Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Pada beberapa tahun terakhir, dunia usaha menjadi saksi atas berbagai peristiwa
akuisisi antar perusahaan dan kombinasi bisnis yang sering kali melibatkan perusahaan-
perusahaan besar ternama tingkat nasional. Beberapa dari kombinasi bisnis tersebut telah
menarik perhatian public karena tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya, strategi inovatif yang
dijalankan, dan besarnya uang yang dipertaruhkan.

            Praktik usaha belakangan ini juga telah banyak menimbulkan jenis struktur
perusahaan yang tidak lagi tradisional dan bahkan entitas baru, sering kali betul-betul
merupakan bentuk baru, untuk menjalankan aktivitas operasi dan keuangan entitas tersebut.
Terciptanya struktur entitas baru dan entitas khusus merupakan respons atas lingkungan
operasi usaha saat ini yang dilingkupi oleh kebanyakan risiko usaha, isu globalisasi, dan
aturan perpajakan yang kompleks.

            Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin


ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan agar dapat bertahan atau dapat lebih
berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar
perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Sebagaimana
sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai kondisi statis dan mengalami proses
kemunduran atau pengkerutan.dalam rangka tumbuh dan berkembang dari perusahaan bisa
melakukan ekspansi bisnis dengan memilih salah satu diantara dua jalur alternative yaitu
pertumbuhan dari dalam perusahaan, dan pertumbuhan dari luar perusahaan.

            Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang
memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan perolehan
ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk perseroan
terbatas dinyatakan dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun 2010
mensyaratkan penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuisisi untuk perolehan
ekuitasentitas yang dimaksud.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan struktur usaha kompleks?
2. Bagaimana perluasan usaha dan bentuk struktur organisasi?
3. Bagaimana penciptaan entitas usaha?
4. Bagaimana penggabungan usaha?
5. Bagaimana akuntansi pembelian untuk penggabungan usaha?
C. Tujuan
1. Untuk memahami perkembangan struktur usaha kompleks
2. Untuk memahami perluasan usaha dan bentuk struktur organisasi
3. Untuk memahami penciptaan entitas usaha
4. Untuk memahami penggabungan usaha
5. Untuk memahami akuntansi pembelian untuk penggabungan usaha
BAB II

Pembahasan

A. Perkembangan Struktur Usaha Kompleks

Lingkungan usaha saat ini cukup kompleks. Kompleksitas tersebut muncul dari
adanya transaksi usaha lintas kota maupun Negara, dimana tiap daerah memiliki risiko dan
hukum yang berbeda, aturan pajak yang khusus, dan faktor lainyya. Bentuk usaha yang
sederhana dimana sebuah perusahaan memiliki dua atau tiga pabrik kemudian
menghasilkan produk untuk pasar regional atau lokal saja sudah banyak berkurang
dibanding beberapa decade lalu. Semakin berkembangnya ukuran perusahaan, dan sebagai
respons atas lingkungan usaya yang kompleks, perusahaan lalu mengembangkan struktur
organisasi dan struktur kepemilikan yang kompleks.

a. Perluasan Usaha

            Sebagian besar perusahaan berusaha untuk memperluaskan usahanya sebagai


cara untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan. Pemilik dan manajer perusahaan
memiliki kepentingan untuk meningkatkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan ini
menimbulkan skala ekonomis terkait dengan proses produksi maupun distribusi.
Melalui perluasan ke pasar baru atau melalui akuisisi perusahaan lain yang sudah ada
di pasar tersebut, perusahaan dapat mengembangkan potensi perolehan laba baru dan
bagi industry yang memiliki siklus usaha dapat meningkatkan laba melalui
diversifikasi. Sebagai contoh, Bank Danamon, salah satu bank komersial terbesar,
mengakuisisi Adira Finance, sebuah perusahaan pembiayaan yang kuat dalam
portofolio pembiayaan konsumen.

b. Struktur Organisasi Dan Tujuan Usaha

            Sebagai contoh dalam kasusu ini yaitu perusahaan membentuk sebuah anak
perusahaan. Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan
lain, yaitu induk perusahaan, biasanya melalui kepemilikan mayoritas (kepentingan
pengendali) saham perusahaan. Karena anak perusahaan merupakan entitas legal yang
terpisah, risiko induk perusahaan terkait dengan aktivitas anak perusahaan dibatasi.

c. Struktur Organisasi, Akuisisi, dan Pertimbangan Etika

            Dalam beberapa kasus, manajer menggunakan struktur organisasi yang


kompleks untuk memanipulasi pelaporan keuangan demi kepentingan pribadi. Banyak
perusahaan ternama, mengambil keuntungan dari celah atau kekurangan dalam aturan
pelaporan keungan menggunakan anak perusahaan atau entitas lain untuk meminjam
uang dalam jumlah besar tanpa menyajikan laporan utang pada laporan posisi
keuangannya. Beberapa perusahaan telah mendirikan entitas bertujuan khusus untuk
memanipulasi laba.
            Entitas bertujuan khusus _ EBK (special-purpose entities- SPE) secara umum
adalah sebuah alat pendanaan yang bukan merupakan entitas operasi secara
substantive dan biasanya diciptakan untuk sebuah tujuan tertentu. EBK dapat
berbentuk perseroan terbatas, konsorsium (trust), maupun persekutuan. Sebagai
catatan, dalam aturan hukum di Indonesia, bentuk usaha persekutuan hanya dapat
dimiliki oleh sekumpulan individu.

            Dalam kasus manajer menggunakan struktur organisasi yang kompleks untuk


manipulasi laporan keuangan terjadi pada salah satu perusahaan di Indonesia yaitu
PT. Kimia Farma tbk. Permasalahan kasus skandal manipulasi laporan keuangan PT.
Kimia Farma tbk. Badan pengawas pasar modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan
atau penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT. Kimia Farma tbk. Ataupun
terhadap akuntan public Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Aktivitas manipulasi
pencatatan laporan keuangan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan
akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair.
Akuntan sudah melanggar etika profesinya.

            Kronologis kasusu manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk


awalnya pada tanggal 3 Desember 2001, manajemen PT. Kimia Farma tbk
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian BUMN dan
Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsure
rekayasa.

            Setelah dilakukan audit ulang, pada tanggal 3 Oktober 2002 laporan keuangan
PT. Kimia Farma tbk 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang
disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar,
atau 24,% dari laba awal yang dilaporkan. Keslahan itu timbul pada unit industry
bahan baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada
unit Logistic Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar,
pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

            Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai


yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT. Kimia Farma tbk,
melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master
prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002.

            Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus


PT. Kimia Farma tbk. Dalam rangka rektrukturisasi PT. Kimia Farma tbk, Ludovicus
Sensi W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas
untuk mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk untuk masa lima bulan yang
terakhir 31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam
penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun
yang terakhir per 31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam
harian kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian
proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma tbk setelah melihat
adanya indikasi penyelewengan.

B. Perluasan Usaha dan Bentuk Struktur Organisasi

Sejarahnya, perusahaan melakukan ekspansi berdasarkan pertumbuhan internal


melalui pengembangan produk baru dan melakukan perluasan lini produk yang ada ke
target pasar baru. Namun, pada decade belakangan ini, banyak perusahaan memilih
melakukan perluasan dengan bergabung atau mengakuisisi perusahaan lain. Kedua
pendekatan tersebut dapat menimbulkan perubahn dalam struktur organisasi.

a. Perluasan dari dalam

            Sejalan dengan perluasan dari dalam, perusahaan sering menyadari adanya


keuntungan untuk menjalankan usahanya yang semakin berkembang melalui anak
perusahaan baru atau entitas lainnya, seperti persekutuan, ventura bersama, atau
entitas khusus. Pada sebagian besar situasi, segmen yang dapat diidentifikasi dari
asset perusahaan yang ada ditransfer ke entitas baru, dan sebagai gantinya, perusahaan
yang mentransfer menerima kepemilikan saham.

            Terdapat berbagai alasan yang dapat memotivasi suatu perusahaan


menciptakan anak perusahaan atau entitas baru. Perusahaan yang terdiversifikasi
secara luas dapat menempatkan operasi yang tidak berhubungan pada anak
perusahaan yang terpisah untuk memudahkan lini pengendaliaan dan memfasilitas
evaluasi hasil operasi. Dalam beberapa kasus, entitas dapat dikhususkan dalam jenis
aktivitas tertentu atau melakukan aktivitas operasinya di negara tertentu karena insetif
pajak khusus . Hal yang harus diperhatikan dalam beberapa industri adalah fakta
bahwa entitas legal terpisah di perbolehkan untuk beroperasi dalam lingkungan
teregulasi tanpa mengenakan kendali regulasi pada seluruh entitas. Juga, dengan
menciptakan entitas hukum terpisah , induk perusahaan dapat melndungi dirinya dari
pengenaan  kewajiban legal atas seluruh aktiva perusahaan yang mungkin timbul
karena lini produk baru atau karena memasuki aktivitas bisnis dengan risiko yang
lebih tinggi.

            Suatu perusahaan pun memiliki kemungkinan membentuk anak perusahaan


atau entitas lainnya bukan untuk tujuan perluasan, namun untuk menghapus sebagai
operasional usaha yang ada melalui penjualan langsung atau dengan memindahkan
kepemilikan kepada pemegang saham lainnya atau pihak lain. Dalam beberapa kasus,
perusahaan menggukan pendekatan ini untuk menghapus segmen operasi yang tidak
lagi sesuai dengan misi keseluruhan perusahaan. Dalam kasus lain, pendekatan ini
digunakan untuk melepaskan segmen yang tidak menguntungkan atau untuk
mendapatkan persetujuan hukum atau pemegang saham dari marger yang diajukan
dengan perusahaan lain. Spin-off terjadii ketika kepemilikan dari anak perusahaan
baru atau yang sudah ada dididtribusikan ke pemegang saham induk tanpa
melepaskan kepemilikan saham di induk perusahaan. Split-off terjadi jika saham anak
perusahaan ditukarkan dengan saham induk perusahaan yang mengakibatkan
pengurangan saham induk perusahaan yang beredar. Walupun transfer kepemilikan ke
satu atau lebih perusahaan yang tidak berhubungan biasanya mengakibatkan
timbulnya transaksi yang dikenai pajak. transfer kepemilikan ke pemegang saham
yang ada yang dirancang secara memadai umumnya memenuhi kondisi pertukaran
yang tidak di kenai pajak.

b. Perluasan melalui kombinasi bisnis

            Sering kali perusahaan menemukan bahwa memasarkan produk baru atau


masuk kedalam suatu area baru lebih mudah dengan melakukan perluasan atau
penggabungan usaha dengan perusahaan lain dibanding melalui perluasan internal.
Misal, Singtel, perusahaan telekomunikasi ternama dari Singapura yang area
usahanya meningkat secara signifikan setelah mengakuisis Telkomsel Indonesia.

            Suatu penggabungan usaha (business combination) terjadi ketika dua atau


lebih perusahaan bergabung dalam satu kontrol yang sama. Konsep pengendalian
berhubungan dengan kemampuaan untuk mengarahkan kebijakan dan manajemen.
Secara tradisional, pengendaliaan atau suatu perusahaan diperoleh melalui
kepemilikan mayoritas atas modal saham biasa. Namun, keragaman penerapan
perjanjiaan operasional dan finansial yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir
juga menimbulkan kemungkinan perolehan pengendaliaan tanpa kepemilikan
mayoritas atau dalam beberapa kasus bahkan tanpa kepemilikan sama sekali.

            Jenis penggabungan usaha yang ditemui dalam lingkungan usaha saat ini dan
isi perjanjiaan pengabungan usaha semakin beragam seiring dengan semakin
banyaknya perusahaan yang terlibat. Perusahaan membuat berbagai perjanjiaan
formal dan informal yang dapat mempunyai satu atau lebih karakteristik  penabungan
usaha. Sebagiaan besar perusahaan menghindari pencatatan perjanjiaan informal
dalam pembukuannya karena dapat menyebakan timbulnya kesulitan di kemudian
hari. Faktanya , beberapa jenis perjanjiaan informal seperti peejanjiaan untuk
mematok harga atau membagi konsumen potensial bersifat ilegal. Perjanjiaan formal
biasanya lebih diwajibkan  dan lebih mungkin untuk diakui di masing-masing
pembukuan perusahaan yang terlibat.

c. Perjanjian Informal

            Bentuk perjanjiaan informal dapat bermacam-macam. Suatu perjanjiaan yang


sederhana secara personal kadang dibutuhkan untuk membangun sebuah hubungan
baik jangka panjang dalam suatu usaha bersama. Pada kasus lain, perusahaan-
perusahaan dengan produk atau jasa yang saling melengkapi membangun hubungan
kerja secara implicit. Sebagai contoh, sebuah kontraktor  elektrik atau pipa yang
sama. Beberapa perusahaan membentuk aliansi strategis untuk bekerja sama dalam
bentuk yang lebih formal. Misalanya, garuda Indonesia dan Singapore Airlines yang
saat ini bekerja sama melalui perjanjian  startegis dalam pembagiaan rute Jakarta-
denpasar.

            Informalitas dan kebebasan yang membuat perjanjiaan informal berjalan juga


menjadi faktor kuat dalam proses penggabungan laporan keuangan dan membuatnya
seolah-olah menjadi bagian dari satu perusahaan tunggal. Faktor lainnya dalam
perjanjiaan informal. Tanpa beberapa penggabungan kepemilikan inti dari
penggabungan usaha umumnya tidak ada.

d. Perjanjian formal

            Penggabungan usaha secara formal biasanya disertai dengan perjanjiaan secara


tertulis. Perjanjiaan ini menjelaskan persyaratan penggabungan usaha, termasuk
bentuk perusahaan yang bergabung pertukaran, disposisi efek yang beredar, dan hak
serta kewajiban partisipan. Pelaksanaan perjanjiaan tersebut mengharuskan adanya
pengkuan pada pembukuan salah satu atau lebih perusahaan yang bergabung.

            Dalam beberapa kasus, perjanjiaan formal sama secara substansi , namun


berbeda bentuk sebagai contohnya, suatu perusahaan membuat perjanjiaan untuk
melakukan sewaguna usaha seluruh aset perusahaan lain untuk periode yang lama
hingga beberapa dekade, yang pengaruhnya adalah untuk memiliki perusahaan lain
tersebut. Contoh yang sama, suatu perjanjiaan operasional yang memberikan otoritas
manajemen penuh kepada suatu perusahaan terhadap operasi perusahaan lain. Selama
periode waktu yang lama juga dianggap bertujuan melakukan penggabungan usaha
walaupun substansi dari perjanjiaan tersebut adalah penggabungan usaha, biasa dari
perspektif akuntansi tidak dianggap sebagai penggabungan usaha.

e. Frekuensi kombinasi bisnis dan entitas yang kompleks

            Hanya sedikit perusahaan besar yang berfungsi sebagai satu entitas legal
dalam lingkungan modern.hampir semua perusahaa  paling tidak mempunyai satu
anak perusahaan, dengan banyak perusahaan yang terdiversifikasi mempunyai
beratus-ratus anak perusahaan. Dalam beberapa kasus anak perusahaan didirikan
untuk melaksanakan secara terpisah aktivitas operasi yang sudah ada yang
sebelumnya dikerjakan oleh induk perusahaan. Anak perusahaan lain dapat diakuisisi
melalui penggabungan usaha.

f. Struktur organisasi yang kompleks

            Selain struktur induk dan anak perusahaan yang telah menjadi struktur standar
bagi banyak perusahaan pada satu dekade ini, struktur lain yang lebih kompleks mulai
dikenal beberapa tahun terakhir. Saat ini banyak perusahaan yang melakukan
sebagian operasionalnya melalui entitas selain anak perusahaan.
g. Struktur organisasi dan pelaporan keuangan

            Ketika sebuah perusahaan mengembangakan atau mengubah struktur


organisasinya baik melalui pengambilalihan perusahaan lain atau melalui divisi
internal, struktur baru tersebut harus dievaluasi untuk menentukan prosedur pelaporan
keuangan yang tepat .Berikut adalah beberapa pendekatan yang bisa diterapkan
tergantung keadaan.

1. Merger. Sebuah penggabungan usaha dimana aset dan kewajiban dari perusahaan
yang diambil alih digabungkan dengan aset dan kewajiban perusahaan yang
mengambil alih tanpa menambah komponen organisasi. Jadi pelaporan keuangan
dibuat berdasarkan struktur organisasi yang lama yaitu perusahaan yang
mengambil alih.
2. Kepemilikan kendali ( controlling ownership ) suatu penggabungan usaha
dimana perusahaan yang diambil alih tetap beroperasi sebagai entitas legal yang
terpisah dan sebagian besar saham biasanya dimiliki oleh perusahaan yang
mengambil alih. Bentuk ini akan menimbulkan hubungan induk dan anak
perusahaan. Standar akuntansi biasanya mengharuskan laporan keuangan dari
induk dan anak perusahaan dikinsolidasikan untuk pelaporan bertujuan umum
sehingga seakan-akan merupakan suatu perusahaan tunggal. Perlakuan yang sama
diterapkan jika anak perusahaan tidak diperbolehkan dengan cara dibeli tapi
diciptakan.
3. Kepemilikan minotitas (minority interest) atau kepemilikan nonpengendali
(noncontrolling ownership).Pembelian kepemilikan perusahaan lain kurang dari
mayoritas ( Kurang Dari 50%) tidak mengakibatkan timbulnya penggabungan
usaha atau situasi pengendaliaan . Hal yang sama dapat terjadi ketika suatu
perusahaan menciptakan entitas lain dan memiliki hak kepemilikan kurang dari
hak untuk mengendalikan di suatu persekutuan. Dalam hak kepemilikan kurang
dari hak untuk mengendalikan di suatu persekutuan. Dalam laporan keuangannya,
investor seperti akan melaporkan hak kepemilikan pada invested sebagai investasi
dengan metode akuntansi tertentu sesuai dengan kondisi investasinya.
4. Kepemilikan menguntungkan laiinya (other beneficial interest) suatu
perusahaan dapat memiliki kepemilikan pada entitas lain walupun tanpa ada
kepemilikan langsung pada entitas tersebut. Kepemilikan tersebut mungkin timbul
karena adanya perjanjiaan yang dibuat oleh entitas tersebut melalui perjanjiaan
operasi atau keuangan. Ketika kepemilikan timbul berdasarkan faktor selain
persentase kepemilikan, peraturan pelaporan dapat menjadi kompleks dan
tergantung pada situasi. Secara umum, suatu perusahaan yang mampu membuat
keputusan secara signifikan memengaruhi hasil dari aktivitas entitas lain atau
diharapkan mendapatkan mayoritas dari laba dan rugi entitas tersebut dianggap
sebagai penerima manfaat utama ( primary beneficiary) entitas tersebut.
Biasanya, laporan keuangan entitas akan dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan primary beneficiary.
            Contoh:

Allen Company membentuk anak perusahaan, Blaine Company dan mentransfer aktiva
berikut pada Blaine utk memperoleh 100.000 lembar saham Blaine dengan nilai
nominal  Rp.2.000

Item Harga Perolehan Nilai Buku

Kas Rp 70.000.000

Persediaan RP 50.000.000     50.000.000

Tanah    75.000.000     75.000.000

Bangunan  100.000.000     80.000.000

Peralatan  250.000.000   160.000.000

Total Rp435.000.000

Jurnal yang dicatat oleh Allen:

            Investasi pada Saham Biasa Blaine Co           Rp435.000.000


            Akumulasi Penyusutan                                       110.000.000
                         Kas                                                                 Rp70.000.000
                        Persediaan                                                            50.000.000
                        Tanah                                                                   75.000.000
                        Bangunan                                                           100.000.000
                        Peralatan                                                            250.000.000

* 110.000.000 = (Rp.100.000.000 - 80.000.000) + (250.000.000 - 160.000.000)*

Jurnal yg dicatat oleh Blaine:

Kas                                                Rp 70.000.000

Persediaan                                           50.000.000
Tanah                                                  75.000.000           

Bangunan                                          100.000.000           

Peralatan                                            250.000.000

      Akumulasi Penyusutan                                   110.000.000

      Saham Biasa, nominal Rp2.000                      200.000.000

      Tambahan Modal Disetor                               235.000.000

Asumsikan Allen menginvestasikan aktiva yg sama seperti pada kasus perusahaan


terbuka di atas dan perusahaan yg tidak ada hubungannya Chaney Corp, menginvestasikan
kas sbsr $65.000 utk 10% kepemilikan pada laba rugi Blaine, dimana Allen menjalankan
operasi dan memegang kendali di persekutuan.

                        Jurnal yang dicatat oleh Blaine :

                        Kas                                          Rp       135.000

                        Persediaan                                             50.000

                        Tanah                                                    75.000

                        Bangunan                                            100.000          

                        Peralatan                                             250.000

                                    Akumulasi penyusutan                        Rp       110.000

                                    Modal, Allen Comp                                        435.000

                                    Modal, Chaney Corp                                        65.000

C. Penciptaan Entitas Usaha

Perusahaan yang hendak melakukan kegiatan operasi melalui entitas usaha


yang terpisah biasanya memilih bentuk anak perusahaan,  perusahaan join venture
atau persekutuan.  

            Dalam kasus yang sederhana, suatu perusahaan menstransfer asset dan


mungkin juga kewajibannya, ke entitas yang dibentuk dan dikendalikannya melalui
kepemilikan mayoritas. Perusahaan menstransfer mengakui hak kepemilikan di entitas
yang baru dibentuknya sebesar nilai buku asset bersih yang ditransfer. Pengakuaan
selisih lebih nilai wajar di atas nilai buku dari asset yang ditransfer pada pembekuaan
perusahaan yang mentransfer  umumnya tidak diperbolehkan jika bukan transaksi
yang wajar ( arm’s length – transaction). Oleh karena itu, tidak ada keuntungan atau
kerugiaan yang diakui dari transaksi transfer oleh perusahaan yang mentransfer.
Tetapi, jika nilai asset yang ditransfer ke entitas yang baru dibentuk tersebut telah
mengalami penurunan nilai sebelum terjadinya transfer dan nilai wajarnya lebih
rendah dibanding nilai tercatanya pada pembukuaan perusahaan yang mentransfer,
perusahaan yang mentransfer harus mengakui kerugiaan dari penurunan  nilai dan
mentransfer asset pada entitas baru pada nilai wajar yang lebih rendah tersebut.

            Contoh ilustrasi asumsikan PT Alan menciptakan sebuah anak perusahaan, PT


Bima dan mentransfer asset dan kewajiban berikut ke PT Bima, serta sebagai
pertukaran memperoleh 100.000 lembar saham biasa PT Bima dengan nilai pasar
Rp2.000

Item Harga perolehan Nilai buku


Kas Rp .70.000.000

Persediaan Rp.50.000.000 50.000.000

Tanah 75.000.000 75.000.000

Bangunan 100.000.000 80.000.000

Peralatan 250.000.000 160.000.000

Rp.435.000.000
            

Alan mencatat transaksi dengan jurnal sebagai berikut

            Investasi pada saham biasa PT.Bima              Rp       435.000.000

            Akumulasi penyusutan                                                110.000.000

            Kas                                                                                70.000.000

            Persediaan                                                                     50.000.000

            Tanah                                                                             75.000.000

            Bangunan                                                                     100.000.000

            Peralatan                                                                     250.000.000

*Rp 110.000.000 = ( Rp.100.000.000 – Rp. 80.000.000 ) + (Rp250.000.000)


-Rp.160.000.000*

PT.Bima mencatat transfer asset dan penerbitan saham sebesar nilai buku asset
yang ditransfer sebagai berikut:
Kas                                                      Rp       70.000.000

Persediaan                                                       50.000.000

Tanah                                                              75.000.000

Bangunan                                                     100.000.000

Peralatan                                                      250.000.000

                      Akumulasi penyusutan                                                  110.000.000

                      Saham biasa nilai per Rp.2.000                                     200.000.000

                        Tambahan modal dasar                                               235.000.000

D. Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha adalah menyatukan dua atau lebih badan usaha menjadi satu
kesatuan entitas ekonomi yang memiliki kapasitas lebih besar dari sebelumnya untuk
menjalankan kegiatan usaha. Penggabungan usaha dapat dilakukan dalam banyak dalam
bentuk yang berbeda. Penggabungan kesatuan-kesatuan usaha ini seringkali dicapai
melalui  penyatuan bermacam-macam perusahaan menjadi unit-unit tunggal yang lebih
besar.

Ada beberapa macam tujuan dilakukannya penggabungan badan usaha, diantaranya:


1. Dapat meningkatkan struktur modal untuk pengembangan perusahaan, ketimbang harus
mengadakan pinjaman daripihak-pihak tertentu yang berakibat memperbesar  beban
perusahaan oleh karena beban bunga pinjaman.
2. Memperluas panga pasar (market share) yang pada akhirnya memungkinkan
peningkatan volume penjualan produk-produk perusahaan.
3. Mengintegrasikan kemampuan teknologi kedalam sistem teknologi badan usaha yang
masih lemah.
4. Memperkecil resiko yang ada pada lini salah satu produk perusahaan oleh kaena telah
terjadinya penggabungan beberapa badan usaha yang memiliki jenis produk yang
berbeda-bada (konglomerasi).
5. Dapat mencegah terjadinya pengambilalihan perusahaan-perusahaan yang lemah oleh
perusahaan-perusahaan yang lebih kuat dan berskala besar.
6. Melalui penggabungan badan usaha, perusahaan yang baru terentuk diharapkan dapat
lebih majudan berkembang oleh karena menyatunya kemampuan,bakat dan
keterampilan manajemen mengelola perusahaan.
7. Penggabungan badan usaha dapat memberikan manfaat bagi badan usaha yang memiliki
pajak terhutang.

Bentuk penggabungan entitas bisnis terdiri dari tiga bentuk, yaitu peleburan
(mergers), akuisisi (acquisitions) dan konsolodasi (consolidation) yang diuaikan sebagai
berikut:

a) Peleburan (mergers), Peleburan terjadi apabila suatu perusahaan mengambilalih


perusahaan lain, dimana  perusahaan yang diambilalih tersebut dibubarkan sedangkan
perusahaan yang mengambilalih tetap eksis sebagaimana adanya sebelum terjadi
peleburan. Begitu pula halnya tentang  pembukuan perusahaan yang mengambilalih
tersebut tetap menggunakan pembukuan lamanya tanpa harus membuat pembukuan
yang baru. Peleburan terjadi dengan perolehan langsung harta benda satu atau
beberapa  perusahaan oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mengambil ahli harta
benda perusahaan lain, tetap mempertahankab identitasnya dan meneruskan
operasinya sebagai kesatuan usaha yang lebih besar, perusahaan yang harta bendanya
diambil ahli dibubarkan dan harus melepaskan identitasnya.
Contoh kasus Merger : Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo & Bank Niaga.
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga
pada tahun 2008. Antara Bank Lippo dan Bank Niaga keduanya bergabung untuk
memperkuat posisinya di kancah persaingan global. Mereka menyetujui untuk
menggabungkan perusahaan dengan kriteria merger. Dari merger kali ini Perusahaan
yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo sehingga bank Lippo merelakan
untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga. Dengan demikian
dengan harga tertentu yang telah disepakati kedua Bnak. Tiap saham Bank Lippo
dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli
oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank
Niaga. Setelah kesepakatan keduanya. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah
nama mereka after merger menjadi Bank CIMB Niaga.
b) Akuisisi (Acquisitions), Akuisisi terjadi apabila suatu perusahaan menjadi pemilik
saham prioritas yang pada umumnya diatas 50% dari total kepemilikan saham
terhadap perusahaan lainsehingga menjadi pemegang kendali utama operasional
perusahaan yang diambilalih tersebut tanpa membubarkannya. Pembukuan bagi
perusahaan yang slaing berafiliasi sebagai perusahaan induk dan perusahaan anak
tetap menjalankan kegiatan operasional usahanya. Masing-masing sebagai entitas
bisnis yang terpisah dengan tetap menggunkan perusahaan yanng lama dai masing-
masing perusahaan sebelum terjadinya akuisisi.
Contoh kasus Akuisisi : Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik. Di dalam
hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar Saham
Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen
perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-
sendiri.
c) Konsolidasi, Konsolidasi terjadi apabila beberapa badan usaha menggabungkan diri
untuk membentuk badan usaha yang baru dan badan usaha yang lama dibubarkan.
Bentuk badan usaha konsolidasi ini perlu diadakan penilaian kembali terhadap aktiva-
aktiva dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut oleh pihak-pihak yang
menyatukan kepentingan agar disepakati dan diperoleh nilai wajar sebelum adanya
persetujuan konsolidasi oleh para pemilik, sehingga mempermudah penyiapan laporan
keuangan khususnya neraca perusahaan yang baru.
Contoh kasus Konsolidasi : yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank
Dagang Negara, dan Bapindo. Keempat Bank melakukan konsolidasi dan berubah
menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank tersebut mengalami kesulitan dalam
mengentaskan permasalahan perusahaanya saat krisis ekonomi melanda Indonesia.
Untuk menghentikan usahanya yang selama ini mereka bangun pun merupakan hal
yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk dapat
melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis adalah bersatu
padu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam bentuk konsolidasi.
Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok perusahaan
yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di masa
akan datang. Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan
membuahkan Bank Mandiri yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu
Bank Mandiri.
d) Afiliasi, Penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau
seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling
interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan
masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya. Contoh perusahaan yang
melakukan afiliasi : salah satunya yaitu PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan
afiliasi dari Freeport-McMoRan.

Secara umum, tujuan dari kombinasi bisnis adalah meningkatkan profitabilitas dan
efisiensi. Secara khusus, kombinasi bisnis dilakukan untuk :
a. Penghematan biaya, Dengan kombinasi bisnis, berbagai biaya bisa dihemat.
Diantaranya biaya gaji berbagai manajer, biaya penelitian produk baru (produk
tersebut sudah ada di perusahaan yang diakuisisi) dan biaya penelitian dan
pengembangan.
b. Mengurangi risiko, Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam
produk, dan juga pasarnya, akan lebih kecil resikonya dibandingkan dengan
mengembangkan dan memasarkan produk baru.
c. Mengurangi penundaan beroperasinya perusahaan, Membeli perusahaan yang sudah
mempunyai berbagai macam fasilitas dan sudah memenuhi berbagai macam aturan
pemerintah, akan lebih cepat dibandingkan dengan mengembangkan sendiri atau
mendirikan perusahaan baru.
d. Menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lainnya, Salah satu cara untuk
menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain adalah dengan melakukan
kombinasi bisnis.
e. Memperoleh aset tidak berwujud, Salah satu alasan untuk melakukan kombinasi
bisnis adalah untuk memperoleh aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
yang diakuisisi seperti hak paten, hak penambangan, database pelanggan dan lain-
lain.
f. Alasan-alasan lain, Ada perusahaan yang punya kebanggaan tersendiri ketika berhasil
mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain.

E. Akuntansi Penggabungan Badan Usaha


1. Pooling of Interests (penyatuan kepentingan)
Pooling of Interests Apabila suatu penggabungan usaha dianggap sebagai
suatu pooling of interest maka badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan
dari semua badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang
tunggal maupun sebagai induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak
perusahaan. Penggabungan BU merupakan penyatuan pemilikan (modal) dari dua
perusahaan atau lebih, berarti ada kesinambungan hak pemilikan semula.
Yang perlu diperhatikan :

 Aktiva, utang dan modal tetap dicatat sebesar nilai bukunya.


 Saldo modal saham dari perusahaan pembentuk dijumlahkan untuk menentukan
saldo modal saham dari unit gabungan, termasuk laba ditahan atau defisit laba.
Jika modal saham berubah (bertambah atau berkurang) :

1. Bertambah, maka pertambahannya diambil dari agio saham, kalau masih


kurang diambil dari laba ditahan.
2. Berkurang, maka kekurangannya ditambahkan pada agio saham.

 Semua biaya yang terjadi dalam penerbitan saham untuk melaksanakan


penggabungan dianggap sebagai beban periode berjalan.

Apabila PT Bunga bermaksud ingin menggabungkan diri dengan PT Mawar,


dengan penerbitan 22.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 10.000 untuk
memperoleh aktiva tetap milik PT Mawar dimana dalam hal ini identitas PT Bunga
tetap atau tidak akan ada perusahaan baru yang terbentuk, maka pencatatan yang
dilakukan di dalam pembukuan PT Bunga adalah :
Aktiva Lain-lain Rp 1.040.000.000
Beban-beban Rp 210.000.000
Modal saham Rp 720.000.000
Laba ditahan Rp 230.000.000
Pendapatan Rp 300.000.000

2. By Purchase (pembelian)
Penggabungan badan usaha dikatakan atas dasar pembelian apabila
penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang
bergabung tidak ikut berpartisipasi secara substansial di dalam perusahaan tunggal
yang dibentuk.
Selanjutnya apabila suatu kombinasi usaha dianggap suatu “pembelian” maka
harta kekayaan yang diperoleh dalam transaksi penggabungan harus dicatat dalam
buku-buku usaha yang memperolehnya atas dasar harga perolehan yang diukur
dengan uang.
Singkatnya metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan
usaha merupakan suatu transaksi dimana suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari
perusahaan-perusahaan lain yang bergabung.
Penggabungan BU dianggap sebagai pembelian perusahaan yang terdiri atas
sekelompok aktiva dan utang. Ada dasar baru untuk membukukan dan
mempertanggungjawabkan aktiva yang diperoleh.
Yang perlu diperhatikan :

 Aktiva, utang dan modal dicatat berdasarkan harga perolehan, yang


mencerminkan nilai wajar pada saat itu.
 Bila jumlah yg dibayarkan (nilai pasar modal saham yg diserahkan)  nilai wajar
atas aktiva bersih, maka kelebihannya diperlakukan sebagai GOODWILL dan
harus diamortisasi elama periode manfaatnya yg tidak boleh lebih dari 40 tahun.
 Bila nilai pasar MS yang diserahkan  nilai pasar aktiva bersih, maka selisihnya
dialokasikan kepada seluruh aktiva non kas atau diperlakukan sebagai goodwill
negatif.
 Bila nilai pasar MS melebihi nilai nominalnya, kelebihan tersebut dicatat sebagai
Agio saham. Bila sebaliknya maka dicatat sebagai di agio saham.
 Alat tukar untuk mengambil alih perusahaan bisa berupa uang, aktiva lain atau
surat berharga.

PT Aku memperoleh aktiva bersih PT Dia melalui penggabungan dengan


Metode pembelian atau by purchase. Berikut ini adalah neraca dari PT Dia. PT Aku
membayar Rp 400.000.000 tunai dan menerbitkan 50.000 lembar saham biasa dengan
nilai nominal Rp 10.000, nilai pasar Rp 20.000 per saham untuk memperoleh aktiva
bersih PT Dia. Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT Aku
adalah sebagai berikut :
Investasi pada PT Dia Rp 1.400.000.000

Kas Rp 400.000.000

Saham-biasa Rp 500.000.000

Tambahan modal disetor Rp 500.000.000

Untuk mencatat penerbitan 50.000 lembar saham biasa nominal Rp. 10.000
ditambah dengan kas Rp 400.000.000 dalam penggabungan usaha dengan metode
pembelian atas PT Dia adalah

Kas Rp 50.000.000

Piutang bersih Rp140.000.000

Persediaan Rp250.000.000

Tanah Rp100.000.000

Bangunan Rp500.000.000

Peralatan Rp350.000.000

Hak paten Rp 50.000.000

Goodwill Rp200.000.000

Hutang usaha Rp 60.000.000

Wesel bayar Rp 135.000.000

Kewajiban lain-lain Rp 45.000.000

Investasi pada PT Dia Rp 1.400.000.000


Goodwill sebesar Rp 200.000.000 merupakan selisih antara nilai wajar aktiva
dan nilai perolehan suatu aktiva dalam hal ini selisih antara Rp 1.400.000.000 dan Rp
1.200.000.000. Sesuai dengan prinsip akuntansi goodwill yang timbul sebesar Rp
200.000.000 ini nantinya harus diamortisasi.
Dari kedua metode di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila
penggabungan perusahaan dengan menggunakan metode by purchase, maka harta
kekayaan yang diperoleh oleh suatu badan usaha yang melakukan pengambilan
tersebut dicatat dan diakui sebesar nilai pasarnya (penilaian kembali), sebaliknya
modal saham dicatat dengan jumlah yang sama. Hal ini mendorong untuk diakui
adanya “Aktiva Tak Berwujud” (Goodwill) yang merupakan selisih lebih antara biaya
perolehan dan bagian (interest) perusahaan pengakusisi atas nilai wajar aktiva dan
kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi.
Apabila penggabungan badan usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan
pooling of interest, maka jumlah harta, hutang dan hak para pemegang saham yang
dilaporkan perusahaan-perusahaan yang menggabungkan diri contoh di atas PT
Bunga dan PT Mawar dicatat dan diakui sesuai dengan nilai bukunya, maka dengan
menggunakan metode ini sama sekali tidak menimbulkan adanya pengakuan “aktiva
tak berwujud” atau dalam hal ini goodwill atau bisa disimpulkan bahwa
penggabungan perusahaan atas dasar pooling of interest, harta, kewajiban, modal dan
beban yang menjadi milik kedua perusahaan digabungkan seperti biasa.
Misalnya pada contoh di atas aktiva lain-lain milik PT Bunga dan PT Mawar
berturut – turut Rp 750.000.000 dan Rp 290.000.000. Jika kedua perusahaan
menggabungkan diri dengan metode pooling of interest, maka jumlah aktiva yang
dilaporkan dalam neraca perusahaan baru atau perusahaan yang tetap
mempertahankan identitasnya merupakan penjumlahan antara Rp 750.000.000 dan Rp
290.000.000.
Contoh: Penggabungan usaha melalui pembelian aktiva bersih

 PT. Point membeli semua aktiva dan kewajiban Sharp dengan mengeluarkan 10,000
lembar saham Sharp nominal $10 saham yg dikeluarkan tersebut mempunyai nilai
pasar $600,000.
 Point mengeluarkan $40,000 untuk biaya penilaian dan $25,000 untuk biaya
penerbitan saham.
 Total nilai wajar aktiva bersih Sharp $510,000
Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas Nilai Buku Nilai Wajar
Kas dan Piutang $ 45,000 $ 45,000
Persediaan 65,000 75,000

Tanah 40,000 70,000


Bangunan dan Peralatan 400,000 350,000
Akumulasi Penyusutan (150,000)
Paten 80,000
Total Aktiva $ 400,000 $ 620,000
Kewajiban Lancar $ 100,000 $ 110,000
Saham Biasa (nominal $ 5) 100,000
Tambahan modal disetor 50,000
Laba ditahan 150,000
Total kewajiban dan ekuitas $ 400,000
Nilai Wajar aktiva bersih $ 510,000

 Jurnal yg dibuat oleh point atas pembelian aktiva dan kewajiban Sharp sbb:

Mencatat biaya yg berhubungan dengan pembelian perusahaan (Sharp).

Biaya merger tangguhan $40,000

Kas $40,000

Mencatat biaya pengeluran saham biasa.

Biaya pengeluaran saham tangguhan $25,000

Kas $25,000

 Mencatat pembelian Sharp

Kas dan Piutang $45,000

Persediaan 75,000
Tanah bangunan dan peralatan 420,000

Patent 80,000

Goodwill 130,000

Kewajiban lancar $110,000

Saham biasa 100,000

Tambahan modal disetor 475,000

Biaya merger tangguhan 40,000

Biaya pengeluaran saham tangguhan 25,000

 Perhitungan Goodwill

Harga pokok investasi:

Nilai wajar saham yg diterbitkan $600,000

PLUS: biaya akuisisi lainnya 40,000

Total Harga beli $640,000

Kurangi:

Nilai wajar aktiva bersih ($510,000)

Goodwill $130,000

 Mencatat transfer aktiva ke point

Investasi pd saham point $600,000

Kewajiban lancer 100,000


Akumulasi penyusutan 150,000

Kas dan Piutang $45,000

Persediaan 65,000

Tanah 40,000

Bangunan dan peralatan 400,000

Keuntungan penjualan

aktiva bersih 300,000

 Mencatat pembagian saham Point

Saham biasa $100,000

Tambahan modal distor 50,000

Laba ditahan 150,000

Laba penjualan aktiva bersih 300,000

Investasi pd saham point $600,000

Contoh : Penggabungan Usaha melalui pembelian saham

 Jika Point menukarkan 10.000 lembar saham nya dengan total nilai pasar 600.000
untuk semua saham sharp dalam transaksi pembelian dan timbul biaya merger sebesar
40.000 dan biaya pengeluaran saham 25.000 yg seblumnya dicatat dalam akun
tangguhan, point mencatat jurnal berikut pada saat penerimaan saham Sharp.

Mencatat Pembelian saham Sharp

Investasi pd saham Sharp $640,000


Saham Biasa $100,000

Tambahan Modal disetor 475,000

Biaya Merger Tangguhan 40,000

Biaya pengeluaran saham tangguhan 25,000

Anda mungkin juga menyukai