Anda di halaman 1dari 21

SEMINAR AKUNTANSI

MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT)

DISUSUN OLEH :
Yassa Bianda N (01031381621171)
Zainab (01031381621192)
Tri Wahyuni (01031381621196)
Ratna Marisa (01031381621200)

DOSEN PEMBIMBING:
Hj. Rochmawati Daud, SE., M.Si., Ak.
DR. Tertianto Wahyudi, SE., MAFis., Ak.
DR. E. Yusnaini, SE., M. Si., Ak.
DR. HJ. Relasari., SE. M.Si., Ak.

KELAS C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Manajemen Laba (Earnings Management)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Seminar Akuntansi, Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Seminar akuntansi yang telah memberi arahan dan
ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan terima kasih
kepada pihak-pihak lain yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi
maupun tulisan. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berguna
untuk memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah
berkenan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas.Semoga makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan pembaca.Amin.

Palembang, 12 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1


1.1.Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................4


2.1. Perspektif Manajemen Laba. ...............................................................................4
2.2. Cara Manajer Melakukan Manajemen Laba .......................................................9
2.3 Teknik Manajemen Laba ......................................................................................10
2.4. Pendeteksian Manajemen Laba ...........................................................................10
2.5. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan ..............................................................11
2.6. Perbandingan Manajemen Laba Riil dan Manajemen Laba Akrual ...................12
2.7. Manajemen Laba Terhadap Good Coorporate Governance ................................13
2.8. Pandangan Akuntansi Terhadap Manajemen Laba .............................................13

BAB III PENUTUP ..................................................................................................17


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang
mendapatkan perhatian utama dari investor dan kreditor karena mereka
menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Laba yang
berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
yaitu memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan
komparabilitas/konsistensi. Selain itu, laba berkualitas adalah laba yang dapat
digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham.
Kualitas laba yang rendah dapat mengakibatkan para pemakai laporan
keuangan melakukan kesalahan dalam pembuatan keputusan sehingga
nilai perusahaan akan berkurang.Salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan terutama
pengaruhnya terhadap tingkat laba adalah melalui manajemen laba
(earningss management) yang diharapkan dapat meningkatkan nilai
perusahaan pada saat tertentu. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer
tersebut timbul karena adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan
antara pemilik ataupemegang saham (principal) dengan pengelola atau
manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal di antara mereka
karena manajemen memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak daripada
pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi (information
asymmetric) yang memungkinkan atau memberikan kesempatan kepada
manajemen melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada laba untuk
mencapai suatu kinerja tertentu. Konflikkeagenan yang mengakibatkan adanya
tindakan oportunistik manajemen sehingga laba yang dilaporkan bersifat semu,
akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang di masa yang akan datang.

1
Manajemen laba (Earnings Management) walaupun sering dan sudah
sangat banyak diterapkan oleh perusahaan, bukan merupakan kegiatan yang
baik bagi perusahaan karena apabila manajemen laba tersebut terdeteksi
oleh pihak lain, maka hal ini akanmerusak / mengurangi nilai perusahaan untuk
jangka waktu yang cukup panjang yang dikarenakan oleh para principal telah
kehilangan kepercayaan mereka terhadap perusahaan atau kepada agent.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditentukan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Perspektif Manajemen Laba ?
2. Bagaimana Cara Manajer Melakukan Manajemen Laba ?
3. Apa saja Teknik Manajemen Laba ?
4. Bagaimana cara melakukan Pendeteksian Manajemen Laba ?
5. Apa itu Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan ?
6. Bagaimana Perbandingan Manajemen Laba Riil dan Manajemen Laba
Akrual?
7. Bagaimana pandangan Manajemen Laba Terhadap Good Coorporate
Governance ?
8. Bagaimana Pandangan Akuntansi Terhadap Manajemen Laba ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Perspektif Manajemen Laba.
2. Untuk Mengetahui Cara Manajer Melakukan Manajemen Laba.
3. Untuk Mengetahui Teknik Manajemen Laba.
4. Untuk Mengetahui Cara Pendeteksian Manajemen Laba.
5. Untuk Mengetahui Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan.

2
6. Untuk Mengetahui Perbandingan Manajemen Laba Riil dan Manajemen
Laba Akrual.
7. Untuk Mengetahui Pandangan Manajemen Laba Terhadap Good
Coorporate Governance.
8. Untuk Mengetahui Pandangan Akuntansi Terhadap Manajemen Laba.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perspektif Manajemen Laba


Permasalahn serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan
keuangan selama beberapa dekade terakhir ini adalah manajemen laba.
Alasannya, pertama, manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya
perusahaan yang dipraktikkan semua perusahaan di dunia. Sebab aktivitas ini
tidak hanya di negara-negara dengan sistem bisnis yang belum tertata, seperti
halnya Amerika Serikat.
Kedua, sebab dan akibat yang diakibat yang ditimbulkan aktivitas
rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun
juga tatanan etika dan moral.
Secara makro, manajemen laba telah membuat dunia usaha seolah
berusaha menjadi sarang pelaku korupsu, kolusi, dan berbagai penyelewengan
lain yang merugikan publik. Publik menganggap apa yang diinformasikan
dunia usaha hanya merupakan akal-akalan pelakunya untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi dan kelompok tertentu tanpa memperhatikan kepentingan
pihak lain. Tidak aneh jika pada akhir dasawarsa 1980-an kasus creative
accounting menjadi perhatian publik di Inggris.
Demikian dengan kasus-kasus kecurangan korporasi di Indonesia yang
terbukti menjadi salah satu penyebab runtuhnya perekonomian negara ini atau
skandal keuangan Enron, Worldcom, dan Xerox yang menyebabkan publik
Amerika Serikat meragukan integritas dan kredibilitas para pelaku dunia
usaha. Skandal ini bahkan tidak hanya membuat perusahaan yang
melakukannya mengalami kebangkrutan namun juga mengakibatkan para
pelakunya diserer ke pengadilan sebagai pelaku kejahatan ekonomi.

2.1.1. Perspektif Dasar

4
Secara umum para praktisi, yaitu pelaku ekonomi, pemerintah,
asosiasi profesi dan regulator lainnya, berargumen bahwa pada
dasarnya manajemen laba merupakan perilaku oportunis seorang
manajer untuk mempermainkan angka-angka dalam laporan keuangan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Perbuatan ini
dikategorikan sebagai kecurangan karena secara sadar dilakukan
manajer perusahaan agar stakeholder yang ingin mengetahui kondisi
ekonomi perusahaan tertipu karena memperoleh informasi palsu.
Perbuatan ini dialkukan manajer dengan memanfaatkan
kelemahan pihak lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang
memadai untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan. Selain
itu perbuatan ini sebenarnya juga merupakan upaya manajer untuk
memaksimalkan kesejahteraan dan kepentingan pribadi. Akibatnya,
Stakeholder kehilangan kesempatan untuk memperoleh return dari
hubbungan ekonomi yang dijalinnya dengan perusahaan bersangkutan.
Sementara para akademisi, termasuk peneliti, berargumen
bahwa pada dasarnya manajemen laba merupakan dampak dari
kebebasan seorang manajer untuk memilih dan menggunakan metode
akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun informasi dalam
laporan keuangan. Hal ini disebabkan ada beragam metode dan
prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi
berterima umum (generally accepted accounting principles).
Perbedaan pemahaman terhadap manajemen laba, mendorong
berkembangnya model empiris yang digunakan untuk
mengidentifikasi aktivitas rekayasa manajerial. Secara umum ada tiga
model kelompok model empiris manajemen laba yang dikalsifikasikan
atas dasar basis pengukuran yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

5
a. Model berbasis akrual agregat (aggregate accruals) merupakan
model yang menggunakan discretionary accruals sebagai proksi
manajemen laba.
b. Model yang berbasis specific accrual (Akrual khusus), yaitu
pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen
laba menggunakan item laporan keuangan tertentu dari industri
tertentu pula.
c. Model distribution of earningss (Distribusi Laba)

MODEL EMPIRIS MANAJEMEN LABA

6
2.1.2. Perspektif Informasi
Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyatakan
bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk
mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan
di masa depan. Upaya mempengaruhi informasi dapat dilakukan
dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan, dan
mengubah berbagi metode dan prosedur akuntansi yang ada.
Upaya mempengaruhi informasi ini dilakukan dengan
memnfaatkan kebebasan untuk memilih, menggunakan, dan mengubah
berbagai metode akuntansi untuk satu komponen tertentu. Mengubah
metode yang dipakai berarti mengubah nilai seperti yang dikehendaki
orang itu. Oleh sebab itu, manajemen laba dapat dikatakan permainan
akuntansi. Apalagi jika melihat bahwa rekayasa ini merupakan upaya
untuk menyembunyikan dan mengubah informasi dengan
mempermainkan besar kecilnya angka-angka komponen laporan
keuangan yang dilakukan ketika mencatat dan menyusun informasi
tersebut.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar laporan keuangan
dapat diakui dan diterima serta merupakan informasi yang berkualitas,
antara lain sbb:
a. Informasi yang relevan
b. Informasi yang netral
c. Informasi yang lengkap

2.1.3. Perspektif Oportunis


Perspektif oportunitis merupakan pandangan yang menyatakan
bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer untuk

7
mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena
menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.
Laporan keuangan merupakan media yang dipakai perusahaan
untuk menginformasikan apa yang telah dilakukan dan dialami
perusahaan selama satu periode tertentu. Laporan keuangan juga
dipergunakan untuk menginformasikan hasil yang diperoleh dari
seluruh aktivitas perusahaan selama satu periode itu. Selain itu laporan
keuangan pun dipergunakan untuk menginformasikan kondisi
perusahaan pada saat tertentu sebagai akibat dari apa yang dilakukan
dan dialami.
Perilaku oportunis mengimplikasikan upaya manajer dalam
mentransfer kemakmuran pemilik perusahaan kepada dirinya sendiri.
Atas dasar pemikiran tersebut, manajemen laba dinilai sebagai cermin
perilaku oportunis seorang manajer dalam mempercantuk laporan
keuangannya, yaitu melaporkan laba atau kinerja sesuai dengan
kepentingan yang dicapainya. Dalam beberapa kasus, perilaku
oportunis membuat seseorang terpaksa harus menanggung biaya
agensi, yaitu kehilangan kesempatan untuk memperoleh kekayaan,
menderita kerugian, atau kehilangan kekayaannya.
Perilaku oportunis ini telah menyebabkan kekayaan perusahaan
tidak dialokasi dengan tepat. Oemilik tidak memperoleh return sesuai
dengan besarnya modal yang ditanamkannya. Calon investor keliru
dalam memilih perusahaan yang dapat memberikan return atas
investasinya itu. Kreditur keliru dalam menilai kemampuan
perusahaan sehingga dana yang dipinjamkannya terancam tidak
dikembalikan. Supplier keliru menilai kelayakan perusahaan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh return dari barang yang
dikirimkannya, bahkan juga bisa kehilangan barang-barang yang telah
diserahlan kepada perusahaan itu. Regulator keliru dalam menilai

8
kesehatan perusahaan sehingga membuat kebijakan yang tidak tepat
untuk perusahaan bersangkutan. Pemerintah pun tidak memperoleh
hak yang seharusnya diterima dalam bentuk pajak sebagimana
mestinya. Peilaku oportunis yang tercermin dari manajemen laba ini
hanay membuat sebagian besar kekayaan perusahaan dialokasikan dan
diterima manajer sendiri. Bahkan dalam beberapa kasus, seluruh
kekayaan perusahaan dialokasikan dan diterima manajer itu sendiri.

2.2. Cara Manajer Melakukan Manajemen Laba


Terdapat empat cara agar manajer dapat melakukan
manajemen laba ,antara lain:
1.Mengakui dan mencatat pendapatan lebih cepat satu atau lebih dari satu
periode. Hal ini mengakibatkan pendapatan menjadi lebih besar dari
yang sebenarnya sehingga mengakibatkan kinerja perusahaan seolah –olah
lebih bagus daripada yang sesungguhnya. Hal ini akan mengakibatkan
pendapatan perusahaan pada periode berikutnya menjadi lebih rendah
daripada pendapatan sesungguhnya.
2.Mencatat pendapatan palsu pada laporan keuangan Manajer mencatat
pendapatan yang tidak pernah ada sehingga pendapatan tidak akan pernah
terealisasi seperti piutang yang pelunasannya tidak akan pernah
diterima. Hal ini mengakibatkan pendapatan menjadi lebih besar daripada
yang sesungguhnya.
3.Mengakui dan mencatat biaya lebih cepat atau lebih lambat dari
yang seharusnya. Ketika mengakui biaya lebih cepat maka akan membuat
biaya perioda berjalan menjadi lebih baik daripada yang seharusnya,
begitu juga ketika mengakui biaya lebih lambat maka akan membuat
biaya perioda berjalan menjadi lebih buruk daripada yang seharusnya.
4. Tidak mengungkapkan semua kewajiban perusahaan Manajer
menyembunyikan seluruh atau sebagian kewajibannya.

9
2.3. Teknik Manajemen Laba
Tiga teknik manajemen laba, adalah sebagai berikut :
1.Meningkatkan Laba
Dengan meningkatkan laba pada perioda yang dijalankan maka
diharapkan perusahaan akan dipandang baik oleh stakeholder.
2.Big Path
Big Path adalah teknik penghapusan laba sebanyak mungkin
dalam satu periode. Biasanya periode yang dipilih adalah periode yang
memiliki kinerja yang buruk atau terjadi kejadian yang tidak biasa di
dalam perusahaan seperti perubahan manajemen dan restrukturisasi.
3.Perataan Laba
Manajer meningkatkan dan menurunkan laba untuk mengurangi
fluktuasi. Laba yang tidak dilaporkan akan dijadikan cadangan laba dan
akan dilaporkan ketika laba periode perusahaan dalam keadaan buruk.

2.4. Pendeteksian Manajemen Laba


Menurut Sulistyanto & Wibisono (2003), pendeteksian manajemen
laba dapat dilakukan dengan menggunakan metode discretionary accrual.
Discretionary accrual adalah kebijakan akuntansi dengan memberikan
keleluasaan manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual dengan
fleksibel, sehingga dengan demikian akan memberikan peluang kepada
manajer untuk memperbaiki profit laba. Ada pula yang disebut dengan
non-discretionary accrual, yaitu pengakuan laba akrual sesuai dengan
akuntansi yang berlaku umum.Discretionary accrual menjelaskan perbedaan
akrual pada perioda yang diuji dengan standarisasi dengan penjualan pada
perioda yang diuji dan totak akrual perioda dasar (Gumanti, 2001).
Berikut adalah rumus discretionary accrual menurut Gumanti (2001):

10
Bila manajemen berusaha meningkatkan keuntungan maka nilai DAC
adalah positif. Begitu juga sebaliknya, bila manajemen tidak berusaha
meningkatkan keuntungan maka nilai DAC adalah negatif. Total akrual adalah
selisih antara laba bersih operasi dengan aliran kas dari aktivitas operasi
(Gumanti, 2001). Berikut adalah rumus total akrual menurut Gumanti
(2001):

2.5. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan


Manajemen laba sebagai suatu tindakan untuk memilih kebijakan
akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan
kesejahteraan atau nilai perusahaan. Praktik manajemen laba adalah tindakan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang
dilaporkan sehingga dapat memberikan informasi mengenai kentungan
ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami oleh perusahaan. Perusahaan
yang melakukan manajemen laba akan mengungkapkan lebih sedikit

11
informasi dalam laporan keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi.
tetapi jika manajemen laba dilakukan untuk tujuan mengkomunikasikan
informasi dan meningkatkan nilai perusahaan, maka hal tersebut merupakan
hal yang positif.
Tindakan manajemen untuk melakukan manajemen laba adalah
dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan atau nilai dari perusahaan
dengan cara mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen yang
menyebabkan kualitas dari laba yang dilaporkan menjadi rendah, akan tetapi
jika manajemen memberikan banyak informasi kepada para pemegang saham
maka akan meningkatkan nilai perusahaan secara positif.

2.6. Perbandingan Manajemen Laba Riil dan Manajemen Laba Akrual


Manajemen laba dapat dilakukan dengan manajemen laba
akrual murni dan manajemen laba riil. Manajemen laba akrual
dilakukan pada akhir perioda ketika manajer mengetahui laba sebelum
direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang
dibutuhkan untuk mencapai target laba. Manajemen laba riil merupakan
manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas sehari-hari
selama perioda akuntansi. Kegiatan manajemen laba riil dimulai dari praktek
operasional normal yang dimotivasi oleh manajer yang memiliki
keinginan untuk menipu dan menyesatkan pemangku kepentingan yang
ingin mengetahui kondisi dan kinerja perusahaan. Manajemen laba riil
dapat terjadi sepanjang perioda akuntansi berjalan melalui kegiatan
sehari-hari prusahaan tanpa harus menunggu akhir perioda, sehingga
memudahkan manajer untuk mencapai target laba yang diinginkan.
Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen laba riil antara
lain manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya
diskresioner. Manajemen laba akrual dapat terjadi karena manajer
cenderung memilih kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan

12
pada manajemen untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan
memberi pengaruh pada pendapatan yang akan dilaporkan. Manajemen
laba akrual dapat diukur menggunakan discretionary accruals modified
Jones model. Penghitungan atas akrual abnormal ini diawali dengan
perhitungan total akrual. Total akrual didapatkan dari selisih antara laba
dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi.Total akrual dapat dibedakan
menjadi normal accrual, yaitu bagian akrual yang memang sewajarnya ada
dalam proses penyusunan laporan keuangan, dan discretionary accruals,
yaitu bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi.

2.7. Manajemen Laba Terhadap Good Coorporate Governance


Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance
diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi
semua pengguna laporan keuangan. Mekanisme monitoring yang digunakan
untuk menyelaraskan berbagai kepentingan dapat dilakukan melalui peran
monitoring dewan komisaris independen, komite audit independen, dan
kepemilikan manajerial. Monitoring GCG ini diharapkan mampu mengurangi
tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan.

2.8. Pandangan Akuntansi Terhadap Manajemen Laba


Pandangan tentang baik atau buruknya manajemen laba masih
menjadi perdebatan dan persoalan yang rumit. Menilai baik atau buruknya
manajemen laba tergantung pada teknik yang digunakan dalam melakukan
manajemen laba serta motivasi dan tujuan dilakukannya manajemen laba
tersebut. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat
terjadi secara legal maupun tidak legal. Praktik legal dalam manajemen

13
laba berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba dengan tidak
bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam Standar Akuntansi,
yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi
akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser
perioda pendapatan atau biaya. Adapun manajemen laba yang dilakukan
secara illegal (financial fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak
diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan, yaitu dengan cara
melaporkan transaksi - transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan
cara menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak
melaporkan sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada
tingkat tertentu yang dikehendaki.
Manajemen laba merupakan suatu hal yang kontroversial bagi
dunia bisnis dan dunia akuntansi. Persoalan dalam praktik manajemen
laba dimulai ketika manajemen laba tersebut membawa pengaruh negatif dan
cenderung menyesatkan informasi dalam pelaporan keuangannya. Hal
tersebut menyebabkan adanya suatu pelanggaran terhadap kepercayaan
masyarakat mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan yang melakukan
pelaporan. Dalam laporan keuangan, manajemen laba dapat menambah bias
dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai
angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Manajemen mempunyai informasi asimetri yang lebih didalam lingkup
internal perusahaan sehingga membuat manajemen memiliki banyak
kesempatan dalam mengelola informasi. Manajer juga dapat dengan
leluasa memilih metode yang dapat disesuaikan dengan kebijakan yang
lebih menguntungkan manajemen bahkan selain itu dapat juga cenderung
mendorong kearah ilegal. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa praktik
manajemen laba sebenarnya merupakan hal yang melanggar etika bisnis
dalam jajaran manajemen. Praktik manajemen laba diperbolehkan
selamadilakukan secara legal dan tidak bertentangan dengan aturan Standar

14
Akuntansi Keuangan, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk
membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan
menggeser perioda pendapatan atau biaya. Namun hal ini banyak menuai
kontroversi dan mengundang berbagai pendapat dari berbagai kalangan
(akuntan publik, akuntan pendidik, penasihat investasi, akuntan
manajemen, analis kredit) terkait dengan etika profesi akuntansi serta
moral diperbolehkannya manajemen laba atau tidak terhadap manajemen laba.
Dari sisi akuntan publik dapat dilihat bahwa praktik manajemen laba
merupakan sesuatu yang melanggar etika bagi akuntan karena akuntan tidak
hanya semata-mata ahli dan mampu dalam memberikan pendapat dan solusi
kebijakan yang berlandaskan Standar Akuntansi Keuangan kepada
manajemen akan tetapi harus tetap melindungi kepentingan publik.
Banyak pihak berpendapat bahwa sepanjang manajemen laba dilakukan tanpa
melanggar Standar Akuntansi Keuangan, praktik manajemen laba adalah
sah. Manajemen perusahaan tidak dapatdisalahkan, karena manajemen
laba dengan cara tersebut bukanlah perbuatan curang. Manajemen laba akan
berubah menjadi perbuatan curang jika ada kesengajaan manajer
melanggar standar akuntansi, misalnya dalam bentuk manipulasi data,
perhitungan, dan pelaporan. Manajemen laba melalui manajemen akrual
pada dasarnya akan hanya mempengaruhi angka laba di atas kertas dengan
memanfaatkan aturan akuntansi yang fleksibel. Praktik manajemen laba
hanyalah upaya mempermainkan angka laba di atas kertas, dan tidak
menimbulkan kerugian materi bagi siapa pun.Permainan angka laba di atas
kertas ini dilakukan oleh manajemen dengan memanfaatkan fleksibilitas
standar akuntansi yang tersedia. Hal ini dimungkinkan karena standar
akuntansi cukup memberikan peluang kepada manajer untuk mencatat
fakta tertentu dengan cara yang berbeda, serta peluang untuk
menggunakan subjektivitas dalam melakukan estimasi akuntansi. Namun,
meski demikian banyak kalangan tidak sependapat bahwa manajemen

15
laba merupakan sesuatu yang wajar dan diperbolehkan sepanjang tidak
menyalahi aturan Standar Akuntansi Keuangan. Mereka berpendapat
bahwa praktik manajemen laba merupakan perilaku yang berimplikasi
pada hilangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias
informasi dalam laporan keuangan, sehingga mengganggu pengguna
laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut
sebagai angka laba tanpa rekayasa dan ini merupakan hal yang tidak dapat
diterima. Disamping itu manajemen laba juga tidak sesuai dengan
karakteristik kualitas laporan keuangan dalam hal keandalan dan netralitas.
Dimana laporan keuangan itu harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal apabilabebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan dan dalam kaitannya
dengan netralitas, dimana informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum
pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu,
tidak boleh adanya usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, karena hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan. Di sisi lain meskipun tidak
ada pihak yang merasa dirugikan secara langsung namun dari aspek hukum,
praktik manajemen laba dapat mencurangi kepentingan pihak lain dengan
melakukan pilihan-pilihan akuntansi secara sistematis dan yang terpenting
adalah niat serta motivasi dari tindakan manajemen laba didasari atas
kepentingan pribadi atau golongan dalam rangka memperoleh manfaat lebih
cepat dan menunda pemberian manfaat bagi yang lain. Praktik manajemen
laba dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak stakeholder dan juga bisa
menurunkan kualitas dari informasi akuntansi yang disampaikan dalam
laporan keuangan karena tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mekanisma monitoring GCG (good corporate governance)
diharapkan mampu mengurangi praktik manajemen laba. Manajemen laba
memiliki dua sisi, apabila dilakukan dengan tujuan yang tidak sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan dan menyesatkan para pengguna
laporannya, maka dapat digolongkan sebagai fraud, dan sebaliknya.
Pergeseran SAK menjadi IFRS awalnya diharapkan mampu mengurangi
praktik manajemen laba, tetapi pada pelaksanaannya, pergeseran tersebut
tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi praktik
manajemen laba. Praktik manajemen laba diperbolehkan selama dilakukan
secara legal serta tidak bertentangan dengan aturan SAK dan ketika
manajemen laba dilakukan, untuk jangka pendek dapat memperlihatkan
kinerja perusahaan dengan baik namun secara potensial akan menurunkan
nilai perusahaan pada janga panjang di mata investor apabila terdeteksi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sulyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta, Grasindo.

H, El. Manajemen Laba. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019.


https://www.4shared.com/office/apDzFo68gm/Materi_Manajemen_Laba_Lengk
ap_.html,

18

Anda mungkin juga menyukai