Oleh Kelompok 3 :
Nurlailah (1707312007)
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
0
1. Agen Penjualan dan Kantor Cabang
Masalah teknis antara agen dan kantor cabang seringkali digunakan untuk menjelaskan
perbedaan keduanya. Kegiatan agen adalah memamerkan barang dagangan dan menangani pesanan
pelanggan, mereka tidak mempunyai persediaan untuk memenuhi pesanan pelanggan ataupun untuk
menangani kredit pelanggan.
Agen bukan merupakan entitas dan juga bukan kesatuan usaha yang terpisah. Biasanya
pencatatan akuntansi yang diperlukan untuk kegiatan agen ini hanya penerimaan dan pengeluaran
kas, yang diperlakukan sama seperti sistem kas kecil(petty cash).Pencatatan atas penjualan yang
dilakukan oleh agen, biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan, dan biaya lain-lain dicatat
oleh sistem akuntansi kantor pusat.
Sebaliknya kantor cabang memiliki persediaan, melakukan penjualan kepada pelanggan, menangani
kredit pelanggan, menagih piutang, mencatat biaya yang terjadi, dan kegiatankegiatan lain yang
biasa dilakukan oleh suatu perusahaan. Kegiatan-kegiatan tersebut dicatat berdasarkan sistem
akuntansi kantor cabang.
2
Laba belum direalisasi Cabang Tegal 20.000.000 Untuk
mencatat pengiriman ke Cabang Tegal 120% dari harga pokok
Buku Kantor Cabang Tegal
Pengiriman dari kantor pusat Rp 120.000.000
Kantor pusat Rp 120.000.000 Untuk mencatat
penerimaan persediaan dari kantor pusat
Ayat jurnal untuk mencatat transfer barang dagangan dengan harga diatas harga pokok tidak
mengubah hubungan resipokal akun kantor pusat maupun cabang, tetapi mempengaruhi hubungan
akun pengiriman kantor pusat dan cabang, karena pada saat pencatatan akun “Pengiriman ke
Cabang” dikredit sebesar biaya sedangkan akun “Pengiriman dari Kantor Pusat” didebit sebesar
harga transfer. Perbedaan pada akun ini disebabkan adanya mark-up yang ditunjukkan pada akun
laba belum direalisasi cabang.
2) Pengiriman ke Cabang Dicatat pada Harga Penagihan (Billing Prices)
Beberapa perusahaan mencatat pengiriman barang ke cabang berdasarkan harga penagihan dan
menyesuaikan akun laba belum direalisasinya hanya pada akhir periode akuntansi. Pada saat
pendekatan ini digunakan, saldo akun laba belum direalisasi selama periode akuntansi
mencerminkan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal cabang, dan akun pengiriman ke
cabang mencakup laba belum direalisasi untuk periode berjalan.
Untuk lebih jelas, anggaplah PT Fabiola mengirim barang ke Cabang Tegal dengan harga
penagihan :
Buku Kantor Pusat
Cabang Tegal Rp 120.000.000
Pengiriman ke Cabang Tegal Rp 120.000.000
Dengan jurnal ini akun pengiriman kantor pusat dan cabang akan memiliki saldo yang sama, tetapi
diperlukan dua ayat jurnal penyesuaian akhir tahun :
Buku Kantor Pusat :
Pengiriman ke Cabang Tegal Rp 20.000.000
Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp 20.000.000
Untuk menyesuaikan pengiriman dengan basis biaya
Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp 18.000.000
Laba Cabang Tegal Rp 18.000.000
3
Untuk menyesuaikan laba cabang atas realisasi mark-up pada pengiriman ke cabang
Jurnal pertama menyesuaikan akun pengiriman ke cabang dan akun laba belum direalisasi dengan
memunculkan saldo masing – masing Rp 100.000.000 dan Rp 20.000.000. Jurnal kedua sama
seperti yang dijelaskan di depan yaitu untuk menyesuaikan laba cabang dari laba belum direalisasi.
4
1. PERBEDAAN ANTARA AGEN PENJUALAN DAN CABANG
Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat otonomi.
Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai “agen” biasanya tidak
beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen penjualan dapat
memajang dan mendemostrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan mengatur pengiriman.
Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang penyediaan jasa
yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda dengan perusahaan
individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan mengarsip pesanan pelanggan.
Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang-cabang. Hampir setiap orang pernah
mengunjungi cabang department store ternama seperti Matahari dan Sogo. Bank secara khusus telah
melakukan perluasan melalui pembukaan jaringan cabang bank secara ektensif. Beberapa
perusahaan manufaktur juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi operasi yang dapat
dibandingkan, biasanya disebut dnegan “pabrik”. Misalnya, PT Indofood menjalankan proses
produksi di berbagai pabrik di lokasi Jakarta, Bndung, Medan, Banjarmasin, dan Makassar.
Sistem pengambilan keputusan manajemen pada agen penjualan kecil antara lain adalah bahwa
keputusan-keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi rutin. Tingkat
pengambilan keputusan manajemendi cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen penjualan
namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.
Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi
terkait dengan agen terkait oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnak yang
dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen. Misalnya, kantor pusat
mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji, dan dokumen Voucher kas kecil
yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat berdasarkan dokumen sumber
lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke kantor pusat. Misalkan, perusahaan yang
memberikan jasa gas, listrik, air, dan telekomunikasi ke agen dapat mengirim tagihan langsung ke
kantor pusat.
Kantor pusat umumnya mencatat aset, pendapatan, dan beban tiap agen secara terpisah.
Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam penilaian
kinerja tiap agen.
5
Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, pada PT Cemara, sebuah perusahaan
manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta, yang membangun sebuah agen penjualan di
Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi khas agen penjualan di pembukuan
kantor pusat.
6
Walau kantor pusat dan masing-masing cabang mengelola pembukuan secara terpisah, seluruh
pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal sehingga laporan keuangan eksternal
menyajikan perusahaan sebagai entitas ekonomi runggal. Seperti saat menyusun laporan keuangan
konsolidasi, menambahkan saldo akun-akun di setiap sistem akuntansi secara sederhana tidak
menghasilkan gambaran entititas ekonomi tunggal. Beberapa eliminasi juga diperlukan. Secara
keseluruhan penyusunan laporan keuangan eksternal untuk perusahaan yang memiliki kantor pusat
dan satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan penyusunan laporan konsolidasi.
Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa.
Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali bahwa mereka
turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun resiprokal antara kantor
pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat dan kantor cabang selesai
dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat akan sama jumlahnya
namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun antarperusahaan di pembukuan cabang.
Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit sebuah akun antarperusahaan Rp 10.000.000, akun
terkait akan muncul di pembukuan kantor cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit.
Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di cabnag, sementara akun
resiprokal di pembukan cabang dinamakan Kantor pusat. Ketika suatu perusahaan memiliki lebih
dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap cabang.
Penjelasan tntang akun investasi di Cabng dan Kantor Pusat, dan bagaimana pengaruhnya
terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini :
Pendirian Cabang
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat pleh kantor
pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabnag mencatat transfer tersebut di akun
Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jya yang berlokasi di Jakarta, mendirikan sebuah cabang di
7
Medan, Sumatera Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang berupa kas Rp20.000.000, peralatan
kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru senilai Rp30.000.000. kantor pusat
mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan ayat
jurnal berikut ini.
B(2) Kas 20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Toko 30.000.000
Kantor Pusat 55.000.000
(Transfer Aset dari kantor pusat)
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi di
Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo resiprokal
Rp55.000.000. neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah transfer adalah seperti
berikut :
Cabang Medan PT Jaya
Neraca
Aset: Kewajiban:
Kas Rp 20.000.000
Peralatan Kantor Rp 5.000.000
Peralatan Toko Rp 30.000.000 Kantor Pusat Rp 55.000.000
Total Rp 55.000.000 Total Rp 55.000.000
Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal, maka laporan keuangan
eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara keseluruhan. Akun-akun di
pembukuan kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk
merefleksikan suatu entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang-cabangnya.
Klasifikasi penyajian akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat bukanlah suatu hal
penting karena kedua akun akan dieliminisasi saat penyuunan lapotan keuangan untuk tujuan
eksternal.
Pengakuan Laba Cabang
Laba tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara normal seperti biasa. Cabang jarang
menhitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap cabang atau mencatat beban pajak penghasilan
atas laba di pembukuannya. Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal terpisah, pajak
8
penghasilan atas laba dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak dapat
dialokasikan ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum dilakukan karena akan
sedikit mengganggu pengendalian internal.
Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti cara biasa. Saldo
ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun Kantor Pusat.
Akun Kantor pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada pembukuan cabang.
Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor pusat untuk mengakui laba
cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di cabang.
Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit
Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi di tutup di buku Cabang Medan dengan
ayat Jurnal sebagai berikut:
B(3) Ikhtisar Laba Rugi 63.000.000
Kantor Pusat 63.000.000
(Menutup Ikhtisar Laba Rugi)
Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
H(4) Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Laba Cabang Medan 63.000.000
(mencatat laba cabang medan)
Ayat-ayat jurnal di atas menunjukkan hubungan resiprokal antara akun Investasi di Cabang
Medan dan akun Kantor Pusat. Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara
keseluruhan, akun Investasi di Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun Laba Cabang Medan
seluruhnya harus dieliminasi.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut.
9
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun cabang
harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang ditrasfer
diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan yang ditrasfer dari kantor pusat ke cabang dapat
dinyatakan sebesar nilai perolehan di kantor pusat ataupada suatu nilai yang melebihi nilai
perolehannya.
Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang diperoleh
dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat jurnal berikut:
B(7) Persediaan 8.000.000
Kantor Pusat 8.000.000
(transfer persediaan dari kantor pusat)
Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai
keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
10
Cabang Medan mencatat transfer sebagai berikut:
B(8) Persediaan 8.100.000
Kantor Pusat 8.100.000
(transfer persediaan dari kantor pusat)
Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang dan menagihkan
cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor pusat. Ketika di kantor pusat timbul
biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan persediaan pada harga lebih murah melalui kuantitas
pembelian atau memproduksi persediaan, perusahaan dapat memilih untuk mengalokasikan atas
laba penjualan persediaan antara kantor pusat dan cabang yang menjual. Kantor pusat dikreditkan
termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya perolehannya dengan harga transfer ke
cabang. Selisih ini disebut laba antar perusahaan. Laba cabang dihitung sebagai selisih antara harga
transfer dengan harga jual ke pihak eksternal.
Walaupun perusahaan dapat menerapkan berbagai jenis system akuntansi
pertanggungjawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan persediaan sebesar
harga perolehannya (kecuali nilai pasar lebih rendah) dan tidak boleh memasukkan laba samapi
persediaan dijual ke pihak eksternal. Untuk tujuan laporan eksternal dalam penyusunannya laba
yang belum terealisasi harus dieliminasi. Proses ini dilakukan menggunakan kertas kerja yang sama
dengan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan konsolidasi. Biasanya kantor pusat
mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada akun terpisah, sehingga memungkinkan
untuk menangguhkan laba dari penjualan antar perusahaan sampai persediaan dijual ke pihak
eksternal oleh cabang.
Berikut contoh perlakuan jika terjadi laba antar perusahaan dalam pengiriman persediaan ke
cabang, asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga Rp.12.000.000 dan
mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar Rp.15.000.000. Kantor pusat
mencatat pengiriman persediaan sebagai berikut.
Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
11
B(11) Persediaan – Dari Kantor Pusat 15.000.000
Kantor Pusat 15.000.000
(transfer persediaan dariKantor Pusat)
Alternatif lain perusahaan dapat menganggap bahwa laba antar perusahaan seharusnya
dialokasikan ke kantor pusat atas jasa yang telah diberikan. Untuk kasus tersebut, laba antar
perusahaan diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
H(12a) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 2.400.000
Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang 2.400.000
(mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8
Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk pembelian asset tetap
cabang taupun penyusutan stelahnya atas asset tersebut. Sebaliknya jika asset tetap yang dibeli
kantor pusat untukcabang dan cabang mencatat asset tersebut pada bukunya, maka ayat jurnal perlu
dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi kantor pusat PT Jaya membeli peralatan took senilai Rp.30.000.000 untuk
cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
H(13) Investasi di Cabang Medan 30.000.000
Kas 30.000.000
(membeli peralatan untuk cabang Medan)
12
Pembelian ini dicatat oleh cabang sebagai berikut.
B(14) Peralatan Toko 30.000.000
Kantor Pusat 30.000.000
(mencatat pembelian peralatan oleh kantor pusat)
Ketika asset tetap cabang dicatat hanya di buku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal yang
dicatat oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Miasalnya jika kantor pusat PT Jaya
membeli Rp.30.000.000 peralatan took untuk cabang Medan dan peralatan dicatat di pembukuan
kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
Jika cabang membeli asset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat jurnal
harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya cabang medan PT Jaya membeli
peralatan took senilai Rp. 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat oleh kantor pusat.
Cabang mencatat pembelian asset tetap sbagai berikut.
Pembagian Beban
Pengalokasian beban dapt dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar oleh kantor pusat
2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang
3. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat
Dalam beberapa kasus biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang dan
dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun sering kali cabang yang mendapat alokasi beban
diberitahutentang jumlah yang dialokasikan.
Sebagai contoh perlakuan alokaso biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat PT Jaya
berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang medan.
13
Beban utilitas (buaya terjadi di cabang Medan dan ditagih ke Rp 14.000.000
akun utama kantor pusat)
Beban Penyusutan (aset cabang Medan yang di catat di
pembukuan kantor pusat) Rp 3.000.000
Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan
penjualan bruto) Rp 8.000.000
Total Rp 35.000.000
Kantor pusat sudah mencatat beban-beban secara biasa, seolah-olah beban-beban terkait
dengan kantor pusat. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut setelah memberitau cabang medan
bebab yang dialokasikan sevbesar Rp.35.000.000
Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut
sebagai berikut.
B(19) Beban Utilitas 14.000.000
Beban Penyusutan 3.000.000
Beban Overhead Umum 18.000.000
Investasi di Cabang Medan 35.000.000
4. Pada tanggal 31 Desember 19X1, cabang Medan memiliki persediaan senilai Rp.8.000.000
yang diperoleh dari kantor pusat, persediaan dicatat di akun terpisah dari persediaan yang
dibeli secara eksternal.
5. Sebagian akun laba antar perusahaan belum terealisasi atas pengiriman persediaan ke
cabang Medan selama 19X1 diakui dan dikreditkan sebesar Rp3.000.000 dengan
perhitungan sebagai berikut.
Laba antarperusahaan telah terealisasi akhir tahun Rp 1.400.000
Laba antarperusahaan telah terealisasi akhir tahun Rp 1.600.000
Laba antar perusahaan yang telah terealisai pada akhir tahun dialokasikan ke kantor pusat dan
dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan akun yang bernama Laba Terealisasi Atas pengiriman
ke Cabang. Akun laba antar perusahaan belum terealisasi diurangi dengan nilai yang sama,
sehingga meninggalkan saldo sebesar Rp.1.600.000.
Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakn dalam penyusunan laporan keuangan PT
Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
E(20) Laba Cabang Medan 63.000.000
Kantor pusat sebelum saldo penutup 70.000.000
Investasi di Cabang Medan 133.000.000
(mengeliminasi akun antar perusahaan)
15
(mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok penjualan)
E(23)
Persediaan 6.400.000
Persediaan – dari Kantor Pusat 6.400.000
(mereklasifikasi akun persediaan dari kantor pusat ;
Rp8.000.000 – Rp1.600.000)
Ayat jurnal E(20) mengeliminasi akun-akun yang resiprokal sehingga laporan keuangan
menunjukkan laporan perusahaan sebagai entitas tunggal. Oleh karena yng disisipkan adalah
laporan keuangan lengkap, akun-akun individual pendapatan dan beban cabang digabung dengan
yang dimiliki oleh kantor pusat. Untuk menghindari dua kali perhitungan terhadap labai cabang,
maka laba cabang ang dicatat pada pembukuan kantor pusat harus dieliminasi. Oleh karena akun-
akun individual pendapatan dan beban cabang dilaporkan pada laporan keuangan , akun-akun
tersebut tidak dieliminasi.
Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama mengeliminasi laba
cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun investasi yang meningkat pada
saat akntor pusat mengakui laba cabang.
E(20a) Laba Cabang Medan 63.000.000
Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Bagian kedua ayat jurnal E(20) mengeliminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo akun
resiprokal Kantor pusat di cabang sebelum penutupan
E(20b) Kantor pusat, sebelum saldo penutup 70.000.000
Investasi di Cabang Medan 70.000.000
Ayat jurnal ini mengeliminasi saldo-saldo yang terdapat di dua akun resiprokal jika tidak ada
laba cabang. Pendebitan akun kantor pusat sebelum dibuat jurnal penutup dapat dianalogikan
sebagai eliminasi saldo laba awal dalam ayat jurnlaeliminasi investasi untuk menyusun laporan
keuangna konsolidasi.
Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk mengakui laba
antar perusahaan dalam pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak eksternal dan mengurangi
beban harga pokok penjualan yang divcatat oleh cabang.
Ayat jurnal E(22) Mengeliminasi laba belum terealisasi dari saldo akhir persediaan cabang,
sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan awal. Ayat jurnal E(23)
mengklasifikasikan seluruh persediaan dalam akun yang sama disbanding memisahkan yang
dikirim ke cabang dari kantor pusat.
16
Ilustrasi akuntansi untuk operasi cabang
PT Ultra Surabaya, Jawa timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan di
Denpasar, Bali. Kantor pusat menjual baik ke konsumen ritel maupun ke cabang bali dengan laba
atas penjualan antar perusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah sebagai
berikut :
a. PT Ultra mendirikan cabang denpasar pada tahun 19X1 dengan mentransfer kas
Rp.30.000.000. sebagai, tambahan kantor pusat juga mentransfer peralatan dan perabotan
kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke cabang denpasar
b. Selama tahun 19X1, kantor pusat dan cabang denpasar membeli persediaan masing-masing
sebesar Rp.260.000.000 dan Rp.50.000.000 dari pihak ekternal
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer persediaan ke cabang denpasar dengan total
harga transfer Rp.110.000.000. harga perolehan persediaan kantor pusat senilai
Rp.70.000.000
d. Kantor pusat menjual persediaan Rp.254.000.000 ke pihak eksternal dengan harga
Rp.500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil ditagih sebesar
Rp.480.000.000. cabang denpasar menjual persediaan senilai Rp.128.000.000 ke pihak
eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil menagih piutang sebesar
Rp.158.000.000. dari jumlah persediaan yang dijual cabang denpasar sebesar Rp.38.000.000
dibeli daripihak eksternal
e. Cabang denpasar mengirimkan kas sebesar Rp.70.000.000 ke kantor pusat
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.133.000.000
sementara beban operasi yang terjadi di cabang denpasar sebesar Rp.34.000.000
g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp.390.000.000 selama tahun 19X1, sementara
cabang denpasar membayar utang Rp.77.000.000
h. PT Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp.50.000.000
i. Pada akhir tahun 19X1, kantor pusatmencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000, sementara
cabang denpasar mencatat penyusutan sebesar Rp.6.000.000
j. Pada akhir tahun 19X1, saldo persediaan cabang tersisa yang dibeli dari pihak eksternal
adalah senilai Rp.12.000.000. persediaan cabang yang tersisa yang berasal dari transfer
kantor pusat memiliki harga perolehan di kantor pusat senilai Rp.15.000.000 dan ditagih ke
cabang pada harga Rp.20.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat aktivitas ini ada pada pembukuan kantor pusat dan cabang
denpasar ditunjukan pada figure 18-2
Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tampak pada figure 18-3. Dua
kolom pertama adalah saldo akun-akun dari pembukuan kantor ppusat dan cabang denpasar,
dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
dan menyesuaikan saldo, kolom terakhir adalah total dari setiap pos akun.
17
E (25) Laba terealisasi atas pengiriman ke cabang 35.000.000
Harga pokok penjualan 35.000.000
Mengeliminasi laba kantor pusat dari harga
pokok penjualan
E (26) Laba antarperushaan belum terealisasi 5.000.000
Persediaan-dari kantor pusat 5.000.000
Mengeliminasi laba belum terealisasi dari
nilai persediaan
E (27) Persediaan 15.000.000
Persediaan-dari kantor pusat 15.000.000
Mereklasifikasi akun persediaan dari kantor
pusat
18
Persediaan 70.000.000 Kantor pusat 110.000.000
Laba antarperusahaan 40.000.000
(d) Piutang dagang 500.000.000 Piutang dagang 200.000.000
Penjualan 500.000.000 Penjualan 200.000.000
Beban HPP 254.000.000 Beban HPP 128.000.000
Persediaan 254.000.000 Persediaan 38.000.000
Persediaan-dari ktr pst 90.000.000
Kas 480.000.000 Kas 158.000.000
Piutang dagang 480.000.000 Piutang dagang 158.000.000
sald
31 Desember 19X1, kertas kerja PT Ultra Laporan keuangan gabungan kantor pusat dan cabang
Pos Kantor pusat Cabang dps Eliminations Gabungan
Debit Kredit
Penjualan 500.000.000 200.000.000 700.000.000
Laba cbg dps 32.000.000 24)32.000.000
Laba telah
terealisasi atas
pengiriman ke 35.000.000 25)35.000.000
cbg 567.000.000 200.000.000 700.000.000
Kredit 254.000.000 128.000.000 25)35.000.000 347.000.000
Beban HPP 30.000.000 6.000.000 36.000.000
Penyusutan
33.000.000 34.000.000 167.000.000
Beban lainya
Debit (417.000.000) (168.000.000) (550.000.000)
150.000.000 32.000.000 67.000.000 35.000.000 150.000.000
Saldo laba 1 285.000.000 285.000.000
Januari
Kantro pusat
sebelum
penutupan 170.000.000 24)170.000.000 150.000.000
Laba neto dari 150.000.000 67.000.000 35.000.000 435.000.000
atas 435.000.000 32.000.000 (50.000.000)
(50.000.000) 202.000.00
Dividen
diumumkan
Saldo laba 31 385.000.000 202.000.000 237.000.000 35.000.000 385.000.000
desember
dibawa
kebawah
Kas
47.000.000 41.000.000 88.000.000
Piutang dgang
Persediaan 75.000.000 42.000.000 26)5.000.000 117.000.000
Persediaan- 52.000.000 12.000.000 27) 15.000.000 27)15.000.000 79.000.000
dari kantor pst 20.000.000
Tanah 105.000.000 105.000.000
Bangunan dan
20
Bngnan dan 545.000.000 100.000.000 645.000.000
peralatan
Invet. cbg dps
202.000.000 24)202.000.000
Debit
1.026.000.000 215.000.000 1.034.000.000
Akumulasi 105.000.000 6.000.000 111.000.000
penyusutan
Utang dagang 31.000.000 7.000.000 38.000.000
Saham biasa
500.000.000 500.000.000
Saldo laba
(dan ktr pst)
dari atas 385.000.000 202.000.000 237.000.000 35.000.000 385.000.000
Labaantarperu
shaan blm 5.000.000 26) 5.000.000
terealisasi
Kredit
1.026.000.000 215.000.000 257.000.000 257.000.000 1.034.000.000
Laba antaperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada pembukiaan awal
kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika persediaantelah dijual oleh cabang. Perlakuannya sama
seperti jika transfer terjadi saat periode berjalan.
PT Ultra
Laporan Laba Rugi
Untuk periode tahun 19X1
Penjualan Rp.700.000.000
Beban harga pokok penjualan (347.000.000)
Laba bruto Rp.353.000.000
Beban :
Penyusutan Rp.36.000.000
Beban lain 167.000.000 (203.000.000)
Laba neto Rp.150.000.000
21
PT Ultra
Laporan Perubahan Saldo Laba
Untuk periode tahun 19X1
PT Ultra
Neraca
31 Desember 19X1
Aset :
Kas Rp.88.000.000 Rp.88.000.000
Piutang dagang 117.000.000
Persediaan 79.000.000
Tanah 105.000.000
Bangunan dan
Peralata Rp.645.000.000 Saham biasa 500.000.000
Dikurangi: Saldo laba 385.000.000 885.000.000
akm.penyusutan (111.000.000) 534..000.000
Total aset Rp.923.000.000 Rp.923.000.000
22
Rekonsilasi Antara Kantor Pusat dan Cabang
Rekonsiliasi bertujuan untuk mencocokkan catatan transaksi antara dua pihak yang memiliki
hubungan bisnis yang rutin, misalnya dikenal rekonliasi antara bank dengan perusahaan maupun
rekonsiliasi antara induk dan anak perusahaan, termasuk pula rekonliasi antara pusat dan
cabang. Apabila terjadi saldo yang tidak sama, ini berarti ada salah satu pihak yang belum mencatat
transaksi tersebut atau ada kesalahan dalam pembukuan. Jika terjadi hal semacam ini, perlu
diadakan suatu rekonsiliasi antara kantor pusat dan cabang agar diperoleh saldo yang sama.Proses
rekonsiliasi kantor pusat dan cabang ini mempunyai cara yang sama seprti proses rekonsiliasi antara
bank dan perusahaan.
Jurnal koreksi atau jurnal penyusuaian dan rekonsiliasi dibuat sebelum disusun laporan
keuangan gabungan. Contoh dari adanya transaksi yang harus disesuaikan tersebut adalah sebagai
berikut :
REFRENSI
23