Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH AUDIT KEUANGAN NEGARA

“Hubungan antara Struktur Pengendalian Internal, Resiko


Pengendalian dan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah”

Dosen Pembimbing :
Dr. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA, ACPA

Oleh:

Cici Rahmawati
Elvia Rosa Br Sembiring
Nur Shadrina Hashifa 1802111811

PROGRAM STUDI
AKUNTANSI FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
tentang “Hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko pengendalian
dan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengampuh, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Kami sadar, makalah yang kami buat masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf. Kritik serta saran dari
dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk
dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Pekanbaru, 15 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................iii

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. TEMUAN AUDIT........................................................................................3

B. BUKTI AUDIT.............................................................................................6

C. KERTAS KERJA........................................................................................14

BAB III KESIMPULAN........................................................................................24

REFERENSI..........................................................................................................25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh

auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang

diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti

yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan

bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang

berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak

pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi

auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam

organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak

adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.

Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasi-

kan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai

klasifikasi bukti auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam

melakukan analsisis dan evaluasi lebih lanjut, sehingga proses pengembangan

temuan audit dapat dilakukan dengan baik berdasarkan unsur-unsurnya.

Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan

catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat

penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus

mengkumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan

dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan

dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA Seksi 339 kertas
kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam

audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Kertas kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk

mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan

simpulan yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan

berfungsi mendukung laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga

KKA harus dijaga mutunya melalui proses review secara berjenjang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Temuan Audit?

2. Bagaimana Bukti Audit?

3. Bagaimana Kertas Kerja Audit?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana Temuan Audit

2. Untuk mengetahui bagaimana Bukti Audit

3. Untuk mengetahui bagaimana Kertas Kerja Audit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEMUAN AUDIT

Temuan audit adalah masalah-masalah yang penting (material) yang

ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk

dikemukakan dan dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena

mempunyai dampak terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja-ekonomi,

efisiensi, dan efektivitas entitas yang diaudit.

1. Cara Pengungkapan Temuan Audit

Memasukkan temuan audit yang negatif maupun positif ke dalam laporan

akan mebuat laporan menjadi seimbang dan objektif. Materi temuan audit yang

seimbang cenderung akan meningkatkan profesionalisme auditor yang

bersangkutan dan hubungan kerja yang sehat antara auditor dan pihak yang

diausit.

2. Komunikasi Temuan Audit

Temuan audit merupakan fakta yang disusun berdasarkan data dari sudut

pandang auditor. Temuan audit ini berfungsi sebagai media antara auditor dan

auditee dalam pemutakhiran informasi dan penjelasan yang diperoleh selama

kegiatan audit berlangsung. Temuan tersebut kemudian dikomunikasikan dan

didiskusikan sehingga terjadi pemutakhiran dan perbaikan data serta informasi

yang akan dimasukkan ke dalam laporan audit.

Temuan audit ini dapat pula digunakan sebagai sarana untuk mengadakan

check and balance antara temuan audit yang diperoleh selama audit dan tujuan

audit yang ditetapkan pada saat perencanaan audit. Komentar auditee harus

3
didapatkan secara tertulis yang setidaknya memuat apakah auditee sependapat

atau tidak dengan temuan yang disampaikan oleh auditor.

3. Ciri-Ciri Temuan Audit Yang Baik

Terdapat tiga ciri temuan audit yang dikategorikan baik yaitu :


a. Temuan audit harus didukung oleh bukti yang memadai

Semua unsur temuan harus didukung oleh bukti yang cukup agar

mempermudah penyusun laporan sekaligus mempermudah penyiapan

rekomendasi untuk mengatasi masalah entitas yang diaudit.

b. Temuan audit harus penting (material)

Penting dan tidaknya suatu temuan diindkasikan apabila pengguna laporan

mengambil tindakan atau kebijakannya berdasarkan informasi yang ada

dalam laporan atau temuan tersebut.

c. Temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria dan sebab-

akibat) Temuan audit harus menguraikan secara jelas kondisi, kriteria, dan

sebab akibat. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai komponen temuan

audit.

1. Kondisi adalah gambaran situasi yang sebenarnya terjadi di lembaga atau

organisasi yang diaudit seperti yang diperoleh pada tahap pemahaman

terhadap entitas yang diaudit

2. Kriteria adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di organisasi yang

diaudit, yang biasanya berupa input serta standar proses kerja dan output.

3. Sebab akibat dimana sebab adalah dengan mengetahui ‘sebab’ suatu

masalah secara jelas, auditor akan lebih mudah membuat rekomendasi

yang tepat untuk

4
mengadakan perbaikan kinerja entitas yang diaudit. Sebab dapat terjadi

diluar entitas audit. Sedangkan untuk mengetahui penting tidaknya yang

diungkapkan, auditor perlu menentukan akibat atau kemungkinan yang

muncul atau timbul. Akibat suatu temuan harus dapat menunjukkan

bahwa suatu tindakan perbaikan harus dilakukan.

4. Penyusunan dan Pengembangan Temuan Audit

Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun temuan audit adalah


sebagai berikut:

1. Kenali fakta atau kondisi secepat mungkin.

2. Tetapkan kriteria yang sesuai bagi entitas

3. Tentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara kondisi dan kriteria
yang menghasilkan temuan audit.
4. Identifikasi dampak yang ditimbulkan oleh temuan audit tersebut.

5. Adakan suatu analisis hubungan antara penyebab, kondisi dan akibat.

Dalam mengembangkan dan penyusunan temuan audit, kuncinya adalah

mengubah kondisi yang berkaitan dan menempatkannya secara tepat dalam suatu

lingkaran sebab akibat yang cukup tegas. Berikut ini beberapa panduan dalam

mengembangkan dan menyusun temuan audit :

1. Menentukan penyebab dengan cara menelusuri beberapa langkah


kebelakang.
2. Menentukan akibat dengan cara menelusuri beberapa langkah ke depan.
3. Pengorganisasian temuan audit secara tepat akan mempermudah
pembuatan rekomendasi yang efektif dan penyusunan laporan hasil
audit.

5
B. BUKTI AUDIT

Bukti Audit adalah informasi yang digunakan oleh Auditor untuk

menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan criteria

yang ditetapkan. Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam

meyakinkan Auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan

prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti Audit mencakup informasi

yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat

diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons atas

pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.

1. Audit Top-Down dan Audit Bottom-Up

Pendekatan Auditor biasanya datang dari dua arah secara simultan. Pada

satu sisi, auditor bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis dan industri yang

dikombinasikan dengan pemahaman atas keunggulan kompetitif klien untuk

mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan. Pada sisi

lain, auditor juga mengaudit pencatatan transaksi-transaksi individual dan

kumpulan dari transaksi-transaksi tersebut. Salah satu tantangan dalam audit ini

adalah menyeimbangkan dua pendekatan yaitu:

a. Bukti Audit Top-Down, yaitu berfokus pada upaya auditor dalam

memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan

manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya

untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran,

proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit

Top-Down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang

6
dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut , dan

kelangsungan hidup entitas.

b. Bukti Audit Bottom-UP, yaitu berfokus pada pengujian secara langsung

atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut

yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti Bottom-UP

meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan

sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-item

dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran

penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

2. Keputusan Penting Tentang Bukti Audit

Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan

penting tentang lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:

1. Sifat Pengujian Audit

Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit

yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat

memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait

dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor. Akhirnya bukti

tersebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan manajemen. Auditor

juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam

kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat memilih

melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman yang diperlukan

dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan

pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan

pertimbangan audit yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut.

7
2. Saat Pengujian Audit

Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta

menarik kesimpulan audit. AU 313.02, Substantive Test Prior to Balance

Sheet Date (SAS 45) menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal

interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang masalah-masalah

signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun

buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihakpihak yang memiliki

hubungan istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit yang meliputi

upaya memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, mengukur

risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantive atas transaksi,

dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

3. Luas pengujian Audit

Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa

banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak

diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang rendah

dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh, seorang

auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun

yang ada dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun

yang ada.

4. Penetapan Staf Audit

Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan

disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuannya. Sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang

sedang diperiksa. (AU 316.27), consideration of fraud in a financial

8
statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi

risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan dengan cara

penugasan personel. Tanggung jawab yang ditetapkan harus disesuaikan

dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yang

ditugaskan sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang

berkaitan dengan tnggung jawab tersebut.

Singkatnya auditor membuat empat pilihan penting yang berkaitan dengan

bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), 2) bilamana akan

memperoleh bukti (saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas),

4) siapa yang akan ditugaskan untuk memperoleh bukti (penetapan staf

audit).

3. Keputusan Bukti Audit

Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan

jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan

keyakinan yangt memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan

serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.

Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah

kedalam empat sub keputusan berikut ini:

a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan

b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu

c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi

d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

9
4. Jenis-jenis Bukti Audit

Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor


dapat

memilihnya dari delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe - tipe atau

jenis - jenis bukti audit. Menurut Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa jenis bahan

bukti yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka mengevaluasi bukti audit,

yaitu :

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang

berwujud, seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti

saham, wesel tagih, aset tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin,

kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa

kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam

pemeriksaan fisik ini indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari

panca indera yang kita miliki.

b. Konfirmasi

Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun

lisan mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang

independen (sebaiknya tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung

disampaikan kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai berikut :

1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.

2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut

3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada


auditor.

Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :

10
a) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk

menjawab baikinformasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.

b) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk

menjawab jikainformasi yang diterimanya tidak akurat.

c. Prosedur Analitis

Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan

- hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan

angka atau data yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat

dilakukan dengan lima cara :

1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun

yang diaudit dengan tahun sebelumnya.

2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan

perusahaan yang diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk

tahun/periode yang sama.

3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan


anggarannya.

4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau

informasi yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.

5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan

data non – keuangan yang ada kaitannya (relationship)

d. Dokumen

Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan,


yaitu :

1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang

dikirimkan langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang

11
merupakan penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang independen di

luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.

2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang

disimpan dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari

penjual, order pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk

menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini,

auditor harus mempertimbangkan apakah dokumen tersebut dapat dengan

mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien.

e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)

Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab

dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang

jelas, boleh ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai

metode pencatatan, proses produksi, proses pembayaran gaji/upah dan

sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati – hati, karena pihak

perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga kemungkinan

memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya

dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh

pihak yang ditanya, sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian

hasil tanya jawab ini mungkin saja dapat diperkuat atau di cek

kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau dokumen dapat dicek

kesesuaiannya dengan tanya jawab.

f. Observasi

Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau

memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian

12
ada 15 personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian

akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi.

Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau

sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah

jadi (work in proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat

bagaimana proses produksi di perusahaan, untuk memastikan tidak adanya

barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di

perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat

menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor

dapat meminta untuk melakukan observasi beroperasinya mesin tersebut. g.

Pengerjaan Kembali

Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu

data atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di

faktur tersebut Rp. 5 juta.

Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang

yang dijual dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian

menguranginya jika ada diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh angka

Rp. 5 juta.

h. Bukti dari spesialis

Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus

dalam bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur,

geologist, ahli teknik dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang

digunakan auditor bukan orang yang mempunyai hubungan dengan klien.

Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak

boleh menerima begitu saja hasil – hasil penemuan spesialis tersebut.

13
5. Data Akuntansi dan Informasi Penguat

Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang

prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan

sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan

terdiri dari data akuntansi yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia

bagi auditor.

Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab dengan

komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal, buku besar,

kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang

mendukung laporan keuangan . dewasa ini data-data tersebut seringkali ada dalam

bentuk data elektronik.

Bukti documenter telah digunakan secara luas dalam auditing dan dapat

dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi yang ada.

Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas dengan

pengesahan atau tanda tangan.

C. KERTAS KERJA

Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan kertas

kerja (working papers) sebagai catatan yang di simpan oleh auditor tentang

prosedur audit yang diterapkan, pengujian ayng dilaksanakan, informasi yang

diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja

memberikan :

14
1. Dukungan utama bagi laporan audit

2. Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit

3. Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS

1. Isi Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari

perencanaan sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiridari:

program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern,

analisis,memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan

salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat

atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak

hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media

yang lain. Kertas kerja berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap “COPY

SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN UNTUK AUDITOR” dan ditanda

tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang ditugaskan manajemen.

Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada kertas kerja audit harus

meliputi aspekaspek berikut:

a. Perencanaan

b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas


sistempengendalian internal

c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yangdibuat


dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor
d. Review atas KKA
e. Pelaporan hasil audit

f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit

15
2. Persyaratan Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian

profesional dari auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten

dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan kertas kerja yang

bermanfaat.Agar bermanfaat, kertas kerja harus

lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:

a. Kertas kerja yang lengkap :

1) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua

informasipenting harus dicantumkan dalam kertas kerja

2) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-

kan bahwa kertas kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya

untukpenyusunan laporan dan reviu hasil audit.

b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan

sehingga bebas dari kesalahan.

c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan

relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data

yang tidak perlu.

d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,

penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.

e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja

diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil

pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit

16
3. Jenis Kertas Kerja

Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis

tersebut meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3)

memoranda audit dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal

penyesuaian dan reklasifikasi.

1. Kertas Kerja Neraca Saldo

Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo

buku besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit),

penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah

diaudit). Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun

sebelumnya akan mempermudah pelaksanaan

proses analitis tertentu.

Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di

dalam audit karena :

1. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-

item yang dilaporkan dalam laporan keuangan

2. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual

3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap

item laporan keuangan

Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan

keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas.

Dalam kasus seperti ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat

skedul kelompok yang menunjukkan akun buku besar apa yang telah

digabungkan untuk item atau pos laporan keuangan ini.

17
2. Skedul dan Analisis

Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas

kerja (working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk

menggambarkan setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung

item-item dalam kertas kerja neraca saldo. Dalam paragraf sebelumnya telah

disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan

pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group schedule)

atau sering juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain

menunjukkan akun masing-masing buku besar yang adat dalam kelompok

tersebut, skedul utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas

kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-

masing akun dalam kelompok tersebut.

Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan komposisi saldo akun

pada tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut kepentingan audit)

seperti yang terdapat pada kertas kerja A-1 pada contoh kertas kerja kas

terintegrasi. Contoh lain berupa sebuah daftar saldo pelanggan yang terdiri

dari saldo akun pengendali piutang usaha serta sebuah daftar investasi yang

terdiri dari saldo akun sekuritas yang dapat diperdagangkan.

3. Memoranda Audit dan Informasi Penguat

Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang

disusun oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-

komentar atas pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1)

lingkup pekerjaan, (2) temuantemuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai

contoh, auditor dapat menulis sebuah memo yang berisikan ikhtisar dari

18
lingkup konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan

audit berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh.

Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk

mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :

1. Salinan risalah rapat dewan direksi

2. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari

luar organisasi

3. Salinan kontrak-kontrak penting

4. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi

Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalah

klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena

itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri atau

bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh

klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal

reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar

dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi

hampir sama dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material

pada ayat jurnal reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu.

Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada awalnya

dirancang sebagai “ayat jurnal yang diusulkan”, karena pertimbangan akhir

yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut mungkin tidak akan

terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat

jurnal yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas kerja. Namun,

apabila klien menolak untuk membuat ayat jurnal penyesuaian dan ayat

19
jrunal reklasifikasi yang dianggap penting oleh auditor, maka auditor akan

melakukan modifikasi seperlunya atas laporan auditor.

5. Menyusun kertas Kerja

Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja

yang baik adalah sebagai berikut ini :

1. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul

deskriptif yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti

“Rekonsilisasi Bank-City Nasional Bank”, serta tanggal neraca atau periode

yang menjadi ruang lingkup audit.

2. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau

nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1,

dan seterusnya.

3. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil

dari kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus

diberi referensi silang.

4. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti

tanda pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan

dalam auditor telah melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana

tanda pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa

informasi tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain

dalam kertas kerja tersebut.

5. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan

masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut

harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini

20
diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review

yang dilaksanakan.

6. Me-review Kertas Kerja

Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam

suatu kantor CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari

penyusun, seperti atasan atau manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan

pada segmen tertentu dalam suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan

review terutama menekankan perhatian pada lingkup pekerjaan yang dilakukan,

bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang tela dicapai oleh

penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan

telah diselesaikan semuanya.

7. Pengarsipan Kertas Kerja

Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai

berikut; (1) file permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent

file) memuat data yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak

perikatan dengan klien di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan

(current file) memuat informasi penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan

program audit tahun berjalan saja.

Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :

 Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien

 Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur

 Struktur organisasi

 Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama

21
 Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi

 Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun,

perjanjian pembagian laba dan bonus

 Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik

 Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien

8. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja

Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi

auditor. Namun hak kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk

pada pembatasanpembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu

sendiri. Peraturan 301, code of professional conduct dari AICPA menentukan

bahwa seorang CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia yang

diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien, kecuali

untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.

Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia

bertanggung jawab untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang

tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk waktu yang tak terbatas.

Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan

selama file tersebut dibuuhkan oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan

untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai

batasan waktu penyimpanan jarang yang melampui waktu enam bulan.

Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien

kepada pihak lain adalah :

a. Jika klien tersebut menginginkannya,.

22
b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika

kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.

c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).

d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat

menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama

akuntan publik. Untuk mereview kepatuhan auditor terhadap standar

auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam

kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain)

tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja

tersebut.

23
BAB III

KESIMPULAN

Auditor harus merencanakan audit dengan memikirkan akhir audit tersebut.

Tujuan audit secara menyeluruh adalah memberikan pendapat atas laporan

keuangan yang dicapai melalui pengumpulan dan mengevaluasi bukti audit. Bab

ini me-review keputusan-keputusan penting yang harus dibuat oleh auditor

berkenaan dengan sifat, saat, serta luasnya prosedur audit maupun penetapan staf

audit. Selain itu, auditor harus dapat menetapkan tujuan audit spesifik dari asersi

laporan keuangan manajemen, karena setiap tujuan audit biasanya memerlukan

bukti dan prosedur audit yang berbeda pula.

Melihat perkembangan perekonomian dunia. Saat ini, ada banyak

perusahaan yang menggunakan bentuk elektronik dalam hal pegolahan setiap data

perusahaan. Maka diharapakn setiap auditor mampu untuk me-review pengaruh

pemrosesan data elektronik pada pertimbangan profesional dalam kaitannya

dengan perencanaan dan pengumpulan bukti

audit.

Setiap prosdur yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh serta evaluasi

auditor atas bukti tersebut harus didokumentasikan dalam program audit dan

kertas kerja yang nantinya aka memberikan dukungan atas laporan auditor serta

sebagai bukti kepatuhan auditor terhadap GAAS.

24
REFERENSI

https://www.academia.edu/17733094/TEMUAN_AUDIT

Arens. Alvin A, Elder. Randal j, Auditing dan jasa assurance, 2006, Erlangga,

Jakarta http://triyatmoko.wordpress.com/2009/02/24/bukti-audit-tujuan-audit-

program-audit-dankertas-kerja-audit/

http://rezekiamalia.blogspot.com/2012/06/makalah-bukti-audit-dan-kertas-

kerja.html

25

Anda mungkin juga menyukai