Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

AKUISISI ANTAR PERUSAHAAN DAN INVESTASI PADA


ENTITAS LAIN
Dosen Pengampu: Iman Waskito, SE., MSA., AK., CA

Oleh:

MUHAMMAD ARDIANSYAH (A0C021107)


DWI APRILIZALDI (A0C021014)
ZULFIKRI ALFARIZA (A0C021140)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MATARAM

2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul "Akuisisi Antar Perusahaan dan Investasi pada Entitas Lain dalam
Akuntansi Keuangan Lanjutan." Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
memahami konsep-konsep penting dalam akuntansi keuangan lanjutan yang berkaitan
dengan transaksi akuisisi dan investasi pada entitas lain.

Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin dinamis, perusahaan-


perusahaan di seluruh dunia terus melakukan berbagai transaksi investasi dan akuisisi
untuk mencapai tujuan strategis mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam
tentang akuntansi keuangan lanjutan dalam konteks akuisisi antar perusahaan dan
investasi pada entitas lain sangatlah penting bagi para akuntan, analis keuangan, dan
pemangku kepentingan lainnya.

Kami menyadari bahwa pembahasan materi ini tidaklah mudah, namun kami
berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan berguna
bagi pembaca dalam menghadapi tantangan dalam mencatat dan melaporkan transaksi
semacam itu.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen kami yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga
selama penyusunan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
memahami akuntansi keuangan lanjutan dalam konteks akuisisi antar perusahaan dan
investasi pada entitas lain. Kami juga menyadari bahwa dunia akuntansi terus
berkembang, dan kami mengharapkan bahwa makalah ini dapat menjadi landasan
untuk penelitian dan studi lebih lanjut di bidang ini.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada beberapa tahun terakhir, dunia usaha menjadi saksi atas berbagai
peristiwa akuisisi antar perusahaan dan kombinasi bisnis yang sering kali melibatkan
perusahaan-perusahaan besar ternama tingkat nasional. Beberapa dari kombinasi
bisnis tersebut telah menarik perhatian public karena tokoh-tokoh yang terlibat di
dalamnya, strategi inovatif yang dijalankan, dan besarnya uang yang dipertaruhkan.
Praktik usaha belakangan ini juga telah banyak menimbulkan jenis struktur
perusahaan yang tidak lagi tradisional dan bahkan entitas baru, sering kali betul-betul
merupakan bentuk baru, untuk menjalankan aktivitas operasi dan keuangan entitas
tersebut. Terciptanya struktur entitas baru dan entitas khusus merupakan respons atas
lingkungan operasi usaha saat ini yang dilingkupi oleh kebanyakan risiko usaha, isu
globalisasi, dan aturan perpajakan yang kompleks.
Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan
semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan agar dapat bertahan atau dapat
lebih berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang
tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki
kinerjanya. Sebagaimana sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai
kondisi statis dan mengalami proses kemunduran atau pengkerutan.dalam rangka
tumbuh dan berkembang dari perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis dengan
memilih salah satu diantara dua jalur alternative yaitu pertumbuhan dari dalam
perusahaan, dan pertumbuhan dari luar perusahaan.
Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang
memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan
perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk
perseroan terbatas dinyatakan dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun
2010 mensyaratkan penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuisisi
untuk perolehan ekuitasentitas yang dimaksud.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan struktur usaha kompleks?
2. Bagaimana perluasan usaha dan bentuk struktur organisasi?
3. Bagaimana penciptaan entitas usaha?
4. Bagaimana akuntansi untuk kombinasi bisnis?
5. Bagaimana pertimbangan tambahan dalam akuntansi kombinasi bisnis?

C. Tujuan
1. Untuk memahami perkembangan struktur usaha kompleks
2. Untuk memahami perluasan usaha dan bentuk struktur organisasi
3. Untuk memahami penciptaan entitas usaha
4. Untuk memahami akuntansi untuk kombinasi bisnis
5. Untuk memahami pertimbangan tambahan dalam akuntansi kombinasi
bisnis

BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN STRUKTUR USAHA KOMPLEKS


Lingkungan usaha saat ini cukup kompleks. Kompleksitas tersebut muncul
dari adanya transaksi usaha lintas kota maupun Negara, dimana tiap daerah
memiliki risiko dan hukum yang berbeda, aturan pajak yang khusus, dan faktor
lainnya. Bentuk usaha yang sederhana dimana sebuah perusahaan memiliki dua
atau tiga pabrik kemudian menghasilkan produk untuk pasar regional atau lokal
saja sudah banyak berkurang dibanding beberapa decade lalu. Semakin
berkembangnya ukuran perusahaan, dan sebagai respons atas lingkungan usaha
yang kompleks, perusahaan lalu mengembangkan struktur organisasi dan struktur
kepemilikan yang kompleks.
a. Perluasan Usaha
Sebagian besar perusahaan berusaha untuk memperluaskan usahanya
sebagai cara untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan. Pemilik dan
manajer perusahaan memiliki kepentingan untuk meningkatkan ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan ini menimbulkan skala ekonomis terkait
dengan proses produksi maupun distribusi. Melalui perluasan ke pasar baru
atau melalui akuisisi perusahaan lain yang sudah ada di pasar tersebut,
perusahaan dapat mengembangkan potensi perolehan laba baru dan bagi
industry yang memiliki siklus usaha dapat meningkatkan laba melalui
diversifikasi. Sebagai contoh, Bank Danamon, salah satu bank komersial
terbesar, mengakuisisi Adira Finance, sebuah perusahaan pembiayaan yang
kuat dalam portofolio pembiayaan konsumen.
b. Struktur Organisasi Dan Tujuan Usaha
Sebagai contoh dalam kasus ini yaitu perusahaan membentuk sebuah
anak perusahaan. Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh
perusahaan lain, yaitu induk perusahaan, biasanya melalui kepemilikan
mayoritas (kepentingan pengendali) saham perusahaan. Karena anak
perusahaan merupakan entitas legal yang terpisah, risiko induk perusahaan
terkait dengan aktivitas anak perusahaan dibatasi.
c. Struktur Organisasi, Akuisisi, dan Pertimbangan Etika
Dalam beberapa kasus, manajer menggunakan struktur organisasi yang
kompleks untuk memanipulasi pelaporan keuangan demi kepentingan pribadi.
Banyak perusahaan ternama, mengambil keuntungan dari celah atau
kekurangan dalam aturan pelaporan keungan menggunakan anak perusahaan
atau entitas lain untuk meminjam uang dalam jumlah besar tanpa menyajikan
laporan utang pada laporan posisi keuangannya. Beberapa perusahaan telah
mendirikan entitas bertujuan khusus untuk memanipulasi laba.
Entitas bertujuan khusus _ EBK (special-purpose entities- SPE) secara
umum adalah sebuah alat pendanaan yang bukan merupakan entitas operasi
secara substantive dan biasanya diciptakan untuk sebuah tujuan tertentu. EBK
dapat berbentuk perseroan terbatas, konsorsium (trust), maupun persekutuan.
Sebagai catatan, dalam aturan hukum di Indonesia, bentuk usaha persekutuan
hanya dapat dimiliki oleh sekumpulan individu.
Dalam kasus manajer menggunakan struktur organisasi yang kompleks
untuk manipulasi laporan keuangan terjadi pada salah satu perusahaan di
Indonesia yaitu PT. Kimia Farma tbk. Permasalahan kasus skandal manipulasi
laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk. Badan pengawas pasar modal
(Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen
lama direksi PT. Kimia Farma tbk. Ataupun terhadap akuntan public Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Aktivitas manipulasi pencatatan laporan
keuangan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan.
Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair.
Akuntan sudah melanggar etika profesinya.
Kronologis kasusu manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk
awalnya pada tanggal 3 Desember 2001, manajemen PT. Kimia Farma tbk
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsure rekayasa.
Setelah dilakukan audit ulang, pada tanggal 3 Oktober 2002 laporan
keuangan PT. Kimia Farma tbk 2001 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang
baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih
rendah sebesar Rp 32,6 miliar, atau 24,% dari laba awal yang dilaporkan.
Keslahan itu timbul pada unit industry bahan baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistic Sentral berupa
overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang
Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan
overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena
nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT. Kimia
Farma tbk, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga
persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002.
Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang
kasus PT. Kimia Farma tbk. Dalam rangka rektrukturisasi PT. Kimia Farma
tbk, Ludovicus Sensi W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan
Mustofa yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT. Kimia
Farma tbk untuk masa lima bulan yang terakhir 31 Mei 2002, tidak
menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan
barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang terakhir
per 31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian
kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian
proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma tbk setelah
melihat adanya indikasi penyelewengan.

B. PERLUASAN USAHA DAN BENTUK STRUKTUR ORGANISASI


Sejarahnya, perusahaan melakukan ekspansi berdasarkan pertumbuhan
internal melalui pengembangan produk baru dan melakukan perluasan lini produk
yang ada ke target pasar baru. Namun, pada decade belakangan ini, banyak
perusahaan memilih melakukan perluasan dengan bergabung atau mengakuisisi
perusahaan lain. Kedua pendekatan tersebut dapat menimbulkan perubahn dalam
struktur organisasi.

a. Perluasan dari dalam


Sejalan dengan perluasan dari dalam, perusahaan sering menyadari
adanya keuntungan untuk menjalankan usahanya yang semakin berkembang
melalui anak perusahaan baru atau entitas lainnya, seperti persekutuan,
ventura bersama, atau entitas khusus. Pada sebagian besar situasi, segmen
yang dapat diidentifikasi dari asset perusahaan yang ada ditransfer ke entitas
baru, dan sebagai gantinya, perusahaan yang mentransfer menerima
kepemilikan saham.
Terdapat berbagai alasan yang dapat memotivasi suatu perusahaan
menciptakan anak perusahaan atau entitas baru. Perusahaan yang
terdiversifikasi secara luas dapat menempatkan operasi yang tidak
berhubungan pada anak perusahaan yang terpisah untuk memudahkan lini
pengendaliaan dan memfasilitas evaluasi hasil operasi. Dalam beberapa kasus,
entitas dapat dikhususkan dalam jenis aktivitas tertentu atau melakukan
aktivitas operasinya di negara tertentu karena insetif pajak khusus . Hal yang
harus diperhatikan dalam beberapa industri adalah fakta bahwa entitas legal
terpisah di perbolehkan untuk beroperasi dalam lingkungan teregulasi tanpa
mengenakan kendali regulasi pada seluruh entitas. Juga, dengan menciptakan
entitas hukum terpisah , induk perusahaan dapat melndungi dirinya dari
pengenaan kewajiban legal atas seluruh aktiva perusahaan yang mungkin
timbul karena lini produk baru atau karena memasuki aktivitas bisnis dengan
risiko yang lebih tinggi.
Suatu perusahaan pun memiliki kemungkinan membentuk anak
perusahaan atau entitas lainnya bukan untuk tujuan perluasan, namun untuk
menghapus sebagai operasional usaha yang ada melalui penjualan langsung
atau dengan memindahkan kepemilikan kepada pemegang saham lainnya atau
pihak lain. Dalam beberapa kasus, perusahaan menggukan pendekatan ini
untuk menghapus segmen operasi yang tidak lagi sesuai dengan misi
keseluruhan perusahaan. Dalam kasus lain, pendekatan ini digunakan untuk
melepaskan segmen yang tidak menguntungkan atau untuk mendapatkan
persetujuan hukum atau pemegang saham dari marger yang diajukan dengan
perusahaan lain. Spin-off terjadii ketika kepemilikan dari anak perusahaan baru
atau yang sudah ada dididtribusikan ke pemegang saham induk tanpa
melepaskan kepemilikan saham di induk perusahaan. Split-off terjadi jika
saham anak perusahaan ditukarkan dengan saham induk perusahaan yang
mengakibatkan pengurangan saham induk perusahaan yang beredar. Walupun
transfer kepemilikan ke satu atau lebih perusahaan yang tidak berhubungan
biasanya mengakibatkan timbulnya transaksi yang dikenai pajak. transfer
kepemilikan ke pemegang saham yang ada yang dirancang secara memadai
umumnya memenuhi kondisi pertukaran yang tidak di kenai pajak.
b. Perluasan melalui kombinasi bisnis
Sering kali perusahaan menemukan bahwa memasarkan produk baru
atau masuk kedalam suatu area baru lebih mudah dengan melakukan perluasan
atau penggabungan usaha dengan perusahaan lain dibanding melalui perluasan
internal. Misal, Singtel, perusahaan telekomunikasi ternama dari Singapura
yang area usahanya meningkat secara signifikan setelah mengakuisis
Telkomsel Indonesia.
Suatu penggabungan usaha (business combination) terjadi ketika dua
atau lebih perusahaan bergabung dalam satu kontrol yang sama. Konsep
pengendalian berhubungan dengan kemampuaan untuk mengarahkan
kebijakan dan manajemen. Secara tradisional, pengendaliaan atau suatu
perusahaan diperoleh melalui kepemilikan mayoritas atas modal saham biasa.
Namun, keragaman penerapan perjanjiaan operasional dan finansial yang
diterapkan dalam beberapa tahun terakhir juga menimbulkan kemungkinan
perolehan pengendaliaan tanpa kepemilikan mayoritas atau dalam beberapa
kasus bahkan tanpa kepemilikan sama sekali.
Jenis penggabungan usaha yang ditemui dalam lingkungan usaha saat
ini dan isi perjanjiaan pengabungan usaha semakin beragam seiring dengan
semakin banyaknya perusahaan yang terlibat. Perusahaan membuat berbagai
perjanjiaan formal dan informal yang dapat mempunyai satu atau lebih
karakteristik penabungan usaha. Sebagiaan besar perusahaan menghindari
pencatatan perjanjiaan informal dalam pembukuannya karena dapat
menyebakan timbulnya kesulitan di kemudian hari. Faktanya , beberapa jenis
perjanjiaan informal seperti peejanjiaan untuk mematok harga atau membagi
konsumen potensial bersifat ilegal. Perjanjiaan formal biasanya lebih
diwajibkan dan lebih mungkin untuk diakui di masing-masing pembukuan
perusahaan yang terlibat.
c. Perjanjian Informal
Bentuk perjanjiaan informal dapat bermacam-macam. Suatu
perjanjiaan yang sederhana secara personal kadang dibutuhkan untuk
membangun sebuah hubungan baik jangka panjang dalam suatu usaha
bersama. Pada kasus lain, perusahaan-perusahaan dengan produk atau jasa
yang saling melengkapi membangun hubungan kerja secara implicit. Sebagai
contoh, sebuah kontraktor elektrik atau pipa yang sama. Beberapa perusahaan
membentuk aliansi strategis untuk bekerja sama dalam bentuk yang lebih
formal. Misalanya, garuda Indonesia dan Singapore Airlines yang saat ini
bekerja sama melalui perjanjian startegis dalam pembagiaan rute Jakarta-
denpasar.
Informalitas dan kebebasan yang membuat perjanjiaan informal
berjalan juga menjadi faktor kuat dalam proses penggabungan laporan
keuangan dan membuatnya seolah-olah menjadi bagian dari satu perusahaan
tunggal. Faktor lainnya dalam perjanjiaan informal. Tanpa beberapa
penggabungan kepemilikan inti dari penggabungan usaha umumnya tidak ada.
d. Perjanjian formal
Penggabungan usaha secara formal biasanya disertai dengan
perjanjiaan secara tertulis. Perjanjiaan ini menjelaskan persyaratan
penggabungan usaha, termasuk bentuk perusahaan yang bergabung
pertukaran, disposisi efek yang beredar, dan hak serta kewajiban partisipan.
Pelaksanaan perjanjiaan tersebut mengharuskan adanya pengkuan pada
pembukuan salah satu atau lebih perusahaan yang bergabung.
Dalam beberapa kasus, perjanjiaan formal sama secara substansi ,
namun berbeda bentuk sebagai contohnya, suatu perusahaan membuat
perjanjiaan untuk melakukan sewaguna usaha seluruh aset perusahaan lain
untuk periode yang lama hingga beberapa dekade, yang pengaruhnya adalah
untuk memiliki perusahaan lain tersebut. Contoh yang sama, suatu perjanjiaan
operasional yang memberikan otoritas manajemen penuh kepada suatu
perusahaan terhadap operasi perusahaan lain. Selama periode waktu yang lama
juga dianggap bertujuan melakukan penggabungan usaha walaupun substansi
dari perjanjiaan tersebut adalah penggabungan usaha, biasa dari perspektif
akuntansi tidak dianggap sebagai penggabungan usaha.

e. Frekuensi kombinasi bisnis dan entitas yang kompleks


Hanya sedikit perusahaan besar yang berfungsi sebagai satu entitas
legal dalam lingkungan modern.hampir semua perusahaa paling tidak
mempunyai satu anak perusahaan, dengan banyak perusahaan yang
terdiversifikasi mempunyai beratus-ratus anak perusahaan. Dalam beberapa
kasus anak perusahaan didirikan untuk melaksanakan secara terpisah aktivitas
operasi yang sudah ada yang sebelumnya dikerjakan oleh induk perusahaan.
Anak perusahaan lain dapat diakuisisi melalui penggabungan usaha.
f. Struktur organisasi yang kompleks
Selain struktur induk dan anak perusahaan yang telah menjadi struktur
standar bagi banyak perusahaan pada satu dekade ini, struktur lain yang lebih
kompleks mulai dikenal beberapa tahun terakhir. Saat ini banyak perusahaan
yang melakukan sebagian operasionalnya melalui entitas selain anak
perusahaan.
g. Struktur organisasi dan pelaporan keuangan
Ketika sebuah perusahaan mengembangakan atau mengubah struktur
organisasinya baik melalui pengambilalihan perusahaan lain atau melalui
divisi internal, struktur baru tersebut harus dievaluasi untuk menentukan
prosedur pelaporan keuangan yang tepat .Berikut adalah beberapa pendekatan
yang bisa diterapkan tergantung keadaan.
1. Merger. Sebuah penggabungan usaha dimana aset dan kewajiban dari
perusahaan yang diambil alih digabungkan dengan aset dan kewajiban
perusahaan yang mengambil alih tanpa menambah komponen organisasi.
Jadi pelaporan keuangan dibuat berdasarkan struktur organisasi yang lama
yaitu perusahaan yang mengambil alih.
2. Kepemilikan kendali (controlling ownership) suatu penggabungan usaha
dimana perusahaan yang diambil alih tetap beroperasi sebagai entitas legal
yang terpisah dan sebagian besar saham biasanya dimiliki oleh perusahaan
yang mengambil alih. Bentuk ini akan menimbulkan hubungan induk dan
anak perusahaan. Standar akuntansi biasanya mengharuskan laporan
keuangan dari induk dan anak perusahaan dikinsolidasikan untuk
pelaporan bertujuan umum sehingga seakan-akan merupakan suatu
perusahaan tunggal. Perlakuan yang sama diterapkan jika anak perusahaan
tidak diperbolehkan dengan cara dibeli tapi diciptakan.
3. Kepemilikan minotitas (minority interest) atau kepemilikan
nonpengendali (noncontrolling ownership).Pembelian kepemilikan
perusahaan lain kurang dari mayoritas ( Kurang Dari 50%) tidak
mengakibatkan timbulnya penggabungan usaha atau situasi pengendaliaan.
Hal yang sama dapat terjadi ketika suatu perusahaan menciptakan entitas
lain dan memiliki hak kepemilikan kurang dari hak untuk mengendalikan
di suatu persekutuan. Dalam hak kepemilikan kurang dari hak untuk
mengendalikan di suatu persekutuan. Dalam laporan keuangannya,
investor seperti akan melaporkan hak kepemilikan pada invested sebagai
investasi dengan metode akuntansi tertentu sesuai dengan kondisi
investasinya.
4. Kepemilikan menguntungkan lainnya (other beneficial interest) suatu
perusahaan dapat memiliki kepemilikan pada entitas lain walupun tanpa
ada kepemilikan langsung pada entitas tersebut. Kepemilikan tersebut
mungkin timbul karena adanya perjanjiaan yang dibuat oleh entitas
tersebut melalui perjanjiaan operasi atau keuangan. Ketika kepemilikan
timbul berdasarkan faktor selain persentase kepemilikan, peraturan
pelaporan dapat menjadi kompleks dan tergantung pada situasi. Secara
umum, suatu perusahaan yang mampu membuat keputusan secara
signifikan memengaruhi hasil dari aktivitas entitas lain atau diharapkan
mendapatkan mayoritas dari laba dan rugi entitas tersebut dianggap
sebagai penerima manfaat utama ( primary beneficiary) entitas tersebut.
Biasanya, laporan keuangan entitas akan dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan primary beneficiary.

Contoh:
Allen Company membentuk anak perusahaan, Blaine Company dan mentransfer
aktiva berikut pada Blaine utk memperoleh 100.000 lembar saham Blaine dengan
nilai nominal Rp.2.000

Item Harga Perolehan Nilai Buku

Kas Rp 70.000.000

Persediaan RP 50.000.000 50.000.000

Tanah 75.000.000 75.000.000

Bangunan 100.000.000 80.000.000

Peralatan 250.000.000 160.000.000

Total Rp435.000.000

Jurnal yang dicatat oleh Allen:


Investasi pada Saham Biasa Blaine Co Rp435.000.000
Akumulasi Penyusutan 110.000.000
Kas Rp70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000

* 110.000.000 = (Rp.100.000.000 - 80.000.000) + (250.000.000 -


160.000.000)*

Jurnal yg dicatat oleh Blaine:


Kas Rp 70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
Akumulasi Penyusutan 110.000.000
Saham Biasa, nominal Rp2.000 200.000.000
Tambahan Modal Disetor 235.000.000
Asumsikan Allen menginvestasikan aktiva yg sama seperti pada kasus
perusahaan terbuka di atas dan perusahaan yg tidak ada hubungannya Chaney Corp,
menginvestasikan kas sbsr $65.000 utk 10% kepemilikan pada laba rugi Blaine,
dimana Allen menjalankan operasi dan memegang kendali di persekutuan.
Jurnal yang dicatat oleh Blaine :
Kas Rp 135.000
Persediaan 50.000
Tanah 75.000
Bangunan 100.000
Peralatan 250.000
Akumulasi penyusutan Rp 110.000
Modal, Allen Comp 435.000
Modal, Chaney Corp 65.000

C. PENCIPTAAN ENTITAS USAHA

Perusahaan yang hendak melakukan kegiatan operasi melalui entitas


usaha yang terpisah biasanya memilih bentuk anak perusahaan, perusahaan
join venture atau persekutuan. Dalam kasus yang sederhana, suatu perusahaan
menstransfer asset dan mungkin juga kewajibannya, ke entitas yang dibentuk
dan dikendalikannya melalui kepemilikan mayoritas. Perusahaan menstransfer
mengakui hak kepemilikan di entitas yang baru dibentuknya sebesar nilai buku
asset bersih yang ditransfer. Pengakuaan selisih lebih nilai wajar di atas nilai
buku dari asset yang ditransfer pada pembekuaan perusahaan yang
mentransfer umumnya tidak diperbolehkan jika bukan transaksi yang wajar
( arm’s length – transaction). Oleh karena itu, tidak ada keuntungan atau
kerugiaan yang diakui dari transaksi transfer oleh perusahaan yang
mentransfer. Tetapi, jika nilai asset yang ditransfer ke entitas yang baru
dibentuk tersebut telah mengalami penurunan nilai sebelum terjadinya transfer
dan nilai wajarnya lebih rendah dibanding nilai tercatanya pada pembukuaan
perusahaan yang mentransfer, perusahaan yang mentransfer harus mengakui
kerugiaan dari penurunan nilai dan mentransfer asset pada entitas baru pada
nilai wajar yang lebih rendah tersebut.
Contoh ilustrasi asumsikan PT Alan menciptakan sebuah anak
perusahaan, PT Bima dan mentransfer asset dan kewajiban berikut ke PT
Bima, serta sebagai pertukaran memperoleh 100.000 lembar saham biasa PT
Bima dengan nilai pasar Rp2.000

Item Harga perolehan Nilai buku


Kas Rp .70.000.000

Persediaan Rp.50.000.000 50.000.000

Tanah 75.000.000 75.000.000


Bangunan 100.000.000 80.000.000

Peralatan 250.000.000 160.000.000

Rp.435.000.000

Alan mencatat transaksi dengan jurnal sebagai berikut


Investasi pada saham biasa PT.Bima Rp 435.000.000
Akumulasi penyusutan 110.000.000
Kas 70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
*Rp 110.000.000 = ( Rp.100.000.000 – Rp. 80.000.000 ) + (Rp250.000.000) -
Rp.160.000.000*
PT.Bima mencatat transfer asset dan penerbitan saham sebesar nilai
buku asset yang ditransfer sebagai berikut:

Kas Rp 70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
Akumulasi
penyusutan 110.000.000
Saham biasa nilai per
Rp.2.000 200.000.000
Tambahan modal
dasar 235.000.000

D. AKUNTANSI UNTUK KOMBINASI BISNIS

a. Kombinasi bisnis
Kombinasi bisnis merupakan transaksi di mana pihak pengakuisisi memperoleh
pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Kombinasi bisnis diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan. Menurut PSAK 22, Kombinasi bisnis adalah suatu
transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian
atas satu atau lebih suatu bisnis. Akuisisi merupakan penggabungan dua perusahaan
atau lebih menjadi satu dengan cara menyatukan saham aset maupun non aset.
Kombinasi bisnis memiliki tujuan agar perusahaan semakin besar dan berkembang.
Apabila sebuah perusahaan dipandang besar dan berkembang, para investor akan
datang dengan sendirinya menawarkan investasi. Dalam buku Akuntansi Keuangan
Lanjutan 1 (2016) oleh Martani, kombinasi bisnis merupakan salah satu cara dalam
melakukan pengembangan usaha sehingga menjadi lebih besar. Tujuan lain dari
adanya kombinasi bisnis ini adalah memperluas pasar dan jaringan. Contoh kombinasi
bisnis, entitas melakukan ekspansi usaha ke Singapore.
b. Keuntungan kombinasi bisnis
Dalam sebuah bisnis, keuntungan yang dimaksud sudah pasti yaitu imbal hasil
berupa uang yang lebih besar. Keuntungan kombinasi bisnis dalam akuntansi
keuangan lanjutan tercipta karena mampu menghasilkan sinergi dalam kombinasi
bisnisnya. Perlu diketahui pula, kombinasi bisnis bersifat kompleks. Sebab,
bertambahnya entitas akan membuat menjadi lebih birokratis dan kompleks.
c. Jenis Kombinasi Bisnis
Suatu perusahaan melakukan kombinasi bisnis tentunya untuk
mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu perlu adanya strategi bisnis yang
dilakukan untuk pengembangan bisnisnya sebagai berikut:
1. Integrasi vertikal
Integrasi vertikal adalah kombinasi bisnis yang melakukan akuisisi
dengan memiliki hubungan dengan pemasok. Misalnya, perusahaan
baju mengakuisisi entitas produsen kain yang merupakan bahan baku
pembuatan baju. Dalam hal ini, perusahaan baju kepada perusahaan kain
bisa juga disebut sebagai integrasi hulu.
2. Integrasi horizontal
Integrasi horizontal adalah kombinasi bisnis yang melakukan akuisisi
dengan menghasilkan produk yang sejenis. Misalnya, perusahaan baju perempuan
mengakuisisi perusahaan baju laki-laki.
3. Konglomerasi
Konglomerasi adalah kombinasi bisnis yang melakukan akuisisi
dengan tidak memiliki hubungan dengan entitas. Misalnya, perusahaan
baju mengakuisisi perusahaan mie instan.

d. Bentuk entitas
Beberapa bentuk entitas, yakni:
1. Merger
Merger adalah kombinasi yang menghubungkan dua atau lebih dengan yang
diakuisisi dibubarkan serta aset dan liabilitas diambil alih pihak yang mengakuisisi.
Bisa dikatakan bahwa dalam kombinasi bisnis ini harus ada yang dileburkan salah
satu atau lebih perusahaan.
2. Konsolidasi
Konsolidasi adalah kombinasi bisnis yang termasuk ke dalam peleburan perusahaan
dengan mengambil alih semua aset dan liabilitas dengan membentuk nama
perusahaan baru. Perusahaan atau entitas akan dibentuk apabila aset dan liabilitas
sudah diambil alih.
3. Akuisisi
Akuisisi adalah kombinasi bisnis yang tidak termasuk ke dalam kategori peleburan
perusahaan karena hanya membeli kepemilikan dan entitas yang dibeli amsih tetap
berdiri hanya saja dikendalikan entitas pengakuisisi.
 Metode akuntansi Dua metode akuntansi, yaitu:
1. Metode pooling of interest (penyatuan kepentingan)
Metode ini adalah metode yang menyatukan kepentingan bisnisnya sehingga
tidak perlu penilaian ualng aset dan liabilitas entitas yang bergabung. Dasar dari
penyatuan ini adalah nilai buku dari entitas yang bergabung.
2. Metode purchase
Metode ini adalah metode mengakuisisi nilai waja pada tanggal akusisi karena
kombinasi bisnis dianggap sebagai dari bentuk entitas baru. Dasar pencatatan
pada nilai wajar dalam metode ini menimbulkan nilai wajar.

E. PERTIMBANGAN TAMBAHAN DALAM AKUNTANSI KOMBINASI


BISNIS
PSAK 22 memasukkan sciumlah persvaratan terkait dengan hal-hal khusus
atau aspek-aspek yang dihadapi dalam kombinasi bisnis. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai beberapa situasi yang lebih penting. Ketidakpastian dalam
Kombinasi Bisnis Ketidakpastian memengaruhi sebagian besar pengukuran akuntansi,
namun lazim dalam kombinasi bisnis. Meskipun ketidakpastian berkaitan dengan
banyak aspek kombinasi bisnis, aspek akuntansi untuk kombinasi bisnis yang berhak
mendapat perhatian khusus adalah periode pengukuran

Periode Pengukuran Salah satu jenis ketidakpastian dalam kombinasi bisnis


berasal dari persyaratan untuk kombinasi bisnis, besarnya kepentingan pihak
pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi, adanya kepentingan nonpengendali, dan nilai
wajar yang diberikan. Karena pihak pengakuisisi mungkin tidak memiliki informasi
memadai yang tersedia segera untuk menentukan nilai wajar secara tepat; PSAK 22
memperbolehkan sebuah periode waktu yang disebut periode pengukuran untuk
memperoleh informasi yang diperlukan. Periode pengukuran berakhir setelah pihak
pengakuisisi memperoleh informasi yang diperlukan mengenai fakta-fakta pada
tanggal akuisisi, tetapi tidak lebih dari satu tahun.

Aset yang untuk sementara waktu telah dicatat pada tanggal akuisisi secara
retrospektif disesuaikan nilainya selama periode pengukuran untuk informasi baru
yang mengklarifikasi nilai tanggal akuisisi.
Biasanya, nilai yang disesuaikan tersebut adalah jurnal pengimbang untuk goodwill.
Penyesuaian secara retrospektif mungkin tidak dibuat untuk perubahan nilai yang
terjadi setelah tanggal akuisisi.

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa PT Barmudatiki mengakuisisi tanah dalam


sebuah kombinasi bisnis dan untuk sementara mencatat tanah pada nilai wajar yang
diestimasi sebesar Rp100.000.000. Selama periode pengukuran, PT Barmudatiki
memperoleh penilaian yang dapat diandalkan bahwa tanah tersebut bernilai Rp|
10.000.000 pada tanggal akuisisi. Selanjutnya, pada periode akuntansi yang sama,
perubahan nilai tanah dalam zona yang dekat telah mengurangi nilai tanah yang
diakuisisi oleh PT Barmudatiki menjadi R75.000.000. PT Barmudatiki mencatat
klarifikasi nilai wajar tanggal akuisisi tanah dan penurunan nilai setelah itu dengan
jurnal berikut ini.

(12)
Tanah 10.000.000
Goodwill 10.000.000
Menyesuaikan nilai tanah tanggal akuisisi yang diperoleh dalam kombinasi bisnis.

(13)
Kerugian Penurunan Nilai 35.000.000
Tanah 35.000.000

Mengakui penurunan nilai tanah yang dimiliki.

Setelah periode pengukuran berakhir, pihak pengakuisisi harus membuat


koreksi kesalahan dalam akuntansi untuk kombinasi bisnis dengan menggunakan
PSAK 25, "Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan".
Pengecualian untuk Prinsip Pengakuan Liabilitas Kontinjensi Tata syarat di bawah
PSAK 57, "Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi" tidak valid dalam
mengukur nilai liabilitas kontinjensi pada tanggal akuisisi. Namun, pengakuisisi
menyadari bahwa liabilitas kontinjensi pada tanggal akuisisi dari kombinasi bisnis
hanya jika liabilitas merupakan liabilitas yang muncul dari transaksi/kejadian lalu dan
bahwa nilai dapat diestimasi secara reliabel. Oleh karena itu, tidak seperti PSAK 57,
pengakuisisi menyadari liabilitas kontinjensi diambil dari kombinasi bisnis pada
tanggal akuisisi bahkan jika tidak ada aliran sumber potensial untuk mempertahankan
liabilitas spesifik di masa akan datang.

Setelah pengakuan awal dan sampai liabilitas diselesaikan, dibatalkan atau


kedaluwarsa, pihak pengakuisisi mengukur liabilitas kontinjensi yang diakui dalam
kombinasi bisnis pada nilai yang lebih tinggi antara:

a. jumlah yang seharusnya diakui sesuai dengan PSAK 57: Provisi, Liabilitas
Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; atau
b. jumlah yang pada awalnya diakui setelah dikurangi amortisasi yang dapat
diterapkan, jika dapat ditentukan.

Ganti Rugi Aset


Penjual dalam kombinasi bisnis dapat menjamin secara kontrak pengakuisisi
dari hasil kontinjensi atau ketidakpastian dalam relasi pada semua atau bagian
liabilitas aset tertentu.
Sebagai contoh, penjual mungkin menjamin bahwa pengakuisisi berada pada kerugian
yang melebihi kerugian yang diperkirakan dari kontinjensi tertentu, atau dalam kata
lain, penjual akan menjamin bahwa liabilitas pengakuisisi tidak akan melebihi jumlah
tertentu.

Dengan cara tersebut, pengakuisisi mendapatkan ganti rugi aset.


Dalam setiap periode pelaporan, pengakuisisi mengukur ganti rugi aset yang dikenali
pada tanggal akuisisi menggunakan dasar yang sama seperti yang digunakan dalam
penjaminan aset atau liabilitas, subjek pada batasan kontraktual pada jumlahnya, atau
jika ganti rugi tidak dapat diukur pada nilai wajarnya pada tanggal akuisisi, maka hal
tersebut harus diukur berdasarkan pada penilaia. manajemen pada kolektabilitas ganti
ruginya. Pengakuisisi akan berhenti untuk meminta ganti rug, jika mereka mengambil
aset, menjualya, dan kehilangan hak atas ganti rugi aset tersebut.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Lingkungan bisnis saat ini menjadi semakin kompleks dengan adanya


transaksi lintas kota dan negara, beragam risiko, peraturan perpajakan yang berbeda,
dan faktor lainnya. Kompleksitas ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan
struktur organisasi yang lebih kompleks.Perluasan usaha melalui akuisisi perusahaan
lain atau ekspansi ke pasar baru menjadi strategi umum bagi perusahaan untuk
bertahan dan menghasilkan keuntungan. Ini dapat menghasilkan skala ekonomis dan
diversifikasi keuntungan. Struktur organisasi kompleks, seperti anak perusahaan atau
entitas khusus, digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk manajemen risiko,
pengelolaan pajak, dan manipulasi laporan keuangan. Namun, penggunaan yang tidak
etis dapat mengarah pada skandal keuangan, seperti yang terjadi pada PT. Kimia
Farma tbk. Metode akuntansi yang digunakan dalam kombinasi bisnis, seperti metode
purchase atau pooling of interest, mempengaruhi pengakuan dan pengukuran aset
serta liabilitas dalam laporan keuangan. Perusahaan harus mematuhi aturan dan
regulasi yang berlaku. Ketidakpastian sering muncul dalam kombinasi bisnis,
terutama terkait dengan penilaian nilai wajar aset dan liabilitas pada tanggal akuisisi.
Periode pengukuran diberikan untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Keseluruhan, pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas lingkungan bisnis,
etika dalam penggunaan struktur organisasi yang kompleks, dan penerapan metode
akuntansi yang tepat penting dalam mengelola kombinasi bisnis dengan efektif dan
memastikan transparansi dalam pelaporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai