0.53 dan 2,51 untuk
nilai standardeviasi.
Uji Asumsi klasik
Suatu proses yang harus dilalui karena dalam melakukan analisis data harus
dipatikan bahwa data tersebut layak digunakan yang disebut uji asumsiklasik.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dan autokorelasi sudah memennuhi syarat uji
tetapi dalam uji normalitas dan multikolinearias, tidak lolos uji sehingga belum
memenuhi syarat dalam uji asumsi klasik. Makaa data diransformasi ke dalam
transformasi logaritma natura (Ln), sehingga hasil uji asumsi klasik sebagai berikut:
a. Uji normlaitas
Pelaksanaan uji normlaitas guna menjawab apakah data dapat terdistribusi dengan
normal atau tidak. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil signifikan pad auji
Kolmogorov smirnov sebesar 0.18 > 0.05 sehingga data observasi yang berjumlah
sebanyak 40 data terdistribusi normal dan asumsi normalitas terpenuhi. Sehingga,
kesimpulan yang diterima adalah data berdistribusi secara normal.
b. Uji heteroskedastisitas
Dalam gambar 2 terlihat titik-titik dalam scatterplot tersebar disekitarnilai
positif dan negatif dan tidak terbentuknya pola atau. Sehingga asumsi
heteroskedastisitas sudah terpenuhi. Kesimpulan dari data yang akan dianalisis bahwa
tidak terjadinya gejala heteroskedastisitas.
c. Uji multikolinearitas
Tabel 3 dalam lampiran di bawah menunjukkan bahwa dalam penelitian ini nilai
VIF pada semua variabel bebasnya tidak melebihi daari angka 10 juga nilai tolerance
harus melewati nilai 0.1. Sehingga gejala pada asumsi multikolinearitas tidak terjadi.
d. Uji autokorelasi
Ghozali (2013) menyatakan jika dalam persamaan regresi tidak terjadi msalah
autokorelasi maka persamaan tersebut layak untuk digunakan. Tetapi, ketika terjadi
autokorelasi maka persamaan tidak dapat digunakan untuk prediksi karena dianggap
tidak layak. Uji Durbin-Watson dipakai guna mengatasi masalah autokorelasi dengan
kriteria nilai DW berada lebih dari -2 dan tidak lebih dari 2. (Sunyoto, 2013:98)
Analisis Regresi Linier Berganda
Penggunaan persamaan model regresi linier berganda yang terbentuk, ialah:
1)Nilai -0,995 menjadi nilai konstanta dalam regresi, sehingga apabila tidak ada
pengaruh dari variabel bebas menandakan turunnya nilai financial distress sebsar
0.995.
2)0.312 merupakan besar nilai koefisien pada variabel profitabilitas. Apabila nilai rasio
profitabilitas meningkat sebesar Rp. 1,- dan variabel likuiditas, aktivitas, dan
solvabilitas dianggap tetap. Maka, adanya peningkatan pada variabel financial
distress sebesar Rp. 0.312,-.
tolak H0 dan terima H4, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari rasio
leverage pada variabel Financial distress.
Uji f
Besar nilai sig pada tabel 7 yaitu 0.000, sehingga diketahui nilai sig lebih rendah
dari ketentuan nilai yaitu 0.000 < 0.05. Nilai F hitung melebihi nilai Ftabel
(213.075>2.64). Artinya, adanya pengaruh secara simultan dari variabel bebasnya
(profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan solvabilitas) pada variabel terikat yaitu financial
distress.
Koefisien determinasi
Pad tabel 8 tertera nilai adjusted r menunjukkan hasil 0,980 artinya eratnya
keterkaitan diantara variabel bebas dan variabel terikat begitu kuat. Pada adjusted
Rsquare terdapat nilai koefisien sebesar 0.956. artinya sebesar 95.6% keempat variabel
bebas berdasarkan rasio yang digunakan yaitu rasio profitabilitas(ROA), rasio
likuiditas(CR), rasio aktivitas(TATO) juga rasio solvabilitas(DER) mampu memberikan
kontribusi kepada variabel terikatnya yaitu financial distress dan sisanya sebanyak 4.4%
penjelasannya berasal dari faktor atau variabel yang memang tidak terdapat pada
penelitian ini.
Pembahasan
a. Implikasi rasio profitabilitas terhdapa financial dstress
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai beta sebesar 0,312. terlihat nilai beta memiliki
nilai positif sehingga return on asset yang digunakan untuk menghitung rasio
profitabilitas terdapat pengaruh positifyang signifikan pada financial distress.
penelitian ini memperoleh hasil riset yang serupa dengan Muhtar dan Aswan (2017)
yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan siignifikan dari return on asset
b. Implikasi rasio likuiditas pada financial distress
-0.448 merupakan hasil pengolahan data untuk nilai beta, dengan nilai beta yang
negative menandakan adanya pengaruh negatif yang diberikan dari current ratio pada
financial distress. hasilnya bisa disimpulkan rasio likuiditas di proksikan melalui
current ratio berpengaruh negatif juga signifikan.
Hasil pendukung penelitian ini ditunjukkan oleh Setiawan & Amboningtyas (2016)
dimana pengaruh negative juga signifikan didapat melalui current ratio dalam
mengukur likuiditasnya terhdap financial distress.
c. Implikasi rasio aktivitas terhadap financial distress
Nilai beta padarasio aktivitas yang tertera yaitu -0.144 menunjukkan adanya pengaruh
negative dari rasio aktivita. Artinya, perhitungan total asset turnover guna mengukur
rasio aktivitas memberikan hasil pada financial distress dimana adanya pengaruh
negative juga signifikan. Rasio yang menggambarkan kemampuan organisasi dalam
hal efisiensi penggunaan assetnya dengan tujuan pengelolaan perusahaan disebut
rasio aktivitas (Hidayat and Meiranto, 2014). Jika perusahaan tidak dapat
memanfaatkan asetnya seefektif mungkin dalam meningkatkan penjualan maka atau
makin rendah nilai total asset turnover memberikan peluang adanya kondisi financial
distress semakin besar.
Kesimpulan riset yang dikerjakan oleh Noviandri (2014) mendukung hasil penelitian
ini yaitu terdapat pengaruh yang negatif serta signifikan pada financial distress dari
perhitungan rasio aktivitas melalui total asset turnover.
d. Implikasi rasio leverage/solvabilitas terhadap financial distress
Hasil memperlihatkan besar nilai betanya senilai 0.243 menandakan berarti adanya
pengaruh dengan arah yang positif pada financial distress dengan menghitung debt to
equity ratio(DER). sehingga melalui alat bantu hitung DER untuk rasio leverage
terdapat pengaruh yang positif juga signifikan pada kondisi financial distress. Rasio
DER digunakan untuk membandingkan total hutang dengan modal milik perusahaan
untuk mengetahui seberapa banyak yang digunakan oleh perusahaan dari hutangnya
untuk dijadikan sebagai mdoal (Maulida, Moehaditoyo and Nugroho, 2018). Semakin
tinggi nilai DER maka dapat mengindikasikan adanya kondisi financial distress.
Hasilnya mendukung hasil penelitian sebelumnya oleh Maulida & Moehaditoyo
(2018) yaitu melalui perhitungan debt to equity ratio (DER) untuk menilai rasio
solvabilitas pada financial distress berpengaruh positif dan signifikan.
KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan hasil analisis yang sudah dibahas dibagian
sebelumnya dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan alat ukur Return on asset yang dipakai, rasio profitabilitas memiliki
pengaruh pada financial distress.
2. Pengaruh positif yang signifikan didapat dari rasio leverage melalui perhitungan
DER pada financial distress.
3. Rasio likuiditas dihitung melalui Current Ratio memberikan hasil pengaruh negatif
terhadap financial distress secara parsial.
4. aktivitas dengan menggunakan total asset turnover sebagai alai ukurnya
berpengaruh negative yang juga signifikan secara parsial terhdap financial distress.
Saran
Peneliti dapat memberikan saran, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dari
modal yang ada untuk dapat meningkatkan penjualan
1.untuk perusahaan subsektor telekomunikasi, sebaiknya perusahaan dapat
menggunakan hutang dan assetnya seefektif mungkin untuk dapat meningkatkan
penjualan.
2.saran untuk peneliti selanjutnya;
a. Dalam penelitian masih variabel yang digunakan masih terbatas yaitu hanya
meneliti rasio ROA, CR, TATO dan DER terhadap financial distress, sehingga
harapan saya kedepannya peneliti lain melanjutkan penelitian ini dengan variabel
lain yang belum disebutkan.
b. Dengan hasil yang berbeda penelitian dimasa mendatang disarankan untuk
membuat kriteria yang lebih banyak dan sesuai dalam mengambil sampel, juga
menggunakan metode yang berbeda dari penelitian ini agar dapat diketahui
perbedaan hasil dalam uji hipotesis dari rasio keuangan terhadap financial distress.
c. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk meneliti pada perusahaan lain dengan
menambah periode tahun yang lebih banyak.
PENGHARGAAN/UCAPAN TERIMA KASIH (OPTIONAL)
Dukungan yang saya terima begitu tulus berasal dari orang tua saya dan sangat
berarti sebagai sumber penyemangat saya dan terimakasih kepada dosen pembimbing
saya yang sudah membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
REFERENSI
Febrian, Ahmad. (2019).Pertumbuhan Industri Telekomunikasi Harus Berdampat ke
Masyarakat dan Negara. www.kontan.co.id (28 Februari 2021)
Steven, S. and Viriany (2016) ‘Sean danViriany: Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Financial Distress...’, Jurnal ekonomi, pp. 43–60.
Sucipto, A. W. (2017) ‘Kinerja rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial
distress pada perusahaan jasa di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014’,
(October 2016), pp. 81–98. doi: 10.14414/jbb.v6i1
Analisis Perkembangan Industri Edisi I - 2019.pdf (27 Februari 2021).
Bappenas, kementrian P. (2019) Perkembangan ekonomi indonesia dan dunia. jakart
Resesi, A. and Akibat, D. (2020) ‘Perkembangan ekonomi indonesia dan dunia’, 4(1).
SDPPI, T. P. P. (2018) ‘ANALISIS INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA’.
Jakarta: Puslitbang Sumber Daya, Perangkat, dan Penyelenggaraan Pos dan
Informatika Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya MAnusia.
Available at: http://balitbangsdm.kominfo.go.id.
Periode, D. B. E. I. et al. (2016) ‘Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Pada Perusahaan Sub Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar’,
(37), pp. 1–20
Rayana, U. (2018) Seluler tumbuh minus akhirnya kenyataan, www.seluler.id. Available
at: www.seluler.id.
Zulkarnaen, W., Fitriani, I., & Yuningsih, N. (2020). Pengembangan Supply Chain
Management Dalam Pengelolaan Distribusi Logistik Pemilu Yang Lebih Tepat
Jenis, Tepat Jumlah Dan Tepat Waktu Berbasis Human Resources Competency
Development Di KPU Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 4(2), 222-243. https://doi.org/10.31955/mea.vol4.iss2.pp222-243.