Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/ Kelompok : Angkatan III/ Kelompok III
Nama Agenda : Nilai-Nilai Dasar ASN (Etika Publik)
Nama Peserta : Rina Nurdini, A.Md.RMIK
Lembaga Penyelenggara : PPSDM Kemendagri Regional Bandung
Pelatihan

A. Pokok Pikiran
(Diisi tentang pokok-pokok pikiran dalam modul disertai dengan contoh
kasus, peristiwa, profil tokoh atau konsep pendukung hasil dari pelaksanaan
pencarian individu)
Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu
dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika,
pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak
beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-
lain. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
yaitu sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

1
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
Tiga dimensi etika publik adalah:
1. Dimensi kualitas pelayanan publik, etika publik menekankan pada
aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik
membentuk integritas pelayanan public;
2. Dimensi modalitas, unsur-unsur modalitas dalam etika publik yakni
akuntabilitas, transparansi dan netralitas;
3. Dimensi tindakan integritas publik, tindakan yang sesuai dengan nilai,
tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin
dalam kesederhanaan hidup.
Dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat
publik harus berubah, Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari
bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung jawabkan.

2
Setiap jenjang pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing-masing
yang dipegang oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang
pejabat, semakin besar juga implikasi dari penggunaan kekuasaan bagi
warga masyarakat. Oleh sebab itu, azas etika publik mensyaratkan agar
setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika maupun norma
hukum. Konflik kepentingan adalah tercampurnya kepentingan pribadi
dengan kepentingan organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya
pencapaian tujuan organisasi. Konflik kepentingan akan mengakibatkan
penyalahgunaan kekuasaan, pengerahan sumber daya publik yang kurang
optimal, dan peningkatan kesejahteraan rakyat terabaikan.
Sumber-sumber Kode Etik yang telah berkembang dalam sistem
administrasi publik sejak kemerdekaan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Perang, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN).
Para pegawai dan pejabat perlu terus diingatkan akan rujukan kode etik
PNS yang tersedia. Sosialisasi dari sumber-sumber kode etik itu beserta
penyadaran akan perlunya menaati kode etik harus dilakukan secara
berkesinambungan dalam setiap jenis pelatihan kepegawaian untuk
melengkapi aspek kognisi dan aspek profesionalisme dari seorang pegawai
sebagai abdi masyarakat

3
Profil Tokoh
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang bernama asli Bendoro Raden Mas
Dorodjatun memang memiliki tempat tersendiri di hati rakyat Yogyakarta,
bahkan Indonesia. Ia dikenal sebagai sultan yang demokratis, merakyat, dan
setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kala itu, pertengahan 1960-an.Sri Sultan Hamengku Buwono IX
mengendarai sendiri mobilnya ke luar kota, tepatnya ke Pekalongan. Entah
mengapa, Sri Sultan saat itu melakukan kesalahan. Dia melanggar rambu lalu
lintas. Malang bagi Sri Sultan,seorang polisi yang tengah berjaga
memergokinya. Tak ayal, priiiit... Polisi itu pun menghentikan mobil Sri Sultan.
“Selamat pagi!” ucap Brigadir Royadin, polisi itu, sambil memberi hormat
dengan sikap sempurna.
“Boleh ditunjukkan rebewes (surat- surat kelengkapan kendaraan berikut
surat izin mengemudi).”Sri Sultan tersenyum dan memenuhi permintaan sang
polisi. Saat itulah sang polisi baru tahu bahwa orang yang ditindaknya adalah
Sri Sultan. Brigadir Royadin gugup bukan main. Namun, dia segera mencoba
memperbaiki sikap demi wibawanya sebagai polisi.
“Bapak melanggar verbodden. Tidak boleh lewat sini. Ini satu arah!” kata
dia. “Benar... Saya yang salah,” jawabSri Sultan. Ketika melihatkeragu-rauan
di wajah Brigadir Royadin, beliau berkata, “Buatkan saja saya surat tilang.”
Singkat cerita, sang polisi pun melakukan tilang kepada Sri Sultan.Tak
ada sikap mentang- mentang berkuasa yang diperlihatkan Sri Sultan pada
saat itu. Bahkan, tak lama kemudian, dia meminta Brigadir Royadin bertugas
di Yogyakarta dan menaikkan pangkatnya satu tingkat. Alasannya, Royadin
dianggap sebagai polisi yang berani dan tegas.
Dari cerita diatas banyak sekali sikap yang patut kita teladani dari Sultan
Hamengku Buweno IX ia adalah seorang pemimpin yang jujur, rendah hati,
tulus, adil dan bijaksana serta tidak menggunakan jabatan sewenang-
wenangnya. Dari cerita yang dialami oleh Sri ultan, memberikan suatu
pelajaran bahwa, setiap orang, siapapun dan apapun jabatannya, harus taat
kepada hukum.

4
B. Penerapan
(Diisi dengan gagasan pribadi tentang penerapannya untuk pengembangan
peran/ perilaku Peserta di tempat kerja)
Sebagai ASN saya harus menerapkan etika publik dan bekerja sesuai
dengan kode etik ASN. Sebagai profesi rekam medis ada kode dan etika
profesi rekam medis yang harus dilaksanakan dan saya terapkan ditempat
kerja yaitu:
1. Melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh atasan dengan baik dan
benar serta penuh dengan tanggung jawab.
2. Menjaga kerahasiaan rekam medis dan hak atas informasi pasien yang
terkait dengan identitas individu atau sosial.
3. Menjauhi sikap perilaku yang menyimpang dari pekerjaan.
4. Tulus dalam melayani pasien dan berusaha memberikan pelayanan yang
terbaik.
5. Menaati peraturan yang ada di tempat kerja yaitu datang tepat waktu dan
pulang sesuai jadwal yang telah ditentukan.
6. Selalu menambah wawasan dan pengetahuan tentang rekam medis dan
pelayanan kesehatan salah satunya dengan mengikuti seminar rekam
medis,

Anda mungkin juga menyukai