Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS RASIO KEUANGAN PT TELKOM INDONESIA (PERSERO)

TBK PERIODE 2017-2021


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar
Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu:
Mujaddid Faruk, SE., M.M.

Disusun Oleh:
Kanisa Destriasa
(3402200010)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GALUH
2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, yang merupakan salah satu
perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, memiliki peran yang signifikan
dalam menghubungkan masyarakat dengan layanan telekomunikasi. Selama
periode 2017-2021, perusahaan ini menghadapi berbagai tantangan dan peluang
dalam industri yang terus berkembang dan berubah dengan cepat. Selama periode
tersebut, industri telekomunikasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
signifikan, didorong oleh meningkatnya penetrasi internet, adopsi teknologi
digital, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. PT Telkom Indonesia
(Persero) Tbk berada di garis depan dalam menyediakan layanan telekomunikasi
yang memenuhi kebutuhan masyarakat dan bisnis.
Era digitalisasi telah mendorong perusahaan telekomunikasi untuk terus
berinovasi dan bertransformasi. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk terus
mengembangkan infrastruktur dan layanan digital untuk memenuhi tuntutan pasar
yang semakin kompleks dan persaingan yang semakin ketat. Selama periode
tersebut, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melakukan ekspansi usaha melalui
akuisisi, investasi dalam teknologi baru, dan diversifikasi portofolio produk dan
layanan. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memperluas pangsa pasar dan
meningkatkan pendapatan perusahaan. Perubahan regulasi dalam industri
telekomunikasi, baik di tingkat lokal maupun internasional, mempengaruhi
strategi operasional dan keuangan perusahaan. PT Telkom Indonesia (Persero)
Tbk harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan ini untuk tetap
mempertahankan keunggulan kompetitifnya. Di samping peluang pertumbuhan,
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk juga menghadapi tantangan eksternal,
termasuk fluktuasi pasar keuangan, perubahan kondisi ekonomi global dan lokal,
serta perubahan perilaku konsumen dalam menggunakan layanan telekomunikasi.
Analisis rasio keuangan selama periode 2017-2021 akan memberikan
wawasan mendalam tentang kinerja keuangan PT Telkom Indonesia (Persero)
Tbk dalam menghadapi dinamika industri dan lingkungan bisnis yang berubah-
ubah. Dengan memeriksa rasio keuangan seperti likuiditas, profitabilitas,
solvabilitas, dan efisiensi operasional, dapat dipahami bagaimana perusahaan ini
mengelola aset, kewajiban, dan modalnya dalam mencapai tujuan jangka
panjangnya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penyelidikan
terhadap laporan keuangan dan komponennya dengan tujuan untuk menilai dan
meramalkan situasi keuangan suatu perusahaan atau entitas bisnis serta
mengevaluasi pencapaian perusahaan atau entitas bisnis tersebut di masa lalu dan
saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum perusahaan secara singkat perusahaan?
2. Bagaimana pengertian laporan keuangan, tujuan, jenis-jenis laporan
keuangan dan bagaimana data terkait laporan keuangan pada PT. Telkom
Indonesia dengan periode 2017-2021?
3. Bagaimana pengertian analisis rasio keuangan, apa saja jenis rasiokeuangan,
dan perhitungan rasio keuangan pada PT. Telkom Indonesia dengan periode
2017-2021?

1.3 Tujuan
1. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan penulisan ini antara lain:
2. Untuk mengetahui Bagaimana gambaran umum perusahaan secara singkat
perusahaan?
3. Bagaimana pengertian laporan keuangan, tujuan, jenis-jenis laporan
keuangan dan bagaimana data terkait laporan keuangan pada PT. Telkom
Indonesia dengan periode 2017-2021?
4. Untuk mengetahui bagaimana pengertian analisis rasio keuangan, apa saja
jenis rasio keuangan, dan perhitungan rasio keuangan pada PT. Telkom
Indonesia dengan periode 2017-2021?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


Salah satu perusahaan yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di Indonesia di bidang layanan teknologi informasi dan komunikasi serta
jaringan telekomunikasi adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Mayoritas
saham PT Telkom dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, dengan 52,09%, sementara
sisanya dimiliki oleh publik, sebesar 47,91%. Saham PT Telkom diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode "TLKM" dan di New York Stock
Exchange (NYSE) dengan kode "TLK".
Dengan transformasi menjadi perusahaan telekomunikasi digital, anak perusahaan
Telkom membentuk Telkom Group untuk mengadopsi strategi bisnis yang
berfokus pada pelanggan. Transformasi ini bertujuan untuk membuat Telkom
Group lebih efisien dan responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam industri
telekomunikasi yang berkembang pesat. Aktivitas bisnis Telkom Group terus
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, digitalisasi, dan informasi, tetapi
tetap berada dalam lingkup industri telekomunikasi dan informasi. Hal ini
tercermin dari upaya terus-menerus dalam meningkatkan infrastruktur yang sudah
ada sebelumnya.

2.2 Laporan Keuangan


2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Kasmir (2016) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah gambaran


sederhana tentang keadaan keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode
tertentu. Ini mencakup kondisi terkini perusahaan, yang meliputi keadaan
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu untuk laporan posisi keuangan, dan
pada periode tertentu untuk laporan laba rugi. Umumnya, laporan keuangan
disusun untuk setiap periode.
Sementara itu, menurut Hery (2015), laporan keuangan merupakan serangkaian
mekanisme pencatatan dan ringkasan data transaksi bisnis atau usaha. Ini
merupakan hasil dari mekanisme akuntansi yang digunakan sebagai sistem untuk
menyampaikan informasi keuangan dan aktivitas perusahaan kepada pihak yang
berkepentingan di dalam perusahaan. Laporan keuangan adalah rangkuman dari
proses pencatatan transaksi keuangan yang terjadi selama periode pelaporan,
disusun untuk mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya oleh
pemilik perusahaan (Bahri, 2016). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan adalah catatan tentang informasi keuangan perusahaan yang
disusun selama periode akuntansi untuk mencerminkan kinerja perusahaan
tersebut.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi


mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang berguna bagi
para pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi, serta untuk
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka (Bahri, 2016).
Laporan keuangan juga bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi
investor dan kreditur saat mereka membuat keputusan investasi dan pemberian
kredit (Hery, 2015). Secara umum, menurut Kasmir (2016), tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan pada
periode tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
laporan keuangan adalah memberikan informasi yang dapat mendukung
pengambilan keputusan terkait keuangan dalam sebuah perusahaan.

2.2.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan

1. Laporan posisi keuangan


Laporan posisi keuangan adalah dokumen yang menampilkan gambaran
keuangan suatu entitas pada tanggal tertentu, dengan mencantumkan nilai
serta jenis aset dan kewajiban serta ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal adalah dokumen yang merinci jumlah dan jenis
modal yang dimiliki oleh perusahaan pada saat tertentu, serta menjelaskan
perubahan modal tersebut beserta penyebabnya.
3. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah rangkuman keuangan yang menunjukkan segala
aktivitas yang berdampak pada kas perusahaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, selama periode tertentu. Laporan ini terdiri dari
arus kas masuk dan keluar selama periode tersebut.
4. Laporan catatan atas laporan keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan adalah dokumen yang memberikan
penjelasan tambahan atau detail ketika diperlukan pada laporan keuangan
utama.

2.2.3 Laporan Keuangan PT. Telkom Indonesia dengan periode 2017-2021

a. Berikut data sebagian dari laporan posisi keuangan atau balance sheet PT
Telkom Indonesia yang digunakan untuk menghitung rasio keuangan disajikan
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk
Data dari Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2017, 2018, 2019 dan 2021
(Angka dalam tabel ditanyakan dalam miliaran Rupiah)
KETERANGAN TAHUN
2017 2018 2019 2020 2021
AKTIVA
KAS DAN SETARA 25.145 17.439 18.242 20.589 38.311
PERSEDIAAN
KAS 631 717 585 983 779

TOTAL AKTIVA 47.561 43.268 41.722 46.503 61.277

TOTAL AKTIVA 198.484 206.196 221.208 246.943 277.184

PASIVA
UTANG LANCAR 45.376 46.261 58.369 69.093 69.131
UTANG JANGKA 40.978 42.632 45.589 56.961 62.654

TOTAL UTANG 86.354 88.893 103.958 126.054 131.785


EKUITAS 112.130 117.303 117.250 120.889 145.399

b. Berikut ini data sebagian dari laporan laba rugi PT Telkom Indonesia yang
digunakan untuk menghitung rasio keuangan disajikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2
PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk
Data dari Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2017, 2018, 2019 dan 2021
TAHUN
KETERANGAN
2017 2018 2019 2020 2021
PENJUALAN 128.256 130.784 135.567 136.462 143.210
LABA KOTOR 43.933 38.845 42.394 43.505 47.563
LABA SEBELUM
42.659 36.405 37.908 38.775 43.678
PAJAK
LABA BERSIH 32.701 26.979 27.592 29.563 33.948
(Angka dalam tabel ditanyakan dalam miliaran Rupiah)

2.3 Analisis Rasio Keuangan


Rasio keuangan merupakan pengukuran yang menggunakan laporan
keuangan untuk menilai kondisi finansial dan kinerja suatu perusahaan. Analisis
rasio, di sisi lain, melibatkan penafsiran berbagai perbandingan yang terdapat
dalam laporan keuangan. Melalui analisis ini, kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan dapat dievaluasi secara efektif (Hery, 2015).
Kasmir (2016) menjelaskan bahwa rasio keuangan melibatkan proses
perbandingan nominal dalam laporan keuangan dengan membagi suatu nominal
dengan yang lainnya. Hasil dari perhitungan ini berguna untuk mengevaluasi
kinerja manajemen selama beberapa periode waktu. Informasi tersebut juga dapat
digunakan sebagai panduan untuk evaluasi masa depan dan untuk
mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang diperlukan agar kinerja
manajemen dapat meningkat sesuai dengan target perusahaan atau organisasi.
Analisis rasio keuangan dapat dianggap sebagai teknik yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan perusahaan dengan berfokus pada laporan keuangan
selama periode tertentu.

2.3.1 Rasio Liquiditas

1. Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar (current ratio) adalah suatu ukuran yang digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang
akan jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar secara keseluruhan.
Dalam penilaian rasio ini, jika current ratio rendah, itu menandakan bahwa
perusahaan memiliki jumlah modal kerja atau aset lancar yang terbatas untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Namun, sebuah current ratio
yang tinggi tidak selalu menandakan kondisi perusahaan yang baik, karena
hal tersebut mungkin disebabkan oleh manajemen kas dan persediaan yang
tidak efektif (Hery, 2015). Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio
lancar:
Aktiva Lancar
Rasio Cepat = Hutang Lancar

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat (quick ratio) adalah suatu indikator yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau melunasi utang jangka pendek
menggunakan aset lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Berikut
ini adalah rumus untuk menghitung rasio cepat (quick ratio):
Aktiva Lancar−Persediaan
Rasio Cepat = × 100 %
Utang Lancar
2.3.1 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas, menurut Kasmir (2016), adalah alat untuk
mengevaluasi sejauh mana perusahaan membiayai asetnya dengan utang. Rasio
ini bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar semua
kewajibannya, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, jika
perusahaan harus dibubarkan (dilikuidasi). Rumus yang digunakan adalah:
1. Rasio Utang Terhadap Total Aset (Debt to Asset Ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi perbandingan antara total utang
dan total aset perusahaan. Dalam penilaian rasio ini, jika rasio utang terhadap
total aset tinggi, ini dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan pinjaman tambahan dari kreditur karena ada kekhawatiran
bahwa perusahaan mungkin tidak mampu melunasi utangnya dengan aset
yang dimilikinya. Sebaliknya, jika rasio rendah, ini menunjukkan bahwa
sedikitnya aset perusahaan yang didanai oleh utang, atau dapat dikatakan
bahwa sedikitnya aset perusahaan yang didukung oleh modal (Hery, 2015).
Berikut adalah rumus yang digunakan:
Total Uang
Debt to Assets Ratio (DAR) = Ekuitas ×100 %

2. Rasio Utang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)


Rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio) dihitung dengan
membandingkan total utang dengan total modal. Rasio ini memberikan
informasi tentang seberapa besar modal yang digunakan sebagai jaminan
untuk utang perusahaan. Menurut Kasmir (2016), bagi pihak kreditor,
semakin tinggi rasio ini, semakin tidak menguntungkan karena meningkatnya
risiko atas potensi kegagalan perusahaan. Sebaliknya, bagi perusahaan,
semakin tinggi rasio ini dianggap lebih baik. Namun, jika rasio semakin
rendah, itu menandakan bahwa modal yang diberikan oleh pemilik
perusahaan lebih dominan dalam pendanaan, memberikan perlindungan yang
lebih besar bagi pemberi pinjaman dalam menghadapi kerugian atau
depresiasi nilai aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Total Uang
Debt to Equity Ratio (DER) = Ekuitas ×100 %
2.3.1 Rasio Aktivitas

Rasio untuk mengukur tingkat efisiensi terhadap pemanfaatan sumber daya


perusahaan dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya ialah pengertian dari
rasio aktivitas. Rasio yang digunakan yaitu perputaran persediaan (inventory
turnover):
1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) digunakan untuk menilai
efisiensi pengelolaan persediaan yang bisa dijual atau digunakan oleh
perusahaan dalam periode tertentu. Ini mencerminkan kualitas persediaan
perusahaan serta kemampuan manajemen dalam menjualnya. Menurut Hery
(2015), semakin tinggi rasio perputaran persediaan atau inventory turnover,
semakin rendah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan dagang.
Hal ini menandakan kinerja yang lebih baik bagi perusahaan karena
persediaan dapat terjual lebih cepat. Sebaliknya, semakin rendah rasio ini
menunjukkan bahwa modal kerja yang diikat dalam persediaan perusahaan
semakin besar, yang berarti kurang efektif bagi perusahaan. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Penjualan
Inventory Turn Over = Persediaan

2.3.1 Rasio Profitabilitas

Kasmir (2016) menjelaskan bahwa rasio profitabilitas adalah sebuah ukuran yang
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan sebuah perusahaan dalam meraih
keuntungan. Rasio ini mengindikasikan seberapa efektif manajemen perusahaan
dalam menghasilkan laba dari penjualan atau pendapatan investasi. Dalam
penilaian ini, Kasmir menggunakan dua rasio utama, yaitu Return on Equity
(ROE) dan Return on Investment (ROI), yang memberikan gambaran tentang
hasil dari penggunaan ekuitas dan investasi.
1. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)
Return on Equity (ROE) adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan
sebuah perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemilik atau
investor dari penggunaan modal sendiri. Menurut Hery (2015), semakin
tinggi nilai ROE, semakin besar pula laba bersih yang dihasilkan dari modal
yang diinvestasikan pada ekuitas perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah
nilai ROE, semakin kecil pula laba bersih yang dihasilkan dari modal yang
diinvestasikan pada ekuitas. Rumus untuk menghitung ROE adalah sebagai
berikut:
Laba Bersih Sesudah Pajak
ROE = × 100 %
Ekuitas
Dalam rumus ini, "Net Profit" mengacu pada laba bersih yang diperoleh dari
operasi perusahaan, sedangkan "Equity" merujuk pada jumlah modal yang
dimiliki oleh pemilik atau investor.
2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investasi)
Return on investment (ROI) atau return on total assets adalah sebuah
metrik yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi manajemen dalam
memanfaatkan investasinya. Ini mencerminkan seberapa produktif modal
yang digunakan oleh perusahaan, termasuk modal pinjaman dan modal
sendiri. Menurut Hery (2015), semakin tinggi nilai ROI, semakin besar pula
laba bersih yang dihasilkan dari investasi pada total aset. Sebaliknya, semakin
rendah nilai ROI, semakin kecil pula laba bersih yang dihasilkan dari
investasi pada total aset. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Sesudah Pajak
ROI = × 100 %
Total Assets
Dalam rumus ini, "Net Profit" merujuk pada laba bersih yang diperoleh dari
operasi perusahaan, sedangkan "Total Assets" merujuk pada jumlah total aset
yang dimiliki perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai