ANGGRAENI MUKAROMAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Anggraeni Mukaromah
H24120023
ii
ABSTRAK
ANGGRAENI MUKAROMAH. Perancangan Strategi Penilaian Kinerja
Karyawan pada Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia.
Dibimbing oleh ERLIN TRISYULIANTI.
Penilaian kinerja adalah salah satu penentu kinerja yang ampuh untuk melihat
apakah organisasi ataupun karyawan sudah melaksanakan pekerjaan dengan kinerja
terbaik mereka. Maka dari itu, Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri
Indonesia (PPBBI) memerlukan perancangan strategi penilaian kinerja yang ideal
untuk institusi. Tujuan penelitian ini ialah untuk (1) Menganalisis strategi penilaian
kinerja di PPBBI (2) Menganalisis Faktor, aktor, tujuan dan alternatif yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam penyusunan strategi penilaian kinerja
di PPBBI (3) Merumuskan alternatif model penilaian knerja di PPBBI. (4)
Membuat rancangan alternatif penilaian kinerja baru sesuai dengan strategi yang
dipilih. Data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Metode yang digunakan
adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) , analisis SMART-C dan in depth
interview dengan pakar. Hasil pengolahan AHP menunjukkan strategi terbaik yang
digunakan adalah dengan metode rating scale yang kemudian akan dirancang dari
hasil in depth interview dengan para pakar agar sesuai dengan kebutuhan institusi.
ABSTRACT
ANGGRAENI MUKAROMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
iv
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2016
ini mengenai strategi penilaian kinerja, dengan judul Perancangan Strategi
Penilaian Kinerja Karyawan pada Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri
Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Erlin Trisyulianti, STP, Msi
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis
selama penulisan karya ilmiah ini serta kepada bapak Dr.Ir.Abdul Kohar
Irwanto, MSc dan ibu Andita Sayekti, S.TP, M.Sc selaku dosen penguji yang
telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam penyempurnaan
karya ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan pada Bapak
Dr Ir Priyono, DIRS selaku Direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan
Bioindustri Indonesia, kepada Ibu Dr Asmini Budiani, MSi, Ibu Dr Nurhaimi
Haris, Msi, Ibu Dr Laksmita Prima Santi, ibu Siti Rochmah dan seluruh
karyawan serta staff PPBBI yang telah membantu dalam pengumpulan data
demi kelancaran penelitian penulis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, ibu,
ayah, kaka bila serta ade nada atas segala doa, motivasi dan kasih sayang yang
tiada henti untuk penulis. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada
Azizah Luthfiyah Assa’adiyah, Puspita Tyas Wandhita, Meutia Isty Wulandari,
Mutiara Hanifah dan Metha Islameka yang tak pernah henti menyemangati
penulis setiap harinya, juga tak lupa kepada Bhisma Damareka untuk segala
doa, bantuan dan motivasinya kepada penulis. Dan kepada sahabat-sahabat
tercinta Manajemen 49 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas dukungan
dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Anggraeni Mukaromah
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Manfaat Pengukuran Kinerja 3
Standar Pekerjaan 3
Faktor Penilaian Kinerja Karyawan 4
Kepribadian dan Perilaku dalam Organisasi 4
Key Performance Indicator (KPI) 5
Analytical Hierarchy Process (AHP) 5
Metode Rating Scale 6
Penilaian 360 Derajat 7
Kinerja 7
Penilaian Kinerja 8
Tujuan Penilaian Kinerja 8
Gambaran Umum Perusahaan 9
Penelitian Terdahulu 9
METODE 11
Kerangka Pemikiran 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 12
Jenis dan Sumber Data 12
Metode Penarikan Sampel 12
Metode Pengolahan dan Analisis Data 13
Analytical Hierarchy Process (AHP) 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Sistem Penilaian Kinerja Karyawan di PPBBI 16
Kemampuan Teknis 17
Kemampuan Konseptual 20
Kemampuan Hubungan Interpersonal 23
x
Kepribadian dan Penampilan 24
Perumusan Strategi Penilaian Kinerja yang Ideal di PPBBI Berdasarkan
Analytical Hierarchy Process (AHP) 27
Analisis Hasil Pengolahan Strategi Penilaian Kinerja Karyawan Pada PPBBI 29
Pembobotan Faktor Penilaian Kinerja Karyawan 35
Hasil Rancangan Penilaian Strategi Penilaian Kinerja Karyawan dengan
Metode Rating Scale 37
Implikasi Manajerial 40
KESIMPULAN DAN SARAN 42
Simpulan 42
Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
RIWAYAT HIDUP 59
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat
penting bagi keefektifan berjalannya kegiatan dalam organisasi. Keberhasilan setiap
organisasi dipengaruhi oleh kualitas dan karakteristik Sumberdaya manusia (SDM)
didalamnya. Sebuah organisasi dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas SDM
yang ada. Kualitas SDM banyak ditentukan oleh sejauh mana sistem yang ada di
organisasi atau perusahaan mampu menunjang dan memuaskan keinginan baik dari
pegawai maupun dari organisasi atau perusahaan. Keberhasilan dan kinerja individu
dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi,
profesionalisme juga komitmennya terhadap bidang pekerjaan yang ditekuninya.
Kinerja individu didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam melakukan
sesuatu dengan keahlian tertentu (Sinambela 2012). Kinerja institusi sangat
dipengaruhi oleh kinerja individu, oleh sebab itu apabila kinerja institusi ingin
diperbaiki, kinerja individu perlu untuk diperhatikan.
Penilaian kinerja adalah salah satu alat pengukur kinerja yang ampuh untuk
melihat apakah organisasi ataupun karyawan sudah melaksanakan pekerjaan dengan
kinerja terbaik mereka. Penilaian kinerja harus dirancang dengan tepat dan dilakukan
secara adil, obyektif, tidak memihak dan harus menggambarkan kinerja kerja yang
akurat. Faktor penilaian kinerja yang obyektif lebih terfokus pada fakta yang bersifat
nyata dan hasilnya dapat diukur misalnya kuantitas, kualitas, kehadiran dan
sebagainya. Faktor-faktor subyektif cenderung berupa opini seperti sikap,
kepribadian, penyesuaian diri dan sebagainya. Dengan pertimbangan faktor-faktor
tersebut diatas, maka penilaian kinerja karyawan harus benar-benar obyektif, yaitu
dengan mengukur kinerja karyawan yang sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku
yang mencerminkan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan (Kusrini 2007).
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) adalah salah
satu unit kerja dari Riset Perkebunan Nusantara (RPN) yang bertugas dalam
melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan usaha serta memberikan
pelayanan dalam aspek kepakaran teknologi dan kebijakan dalam bidang
bioteknologi dan bioindustri. Untuk mencapai visinya menjadi perusahaan berbasis
riset yang tangguh dan mandiri, diakui pada tingkat nasional, regional maupun
internasional, serta dapat memacu industri perkebunan berdaya saing tinggi dan
berkelanjutan, PPBBI membutuhkan kebijakan pengelolaan SDM yang tepat. Salah
satu yang dapat dilakukan adalah dengan merancang sistem penilaian kinerja
karyawan. Penggunaan sistem penilaian kinerja karyawan yang tepat akan
memberikan informasi yang akurat terkait dengan kinerja dan kondisi karyawan yang
dimiliki institusi. Informasi ini dapat digunakan institusi sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan-keputusan penting terkait kinerja institusi.
Sistem penilaian kinerja yang saat ini diterapkan oleh PPBBI menggunakan
metode penilaian rating scale yang dinamakan Daftar Penilaian Prestasi Kerja
(DP2K), yang mana daftar penilaian ini berkaitan langsung dengan keputusan
kenaikan tingkat jabatan tiap karyawan. Faktor yang dinilai dari DP2K ini meliputi
4 faktor, yakni faktor kemampuan, kepribadian dan penampilan, kemampuan
manajerial, serta hubungan antar manusia. Keempat faktor ini terbagi kembali
2
menjadi beberapa indikator yang menjadi acuan penilai untuk menilai karyawan
PPBBI. Indikator-indikator ini dinilai dengan skala 0-100. Penilaian dilakukan oleh
atasan langsung karyawan yang akan dinilai melalui lembar DP2K. Setelah
didapatkan penilaian terhadap masing-masing karyawan, DP2K akan diserahkan
kepada pimpinan untuk dibawa ke rapat pimpinan yang terdiri dari direktur PPBBI,
Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum dan SDM dan Kepala Bidang Usaha
juga tambahan opini dari penanggung jawab SDM untuk menentukan keputusan
kenaikan tingkat jabatan tiap karyawan. Sistem penilaian prestasi kerja dianggap
kurang efektif karena cukup memakan waktu yang panjang dalam menentukan
keputusan kenaikan jabatan yang akan diperoleh. DP2K juga belum memiliki bobot
penilaian dalam setiap faktor penilaiannya, sehingga tidak diketahui faktor penilaian
mana yang paling mempengaruhi kinerja karyawan selama bekerja. Selain itu,
beberapa indikator didalam DP2K masih bersifat kualitatif sehingga sulit dilakukan
pengukuran. Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian
mengenai Perancangan Strategi Penilaian Kinerja Karyawan di Pusat
Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah penelitian dapat
bermanfaat bagi Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia sebagai
saran dan bahan pertimbangan serta referensi untuk perusahaan dalam rangka
perancangan strategi penilaian kinerja karyawan yang ideal bagi bagi institusi serta
penelitian dapat bermanfaat bagi pihak lain sebagai bahan informasi bagi pihak –
3
pihak yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai strategi penilaian
kinerja karyawan.
TINJAUAN PUSTAKA
Standar Pekerjaan
Menurut Hadari (2006), Standar pekerjaan pada dasaranya berisi ukuran atau
tolak ukur mengenai efektivitas, efisiensi dan produktivitas pelaksanaan
pekerjaan/jabatan yang menggambarkan tingkat pemahaman, tingkat kemampuan
dan hasil kerja seseorang pekerja/karyawan dalam melaksanakan tugas pokoknya di
lingkungan sebuah organisasi/perusahaan. Pemahaman terhadap pekerjaan,
kemampuan pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya yang dinilai itu, harus sesuai dengan
aspek-aspek/tugas-tugas wewenang dan tanggung jawab yang terdapat didalam
4
deskripsi pekerjaan/jabatan masing-masing. Disamping itu untuk beberapa
pekerjaan/jabatan tertentu harus sesuai juga dengan spesifikasi pekerjaan, tertutama
untuk pekerjaan/jabatan yang harus dinilai juga aspek-aspek kepribadian dan
kemampuan manajerial/kepemimpinannya. Untuk itu standar pekerjaan yang baik
harus memiliki ciri-ciri berikut:
1. Berisi kriteria pelaksanaan pekerjaan (kinerja) yang terbaik sebagai
pembanding terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja/karyawan,
yang perumusannya harus konsisten dengan deskripsi dan spesifikasi pekerjaan
masing-masing, meskipun selalu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan
dinamika pekerjaan.
2. Berisi aspek-aspek yang jelas dan dapat diukur dari pelaksanaan suatu
pekerjaan/jabatan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
3. Standar pekerjaan harus memiliki kriteria yang jelas agar penilai bebas dari
bias dalam menilai dan bebas pula dari kemungkinan pekerja/karyawan yang
dinilai merasa diperlakukan tidak adil oleh organisasi/perusahaan
Menurut Rivai (2004) Faktor yang paling umum muncul dalam penilaian
kinerja adalah pengetahuan tentang pekerjaannya, kepemimpinan, inisiatif, kualitas
pekerjaan, kerjasama, pengambilan keputusan, kreativitas, dapat diandalkan,
peremcanaan, komunikasi, kecerdasan, pemecahan masalah, sikap, usaha. Dari
aspek-aspek yang dinilai tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,
teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta
pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam
bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya
individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai
seorang karyawan.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk
bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, dan lain-lain.
individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Organisasi cenderung memilih
sikap kepribadian yang mereka yakini berhubungan erat dengan kinerja dibeberapa
pekerjaan dan organisasi mereka.
Di dunia saat ini, operasi bisnis semakin berkembang ke lingkungan global. Ini
berarti operasi bisnis juga seting kali bersifat multikultural. Oleh karena itu,
meskipun sebagian besar anggota dari suatu budaya memiliki karakteristik
kepribadian yang serupa, akan terdapat perbedaan karakteristik kepribadian yang
signifikan antarbudaya juga perilaku karyawan selama bekerja. Perilaku karyawan
tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan konsep kepribadian. Kepribadian
saling berhubungan dengan persepsi, sikap, pembelajaran, dan motivasi sehingga
setiap analisis perilaku tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan sisi kepribadian
(Ivanchevich 2006).
KPI adalah alat ukur bagi pencapaian sasaran strategis (SS). KPI dibedakan
menjadi KPI lagging dan KPI leading. KPI lagging adalah KPI yang bersifat
outcome/output atau yang mengukur hasil, umumnya di luar kendali unit yang
bersangkutan. KPI leading adalah KPI yang bersifat proses, yang mendorong
pencapaian KPI lagging. Umumya KPI leading berada di bawah kendali unit
organisasi.
Dalam perumusan KPI seyogyanya memenuhi karakteristik indikator kinerja
yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja. Untuk menguji apakah
indikator kinerja cukup sederhana, mudah dipahami serta dikelola hingga cocok
untuk dijadikan KPI, indikator kinerja harus memenuhi kriteria SMART-C, yaitu:
1. Specific (spesifik) : indikator kinerja harus dapat didefinisikan secara spesifik
2. Measurable (terukur): indikator kinerja harus dapat diukur secara objektif, baik
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
3. Achievable (dapat dicapai): sasaran/target yang ditetapkan untuk indikator
kinerja harus masuk akal dan memungkinkan untuk dicapai KPI yang dipilih
harus dapat dicapai oleh penanggungjawab atau Unit In Charge.
4. Relevant (relevan): indikator kinerja yang dipilih sesuai dengan lingkup bisnis
dan aktivitas/proses bisnis organisasi/divisi terkait
5. Time-bound (batasan waktu): Pencapaian sasaran/target indikator kinerja
memiliki batasan waktu yang jelas.
6. Challenging (menantang): sasaran/target indikator kinerja yang ditetapkan
merupakan peningkatan dari pencapaian periode sebelumnya dan menjadi
tantangan manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi
(Soemohadiwidjojo 2015).
Penilaian prestasi metode ini didasarkan pada suatu skala dari sangat baik, baik,
cukup, kurang baik, dan jelek. Bentuk ini sangat umum dipakai oleh organisasi dan
dilakukan secara subyektif oleh penilai. Evaluasi ini membandingkan hasil pekerjaan
karyawan dengan faktor kriteria yang dianggap penting bagi pelaksanaan kerja
tersebut (Rachmawati 2008). Penilaian prestasi metode ini didasrakan pada suatu skala
dari sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan jelek. Bentuk ini sangat umum dipakai
oleh organisasi. Evaluasi ini membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor
kriteria yang dianggap penting bagi pelaksanaan kerja tersebut.Penilaian prestasi metode
ini didasrakan pada suatu skala dari sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan jelek.
Bentuk ini sangat umum dipakai oleh organisasi dan dilakukan secara subyektif oleh
penilai. Evaluasi ini membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor kriteria
yang dianggap penting bagi pelaksanaan kerja tersebut (Simamora 2004).
7
Penilaian 360 derajat adalah metode penilaian dimana nilai nilai kinerja
dikumpulkan secara simultan dari para bawahan, kolega kerja, penyelia, dan
karyawan itu sendiri. Para penilai mengisi sebuah kuesioner yang meminta mereka
untuk menilai seseorang atas beberapa dimensi yang berbeda. Setiap butir kuesioner
terkait dengan aspek spesifik dari komunikasi lisan dan tertulis. Pada umumnya
penilaian 360 derajat digunakan untuk tujuan-tujuan pengembangan dan umpan balik.
Fokus metode ini adalah evaluasi kompetensi yang relevan untuk pelaksanaan
pekerjaan dalam terminology keperilakuan yang berfaedah. Metode ini paling
berhasil diterapkan didalam organisasi yang menawarkan iklim organisasional yang
terbuka dan partisipatif serta system pengembangan karir yang efektif (Simamora
2004).
Kinerja
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dimulai dengan analisis publikasi terkait judul penelitian yang
dilakukan melalui skripsi, jurnal nasional, dan jurnal internasional yang telah di
rekapitulasi oleh penulis pada Tabel 1 pada halaman selanjutnya.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian pada tabel tersebut, dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaan
penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada salah satu rumusan
permasalahan yang dicari, yakni mencari metode penilaian kinerja yang tepat untuk
institusi terkait. Dalam penelitian Eko (2006) juga terdapat persamaan lainnya dimana
penelitian menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan bobot penilaian kerja masing-masing indikator. Sedangkan perbedaan
antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada kaitan pembahasan
perancangan penilaian kinerja karyawan. Penelitian ini lebih difokuskan pada metode
penilaian kinerja karyawan yang ideal untuk institusi. Penelitian ini tidak hanya sekedar
mencari metode penilaian kinerja yang sesuai dengan kondisi institusi, tetapi juga
merancang penilaian kinerja dari hasil yang terpilih berdasarkan penngolahan dari
metode AHP.
10
Tabel 1 Rekapitulasi penelitian terdahulu
Nama Jenis Judul Tahun Metode Hasil
Hakan Jurnal Evaluation of 2014 Fuzzy Alternative metode
Turgut, Internasional Performance VIKOR penilaian yang paling
Ibrahim Sani Kanada Appraisal Method akurat berdasarkan hasil
Mert (International Methods evaluasi adalah metode
business through skala penilaian grafik
research of Appraisal (rating scale) Sedangkan
canadian Errors yang paling kurang akurat
center of adalah metode
science and perbandingan (comparison
education) method).
METODE
Kerangka Pemikiran
Strategi SDM meliputi berbagai kegiatan yang menjadi tugas dari manajemen
SDM, seperti rekrutmen dan seleksi, perencanaan, pengembangan dan pelatihan,
penilaian kinerja serta kompensasi dan motivasi. Penilaian kinerja memainkan peran
penting dalam strategi organisasi. Oleh karena itu PPBBI perlu menganalisis tentang
bagaimana merumuskan strategi penilaian kinerja yang efektif dan sesuai dengan
strategi organisasi. Kerangka pemikiran diatas dapat dilihat pada Gambar 1.
.
PPBBI
Implikasi Manajerial
Rumusan Strategi
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh wawancara dan pengisian
kuesioner oleh para pakar yang telah dipilih di bidangnya, yaitu para pengambil
kebijakan di perusahaan dan pakar dari luar perusahaan. Para pakar tersebut dianggap
memiliki kompetensi dalam melakukan penilaian terhadap strategi SDM perusahaan
khususnya pada penilaian kinerja karyawan pada suatu perusahaan. Para pengambil
kebijakan tersebut yaitu para manager atau kepala bagian dari berbagi divisi di
perusahaan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
literatur, seperti buku, artikel ilmiah, penelitian terdahulu, internet yang relevan
dengan penelitian.
Teknik penarikan sampel bagi pakar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling atau penetapan sampel dengan pertimbangan tertentu untuk menentukan
pakar (Sugiyono 2010). Dalam penentuan strategi penilaian kinerja, peneliti
menggunakan kriteria pakar atau ahli yang menguasai bidang penilaian kinerja
karyawan, paham mengenai kondisi SDM PPBBI serta tokoh yang berperan dalam
pengambilan keputusan penilaian kinerja PPBBI. Pakar yang dipilih sebagai
narasumber adalah (1) Kepala Biro Penelitian, (2) Kepala Biro Umum dan SDM, (3)
Penanggung Jawab SDM sedangkan untuk perancangan penilaian kinerja yang
13
terpilih, peneliti menggunakan kriteria pakar atau ahli yang menguasai bidang
penilaian kinerja khususnya dalam perancangan penilaian kinerja juga mengetahui
kondisi SDM yang ada dalam PPBBI. Pakar yang dipilih sebagai narasumber adalah
(1) Kepala Biro Umum dan SDM (2) Akademisi (3) Direktur PPBBI.
Tingkat 3 : Aktor
Orang-orang yang terlibat dalam hirarki untuk mencapai fokus
perusahaan.
Tingkat 4 : Tujuan
Hal-hal yang menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan dalam mencapai tujuan yang tertera .
Tingkat 5 : Alternatif Strategi
Alternatif-alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk
mencapai fokus perusahaan.
3. Pengumpulan data dan penyusunan kuesioner
Proses perolehan data (data primer) dilakukan dengan melakukan wawancara
dan pengisian kuesioner dengan pihak – pihak (pakar) yang terkait. Data yang
diperoleh kemudian disusun menjadi hierarki dan kuesioner. Kuesioner dibuat
dalam bentuk matrix perbandingan berpasangan. Langkah selanjutnya adalah
dilakukan perbandingan berpasangan antar elemen pada baris ke-i dengan setiap
elemen pada kolom ke-j. Bentuk matriks tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Matrix perbandingan berpasangan
Faktor A1 A2 ..... Aj
A1 a11 a12 a1j
A2 a21 a22 a2j
.....
Ai ai1 ai2 aij
Sumber: Saaty (1991)
Dalam Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil dari matriks merupakan
perbandingan berpasangan antara elemen baris dan kolom, sebagai contoh adalah
matriks a12 yang merupakan perbandingan berpasangan dari baris 1 dan kolom 2.
4. Proses penilaian perbandingan setiap elemen
Tahap selanjutnya setelah struktur hierarki dibuat adalah penilaian
perbandingan setiap elemen. Pada tahap ini data hasil kuesioner yang telah diberi
pembobotan ditentukan prioritasnya, dihitung konsistensinya, serta ditetapkan
strategi alternatif yang layak dijalankan. Skala banding dalam AHP
menggambarkan bobot nilai yang digunakan yaitu skala 1 hingga 9 dan
kebalikannya yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Skala banding dalam AHP
Tingkat Kepentingan Definisi
1 Sama penting
3 Sedikit lebih penting
5 Sangat penting
7 Jelas lebih penting
9 Mutlak lebih penting
2,4,6,8 Apabila ragu – ragu antara dua nilai yang
berdekatan
1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan 1/2, 1/4, 1/6, 1/8 Kebalikan nilai keputusan dari skala 1 - 9
Sumber: Saaty (1991)
Kemampuan Teknis
Faktor pertama yakni faktor kemampuan teknis, berisi 6 indikator penilaian,
yakni kemampuan kerja, kecepatan kerja, daya tangkap,efisiensi dan efektivitas kerja,
penguasaan pekerjaan, dan kualitas kerja. Seluruh indikator dalam faktor
kemampuan teknis akan dinilai berdasarkan tabel analisis SMART-C yang terdapat
dalam Tabel 4.
2 Kecepatan Kerja 0 0 0 1 1 1 4
3 Daya Tangkap 0 0 0 1 1 1 3
4 Efisiensi dan 0 0 0 1 1 1 4
efektivitas Kerja
5 Penguasaan 0 1 1 1 1 1 5
Pekerjaan
6 Kualitas Kerja 0 1 1 1 1 1 5
Total 0 3 3 6 6 6 26
Presentase 0% 50% 50% 100% 100% 100% 72%
Sumber: Data yang diolah (2016)
dalam syarat measurable dan juga nilai 0 pada achievable karena indicator sulit
untuk dicapai.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi, karena keduanya memilki
arti yang berbeda, yang mana efisiensi mengandung pengertian perbandingan
antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan
pencapaian tujuan. Selanjutya indikator ini memenuhi seluruh syarat lainnya
yakni relevant, time bound dan continuously improvement.
5. Penguasaan Pekerjaan
Penguasaan pekerjaan menurut Foster (2001) adalah tingkat penguasaan
seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.
Dalam analisis SMART-C, indikator ini mendapatkan nilai 0 pada syarat spesific
yang mengindikasikan bahwa indikator belum cukup jelas dan rinci untuk
menggambarkan suatu indikator penilaian. Indikator perlu dikembangkan untuk
membantu penilai memahami maksud dari indikator tersebut. Selanjutya indikator
ini memenuhi seluruh syarat lainnya yakni measurable, achieveable, relevant,
time bound dan challenging.
6. Kualitas Kerja
Kualitas kerja yaitu kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil kerja dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan. Kualitas kerja yang baik dapat menghindari
tingkat kesalahan dalam penyeleseian suatu pekerjaan serta produktivitas kerja
yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan. (Mangkunegara
2000). Indikator kualitas kerja memperoleh nilai 0 pada syarat spesific. Nilai ini
mengindikasikan bahwa indikator tidak cukup spesifik dan masih diperlukan
pengembangan indikator. Selanjutya indikator ini memenuhi seluruh syarat
lainnya yakni measurable, achieveable, relevant, time bound dan challenging.
Dalam analisis SMART-C terhadap faktor kemampuan teknis diperoleh nilai
0% dari indikator kinerja yang ada dalam kategori specific (S) menurut
Soemohadiwidjojo (2015), specific adalah kemampuan indikator dalam menyatakan
sesuatu dapat didefinisikan secara spesifik. Nilai presentase yang didapatkan
mengindikasikan bahwa seluruh indikator penilaian dalam faktor kemampuan teknis
belum cukup spesifik untuk sebuah indikator penilaian kinerja, sehingga perlu
dilakukan pengembangan indikator untuk memenuhi syarat specific. Selanjutnya
diperoleh nilai 50% dari kategori measurable (M) dimana definisi measurable adalah
indikator yang dirancang harus dapat diukur dengan jelas, memiliki satuan
pengukuran, dan jelas pula cara pengukurannya. Nilai 50% yang didapatkan dari
kategori ini mengindikasikan bahwa 50% dari total indikator kinerja dalam DP2K
sudah tepat dan dapat diukur tetapi sisanya yakni 50% masih belum dapat terukur
(measurable). 50% indikator yang belum memenuhi syarat adalah indikator
kecepatan kerja, daya tangkap juga efisiensi dan efektivitas kerja. Kecepatan kerja
dianggap belum memenuhi syarat measurable karena ketidakspesifikan indikator
sehingga menyulitkan penilai dalam melakukan pengukuran. Indikator terakhir yang
belum memenuhi syarat spesific adalah efisiensi dan efektivitas kerja dimana penilai
akan sulit melakukan pengukuran dalam indikator karena terdapat dua indikator yang
berbeda dalam satu penilaian.
Selanjutnya diperoleh presentase nilai 67% dari total indikator DP2K yang
sudah masuk dalam kategori achievable (A), suatu indikator kinerja dapat dikatan
achievable, dimana indikator yang dipilih harus dapat dicapai oleh penanggungjawab
atau Unit In Charge, terdapat 33% dari total indikator kemampuan teknis yang belum
20
memenuhi syarat achievable, indikator tersebut adalah kecepatan kerja dan daya
tangkap. Kecepatan kerja dianggap belum memenuhi syarat achievable karena sulit
bagi penilai untuk menetapkan sebuah standar penilaian dari indikator kecepatan
kerja. Masing-masing karyawan memiliki tingkatan kecepatan masing-masing dalam
melakukan sebuah pekerjaan. Selain kecepatan kerja, efisiensi dan efektivitas kerja
juga belum memenuhi syarat achievable karena sulit melakukan pencapaian terhadap
dua indikator berbeda dalam satu waktu.
Indikator dapat dikategorikan relevant (R) ketika indikator yang dipilih dan
ditetapkan sesuai dengan visi dan misi, serta tujuan strategis organisasi. Dalam DP2K
diperoleh nilai 100%, dimana seluruh indikator penilaian kinerja telah mencerminkan
visi, misi dan tujuan institusi. Selanjutnya adalah syarat time-bound (T), syarat ini
harus dimiliki suatu indikator kinerja dimana suatu indikator yang dipilih harus
memiliki batas waktu pencapaian. Dalam DP2K waktu penilaian kinerja karyawan
sudah diatur dengan jelas yakni setiap satu tahun sekali, dimana semua indikator
kinerja dalam DP2K sudah 100% memenuhi kategori time-bounded. Syarat terakhir
adalah kategori Challenging (C) dimana indikator yang dibangun menyesuaikan
dengan perkembangan strategi organisasi dan menjadi tantangan bagi manajemen
untuk meningkatkan kinerja. Dalam DP2K diperoleh presentase nilai sebesar 100%
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator penilaian sudah dapat
menyesuaikan dengan perkembangan strategi organisasi.
Dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator kinerja dalam faktor kemampuan
teknis dalam DP2K belum spesifik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya penilaian
0% dalam kategori specfic. Penulis merekomendasikan institusi untuk melakukan
pengembangan dalam segi indikator kinerja juga merumuskan alternative strategi
penilaian kinerja yang dapat membantu penilai lebih objektif dalam melakukan
penilaian.
Kemampuan Konseptual
Faktor kedua dalam penilaian kinerja adalah faktor kemampuan konseptual,
dimana terdapat 5 indikator didalamnya yakni kemampuan memimpin, koordinasi,
kemandirian, kemampuan membina bawahan, dan kemampuan berkomunikasi.
Seluruh indikator dalam faktor kemampuan manajerial akan dinilai berdasarkan tabel
analisis SMART-C yang terdapat dalam Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis SMART-C pada faktor kemampuan konseptual
No Indikator Kriteria Total
Penilaian S M A R T C
1 Kemampuan 0 1 1 1 1 1 5
memimpin
2 Koordinasi 0 1 1 1 1 1 5
3 Kemandirian 0 0 0 1 1 1 3
4 Kemampuan 0 1 1 1 1 1 5
membina bawahan
5 Kemampuan 0 0 0 1 1 1 3
berkomunikasi
Total 0 0 3 5 5 5 21
Presentase 0% 0% 60% 100% 100% 100% 70%
Sumber: Data yang diolah (2016)
21
Lanjutan Tabel 7
8 Tanggung Jawab 0 1 1 1 1 1 5
9 Kreativitas 0 1 1 1 1 1 5
Total 0 4 4 9 9 9 35
Presentase 0% 44% 44% 100% 100% 100% 65%
Sumber: Data yang diolah (2016)
8. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kemampuan menerima akuntabilitas terhadap
kewajiban, tugas dan tindakan (Neal 2004). Berdasarkan hasil anaisis SMART-C
pada indikator ini diperoleh nilai 0 pada syarat spesific yang mengindikasikan
bahwa indikator belum cukup spesifik sehingga diperlukan pengembangan
indikator. Selanjutya indikator ini memenuhi seluruh syarat lainnya yakni relevant,
time bound dan challenging.
9. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan daya imajinasi dan daya kreatif yang
ditunjukan oleh gagasan-gagasan konseptual yang baik disertai dengan aplikasi-
aplikasi praktis (Neal 2004) Indikator ini mendapatkan nilai 0 pada syarat spesific
yang mengindikasikan bahwa indikator belum cukup spesifik sehingga diperlukan
pengembangan indikator. Selanjutya indikator ini memenuhi seluruh syarat
lainnya yakni relevant, time bound dan challenging.
Nilai presentase dari faktor kepribadian dan penampilan yang diperoleh
mengindikasikan bahwa seluruh indikator penilaian dalam faktor ini belum cukup
spesifik untuk sebuah indikator penilaian kinerja, sehingga perlu dilakukan
pengembangan indikator untuk memenuhi syarat specific. Hal ini terbukti dari hasil
analisis dimana syarat spesific memiliki nilai presentase sebanyak 0%. lalu nilai 44%
dari kategori measurable dan achievable. Dapat disimpulkan bahwa seluruh
indikator kinerja dalam faktor kepribadian dan penampilan dalam DP2K belum
spesifik, bebrapa indikator juga masih belum memenuhi kategori measurable dan
achievable. Penulis merekomendasikan institusi untuk melakukan pembaharuan
dalam segi indikator kinerja juga merumuskan alternative strategi penilaian kinerja
yang dapat membantu penilai lebih objektif dalam melakukan penilaian.
Faktor
Aktor
Kepala Biro Penanggung
Direktur Kepala Bidang Kepala
Umum & Jawab SDM
Penelitian Bidang Usaha
SDM
Tujuan
Strategi
Lanjutan Tabel 10
Tujuan Bobot Prioritas
Memperkirakan Kepuasan Pegawai 0.197 3
Membangun Komunikasi 0.142 4
Inconsistency 0.04
Sumber: Data yang diolah (2016)
dengan bobot 0.197. Dan Membangun Komunikasi di prioritas terakhir dengan bobot
0.142 Semua nilai inconsistency memiliki nilai dibawah 0.1 artinya sudah konsisten.
Setelah dilakukan analisis perhitungan bobot pengolahan vertikal dan horizontal,
struktur hierarki beserta prioritasnya dapat dilihat dalam Gambar 4.
.
Strategi Penilaian Kinerja
Karyawan yang Ideal
Faktor
Kemampuan Kemampuan Kemampuan Hubungan Kepribadian &
Konseptual Teknis Interpersonal Penampilan
22.8% 34.3% 14% 29%
Aktor
Kepala Biro Kepala Bidang Kepala Bidang Penanggung
Direktur
Umum & SDM Penelitian Usaha Jawab SDM
24.9%
23.1% 19.4% 17.1% 15.5%
Tujuan
Pengembangan Memperkirakan Membuat Keputusan Membangun
Pegawai Kepuasan pegawai Kompensasi Komunikasi
39.3% 19.7% 26.9% 14.2%
Alternatif
Strategi
Rating Scale Checklist Penilaian 360 Derajat
53.2% 18.6% 28.3%
Berdasarkan Gambar 4 diatas, dapat dilihat hasil perhitungan dari AHP yang
telah diolah sebelumnya. Terdapat dua jalur strategis yang dapat direkomendasikan
bagi institusi. Jalur strategis pertama terdiri dari faktor penilaian yang memiliki bobot
terbesar diantara faktor-faktor lainnya. . Pada jalur strategis pertama, terlihat bahwa
kemampuan teknis mendapatkan bobot terbesar yakni 34.3%. Kemampuan teknis
meliputi pengetahuan, metode teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperoleh. Kemampuan
teknis menjadi faktor yang sangat penting untuk seluruh SDM didalam institusi, yang
mana faktor ini wajib dimiliki dan terus dikembangkan oleh seluruh SDM untuk
menunjang kinerja istitusi. Aktor yang paling berperan dalam jalur strategis ini ialah
direktur PPBBI, direktur merupakan pemegang keputusan tertinggi didalam setiap
34
kebijakan institusi. Peran direktur terhadap perancangan strategi penilaian kinerja
karyawan sangat dibutuhkan guna mendapatkan hasil rancangan penilaian kinerja
karyawan yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan. Tujuan sasaran yang
mendapatkan peringkat pertama ialah pengembangan pegawai, yang mana penilaian
kinerja karyawan harus membantu pimpinan dalam melaksanakan perannya sebagai
atasan yang dapat memberikan rekomendasi atas berbagai permasalahan yang tengah
hadapi. Dengan memperhatikan analisis kinerja karyawan, akan tergambar
dimanakah kekuatan dan kelemahan mereka. Kekuatan yang dimiliki dapat
dipertahankan bahkan ditingkatkan, sedangkan kinerja yang kurang baik akan dicari
tahu penyebabnya untuk diperbaiki. Untuk memenuhi seluruh tujuan tersebut,
metode rating scale merupakan metode penilaian kinerja karyawan terpilih dengan
bobot sebesar 53.2%. Metode rating scale terpilih sebagai strategi penilaian kinerja
yang ideal dan dapat diterapkan untuk jangka pendek institusi karena metode rating
scale merupakan salah satu metode penilaian yang tergolong mudah dalam proses
penilaian, dan tidak membutuhkan pelatihan lebih lanjut bagi para penilai. Hasil ini
juga serupa dengan penelitian yang dilakukan Hakan Turgut & Ibrahim Sani Mert
dalam jurnalnya yang berjudul “Evaluation of Performance Appraisal Methods
through Appraisal Errors by Using Fuzzy VIKOR Method” dimana para peneliti
mencoba mengevaluasi 11 teknik penilaian kinerja yang dianalisis melalui metode
FUZZY VIKOR. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa metode penilaian
kinerja yang dianggap paling akurat adalah metode Graphic Rating Scale dan yang
paling memiliki tingkat akurasi rendah adalah Comparison Method.
Selanjutnya, jalur strategis kedua dari hasil pengolahan AHP ini diawali dari
faktor kepribadian dan penampilan. Faktor ini perlu diperhatikan oleh manajemen
dalam pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan kepribadian adalah cermin
keseluruhan dimana seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Institusi dapat memilih sikap kepribadian yang diyakini berhubungan erat dengan
kinerja dibeberapa pekerjaan dan institusi. Aktor kedua yang paling berperan dalam
pencapaian sasaran adalah kepala biro umum dan SDM. Kepala biro umum dan SDM
memegang peranan penting dalam setiap keputusan yang berkaitan langsung dengan
perencanaan dan pelaksanaan strategi SDM. Aktor ini juga memiliki interaksi yang
lebih erat pada seluruh SDM dalam tujuan pencapaian sasaran. Tujuan yang harus
diprioritaskan dalam jalur strategis ini adalah membuat keputusan kompensasi.
Keputusan kompensasi merupakan keputusan yang sangat penting karena dengan
sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan
memungkinkan institusi untuk memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan
karyawan sebaik mungkin. Alternatif strategi yang dapat digunakan dalam jalur
strategis ini adalah penilaian 360 derajat. Penilaian ini didasarkan pada penilaian
terhadap gaya manajemen seseorang, kompetensi dan sikap atau perilaku kerja
individu, yang dilakukan oleh atasan dan kolega secara horizontal dan vertikal.
metode ini dapat meningkatkan objektifitas dari hasil penilaian sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yodi Dwesta Primadi dalam skripsinya yang berjudul
“Pemilihan Strategi Penerapan Sistem Penilaian Kinerja 360 Derajat pada Penilaian
Kinerja Dosen Institut Pertanian Bogor”. Penelitian ini menyarankan institusi untuk
menggunakan metode penilaian kinerja 360 derajat untuk mengurangi peluang
munculnya subyektifitas penilaian.
35
Golongan
25%
4
20%
KHI
40% KP 15%
KK KT
Golongan
3 30% 25% 25% 20%
KHI KP KK KT
Golongan 40% 25% 20% 15%
2
KT KK
KP KHI
Golongan 10%
40% 30% 20%
1
KT KP KHI KK
Bobot faktor yang didapatkan akan dikalikan dengan nilai yang diperoleh
sebagai berikut:
Skor = Bobot x Rata-rata nilai
Setelah skor akhir didapatkan, penilai akan mengkategorikan karyawan yang
dinilai dalam skala nilai yang dapat dilihat pada tabel 15 sebagai usulan atas kenaikan
golongan karyawan yang dinilai.
37
1. Skala Penilaian
Peringkat nilai yang digunakan dalam DP2K saat ini menggunakan skala nilai
dari rentang 0-100, dengan ketentuan yakni 0-50 dinyatakan kurang, 51-60 sedang,
61-70 cukup, 71-80 Baik, 81-90 sangat baik, dan 91-100 dinyatakan istimewa. Model
penilaian seperti ini merupakan teknik penilaian yang mudah untuk dilaksanakan
namun sangat berisiko terhadap subyektivitas penilainya, sehingga memungkinkan
adanya berbagai bias penilaian. Dalam pengembangan rating scale yang baru, DP2K
akan menggunakan skala nilai likert yakni dari rentang 1-5 dengan ketentuan yang
dijelaskan dalam tabel 16.
38
Tabel 16 Skala penilaian DP2K yang baru
Skala Penilaian Definisi
1 Tidak memuaskan; Kemampuan dibawah syarat minimum.
Perlu perbaikan untuk mempertahankan jabatan.
2 Dibawah rata-rata; kemampuan masih minimum, prestasi
kerja harus diperbaiki.
3 Rata-rata; Mampu memenuhi standar yang diinginkan
dengan baik.
4 Memuaskan; Sering menunjukan kemampuan lebih dari
yang diharapkan, Sasaran yang diinginkan tercapai
melebihi standar
5 Luar Biasa; Konsisten menyelesaikan pekerjaan dengan
kemampuan melebihi dari standar yang diharapkan. Level
tertinggi dalam kinerja.
Sumber: Data yang diolah (2016)
Dengan digantinya skala penilaian menjadi skala likert, akan membantu penilai
dalam menilai dan mengevaluasi karyawan berdasarkan kondisi yang sebenarnya
sesuai dengan definisi dari masing-masing nilai.
2. Kriteria Penilaian
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa pihak,
kriteria yang digunakan dalam sistem DP2K sudah sangat lengkap dan sesuai.
Namun karena beberapa kriteria ini bersifat kualitatif, maka dalam proses
penilaian sangat berpotensi timbulnya subyektivitas penilaian. Untuk itu,
diperlukannya pihak-pihak yang tepat sebagai penilai agar unsur subyektivitas
dapat diminimalisir. Dalam DP2K terdapat 4 faktor penilaian yang digunakan
untuk menilai kinerja SDM dalam institusi, yakni faktor kemampuan, kemampuan
manajerial, kepribadian dan penampilan, juga hubungan antar manusia.
Berdasarkan hasil wawancara, ke empat faktor penilaian sudah mewakili faktor-
faktor yang harus dinilai, sehingga harus dijadikan landasan dalam perancangan
penilaian kinerja selanjutnya. Dalam faktor penilaian DP2K yang baru, faktor
penilaian masih digolongkan kedalam 4 faktor penilaian, hanya saja terdapat
beberapa perubahan nama, yakni faktor kemampuan menjadi faktor kemampuan
teknis, lalu faktor kemampuan manajerial menjadi faktor kemampuan konseptual,
faktor kemampuan hunungan antar manusia menjadi faktor hubungan
interpersonal sedangkan faktor kepribadian dan penampilan tetap sama sesuai
dengan sebelumnya. Pergantian nama ini disesuaikan dengan teori yang
berkembang dan bertujuan untuk memudahkan dalam mencari standar penilaian
dari masing-masing indikator penilaian.
Penggunaan kriteria yang tepat tentunya harus diikuti dengan penetapan
standar penilaian yang tepat pula. Standar penilaian harus mampu mencerminkan
seberapa jauh keberhasilan sebuah pekerjaan telah tercapai. Standar penilaian
seharusnya dapat diterima oleh karyawan sebagai standar penilaian yang masuk
akal (dapat dicapai dengan upaya tertentu). Standar ditetapkan bersama antar
atasan dengan karyawan yang akan dinilai dan dilakukan secara berkala pada
setiap permulaan periode penilaian kerja (Rivai 2005). Berdasarkan analisis
SMART-C yang telah dilakukan dalam seluruh indikator penilaian dalam
39
4. Prosedur Penilaian
Terdapat beberapa perbedaan dalam prosedur penilaian DP2K dengan
perancangan penilaian kinerja yang baru. Pihak penilai yang berhak menilai
karyawan adalah atasan langsung dari karyawan tersebut. Prosedur penilaian DP2K
yakni dengan menilai seluruh faktor penilaian, dan menjumlahkan seluruh nilai yang
didapatkan dan menghitung rata-rata seluruh perolehan nilai dari setiap individu.
Rata-rata nilai tersebut akan di klasifikasikan sesuai dengan kategori penilaian.
Namun, menurut hasil wawancara, kriteria dan kategori penilaian dalam DP2K masih
berjalan kurang efektif. Hal ini dikarenakan, tidak semua penilai mengetahui aturan
penilaian yang seharusnya dan cenderung memberikan nilai sesuai dengan persepsi
mereka, selain itu aturan penilaian juga tidak tercantum dalam lembar penilaian.
40
Melihat permasalahan tersebut, perancangan penilaian kinerja yang kini sedang
dikembangkan memperjelas alur dari proses penilaian kinerja yang diharapkan.
Seluruh faktor penilaian yang tertera dalam lembar penilaian memiliki beberapa
indikator yang akan dinilai dari skala 1-5. Seluruh indikator akan dijumlahkan dan
disesuaikan dengan bobot dari faktor penilaian sesuai dengan tingkat jabatan/
golongannya. Setelah didapatkan nilai dari masing-masing faktor penilaian,
perolehan nilai akan dijumlahkan dan dihitung perolehan rata-rata nilai untuk
kemudian di kategorikan sesuai dengan kategori penilaian yang telah tercantum
dalam lembar penilaian. Kategori penilaian dapat dilihat dalam tabel 18.
Implikasi Manajerial
Lanjutan Tabel 19
Pembanding Kondisi Sekarang Rekomendasi Hasil
Kriteria Faktor kemampuan, Faktor kemampuan Penyempurnaan beberapa indikator dalam
Penilaian kemampuan teknis, konseptual, setiap faktor penilaian disesuaikan dengan
manajerial, kepribadian dan kondisi yang terjadi di institusi agar dapat
kepribadian dan penampilan juga menilai karyawan secara lebih baik dan
penampilan juga hubungan meminimalisisr adanya subyektifitas
hubungan interpersonal. Tiap penilai. Indikator penilaian dapat terus
antarmanusia. Tiap faktor terdiri dari menerus disempurnakan seiring
faktor terbagi atas indikator penilaian berjalannya waktu sehingga dibutuhkan
beberapa indikator yang telah evaluasi penilaian untuk memaksimalkan
penilaian. dimodifikasi sasaran insitusi.
berdasarkan prinsip
SMART-C
Pembobotan Tidak memiliki Pemberian bobot Ketidakoptimalan dari penilaian kinerja
faktor pembobotan antar dalam setiap faktor yang sebelumnya dikarenakan belum ada
penilaian faktor penilaian. penilaian sesuai pembobotan pada faktor penilaian
dengan jenjang sehingga tidak diketahui faktor mana yang
jabatan dari tiap paling mempengaruhi kinerja karyawan.
karyawan. Penilaian menjadi tidak tepat sasaran
karena pembobotan sama untuk setiap
golongan. Hasil rekomendasi merancang
bobot untuk setiap golongan agar tepat
sasaran dan sesuai dengan jenis pekerjaan
masing-masing karyawan. Dalam
pelaksanaannya, penilai perlu teliti dalam
melakukan pembobotan dari karyawan
yang dinilai sesuai dengan jenis
golongannya.
Prosedur Menilai seluruh Seluruh indikator Hasil rekomendasi prosedur penilaian
Penilaian faktor penilaian, akan dijumlahkan yang baru, akan mempersingkat waktu
dan menjumlahkan dan disesuaikan proses penilaian kinerja karyawan. Hasil
seluruh nilai yang dengan bobot dari penilaian dapat langsung disesuaikan
didapatkan untuk faktor penilaian dengan kategori penilaian tanpa perlu
menghitung rata- sesuai dengan melakukan rapat pimpinan. Pada
rata seluruh tingkat jabatannya. pelaksanaannya, perlu ditentukan prosedur
perolehan nilai dari Setelah itu, kategori penilaian dengan hubungannya
setiap individu. perolehan nilai terhadap kenaikan usulan golongan
Hasil yang akan dijumlahkan karyawan, sesuai dengan kondisi yang
diperoleh akan dan dihitung terjadi di institusi, sehingga dapat
didiskusikan pada perolehan rata-rata diketahui bahwa bagi karyawan yang
rapat pimpinan. nilai untuk mendapatkan kategori penilaian kinerja
dikategorikan tertentu akan mendapatkan kenaikan
sesuai dengan jabatan sesuai dengan prosedur yang
kategori penilaian. dirancang kemudian.
Simpulan
Saran
Berikut ini ialah beberapa saran untuk institusi berdasarkan hasil-hasil analisis
yang diperoleh:
1. Untuk mengoptimalkan penilaian kinerja karyawan di PPBBI dan mencerminkan
kondisi kinerja karyawan sebenarnya, metode rating scale yang telah
dikembangkan merupakan strategi penilaian kinerja yang paling efektif dan
efisien untuk institusi dengan tujuan utama pengembangan karyawan.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah strategi penilaian kinerja karyawan
untuk jangka panjang institusi, yakni penelitian mengenai perancangan KPI
karyawan sebagai dasar awal untuk metode penilaian kinerja yang lebih kompleks
seperti Balanced Scorecard atau HR Scorecard.
44
DAFTAR PUSTAKA
Primadi YD. 2008. Pemilihan Strategi Penerapan Sistem Penilaian Kinerja 360
Derajat Pada Penilaian Kinerja Dosen Institut Pertanian Bogor: Pendekatan
AHP. [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Departemen Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Nawawi H. 2006. Evaluasi dan manajemen kinerja di lingkungan perusahaan dan
industri. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univercity Press.
Rachmawati, IK. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta (ID):
Penerbit Andi.
Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari Teori
Ke Praktik. Jakarta (ID):PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins SP. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta (ID) : Salemba Empat
Robbins, SP. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta (ID): PT Indeks
Kelompok Gramedia.
Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan).
Jakarta (ID): Pustaka Binaman Pressindo.
Saefudin SW. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Penilaian Kinerja Pegawai
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP )Pada Rsud
Serang. Jurnal Sistem Informasi Vol- 1 No.1 2014.
Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung (ID): Refika
Aditama.
Siagian SP. 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID) : Bumi Aksara.
Siagian SP. 2002. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta (ID): Rineka Cipta
Simamora H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 3. Yogyakarta (ID):
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Sinambela LP. 2012. Kinerja Pegawai Teori, Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta
(ID): Graha Ilmu.
Soemohadiwidjojo TA. Panduan Praktis Menyusun KPI.Jakarta (ID): Raih Asa
Sukses.
Sudirman, A. 2015. Management Of Student Development. Riau:Yayasan Indra Giri.
Veithzal R, Ahmad FMB. 2005. Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan
dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo
Persada.
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta (ID) : Salemba Empat.
46
Lampiran 1 Hasil rancangan penilaian kinerja karyawan dengan rating scale
DATA PEGAWAI
Nama Pegawai :
Golongan/MKG : Periode Penilaian: ………. s.d …………
Jabatan:
SKALA PENILAIAN
1 2 3 4 5
Dibawah rata-
Tidak Memuaskan Rata-rata Memuaskan Luar Biasa
rata
Kemampuan kemampuan Mampu Sering Konsisten
dibawah syarat masih memenuhi menunjukan menyelesaikan
SKALA NILAI minimum. Perlu minimum, standar yang kemampuan lebih pekerjaan dengan
perbaikan untuk prestasi kerja diinginkan dari yang kemampuan
mempertahankan harus dengan baik. diharapkan, melebihi dari
jabatan. diperbaiki . Sasaran yang standar yang
diinginkan diharapkan. Level
tercapai melebihi tertinggi dalam
standar kinerja.
1. Kemampuan kerja
a. Memahami tugas dan tanggung jawab bekerja
5. Efektivitas Kerja
Melaksanakan pekerjaan dengan baik dan tepat sasaran
47
Lanjutan Lampiran 1
6. Penguasaan pekerjaan
a. Mampu menguasai pekerjaan dengan baik
JUMLAH I
Rata-rata I
5. Ketelitian/kecermatan
Mampu menghasilkan hasil kerja secara akurat dan meyakinkan
6. Presensi & ketepatan waktu kerja
a. Memiliki tingkat kehadiran karyawan yang tinggi
b. mematuhi jadwal kerja secara rutin dan tepat waktu
7. Motivasi diri
a. Melakukan proses pembelajaran aktif - baik secara mandiri ataupun berkelompok
JUMLAH II
Rata-rata II
NILAI
UNSUR YANG DINILAI
2. Koordinasi
a. Mampu mengorganisir dan mengkoordinir bawahan dalam bekerja
b. Mampu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak terkait
c. Merumuskan tujuan bersama dan berbagi tugas untuk mencapai sasaran
kerja yang telah ditetapkan
3. Kemandirian
Mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik, dengan atau tanpa adanya
pengawasan
4. Kemampuan membina bawahan
a. mampu memberikan saran dan bimbingan yang tepat untuk bawahan
b. mampu memberikan dorongan pada bawahan untuk selalu mengembangkan
diri
5. Kemampuan berkomunikasi
Mampu mengkomunikasikan dan menyampaikan gagasan secara lisan/tertulis
dengan tata bahasa yang baik dan terstruktur
JUMLAH III
Rata-rata III
Lanjutan Lampiran 1
3. Hubungan sosial
Mampu memelihara sikap yang baik dan profesional dalam segala hubungan
antarindividu
JUMLAH IV
Rata-rata IV
Pegawai Penilai
( ……….....……………...… ) ( ……….....……………...… )
( ……….....……………...… )
Tanggal : …… / …… / 2016
51
Tanggal: ...................................
Atasan Pejabat Penilai
Karyawan yang dinilai
Nama:
Jabatan:
52
Lampiran 3 Notulensi wawancara kepada pakar
Wawancara Kepada Pakar
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam perancangan strategi penilaian kinerja
karyawan? Faktor yang mempengaruhi dalam perancangan strategi penilaian
kinerja karyawan adalah faktor-faktor yang sebelumnya sudah terdapat dalam
DP2K yakni faktor Kemampuan, Kepribadian dan Penampilan, Kemampuan
Manajerial dan Hubungan Antar Manusia dan Kepribadian dan Penampilan
2. Apakah faktor penilaian kinerja menurut teori Rivai (2004) dapat diterima oleh
PPBBI? Iya, teori tersebut mendekati faktor dalam DP2K dimana kemampuan
dapat digolongkan kedalam kemampuan teknis, kemampuan manajerial
digolongkan kedalam kemampuan konseptual dan kemampuan hubungan antar
manusia digolongkan kedalam kemampuan hubungan interpersonal tetapi tolong
tambahkan faktor kepribadian dalam perancangan penilaian kinerja yang baru
karena menurut kami faktor kepribadian adalah salah satu faktor tepenting dalam
penilaian kinerja
3. Siapa saja aktor yang berpengaruh dalam menentukan strategi penilaian kinerja
karyawan PPBBI? Aktor yang paling berpengaruh kedalam strategi penilaian
kinerja karyawan adalah pihak yang menghadiri rapat pimpinan dalam
pengambilan keputusan dari penilaian kinerja karyawan, yakni direktur PPBBI,
Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum dan SDM, Kepala Bidang Usaha
dan Penanggung Jawab SDM
4. Tujuan apa yang ingin diperoleh dari penilaian kinerja karyawan? Tentunya
institusi ingin penilaian kinerja karyawan seobyektif mungkin dan bersifat adil
pada semua karyawan, agar karyawan merasa dihargai dan bermanfaat untuk
karyawan sehingga mereka termotivasi untuk melakukan kinerja yang lebih baik
lagi
5. Apakah manfaat penilaian kinerja menurut Furtwengler (2000) sesuai dengan
tujuan yang ibu harapkan dari perancangan strategi penilaian kinerja yang baru?
Ya, semua manfaat yang ada dalam teori tersebut sesuai dengan tujuan yang
diharapkan PPBBI kepada karyawan di masa datang
6. Dalam menentukan perancangan strategi penilaian kinerja karyawan yang baru,
terdapat banyak metode strategi yang sudah dikemukakan dan diterapkan oleh
berbagai institusi, menurut ibu strategi mana yang lebih baik diterapkan oleh
PPBBI? Karena pada dasarnya institusi ini merupakan pusat penelitian yang
karyawannya sendiri didominasi oleh peneliti di bidang science, jadi silahkan
tanya kepada para expert lainnya yang lebih mengerti mengenai perancangan
strategi untuk rekomendasi strategi yang tepat untuk institusi ini. Tapi kalau bisa
pilih strategi yang tidak terlalu kompleks dan mudah dari segi penilaian, tetapi
tetap dapat mengurangi unsur subyektivitas yang ada
7. Dari 11 strategi metode penilaian knerja karyawan yang sudah saya jelaskan
sebelumnya, terdapat 6 metode penilaian kinerja tradisional yang paling sering
digunakan institusi karena kemudahanannya dari segi penilaian, dari 6 metode ini
53
apakah dapat diterima atau ada rekomendasi metode lainnya? Saya rasa rating
scale yang saat ini digunakan dalam DP2K mudah dalam segi penilaian tetapi saya
ingin metodenya dimodifikasi lagi sesuai dengan teori terbaru, lalu metode
checklist juga bisa dijadikan salah satu strategi dan saya juga tertarik dengan
strategi penilaian menggunakan metode penilaian 360 derajat
8. Apakah hierarki yang dibuat seperti ini dapat diterima? Karena selanjutnya akan
dibuat kuesioner yang sesuai untuk diisi oleh pakar, dan siapa sajakah pakar yang
sesuai dengan kriteria untuk dijadikan responden? Ya lanjutkan, untuk pakar
silahkan datangi para pimpinan dan penanggung jawab SDM.
54
RIWAYAT HIDUP