DISUSUN OLEH :
Mulya Annisa (170301105)
Nur Adjiani Aulia (170301070)
Riama Marito Sigalingging (170301081)
Yolanda Dwi Manita (170301079)
Zulraimah (170301085)
Dedy Setiawan (170301072)
KELAS 6AKB2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 tentang “Akuntansi untuk Operasi Cabang”.
Kami menyelesaikan penyususnan makalah ini dalam bentuk maupun isinya secara
sederhana yang dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam pemahaman materi
matakuliah tersebut. Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
yang besar pada paramahasiswa/i.
Akhirnya kami mengucakan banyak terimakasih, dan kami sangat menghargai kepuasan,
kritik, dan saran yang datang dari para mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pada periode
mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Salah satu cara ekspansi perusahaan adalah melalui eksternal untuk mengakuisisi
perusahaan lain dengan kombinasi bisnis, menyetujui yang disetujui pada Bab 1. Mendapatkan
ekspansi lainnya adalah melalui pertumbuhan internal. Selain pertumbuhan vang terjadi di satu
lokasi, perusahaan sering meningkatkan usahanya dengan membangun lokast tambahan. Seperti
pertumbuhan fenomenal yang terjadi di Carrefour yang ddak mungkin terjadi jika perusahaan
tidak membangun banyak toko baru di berbagai lokasi di sejumlah negara.
Ketika operasi dijalankan di lebih dari satu lokasi, lokasi-lokasi yang lebih tinggi dapat
diistilahkan sebagai agen penjualan, cabang, pabrik, atau sejumlah istilah lainnya. Namun,
terminologi yang menjelaskan tentang lokasi operasi yang berbeda belum terstandardisasi.
Selain itu, banyak yang berbeda yang diambil dalam membangun sistem akuntansi dan pelaporan
internal untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di berbagai lokasi.
Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat
ekonomi. Sebuah agen penjualan (sales agency), kadang-kadang diistilahkan sebagai "agen",
biasanya tidak menggunakan kantor otonom, tetapi kantor pusat (home office), agen penjualan
dapat memajang dan mendemonstrasikan produk-produk, menerima pesanan, dan menerima
pengiriman . Pemesanan biasanya dipenuhi oleh kantor pusat karena agen penjualan tidak
menyimpan stok yang dipenuhi. Pemilihan produk, pengiklanan, pemberian kredit, penagihan
hutang, dan aspek operasi bisnis lainnya dilakukan oleh kantor pusat.
Kantor cabang (kantor cabang) biasanya memiliki otonomi lebih besar dan menyediakan
layanan yang lebih besar dari agen penjualan, Meskipun tingkatannya berbeda dengan
perusahaan individu. Sebuah cabang biasanya menyimpan stok barang dagangan dan memenuhi
pesanan pelanggan. Di beberapa perusahaan cabang, menyediakan kredit mandiri, sementara
untuk beberapa perusahaan lain, kredit yang diberikan oleh kantor pusat.
Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang-cabang. Hampir setiap orang tidak
pernah mengunjungi cabang department store besar seperti Matahari dan Sogo. Bank secara
khusus telah dilakukan melalui pembukaan jaringan cabang bank secara lengkap. Beberapa
perusahaan manufaktur juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi yang dapat
membandingkan, bias dan disebut dengan "pabrik" Misalnya, PT Indofood menjalankan proses
produksi di berbagai pabrik di lokasi Jakarta, Bandung, Medan, Banjarmasin, dan Makassar.
Sistem pengambilan keputusan manajernen pada agen penjualan kecil antara lain adalah
keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi rutin. Tingkat
pengambilan keputusan manajenien di cabang biasaya lebih tinggi dari agen penjualan, tetapi
dengan tingkat yang berbeda antarperusahaan.
Sementara seorang manajer cabang hanya memiliki sedikit pilihan, manajer cabang lebih dapat
diandalkan relatif lebih independen dari kantor pusat. Manajer pabrik mi instan, misalnya, tidak
memiliki keleluasaan menentukan jumlah dan jenis mi yang dibutuhkan dan memiliki
keleluasaan untuk menentukan pemasok. Di pihak lain, manajer cabang toko kebutuhan sehari-
hari mungkin memiliki keleluasaan dalam menentukan jenis dan jumlah produk yang akan
disimpan untuk dijual dan dalam menentukan pemasok. Di beberapa bank, pengajuan pinjaman
dapat diselesaikan oleh manajemen cabang hingga batas tertentu, sementara di bank lain, seluruh
pengajuan pinjaman harus diselesaikan oleh lembaga peminjam pinjaman yang tersentralisasi.
Di jaringan department store besar, toko cabang biasanya menyediakan produk tertentu yang
ditentukan oleh kantor pusat, tetapi mengelola lokal memiliki pilihan produk-produk lain dari
yang besar yang ditentukan oleh kantor pusat. Di beberapa kasus, manajemen lokal bebas
membeli sesuai kebutuhannya.
Agen penjualan tidak memerlukan sistem akuntansi keuangan hanya menyimpan catatan
yang cukup dalam menjalankan usahanya. Kantor pusat mengelola sistem akuntansi pada saat
transaksi-transaksi agen dicatat oleh kantor pusat. Sementara di pihak lain, sebuah cabang
sebagian besar mengelola sistem akuntansi keuangan lengkap. Manajemen sistem akuntansi
terpisah untuk kantor pusat dan setiap cabang memberikan bantuan yang lebih baik terhadap
operasi dan mengelola manajemen puncak masing-masing cabang.
Agen penjualan maupun cabang bukan merupakan entitas akuntansi atau badan hukum
yang terpisah; laporan keuangan eksternal secara terpisah. Apakah sistem akuntansi dipusatkan
di kantor pusat atau sistem akuntansi terpisah dikelola oleh masing-masing cabang, entitas
pelaporan eksternal merupakan pelaporan perusahaan keseluruhan. Dengan catatan akuntansi
cabang yang dikelola untuk tujuan internal, seperti pertanggungjawaban akuntansi dan
pertanggungjawaban, akun-akun yang ada di cabang dan kantor pusat harus digabungkan dalam
pembuatan laporan keuangan eksternal.
Oleh karena agen penjualan biasanya tidak menmiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi
terkait dengan agen dicatat oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnal yang
dicatat oleh agen yang dihasilkan. Misalnya, kantor pusat mengeluarkan kantor pusat yang
didasarkan pada dokumen transaksi berdasarkan faktur penjualan, catatan penggajian, dan
voucher dokumen yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat melalui
dokumen jumlah yang disediakan pihak eksternal secara langsung ke kantor pusat.
Misalnya, perusahaan yang menyediakan gas, listrik, udara, dan telekomunikasi ke agen
dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat. untuk pusat keuangan yang diterbitkan. Hal
ini memungkinkan kantor pusat untuk mengendalikan aset dan menvediakan informasi untuk
pria ilai kinerja setiap agen.
Sebagai contoh akuntansi kantor pusat untuk agen peniualan, asumsikan itu PT Cemara,
pembuat struktur modular dan partisi yang berbasis di Jakarta, buat sebuan agen penjualan di
Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi agen penjualan yang kilas pada
pembukuan kantor pusat diilustrasikan pada Gambar 17-1. Terkait dengan ayat jurnal yang
dilaporkan sebagai-kantor pusat yang terlibat dalam transaksi tersebut, sebagaimana disebutkan
di atas, aset, dan biaya yang dikeluarkan terkait dengan Surabaya.
Figur 17-1
Ayat Jurnal Kantor Pusat untuk Transaksi Agen Penjualan
Transaksi-transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada persiapan khusus yang diperlukan.
Selain itu, kantor pusat juga cabang harus mencatat transaksi yang terjadi di antara mereka pada
sistem akuntansinya masing-masing. Meskipun kantor pusat dan masing-masing cabang
mengelola pembukuan khusus, seluruh akun akan digabungkan untuk pelaporan eksternal
sehingga membuat laporan keuangan eksternal menyediakan perusahaan sebagai entitas ekonomi
tunggal. Seperti saat menyusun laporan keuangan, hanya menambah saldo dari akun-akun yang
ada di setiap sistem akuntansi tidak menghasilkan deskripsi entitas ekcnomi tunggal. Beberapa
eliminasi juga diperlukan.
Akun Antarperusahaan
Transaksi yang dilakukan dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal
seperti biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa dicatat
dalam akun antarperusahaan (akun antar perusahaan). Akun ini merupakan akun resiprokal
diantara kantor pusat dan kantor cabang. Saat pembukuan di kantor pusat dan cabang selesai
dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan pada pembukuan kantor pusat akan sama saja, tetapi
bertentangan dengan akun antarperusahaan yang terkait pada pembukuan cabang yang
dipertanyakan, jika akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat memiliki saldo debit
sebesar Rp10.000.000, maka akun antarperusahaan terkait pada pembukuan kantor cabang harus
memiliki saldo kredit dalam jumlah yang sama.
Akun antarperusahaan pada pembukuan kantor pusat sering disebut Investasi di Cabang,
sermentara akun resiprekal pada pembukuan cabang dinamakan Kantor Pusat. Saat perusahaan
memiliki lebih dari satu cabang, akun investasi terpisah untuk setiap cabang dikelola pada
pembukuan kantor pusat. Saldo akun Investasi di Cabang yang menunjukkan investasi besar
kantor pusat dalam cabang yang khusus disumbangkan kas dan transfer aset ke cabang. Prosedur
akuntansi yang diterapkan kantor pusat untuk investasi di cabang sama dengan yang diterapkan
oleh entitas kepemilikan atas investasi di entitas anak dengan menggunakan metode ekuitas.
Akun resiprokal Kantor Pusat pada pembukuan cabang menunjukkan ekuitas kantor pusat di
cabang, dan saldo tersebut merupakan pemilik ekuitas pada laporan keuangan lengkap dari
cabang yang dipersiapkan untuk tujuan pelaporan internal.
Saldo dari kėdua akun resiprokal ini disesuaikan untuk transaksi yang sama. Saldo akun
meningkat jika terjadi transfer aset dari kantor pusat ke cabang dan berkurang jika terjadi transfer
aset dari cabang ke kantor pusat. Penyesuaian pada akun juga dibuat untuk keuntungan dan
kerugian cabang, keuntungan cabang menyebabkan kenaikan pada saldo rekening sementara
kerugian cabang menyebabkan penurunan saldo rekening. Membayar kenaikan dalam akun
Investasi di Cabang pada pembukuan kantor pusat yang dicatat dengan jurnal di sisi debit dan
penurunannya tercatat di sisi kredit. Cara sebaliknya berlaku pada akun Kantor Pusat di cabang.
Sifat timbal balik dari akun investasi cabang dan kantor pusat , dan bagimana pengaruhnya
terhadap transaksi, ditunjukkan dibawah ini.
Pendirian Cabang
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang transfer aset ke cabang dicatat oleh
kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Demikian pula, cabang mencatat transfer tersebut di
akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa PT Jaya berlokasi di Jakarta, mendirikan
sebuah cabang di Medan, Sumatra Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang berupa kas
Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru senilai
Rp30.000.000. Kantor pusat mencatat transfer tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut
Cabang Medan PT Jaya mencatat transfer aset dari kantor pusat dengan ayat jurnal berikut ini.
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer, akun Investasi di Cabang
Medan pada pembukuan kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada pembukuan cabang memiliki
saldo resiprokal sebesar Rp55.000.000. Laporan posisi keuangan tersendiri yang dibuat oleh
cabang Medan sesaat setelah transfer akan tampak seperti berikut.
Aset: Liabilitas:
Kas 20.000.000
Sementara laporan keuangan cabang dapat dipersiapkan untuk tujuan pelaporan internal,
maka laporan akuntansi eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara
keseluruhan. Akun-akun pada kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan
akuntansi eksternal untuk merefleksikan entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan
cabang-cabangnya. Klasifikasi akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat bukan
suatu hal penting karena kedua akun akan dieliminasi saat penyusunan laporan keuangan untuk
penggunaan eksternal.
Laba untuk tiap tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara yang normal. Cabang
jarang menghitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap cabang atau mencatat beban pajak
penghasilan pada pembukuannya.Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan merupakan badan
hukum yang terpisah, pajak diperhitungkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak
dapat dialokasikan untuk setiap cabang oleh kantor pusat, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
umum karena akan sedikit mengga.nggu pengendalian operasional.
Seluruh akun pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi dengan cara
yang normal. Saldo ikhtisar laba laba dari laba cabang pada satu periode dan ditutup ke akun
Kantor Pusat. Akun Kantor Pusat yang disajikan pada bagian laba dan akun pemilik saham
lainnya pada cabang pembukuan. Kantor cabang membuat laba cabang yang disetujui oleh
kantor cabang, membuat kantor pusat untuk menerima bagian dari kantor cabang dan menambah
jumlah kantor pusat di cabang.
Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi Cabang Medan memiliki saldo kredit
sebesar Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi ditutup dengan ayat jurnal
pada pembukuan cabang Medan sebagai berikut.
Setelah menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut.
Suatu cabang yang membeli dan menjual barang dagangan dapat điminta untuk
mendapatkan semua barang dagangan dari kantor pusat, atau dapat juga diizinkan untuk
mendapatkan sebagian barang dagangan dari pihak eksternal. Pembelian barang dagangan dari
pihak eksternal dicatat oleh cabang dengan cara yang normal. Jika cabang Medan PT Jaya
membeli barang dagangan senilai Rp5.000.000 dari pedagang grosir independen, dan cabang
menggunakan metode persediaan perpetual, maka transaksi tersebut akan dicatat oleh cabang
sebagai berikut.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada pembukuan kantor pusat atas transaksi tersebut.
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun cabang harus
mencatat transfer tersebut. Jumlah yang ditetapkan ke persediaan ditransfer disebut dengan harga
transfer (transfer price). Barang dagangan yang ditransfer dari kantor pusat ke cabang sebesar
biaya perolehan di kantor pusat atau pada suatu nilai yang melebihi biaya perolehannya.
Barang dagangan yang ditransfer dari kantor pusat dan ditagihkan ke cabang dicatat oleh
cabang dengan cara yang sama sebagai persediaan yang dibeli dari pihak eksternal, kecuali
dikreditkan ke akun Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlakukan oleh kantor pusat dan
cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya, menggunakan metode persediaan
perpetual. Dengan demikian, ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer persediaan pada
harga yang sama seperti ayat jurnal H(1) dan H(2). Untuk membuktikannya, asumsikan kantor
pusat PT Jaya mentransfer persediaan dengan harga sebesar Rp8.000.000 ke cabang Medan.
Transfer tersebut dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Persediaan 8.000.000
Cabang mencatat barang dagangan sebagai aset dalam akun persediaan yang sama seperti
yang digunakan untuk mencatat pembelian dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan
ekuitas dalam aset neto pada kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transfer tersebut. Seluruh jumlah laba
diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
Biaya pengiriman yang timbul ațas pengiriman barang dagang dari kantor pusat ke
cabang menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang. Misalnya, asumsikan bahwa
kantor pusat PT Jaya membayar Rp100.000 untuk mengirim barang dagang senilai Rp8.000.000
ke cabang Medan. Transfer tersebut dicatat oleh kantor pusat sebagai berikut.
Persediaan 8.000.000
Kas 100.000
Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada akun
terpisah, memungkinkan untuk menangguhkan pengakuan laba dari penjualan antarperusahaan
sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oleh cabang. Setiap cabang biasanya mencatat
persediaan yang diperoleh dari kantor pusat pada akun terpisah dari akun yang digunakan untuk
mencatat persediaan dari pihak eksternal sehingga laba antarperusahaan dapat lebih mudah
diidentifikasi.
Untuk menguji perlakuan jika terjadi laba antarperusahaan dalam pengiriman barang
dagang ke cabang, asumsikan bahwa kantor pusat PT Jaya membeli barang dagang dengan harga
Rp12.000.000 dan mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar
Rp15.000.000. Kantor pusat mencatat pengiriman barang dagang dengan ayat jurnal sebagai
berikut.
Persediaan 12.000.000
Laba antarperusahaan sebesar Rp3. 000.000 belum terealisasi karena persediaan belum dijual ke
pihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhkan sampai dengan cabang dapat menjual barang
dagang ke eksternal.
Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jural sebagai berikut.
Jurnal tersebut mencatat persediaan sebesar biaya perolehan untuk cabang tanpa
memisahkan pengakuan laba antarperusahaan yang dimasukkan dalam harga transfer. Akun
persediaan terpisah dibuat untuk memfasilitasi eliminasi laba antarperusahaan yang belum
terealisasi saat laporan akuntansi eksternal dibuat untuk perusahaan secara keseluruhan. Ketika
laporan tersebut dibuat dan terdapat persediaan yang masih disimpan, ayat jurnal kertas kerja
diperlukan untuk mengeliminasi saldo Laba Antarperusahaan yang Belum Terealisasi terhadap
akun Persediaan-Dari Kantor Pusat. Dengan demikian, laba antarperusahaan yang belum
terealisasi sebesar Rp3.000.000 dieliminasi dan persediaan dilaporkan sebesar harga perolehan
awalnya sebesar Rp12.000.000.
Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari kantor pusat, cabang mengakui
laba sebesar selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan harga transfer dari kantor pusat.
Setelah persediaan telah dijual ke eksternal, kantor pusat mengakui laba antarperusahaan yang
sebelumnya
ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persediaan yang ditransfer dari kantor
pusat, laba antarperusahaan yang diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Jurnal tersebut tepat jika, untuk tujuan pelaporan internal, laba antarperusahaan akan
didistribusikan ke cabang Medan.
Prosedur normal diterupkan dalam akuntansi untuk aset tetap cabang yang dicatat pada
pembukuan cabang. Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk
pembelian aset tetap cabang ataupun penyusutan setelahnya atas aset tersebut. Sebaliknya, jika
aset tetap yang dibeli kantor pusat untuk cabang dan cabang mencatat aset tersebut pada
pembukuannya, maka ayat jurnal harus dicatat oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa kantor pusat PT Jaya membeli peralatan toko senilai
Rp30.000.000 untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut dengan ayat
jurnal sebagai berikut.
Kas 30.000.000
Membeli peralatan untuk cabang Medan
Pembelian ini dicatat oleh cabang dengan ayat jurnal sebagai berikut
Beberapa perusahaan memilih mencatat aset tetap cabang pada pernbukuan kantor pusat
daripada dicatat pada pembukuan cabang, Hal ini memberikan kantor pusat kontrol yang lebih
atas aset cabang dan memudahkan perhitungan penyusutan untuk perusahaan secara keseluruhan.
Misalnya, perusahaan dapat membuat kebijakan penyusutan yang diterapkan ke seluruh aset
tetap perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakan metode penyusutan kelompok atau
gabungan (composite), yang dapat lebih mudah diterapkan dengan dasar perusahaan secara
keseluruhan.
Ketika aset tetap cabang dicatat hanya pada pembulkuan kantor pusat, tidak ada ayat
jurnal yang diperlukan puda pembukuan cabang jika kantor pusat melakukan pembelian.
Minalnya, jika kantor pusat PT Jaya membeli Rp30.000.000 peralatan toko untuk cabang Medan,
dan peralatan tersebut dicatat pada pembukuan kantor pusat daripada cabang maka kantor pusat
mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
Peralatan toko cabang Medan 30.000.000
Kas 30.000.000
Membeli peralatan untuk cabang Medan
Jika cabang membeli aset tetap yang dicatat pada pembukuan kantor pusat, maka ayat jurnal
harus dibuat oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya, asumsikan bahwa cabang Medan PT
Jaya membeli peralatan toko senilai Rp30.000.000 yang digunakan oleh cabang, tetapi dicatat
oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Kas 30.000.000
Membeli peralatan
Oleh karena cabang membeli aset tetap yang dicatat dalam pembukuan kantor pusat, maka saldo
akun Kantor Pusat dan Investasi di Cabang Medan akan berkurang.Transaksi tersebut
diperlakukan seperti jika cabang membeli peralatan untuk kantor pusat.
Beban cabang yang dikeluarkan dan dibayar oleh cabang dicatat secara langsung pada
pembukuan cabang. Namun, kantor pusat dapat memutuskan untuk menetapkan beban ke
cabang. Penetapan beban dapat dibagi ke beberapa jenis, yaitu:
1. Beban yang dikeluarkan oleh cabang tetapi dibayar oleh kantor pusat, misalnya,
persediaan yang dibeli dari pihak eksternal oleh cabang dan ditagihkan ke kantor pusat.
2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang, misalnya, penyusutan atas
peralatan cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat, atau biaya kampanye iklan
untuk cabang yang diminta oleh kantor pusat.
3. Alokasi biaya yang dikeluarkan oleh kantor pusat; misalnya, sebagian dari biaya
kampanye iklan umum, atau sebagian dari biaya overhead umum kantor pusat.
Dalam beberapa kasus, biaya-biaya ini dapat dibagi berdasarkan laba cabang dan dicatat pada
pembukuan kantor pusat. Namun, sering kali cabang yang mendapat alokasi beban diberi tahu
tentang jumlah yang đialokusikan, dan cabang mencatat beban tersebut pada pembukuannya.
Dengan cara ini, laba yang dihitung oleh cabang meliputi seluruh beban yang dianggap terkait
dengan cahang.
Sebagai ilustrasi perlakuan penbagian biaya kantor pusat, asumsikan bahwa kantor pusat PT Jaya
yang mengeluarkan biaya yang ditetapkan ke cabang Medan adalah sebagai berikut.
TOTAL Rp 35.000.000
Kantor pusat PT Jaya sudah mencatat beban-beban tersebut dengan cara yang normal,
seolah-seolah beban-beban tersebut terkait dengan kantor pusat. Secara periodik, kantor pusat
memberitahukan cabang mengenai pembagian beban secara proporsional. Kantor pusat mencatat
ayat jurnal berikut setelah memberitahukan cabang Medan mengenai beban yang dibagi secara
proporsional sebesar Rp35.000.000.
Setelah pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut sebagai berikut.
Tanpa adanya jurnal-jurnal tersebut. laba kantor pusat akan terlalu kecil dan laba cabang akan
terlalu besar. Sementara ketiadaan dari jurnal tersebut tidak memberikan pengaruh pada laba
perusahaan Secara keseluruhan, jumlah laba terpisah antara kantor pusat dan cabang mungkin
dibutuhkan untuk tujuan pelaporan internal.
Ketika kantor pusat dan cabangnya dapat mengelola pembukuan tersendiri untuk tujuan
pencatatan pembukuan dan evaluasi internal, laporan akuntansi eksternal merepresentasikan
kantor pusat dan cabangnya sebagal entitas tunggal: entitas pelaporan adalah perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, akun kantor
pusat dan cabang akan digabungkan. Saldo akun antarperusahaan atau resiprokal harus
dieliminasi karena akun yang terkait dengan aktivitas dalam perusahaan dan bukan aktivitas
antara perusahaan dan pihak eksternal.
Sebagaimana ilustrasi ayat janal kertas kerja dasar yang diperlukan untuk rmenyusun laporan
keuangan eksternal untuk perusahaan dengan operasi cabang, asumikan data berikut terkait
dengan tahun fiskal PT Jaya vang berakhir pada 31 Desember 20X1.
1. PT Jaya mendirikan cabang di Medan dan segera mentransfer kas, peralatan kantor, dan
peralatan toko dengan nilai total sebesar Rp55.000.000 ke cabang, seperti yang dicatat
dalam ayat jurnal H(1). Kemudian pada tahun tersebut, kantor pusat PT Jaya mentransfer
persediaan senilal Rp 12.000.000 ke cabang dan menagihnya Rp15.000.000, seperti yang
dicatat dalam ayaf jurnal H(2). PT Jaya melaporkan saldo Investasi di Cabang Medan
sebesar Rp70.000,000 pada tanggal 31 Desember 20XI, sebelum jurnal penutup dicatat.
2. Cabang Medan melaporkan laba sebesar Rp63.000.000 untuk tahun 20X1.
3. Saldo akun lnvestasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat meningkat sebesar
Rp133.000.000 pata tanggal 31 Desember 20X1, seperti sebagai berikut.
Laba antarperusahaan yang telah terealisasi pada akhir tahun dibagi secara proporsional ke
kantor pusat dan dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan akun yang bernama Laba yang
Terealisasi atas Pengiriman ke Cabang. Akun Laba Antarperusahaan yang Belum Terealisasi
dikurangi dengan nilai yang sesuai, sehingga meninggalkan saldo akhir tahun sebesar
Rp1.600.000.
Pada tanggal 31 Desember 20X1, kertas kerja digunakan untuk menyusun laporan keuangan
PT Jaya, ayat jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut.
Persediaan 6.400.000
Persediaan dari kantor pusat 6.400.000
Mereklasifikasipersediaan dari kantor pusat
Rp 8.000.000 – Rp 1.600.000
Sebagaimana dalam bab konsolidasi, huruf E digunakan untuk menunjukkan ayat jurnal
eliminasi kertas kerja. Ayat jurnal tidak muncul pada pembukuan kantor pusat cabang.
Ayat jurnal E (20) mengeliminasi akun antarperusahaan resiprokal agar laporan keuangan
menunjukkan sebagai entitas pelaporan tunggal. Oleh karena itu disiapkan oleh laporan keuan
gan lengkap, akun pendapatan dan beban cabang digabungkan dengan yang diberikan oleh
kantor pusat. Secara total, pos pendapatan dan beban dinetokan pada jumlah yang sama dengan
laba taksi dan dihitung pada pembukuan kantor pusat. Untuk menghindari dua kali lipat
terhadap laba cabang, maka laba cabang yang dibayarkan pada pembukuan kantor pusat harus
dieliminasi. Oleh karena akun pendapatan dan beban cabang disetujui pada laporan keuangan
perusahaan, akun- akun tersebut tidak dieliminasi.
Akibatnya ayat jurnal E (20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama
mengeliminasi laba cabang yang dicatat pada kantor pusat serta bagian dari akun investasi yang
meningkat pada saat kantor pusat menerima laba cabang.
Bagian ayat jurnal kedua E(20a) mengeliminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo pra
pentupan resiprokal dari kantor pusat cabang.
Ayat jurnal ini mengeliminasi saldo-saldo yang ada dalam dua akun resiprokal jika tidak ada laba
cabang. Pendebitan ke saldo prapenutupan akun Kantor Pusat dianalogikan sebagai eliminasi
laba awal jurnal ayat eliminasi investasi untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
Ayat jurnal E (21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk
menerima laba antarperusahaan atas pengiriman ke cabang yang telah dijual ke pihak eksternal.
Ayat jurnal ini juga mengurangi beban pokok penjualan yang dicatat oleh cabang. Beban pokok
penjualan dihitung dari jumlah laba kantor pusat yang dimasukkan dalam biaya cabang dari
pengadaan yang dijual. Pada saat ayat jurnal ini tidak terkait dengan laba perusahaan, tetapi ayat
jurnal itu harus disetujui dengan benar laporan laba rugi individu dari sudut pandang perusahaan
secara keseluruhan. Ayat jurnal E (22) mengeliminasi laba antarperusahaan yang belum
terealisasi dari pengadaan akhir di cabang, sehingga membuat nilai persetujuan kembali ke harga
yang disetujui sebelumnya.
Ayat jurnal E (23) mengklasifikasikan seluruh koleksi bersama-sama dari yang dikirim
ke cabang dari kantor pusat. Kertas kerja untuk menambah akun-kantor pusat dan cabang
diilustrasikan dalam bagian selanjutnya.
Sebagai ilustrasi akuntansi untuk operasi cabang, asumsikan bahwa PT Ultra Surabaya,
Jawa Timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan di Denpasar, Bali.
Kantor pusat menjual ke peritel (pengecer) dan ke cabang Bali dengan laba atas penjualan
antarperusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah sebagai berikut.
a. PT Ultra mendirikan cabang Denpasar pada tahun 20X1 dengan mentransfer dalam nang
tunai sebesar Rp30.000.000. Selain itu, kantor pusat juga mentransfer peralatan dan
perlengkapan kantor baru menambah Rp100.000.000 ke cabang Denpasar.
b. Selama tahun 20X1, kantor pusat dan cabang Denpasar membeli barang dagang masing-
masing sebesar Rp260.000.000 dan Rp50.000.000 dari pihak eksternal.
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer barang dagang ke cabang Denpasar
dengan total harga transfer sebesar Rpl10.000.000. Biaya persetujuan barang
perdagangan kantor pusat memenangkan Rp70.000.000.
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat berjumlah
Rp133.000.000. Sementara biaya operasi yang terjadi di cabang Denpasar sebesar
Rp34.000.000.
g. Kantor pusat pembayaran uang sebesar Rp390.000.000 selama tahun 20X1, sementara
cabang Denpasar membayar utang Rp77.000.000
i. Pada akhir tahun 20X1, kantor pusat mencatat penyusutan sebesar Rp30.000.000,
sementara cabang Denpasar mencatat penyusutan Rp6.000.000.
j. Pada akhir tahun 20X1, saldo persediaan cabang yang dibeli dari pihak eksternal
memiliki biaya sebesar Rp12.000.000. Saldo persediaan cabang yang telah ditransfer
dari kantor pusat memiliki biaya yang diminta dari kantor pusat sebesar Rp15.000.000
dan ditagihkan ke cabang sebesar Rp20.000.000.
Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat aktivitas pada kantor pusat dan cabang PT Ultra
Denpasar selama tahun 20X1 disetujui pada Figur 17-2.
Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tahun 20x1 tampak di Figur 17-
3. Dua kolom pertama kertas kerja adalah saldo akun-akun dari pembukuan kantor pusat dan
cabang Denpasar. Dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang diperlukan untuk
mengeliminasi atau mengatur saldo akun sehingga mencerminkan posisi dan aktivitas kantor
pusat dan cabang Denpasar sebagai entitas tunggal. Kolom terakhir menunjukkan jumlah total
dari setiap pos akun, di mana saja jumlah total terdiri dari saldo pembukuan kantor pusat
ditambah saldo pembukuan cabang, dijumlahkan kenaikan atau pengurangan dengan jumlah di
kolom eliminasi. Jumlah pada kolom terakhir adalah nilai yang akan terlihat pada laporan
keuangan untuk perusahaan keseluruhan.
Ayat jurnal yang diperlukan dalam kertas kerja disajikan pada Figur 17-3 untuk
penyusunan lapiran keuangan PT Ultra tahun 20X1 sebagai berikut :
Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan terkait dengan kertas kerja yang
diilastrasikan pada Gambar 17-3 adalah sebagai berikut.
1. Kertas kerja dibagi menjadi tiga bagian, satu untuk laporan laba rugi, laporan laba laba,
dan laporan posisi keuangan. Seluruh baris terakhir pada bagian laba laba dipindahkan
ke bawah bagian laba laba; seluruh baris terakhir pada bagian saldo laba dipindahkan ke
bagian bawah dari laporan posisi keuangan.
2. Oleh karena kantor pusat menghasilkan laba dari cabang Denpasar pada pembukuannya,
total laba kantor pusat di kolom pertama sama dengan total laba perusahaan di kolom
terakhir.
3. Laba Cabang Denpasar di kantor pusat dan Investasi di Cabang Denpasar dieliminasi
dengan ayat jurnal E (24) bersamaan dengan saldo prapenutupan akun Kantor Pusat di
cabang Denpasar. Sisa dari akun Kantor Pusat (perubahan yang dihasilkan dari laba
periode berjalan di cabang) dieliminasi dengan total debit dan kredit dari bagian laporan
laba rugi dari kertas kerja.
4. Akun Kantor Pusat di cabang saldo laba di saldo saldo cabang untuk bagian saldo laba
dan laporan posisi keuangan dari kertas kerja.
5. Laba Antarperusahaan yang Belum Terealisasi sebesar Rp5.000.000 dari alokasi saldo
kantor pusat dengan ayat jurnal E (26), dan nilai yang diterima dari pembayaran cabang-
cabang yang berkaitan dengan biaya barang bawaan yang dijual untuk perusahaan (kantor
pusat).
7. Seperti hal nya kertas kerja konsolidasi pada bab - bab sebelumnya total debit dan kredit
Laporan keuangan harus sama , debit dan kredit setiap ayat jurnal eliminasi pada kertas
kerja eliminasi bagian paling bawah juga harus sama.
Laporan Keuangan untuk PT Ultra yang dibuat dari kertas kerja pada Figur 17-3 akan
disetujui pada Figur 17-4.
PERTIMBANGAN TAMBAHAN
Transaksi Antarcabang
Kadang kala terjadi transfer aset atau jasa antarcabang. Karena ada beberapa cara
akuntansi untuk transfer seperti itu, menanyakan yang umum digunakan adalah
mempertimbangkan mentransfer seolah.
Figure 17-2
Figure 17-3
31 desember 20X1,Kertas Kerja PT Ultra, Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang
Cabang Eliminasi
Pos Kantor Pusat Gabungan
Denpasar Debit Kredit
500,000,0 200,000, 700,000,00
Penjualan 00 000 0
Laba Cabang 32,000,0 32,000,0
Denpasar 00 - 00
Laba yang Terealisasi
atas Pengiriman Ke 35,000,0 35,000,0
Cabang 00 00
567,000,0 200,000, 700,000,00
Kredit 00 000 0
254,000,0 128,000, 35,000,0 347,000,00
Beban Poko Penjualan 00 000 00 0
Penyusutan 30,000,0 6,000 36,000,00
00 ,000 0
133,000,0 34,000 167,000,00
Beban Lainnya 00 ,000 0
417,000,0 168,000, (550,000,00
Debit 00 000 0)
Laba Neto, Carry 150,000,0 32,000 67,000,0 35,000,0 150,000,00
Forward 00 ,000 00 00 0
285,000,0 285,000,00
Saldo Laba 1 Jan 00 0
Kantor Pusat, Saldo 170,000, 170,000,0
Prapenutupan 000 00
150,000,0 32,000 67,000,0 35,000,0 150,000,00
Laba Neto, dari atas 00 ,000 00 00 0
435,000,0 202,000, 435,000,00
00 000 0
(50,000,0 (50,000,00
Dividen Diumumkan 00) - 0)
Saldo Laba 31 Des, 385,000,0 202,000, 237,000,0 35,000,0 385,000,00
Carry Forward 00 000 00 00 0
47,000,0 41,000 88,000,00
Kas 00 ,000 0
75,000,0 42,000 117,000,00
Piutang Dagang 00 ,000 0
52,000,0 12,000 15,000,0 79,000,00
Persediaan 00 ,000 00 0
Persediaan-Dari 20,000 5,000,0
Kantor Pusat - ,000 00
15,000,0
00
105,000,0 105,000,00
Tanah 00 - 0
545,000,0 100,000, 645,000,00
Bangunan & Peralatan 00 000 0
Investasi di Cabang 202,000,0 202,000,0
Denpasar 00 00
Debit 1,026,000,0 215,000, 1,034,000,00
00 000 0
105,000,0 6,000 111,000,00
Akm. Penyusutan 00 ,000 0
31,000,0 7,000 38,000,00
Utang Dagang 00 ,000 0
500,000,0 500,000,00
Saham Biasa 00 - 0
Saldo Laba(dari 385,000,0 202,000, 237,000,0 35,000,0 385,000,00
Kantor Pusat) 00 000 00 00 0
Laba antar Perusahaan
yang Belum 5,000,0 5,000,0
Terealisasi 00 00
1,026,000,0 215,000, 257,000,0 257,000,0 1,034,000,00
Kredit 00 000 00 00 0
Ayat jurnal eliminasi
(26) menghapus laba kantor perusahaan yang belum terealisasi dari persediaan
Figur 17-4
Penjualan Rp 700.000.000
Beban
Penyusutan Rp 36.000.000
PT Ultra
PT Ultra
Aset
Persediaan 79.000.000
Olah transfer terjadi melalui kanntor pusat. Cabang cabang yag terlibat dalam transfer antar
cabang biasanya mencatat transaksi seolah olah terkait dengan kantor pusat dibandingkan dengan
cabang lainnya. Sebagai contoh, jika cabang Medan PT Jaya mentransfer kas sebesar Rp
5.000.000 dan persediaan senilai Rp 10.000.000 ke cabang Padang, maka cabang Medan
mencatatnya dengan ayat jurnal sebagai berikut
Kas 15.000.000
Persediaan 5.000.000
kas 5.000.000
Persediaan 10.000.000
Kantor Pusat 15.000.000
Menstranfer kas dan persediaan dan cabang Medan ke cabang padang 15.000
Laba antarperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada
pembukuan kantor pusat sebagai laba terealisasi ketilka barang dagang telah dijual oleh
cabang.Perlakuannya sama seperti jika transfer antar perusahaan terjadi saat periode berjalan.
Pada periode di mana cabang menjual persediaan kepihak ekstermal,kantor pusat menguragi
akun laba antar perusahaan yang Belum Terealisasi, dan meningkatkan akun Laba yang
Terealisasi atas Pengiriman ke Cabang (diasumsikan laba antar perusahaan distribusikan ke
kantor pusat, Ketika laporan keuangan dipersiapkan untuk perusahaan secara keseluruhan, saldo
dari akun Laba yang Terealisasi atas Pengiriman ke Cabang dieliminasi terhadap beban pokok
perjualan dan sisa laba antarperusahaan yang belum terealisasi dieliminasi terhadap nilai tercatat
pada persediaan.
Ikhtisar Konsep Penting
Perusahaan sering kali menjalankan aktivitasnya lebih dari satu lokasi. Lokasi yang jauh dari
kantor pusat di istilahkan dengan beberapa nama, tetapi dua tipe utamanya adalah agen peajualan
dan cabang Agen penjualan biasanya menerima pesanan yang diisi oleh kantor pusat. Mereka
biasanya memiliki sedikit otonomi, tidak menyimpan persediaan, dan tidak memilili sistem
akuntansi terpisah.
Akun Kantor Pusat pada pembukuan cabang merupakan timbal balik dengan akun
Investasi di Cabang pada pembukuan kantor pusat. Kedua akun meningkat melalui transfer aset
dari kantor pusat ke cabang dan melalui laba cabang. Kedua akun menurun melalui transfer aset
dari cabang ke kantor pusat dan melalui rugi cabang.
Meskipun perushaan sering kali membuat laporan akuntansi terpisah untuk kantor pusat
dan tiap-tiap cabang untuk penggunaan interal, laporan akuntansi eksternal harus mengambarkan
aktivitas dan posisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Akun pada kantor pusat dan
cabang digabungkan untuk menyusun laporan keuangan untuk pelaporan eksternal. Kertas kerja
biasanya digunakan untuk memudahkan proses penggabungan akun kantor pusat dan cabang.
Selain itu, saldo akun tertentu harus dieliminasi atau diubah agar menghasilkan gambaran entitas
tunggal. Akun resiprokal Kantor Pusat dan Investasi di Cabang dieliminasi, dan jumlah yang
dilaporkan sebagai beban pokok penjualan dan persediaan akhir disesuaikan sebesar laba
antarperusahaan yang dicatat oleh kantor pusat atas pengiriman barang dagang ke cabang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembukuan kantor cabang terdiri atas akun-akun yang saling
menyeimvbangkan, serupa dengan pembukuan perusahaan terpisah. Namun, akun kantor pusat
menggantikan akun ekuitas pemilik yang terdapat pada pembukuan perusahaan terpisah. Akun
kantor pusat menunjukkan ekuitas kantor pusat di cabang.
Akun kantor pusat pada pembukuan cabang merupakan timbal balik dengan
akun investasi di cabang pada pembukuan kantor pusat. Kedua akun meningkat melalui transfer
aset dari kantor pusat ke cabang dan melalui laba cabang.
Kedua akun menurun melalui transfer asset dari cabang ke kantor pusat dan melalui rugi
cabang.
DAFTAR PUSTAKA