Anda di halaman 1dari 47

32

PENERAPAN PENGUKURAN KINERJA INSPEKTORAT


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BERBASIS
BALANCED SCORECARD

RISNA JAYANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Pengukuran


Kinerja Inspektorat Badan Koordinasi Penanaman Modal Berbasis Balanced
Scorecard adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016

Risna Jayanti
NIM H24120021
4

ABSTRAK
RISNA JAYANTI. Penerapan Pengukuran Kinerja Inspektorat Badan Koordinasi
Penanaman Modal Berbasis Balanced Scorecard. Dibimbing oleh HJ SITI
RAHMAWATI.

Inspektorat merupakan salah satu unit kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM). Inspektorat dalam upaya mewujudkan peningkatan akuntabilitas dan kinerja
instansi, masih menggunakan pengukuran kinerja secara sederhana belum mencakup
seluruh aspek yang berada di unit Inspektorat. Berdasarkan hal tersebut perlu dibuat
rancangan pengukuran kinerja Inspektorat BKPM berbasis balanced scorecard secara
komprehensif menggambarkan aspek finansial dan nonfinansial. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis penyelarasan unit organisasi pada Inspektorat BKPM, membuat
rancangan strategi pengukuran kinerja Inspektorat dengan metode BSC, membuat
rancangan peta strategi menggunakan pendekatan BSC, dan mengukur kinerja Inspektorat
BKPM tahun 2015 dengan pendekatan BSC. Metode pengambilan sampel penelitian ini
adalah metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Metode
pengolahan dan analisis data menggunakan metode perbandingan berpasangan dan
pendekatan balanced scorecard. Hasil penelitian ini adalah pengukuran kinerja
Inspektorat menunjukan kinerja yang baik, namun masih ada beberapa indikator kinerja
utama yang nilainya masih rendah.

Kata kunci: balanced scorecard, inspektorat, instansi pemerintah, pengukuran kinerja

ABSTRACT

RISNA JAYANTI. Application Performance Measurement Inspectorate of


Investment Coordination Board-Based Balanced Scorecard. Supervised by HJ SITI
RAHMAWATI.

The Inspectorate is one work unit of Investment Coordinating Board.


Inspectorates in the effort of realizing improved accountability and performance
agencies, still using performance measurement in a simple yet covers all aspects
that are in the unit of the Inspectorate. These things need to be made based on the
draft performance measurement balanced scorecard based BKPM Inspectorate
comprehensively describe aspects of financial and nonfinancial. The purpose of
this research are to analyze the alignment of organizational unit at the Inspectorate
of BKPM, draft performance measurement strategy the Inspectorate with the BSC
method, make the draft map strategy using the BSC approach, and measure the
performance of the Inspectorate of BKPM 2015 with the BSC approach. Sampling
method of this research is the nonprobability sampling method with purposive
sampling technique. Processing method and data analysis using the method of
paired comparisons and the balanced scorecard approach. The results of this
research is the Inspectorate performance measurement showed a good
performance, but there are still some major performance indicators which value
are still low.

Keywords: balanced scorecard, governmental agencies, inspectorate, performance


measurement
5

PENERAPAN PENGUKURAN KINERJA INSPEKTORAT


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BERBASIS
BALANCED SCORECARD

RISNA JAYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
6
8

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah
Pengukuran Kinerja Unit Organisasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Hj Siti Rahmawati, MPd
selaku pembimbing. Penghargaan disampaikan kepada Bapak Zaenal Mutaqin,
Bapak Kenny Daryat Nanang, Bapak Suradi, Ibu Khusnul Khotimah dan Bapak
Slamet Purwo Santoso beserta seluruh pihak dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Risna Jayanti
9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
METODE 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Lokasi dan Waktu Penelitian 8
Jenis dan Sumber Data Penelitian 8
Metode Pengambilan Sampel 8
Metode Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum 10
Alignment (Keselarasan) 10
Rancangan Strategi Pengukuran Kinerja Inspektorat BKPM dengan
Balanced Scorecard 13
Peta Strategi 17
Hasil Pengukuran Kinerja Inspektorat BKPM dengan Pendekatan Balanced
Scorecard 19
Inisiatif Strategi Setiap Perspektif BSC Inspektorat BKPM 23
Implikasi Manajerial 25
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 33
10

DAFTAR TABEL

1 Capaian kinerja 1
2 Penelitian terdahulu 5
3 Skala pembobotan 9
4 Kerangka pengukuran kinerja 9
5 Ukuran kinerja pencapaian startegi BSC Inspektorat BKPM 14
6 Kartu skor process perspective 15
7 Kartu skor people perspective 16
8 Kartu skor customer perspective 17
9 Kartu skor financial perspective 17
10 Hasil pengukuran kinerja process perspektive 19
11 Hasil pengukuran kinerja people perspective 20
12 Hasil pengukuran kinerja customer perspective 21
13 Hasil pengukuran kinerja financial perspective 22
14 Hasil kinerja Inspektorat 23
15 Inisiatif strategi process perspective 24
16 Inisiatif strategi people perspective 24
17 Inisiatif strategi customer perspective 25
18 Inisiatif strategi financial perspective 25
19 Improvement strategic dan sustainable development strategic 26

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 7


2 Bagan struktur organisasi Inspektorat 10
3 Alignment visi Inspektorat ke misi Inspektorat 11
4 Alignment misi Inspektorat ke tujuan Inspektorat 12
5 Alignment tujuan Inspektorat ke sasaran Inspektorat 12
6 Alignment sasaran Inspektorat ke IKU Inspektorat 13
7 Peta strategi Inspektorat 18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat Keterangan Penelitian 31
2 Pengukuran kinerja Inspektorat Badan Koordinasi Penanaman Modal 32
32

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Inspektorat merupakan salah satu unit kerja yang berada di lingkungan


Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada level eselon II. Sebagai
aparat pengawas intern pemerintah, Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan tugas ataupun kegiatan yang berada
di lingkungan BKPM. BKPM merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang
mempunyai tugas sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah,
serta bertanggung jawab dalam mendorong peningkatan investasi langsung, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri melalui penciptaan iklim investasi yang
kondusif.
Inspektorat BKPM mempunyai fungsi melakukan perumusan kebijakan
fungsional, melaksanakan pengawasan kinerja dan keuangan di lingkup BKPM,
pengawasan untuk tujuan tertentu sesuai dengan petunjuk kepala BKPM dan
mengurusi administrasi Inspektorat yang akhirnya adalah penyusunan laporan
hasil pengawasan (LHP). Hasil atas pelaksanaan tugas, fungsi dan peran
Inspektorat terangkum dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan (LAKIP) Inspektorat sebagai dokumen pengukuran kinerja.

Tabel 1 Capaian kinerja


No Indikator kinerja utama Capaian kinerja Kategori
Satuan Target Realisasi %
1 Opini Badan Pemeriksa LHP BPK WTP WTP 100 Sangat
Keuangan (BPK) RI baik

2 Kategori Laporan LHE B+ B+ 100 Sangat


Akuntabilitas Kinerja Instansi Menpan baik
Pemerintah (LAKIP) RB

3 Jumlah laporan hasil LHP 47 47 100 Sangat


pengawasan/pemeriksaan Inspektorat baik
(LHP)

4 Jumlah unit kerja yang Satuan 7 7 100 Sangat


akuntabilitasnya baik kerja baik

Sumber: LAKIP Inspektorat (2015)

Tabel 1 menunjukkan capaian kinerja Inspektorat ke dalam setiap indikator


kinerja utama. Hasil gambaran capaian kinerja menjadi faktor penilaian unit kerja
bagi organisasi. Inspektorat sangat membutuhkan pengukuran kinerja yang tepat
yang dapat memperlihatkan akuntabilitas dari hasil pengukuran kinerja unit.
Untuk mendukung mewujudkan hal tersebut, indikator kinerja utama harus
menggambarkan aspek finansial dan nonfinansial dalam perspektif balanced
scorecard.
Menurut Kaplan dan Norton (2000) balanced Scorecard (BSC) merupakan
sistem pengukuran kinerja yang menyertakan berbagai ukuran finansial dan
nonfinansial dalam mengelola strategi jangka panjang yang kemudian
2

ditransformasikan menjadi sebuah sistem manajemen strategi. Penyelarasan


organisasi dilakukan untuk mengidentifikasi organisasi dengan melakukan
alignment/penyelarasan visi ke misi, misi ke tujuan, tujuan ke sasaran, hingga
sasaran ke indikator kinerja utama. Menurut Mulyadi (2007) penerapan metode
BSC mempunyai keunggulan yang terdapat dalam dua aspek yaitu: 1)
meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan yang memiliki karakteristik
seperti komprehensif, koheren, berimbang dan terukur, 2) meningkatkan kualitas
pengelolaan kinerja personel dalam memanfaatkan berbagai sumber daya dalam
mewujudkan visi organisasi melalui misi pilihan.
Badan Koordinasi Penanaman Modal telah melakukan pengukuran kinerja
dengan menggunakan BSC yang tercantum dalam Surat Keputusan Sekretaris
Utama BKPM Nomor 40 tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja BKPM, namun
khususnya untuk unit kerja Inspektorat belum melakukan perancangan maupun
pengukuran kinerja menggunakan metode BSC. Inspektorat sebagai unit kerja
yang bertanggung jawab dalam proses pengukuran kinerja instansi maupun unit
kerja Inspektorat sendiri, maka Inspektorat memerlukan metode BSC untuk
mendukung penyempurnaan pengelolaan kinerja BKPM.

Perumusan Masalah

Dalam upaya mewujudkan good governance dan clean governance, setiap


instansi pemerintahan diwajibkan untuk meningkatkan akuntabilitas dan kinerja
instansi. Hal tersebut menjadi dasar penetapan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggung jawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah. Pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintahan merupakan hasil dari pengukuran kinerja yang telah dilakukan dan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki instansi pemerintah dalam
pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.
Pengukuran kinerja secara sederhana yang dilakukan oleh Inspektorat
BKPM dengan mengukur beberapa hal seperti opini BPK, kategori LAKIP,
jumlah LHP, dan jumlah unit kerja yang akuntabilitasnya baik, dinilai belum
cukup untuk menentukan faktor keberhasilan dan ukuran-ukuran yang
menggambarkan hasil capaian kinerja unit secara menyeluruh. Pelaporan
akuntabilitas kinerja instansi memerlukan metode handal dalam mengukur kinerja
instansi. Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik harus dapat
menjelaskan kinerja organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitastif
(Fitriyani, 2014). Balanced scorecard adalah salah satu metode pengukuran
kinerja yang komprehensif dalam mewujudkan kinerja yang mencakup aspek
finansial dan nonfinansial. Metode balanced scorecard memberikan
keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil yang
diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut (Kaplan dan
Norton, 2000).
3

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keselarasan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator kinerja utama
pada Inspektorat BKPM?
2. Bagaimana rancangan strategi pengukuran kinerja dengan metode BSC pada
Inspektorat BKPM?
3. Bagaimana rancangan peta strategi yang sesuai dengan kondisi Inspektorat
BKPM menggunakan pendekatan BSC?
4. Bagaimana hasil pengukuran kinerja Inspektorat BKPM tahun 2015 dengan
pendekatan BSC?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis keselarasan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator kinerja utama
pada Inspektorat BKPM;
2. Membuat rancangan strategi pengukuran kinerja Inspektorat dengan metode
BSC;
3. Membuat rancangan peta strategi menggunakan pendekatan BSC;
4. Mengukur kinerja Inspektorat BKPM tahun 2015 dengan pendekatan BSC.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, sebagai beriku:


1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi serta
sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan topik terkait dengan
balanced scorecard.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan memberikan
informasi mengenai pengukuran kinerja bagi Inspektorat BKPM.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian memfokuskan pada rancangan pengukuran kinerja, penyusunan


peta strategi dan pengukuran kinerja tahun 2015. Metode menggunakan balanced
scorecard. Objek penelitian ini adalah Inspektorat BKPM.

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Strategi

Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk


merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya (David,
2004). Menurut Wheelen dan Hunger (2003) manajemen strategi adalah
4

serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja


perusahaan dalam jangka waktu panjang. Manajemen strategi meliputi
pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau
perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta
pengendalian. Manajemen strategik adalah suatu proses yang digunakan oleh
manajer dan karyawan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi
dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi perusahaan
(Mulyadi, 2007).

Pengukuran Kinerja

Menurut Wibowo (2011) penilaian kinerja dilakukan terhadap segenap


sumber daya manusia maupun organisasi secara periodik, untuk mengukur,
menilai dan mengevaluasi tentang seberapa jauh kemampuan sumber daya
manusia dalam melaksanakan tugasnya. Pengukuran terhadap kinerja perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan pencapaian kinerja
terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat
dilakukan dengan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja
telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Christina dan Sudana
(2013) penilaian kinerja merupakan faktor utama dalam pengembangan suatu
organisasi serta sebagai sarana bagi manajemen untuk menelaah sejauh mana visi,
misi dan tujuan organisasi yang telah tercapai sehingga dapat memprediksi
harapan-harapan organisasi di masa depan.

Konsep Balanced Scorecard

Menurut Kaplan dan Norton (2000) balanced scorecard merupakan alat


analisis yang menerjemahkan visi dan misi organisasi pada kerangka kerja yang
komprehensif ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpadu dalam mencapai
tujuan organisasi dengan mengukur kinerja finansial dan non-finansial dengan
melihat 4 perspektif organisasi yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal,
serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif tersebut memberikan
keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil yang
ingin dicapai dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut, antara ukuran
objektif dengan ukuran subjektif. Menurut Luis dan Biromo (2007) balanced
Scorecard didefinisikan sebagai suatu alat manajemen kinerja (performance
management tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi
dan strategi kedalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial
dan nonfinansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Proses manajemen yang dibangun di seputar scorecard memungkinkan adanya
keselarasan dan pemusatan perhatian kepada pelaksanaan strategi jangka panjang
(Sipayung, 2009). Menurut Ciptani (2000) penerapan konsep balanced scorecard
ini tidaklah mudah karena penerapan konsep ini membutuhkan suatu komitmen
dari manajemen pusat (leadership) maupun karyawan yang terlibat dalam
organisasi. Namun, dengan adanya penerapan balanced scorecard, kinerja
organisasi akan meningkat dan pencapaian tujuan organisasi dalam jangka
panjang akan terdeteksi melalui pengukuran serangkaian aktivitas yang
merupakan penerjemahan dari tujuan organisasi itu sendiri.
5

Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Berikut


beberapa hasil penelitian terdahulu yang kemudian dijadikan sebagai acuan oleh
peneliti dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian terdahulu


Nama Judul penelitian Alat analisis Hasil penelitian
Ahmad Analisis pengukuran kinerja BSC, paired Hasil pengukuran kinerja pada
Khairi organisasi berbasis balanced comparison Dinas Bina Marga dan Sumber
2016 scorecard pada Dinas Bina Daya Air Kota Bogor dengan
Skripsi Marga dan Sumber Daya Air pendekatan BSC masih dalam
Kota Bogor kategori rendah.
Erwina Perancangan dan evaluasi AHP, BSC Penelitian ini menemukan
2015 Balanced Scorecard sebagai bahwa pengukuran kinerja
Tesis pengukuran kinerja usaha dengan pendekatan BSC layak
kecil dan menengah (UKM) untuk diterapkan di UKM
di Bogor
Prima Panji Rancangan strategis AHP, BSC Rancangan pengukuran kinerja
Mulya pengukuran kinerja berbasis pada Inspektorat Jenderal
Permana balanced scorecard pada Kementerian Kehutanan
2014 Inspektorat Jenderal memperoleh hasil yaitu: 8
Skripsi Kementerian Kehutanan sasaran strategis dan 12
indikator kinerja utama yang
diklasifikasikan dalam empat
perspektif BSC.
Okviyesha Analisis pengukuran kinerja BSC, paired Rancangan sistem pengukuran
Hasislam organisasi menggunakan comparison kinerja BSC pada Balifto
2014 balanced scorecard (studi menghasilkan 5 sasaran strategi
Skripsi kasus Badan Penelitian dan 12 IKU. Posisi teratas pada
Pengembangan dan peta strategi adalah perspektif
Informasi Kementerian pelanggan. Hasil pengukuran
Tenaga Kerja dan kinerja Balifto dengan BSC
Transmigrasi RI) termasuk dalam kategori rendah.
Imam Pengukuran Kinerja dengan BSC Hasil penelitian dengan
Rasyamlani Metode Balanced Scorecard menggunakan Balanced
2014 di PT Agri Halba, Lumajang Scorecard, nilai kinerja untuk
Skripsi semua perspektif yaitu 89.98%.
Skor rendah pada faktor internal
dalam perusahaan.

Nur Latifah Analisis Penyusunan analisis Hasil analisis lingkungan


Astaria Strategi dan Implementasi eksternal, menggunakan analisis
2013 Berbasis Balanced analisis deskriptif, evaluasi faktor
Skripsi Scorecard pada Yayasan internal, internal, evaluasi faktor
Inisiasi Alam Rehabilitasi matriks IE, eksternal, dan matriks internal-
Indonesia BSC, dan eksternal dipilih strategi intensif
paired pengembangan produk sebagai
comparison strategi utama.
6

Lanjutan Tabel 2
Nama Judul penelitian Alat analisis Hasil penelitian
Wayan Analisis Pengukuran Kinerja SWOT, BSC Kinerja WIKA secara
Aditya Perusahaan dengan Konsep keseluruhan bisa dianggap
Nugroho Balance Scorecard bagus. Manajemen yang baik
2013 (Studi Kasus PT. Wijaya adalah alasan WIKA mampu
Skripsi Karya) meningkatkan kinerjanya agar
sesuai visi dan misi perusahaan.
Bramantya Perancangan Balanced AHP, BSC Pada perancangan Balanced
Bhakti Scorecard sebagai Sistem Scorecard, diperoleh suatu
Pranadi Pengukuran Kinerja rancangan roadmap perusahaan
2013 Perusahaan ABP dengan menetapkan visi
Tesis perusahaan, keyakinan dasar,
nilai-nilai dasar, tujuan strategi
serta tema strategi yang
kemudian diterjemahkan ke
dalam empat perspektif.
Ade Gustika Rancangan dan Evaluasi BSC, paired Skor BSC PT BMI Tbk Cabang
2011 Kinerja Pada PT Bank comparison Serang tahun 2010
Skripsi Muamalat Indonesia Tbk menunjukkan pencapaian skor
Cabang Serang dengan secara keseluruhan 119,5
Balanced Scorecard persen. Pencapian kinerja PT
BMI Tbk Cabang Serang 64,7
persen dan dikategorikan baik.
Nicky Akbar Pengukuran Kinerja BSC, paired Hasil pengukuran kinerja PT.
2011 Perusahaan Jasa dengan comparison Pandu Siwi Sentosa dengan
Skripsi Pendekatan Balanced menggunakan pendekatan
Scorecard pada PTt. Pandu balanced scorecard dengan
Siwi Sentosa total skor kinerja adalah 91.57
persen.
Bunga Pengukuran dan Evaluasi BSC, Berdasarkan hasil pembobotan
Asmara Putri Kinerja Perusahaan dengan Pairwise secara vertikal terhadap sasaran-
2011 Balanced Scorecard pada Comparison sasaran strategi. Sasaran strategi
Skripsi Lembaga Pendidikan Xtion meningkatkan jumlah siswa
My Creative Station Bogor menjadi prioritas utama.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek penelitian,


tahun data yang digunakan, jumlah sampel, dan hasil pembahasan. Persamaan
penelitian ini adalah pengukuran kinerja dengan metode BSC dengan
memperhatikan aspek finansial dan nonfinansial secara komprehensif.

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Inspektorat BKPM mempunyai peran penting dalam mendukung


tercapainya visi BKPM. Pengukuran kinerja organisasi menjadi hal yang sangat
penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa organisasi
dan perencanaan tujuan di masa datang. Berbagai informasi dihimpun agar
pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan. Hal ini
7

dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses organisasi.
Dengan demikian, evaluasi kinerja perlu dilakukan untuk memberikan informasi
tentang hasil pengukuran kinerja yang dapat membantu para jajaran manajer atau
atasan dalam mengambil keputusan dan memperbaiki kinerja yang tidak sesuai.
Metode BSC merupakan alat analisis dalam merancang dan melakukan
pengukuran kinerja secara komprehensif dengan menilai empat perspektif.
Inspektorat BKPM dalam menentukan keempat perspektif menyesuaikan dengan
Surat Keputusan Sekretaris Utama BKPM Nomor 40 tahun 2016 tentang
Pengelolaan Kinerja BKPM yaitu financial perspective, customer perspective,
process perspective dan people perspective sehingga dapat mencapai sasaran yang
telah ditetapkan sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Penelitian dimulai dengan menganalisa kesesuaian visi, misi, tujuan, sasaran
dan indikator kinerja utama Inspektorat yang tercantum pada LAKIP 2015.
Selanjutnya dilakukan penyusunan rancangan strategi dan indikator kinerja utama
Inspektorat BKPM dengan berdasarkan perspektif metode BSC. Sebelum menilai
pembobotan empat perspektif maka dilakukan rancangan kuisioner pembobotan
untuk empat perspektif dan indikator kinerja utama. Hasil pembobotan menjadi
dasar dari peta strategi dengan empat perspektif BSC untuk dijadikan rancangan
startegi pengukuran kinerja. Hasil akhir akan didapatkan nilai kinerja dari
Inspektorat BKPM dan sebagai dasar perumusan inisiatif strategi. Kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Inspektorat BKPM

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Inspektorat BKPM

Pendekatan Balanced Scorecard


(Kaplan dan Norton, 2000)
feedback

Financial Customer Process People


Perspective Perspective Perspective Perspective

Rancangan Peta Strategi Inspektorat BKPM

Hasil Pengukuran Kinerja Inspektorat BKPM

Inisiatif Strategi Kinerja Inspektorat BKPM

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian


8

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di BKPM yang beralamat di Jl. Jend. Gatot Subroto


No. 44, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan
dimulai dari bulan Januari 2016 hingga April 2016.

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan diskusi langsung dengan
pihak di unit Inspektorat yang memiliki pemahaman baik mengenai tugas, fungsi
dan peranan Inspektorat dan melakukan observasi langsung pada unit Inspektorat,
sedangkan data sekunder diperoleh melalui LAKIP, Road Map Reformasi
Birokrasi BKPM 2015-2019, Keputusan Sekretaris Utama BKPM tentang
Pengelolaan Kinerja, buku, dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability


sampling dengan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel
yang dipilih untuk menilai perspektif BSC adalah pihak-pihak yang mengerti dan
paham dengan kondisi Inspektorat BKPM. Sampel yang digunakan berjumlah 3
orang yang terdiri dari 1 orang Inspektur, 1 orang Auditor Muda dan 1 orang
Auditor Pertama.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah diperoleh akan diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel, hingga menjadi suatu informasi yang dapat
diterapkan secara konseptual dengan manajemen strategi. Alat analisis dan
pengolahan data menggunakan paired comparison (perbandingan berpasangan)
dan metode pendekatan BSC. Paired comparison adalah teknik penilaian butir
yang bertujuan untuk mengukur sikap kelompok terhadap beberapa butir yang
kemungkinan menjadi pilihan atau metode ini juga dapat digunakan untuk
menentukan bobot relevansi berdasarkan pendapat sekelompok orang (Djaali dan
Mulyono, 2008). Tahapan analisis yang akan dilakukan pada pengukuran kinerja
dengan metode BSC dengan mengacu pada teori Kaplan dan Norton adalah
sebagai berikut:
1. Alignment
Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi keselarasan dan kesesuaian
antara visi, misi, tujuan dan sasaran strategi serta IKU yang telah ada di
organisasi. Validitas dari pihak yang terkait dilakukan untuk mendapatkan
gambaran keselarasan dan pandangan objektif dari keadaan tersebut.
2. Perhitungan Bobot Perspektif
Nilai bobot yang didapat dengan menggunakan metode paired comparison
(perbandingan berpasangan) dari hasil pengisian kuesioner oleh pakar yang
bertindak sebagai responden. Responden memberikan nilai untuk
membandingkan elemen-elemen pada kuesioner dengan menggunakan skala
9

menurut Saaty seperti tertera pada Tabel 3. Konsistensi responden dalam


menjawab setiap pertanyaan sangat diperlukan. Penilaian dari paired
comparison dilanjutkan dengan mengunakan Microsoft excel sehingga
mendapatkan nilai untuk setiap perspektif dan indikator utama.
3. Merancang Peta Strategi
Peta strategi yang dirancang merupakan pertimbangan hubungan sebab akibat
sasaran strategi dalam perspektif BSC. Dasar dalam menyusun peta strategi
adalah nilai bobot yang dilakukan dengan metode paired comparison.

Tabel 3 Skala pembobotan


Intensitas pentingnya Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya (Equal)
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya (Moderate)
Elemen yang satu jelas lebih penting dibandingkan elemen lainnya
5
(Strong enough)
Satu elemen sangat jelas lebih penting dibandingkan elemen lainnya
7
(Strong)
Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya. (Very
9
strong)
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua perimbangan yang berdekatan
Sumber: Saaty (1993)

4. Pengukuran Kinerja
Kerangka pengukuran kinerja pada Tabel 4 menggunakan metode
membandingkan pencapaian yang benar-benar terjadi terhadap target yang
telah ditetapkan dikalikan dengan bobot IKU. Nilai ekspresi warna
menggunakan conditional formatting sesuai dengan informasi yang ditentukan
dalam Keputusan Sekertaris Utama BKPM Nomor 40 tahun 2016 tentang
pengelolaan kinerja di BKPM. Standar sangat baik dengan ekspresi warna
hijau, baik dengan warna hijau muda, cukup dengan warna kuning, kurang
dengan warna oranye dan buruk dengan warna merah.

Tabel 4 Kerangka pengukuran kinerja


Penetuan Nilai
Bobot IKU Baseline Target Skor
Standar Ekspresi
(a) (c) (d) (f)=((c/d)*a)*100%
(b) warna
Sangat baik ≥ 100
Baik 76 - 99
Cukup 61 – 75
Kurang 51 – 60
Buruk ≤ 50
Sumber: Keputusan Sekertaris Utama BKPM Nomor 40 tahun 2016
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Inspektorat merupakan salah satu unit kerja dari Badan Koordinasi


Penanaman Modal (BKPM). Visi Inspektorat adalah menjadi lembaga
pengawasan intern yang profesional, efektif dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik (good government) dan
pemerintah yang bersih (clean government) di lingkungan BKPM, dan terdapat
dua misi yang dimiliki Inspektorat, yaitu meningkatkan kualitas dan efektivitas
pengawasan/pemeriksaan program dan aparatur dan mendorong terwujudnya
peningkatan akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan BKPM. Inspektorat
mempunyai tujuan yaitu meningkatkan hasil pengawasan program dan kegiatan
yang efektif dan efisien. Inspektorat mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
(1) Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan fungsional di lingkungan
BKPM, (2) Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan untuk
tujuan tertentu sesuai atas petunjuk kepala BKPM, (3) Pelaksanaan urusan
administrasi Inspektorat, (4) Penyusunan laporan hasil pengawasan. Berikut
struktur organisasi Inspektorat BKPM seperti Gambar 2.

Inspektur

Kelompok Jabatan Sub Bagian Tata


Fungsional Auditor Usaha

Gambar 2 Bagan struktur organisasi Inspektorat

Gambar 2 menunjukan bahwa Inspektorat dikepalai oleh seorang Inspektur.


Inspektur mempunyai peran sebagai pembina dan penanggung jawab atas seluruh
pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat. Sub bagian tata usaha terdiri dari 5
orang yang dikepalai oleh kepala sub bagian tata usaha Inspektorat. Sub bagian
tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, kearsipan,
kepegawaian dan administrasi umum lainnya. Kelompok Jabatan Fungsional
Auditor terdiri dari 8 orang terbagi dalam kelompok Auditor Pertama, Auditor
Muda dan Auditor Penyelia yang mempunyai tugas pengawasan/pemeriksaan
fungsional terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan BKPM atas
perintah Inspektur.

Alignment (Keselarasan)

Tahapan awal yang akan dilakukan dalam merancang pengukuran kinerja


dengan pendekatan BSC yaitu alignment atau penyelarasan. Kinerja yang
diharapkan akan lebih baik, harus diikuti dengan prosedur yang terstruktur dan
jelas yang mampu mendeskripsikan visi, misi, dan strategi organisasi (Brillianty
11

dan Bendatu, 2013). Alignment visi ke misi, misi ke tujuan, tujuan ke sasaran, dan
sasaran ke indikator kinerja utama akan dijelaskan pada sub-sub judul berikut.

Alignment Visi Inspektorat ke Misi Inspektorat


Visi merupakan pernyataan yang menggambarkan harapan organisasi yang
ingin diwujudkan berisi arahan dan tindakan yang akan dilakukan oleh organisasi
di masa datang dinyatakan dengan jelas dan ringkas, sedangkan misi merupakan
upaya dalam mencapai visi yang telah ditetapkan dengan kegiatan jangka pendek
maupun jangka panjang (Moeheriono, 2012). Merancang visi dan misi dengan
baik sangat penting dalam merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi
organisasi (David, 2004). Oleh sebab itu, perlu dilakukan alignment untuk
mengetahui keselarasan antara visi dan misi organisasi yang diilustrasikan pada
Gambar 3.

Visi Misi
Meningkatkan Kualitas dan
Menjadi lembaga pengawasan Efektivitas
intern yang profesional, efektif Pengawasan/Pemeriksaan
dan efisien dalam rangka Program dan Aparatur
mendorong terwujudnya tata
kelola kepemerintahan yang
baik (good government)dan
pemerintah yang bersih (clean Mendorong Terwujudnya
government) di lingkungan Peningkatan Akuntabilitas
BKPM Kinerja Unit Kerja di
Lingkungan BKPM

Keterangan :
Menunjukan keselarasan

Gambar 3 Alignment visi Inspektorat ke misi Inspektorat

Gambar 3 menunjukan bahwa visi dan misi sudah selaras (inline). Terdapat
poin-poin penting yang tercantum pada visi sudah dijabarkan kedalam 2 misi
Inspektorat. Mencapai visi tersebut diperlukan berbagai persiapan dan kesiapan
dari seluruh aparatur Inspektorat baik secara organisasi yang sesuai dengan misi
kedua Inspektorat dan kesiapan secara sumber daya manusia sesuai dengan misi
pertama Inspektorat.

Alignment Misi Inspektorat ke Tujuan Inspektorat


Setelah melakukan alignment visi ke misi, tahapan selanjutnya adalah
melakukan alignment misi ke tujuan. Tujuan merupakan hasil-hasil yang harus
dicapai oleh organisasi dengan mempertajam fokus terhadap target-target yang
lebih spesifik dan nyata (Moeheriono, 2012). Keselarasan misi dan tujuan perlu
dilakukan analisis dengan membuat alignment misi ke tujuan yang dapat dilihat
pada Gambar 4.
12

Misi Tujuan
Meningkatkan kualitas dan
efektivitas
pengawasan/pemeriksaan
program dan aparatur Meningkatkan hasil pengawasan
program dan kegiatan yang
efektif dan efisien

Mendorong terwujudnya
peningkatan akuntabilitas
kinerja unit kerja di lingkungan
BKPM

Keterangan:
Menunjukkan keselarasan

Gambar 4 Alignment misi Inspektorat ke tujuan Inspektorat


Gambar 4 menunjukan bahwa misi sudah selaras dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam mewujudkan kedua misi tersebut. Tujuan Inspektorat yaitu
meningkatkan hasil pengawasan program dan kegiatan yang efektif dan efisien
dengan cara meningkatkan profesionalisme agar kualitas dari pengawasan yang
dilakukan dapat dirasakan manfaatnya oleh unit kerja Inspektorat maupun instansi
BKPM.

Alignment Tujuan Inspektorat ke Sasaran Inspektorat


Tahapan ketiga proses alignment adalah menganalisis keselarasan antara
tujuan Inspektorat dengan sasaran yang ditetapkan oleh Inspektorat. Sasaran
merupakan alat untuk mengerahkan sumber daya dan energi organisasi untuk
mewujudkan masa depan. Keselarasan tujuan dan sasaran perlu dilakukan analisis
dengan membuat alignment tujuan ke sasaran yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Tujuan Sasaran Strategi


Meningkatkan hasil pengawasan
Meningkatnya kepatuhan pegawai
program dan kegiatan yang
dan institusi BKPM terhadap
efektif dan efisien
peraturan perundang-undangan

Keterangan:
Menunjukkan pendukung
Gambar 5 Alignment tujuan Inspektorat ke sasaran Inspektorat

Gambar 5 menunjukkan bahwa sasaran strategi meningkatkan kepatuhan


pegawai dan institusi BKPM terhadap peraturan perundang-undangan menjadi
pendukung dalam pencapaian tujuan Inspektorat. Pegawai dan institusi yang patuh
dengan perundang-undangan mengindikasikan hasil dari pengawasan program dan
kegiatan berjalan secara efektif dan efisien.
13

Alignment Sasaran Inspektorat ke Indikator Kinerja Utama (IKU)


Inspektorat
Tahapan keempat proses alignment yaitu menganalisis keselarasan antara
sasaran Inspektorat dan indikator kinerja utama inspektorat dalam Perjanjian
Kinerja BKPM tahun 2015. Indikator kinerja utama menjelaskan tentang apa yang
harus dilakukan agar pencapaian kinerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan
secara berkesinambungan. Keselarasan sasaran dengan indikator kinerja utama
dapat dilihat pada Gambar 6.

Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama


Opini Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK)

Kategori laporan akuntabilitas


kinerja instansi pemerintahan
(LAKIP)

Meningkatnya kepatuhan pegawai Jumlah hasil


dan institusi BKPM terhadap pengawasan/pemeriksaan (LHP)
peraturan perundang-undangan

Jumlah unit kerja yang


akuntabilitasnya baik

Keterangan:
Menunjukkan pendukung

Gambar 6 Alignment sasaran Inspektorat ke IKU Inspektorat

Gambar 6 menunjukkan indikator kinerja utama menjadi faktor pendukung


tercapainya sasaran strategi Inspektorat. Perancangan pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode BSC membutuhkan indikator kinerja utama yang
menggambarkan keempat perspektif, sehingga diperlukan rancangan indikator
kinerja utama pada tahapan selanjutnya.

Rancangan Strategi Pengukuran Kinerja Inspektorat BKPM dengan


Balanced Scorecard

Penetuan Ukuran Kinerja dan Sasaran Strategi


Menurut Kaplan dan Norton (2000) keberhasilan penerapan BSC yang baik
seharusnya memiliki 2 ukuran yaitu ukuran hasil (Lagging Indicator) dan ukuran
pemicu kinerja (Leading Indicator) yang sesuai dengan sasaran strategi yang akan
dicapai. Ukuran hasil merupakan cerminan dari pencapaian sasaran strategi,
sedangkan ukuran pemicu kinerja merupakan faktor pendorong ketercapaian
14

ukuran hasil. Proses perumusan strategi merupakan suatu rangkaian kegiatan


untuk menemukan strategi yang tepat bagi organisasi (Febrina, 2012). Ukuran-
ukuran strategi untuk mengukur pencapaian sasaran strategi berdasarkan 4
perspektif BSC dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Ukuran kinerja pencapaian startegi BSC Inspektorat BKPM


Ukuran strategi
Sasaran strategi
Ukuran pemicu Ukuran hasil
Process
Peningkatan kualitas Meningkatnya jumlah Presentase jumlah realisasi
pengawasan internal pemeriksaan dengan PKPT pemeriksaan PKPT yang
yang ditetapkan ditetapkan
Meningkatnya jumlah temuan Presentase jumlah temuan
pemeriksaan pemerikasaan yang telah
diterbitkan dalam LHP
Meningkatnya penyelesaian Presentase penyelesaian
tindak lanjut hasil temuan tindak lanjut hasil temuan
pengawasan pengawasan
Meningkatnya akuntabilitas Presentase jumlah unit kerja
unit kerja dengan nilai baik dengan akuntabilitas baik
Menurunnya penyimpangan Nilai penyimpangan dan
dan ketidakpatuhan terhadap ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan perundang-undangan
Penerapan penyelenggaraan Meningkatkan pencegahan Laporan hasil evaluasi
pemerintahan yang bersih tindak KKN Whistlebowling System
dan bebas KKN
People
Peningkatan Kapasitas Meningkatnya jumlah auditor Presentase jumlah auditor
Auditor bersertifikat yang bersertifikat
Meningkatnya jumlah auditor Presentase jumlah auditor
yang mengikuti pendidikan yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan maupun dan pelatihan maupun
bimbingan teknis bimbingan teknis
Customer
Peningkatan kualitas Meningkatnya nilai laporan Kategori laporan
akuntabilitas instansi akuntabilitas kinerja instansi akuntabilitas kinerja instansi
pemerintahan pemerintahan
Peningkatan kepuasan Meningkatnya nilai kinerja Hasil survey kinerja
layanan pengawasan Inspektorat Inspektorat
Peningkatan penilaian Pemeringkatan audit laporan Opini BPK mengenai laporan
mengenai laporan keuangan keuangan oleh BPK keuangan
Financial
Peningkatan pengelolaan Meningkatnya daya serap Presentase daya serap
anggaran yang efektif dan anggaran pada program kerja anggaran pada program kerja
efisien Inspektorat Inspektorat

Penentuan sasaran, ukuran pemicu dan ukuran hasil diperoleh melalui hasil
diskusi. Terdapat 3 ukuran hasil yaitu opini Badan Pemeriksa Keuangan mengenai
laporan keuangan, kategori laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan,
dan presentase jumlah unit kerja yang akuntabilitasnya baik yang merupakan
indikator kinerja utama dari Inspektorat tahun 2015 yang dianggap masih sesuai
dengan kondisi Inspektorat untuk merancang dan mengukur kinerja unit
Inspektorat dengan menggunakan BSC.
15

Process Perspective
Inspektorat BKPM menetapkan 4 sasaran strategi pada process perspective
yaitu meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian dalam pelaksanaan
pengawasan, meningkatkan kualitas pengawasan internal, penerapan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, serta meningkatkan
koordinasi dan sinkronisasi pengawasan. Indikator pemicu dan indikator hasil
yang digunakan untuk mengukur pencapaian dari sasaran strategi tersebut
tercantum dalam kartu skor process perspective yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kartu skor process perspective


Bobot Baseline Target
Indikator kinerja Penentuan standar
Indikator pemicu IKU (2015) (2015)
utama (IKU) (%)
(a) (%) (%)
Meningkatnya jumlah Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
pemeriksaan dengan realisasi pemeriksaan Baik 76 - 99
PKPT yang ditetapkan PKPT yang ditetapkan 142.55 100
0.014 Cukup 61 - 75
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Meningkatnya jumlah Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
temuan pemeriksaan temuan pemeriksaan Baik 76 - 99
yang telah diterbitkan 100 100
0.026 Cukup 61 - 75
dalam LHP Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Meningkatnya Presentase Sangat Baik ≥ 100
penyelesaian tindak penyelesaian tindak Baik 76 - 99
lanjut hasil temuan lanjut hasil temuan 0.038 Cukup 61 - 75 100 100
pengawasan pengawasan Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Meningkatnya Presentase jumlah unit Sangat Baik ≥ 100
akuntabilitas unit kerja kerja dengan Baik 76 - 99
dengan nilai baik akuntabilitas baik 100 100
0.071 Cukup 61 - 75
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Menurunnya Nilai penyimpangan Sangat Baik ≥ 100
penyimpangan dan dan ketidakpatuhan Baik 76 - 99
ketidakpatuhan terhadap perundang- 720x103 100
0.071 Cukup 61 - 75
terhadap perundang- undangan Kurang 51 - 60
undangan Buruk ≤ 50
Meningkatkan Laporan hasil evaluasi Sangat Baik ≥ 100
pencegahan tindak Whistlebowling System Baik 76 - 99
KKN 100 100
0.019 Cukup 61 - 75
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Sumber: Data diolah (2016)

Tabel 6 menunjukkan hasil pembobotan IKU process perspective. Indikator


kinerja utama (IKU) dengan nilai bobot tertinggi sebesar 0.071 yaitu presentase
jumlah unit kerja dengan akuntabilitas baik dan nilai penyimpangan dan
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan. Hal ini menunjukkan IKU tersebut
dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja dalam process
perspective. Target pencapaian tahun 2015 atau baseline 2015 secara keseluruhan
pada process perspective sudah sangat baik. Kartu skor process perspective dapat
dilihat pada Lampiran 2.
16

People perspective
Sasaran strategi dalam people perspective yaitu peningkatan kapasitas
auditor. Peningkatan kapasitas auditor mengukur 2 indikator kinerja utama dan 2
indikator pemicu yang tercantum dalam kartu skor people perspective pada Tabel
7.
Presentase jumlah auditor yang bersertifikat memperoleh nilai bobot IKU
tertinggi sebesar 0.063 dan dengan kategori baseline 2015 sudah sangat baik.
Presentase peningkatan jumlah auditor yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
serta bimbingan teknis pada baseline 2015 masih dalam kategori cukup. Oleh
karena itu, sebaiknya IKU tersebut lebih diperhatikan untuk dilakukan perbaikan.
Kartu skor people perspective dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 7 Kartu skor people perspective


Bobot Baseline Target
Indikator kinerja
Indikator pemicu IKU Penentuan standar (%) (2015) (2015)
utama
(a) (%) (%)
Meningkatnya jumlah Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
auditor yang auditor yang Baik 76 – 99
bersertifikat bersertifikat 0.063 Cukup 61 – 75 100 100
Kurang 51 – 60
Buruk ≤ 50
Meningkatnya jumlah Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
auditor yang mengikuti auditor yang Baik 76 – 99
pendidikan dan mengikuti pendidikan 0.037 Cukup 61 – 75 75 100
pelatihan serta dan pelatihan serta Kurang 51 – 60
bimbingan teknis bimbingan teknis Buruk ≤ 50
Sumber: Data diolah (2016)

Customer perspective
Customer perspective pada Inspektorat BKPM menetapkan 3 sasaran
strategi yaitu peningkatan kualitas akuntabilitas instansi, peningkatan kepuasan
layanan, dan peningkatan penilaian laporan keuangan. Sasaran strategi tersebut
diukur oleh 3 indikator kinerja utama dan indikator pemicu yang tercantum dalam
kartu skor customer perspective pada Tabel 8.
Nilai bobot IKU opini BPK mengenai laporan keuangan memiliki nilai
tertinggi pada customer perspective sebesar 0.349 dengan baseline 2015 dalam
kategori sangat baik dan telah mencapai target tahun 2015 yang ditetapkan. Pada
indikator presentase kategori Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan (LAKIP), kategori penilaian akuntabilitas dibagi menjadi 7 kategori
yaitu AA, A, BB, B, CC, C, D. Untuk Inspektorat sendiri, AA dikategorikan pada
standar sangat baik, A pada standar Baik, BB pada standar cukup, B pada standar
kurang CC pada standar buruk, dan sisanya tidak digunakan karena penilaian
tersebut sangat rendah.
Kategori laporan akuntabilitas kinerja instansi dan nilai hasil survei kinerja
inspektorat termasuk kedalam kategori cukup pada baseline 2015. Namun,
penetapan target masih rendah dengan mengambil rentang standar kategori cukup
pada indikator nilai hasil survei kinerja Inspektorat.
Penilaian audit laporan keuangan oleh BPK dibagi menjadi 4 opini yaitu
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), WDP (Wajar Dengan Pengecualian), TMP
(Tidak Memberikan Pendapat), dan TW (Tidak Wajar). Penentuan standar pada
indikator opini BPK mengenai laporan keuangan pada standar sangat baik untuk
17

opini WTP, baik untuk opini WDP, cukup untuk opini TMP, dan kurang untuk
opini TW. Kartu skor customer perspective dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 8 Kartu skor customer perspective


Bobot Baseline Target
Indikator kinerja
Indikator pemicu IKU Penentuan standar (%) (2015) (2015)
utama
(a) (%) (%)
Meningkatnya nilai Kategori Laporan Sangat Baik ≥ 100
Laporan Akuntabilitas Akuntabilitas Kinerja Baik 76 - 99
KinerjaIinstansi Instansi Pemerintah 0.057 Cukup 61 - 75 73.31 100
Pemerintah Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Meningkatnya nilai Nilai hasil survei Sangat Baik ≥ 100
kinerja Inspektorat kinerja Inspektorat Baik 76 - 99
0.117 Cukup 61 - 75 74.79 70
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Pemeringkatan audit Opini BPK mengenai Sangat Baik ≥ 100
laporan keuangan oleh laporan keuangan Baik 76 - 99
BPK 0.349 100 100
Cukup 61 - 75
Kurang 51 - 60
Sumber: Data diolah (2016)

Financial perspective
Peningkatan pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien merupakan
sasaran strategi yang ditetapkan oleh Inspektorat BKPM dalam financial
perspective. Sasaran strategi tersebut mengukur 1 indikator kinerja utama dan 1
indikator pemicu. Kartu skor people perspective pada Tabel 9.

Tabel 9 Kartu skor financial perspective


Bobot Baseline Target
Indikator kinerja Penentuan standar
Indikator pemicu IKU (2015) (2015)
utama (%)
(a) (%) (%)
Meningkatnya daya Presentase daya serap Sangat Baik ≥ 100
serap anggaran pada anggaran terhadap Baik 76 - 99
program Inspektorat program Inspektorat 0.055 Cukup 61 - 75 96.58 100
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Sumber: Data diolah (2016)

Pencapaian pada tahun 2015 pada presentase daya serap anggaran terhadap
program Inspektorat termasuk dalam kategori baik, namun belum mencapai target
yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Inspektorat tidak seluruhnya
menggunakan anggaran yang ada atau dinilai belum secara optimal mengelola
anggaran untuk melaksanakan program kerja Inspektorat. Kartu skor process
perspective dapat dilihat pada Lampiran 2.

Peta Strategi

Menurut Moeheriono (2012) peta strategi merupakan suatu dashboard


(panel instrument) yang memetakan sasaran strategi organisasi dalam suatu
kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan
strategi organisasi. Peta strategi BSC yang berada di lingkup Inspektorat
menunjukan hubungan sebab-akibat antara visi, misi dan sasaran strategi dalam
financial perspective, pelanggan, proses, sumber daya manusia. Dasar penyusunan
peta strategi melalui pembobotan perspektif dengan menggunakan paired
18

comparison. Peta Strategi dibentuk secara hierarki dimulai dari bobot perspektif
yang terendah yaitu financial perspective (0.055), kemudian people perspective
(0.100), selanjutnya process perspective (0.322) dan bobot perspektif tertinggi
yaitu customer perspective (0.523). Peta strategi seperti yang terlihat pada
Gambar 7.
Visi: Menjadi lembaga pengawasan intern yang profesional, efektif dan efisien dalam rangka
mendorong terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik (good government) dan
pemerintah yang bersih (clean government) di lingkungan BKPM

Misi: (1) Meningkatkan kualitas dan efektivitas pengawasan/pemeriksaan program dan


aparatur.
(2) Mendorong terwujudnya peningkatan akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan
BKPM

Peta Strategi Inspektorat BKPM

Peningkatan kualitas Peningkatan penilaian Peningkatan kepuasan


Customer
(0,523)

akuntabilitas instansi mengenai laporan layanan pengawasan


(0,057) keuangan (0,349)
(0,117)
Process

Peningkatan kualitas Penerapan penyelenggaraan


(0,322)

pengawasan internal pemerintahan yang bersih


(0,303) dan bebas KKN
(0,019)
(0,100)
People

Peningkatan kapasitas
auditor
(0,100)

Peningakatan pengelolaan
Financial
(0,055)

anggaran yang efektif dan


efisien
(0,055)

Gambar 7 Peta strategi Inspektorat

Berdasarkan Gambar 7 hubungan sebab akibat antara sasaran strategi pada


setiap perspektif yang dibentuk melalui peta strategi dalam proses mencapai visi
dan misi. Peta strategi dibuat dari atas ke bawah, namun cara membacanya dari
bawah ke atas seperti berikut peningkatan pengelolaan anggaran yang efektif dan
efisien dalam financial perspective mendorong peningkatan kapasitas auditor
dalam people perspective dengan melakukan memanfaatkan alokasi dana secara
optimal untuk meningkatkan kualitas dan kinerja auditor. Hal tersebut akan
menciptakan peningkatan kinerja pada process perspective dalam hal kualitas
pengawasan internal dan penerapan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN sehingga tercapainya kepuasan pelanggan. Visi akan tercapai
dengan terpenuhinya customer perspective mengenai peningkatan kepuasan
19

pengawasan, peningkatan penilaian laporan keuangan dan peningkatan kualitas


akuntabilitas intansi. Sasaran-sasaran strategi yang saling berkaitan dan saling
mendorong menciptakan tercapainya visi dan misi Inspektorat BKPM.

Hasil Pengukuran Kinerja Inspektorat BKPM dengan Pendekatan Balanced


Scorecard

Process perspective
Hasil pengukuran process perspective memperoleh skor sebesar 32.16%.
Pencapaian dari setiap IKU pada process perspective berada pada ekspresi warna
hijau yang menunjukkan pencapaian setiap IKU sangat baik. Perhitungan skor
kinerja process perspective merupakan akumulasi dari IKU yang ada di pespektif
tersebut seperti yang tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil pengukuran kinerja process perspective


Skor Skor Nilai
Baseline Target
Bobot (d)=(b/c) Akhir Capaian KRI
Indikator kinerja (2015) (2015)
IKU Penentuan standar (%) *100 (e)=(a (%) (%)
utama (%) (%)
(a) *d) (f) (g)=(a*
(b) (c)
f)
Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
realisasi pemeriksaan Baik 76 - 99
PKPT yang 0,014 Cukup 61 - 75 142.55 100 187.55 2,60 100 1.39
ditetapkan Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
temuan pemerikasaan Baik 76 - 99
yang telah diterbitkan 0,026 Cukup 61 - 75 100 100 131.56 3.44 100 2.61
dalam LHP Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Presentase Sangat Baik ≥ 100
penyelesaian tindak Baik 76 - 99
lanjut hasil temuan
0,038 Cukup 61 - 75 100 100 131.56 15.91 100 12.09
pengawasan
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
unit kerja dengan Baik 76 - 99
akuntabilitas baik 0,071 Cukup 61 - 75 100 100 131.56 9.32 100 7.09
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Nilai penyimpangan Sangat Baik ≥ 100
dan ketidakpatuhan Baik 76 - 99
terhadap perundang- 0,071 Cukup 61 - 75 720x103 100 94x104 67x103 100 7.09
undangan Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Laporan hasil Sangat Baik ≥ 100
evaluasi Baik 76 - 99
Whistlebowling 0,019 Cukup 61 - 75 100 100 131.56 2.50 100 1.90
System Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Total Skor Process perspective 32.16
Sumber: Data diolah (2016)

Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) merupakan rencana


pengawasan yang disusun secara rutin setiap tahun sekali. Rencana pengawasan
yang dilakukan telah terealisasi seluruhnya, sehingga nilai untuk indikator kinerja
realisasi pemeriksaan dalam PKPT mendapat nilai ekspresi warna hijau. Laporan
yang dihasilkan Inspektorat berupa laporan hasil pemeriksaan, evaluasi dan
monitoring di lingkup BKPM yang akhirnya terangkum dalam laporan hasil
pengawasan/pemeriksaan (LHP). Selama tahun 2015, LHP yang telah diterbitkan
67 LHP, sedangkan LHP yang direncanakan sebanyak 47 LHP. Hal itu
20

menunjukkan indikator kinerja utama untuk presentase jumlah temuan


pemeriksaan yang telah diterbitkan dalam LHP telah melebihi target yang
ditetapkan dan memperoleh pencapaian 100%. Tindak lanjut hasil pengawasan
adalah tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka melaksanakan
saran/rekomendasi hasil pengawasan/pemeriksaan. Satuan unit kerja yang telah
selesai dilakukan pemeriksaan, akan difasilitasi dan didorong oleh Inspektorat
untuk menindaklanjuti rekomendasi pemeriksaan hingga terselesaikan temuan
dalam pemeriksaan. Temuan hasil pengawasan yang dilakukan selama tahun
2015, secara keseluruhan satuan unit kerja telah menyelesaikan hasil tindak lajut
tersebut. Akuntabilitas setiap unit kerja dibawah naungan suatu instansi
mencerminkan akuntabilitas dari instansi tersebut. Inspektorat diberi kewenangan
untuk melakukan evaluasi kinerja unit kerja. Hasil evaluasi yang dilakukan pada
setiap unit kerja telah menunjukkan nilai baik, sehingga akuntabilitas pada unit
kerja yang berada di lingkungan BKPM telah memenuhi akuntabilitas yang baik.
Nilai penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan
merupakan persoalan dalam penggunaan anggaran yang dapat merugikan Negara.
Semakin rendah nilai penyimpangan, maka semakin baik instansi tersebut dengan
mencerminkan bahwa instansi tersebut telah mematuhi nilai dan perundang-
undangan yang berlaku. Pengawasan kinerja dan keuangan di lingkup BKPM
merupakan salah satu fungsi dari Inspektorat. Dengan melakukan pengawasan
diharapkan nilai penyimpangan tersebut menurun. Inspektorat menetapkan
maximal nilai penyimpangan yang mungkin terjadi di BKPM yaitu sebesar 8
Milyar, sedangkan realisasi yang terjadi bahwa penyimpangan yang ada hanya
sebesar 1,1 juta. Hal tersebut menunjukkan nilai penyimpangan yang terjadi
sangat jauh dari ketetapan nilai maximumnya, sehingga nilai penyimpangan di
BKPM sudah rendah. Pengaduaan masyarakat mengenai informasi perbuatan
yang berindikasi terhadap pelanggaran yang terjadi di lingkungan kementerian
termasuk dalam lingkup BKPM dapat dilaporkan melalui aplikasi whistleblowing
system. Instansi BKPM melalui aplikasi tersebut tidak menunjukkan adanya
pelanggaran.

People perspective
Skor kinerja people perspective sebesar 8.52% dengan interpretasi
pencapaian berwarna hijau muda yang menunjukan bahwa kategori pencapaian
sudah baik. Perhitungan skor kinerja people perspective merupakan akumulasi
dari 2 IKU yang ada di pespektif tersebut seperti yang tercantum pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil pengukuran kinerja people perspective


Skor Skor Nilai
Baseline Target
Bobot (d)=(b/c Akhir Capaian KRI
Indikator kinerja (2015) (2015)
IKU Penentuan standar (%) ) *100 (e)=(a* (%) (%)
utama (%) (%)
(a) d) (f) (g)=(
(b) (c)
a*f)
Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
auditor bersertifikasi Baik 76 - 99
0,063 Cukup 61 - 75 100 100 131.56 8.30 100 6.31
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Presentase jumlah Sangat Baik ≥ 100
auditor yang Baik 76 - 99
mengikuti Cukup 61 - 75
0,037 75 100 98.67 3.64 60 2.21
pendidikan dan Kurang 51 - 60
pelatihan serta
bimbingan teknis Buruk ≤ 50
Total Skor People perspective 8.52

Sumber: Data diolah (2016)


21

Auditor yang dimiliki oleh Inspektorat secara keseluruhan telah


bersertifikasi sehingga capaian sudah sangat baik. Pada tahun 2015, Inspektorat
telah merancang keikutsertaan dalam berbagai kegiatan berupa diklat, seminar,
pelatihan untuk menunjang peningkatan kapasitas auditor. Pendidikan dan
pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor, seperti pengadaan barang/jasa, Sistem
Pengendalian Intern Pemerintahan, penilaian angka kredit, audit berbasis resiko,
evaluasi LAKIP, audit kinerja, dan audit pengadaan barang/jasa. Presentase
auditor yang mengikuti diklat dan bimbingan teknis dikategorikan skala cukup
dimana tidak semua auditor telah mengikuti diklat dan bimbingan baik yang
diadakan oleh BKPM maupun dari luar instansi.

Customer perspective
Customer perspective memperoleh skor kinerja sebesar 45.34% dengan
kategori pencapaian baik diekspresikan dengan warna hijau muda. Perhitungan
skor kinerja customer perspective merupakan akumulasi dari dua IKU yang ada di
perspektif tersebut seperti yang tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil pengukuran kinerja customer perspective


Baseline Target Skor Skor Nilai
Bobot Capaian
Indikator (2015) (2015) (d)=(b/c Akhir KRI
IKU Penentuan standar (%) (%)
kinerja utama (%) (%) ) *100 (e)=(a (%)
(a) (f)
(b) (c) *d) (g)=(a*f)
Kategori laporan Sangat Baik ≥ 100
akuntabilitas Baik 76 - 99
kinerja instansi 0,057 Cukup 61 - 75 73.31 100 96.45 5.50 60 3.42
pemerintahan Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Nilai hasil survey Sangat Baik ≥ 100
kinerja Baik 76 - 99
Inspektorat 0,117 Cukup 61 - 75 74.79 70 98.38 11.51 60 7.02
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Opini BPK Sangat Baik ≥ 100
mengenai Baik 76 - 99
laporan keuangan 0,349 Cukup 61 - 75 100 100 131.56 45.92 100 34.90
Kurang 51 - 60
Buruk ≤ 50
Total Skor Customer perspective 45.34
Sumber: Data diolah (2016)

Kualitas laporan akuntabilitas kinerja pemerintahan (LAKIP) BKPM


merupakan salah satu tanggungjawab Inspektorat. LAKIP mencerminkan besaran
kinerja yang dihasilkan dan kinerja tambahan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan instansi yang telah ditetapkan. BKPM sendiri menginginkan mendapatkan
nilai AA dalam penilaian kategori LAKIP. Penilaian LAKIP BKPM tahun 2015
mendapat kategori B “plus” atau BB dengan nilai 73.31, dimana nilai tersebut
berada pada peringkat 13 dari 86 total keseluruhan kementerian atau lembaga lain
Negara. Semakin baik nilai hasil evaluasi yang diperoleh instansi pemerintah,
menunjukkan semakin baik tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
dibandingkan dengan capaian kinerjanya serta semakin baik kualitas
pembangunan budaya kinerja birokrasi di instasi tersebut.
Kepuasaan unit-unit kerja di bawah naungan instansi BKPM terhadap
pelayanan yang dilakukkan Inspektorat diukur dengan melalui hasil survey kinerja
Inspektorat. Cepat tanggap dan ketepatan dalam penyeselesaian temuan dari hasil
audit mempengaruhi penilaian mengenai kepuasan pelayanan. Pada indikator
22

kinerja nilai hasil survei kinerja inspektorat, memperoleh nilai 74.79 yang
dikategorikan cukup.
Bentuk keberhasilan dari pencapaian pengelolaan dan pertanggungjawaban
kinerja anggaran instansi dinilai melalui opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Opini BPK terhadap laporan keuangan tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Dengan demikian, BKPM mendapatkan nilai WTP pada opini laporan
keuangan yang dilakukan BPK dikategorikan sangat baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kapasitas kelembagaan BKPM telah berfungsi sesuai dengan
yang diharapkan.
Total skor akumulasi indikator kinerja utama pada customer perspective
telah memperoleh pencapaian yang baik dengan nilai Key Result Indicator
tertinggi ada pada indikator opini BPK dengan ekspresi warna hijau, sedangkan 2
indikator lainnya memperoleh nilai yang cukup. Customer perspective
memperoleh bobot perspektif tertinggi dibandingkan dengan ketiga perspektif
lainnya.

Financial perspective
Hasil pengukuran kinerja financial perspective dengan metode BSC
memperoleh skor sebesar 4.40% dengan ekspresi warna hijau muda yang berarti
baik. Hasil perhitungan kinerja financial perspective dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13 Hasil pengukuran kinerja financial perspective


Skor Skor Nilai
Baseline Target
Bobot (d)=(b/c akhir Capaian KRI
Indikator (2015) (2015)
IKU Penentuan standar (%) ) *100 (e)=(a* (%) (%)
kinerja utama (%) (%)
(a) d) (f) (g)=(a
(b) (c)
*f)
Presentase daya Sangat Baik ≥ 100
serap anggaran Baik 76 - 99
terhadap 0,055 Cukup 61 - 75 96.58 100 127.06 6.99 80 4.40
program Kurang 51 - 60
Inspektorat Buruk ≤ 50
Total Skor Financial perspective 4.40
Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan hasil skor pada Tabel 13 menunjukkan bahwa daya serap


anggaran untuk program yang dilakukan Inspektorat termasuk kategori baik.
Bobot IKU yang diperoleh dengan menggunakan paired comparison sebesar
0.055. Pada baseline, 96.58% menunjukkan bahwa terdapat 3.42% adalah
anggaran yang tidak terserap. Hal tersebut merupakan tindakkan penghematan
biaya untuk penyusunan akuntabilitas kinerja BKPM, Eselon 1 dan Eselon II.

Hasil Kinerja Inspektorat


Berdasarkan perhitungan kinerja Inspektorat berbasis BSC, diperoleh hasil
kinerja dari keseluruhan perspektif sebesar 90.43% dengan interpretasi warna
hijau muda atau berada pada kategori baik seperti dilihat pada Tabel 14. Nilai
kinerja Inspektorat yang diperoleh dari akumulasi nilai kinerja 4 perspektif BSC.
Skor kinerja Inspektorat sudah baik dengan intepretasi warna hijau muda. Dengan
demikian, Inspektorat telah melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik.
23

Tabel 14 Hasil kinerja Inspektorat


Nilai KRI
Perspektif Pencapaian (%) BOBOT
(%)
Process 100 0.322 32.16
People 85.20 0.100 8.52
Customer 86.69 0.523 45.34
Financial 80 0.055 4.40
Total 1.00 90.43
Keterangan:
Inspektorat: Process: People:

≥ 100% ≥ 32.20% ≥ 10.00%


76 % ≤ x ≤ 99% 25.76%≤ x ≤ 32.19% 8.00%≤ x ≤ 9.99%
61 % ≤ x ≤ 75 % 25.54%≤ x ≤ 25.75% 7.00%≤ x ≤ 7.99%
51 % ≤ x ≤ 60 % 17.71%≤ x ≤ 22.53% 6.00%≤ x ≤ 6.99%
≤ 50 % 0.00%≤ x ≤17.70% 0.00%≤ x ≤5.99%

Customer: Financial:
≥ 52.30% ≥ 5.50%
41.84%≤ x ≤ 52.29% 4.40%≤ x ≤ 5.49%
36.61%≤ x ≤ 41.83% 3.85%≤ x ≤ 4.39%
28.77%≤ x ≤ 36.60% 3.03%≤ x ≤ 3.34%
0.00%≤ x ≤28.76% 0.00%≤ x ≤3.02%

Sumber: Data diolah (2016)

Inisiatif Strategi Setiap Perspektif BSC Inspektorat BKPM

Pengukuran dengan metode BSC, setiap perspektif memiliki sasaran strategi


dan inisiatif strategi serta memiliki ukuran dan indikator yang terukur. Berikut
inisiatif strategi dari masing-masing indikator kinerja utama pada setiap
perspektif.

Inisiatif strategi process perspective


Process perspective dalam hierarki peta strategi berada setelah customer
perspective. Process perspective memperoleh nilai pencapaian 100% dengan skor
kinerja sebesar 32.16% dan dikategorikan berkinerja sangat baik. Inisiatif strategi
process perspective dapat dilihat pada Tabel 15.
Berdasarkan Tabel 15, perumusan insiatif strategi diperlukan untuk
mempertahankan ataupun meningkatkan kinerja pada process perspective.
Sasaran strategi meningkatkan kualitas pengawasan internal yang memiliki 5
indikator kinerja utama dengan 9 inisiatif strategi. Inisiatif strategi yang sebaiknya
diprioritaskan adalah meningkatkan kualitas SDM dalam melakukan penyusunan
PKPT.
24

Tabel 15 Inisiatif strategi process perspective


Nilai
ekspresi Indikator kinerja utama Inisiatif strategi
warna
Presentase jumlah realisasi pemeriksaan Meningkatkan kualitas SDM dalam melakukan
1.39
PKPT yang ditetapkan penyusunan PKPT
Presentase jumlah temuan pemerikasaan Meningkatkan ketepatan hasil evaluasi
2.61
yang telah diterbitkan dalam LHP
Presentase jumlah unit kerja dengan Melaksanakan pembinaan dan pendampingan
akuntabilitas baik untuk meningkatkan kualitas unit kerja
7.09
Melaksanakan evaluasi laporan kinerja setiap
unit kerja secara berkesinambungan
Nilai penyimpangan dan ketidakpatuhan Melaksanakan pendampingan dan monitoring
7.09
terhadap perundang-undangan secara berkala
Presentase penyelesaian tindak lanjut Melaksanakan monitoring terhadap tindak
hasil temuan pengawasan lanjut hasil temuan pengawasan
Melaksanakan monitoring unit kerja dalam
12.09
menyelesaikan tindak lanjut hasil pemeriksaan
Meningkatkan pengumpulan data setiap unit
kerja dan tindak lanjut penanganannya
Laporan hasil evaluasi Whistlebowling Melaksanakan strategi komunikasi pendidikan
1.90
System dan sosialisasi budaya anti korupsi
Sumber: Data diolah (2016)

Inisiatif strategi people perspective


People perspective mendapatkan bobot skor sebesar 0.100 dan nilai hasil
kinerja 8.52% dengan kategori baik. Sasaran strategi people perspective adalah
peningkatan kapasitas auditor dengan dua indikator kinerja utama. Inisiatif
strategi people perspective dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Inisiatif strategi people perspective


Nilai
ekspresi Indikator kinerja utama Inisiatif strategi
warna
Presentase jumlah auditor yang bersertifikat Menyusun perencanaan keikutsertaan auditor
6.31
sertifikasi profesi internal audit
Presentase jumlah auditor yang mengikuti Menyusun program pengembangan diri
2.21 pendidikan dan pelatihan serta bimbingan melalui pendidikan professional
teknis berkelanjutan
Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 16, Inisiatif strategi pertama adalah menyusun rencana


keikutsertaan dalam sertifikasi profesi internal audit. Indikator kinerja utama yang
sebaiknya diprioritaskan dalam perbaikan kinerjanya adalah jumlah auditor yang
mengikuti pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis dengan nilai ekspresi
warna yang dikategorikan cukup.

Inisiatif strategi customer perspective


Customer perspective memperoleh skor kinerja 45.34% dan berada pada
posisi teratas dalam hierarki peta strategi. Inisiatif strategi untuk customer
perspective dapat dilihat pada Tabel 17.
Berdasarkan Tabel 17, inisiatif strategi yang menjadi prioritas adalah
mendampingi dan melakukan pembinaan pada setiap unit kerja untuk
meningkatkan kualitas kinerja dan mengevaluasi laporan kinerja setiap unit kerja.
25

Tabel 17 Inisiatif strategi customer perspective


Nilai
ekspresi Indikator kinerja utama Inisiatif strategi
warna
Kategori laporan akuntabilitas Mendampingi dan melakukan pembinaan pada setiap
3.42 kinerja instansi pemerintahan unit kerja untuk meningkatkan kualitas kinerja
Mengevaluasi laporan kinerja setiap unit kerja
Hasil survey kinerja Inspektorat Meningkatkan ketepatan dan kecepatan dalam
7.02
menyelesaikan hasil audit
Opini BPK mengenai laporan Mengintensifkan kegiatan monitoring, reviu, kajian,
keuangan pembahasan, dan pendampingan audit BPK RI
34.90 Melaksanakan pendampingan penyusunan Laporan
Keuangan
Melakukan monitoring tindak lanjut hasil audit BPK
RI
Sumber: Data diolah (2016)

Insiatif Strategi Financial perspective


Financial perspective mendapatkan skor kinerja sebesar 4.40%. Terdapat
empat inisiatif strategi pada financial perspective yang dapat dilihat pada Tabel
18.

Tabel 18 Inisiatif strategi financial perspective


Nilai
ekspresi Indikator kinerja utama Inisiatif strategi
warna
Presentase daya serap anggaran Meningkatkan kualitas dalam ketepatan perencanaan
terhadap kegiatan Inspektorat dan pelaksanaan program terhadap daya serap anggaran
Menyusun program operasional kegiatan Inspektorat
4.40 Meningkatkan kualitas pengawasan dan evaluasi
terhadap daya serap anggaran
Menghindari penyimpangan pelaksanaan serapan
anggaran yang tidak sesuai
Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 18, keempat inisiatif strategi tersebut bertujuan untuk


mencapai pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien. Prioritas utama inisiatif
strategi pada financial perspective adalah meningkatkan kualitas pengawasan dan
evaluasi terhadap daya serap anggaran.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan menggunakan metode


balanced scorecard, skor kinerja dari Inspektorat BKPM pada tahun 2015 adalah
90.43% atau berkinerja baik dengan interpretasi warna hijau. Melalui Balanced
scorecard, organisasi pemerintah akan mampu menjelaskan misinya kepada
masyarakat atau stakeholder dan dapat mengidentifikasi indikator kepuasan
stakeholder secara lebih transparan, objektif, terukur serta mampu
mengindentifikasi proses kerja dan kualitas sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam mencapai misi dan strateginya (Effendi, 2012). Terdapat
implikasi manajerial yang merupakan pengelompokkan dari inisiatif strategi.
26

Inisiatif strategi tersebut dikelompokkan menjadi 2, yaitu improvement strategic


dan sustainable development strategic, yang dapat diliat pada Tabel 19.

Tabel 19 Improvement strategic dan sustainable development strategic


No Perspektif Sasaran strategi Improvement Sustainable development
1 Process Meningkatkan 1. Meningkatkan kualitas 1. Melaksanakan pembinaan
kualitas pengawasan SDM dalam melakukan dan pendampingan
internal penyusunan PKPT 2. Melaksanakan evaluasi
2. Meningkatkan laporan kinerja setiap unit
ketepatan hasil evaluasi kerja secara
berkesinambungan
3. Melaksanakan
pendampingan dan
monitoring secara berkala
4. Melaksanakan monitoring
terhadap tindak lanjut hasil
temuan pengawasan
Meningkatkan 5. Melaksanakan monitoring
kualitas pengawasan unit kerja dalam
internal menyelesaikan tindak
lanjut hasil pemeriksaan
Penerapan 6. Melaksanakan strategi
penyelenggaraan komunikasi pendidikan
pemerintahan yang dan sosialisasi budaya anti
bersih dan bebas korupsi
KKN
2 People Peningkatan kapasitas 1. Menyusun perencanaan
auditor keikutsertaan auditor
sertifikasi profesi internal
audit
2. Menyusun program
pengembangan diri melalui
pendidikan professional
berkelanjutan
3 Customer Peningkatan kualitas 1. Mendampingi dan
akuntabilitas instansi melakukan pembinaan
pada setiap unit kerja
2. Mengevaluasi laporan
kinerja setiap unit kerja
Peningkatan kepuasan 1. Meningkatkan
layanan pengawasan ketepatan dan
kecepatan dalam
menyelesaikan hasil
audit
Peningkatan penilaian 2. Mengintensifkan 3. Melaksanakan
mengenai laporan kegiatan monitoring, pendampingan penyusunan
keuangan reviu, kajian, laporan keuangan
pembahasan, dan 4. Melakukan monitoring
pendampingan audit tindak lanjut hasil audit
BPK RI BPK RI
4 Financial Peningakatan 1. Menyusun program
pengelolaan anggaran operasional kegiatan
yang efektif dan Inspektorat
efisien
27

Lanjutan Tabel 19
No Perspektif Sasaran strategi Improvement Sustainable development
4 Financial Peningakatan 1. Meningkatkan
pengelolaan anggaran kualitas dalam
yang efektif dan ketepatan
efisien perencanaan,
pelaksanaan program
serta kualitas
pengawasan dan
evaluasi terhadap
daya serap anggaran
2. Menghindari
penyimpangan
pelaksanaan serapan
anggaran yang tidak
sesuai

Penerapan pengukuran kinerja dengan menggunakan pendekatan balanced


scorecard (BSC) memberikan informasi mengenai kondisi Inspektorat secara
komprehensif. Rancangan dan penyusunan kerangka kerja BSC menyesuaikan
dengan komponen SAKIP dan LAKIP yang telah diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014. Penyesuaian tersebut dilakukan dalam visi, misi, tujuan,
sasaran strategi, target, inisiatif strategi dan memasukkan indikator kinerja utama
yang belum terdapat pada SAKIP dan LAKIP Inspektorat namun indikator
tersebut dapat menjadi pemicu kinerja unit Inspektorat. Pengukuran kinerja
dengan pendekatan BSC dapat menjadi arahan bagi Inspektorat untuk berorientasi
pada strategi. Pendekatan BSC dapat dijadikan masukkan dalam penyempurnaan
SAKIP dan LAKIP Inspektorat yang lebih komprehensif dengan menyertakan
seluruh aspek finansial dan nonfinansial yang ada di Inspektorat, lebih berimbang
dengan memperhatikan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan antara hasil
kinerja yang diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil, dan dapat
menjelaskan hubungan sebab akibat dari pencapaian indikator kinerja yang
terdapat dalam peta strategi, serta hasil kinerja dari output dan outcome yang lebih
terukur.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Proses alignment visi ke misi, misi ke tujuan, sasaran ke indikator kinerja


utama sudah selaras. Namun, proses alignment tujuan ke sasaran, sasaran
menjadi faktor pendukung dalam tercapainya tujuan Inspektorat.
2. Rancangan strategi pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard
pada Inspektorat BKPM menghasilkan 7 sasaran strategi dan 12 indikator
kinerja utama yang diklasifikasikan kepada empat perspektif balanced
scorecard.
3. Peta Strategi menggambarkan hubungan sebab akibat pada setiap perspektif.
Pada formulasi peta strategi Inspektorat, customer perspective berada pada
28

posisi teratas, posisi kedua terdapat process perspective, posisi ketigas terdapat
people perspective, dan pada posisi terendah terdapat financial perspective.
4. Hasil pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard secara
keseluruhan termasuk kategori baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Inspektorat telah melaksanakan tugas dan fungsi secara efektif.

Saran

1. Inspektorat BKPM sebaiknya meningkatkan kinerja IKU pada setiap perspektif


BSC sehingga dapat mencapai kinerja Inspektorat pada kategori sangat baik,
dan melakukan evaluasi setiap tahun terhadap sasaran-sasaran strategi pada
rancangan BSC agar dapat menyesuaikan dengan penetapan target yang akan
dicapai.
2. Inspektorat BKPM sebaiknya mencermati proses evaluasi terhadap
rekomendasi hasil pengawasan secara berkala dan juga melakukan pembinaan
agar dapat melakukan tindakan antisipatif dan kuratif pada unit kerja
3. Inspektorat BKPM dapat mulai menerapkan pengukuran kinerja berbasis BSC
pada periode berikutnya secara lebih komprehensif, koheren, seimbang dan
terukur.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar N. 2011. Pengukuran kinerja perusahaan jasa dengan pendekatan balanced


scorecard pada PT Pandu Siwi Sentosa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Astaria NL. 2013. Analisis penyusunan strategi dan implementasi berbasis
balanced scorecard pada Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2015. Perjanjian Kinerja Badan
Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015. Jakarta (ID): BKPM
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2016. Keputusan Sekretaris
Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Pengelolaan Kinerja di
Badan Koordinasi Penanaman Modal. Jakarta (ID): BKPM
Brillianty SF, Bendatu LY. 2013. Perancangan alat ukur penilaian kinerja di PT X
dengan menggunakan balanced scorecard. Jurnal Titra. 1(2):149–156.
Christina NPY, Sudana IP. 2013. Penilaian kinerja pada PT Adhi Karya dengan
pendekatan balanced scorecard. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
5(3):516-529
Ciptani MK. 2000. Balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja masa depan:
Suatu pengantar. Jurnal akuntansi dan keuangan. 2(1): 21-35.
David FR. 2004. Manajemen Strategi: Konsep. Sindoro A, penerjemah;
Widyantoro A, editor. Jakarta (ID): PT INDEKS. Terjemahan dari : Pretice
Hall.
Djaali, Mulyono P. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta (ID):
Grasindo
29

Effendi R. 2012. Pengukuran kinerja sektor publik dengan menggunakan


balanced scorecard (studi kasus Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel). Jurnal
Ilmiah STIE MDP. 1 (2): 67-73.
Erwina. 2015. Perancangan dan evaluasi balanced scorecard sebagai pengukuran
kinerja usaha kecil menengah (UKM) di Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Febrina M. 2012. Perancangan balanced scorecard sebagai alat untuk review
strategi perusahaan (Studi kasus pada PT “SPB” di Surabaya). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi. 1(1):97-102.
Fitriyani D. 2014. Balanced scorecard: Alternatif pengukuran kinerja organisasi
sektor publik. Jurnal Cakrawala Akuntansi. 6 (1): 16-31.
Gustika A. 2011. Rancangan dan evaluasi kinerja pada PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk cabang Serang dengan balanced scorecard [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hasislam O. 2014. Analisis pengukuran kinerja organisasi menggunakan balanced
scorecard (studi kasus Badan Penelitian Pengembangan dan Informasi
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hunger JD, Wheelen TL. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta (ID): Andi
Inspektorat. 2014. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun
2014. Jakarta (ID): Inspektorat
Kaplan RS, Norton DP. 2000. Balanced Scorecard. Pasla PRY, penerjemah;
Sumirhati Y, Kristiaji WC, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:
Harvard Business School Press.
Kaplan RS, Norton DP. 2010. Execution Premium: Sukses Besar Merencanakan
dan Mengeksekusi Strategi. Rasyid A, penerjemah; Zidane M, Wahyudi H,
editor. Jakarta (ID): PT Ufuk Publishing House. Terjemahan dari: The
Execution Premium: Linking Strategy to Operations for Competitive.
Khairi A. 2016. Analisis pengukuran kinerja organisasi berbasis balanced
scorecard pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Luis S, Biromo PA. 2007. Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to
Functional Scorecards. Jakarta (ID): Gramedia Pusaka Utama.
Moeheriono. 2012. Indikator Kinerja Utama (IKU): Perencanaan, Aplikasi, dan
Pengembangan. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
Mulyadi. 2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced
Scorecard. Yogyakarta (ID): Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Permana PPM. 2014. Rancangan strategi pengukuran kinerja berbasis balanced
scorecard pada Inspektorat Jendral Kementerian Kehutanan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pranadi BB. 2013. Perancangan balanced scorecard sebagai sistem pengukuran
kinerja perusahaan ABP (studi kasus pada perusahaan jasa konsultan)
[disertasi]. Jakarta (ID): Universitas Terbuka.
30

Putri BA. 2011. Pengukuran dan evaluasi kinerja perusahaan dengan balanced
scorecard pada Lembaga Pendidikan Xtion My Creative Station [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rasyamlani I. 2014. Pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard di PT
Agri Halba [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta
(ID): Pustaka Binaman Pressindo.
Sipayung F. 2009. Balanced scorecard: pengukuran kinerja perusahaan dan
sistem manajemen strategis. Friska. Jurnal Manajemen Bisnis, 2(1): 7–14.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Cetakan keenam belas. Bandung
(ID): CV. ALFABETA.
Nugroho WA. 2013. Analisis pengukuran kinerja perusahaan dengan konsep
balanced scorecard pada PT Wijaya Karya [skripsi]. Jakarta (ID) : Universitas
Islam Syarif Hidayatullah.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
31

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian


32
32

Lampiran 2 Pengukuran kinerja Inspektorat Badan Koordinasi Penanaman Modal

No. Perspektif Bobot Indikator kinerja utama Bobot Penetuan Standar (%) Baseline Skor Skor Nilai ekspresi Pencapaian Nilai KRI Cara mengukur IKU Sumber data PIC
perspektif (IKU) IKU 2015 akhir warna
Sangat baik › 100
Presentase realisasi Baik 76 - 99 (jumlah pemeriksaan yang
1 pemeriksaan dengan PKPT 0.014 Cukup 61 - 75 146.80 193.13 2.68 5 100% 1.39% dilaksanakan/jumlah pemeriksaan LAKIP Inspektur
yang ditetapkan Kurang 51-60 berdasarkan PKPT)*100%
Buruk ‹ 50
Sangat baik › 100
Presentase jumlah temuan Baik 76 - 99 (jumlah temuan yang telah
2 pemeriksaan yang telah 0.026 Cukup 61 - 75 3333.33 4385.39 114.61 5 100% 2.61% diterbitkan/jumlah objek LAKIP Inspektur
diterbitkan dalam LHP Kurang 51-60 pemeriksaan)*100%
Buruk ‹ 50
Sangat baik › 100
Baik 76 - 99 (jumlah unit kerja yang Laporan
3 Presentase jumlah unit kerja 0.071 Cukup 61 - 75 100 131.56 9.32 5 100% 7.09% akuntabilitasnya baik/jumlah evaluasi Inspektur
yang akuntabilitasnya baik seluruh unit kerja)*100% LAKIP
Kurang 51-60
Buruk ‹ 50
PROCESS 0.322 Sangat baik › 100
Presentase penurunan Baik 76 - 99 (Target jumlah penyimpangan/
4 penyimpangan dan 0.071 Cukup 61 - 75 720720.72 948191.98 67206.71 5 100% 7.09% jumlah tindakan penyimpangan Laporan Hasil Inspektur
ketidakpatuhan terhadap yang terjadi)*100% Penyelidikan
perundang-undangan Kurang 51-60
Buruk ‹ 50
Sangat baik › 100
Persentase penyelesaian Baik 76 - 99 (jumlah tindak lanjut hasil Laoran
5 tindak lanjut hasil temuan 0.121 Cukup 61 - 75 100 131.56 15.91 5 100% 12.09% pengawasan/jumlah temuan hasil Pemeriksaan Inspektur
pengawasan Kurang 51-60 pengawasan)*100% BPK
Buruk ‹ 50
Sangat baik › 100
Presentase laporan hasil Baik 76 - 99 Laporan hasil
6 evaluasi Whistle Blowing 0.019 Cukup 61 - 75 100 131.56 2.50 5 100% 1.90% Laporan hasil WBS Whistle Inspektur
system Blowing
Kurang 51-60 System
Buruk ‹ 50
SKOR PROCESS 32.16%
Sangat baik › 100
Baik 76 - 99 (jumlah auditor
7 Presentase jumlah auditor 0.063 Cukup 61 - 75 100 131.56 8.30 5 100% 6.31% bersertifikat/jumlah seluruh LAKIP Inspektur
bersertifikasi auditor)*100%
Kurang 51-60
Buruk ‹ 50
PEOPLE 0.100 Sangat baik › 100
Presentase jumlah auditor Baik 76 - 99 (Jumlah auditor yang mengikuti Hasil
8 yang mengikuti pendidikan 0.037 Cukup 61 - 75 75 98.67 3.64 3 60% 2.21% pendidikan pelatihan ataupun Penilaian inspektur
dan pelatihan maupun teknis bimtek/jumlah seluruh LAKIP
bimbingan Kurang 51-60 auditor)*100%
Buruk ‹ 50
SKOR PEOPLE 8.52%
Sangat baik › 100
Kategori Laporan Baik 76 - 99 Hasil evaluasi
9 Akuntabilitas Kinerja Instansi 0.057 Cukup 61 - 75 73.31 96.45 5.50 3 60% 3.42% Kategori nilai yang ingin dicapai pelaksanaan Inspektur
Pemerintah (LAKIP) Reformasi
Kurang 51-60 Birokrasi
Buruk ‹ 50
Sangat baik › 100
Baik 76 - 99 Laporan hasil
10 CUSTOMER 0.523 Nilai hasil survey kinerja 0.117 Cukup 61 - 75 74.79 98.39 11.51 3 60% 7.02% Survey kinerja inspektorat survey kinerja Inspektur
Inspektorat Inspektorat
Kurang 51-60
Buruk ‹ 50
Sangat baik › 100
11 Opini BPK mengenai laporan 0.349 Baik 76 - 99 100 131.56 45.92 5 100% 34.90% Tujuan yang ingin dicapai Laporan BPK Inspektur
keuangan Cukup 61 - 75
Kurang 51-60
SKOR CUSTOMER 45.34%
Sangat baik › 100
Presentase daya serap Baik 76 - 99
12 FINANCIAL 0.055 anggaran terhadap program 0.055 Cukup 61 - 75 96.58 127.06 6.99 4 80% 4.40% (jumlah realisasi/total LAKIP Inspektur
Inspektorat pagu)*100%
Kurang 51-60
Buruk ‹ 50
SKOR FINANCIAL 4.40%
2
33
33

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tasikmalaya provinsi Jawa Barat pada tanggal 3 Mei 1994
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Putri pasangan Bapak Taofik
Saepulloh dan Ibu Titin Suhertin
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Duren
Jaya III Bekasi Timur, lalu melanjutkan sekolah menengah pertama di SLTP
Negeri 11 Bekasi dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 6
Tasikmalaya. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan Sarjana di Institut Pertanian
Bogor yang diterima melalui program SNMPTN Undangan pada tahun 2012,
sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa.
Program S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa
Daerah (OMDA) Tasikmalaya dan Himpunan Mahasiswa Manajemen (Centre of
Management) periode 2014-2015. Selain itu, Penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan seminar dan kepanitiaan.
32

Anda mungkin juga menyukai