Anda di halaman 1dari 10

Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

MERIT SYSTEM DALAM MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Oleh:
Arief Daryanto

Abstract

Government officials in Indonesia are required to continuously improve their services quantitatively and
qualitatively to increase the country competitiveness and public sector management quality. Common
stereotype about low government official performance implies that they are not yet capable of proliferating
their productivity. Working motivation is needed to produce high working spirit to provide excellent
service to the community. A system which can generate high working motivation based on result oriented
organizational values and fair and accurate merit system performance evaluation are required. This paper
is aimed at opening the thinking paradigm about merit system in managing government officials to increase
their productivity, quantitatively and qualitatively.

Keywords: Merit System, Civil Service (PNS), Competitiveness, Performance Appraisal, Competency,
Merit Pay

A. PENDAHULUAN ke-54, atau turun empat poin dari posisi akhir


tahun lalu di peringkat ke-50. Perbaikan kinerja
Perbaikan kinerja aparat pelayanan aparat pelayanan publik juga merupakan
publik merupakan salah satu isu penting dalam suatu keharusan jika dikaitkan dengan per-
reformasi administrasi publik di berbagai kembangan dan tuntutan kontemporer seperti
negara, termasuk Indonesia. Tuntutan per- globalisasi atau liberalisasi perdagangan,
baikan kinerja aparat publik semakin besar good governance, profesionalisme, transparansi,
jika dikaitkan dengan upaya Pemerintah akuntabilitas, penegakan etika dan moral
untuk meningkatkan dayasaing negara dalam dalam penyelenggaraan pelayanan publik
persaingan global (Balfour, 1997). Daya (Milakovich and Gordon, 2007).
saing suatu negara ditentukan oleh kinerja
perekonomian, tingkat efisiensi pemerintah, Beberapa indikator yang mencerminkan
efisiensi bisnis dan kualitas infrastruktur yang buruknya potret kinerja aparat pelayanan
tersedia di negara tersebut. Berdasarkan publik (yang sebagian besar dilayani oleh
World Competiveness Scoreboard 2007 yang Pegawai Negeri Sipil atau PNS) di Indonesia,
diterbitkan oleh IMD, peringkat Indonesia antara lain ditunjukkan oleh pelayanan yang
daya saing Indonesia mengalami penurunan bertele-tele dan cenderung birokratis; biaya
(decelerating performance) dari urutan 52 yang tinggi (high cost economy; pungutan-
pada tahun 2006 menjadi urutuan ke 54 pungutan tambahan, perilaku aparat yang
pada tahun 2007. Sedangkan dalam laporan lebih bersikap sebagai pejabat ketimbang abdi
daya saing global yang dirilis Forum Ekonomi masyarakat; pelayanan yang diskriminatif;
Dunia (The World Economic Forum/WEF) mendahulukan kepentingan pribadi, golongan
pada Oktober 2007, Indonesia duduk di posisi atau kelompok, termasuk kepentingan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 1


VOL.1, NO.2, November 2007

atasannya ketimbang kepentingan publik; mempertimbangkan kebutuhan hidup layak


adanya perilaku malas dalam mengambil dan prestasi kerja. Disamping itu, sistem
inisiatif di luar peraturan; masih kuatnya penggajian belum tegas mempertimbangkan
kecenderungan untuk menunggu petunjuk pegawai dengan tingkat pendidikan, prestasi,
atasan; sikap acuh terhadap keluhan produktivitas tinggi dan displin yang tinggi.
masyarakat; lamban dalam memberikan Saat ini PNS dengan kedudukan struktural
pelayanan; kurang berminat dalam men- yang sama, produktif atau tidak produktif
sosialisasikan berbagai peraturan kepada dipastikan memiliki gaji yang sama apabila
masyarakat, dan sebagainya. mempunyai golongan, masa kerja dan
ruangan pangkat yang sama. Kondisi ini akan
Sumberdaya manusia (SDM) me- menurunkan semangat kerja dan prestasi
rupakan faktor utama yang strategis dalam kerja pegawai baik saat ini maupun di masa
meningkatkan kemampuan bersaing (com- mendatang.
petitive) dan bertahan (defensive) bagi institusi/
organisasi di era globalisasi saat ini. Pfeffer
(1996) mengemukakan bahwa pada kompetisi B. KONSEP MERIT SYSTEM
global hanya ada satu landasan untuk
mencapai keunggulan bersaing bagi institusi/ Pengertian merit system dapat di-
organisasi, yaitu bagaimana mengelola faktor dasarkan pada gabungan pendekatan analisa
SDM tersebut. Oleh karena itu, pengembangan kosa kata, teori motivasi dan modifikasi
kualitas SDM diperlukan dalam dinamika perilaku. Berdasarkan pendekatan analisa
persaingan, dinamika pasar serta dinamika kosa kata dan teori perubahan perilaku, merit
teknologi yang terus berkembang. system didefinisikan sebagai pengelolaan
SDM yang didasarkan pada prestasi (merit),
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan yaitu segenap perilaku kerja pegawai dalam
salah satu SDM yang memerlukan penerapan wujudnya dikategorikan sebagai baik atau
sistem penilaian kinerja (prestasi kerja) melalui buruk, hal mana berpengaruh langsung pada
merit system. Mengingat, keberadaan PNS naik atau turunnya penghasilan dan/atau karir
sangat dibutuhkan dalam rangka pemberian jabatan pegawai.
pelayanan umum kepada masyarakat. PNS
sebagai aparatur negara masih memiliki Konsep merit system mencerminkan
kinerja yang rendah. Hal ini didasarkan pada bahwa faktor prestasi kerja merupakan pusat
kompetensi dan produktivitas PNS yang dari sistem ini atau dengan kata lain fokus utama
masih rendah dan perilaku yang rule driven, merit system adalah dalam rangka perbaikan
paternalistik dan kurang profesional. Menurut atau peningkatan prestasi kerja (Woodard,
laporan World Bank (2006), pegawai negeri 2005). Jika prestasi kerja tergolong baik maka
sering mencari alasan atas kinerja yang pegawai (SDM) akan diberikan penghargaan
buruk, absensi dan praktek-praktek korupsi atau reward berupa kenaikan penghasilan
dengan menyatakan bahwa mereka tidak dan/atau karir jabatan. Sedangkan jika
dibayar dengan cukup. Hal ini pun diperkuat prestasi kerja pegawai (SDM) tergolong
dengan kajian yang dilakukan oleh Bappenas buruk maka akan menerima punishment
(2004), sistem gaji PNS hingga saat ini tidak berupa penurunan penghasilan dan/atau karir

2 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

jabatan. Kedua hal tersebut, yakni reward dan berkesinambungan. Kondisi yang dapat
ataupun punishment akan diterima pegawai dipenuhi agar penerapan merit system
sebagai umpan balik yang dipastikan dapat berjalan efektif menurut Simamora (1995)
mempengaruhi seluruh sikap-sikap serta adalah:
perilaku kerja di masa mendatang. 1. Membuat standar kinerja yang tinggi,
karena pengharapan yang rendah cen-
derung menjadi pemenuhan ramalan
sendiri. Puncak prestasi jarang dihasilkan
dari pengharapan yang sedang-sedang
saja.
2. Mengembangkan sistem penilaian
kinerja yang akurat, dengan fokus pada
kriteria yang berorientasi pada hasil dan
khas pekerjaan.
3. Melatih penyelia dalam mekanisme
penilaian kinerja dan dalam seni pem-
Sumber: Wungu, 2003 berian umpan balik kepada bawahan.
Gambar 2. Konsep Merit System Kinerja yang tidak efektif harus dikelola
secara konstruktif.
Dengan reward atau punishment 4. Mengaitkan secara erat imbalan dengan
yang diterapkan dalam konsep merit system kinerja dengan menggunakan penilaian
akan membawa dampak yang positif bagi kinerja semi tahunan untuk memberikan
kinerja kerja SDM itu sendiri. Reward akan atau menolak peningkatan merit system.
memberikan reaksi pada SDM untuk mem- 5. Menggunakan suatu rentang peningkatan
pertahankan dan bahkan lebih meningkatkan merit system yang luas dengan membuat
prestasi kerja. Sebaliknya, punishment akan peningkatan gaji menjadi lebih bermakna.
menimbulkan reaksi untuk meninggalkan atau
tidak mengulang sikap yang dapat membuat Penerapan kebijakan merit system
prestasi kerja buruk. Oleh karena itu, konsep dalam manajemen memerlukan empat
merit system membuat SDM akan terdorong kebijakan pokok sebagai bagian dari sub-
untuk berprestasi kerja tinggi sehingga akan sistem merit system tersebut Hickman and Lee
berdampak langsung pada pencapaian (2001), yakni pertama, kebijakan penilaian
prestasi tinggi dari unit kerja SDM tersebut karya pegawai (performance appraisal);
yang pada akhirnya institusi/organisasi kedua, penghasilan (compensation); ketiga,
secara menyeluruh akan mencapai prestasi karir (career) dan keempat, pelatihan
yang tinggi pula. (training). Sub-sistem yang paling terpenting
dalan penerapan merit system adalah sub-
Pengertian tentang merit system di sistem dalam bidang penilaian karya pegawai
atas menunjukkan bahwa tujuan penerapan dengan tujuan utama untuk menghasilkan
merit system dalam manajemen adalah untuk nilai prestasi kerja pegawai (SDM) yang
meningkatkan kinerja SDM agar tercapai optimal obyektif.
produktivitas institusi/organisasi yang tinggi

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 3


VOL.1, NO.2, November 2007

Prestasi kerja harus didorong oleh


motivasi bekerja yang tinggi dari pegawai Dengan demikian, seseorang akan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah berusaha mencapai keinginannya dengan
ditetapkan. Motivasi dapat diartikan sebagai cara bekerja. Keinginan yang timbul
suatu stimulan yang dapat menggerakkan dari setiap pegawai merupakan motivasi
seseorang untuk bekerja lebih baik dan bagi mereka dalam melaksanakan suatu
berprestasi. Motivasi juga merupakan pekerjaan. Seorang pemimpin suatu institusi/
dorongan yang timbul pada diri seseorang organisasi harus mempelajari hal-hal apa
yang dapat menggerakannya untuk yang menjadi keinginan para pegawainya
melakukan sesuatu dengan lebih baik dan agar dapat mengetahui faktor-faktor motivasi
maksimal. Peterson dan Plowman dalam yang dibutuhkan oleh pegawai dalam rangka
Hasibuan (2003), menyatakan beberapa hal menunjang tujuan institusi/organisasi.
yang menyebabkan seseorang ingin bekerja,
yaitu:
1. Keinginan untuk hidup (The Desire to Live) C. MANFAAT MERIT SYSTEM
Keinginan hidup pada dasarnya me-
rupakan hal paling utama yang diinginkan Penerapan merit system memberikan
oleh seluruh manusia. Manusia bekerja manfaat dalam manajemen institusi/organisasi,
dengan tujuan untuk mencari makan, khususnya PNS, di antaranya pertama, merit
karena makan merupakan hal yang system dapat memberikan kontribusi terhadap
paling utama dalam mempertahankan peningkatan produktivitas, menurunkan biaya
hidup. produksi dan meningkatkan pendapatan.
Kedua, merit system membutuhkan peng-
2. Keinginan untuk suatu posisi (The Desire awasan langsung khususnya bagi tingkatan
for Position) tertentu untuk mempertahankan kualitas
Penyebab manusia ingin bekerja adalah yang diinginkan. Ketiga, merit system dapat
ingin memperoleh suatu posisi. Keinginan mendorong pegawai untuk mengurangi waktu
untuk meraih suatu posisi ini merupakan yang hilang dan membuat penggunaan
keinginan manusia yang kedua setelah waktu serta peralatan menjadi lebih efektif.
keinginan untuk hidup. Keempat, merit system dapat membantu
3. Keinginan akan kekuasaan (The Desire dalam penentuan biaya tenaga kerja yang
for Power) lebih akurat, dan Kelima, merit system dapat
Keinginan ketiga yang mendorong memotivasi pekerja untuk meningkatkan
seseorang untuk bekerja adalah kinerja, karena pegawai percaya dan
keinginan akan kekuasaan. Keinginan ini mengetahui bahwa dengan kinerja yang tinggi
berada selangkah di atas keinginan untuk akan memperoleh imbalan.
memiliki.
4. Keinginan akan pengakuan (The Desire Salah satu implementasi dari merit
for Recognition) system adalah berupa penilaian prestasi kerja
Merupakan hal terakhir dari kebutuhan pegawai yang memiliki manfaat ditinjau dari
atau keinginan manusia yang dapat beragam perspektif pengembangan institusi/
mendorong seseorang untuk bekerja. organisasi, yaitu:

4 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

8. Tantangan-tantangan eksternal
1. Perbaikan kinerja Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,
pegawai, manajer, spesialis personal finansial, kesehatan, atau masalah-
dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk masalah lainnya. Jika masalah-masalah
memperbaiki kinerja. tersebut tidak diatasi melalui penilaian
2. Keputusan penempatan prestasi kerja, departemen SDM mungkin
Promosi, transfer, dan penurunan mampu menyediakan bantuannya.
jabatan (demosi) biasanya didasarkan 9. Kesalahan rancangan pekerjaan
pada kinerja masa lalu dan antisipatif, Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah
misalnya dalam bentuk penghargaan. gejala dari rancangan pekerjaan yang
3. Penyesuaian kompensasi keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis
Penilaian prestasi kerja akan membantu kesalahan-kesalahan tersebut.
pengambil keputusan menentukan siapa 10. Kesempatan kerja yang sama
yang seharusnya menerima peningkatan Penilaian kinerja yang akurat dan aktual
pembayaran dalam bentuk upah dan menghitung kaitannya dengan kinerja
bonus yang didasarkan pada merit dapat menjamin bahwa keputusan
system. penempatan internal bukanlah sesuatu
4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang bersifat diskriminasi.
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah 11. Umpan balik pada SDM
kebutuhan untuk melakukan pelatihan Kinerja yang baik dan buruk di seluruh
kembali dan setiap karyawan hendaknya organisasi mengindikasikan bagaimana
selalu mengembangkan diri. baiknya fungsi departemen SDM di-
5. Perencanaan dan pengembangan karir terapkan.
Umpan balik kinerja membantu proses
pengambilan keputusan tentang karir Keuntungan yang spesifik dari
spesifik pegawai. sistem penilaian prestasi kerja pada merit
6. Defisiensi proses penempatan staf system akan tergantung pada sasaran
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam yang hendak dicapai dan sampai dimana
hal kekuatan dan kelemahan dalam sistem tersebut didesain dan dioperasikan
prosedur penempatan staf di departemen secara efektif untuk memenuhi sasaran
SDM. yang dimaksud. Keuntungan tersebut
7. Ketidakakuratan informasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal
Kinerja buruk dapat mengindikasikan penting, yaitu (Moon, 1993):
kesalahan dalam informasi analisis a. Keuntungan bagi yang dinilai
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain 1) Menerima umpan balik (feed back)
dalam sistem manajemen personal. Hal
demikian akan mengarah pada ketidak- 2) Kesempatan untuk menyampaikan
tepatan dalam keputusan menyewa umpan balik (feed back) kepada
pegawai, pelatihan, dan keputusan penilai
konseling.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 5


VOL.1, NO.2, November 2007

3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan pembinaannya. Standar penggajian PNS


4) Kesempatan membahas prospek di seluruh Indonesia adalah sama, yang
dan promosi karir didasarkan atas pangkat/golongan dan
5) Memperjelas tujuan-tujuan pekerjaan masa kerja pegawai. Perhitungan besaran
gaji pokok sekarang ini mengacu pada
6) Diskusi tentang desain kerja masa kerja dan golongan Pegawai Negeri
7) Keuntungan dari gaji yang dikaitkan Sipil (PNS). PNS dengan masa kerja dan
dengan kinerja golongan yang sama akan memiliki gaji pokok
b. Keuntungan bagi penilai yang sama walaupun bobot pekerjaannya
1) Umpan balik (feed back) kepada berbeda. Perbedaan yang cukup menonjol
yang dinilai hanya terletak pada tunjangan struktural
bagi PNS yang memiliki jabatan struktural.
2) Menyusun dan menjelaskan sasaran Kondisi ini menyebabkan tidak terdorongnya
kegiatan kerja untuk periode PNS untuk lebih berprestasi sesuai dengan
mendatang dan target individu yang kompetensinya. Disamping itu, gaji dan
dapat dicapai tunjangan yang dterima saat ini belum
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
4) Perhitungan kekuatan dan kelemahan kurang kompetitif dibandingkan dengan gaji
tim di sektor swasta khususnya untuk tingkat
5) Menggali dan mengatasi masalah manajer dan pimpinan. Sistem penggajian
dan mengurangi tingkat keluar tersebut mengakibatkan kurangnya insentif
masuk karyawan (labour turn over) untuk meningkatkan karier dan prestasi,
serta mendorong terjadinya penyalahgunaan
c. Keuntungan bagi institusi/organisasi wewenang untuk meningkatkan taraf
1) Penyempurnaan kinerja melalui hidupnya.
komitmen terhadap staf
2) Standar minimum manajemen yang Selain permasalahan di atas dalam
baik menilai kinerja (prestasi) seorang pegawai,
3) Perbandingan kebutuhan pelatihan dalam hal ini tidak terlepas dari keberdaan
PNS umumnya para penilai sering mengalami
4) Perencanaan karyawan dan suksesi
bias dalam penilaian kinerja (Rao, 1992).
5) Tes proses seleksi Adapun bias tersebut antara lain:
1. Hallo Effect, terjadi karena penilai
D.
PENERAPAN MERIT SYSTEM menyukai atau tidak menyukai sifat
DALAM MANAJEMEN PNS pegawai yang dinilainya. Oleh karena
itu cenderung akan memperoleh nilai
Keberadaan PNS sangat dibutuhkan positif pada semua aspek penilaian bagi
dalam rangka pemberian pelayanan umum pegawai yang disukainya, dan begitu
kepada masyarakat. Untuk itu, terhadap PNS pula sebaliknya, seorang pegawai yang
perlu dilakukan pembenahan yang sistematis tidak disukainya akan mendapatkan nilai
melalui berbagai kebijaksanaan dan instrumen negatif pada semua aspek penilaian;

6 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

2. Liniency and Severity Effect. Liniency 6. Recency effect, penilai cenderung


effect ialah penilai cenderung memberikan nilai atas dasar perilaku
beranggapan bahwa mereka harus yang baru saja mereka saksikan, dan
berlaku baik terhadap pegawai, sehingga melupa-kan perilaku yang lalu selama
mereka cenderung memberi harkat suatu jangka waktu tertentu.
(nilai) yang baik terhadap semua aspek
penilaian. Sedangkan severity effect Menurut Breunan (1989) terdapat
ialah penilai cenderung mempunyai permasalahan dalam penilaian prestasi kerja
falsafah dan pandangan yang sebaliknya yaitu, pertama, Stereotypes, yaitu penilaian
terhadap karyawan sehingga cenderung berdasarkan harapan penilai sendiri, bukan
akan memberikan nilai yang buruk atas dasar kenyataan yang benar-benar terjadi
(keras); atau mencari kenyataan sesuai dengan teori
3. Central tendency, yaitu penilai tidak penilai dari pada membuat suatu teori yang
ingin menilai terlalu tinggi dan juga tidak sesuai dengan kenyataan; kedua, subjective
terlalu rendah kepada bawahannya standards, kriteria penilaian diartikan berbeda
(selalu berada ditengah-tengah). Karena antara pengguna-pengguna individu, seperti
toleransi penilai yang terlalu berlebihan kriteria sangat baik sampai tidak baik; dan
tersebut sehingga cenderung menilai ketiga, Opportunity bias, seorang pegawai
sebagian besar dengan nilai yang rata- dapat memperoleh nilai baik karena keadaan
rata; pegawai tersebut bukan karena prestasi
4. Assimilation and differential effect. kerjanya. Permasalahan atau bias tersebut
Assimilation effect, yaitu penilai cenderung merupakan kendala yang umum terjadi dan
menyukai pegawai yang mempunyai ciri- patut menjadi pertimbangan dalam mencari
ciri atau sifat seperti mereka, sehingga alternatif sistem penilaian prestasi.
akan memberikan nilai yang lebih baik
dibandingkan dengan karyawan yang Pegawai akan mendukung pencapaian
tidak memiliki kesamaan sifat dan ciri- tujuan institusi/organisasi, jika prestasi
ciri dengannya. Sedangkan differential kerja pegawai dapat dihargai oleh institusi/
effect, yaitu penilai cenderung menyukai organisasi tersebut. Pencapaian tujuan
pegawai yang memiliki sifat-sifat atau perusahaan dapat diwujudkan dengan
ciri-ciri yang tidak ada pada dirinya, tapi menjalankan manajemen SDM yang berbasis
sifat-sifat itulah yang mereka inginkan, kompetensi (competency-based human
sehingga penilai akan memberinya nilai resources management). Salah satu strategi
yang lebih baik dibanding yang lainnya; kebijakan SDM yang dapat menumbuhkan
situasi kompetensi antar pegawai adalah merit
5. First impression error, yaitu penilai yang system yaitu strategi pemberian remunerasi
mengambil kesimpulan tentang pegawai dan insentif lainnya yang dikaitkan dengan
berdasarkan kontak pertama mereka dan tugas dan tanggung jawab serta pencapaian
cenderung akan membawa kesan-kesan kinerja. Strategi ini akan memungkinkan
ini dalam penilaiannya hingga jangka para pegawai bersedia bekerja keras
waktu yang lama; dengan tingkat kedisplinan dan moral kerja
yang tinggi. Mengingat betapa pentingnya

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 7


VOL.1, NO.2, November 2007

merit-pay system ini dalam peningkatkan demokrasi dan pasar yang efisien, peng-
efisiensi, efektivitas dan produktivitas institusi/ hindaran salah alokasi dana investasi, dan
organisasi, Woodard (2005) mengatakan pencegahan korupsi baik secara politik
bahwa walaupun secara tradisional merit maupun administratif, menjalankan disiplin
system merupakan dasar kebijakan dan anggaran serta penciptaan legal and political
praktik manajemen sumberdaya manusia di framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
sektor publik, pada saat ini konsep merit ini
lebih dekat dikaitkan dengan kompensasi Dalam menerapkan merit system pada
(merit pay) dibandingkan dengan nilai-nilai manajemen PNS beberapa hal yang harus
yang seharusnya menjadi dasar perilaku diperhatikan antara lain pertama, langkah awal
dalam manajemen sektor publik (Woodard dalam penerapan penggajian merit system,
2005). pihak manajemen perlu memperhatikan
bahwa dalam pemberian gaji tidak terlepas
dari pada penilaian terhadap tugas dan
E. PENUTUP: STRATEGI PENERAPAN tanggung jawab seluruh karyawan disemua
MERIT SYSTEM unit kerja, sehingga penilaiannya adalah
orang-orang yang mengetahui dengan benar
Kemajuan suatu bangsa tidak apa yang dikerjakan karyawan yaitu atasan
hanya tergantung pada sumberdaya alam langsung dan sebagai bahan pertimbangan
yang dimiliki, namun lebih ditentukan penilai dapat melakukan konfirmasi kepada
oleh kemampuan bangsa tersebut dalam bagian lain yang terkait dengan pekerjaan
mengelola sumberdaya dengan baik. Untuk dan karyawan yang dinilai.
mengelola sumberdaya secara tepat dan
baik mutlak diperlukan SDM yang berkualitas. Kedua, untuk mensejahterakan PNS
PNS sebagai SDM yang bertugas melayani pemerintah seyogyanya juga memperhatikan
kepentingan publik sudah semestinya kemerataan penghasilan. Sudah sepantasnya
memiliki kualitas yang baik agar mampu pemerintah meningkatkan standar gaji PNS
menjalankan tugasnya secara tepat dan dengan standar yang layak, dengan demikian
benar. Oleh karena itu diperlukan kebijakan kesenjangan akan lebih dapat diminimalisir
yang mampu meningkatkan produktivitas dan dan kesejahteraan pun dapat diperoleh.
prestasi kerjanya. Sistem penggajian dengan
merit system diyakini merupakan salah satu Ketiga, dalam perhitungan penentuan
alternatif sistem penggajian yang dapat formula penggajian PNS, perlu diperhatikan
memacu prestasi dari PNS tersebut. juga tingkat inflasi/kemahalan antara lain
dengan membuat indeks untuk dijadikan
Dengan sistem penggajian yang baik dasar bagi penyesuaian gaji dan tunjangan.
diharapkan mampu menciptakan Good
Corporat Governance (GCG). Penerapan Keempat, penggajian untuk PNS
GCG ini akan memberikan harapan karena seharusnya dibuat standar tertentu, artinya
merupakan suatu penyelenggaraan mana- bisa saja dalam golongan yang sama tetapi
jemen pembangunan yang solid dan ber- memiliki gaji yang berbeda disesuaikan
tanggung jawab yang sejalan dengan prinsip dengan beban kerjanya sehari-hari. Kalau

8 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

ada PNS yang malas-malasan maka gajinya penilaian atau multi raters; ketiga, memberikan
akan lebih kecil dari yang memiliki tanggung pelatihan penilaian prestasi kerja kepada para
jawab yang besar, walaupun golongannnya pimpinan unit kerja serta pegawai umumnya
rendah. Dengan demikian produktifitas PNS terampil menilai prestasi kerja pegawai
akan lebih baik terhadap pelayanan terhadap serta menguasai seni penyampaian umpan
masyarakat. Di Indonesia saat ini gaji tidak balik tentang kondisi nyata prestasi kerja
didasarkan atas kinerja tetapi tanggung jawab, yang berhasil dicapai sehingga pada masa
sedangkan tanggung jawab tidak selalu mendatang memungkinkan untuk dicapainya
terkait dengan kinerja. Disamping itu setiap prestasi kerja pegawai yang lebih baik.
instansi diberikan kewenangan penuh untuk Keempat, membakukan pemberian peng-
memberikan reward dan punishment terhadap hargaan berdasarkan prestasi kerja yang
pegawai dibawahnya sesuai ketentuan yang berhasil dicapai oleh setiap pegawai. Kelima,
berlaku. Reward dan punishment tersebut menggunakan skala kenaikan penghasilan
tidak hanya berlaku untuk bawahan saja yang besar dan bernilai signifikan.
melainkan juga untuk pimpinan.

Kelima, reward yang diberikan kepada


PNS yang memiliki prestasi kerja seharusnya DAFTAR PUSTAKA
dilakukan dengan transparan sehingga
memiliki sikap kompetisi antar departemen Anthony, W.P. et al,. 1996. Strategic
dalam memberikan pelayanan, mendorong Human Resources. Second Edition.
tegaknya hukum dan bersedia memberikan The Dryden Press.
pertanggungjawaban terhadap publik (public
accountibility) secara teratur. Balfour, D.L. 2005. Reforming the Public
Service: The Search for a New Tradition,
Keenam, diperlukan pengawasan Public Administration Review, Vol. 57,
yang ketat dalam menerapkan merit system No. 5, pp 439-462.
dimana pemerintah perlu membentuk tim Bappenas, 2004. Laporan Kajian Sistem
merit system sehingga dapat berjalan secara Remunerasi PNS. Bappenas, Jakarta.
efektif. Penerapan merit system juga akan
efektif bila terdapat komitmen penuh dari Bank Dunia, 2006. Pelayanan Publik:
segenap pihak, yaitu pimpinan dan pegawai reformasi yang Sama-sama Menang.
(PNS) institusi/organisasi. Indonesian Policy Brief.
Hasibuan, M. S.P. 2003. Manajemen
Beberapa hal-hal lain yang perlu juga Sumberdaya Manusia. CV Haji
diperhatikan dalam mencapai keefektifan Masagung, Jakarta.
penerapan merit system, di antaranya
Hickman, G.R. and Lee, D.S. 2001. Managing
adalah pertama, menetapkan pagu atau
Human Resources in the Public Sector:
target prestasi kerja; kedua mengembangkan
A Shared Responsibility, Harcourt
sistem penilaian karya pegawai yang berfokus
College Publisher, Fort Worth.
pada kekhasan jabatan, berorientasi pada
hasil kerja serta penilaian oleh lebih dari satu

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 9


VOL.1, NO.2, November 2007

Milakovich, M. E. and Gordon, G.J. 2007.


Public Adminstration in America., 9th
edition, Thomson Wadsworth, Belmont.
Moon, P. 1993. Penilaian Karyawan. Seri
Manajemen No. 158. Lembaga PPM
dan PT. Binaman Pressindo. Jakarta.
Pfeffer, M. 1996. Competitive Advantage
Through People: Unleashing the Power
of the Workforce, Harvard Business
School Press, MA
Simamora, H. 1995. Manajemen Sumberdaya
Manusia. Bagian Penerbitan STIE
YKPN Yogyakarta.
Rao, T.V. 1992. Penilaian Prestasi Kerja: Teori
dan Praktek, Penerjemah: Ny. Mulyana
L. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Woodard, C.A. 2005. Merit by Any Other
Name: Reframing the Civil Service First
Principle, Public Administration Review
Vol 65, No. 1, pp 109-116.
Wungu, Jiwo. 2003. Tingkatkan Kinerja
Perusahaan Anda Dengan System
Merit. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta

10 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN

Anda mungkin juga menyukai