DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
iii
ABSTRAK
INTAN MEGA PUSPITA GUNAWAN. Analisis Pengaruh Kepuasan Terhadap
Loyalitas Konsumen Restoran Gado-Gado Boplo Kelapa Gading Jakarta Utara.
Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.
Kata kunci: Restoran Gado-Gado Boplo, karakteristik, dimensi kualitas jasa, pengaruh
kepuasan terhadap loyalitas konsumen
ABSTRACT
INTAN MEGA PUSPITA GUNAWAN. Analysis Influence of Satisfaction Against
Consumer Loyalty in Gado-Gado Boplo Restaurant Kelapa Gading North Jakarta.
Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.
Nowadays, modern society spent much their time outside home, they have no time
to cook or eat at home. It cause the restaurant business more developed and raise the high
level competition between business restaurant. Gado-Gado Boplo Restaurant (GGB) is
one of the restaurant in Jakarta who is facing the high level competition located in Kelapa
Gading which is a culinary center in North Jakarta. It makes the GGB Restaurant trying
to provide a good service in order to increase satisfaction and loyalty of consumer, so that
the researcher conduct a study to know about influence of satisfaction against consumer
loyalty in GGB Restaurant. This research used Structral Equation Model (SEM) as a
method to reach the purpose of this paper. Majority of consumer’s characteristic in GGB
are women, aged between 25-35 years old, Javanese, married, live in Jakarta, latest
education are bachelor degree, working in private sector, and the range of monthly
income between Rp5 000 001 – Rp10 000 000. The result of SEM analysis shows that
five dimensions of service quality has a close relationship and significant influence to
satisfaction. The main factor forming consumer satisfaction is reliability dimension, then
followed by emphaty dimension, assurance, responsiveness, and tangible. Satisfaction has
a significant and close effect toward loyalty.
Keyword: Gado-Gado Boplo Restaurant, characteristic of consumer, service quality,
influence of satisfaction against consumer loyalty
v
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
vi
vii
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh selaku dosen pembimbing,
Ibu Juliana Hartono dan Bapak Calvin Hartono selaku pemilik Restoran Gado-
Gado Boplo, serta Ibu Setyowati Tanjung selaku supervisor Restoran Gado-Gado
Boplo Kelapa Gading yang telah memberi bimbingan kepada penulis selama
proses penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada orangtua, keluarga,
serta seluruh sahabat dan teman-teman, khususnya teman-teman Agribisnis 46 dan
teman-teman satu bimbingan skripsi atas segala doa dan dukungan yang selalu
diberikan.
Semoga penelitian ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Karakteristik Umum Konsumen 9
Metode dan Alat Penelitian 10
Atribut Pembentuk Kepuasan dan Loyalitas 10
Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Konsumen 12
Hubungan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Selanjutnya 13
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Kerangka Pemikiran Operasional 26
METODE PENELITIAN 29
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Jenis dan Sumber Data 29
Metode Pengambilan Sampel 29
Metode Analisis Data 30
Analisis Deskriptif 31
Skala Likert 31
Uji Validitas 33
Uji Reliabilitas 33
Structural Equation Modeling (SEM) 34
Formulasi Model SEM 36
Implementasi Model SEM 36
GAMBARAN UMUM RESTORAN GADO-GADO BOPLO 40
Sejarah dan Perkembangan Usaha 40
Visi dan Misi Restoran Gado-Gado Boplo 41
Struktur Organisasi Restoran Gado-Gado Boplo 41
Karakteristik Umum Responden 43
Proses Keputusan Pembelian Konsumen Restoran Gado-Gado Boplo 48
DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS
KONSUMEN RESTORAN GADO-GADO BOPLO 57
Dimensi Tangibles 57
Dimensi Reliability 60
Dimensi Responsiveness 62
Dimensi Assurance 64
Dimensi Emphaty 65
Variabel Kepuasan 67
Variabel Loyalitas 68
ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) 70
Spesifikasi Model 71
Idientifikasi Model 71
Estimasi Model 72
x
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah pengunjung Restoran Gado-Gado Boplo tahun 2011 (●) - 2012 (○) 5
2 Jumlah penerimaan Restoran Gado-Gado Boplo tahun 2011 (●) - 2012 (○) 6
3 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen 17
4 Tingkat kepuasan konsumen 21
5 Siklus pembelian 22
6 Kerangka pemikiran operasional 28
7 Model Persamaan Struktural yang digunakan dalam penelitian 39
8 Struktur organisasi Restoran Gado-Gado Boplo 42
9 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada setiap atribut
dimensi tangibles 58
10 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada setiap atribut
dimensi reliability 61
11 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada setiap atribut
dimensi responsiveness 63
12 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada setiap atribut
dimensi assurance 64
13 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada setiap atribut
dimensi emphaty 66
14 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada variabel kepuasan 67
15 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada variabel loyalitas 68
16 Diagram lintasan model kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran Gado-
Gado Boplo, estimasi standardized solution 72
17 Diagram lintasan model pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen
restoran gado-gado boplo berdasarkan nilai T-Value 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 2 Jumlah penduduk DKI Jakarta pada saat siang hari dan malam hari
Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)
Tahun
Siang Hari Malam Hari
a
2003 10 8.5
2007b 11 8.9
c
2011 12 9.6
Sumber: a Sutiyoso (2007)
b
Rencana Tata Ruang DKI Jakarta (2007)
c
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta dalam Tempo (2011)
untuk suatu restoran karena konsumen yang puas biasanya akan mempromosikan
atau merekomendasikan restoran tersebut kepada orang lain. Dengan memahami
perilaku konsumen serta memperhatikan kepuasan yang diharapkan oleh
konsumen, diharapkan perusahaan dapat memenangkan persaingan yang semakin
ketat antar berbagai restoran di kota Jakarta dan meningkatkan jumlah pelanggan
yang berdampak pada peningkatan keuntungan yang diterima oleh restoran.
Salah satu restoran yang menghadapi persaingan saat ini adalah Restoran
Gado-Gado Boplo. Restoran Gado-Gado Boplo merupakan restoran yang telah
dirintis sejak tahun 1970-an dan menyajikan makanan tradisional yang disajikan
secara moderen dengan menu andalannya yaitu gado-gado. Hal yang
membedakan gado-gado yang disajikan di Restoran Gado-Gado Boplo dengan
gado-gado lainnya terletak pada saus kacangnya, hal tersebut disebabkan karena
adanya campuran kacang mete pada saus gado-gado di Restoran Gado-Gado
Boplo sehingga rasanya menjadi lebih gurih dan lezat. Restoran ini terletak di
Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Lokasi tersebut merupakan
pusat kuliner di Jakarta Utara sehingga banyak terdapat restoran yang berdiri di
wilayah tersebut. Oleh karena itu untuk memberikan kepuasan yang maksimal
bagi konsumen dan menciptakan loyalitas konsumen terhadap restoran maka perlu
dilakukan analisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen dan
diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai bahan evaluasi bagi pihak
restoran dalam meningkatkan dan memperbaiki kinerja restoran sehingga dapat
memberikan kepuasan dan menjadikan konsumen loyal terhadap restoran.
Perumusan Masalah
Gado Boplo antara lain adalah Restoran Bumbu Desa, Dapur Sunda, Soto Kudus
Senayan, Woku-Woku, Java Kitchen, dan lain sebagainya. Letak restoran-restoran
di Jalan Boulevard Raya berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan perkantoran,
maka konsumen yang menjadi target restoran-restoran tersebut adalah para
pekerja yang kantornya berada dekat dengan lokasi restoran dan orang-orang yang
berbelanja di pusat perbelanjaan yang berada di sekitar restoran-restoran tersebut.
Karakteristik konsumen suatu restoran perlu diketahui agar pihak pengelola
restoran dapat menentukan STP (segmenting, targeting, dan positioning) yang
sesuai dengan target yang ingin dicapai restoran. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak restoran, segmen pengunjung Restoran Gado-Gado Boplo adalah
kalangan menengah yang dibagi menjadi dua, yaitu pekerja kantor (kalangan
eksekutif) dan keluarga, serta remaja dan anak-anak sebagai turunan dari
keluarga. Target dari Restoran Gado-Gado Boplo adalah setiap orang yang
bergaya hidup sehat dan ingin hidup sehat, terutama para pekerja kantor yang
bekerja di sekitar lokasi restoran dan orang-orang yang berbelanja di pusat
perbelanjaan yang berada di sekitar restoran. Restoran ini memiliki positioning
sebagai ahli makanan tradisional yang sehat di mata para konsumennya. Gado-
Gado Boplo merupakan restoran yang sangat mengutamakan kualitas makanan
dan pelayanannya. Hal tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak
restoran untuk menghadapi persaingan yang ada saat ini.
Persaingan antar restoran yang cukup tinggi mengakibatkan Restoran Gado-
Gado Boplo mengalami fluktuasi jumlah pengunjung. Target pengunjung
Restoran Gado-Gado Boplo dalam 1 hari adalah 100 orang, sehingga target
pengunjung dam 1 bulan adalah 3000 orang. Berdasarkan data jumlah pengunjung
Restoran Gado-Gado Boplo pada tahun 2011 sampai 2012, target pengunjung
dalam 1 bulan belum dapat tercapai. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat
persaingan antar restoran berdampak negatif terhadap Restoran Gado-Gado
Boplo.
Gambar 1 Jumlah pengunjung Restoran Gado-Gado Boplo tahun 2011 (●) sampai
2012 (○)
Sumber: Diolah dari data jumlah pengunjung Restoran Gado-Gado Boplo (2013)
6
Gambar 2 Jumlah penerimaan Restoran Gado-Gado Boplo tahun 2011 (●) sampai
2012 (○)
Sumber: Diolah dari data jumlah penerimaan Restoran Gado-Gado Boplo (2013)
restoran sulit untuk dicapai. Selain itu fluktuasi jumlah pengunjung dan fluktuasi
omzet yang dialami Restoran Gado-Gado Boplo merupakan dampak dari adanya
persaingan yang cukup tinggi akibat banyaknya jumlah restoran di sekitar lokasi
Restoran Gado-Gado Boplo.
Selain fluktuasi pengunjung dan fluktuasi omzet, adanya keluhan dari
pelanggan dapat menyebabkan target restoran sulit tercapai. Keluhan yang sering
diterima oleh pihak restoran adalah mengenai penyajian makanan yang dirasakan
lambat oleh pengunjung ketika restoran penuh dan pelayanannya yang kurang
memuaskan. Lamanya penyajian makanan tersebut disebabkan karena sistem
Restoran Gado-Gado Boplo yang menyajikan hidangan yang fresh (mendadak
dimasak ketika ada pesanan), sehingga memerlukan waktu yang cukup lama
untuk membuat dan menyajikan makanan-makanan tertentu, seperti sate, nasi
goreng, tahu telur, dan lainnya, hingga sampai ke meja pengunjung. Selain itu
ketika hari-hari libur nasional tiba, seringkali terjadi penumpukan pengunjung
yang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan meja dan kursi sehingga membuat
pengunjung harus mengantri. Pengunjung yang mengantri tersebut adalah
pengunjung yang ingin makan di tempat, sehingga membutuhkan meja dan kursi
tambahan agar konsumen tersebut tidak lama menunggu dan merasa nyaman.
Selain lamanya pelayanan dan antrian yang menyebabkan ketidaknyamanan,
keluhan mengenai rasa makanan yang tidak konsisten juga menjadi permasalahan
dalam restoran. Konsumen menyatakan bahwa rasa makanan yang pernah ia coba
di outlet lain rasanya berbeda dengan makanan di outlet Kelapa Gading, sehingga
perlu diadakan perbaikan agar kualitas rasa makanan tetap konsisten di setiap
outlet dan tetap mempertahankan cita rasanya yang khas.
Restoran Gado-Gado Boplo merupakan restoran yang telah lama merintis
usaha di bidang kuliner, yaitu sejak tahun 1970-an. Seiring dengan perkembangan
zaman, maka semakin banyak restoran yang menjadi pesaing dan menyebabkan
tingkat persaingan yang cukup tinggi, sedangkan di tengah tingkat persaingan
tersebut Restoran Gado-Gado boplo masih terus eksis dan membuka banyak outlet
di sekitar wilayah Jakarta, sehingga perlu diketahui mengenai faktor-faktor apa
saja yang membentuk kepuasan dan loyalitas konsumen yang menyebabkan
Restoran Gado-Gado Boplo dapat terus bertahan dan mengembangkan usahanya.
Pihak pengelola restoran harus memberikan pelayanan yang baik untuk
konsumen agar menciptakan kepuasan konsumen sehingga terbentuk loyalitas dan
membuat konsumen kembali melakukan pembelian di restoran tersebut. Kepuasan
tidak selalu menimbulkan loyalitas kepada konsumen sehingga perlu diketahui
seberapa besar pengaruh kepuasan sehingga dapat menimbulkan loyalitas kepada
konsumen. Loyalitas yang telah terbentuk harus dapat dipertahankan oleh pihak
restoran karena dengan adanya loyalitas dapat berdampak positif bagi restoran.
Dilihat dari permasalahan Restoran Gado-Gado Boplo mengenai jumlah
pengunjung yang berfluktuasi dan cenderung menurun, maka pihak restoran harus
dapat mempertahankan pengunjungnya yang sudah merasa puas dan masih setia
berkunjung ke Restoran Gado-Gado Boplo. Konsumen yang sudah merasa puas
tersebut perlu dijaga agar menjadi loyal terhadap restoran karena konsumen yang
loyal dapat membawa dampak positif bagi restoran. Seperti yang dijelaskan oleh
Griffin (2005) bahwa, imbalan dari loyalitas bersifat jangka panjang dan
kumulatif. Loyalitas yang meningkat dapat menghemat biaya perusahaan
sedikitnya dalam 6 bidang, yaitu: (1) biaya pemasaran menjadi berkurang, (2)
8
biaya transaksi perusahaan menjadi lebih rendah, (3) biaya perputaran pelanggan
(customer turnover) menjadi berkurang (lebih sedikit pelanggan hilang yang harus
digantikan), (4) keberhasilan cross-selling menjadikan meningkat, menyebabkan
pangsa pelanggan menjadi lebih besar, (5) pemberitaan dari mulut ke mulut
menjadi lebih positif, dengan asumsi para pelanggan yang loyal juga merasa puas,
dan (6) biaya kegagalan menjadi menurun (pengulangan pengerjaan ulang, klaim
garansi, dan sebagainya).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini
difokuskan untuk mengkaji faktor-faktor pembentuk kepuasan dan loyalitas
konsumen dan menguji keeratan hubungan serta pengaruh kepuasan terhadap
loyalitas konsumen Restoran Gado-Gado Boplo, sehingga pihak restoran dapat
mengadakan evaluasi terhadap atribut-atribut yang ada agar dapat membentuk
kepuasan dan dapat mempertahankan konsumen yang sudah loyal. Berdasarkan
hal yang telah diuraikan tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian
konsumen Restoran Gado-Gado Boplo?
2. Faktor-faktor apa saja yang membentuk kepuasan dan loyalitas konsumen
Restoran Gado-Gado Boplo?
3. Bagaimana pengaruh kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran Gado-Gado
Boplo?
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
digunakan. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.
atmosfer toko PFM dengan nilai λ sebesar 0.57. Kemudian variabel indikator yang
paling dominan dalam mengukur X2 adalah harga yang kompetitif dengan nilai λ
sebesar 1.00. Pada variabel X3 kepuasan terbentuk dari variabel kesediaan
pegawai dalam memberikan penjelasan dengan nilai λ sebesar 1.00. Ketiga
variabel indikator pada X4, yaitu pegawai memiliki pengetahuan mengenai
produk dan toko, pegawai bersikap ramah dan sopan, dan produk terjamin
kehalalannya, merupakan variabel yang dominan dalam membentuk kepuasan
konsumen dengan nilai λ sebesar 1.00. Variabel indikator pada X5 yang
membentuk kepuasan konsumen adalah variabel pegawai memberikan perhatian
secara personal dan pegawai bersikap adil dengan melayani sesuai urutan, dengan
nilai λ sebesar 1.00. Variabel kepuasan keseluruhan memiliki nilai λ sebesar 1.00,
dan variabel indikator pada variabel Y2 yang paling dominan dalam
merefleksikan loyalitas konsumen adalah variabel merekomendasikan PFM
kepada orang lain. Dimensi yang paling erat hubungannya dengan kepuasan
adalah dimensi tangibles (X1) karena memiliki nilai koefisien gamma terbesar
dibandingkan dengan dimensi lainnya, yaitu sebesar 0.43.
KERANGKA PEMIKIRAN
Definisi Restoran
Menurut SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 73/PW
105/MPPT-85 menjelaskan bahwa Rumah Makan adalah setiap tempat usaha
komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman
untuk umum. Dalam SK tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah makan
harus memiliki seseorang yang bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang
sehari-hari mengelola dan bertanggung jawab atas pengusahaan RM tersebut.
Usaha-usaha lain yang sejenis dan tidak termasuk dalam Usaha Rumah Makan
14
dalam definisi ini adalah Usaha Restoran, Usaha Tempat Makan dan Usaha Jasa
Boga (catering).
Sedangkan restoran adalah salah satu jenis usaha dibidang jasa pangan yang
bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian,
dan penjualan makanan dan minuman untuk umum. Pengusahaan restoran
meliputi jasa pelayanan makan dan minum kepada tamu restoran sebagai usaha
pokok dan jasa hiburan didalam bangunan restoran sebagai usaha penunjang yang
tidak terpisahkan dari usaha pokok sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
teknis yang ditetapkan. Pemimpin restoran adalah seorang atau lebih yang sehari-
hari mempimpin dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan usaha restoran
tersebut, sedangkan bentuk usaha restoran ini dapat berbentuk Perorangan atau
Badan Usaha (PT, CV, Fa atau koperasi) yang tunduk kepada hukum Indonesia1.
Marsum (2005) mendefinisikan restoran sebagai suatu tempat atau
bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan
dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Tujuan
operasi restoran adalah untuk mencari keuntungan demi kelangsungan hidup
usaha. Selain bertujuan bisnis atau mencari keuntungan, tujuan operasi restoran
yang utama adalah membuat puas para tamu.
Jenis Restoran
Marsum (2005) mengklasifikasikan macam-macam restoran ke dalam
beberapa tipe, yaitu:
1. A’la Carte Restaurant: adalah restoran yang mendapatkan izin penuh untuk
menjual makanan lengkap dengan banyak variasi dimana tamu bebas memilih
sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap-tiap makanan di dalam restoran
ini memiliki harga sendiri-sendiri.
2. Table D ‘hote Restaurant: adalah suatu restoran yang khusus menjual menu
table d’hote, yaitu suatu susunan menu yang lengkap (dari hidangan pernbuka
sampai penutup) dan tertcntu, dengan harga yang telah ditentukan pula.
3. Coffe Shop atau Brasserie: adalah suatu restoran yang pada umumnya
berhubungan dengan hotel, suatu tempat di mana tamu bisa mendapatkan
makan pagi, makan siang, dan makan malam secara cepat dengan harga yang
cukupan. Pada umumnya system pelayanannya adalah dengan American
service, dimana yang diutamakan adalah kecepatannya. Ready on plate
service, artinya makanan sudah dtatur dan disiapkan diatas piring. Kadang-
kadang penyajiannya dilakukan dengan cara buffet atau prasmanan.
4. Cafetaria atau Cafe: adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan
penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan
makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.
5. Canteen: adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik, atau
sekolah, tempat dimana para pekerja atau pelajar biasa mendapatkan makan
siang dan coffe break, yaitu acara minum kopi disertai makanan kecil atau
selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat-rapat dan seminar.
1
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan. 2012.
http://selatan.jakarta.go.id/v5/?page=Restoran&id=24 [25 Januari 2013]
15
18. Specialitiy Restaurant: adalah restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya
disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau temanya. Restoran
semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India, Italia dan
sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tata cara negara tempat
asal makanan spesial itu.
19. Terrace Restaurant: adalah suatu restoran yang terletak di luar bangunan,
namun pada umumnya masih berhubungan dengan hotel maupun restoran
induk. Di negara-negara barat pada umumnya restoran tersebut hanya buka
pada waktu musim panas saja.
20. Gourmet Restaurant: ialah suatu restoran yang menyelenggarakan pelayanan
makan dan minum untuk orang-orang yang berpengalaman luas dalam bidang
rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini ialah makanan dan
minumannya yang lezat-lezat, pelayanannya megah dan harganya cukup
mahal.
21. Family Type Restaurant: ialah suatu restoran sederhana yang
menghidangkan makanan dan minuman dengan harga tidak mahal, terutama
disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan.
22. Main Dining Room: ialah suatu restoran atau ruang makan utama yang pada
umumnya terdapat di hotel-hotel besar, di mana penyajian makanannya
secara resmi, pelan tapi masih terikat oleh suatu peraruran yang ketat.
Servisnya biasa menggunakan pelayanan ala Perancis atau Rusia. Tamu-tamu
yang hadirpun pada umumnya berpakaian resmi atau formal.
Definisi Konsumen
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, yang dimaksud dengan konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa terdapat dua
istilah konsumen dalam kepustakaan ekonomi, yaitu konsumen akhir dan
konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari
suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan
suatu produk sebagai bagian dari proses suatu produk lainnya. Pengertian
konsumen dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir2. Sedangkan
pengertian konsumen menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi keperluan
diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak diperdagangkan kembali3.
Menurut Sumarwan (2011) konsumen terdiri atas dua kategori, yaitu
konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu merupakan
konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan
anggota keluarga lain/seluruh anggota keluarga, atau mungkin untuk hadiah.
Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga
sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, dan
2
Undang-undang Perlindungan Konsumen. 1999. http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-8-
1999PerlindunganKonsumen.pdf [29 Januari 2013]
3
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. 2012. http://arsip.uii.ac.id/files//2012/10/Lap-KKN-
AYU-30.pdf [31 Januari 2013]
17
rumah sakit) dimana mereka harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa
lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.
Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk (2010) dalam Sumarwan (2011) mengatakan bahwa
istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan
produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Engel, et al. (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, megonsumsi, dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan
tersebut. Terdapat tiga jenis kategori pengaruh yang mendasari perilaku
konsumen, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individual, dan proses
psikologis. Pengaruh lingkungan meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,
keluarga, dan situasi. Perbedaan individu menggambarkan faktor-faktor
karakteristik individu yang muncul dari dalam diri konsumen dan proses
psikologis yang terjadi pada diri konsumen. Perbedaan individu meliputi
sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan
kepribadian, gaya hidup, serta demografi. Sedangkan proses psikologis antara lain
mencakup pengolahan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan
perilaku.
Pengaruh Lingkungan
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Implikasi Strategi
Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen perlu diketahui para pelaku usaha karena setiap
konsumen memiliki karakteristik yang berbeda dalam perilaku proses pembelian.
Menurut Sumarwan (2011), karakteristik konsumen terdiri atas karakteristik
demografi, karakteristik ekonomi, dan karakteristik sosisal konsumen.
Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk, misalnya
usia, suku bangsa, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan dan pekerjaan,
lokasi geografi, dan pendapatan. Menurut Shellyana dalam Sherly (2012), jenis
kelamin merupakan karakteristik yang penting bagi pemasar. Terdapat perbedaan
keinginan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Pemasar harus
memperhatikan jumlah perbandingan perempuan dan laki-laki yang menjadi
target pemasarannya. Konsumen perempuan lebih sering memberikan atau
mendapatkan informasi dari teman atau keluarga dibandingkan dengan konsumen
laki-laki. Perempuan juga sering menginformasikan kepada orang lain mengenai
produk atau jasa yang mereka konsumsi. Selain itu konsumen perempuan
memiliki tingkat kepedulian lebih tinggi terhadap makanan yang mereka
konsumsi dibandingkan konsumen laki-laki. Sehingga perbedaan keinginan serta
kebutuhan konsumen dapat dipenuhi oleh pihak pemasar.
Menurut Sumarwan (2011), usia konsumen penting untuk dipahami karena
konsumen dengan usia yang berbeda akan mengonsumsi produk dan jasa yang
berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan
terhadap merek. Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen
yang saling berhubungan, pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang konsumen. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan
yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi dan mempengaruhi
konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan
menyebabkan selera konsumen yang berbeda. Selanjutnya profesi dan pekerjaan
seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendidikan dan
pendapatan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola
konsumsi seseorang.
Lokasi tempat tinggal konsumen akan mempengaruhi pola konsumsinya.
Orang yang tinggal di desa akan memiliki akses terbatas terhadap berbagai produk
dan jasa. Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar lebih mudah
memperoleh semua barang dan jasa yang dibutuhkannya. Lokasi tempat tinggal
konsumen perlu dipahami oleh para pelaku usaha agar mereka dapat
memfokuskan ke mana produknya akan di jual. Konsumen lebih senang untuk
mengunjungi tempat penjualan produk ataupun jasa yang dibutuhkannya yang
dekat dengan lokasi tempat tinggalnya, strategis, mudah terlihat, dan lokasinya
dapat dijangkau dengan mudah.
20
Kepuasan Konsumen
Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah
dilakukannya, tahap ini merupakan evaluasi alternatif pascapembelian atau
pascakonsumsi. Hasil dari proses evaluasi pascakonsumsi adalah konsumen yang
puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau merek yang telah
dilakukannya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan
mengonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan tidak puas akan
menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan
konsumsi produk tersebut (Sumarwan 2011).
Engel, et al. (1995) mendefinisikan kepuasan sebagai evaluasi
pascakonsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau
melebihi harapan. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi
harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Kepuasan konsumen penting
bagi perusahaan agar pelanggannya tetap setia pada produk yang diciptakan dan
tidak berpaling ke produk lain. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang
merasa mendapatkan value dari pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Value ini
bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi.
Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagi kepuasan dengan
produsen atau penyedia jasa. Bahkan pelanggan yang puas akan berbagi rasa dan
pengalaman dengan pelanggan lain (Irawan 2007).
Menurut Kotler (2005), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara kinerja produk yang dipikirkan
21
terhadap kinerja yang diharapkan. Kinerja dan harapan bila dijabarkan sebagai
berikut:
1. Jika kinerja di bawah harapannya maka konsumen menjadi tidak puas
2. Jika kinerja sama dengan harapannya maka konsumen akan puas
3. Jika kinerja melampaui harapannya maka konsumen akan sangat puas atau
sangat senang
Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
terbentuk adalah The Expectancy Disconfirmation Model. Teori ini
mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan
dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan
yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Ketika
konsumen membeli suatu produk, maka ia memiliki harapan tentang bagaimana
produk tersebut berfungsi (product performance). Pada dasarnya kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen atas dasar produk akan berpengaruh pada pola perilaku
selanjutnya. Hal ini ditunjukkan konsumen setelah terjadinya proses pembelian.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terkait dengan konsep kepuasan
konsumen. Hal ini dijelaskan secara sistematis oleh Gambar 4.
Produk
Loyalitas Konsumen
Konsumen yang merasa puas terhadap produk atau merek yang dikonsumsi
atau dipakai akan membeli ulang produk tersebut. Pembelian ulang yang terus
menerus dari produk atau merek yang sama akan menunjukkan loyalitas
konsumen terhadap merek. Loyalitas merek diartikan sebagai sikap positif
seorang konsumen terhadap suatu merek, konsumen memiliki keinginan kuat
untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang maupun masa datang.
Loyalitas merek sangat terkait dengan kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan
konsumen akan mempengaruhi derajat loyalitas merek seseorang. Semakin puas
konsumen terhadap suatu merek, akan semakin loyakl terhadap merek tersebut
(Sumarwan, 2011).
Evaluasi Keputusan
Pembelian Awal Pascapembeli- Membeli
an Lingkaran
Kembali
Pembelian
Kembali
Kesadaran
Pembelian
Kembali
cukup sulit dibandingkan menilai kualitas pelayanan dari produk barang. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan karakteristik yang jelas dari jasa yang bersifat
tidak berwujud, berubah-ubah, tidak tahan lama, dan jasa diproduksi dan
dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Faktanya, kualitas aktual dari pelayanan
dapat berubah-ubah dari hari ke hari, karyawan ke karyawan, maupun dari
konsumen ke konsumen. Kualitas pelayanan penting untuk diperhatikan dalam
suatu bisnis penyedia jasa seperti restoran karena kualitas pelayanan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.
Menurut Zeithaml et al. (1990) service quality adalah suatu teknik yang
dapat digunakan untuk melakukan analisis kesenjangan kinerja kualitas pelayanan
suatu organisasi terhadap kualitas pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan.
Pelayanan yang sangat baik akan menciptakan konsumen yang sebenarnya (true
consumer), konsumen yang senang dan puas dengan perusahaan yang dipilihnya
setelah mendapat pengalaman pelayanan, maka konsumen tersebut akan
berkumjung kembali dan menceritakan hal-hal yang baik mengenai perusahaan
tersebut. Skala kualitas pelayanan dibuat untuk mengukur perbedaan antara
harapan konsumen dari jasa dan persepsi mereka dari pelayanan aktual yang
diberikan, didasari oleh 5 dimensi berikut ini: (1) tangibles, (2) reliability, (3)
responsiveness, (4) assurance, dan (5) emphaty. Dimensi-dimensi tersenut dibagi
ke dalam dua kelompok, yaitu dimensi hasil (yang berfokus pada reliability dari
pelayanan) dan dimensi proses (yang berfokus pada responsiveness, assurance,
dan emphaty dalam melayani konsumen, dan aspek tangible dari pelayanan atau
jasa. Penjelasan dari dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut (Zeithaml et
al. 1990):
1. Tangibles, yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, karyawan, dan peralatan
komunikasi
2. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan
3. Responsiveness, yaitu kemauan karyawan dalam membantu pelanggan dan
memberikan pelayanan yang cepat
4. Assurance, yaitu pengetahuan dan kesopansantunan dari karyawan serta
kemampuan mereka untuk memberikan kepercayaan atau keamanan
5. Emphaty, yaitu kepedulian dan perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan kepada konsumen
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) dalam Irawan (2007)
mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas jasa yang kemudian
disederhanakan menjadi 5 dimensi, yaitu:
1. Tangible (bukti nyata)
Aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran pelayanan karena suatu
service tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium, dan tidak bisa diraba. Pelanggan akan
menggunakan indra pengelihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan.
Pelanggan akan menilai kualitas pelayanan berdasarkan tampilan fisik gedung,
peralatan yang dimiliki, penampilan karyawan, materi promosi (brosur, leaflet),
dan lain lain sebagainya. Hal tersebut akan mempersepsi para pelanggan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai kualitas pelayanan yang baik. Tangible yang baik
akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible
ini juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan.
Karena tangible yang baik, maka harapan responden menjadi lebih tinggi. Oleh
25
karena itu penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek
tangible yang paling tepat, yaitu masih memberikan impresi yang positif terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan, tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan
yang terlalu tinggi. Hal lain yang perlu disadari oleh setiap pelaku bisnis adalah
bahwa dimensi ini umumnya lebih penting bagi pelanggan yang baru. Tingkat
kepentingan aspek ini umumnya relatif lebih rendah untuk pelanggan yang sudah
lama.
2. Reliability (kehandalan)
Reliability adalah dimensi yang mengukur kehandalan dari perusahaan
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dibandingkan dengan empat
dimensi lainnya, dimensi ini sering dipersepsi paling penting bagi pelanggan dari
pelayanan berbagai industri jasa. Ada dua aspek dari dimensi ini. Pertama adalah
kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan.
Kedua adalah seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan
yang akurat atau tidak ada error. Oleh karena itu, pada saat menentukan janji
yang ditawarkan kepada pelanggan dalam suatu iklan, perlu memastikan bahwa
perusahaan mampu memberikan sesuai dengan yang dijanjikan. Jika janji yang
ditawarkan oleh perusahaan berlebihan dan tidak dapat ditepati, maka pelanggan
akan kecewa. Pelanggan yang kecewa terhadap janji yang berlebihan adalah
pelanggan yang paling sulit untuk diajak kembali.
3. Responsiveness (daya tanggap)
Responsiveness adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis.
Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan
berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Pengalaman pelanggan
dalam mendapatkan pelayanan di masa lalu yang akan mengubah harapan
pelanggan. Sama seperti dimensi pelayanan lainnya, maka kepuasan terhadap
dimensi responsiveness adalah berdasarkan persepsi dan bukan aktualnya. Karena
persepsi mengandung aspek psikologis lain, maka faktor komunikasi dan situasi
fisik disekeliling pelanggan yang menerima pelayanan merupakan hal yang
penting dalam mempengaruhi penilaian pelanggan. Mengkomunikasikan kepada
pelanggan mengenai proses pelayanan yang diberikan akan membentuk persepsi
yang lebih positif. Pelayan yang responsif atau tanggap, juga sangat dipengaruhi
oleh sikap front line staf, salah satunya adalah kesigapan dan ketulusan dalam
menjawab pertanyaan atau permintaan pelanggan.
Umar (2010) menjelaskan bahwa responsiveness adalah respon atau
kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan
yang cepat dan tanggap. Dimensi ini meliputi: kesigapan karyawan dalam
melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan
penanganan keluhan pelanggan.
4. Assurance (jaminan)
Dimensi assurance merupakan dimensi kualitas yang berhubungan dengan
kemampuan perusahaan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan rasa
percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya. Umar (2010) menjelaskan
bahwa assurance meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap
produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam
memberi pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan
dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan
26
Kepuasan Loyalitas
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara
dengan pihak manajemen restoran, dan jawaban kuesioner dari responden. Data
sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, diperoleh dari studi literatur
berbagai buku, internet, dan instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik Provinsi
DKI Jakarta dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen Restoran Gado-Gado
Boplo dan dengan teknik kuesioner. Menurut Suliyanto (2006), teknik angket
(kuesioner) merupakan metode pengumpulan data dengan cara membagi daftar
pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya.
Kuesioner dibagikan kepada konsumen yang sedang makan di Restoran Gado-
Gado Boplo. Pertanyaan kuesioner berisikan pertanyaan tertutup, dimana
alternatif jawaban telah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban
yang dianggap paling sesuai menurutnya dan juga pertanyaan terbuka, yaitu jika
jawaban yang diinginkan konsumen tidak terdapat dalam daftar jawaban.
Kuesioner dibentuk berdasarkan teori-teori kualitas pelayanan dan teori kepuasan
dan loyalitas konsumen sehingga dapat merefleksikan kinerja Restoran Gado-
Gado Boplo dan dapat mencerminkaan keadaan kepuasan dan loyalitas konsumen
Restoran Gado-Gado Boplo yang sesungguhnya.
Penyebaran kuesioner dilakukan pada hari Senin-Sabtu. Waktu pengambilan
data adalah sepanjang jam operasional restoran (10.00-22.00 WIB). Pemilihan
waktu tersebut dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat mewakili seluruh
populasi pengunjung Restoran Gado-Gado Boplo.
dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili populasi. Cara ini juga sering
disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan karena dalam
pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu oleh peneliti (Umar 2003).
Pertimbangan dalam penentuan konsumen yang akan dijadikan sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah konsumen yang sudah pernah mengunjungi restoran
tersebut minimal dua kali di luar waktu berkunjung pada saat diwawancarai dan
telah berusia 18 tahun atau lebih4. Kategori tersebut ditetapkan agar konsumen
yang menjadi responden mempunyai pertimbangan untuk menilai tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja di Restoran Gado-Gado Boplo dan dapat dinilai
kecenderungan loyalitasnya. Apabila pengunjung restoran adalah keluarga, yang
berhak mengisi kuesioner adalah kepala keluarga atau anggota keluarga lain yang
telah berusia 18 tahun atau lebih, sedangkan apabila pengunjung adalah
rombongan teman atau kenalan, pengisian kuesioner dapat diberikan kepada
masing-masing orang atau kepada salah satu orang yang bersedia mengisi
kuesioner. Sedangkan convinience sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti bersedia
menjadi responden untuk dijadikan sampel (Suliyanto 2006). Setiap konsumen
Restoran Gado-Gado Boplo yang sudah memenuhi kriteria dan sedang makan di
restoran serta bersedia mengisi kuesioner bebas dipilih sebagai responden.
Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 130 orang.
Jumlah tersebut sesuai dengan persyaratan minimum atas alat analisis yang
digunakan, yaitu SEM. Menurut Firdaus dan Farid (2008), persyaratan jumlah
responden yang digunakan untuk analisis SEM sebaiknya antara 100 – 200, hal ini
bertujuan agar dapat menggambarkan keadaan kepuasan dan loyalitas konsumen
yang sebenarnya. Menurut Hair et. al (1998) dalam Gini (2012) jumlah sampel
yang diambil dari populasi ditentukan sebesar 5 – 10 kali jumlah variabel yang
digunakan dalam desain analisis, sekurang-kurangnya sebanyak 100 – 200
sampel. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 variabel,
sehingga jumlah responden ditentukan sebagai berikut:
orang responden
Variabel yang digunakan dalam menentukan jumlah responden adalah
variabel yang telah diuji validitasnya dan kesemua variabel tersebut telah valid.
Uji validitas kuesioner dilakukan kepada 30 orang responden, sehingga ke-30
orang responden tersebut juga dimasukkan ke dalam jumlah responden yang
dibutuhkan karena kuesioner yang mereka jawab telah valid atau dapat mengukur
apa yang ingin diukur.
Penelitian ini menggunakan dua alat analisis data, yaitu analisis deskriptif
dan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software LISREL
8.30. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk tabulasi data dan
SPSS 17 untuk uji validitas dan reliabilitas.
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
31
Analisis Deskriptif
Skala Likert
Skala yang digunakan dalam penelitian ini skala likert. Skala likert
merupakan skala yang dapat memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap
karakteristik suatu produk (sangat setuju, setuju, ragu - ragu, tidak setuju, sangat
tidak setuju). Informasi yang diperoleh dengan skala Likert berupa skala
pengukuran ordinal, oleh karena itu terhadap hasilnya dapat dibuat rangking tanpa
dapat diketahui berapa besarnya selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan
yang lain (Durianto et al. 2004).
Pada penelitian ini, skala likert digunakan untuk mengukur kepuasan
konsumen terhadap atribut-atribut yang membangun kepuasan konsumen tersebut.
Jumlah skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima yaitu sangat
setuju, setuju, ragu - ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Rentang skala digunakan untuk memberikan interpretasi terhadap penilaian
konsumen. Adapun rumus rentang skala :
Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Jika periset menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan
data, kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya
(Umar 2003). Uji validitas ditujukan untuk memperoleh konstruksi atau kerangka
suatu konsep yang valid. Apabila terdapat konsistensi antara variabel atau dengan
variabel lainnya, maka konstruksi tersebut telah memiliki validitas.
Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS versi 17. Validitas suatu atribut dapat dilihat pada
hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Menilai valid atau
tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation.
Suatu atribut dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation > 0.361
dan dikatakan tidak valid jika < 0.361 (Nugroho 2005). Atribut yang tidak valid
harus dihilangkan dan tidak ditanyakan kepada responden pada saat pengambilan
data dalam penelitian.
Uji validitas dilakukan kepada butir pertanyaan mengenai dimensi service
quality yang menggambarkan kinerja pelayanan di Restoran Gado-Gado Boplo.
Butir pertanyaan yang diuji validitasnya berjumlah 20 butir pertanyaan, sehingga
terdapat 20 variabel indikator yang diuji validitasnya. Setelah uji validitas
dilakukan kepada 20 butir pertanyaan pada kuesioner penelitian, maka dapat
diketahui bahwa ke-20 butir pertanyaan tersebut telah valid karena nilai Corrected
Item-Total Correlation > 0.361. Penentuan butir pertanyaan atau variabel yang
ada dalam kuesioner berdasarkan teori yang sesuai dengan konsep service quality
dan sesuai dengan konsep kepuasan dan loyalitas konsumen yang kemudian
disesuaikan dengan keadaan aktual yang mencerminkan kinerja Restoran Gado-
Gado Boplo, sehingga variabel yang digunakan merupakan variabel reflektif.
Uji Reliabilitas
yang digunakan dalam riset dimana instrumen riset yang baik akan mampu
mengungkapkan informasi yang sebenarnya di lapangan. Reliabilitas menyangkut
ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau
dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur
tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability), dan dapat diduga
(predictability). Suatu alat ukur yang mantap dapat diandalkan karena penggunaan
alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa. Selain itu suatu
alat pengukuran juga harus dapat mengukur secara akurat dan tepat. Suatu alat
ukur juga harus sedemikian sifatnya, sehingga error yang terjadi dapat ditolerir.
Dari aspek-aspek reliabilitas di atas, apat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah
ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur (Nazir 1999).
Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode Alpha Cronbach, yaitu metode perhitungan reliabilitas yang
dikembangkan oleh Cronbach. Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas
juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17. Reliabilitas suatu atribut
dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel yang berjudul Reliability
Coefficients. Koefisien Alpha Cronbach merupakan koefisien reliabilitas yang
paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal consistency. Nilai koefisien
reliabilitas berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas, semakin
reliabel sebuah kuesioner, koefisien reliabilitas yang dianggap baik adalah nilai
yang lebih besar dari 0.7.
Setelah dilakukan uji reliabilitas pada atribut-atribut dalam penelitian ini,
maka diperoleh hasil bahwa seluruh atribut telah reliabel karena hasil uji
reliabilitas menunjukan bahwa nilai koefisien alpha cronbach > 0.7, yaitu 0.957.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
Penyusunan model SEM lebih banyak bersifat teoritis sesuai dengan bidang
terapan serta diarahkan nantinya untuk evaluasi kesesuaiannya dengan data yang
diperoleh. SEM terdiri atas persamaan pengukuran dan persamaan struktural.
Model yang menggambarkan hubungan antara peubah laten (peubah yang tidak
dapat diukur secara langsung) dengan peubah-peubah manifesnya dinamakan
model pengukuran. Bila di dalam model terdapat peubah-peubah laten dinamakan
model atau analisis persamaan struktural (SEM).
Kelemahan yang terdapat dalam analisis SEM ini adalah menutupi adanya
model lain yang memiliki kesesuaian dengan data yang paling tidak sama
bagusnya dengan model awal yang telah disusun, terlebih bila model awal
tersebut sudah cukup bagus kesesuaiannya dengan data. Kelemahan tersebut dapat
ditutupi dengan strategi permodelan lain yang disebut dengan competing models
strategy, yang intinya adalah terdapat beberapa model yang disusun yang akan
dibandingkan tingkat kesesuaiannya dengan data. Terdapat 7 langkah dalam
permodelan SEM menurut Firdaus dan Farid (2008), yaitu:
1. Pengembangan model teoritis, yaitu pengujian kausalitas secara empiris dari
teori yang sudah ada dan digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis
tersebut. Hubungan kausalitas dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan arti,
35
namun pola hubungan akan menjadi rasional bila dilandaskan pada suatu
teori.
2. Pengembangan diagram path (diagram alur). Diagram dibangun berdasarkan
pada konstruk untuk menunjukkan hubungan kausalitas. Cara membangun
konstruk dengan mencari peubah penjelas yang dapat menjelaskan konstruk
tersebut. Konstruk adalah suatu konsep yang dilandaskan pada teori dan
berperan sebagai pembatas dalam mendefinisikan pola hubungan.
3. Mengkonversi diagram path ke dalam persamaan. Diagram path
dikonversikan ke dalam bentuk persamaan struktural untuk menyatakan
hubungan kausalitas.
4. Menentukan matriks input dan estimasi model. Data input SEM merupakan
matriks kovarian untuk melakukan pengujian model dari teori yang ada setara
dengan regresi untuk digunakan dalam penjelasan atau prediksi fenomena
yang dikaji.
5. Pendugaan koefisien model. Ketidakmampuan model dalam menduga hasil
yang unik atau setiap koefisien memerlukan model tersendiri atau terpisah
dalam pendugaannya menyebabkan proses pendugaan memberikan hasil yang
irasional. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu dilakukan penetapan
beberapa nilai koefisien pada nilai tertentu dan peubah laten yang hanya
memiliki satu peubah indikator ditetapkan nilainya (umumnya satu).
6. Evaluasi kriteria goodness of fit. SEM tidak mempunyai alat uji statistik
tunggal untuk menguji antara model dengan data yang disajikan. Beberapa
indeks kesesuaian dan cut off value yang umumnya digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Degree of Freedom (DF) harus positif yang menandakan model tidak
underidentified. CMIN/DF umumnya berkisar antara ≤ 2.0-3.0 sebagai
salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesesuaian model.
b. Root Means Square Error of Approximation (RMSEA) adalah indeks
untuk mengkompensasikan chi-square dalam contoh besar, menunjukkan
kesesuaian yang dapat diharapkan bila model diestimasi. RMSEA ≤ 0.08
adalah syarat agar model menunjukkan close fit.
c. Goodness of Fit (GFI= R2 dalam regresi) dan Adjusted R2 (AGFI) adalah
rentang ukuran antara 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit) yang
memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah matriks
kovarian contoh. Nilai GFI dan AGFI ≥ 0.90 menunjukkan good fit
(baik). Jika antara 0.80 ≤ GFI dan AGFI < 0.90 menunjukkan marginal fit
(sedang).
d. Comparative Fit Index (CFI) merupakan indeks yang besarannya tidak
dipengaruhi oleh ukuran contoh sehingga sangat baik untuk mengukur
tingkat penerimaan sebuah model. Nilai yang diharapkan adalah ≥ 0.95.
7. Interpretasi dan modifikasi model. Setelah model diterima, interpretasi
dilakukan dengan mengikuti model yang mendasarinya. Modifikasi hanya
boleh dilakukan dengan kehati-hatian dan modifikasi dilakukan jika terdapat
perubahan yang signifikan dengan dilakukan data empirik.
36
Model SEM dapat dinyatakan dalam bentuk diagram alur (path diagram).
Kelebihan dari penggunaan diagram alur/lintas dalam model SEM adalah
mempermudah dalam memahami hubungan antar peubah atau variabel, baik
dalam model pengukuran maupun model struktural. Pada diagram lintas terdapat
notasi-notasi yang menyatakan jenis dan parameter atau besaran dari variabel-
variabel. Berbagai notasi variabel yang terdapat pada model SEM umumnya
dinyatakan dalam huruf Yunani. Berikut ini adalah keterangan yang berkaitan
dengan diagram lintas dalam model SEM:
1. Simbol dari diagram lintas dari peubah manifes atau peubah teramati adalah
bentuk kotak, sedangkan simbol diagram lintas untuk peubah atau variabel
laten adalah bentuk oval.
2. Simbol anak panah satu arah ( ) menunjukkan adanya hubungan
pengaruh. Ekor anak panah menunjukkan variabel penyebab dan kepala anak
panah menunjukkan variabel akibat. Variabel yang menjadi target merupakan
variabel endogen, sedangkan variabel yang tidak dituju oleh anak panah
merupakan variabel eksogen. Selain itu ada juga simbol anak panah dua arah
( ) yang menunjukkan hubungan korelasi.
3. Variabel laten endogen dilambangkan dengan η (dibaca eta), sedangkan
variabel laten eksogen dilambangkan dengan ξ (dibaca ksi).
4. Variabel manifes atau variabel teramati yang berkaitan dengan variabel laten
endogen dilambangkan dengan Y, sedangkan variabel manifes yang berkaitan
dengan variabel laten eksogen dilambangkan dengan X. Model pengukuran,
yang merupakan model antara variabel laten dengan variabel-variabel
manifesnya, penyusunan variabel laten dari variabel-variabel manifesnya
menggunakan analisis faktor. Besarnya loading atau muatan antara variabel
laten dengan variabel manifesnya dilambangkan dengan λ (dibaca lambda).
Untuk variabel eksogen dilambangkan dengan λx dan dan variabel endogen
dilambangkan dengan λy.
5. Besarnya pengaruh dari variabel laten endogen ke variabel lainnya
dilambangkan dengan β (dibaca beta) sehingga dapat terlihat keeratan
hubungan antara variabel tersebut. Sedangkan besarnya pengaruh dari
variabel laten eksogen ke variabel laten endogen dilambangkan dengan γ
(dibaca gamma). Besarnya koragam antar variabel laten dilambangkan
dengan ϕ (dibaca phi).
6. Model hubungan antar variabel laten juga melibatkan komponen acak yang
dinamakan sebagai galat struktural (komponen kesalahan struktural). Galat
struktural dilambangkan dengan ζ (dibaca zeta). Simbol untuk kesalahan
pengukuran yang berkaitan dengan variabel manifes X adalah δ (dibaca
delta), sedangkan yang berkaitan dengan variabel manifes Y adalah ε (dibaca
epsilon).
dalam penelitian ini adalah variabel kualitas pelayanan (service quality). Setiap
variabel laten dalam model SEM diketahui hubungan antar variabel harus
dilandasi oleh suatu teori para ahli atau hasil dari suatu penelitian. Sehingga
variabel yang mendasari variabel lainnya memang terdapat suatu korelasi. Atas
dasar itulah maka dapat disusun hipotesis dari model SEM yang diestimasi.
Adapun hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peubah laten endogen (variabel kepuasan) dibangun dan mempunyai
hubungan dengan lima dimensi kualitas pelayanan antara lain, tangibles,
reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Hipotesis ini disusun
berdasarkan teori Zeithaml et al. (1990).
2. Kepuasan berpengaruh terhadap kesetiaan atau loyalitas konsumen. Hipotesis
ini didasarkan teori Kotler (2005).
3. Variabel laten loyalitas merefleksikan variabel-variabel teramati, antara lain
melakukan kunjungan ulang, sikap terhadap kenaikan harga, dan
merekomendasikan Restoran Gado-Gado Boplo kepada orang lain. Hipotesis
ini didasarkan teori Lovelock dan Wirtz (1987).
Hubungan kausalitas model SEM ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat
melalui diagram path. Variabel yang digunakan pada Model Persamaan Struktural
ditunjukkan pada Tabel 6.
δ11
X11
λx11
δ12
X12
λx12
δ13
X13 λx13
ξ1
δ14 λx14
X14 Tangibles
δ15 λx15
X15
λx16
δ16
X16 λx17
δ17 λx18
X17 γ
δ18
X18
δ21
X21 λx21
ξ2 Y11 ε11
1
δ22 λ 22
x
X22
Reliability
δ23 λx23 γ λy11
X23
Y21
ε21
λ 24
x
λy21
δ24 β
X24 λx25
Kepuasan Loyalitas λy22 ε22
η1 η2 Y22
δ25 λ 23y
X25 ε23
ξ3 Y23
δ31 γ λy12
λy24
λx31
X31
Responsiveness ε24
Y24
δ32 λx32 ε12
X32 Y12
γ
δ41
X41 λx41 ξ4
δ42 λx42 γ
X42 Assurance
δ43 λx43
X43
δ51 ξ5
X51 λx51
sembilan gerai di Jakarta, yaitu di daerah Casablanca, Jalan Panglima Polim, Jalan
RS. Fatmawati, Komplek Greenville, Jalan Gereja Theresia, Jalan Raya Serpong,
Jalan Boulevard Raya Kelapa Gading, Grand Indonesia, dan Thamrin City.
Rencananya tahun ini Gado-Gado Boplo akan membuka gerai baru di Cempaka
Putih, Jatinegara, dan Tangerang City. Jumlah karyawan yang dipekerjakan di
dalam 1 gerai berjumlah minimal 30 orang, sehingga sekarang ini Restoran Gado-
Gado Boplo memiliki karyawan sebanyak ±350 orang.
Sesuai dengan slogannya, “Ahli Makanan Tradisional”, Restoran Gado-
Gado Boplo didirikan dengan konsep makanan tradisional yang disajikan dengan
gaya moderen. Menu tradisional dipilih oleh Ibu Juliana dan Bapak Calvin karena
mereka ingin mengangkat martabat makanan Indonesia supaya menjadi tuan
rumah di negaranya sendiri dan supaya makanan Indonesia lebih berkelas. Visi
tersebut dibuat karena sekarang ini masyarakat Indonesia banyak yang melihat
makanan Indonesia dengan sebelah mata. Padahal makanan Indonesia memiliki
cita rasa yang disukai sampai di tingkat internasional. Hal tersebut terbukti dengan
adanya pernyataan CNN GO yang mengurutkan 40 makanan terbaik di Indonesia
dan gado-gado berada di urutan ke enam5.
Gerai Gado-Gado Boplo yang terletak di Jl. Boulevard Raya, Kelapa
Gading, memiliki karyawan sebanyak ±31 orang. Di setiap gerai terdapat dua
orang supervisor dan dua orang captain yang membantu supervisor dalam
menjalankan operasional restoran sehari-hari. Restoran ini setiap harinya mulai
beroperasi pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 22.00, sehingga sistem shift
karyawan dibagi ke dalam dua shift, yaitu shift pagi (08.00 – 17.00) dan shift
siang (12.00 – 22.00).
5
CNN GO. 2011. http://travel.cnn.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-
327106 [26 Maret 2013]
42
Pemilik
Manajer Operasional
Supervisor PR
Captain
Kepala Waiter/
Produksi Waitress
Usia
Konsumen yang datang ke Restoran Gado-Gado Boplo terdiri dari berbagai
usia. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey, dapat diketahui bahwa
sebagian besar konsumen yang datang berusia 25-35 tahun, atau masuk ke dalam
kategori dewasa lanjut, yaitu sebanyak 45 orang atau 35 persen. Selanjutnya
diikuti oleh usia 36-50 tahun sebanyak 40 orang atau 31 persen, 18-24 tahun
sebanyak 25 orang atau 19 persen, dan 51-65 tahun sebanyak 20 orang atau 15
persen. Banyaknya usia 25-35 tahun yang datang disebabkan karena usia tersebut
merupakan usia yang masih produktif dan masih senang untuk melakukan banyak
kegiatan di luar rumah. Selain itu mereka juga cenderung lebih sering untuk
bersosialisasi dengan rekannya, mencoba hal baru, dan relatif mudah terpengaruh
oleh ajakan teman.
Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh, tidak terlalu banyak perbedaan pada
jumlah konsumen yang berkunjung di Restoran Gado-Gado Boplo berdasarkan
jenis kelaminnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 51 persen
konsumen atau 66 orang konsumen yang berkunjung ke Restoran Gado-Gado
Boplo berjenis kelamin perempuan. Sedangkan konsumen dengan jenis kelamin
laki-laki yang berkunjung ke Restoran Gado-Gado Boplo sebanyak 64 orang
konsumen atau 49 persen. Perbedaan jumlah konsumen laki-laki dan perempuan
yang sedikit tersebut menunjukkan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun
perempuan, memiliki keinginan untuk hidup sehat. Salah satu cara dalam
menerapkan pola hidup sehat adalah mengonsumsi makanan yang sehat seperti
makanan yang disediakan oleh Restoran Gado-Gado Boplo.
45
Tempat Tinggal
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey, konsumen yang datang
ke restoran Gado-Gado Boplo sebagian besar berdomisili di wilayah Jakarta
dengan jumlah 103 orang konsumen atau 79 persen. Selain itu ada pula konsumen
yang berdomisili di luar Jakarta dengan jumlah 27 orang konsumen atau 21 persen
yang berasal dari Bekasi, Bogor, Bandung, Tangerang, Jogja, Makassar, Ternate,
Surabaya, dan Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil wawancara, konsumen yang
datang berkunjung memiliki tempat tinggal yang tidak jauh dari lokasi restoran.
Meskipun ada yang lokasi tempat tinggalnya jauh, mereka mengatakan bahwa
letak restoran strategis sehingga tidak sulit untuk menjangkaunya. Selain itu
lokasi tempat kerja konsumen juga tidak jauh dari restoran.
Konsumen yang bertempat tinggal di luar Jakarta, seperti Bekasi,
Tangerang, Bandung, dan Bogor, mengatakan bahwa letak Restoran Gado-Gado
Boplo dekat dengan tempat kerjanya dan dekat dengan tempat perbelanjaan,
sehingga setelah selesai berbelanja mereka mengunjungi Restoran Gado-Gado
Boplo. Konsumen tersebut sebagian besar merupakan pegawai yang bekerja di
daerah Jakarta yang bertempat tinggal di luar Jakarta. Untuk konsumen lainnya
yang berasal dari Jogja, Surabaya, Kalimantan, Makassar, dan Ternate, selalu
mengunjungi Restoran Gado-Gado Boplo setiap mereka berkunjung ke Jakarta
karena urusan pekerjaan ataupun mengunjungi sanak keluarga.
Status Pernikahan
Konsumen Restoran Gado-Gado Boplo memiliki status sudah menikah
sebanyak 93 orang konsumen atau sebesar 72 persen dan belum menikah
sebanyak 37 orang kunsumen atau 28 persen. Sebagian besar konsumen yang
berkunjung di Restoran Gado-Gado Boplo merupakan pekerja kantoran yang
46
sudah menikah. Hal tersebut menandakan bahwa saat ini sebagian besar orang
menghabiskan waktunya di luar rumah untuk beraktivitas, seperti bekerja, kuliah,
dan aktivitas lainnya. Berdasarkan hasil temuan di lapang, mereka yang sudah
menikah umumnya lebih banyak beraktivitas di luar rumah karena bekerja
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangannya mereka melakukan pembelian di
Restoran Gado-Gado Boplo. Selain itu pada hari weekend biasanya konsumen
datang bersama keluarganya untuk memanfaatkan waktu berkumpul bersama
keluarga.
Suku
Restoran Gado-Gado Boplo dikunjungi oleh konsumen dari berbagai
macam suku. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa konsumen yang bersuku
Jawa merupakan konsumen dengan persentase terbesar, yaitu 38 persen atau
sebanyak 49 orang konsumen. Setelah itu di urutan berikutnya berasal dari suku
lainnya, yaitu Tionghoa, Sulawesi, Ambon, dan Melayu sebanyak 30 orang atau
23 persen, suku Sunda sebanyak 24 orang atau 18 persen, suku Betawi sebanyak
19 orang atau 15 persen, suku Batak sebanyak 5 orang atau 4 persen, dan suku
Minang sebanyak 3 orang atau 2 persen.
Pendidikan
Sebagian besar konsumen Restoran Gado-Gado Boplo memiliki pendidikan
terakhir Sarjana yaitu sebanyak 76 orang konsumen atau 59 persen. Setelah itu
sebanyak 33 orang konsumen atau 25 persen konsumen berpendidikan terakhir
SMA, 14 orang konusumen atau 11 persen berpendidikan terakhir Pascasarjana,
dan 7 orang konsumen atau 5 persen konsumen berpendidikan terakhir diploma.
Pekerjaan
Sebagian besar konsumen Restoran Gado-Gado Boplo memiliki pekerjaan
sebagai pegawai swasta sebanyak 54 orang (41 persen). Selain itu konsumen
Restoran Gado-Gado Boplo bekerja sebagai PNS sebanyak 26 orang (20 persen),
Wiraswasta sebanyak 23 orang (18 persen), Ibu rumah tangga sebanyak 12 orang
(9 persen), Pelajar/Mahasiswa sebanyak 10 orang (8 persen), lainnya (Dokter)
sebanyak 4 orang (3 persen), dan Tidak/Belum bekerja sebanyak 1 orang (1
persen).
Pendapatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey, konsumen dengan
pendapatan per bulan sebesar Rp5 000 001 – Rp10 000 000 merupakan persentasi
terbanyak, yaitu sebesar 34 persen atau sebanyak 44 orang. Kemudian sebayak 26
orang atau sebanyak 20 persen konsumen memiliki pendapatan sebesar
Rp2 000 001 – Rp5 000 000, sebanyak 19 orang atau 15 persen konsumen
memiliki pendapatan masing-masing sebesar Rp1 000 000 – Rp2 000 000 dan
Rp10 000 001 – Rp20 000 000. Kemudian sebanyak 15 orang konsumen atau
11 persen konsumen memiliki pendapatan per bulan sebanyak > 20 juta rupiah
dan sebanyak 7 orang konsumen atau 5 persen konsumen memiliki pendapatan
sebesar < 1 juta rupiah.
Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal dari proses keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen. untuk mempelajari proses pengenalan
kebutuhan konsumen diperlukan adanya informasi mengenai seberapa sering
konsumen makan di luar rumah dalam satu bulan, motivasi, dan manfaat yang
dicari konsumen dalam mengunjungi rumah makan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, sebanyak 40 orang
konsumen Restoran Gado-Gado Boplo makan di luar rumah sebanyak 7-15 kali
dalam 1 bulan. Kemudian sebanyak 31 orang konsumen makan di luar rumah
setiap hari dalam satu bulan. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas konsumen
lebih banyak dihabiskan di luar rumah, seperti bekerja ataupun kuliah.
Pencarian Informasi
Setelah tahap pengenalan kebutuhan, maka tahap selanjutnya dalam proses
keputusan pembelian adalah pencarian informasi. Informasi yang didapat oleh
konsumen biasanya berasal dari pihak eksternal ataupun internal. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sebanyak 86 orang (33.8 persen) konsumen memperoleh
informasi mengenai alternatif tempat makan dari pihak eksternal. Pihak eksternal
yang memberikan informasi tersebut sebagian besar berasal dari teman/kenalan
konsumen (Tabel 17 dan Tabel 18).
Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif dilakukan oleh konsumen karena konsumen menghadapi
banyak alternatif pilihan. Untuk menggambarkan proses ini, maka konsumen
diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang menjadi pertimbangan
dalam memilih Restoran Gado-Gado Boplo.
Cita rasa yang menjadi pilihan sebagian besar konsumen adalah cita rasa
yang enak dari manapun asalnya, yaitu sebanyak 63.8 persen konsumen
(83 orang). Kemudian sebanyak 33.9 konsumen (44 orang) menyatakan bahwa
mereka lebih menyukai cita rasa tradisional, dan 2.3 persen konsumen (3 orang)
menyukai cita rasa kontinental.
Tabel 21 Sebaran responden menurut cita rasa makanan yang menjadi pilihan
konsumen
Cita rasa Jumlah (Orang) Persentase (%)
a. Cita rasa tradisional 44 33.9
b. Cita rasa kontinental 3 2.3
c. Cita rasa internasional 0 0
d. Cita rasa yang enak dari manapun asalnya 83 63.8
Total 130 100
Pembelian
Setelah memperoleh informasi yang cukup dan melakukan evaluasi
alternatif, maka konsumen melakukan pembelian. Proses pembelian dapat dilihat
dari cara memutuskan pembelian, pihak yang mempengaruhi untuk melakukan
pembelian, waktu melakukan pembelian, menu yang sering dipesan, dan alasan
melakukan pembelian di Restoran Gado-Gado Boplo.
Sebagian besar konsumen melakukan pembelian secara mendadak, yaitu
sebanyak 53.8 persen konsumen (70 orang) dan sisanya, yaitu 46.2 persen
konsumen (60 orang) melakukan pembelian dengan terencana.
54
Sebagian besar konsumen yaitu 66.9 persen konsumen (87 orang) lebih
sering melakukan pembelian di Restoran Gado-Gado Boplo pada hari kerja.
Sisanya sebanyak 33.1 persen konsumen (43 orang) lebih sering melakukan
pembelian pada hari libur (Tabel 26). Sebagian besar konsumen melakukan
pembelian pada siang hari yaitu sebanyak 71,5 persen konsumen (93 orang).
Selain itu sebanyak 15.4 persen konsumen (20 orang) lebih sering melakukan
pembelian pada malam hari (Tabel 27).
Menu yang sering dipesan oleh konsumen adalah menu andalan dari
Restoran Gado-Gado Boplo, yaitu menu gado-gado sebanyak 99 orang konsumen.
Pascapembelian
Perilaku pascapembelian yang dilakukan oleh konsumen adalah
mengevaluasi kembali barang atau jasa yang telah dibeli dan dikonsumsinya.
Hasil dari proses evaluasi pascapembelian atau pascakonsumsi adalah konsumen
merasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau merek yang telah
dilakukannya. Hampir seluruh konsumen Restoran Gado-Gado Boplo merasa
puas setelah mereka melakukan pembelian di restoran tersebut, yaitu sebanyak
120 orang konsumen dan sisanya sebanyak 10 orang konsumen mengatakan tidak
puas setelah mereka melakukan pembelian di Restoran Gado-Gado Boplo.
Sebagian besar konsumen mengatakan bahwa Restoran Gado-Gado Boplo
memiliki menu-menu makanan dengan cita rasa yang lezat. Selain itu suasana
yang nyaman dan pelayanan yang dirasakan baik oleh para konsumen menjadikan
konsumen tersebut merasa puas setelah mereka melakukan pembelian di Restoran
Gado-Gado Boplo. Sedangkan 10 orang responden tidak puas terhadap Restoran
Gado-Gado Boplo karena berbagai alasan, antara lain responden merasa rasanya
masih kurang cocok dengan seleranya, makanan yang disajikan dirasakan tidak
fresh dan kurang hangat, pelayanannya kurang memuaskan, harga kurang sesuai,
serta interior dan perabotan sudah kusam sehingga tidak nyaman dipandang mata.
Dimensi Tangibles
100%
90% 14 % 15% 19%
22 % 25 % 24% 28% 24%
80%
70%
60%
50% 68%
73%
70% 62% 69% 61% 73% 63%
40%
30%
20%
10% 11% 15% 9% 9%
6% 6% 10% 7% 2%
0% 2% 2% 3% 1% 3% 1% 1% 2%
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18
makanan. Selain itu kebersihan restoran juga menjadi hal yang penting dalam
menciptakan kenyamanan, karena sebagian responden menyatakan bahwa mereka
akan merasa nyaman apabila restoran tersebut bersih. Namun masih ada beberapa
responden yang mengatakan atribut ini kurang baik. Hal tersebut disebabkan
karena sebanyak 10 persen responden (13 orang) mengatakan bahwa restoran
kurang nyaman karena ruangannya kurang sejuk. Untuk itu jika pendingin
ruangan dirasakan sudah mulai tidak dingin, pihak restoran harus segera
memperbaikinya.
Mayoritas responden, yaitu sebanyak 73 persen responden (95 orang),
mengatakan bahwa penampilan pegawai sudah rapi dan bersih sehingga sedap
dipandang. Penampilan pegawai merupakan kesan pertama yang dilihat oleh
responden karena melalui penampilan pegawai responden akan mempercayai
kualitas pelayanan yang akan diberikan.
Informasi yang ada di restoran, seperti rincian hidangan dalam menu, harga
dalam menu, promosi yang sedang berlangsung, dan cara transaksi, dinilai sudah
baik oleh 63 persen responden (82 orang). Hal tersebut disebabkan karena sudah
terdapat banyak informasi yang disampaikan restoran dan sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Namun ada juga responden yang masih menilai atribut ini
kurang baik, yaitu sebanyak 9 persen responden (12 orang). Mereka sudah
mengetahui bahwa terdapat banyak informasi di restoran namun informasi-
informasi tersebut kurang memenuhi kebutuhan konsumen.
Dimensi Reliability
100%
90% 14%
21% 22% 20%
26%
80%
70%
60%
50% 72%
72% 69% 72%
40% 69%
30%
20%
10% 11%
6% 6% 5%
3% 3% 2% 3%
0% 1%
1% 1% 1%
X21 X22 X23 X24 X25
Dimensi Responsiveness
100%
90% 18%
28%
80%
70%
60%
50%
71%
40% 64%
30%
20%
10%
7% 10%
0% 1% 1%
X31 X32
Dimensi Assurance
100%
90%
27% 25%
80% 42%
70%
60%
50%
40% 66% 69%
30% 55%
20%
10%
3%
2% 5% 3%
0% 2% 1%
X41 X42 X43
Dimensi Emphaty
100%
90% 22% 18%
80%
70%
60%
50%
69% 75%
40%
30%
20%
10%
7% 6%
0% 1% 1% 1%
X31 X32
Variabel Kepuasan
Kepuasan yang dirasakan oleh seorang konsumen dapat dilihat dari suatu
alternatif yang dipilih setidaknya dapat memenuhi atau melebihi harapan
konsumen tersebut. Responden menilai puas atau tidak terhadap Restoran Gado-
Gado Boplo secara keseluruhan sesuai dengan apa yang responden rasakan.
Terdapat dua atribut pada variabel kepuasan, yaitu kepuasan secara keseluruhan
dan niat untuk berkunjung kembali.
100%
11%
90% 21%
80%
70%
60%
50%
84%
71%
40%
30%
20%
10%
3%1% 6%
1%
0% 1% 1%
Y11 Y12
Gambar 14 Sebaran persentase responden menurut penilaiannya pada variabel
kepuasan
Keterangan:
Y11 = Kepuasan setelah mengunjungi Y12 = Niat berkunjung kembali
Restoran Gado-Gado Boplo Sangat berniat
Sangat puas Berniat
Puas Kurang berniat
Kurang puas Tidak berniat
Tidak puas Sangat tidak berniat
Sangat tidak puas
Variabel Loyalitas
100%
17.7% 13.1% 12.3%
90% 22.3%
80%
70% 14.6%
46.2%
60%
50% 77.7%
73.1% 40%
40%
30% 25.4%
20%
10% 21.5% 13.1
4.6% 6.9%
0% 4.6% 1.5% 1.5% 3.1%
0.8%
Y21 Y22 Y23 Y24
Keterangan:
Y21 = Kunjungan kembali Berpindah ke restoran lain dan tidak akan
Akan terus berkunjung kembali
Akan berkunjung kembali
Akan berkunjung kembali jika terpaksa Y23 = Rekomendasi kepada orang lain
Tidak dapat memutuskan Sangat merekomendasikan
Tidak akan pernah berkunjung kembali Merekomendasikan
Kurang merekomendasikan
Y22 = Sikap terhadap kenaikan harga Tidak merekomendasikan
Tetap melakukan pembelian meskipun Sangat tidak merekomendasikan
terjadi kenaikan harga berulang kali
Tetap melakukan pembelian meskipun Y24 = Kesediaan menjadi member apabila
harga naik 10 persen dari harga awal terdapat fasilitas member card
Tetap melakukan pembelian meskipun Sangat bersedia
harga naik 5 persen dari harga awal Merekomendasikan
Berpindah ke restoran lain namun ada Bersedia
kemungkinan berkunjung kembali Tidak bersedia
Sangat tidak bersedia
Spesifikasi Model
Penelitian ini menggunakan model yang terdiri dari lima variabel laten
eksogen dengan 20 variabel manifest sebagai indikator variabel laten eksogen dan
dua variabel laten endogen dengan enam variabel manifest sebagai indikator
variabel laten endogen. Model yang dibentuk adalah hybrid model (full SEM
model) atau gabungan antara model struktural dan model pengukuran. Model
struktural merupakan model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang ada
di antara variabel-variabel laten, baik variabel laten eksogen maupun variabel
laten endogen. Sedangkan model pengukuran adalah model yang menunjukkan
hubungan antara variabel manifest (variabel indikator) dengan variabel latennya
atau seberapa kuat variabel indikator mampu mengukur setiap variabel latennya.
Pada penelitian ini model pengukuran yang digunakan adalah model pengukuran
kon-generik, yaitu setiap variabel teramati (variabel indikator) hanya berhubungan
dengan satu variabel laten.
Model SEM dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
antara variabel laten eksogen, yaitu variabel tangibles (ξ1), variabel reliability
(ξ2), variabel responsiveness (ξ3), variabel assurance (ξ4), dan variabel emphaty
(ξ5) dengan variabel endogen yaitu kepuasan (η1), serta hubungan antara kepuasan
dengan loyalitas (η2). Besarnya loading antara variabel indikator dengan variabel
laten digambarkan dengan lambda (λ) yang merupakan koefisien yang
menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel indikator dalam membangun atau
membentuk variabel laten. Nilai λ yang paling besar menunjukkan variabel
indikator tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam membentuk
variabel laten. Model hybrid yang telah dibuat dapat dibentuk dalam sebuah
diagram lintasan model (path diagram), sehingga hubungan antar variabel pada
model dapat lebih mudah untuk dipahami.
Idientifikasi Model
Estimasi Model
Model yang telah diestimasi harus diuji kecocokan atau tingkat kebaikannya
sebelum model tersebut benar-benar diterima sebagai gambaran yang sebenarnya
dari kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran Gado-Gado Boplo. Uji kecocokan
harus menggunakan ukuran kecocokan yang sama dengan pengujian sebelumnya.
Nilai hasil uji degree of freedom model telah sesuai dengan model fit yaitu
sebesar 213. Nilai hasil uji RMSEA (Root Means Square Error of Approximation)
73
model yang digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu
model dengan matriks kovarian populasinya sebesar 0.04. Nilai RMSEA ini
sesuai dengan nilai yang disarankan untuk model fit yaitu ≤ 0.08 (good fit) dan ≤
0.05 (close fit).
Nilai GFI (Goodnes of Fit Index) digunakan untuk menunjukkan seberapa
besar model mampu menerangkan keragaman data. Hasil uji menunjukkan bahwa
nilai GFI model sebesar 0.98. Hal tersebut menunjukkan bahwa model telah
sesuai dengan kriteria good fit karena nilai GFI ≥ 0.90 merupakan kriteria good fit.
Nilai CFI (Comparative Fit Index) yang diperoleh berdasarkan hasil uji sebesar
1.00. Nilai tersebut masuk ke dalam kriteria good fit. Hasil uji berikutnya
diperoleh nilai P-value sebesar 0.06. Nilai P yang diharapkan adalah > 0.05 yang
berarti bahwa data empiris telah idientik dengan teori atau model. Hasil uji
kecocokan model dapat dilihat pada Tabel 34.
Hubungan yang dijelaskan pada subbab ini merupakan hubungan dari setiap
variabel yang dibentuk berasarkan dimensi kualitas pelayanan dengan masing-
masing variabel indikatornya. Hubungan yang menunjukkan keeratan atau
kekuatan variabel indikator dalam mengukur variabel latennya dapat dilihat pada
model pengukuran. Besarnya pengaruh dari setiap variabel indikator terhadap
variabel latennya dinilai dari besarnya koefisien atau nilai loading factor (λ).
Semakin besar nilai muatan faktor yang dimiliki, berarti semakin besar pula
pengaruh dari indikator tersebut terhadap variabel latennya yang mampu
75
Tabel 35 Nilai muatan faktor (λ) dan T-hitung variabel indikator dalam model
pengukuran
Muatan
Variabel Laten Variabel Indikator T-hitung
Faktor
X11 0.67 21.07
X12 0.72 20.05
X13 0.60 19.24
Tangibles (ξ1) X14 0.82 22.75
(Variabel laten eksogen) X15 0.51 16.43
X16 0.67 21.03
X17 0.64 19.84
X18 0.77 22.93
X21 0.81 20.36
X22 0.87 24.01
Reliability (ξ2)
X23 0.76 19.36
(Variabel laten eksogen)
X24 0.81 18.78
X25 0.70 19.85
Responsiveness (ξ3) X31 0.75 11.96
(Variabel laten eksogen) X32 0.76 11.95
X41 0.72 12.96
Assurance (ξ4)
X42 0.79 13.53
(Variabel laten eksogen)
X43 0.67 14.39
Emphaty (ξ5) X51 0.84 16.41
(Variabel laten eksogen) X52 1.00 19.07
Kepuasan (η1) Y11 0.93 10.57
(Variabel laten endogen) Y12 0.88 19.96
Y21 0.89 13.31
Loyalitas (η2) Y22 0.80 17.47
(Variabel laten endogen) Y23 0.65 15.41
Y24 0.78 17.75
Nilai muatan faktor kedua variabel indikator tidak jauh berbeda. Variabel
kesediaan pegawai dalam memberikan penjelasan kepada konsumen (X32)
memiliki nilai muatan faktor sebesar 0.76, sedangakan variabel kecepatan
penyajian (X31) memiliki nilai muatan faktor sebesar 0.75. Variabel indikator
X32 merupakan variabel yang menjadi pertimbangan utama dalam membentuk
kepuasan responden terhadap dimensi responsiveness dibandingkan dengan
variabel X31. Pegawai Restoran Gado-Gado Boplo bersedia memberikan
penjelasan mengenai informasi yang dibutuhkan dan penjelasan tersebut sudah
cukup memenuhi kebutuhan informasi konsumen. Hal tersebut merupakan salah
satu hal yang membuat konsumen merasa puas terhadap pelayanan di Restoran
Gado-Gado Boplo.
Variabel indikator kecepatan penyajian memiliki nilai muatan faktor lebih
kecil dibandingkan kesediaan pegawai memberikan penjelasan kepada konsumen.
Hal ini disebabkan karena beberapa orang responden masih merasa penyajian
makanan yang dipesan masih tergolong lama sehingga mereka harus menunggu
makanan yang dipesan dalam waktu yang dianggap lama oleh responden.
Terdapat beberapa makanan di Restoran Gado-Gado Boplo yang memerlukan
waktu cukup lama untuk dimasak sebelum dihidangkan kepada konsumen, seperti
sate dan nasi goreng, sehingga konsumen harus menunggu beberapa saat sampai
makanan tersebut siap untuk dihidangkan.
bahwa variabel indikator yang paling dominan mengukur dimensi ini adalah
variabel indikator X52 dengan nilai muatan faktor 1.00. Hal ini disebabkan karena
atribut tersebut merupakan pertimbangan utama dalam membentuk kepuasan pada
dimensi emphaty. Sebagian besar responden berpendapat bahwa pelayanan yang
diberikan adil karena mengantarkan pesanan sesuai dengan urutan pemesanan.
Variabel indikator yang terkecil mengukur dimensi ini adalah variabel X51
dengan nilai muatan faktor sebesar 0.84. Meskipun memiliki nilai muatan fakror
yang lebih kecil daripada X52, sebagian besar responden mengatakan bahwa
pihak restoran telah sigap dalam menanggapi keluhan dan ada beberapa konsumen
yang tidak mengetahui kinerja restoran dalam menanggapi keluhan karena selama
mereka berkunjung belum pernah menyampaikan keluhan, namun mereka percaya
bahwa pihak restoran mampu merespon keluhan konsumennya dengan baik dan
sigap.
faktor yang sangat tinggi. Sehingga konsumen telah merasa bahwa pelayanan
yang diberikan sudah adil sesuai dengan urutan pemesanan.
Dimensi yang memiliki hubungan yang tidak terlalu kuat dengan variabel
kepuasan dalah dimensi assurance dan responsiveness dengan nilai koefisien
gamma sebesar -0.39 dan 0.24. Koefisien gamma pada dimensi assurance bernilai
negatif karena jawaban yang diberikan responden tidak konsisten. Ada beberapa
orang responden yang menyatakan bahwa kinerja dimensi assurance kurang baik
namun mereka tetap merasa puas, bahkan sangat puas. Selain itu ada juga
responden yang menyatakan bahwa kinerja dimensi assurance sudah baik namun
mereka merasa tidak puas terhadap Restoran Gado-Gado Boplo.
Dimensi tangibles merupakan dimensi yang memiliki keeratan hubungan
yang paling lemah dengan variabel kepuasan dengan nilai koefisien gamma
sebesar 0.20. Hal tersebut disebabkan karena adanya responden yang mengkritik
tampilan restoran yang sebaiknya diperbaiki seperti dilakukan pengecetan ulang
agar tampilan lebih menarik lagi dan sofa yang robek sebaiknya diperbaiki karena
menjadikan tampilan restoran kurang sedap untuk dipandang.
Koefisen beta yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara
variabel kepuasan dengan variabel loyalitas bernilai 0.90. Nilai yang cukup besar
tersebut menandakan bahwa kepuasan memiliki hubungan yang erat dalam
membentuk loyalitas konsumen. Pengalaman positif atas kegiatan berkunjung dan
membeli, di Restoran Gado-Gado Boplo menimbulkan kepuasan karena
kebutuhan konsumen telah terpenuhi dan sesuai dengan harapannya. Kepuasan
yang dirasakan oleh konsumen dapat menciptakan kesetiaan dan kepercayaan
konsumen kepada Restoran Gado-Gado Boplo dengan melakukan pembelian
ulang serta kesediaan menjadi member dan merekomendasikan restoran kepada
orang lain. Konsumen yang bertindak demikian merupakan konsumen yang loyal
terhadap Restoran Gado-Gado Boplo.
sebaiknya segera diperbaiki atau diganti agar tampilan restoran menjadi lebih
menarik dan indah dipandang mata. Restoran Gado-Gado Boplo dirasakan sudah
nyaman oleh sebagian besar konsumen karena restoran memiliki suasana yang
nyaman dan bersih, sehingga atribut ini harus terus dipertahankan. Pada saat
penelitian sedang dilakukan pendingin ruangan sempat rusak sehingga sebagian
responden megatakan bahwa ruangannya panas dan meminta untuk segera
memperbaiki pendingin ruangan tersebut. Untuk mempertahankan kinerja atribut
ini maka pihak restoran ke depannya harus selalu rutin dalam pemeliharaan
pendingin ruangan.
Kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut memiliki pengaruh yang nyata
dalam membangun kepuasan konsumen Restoran Gado-Gado Boplo. Dimensi
pertama yang paling berpengaruh atau paling erat dengan kepuasan adalah
dimensi reliability, dimensi kedua adalah dimensi emphaty, dimensi yang ketiga
adalah dimensi assurance, dimensi keempat adalah dimensi responsiveness, dan
dimensi dengan prioritas terakhir dalam membentuk kepuasan adalah dimensi
tangibles. Variabel kepuasan dan loyalitas juga memiliki hubungan yang
berpengaruh signifikan. Sehingga kepuasan yang telah dirasakan oleh konsumen
akan menimbulkan loyalitas terhadap Restoran Gado-Gado Boplo.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SEBELAH KANAN
- Pertokoan 20. Bakmi Asoy
- Pertokoan 21. Ayam Kremes Kraton
- Pertokoan - Bank Maspion
- UOB 22. Laksa Cibinong Ibu Titin
1. Pondok Sedap Malam 23. Cafe & Co
2. Ramen - Bank BRI
3. Rawon Nguling 24. Mer Coffee
4. AKJ Bakery and Cake 25. Ramen Fujitama
5. Home Made Bakery 26. Mie Pangsit Baji Pamai
- Champion Karaoke 27. Restoran Kemangi
- Bell Mart 28. Haythien
- ATM Permata Bank - Jalan Menuju Perumahan
6. Gepuk Ny. Oong - Pertokoan
- Pertokoan 29. PHD
- Pertokoan - Toko Elizabeth
- 711 - UOB
7. Soto Ayam Ambengan Pak Sadi 30. Pisang Goreng 168
- Toko ABC - Pertokoan
8. Soto Padang H. St. Mangkuto 31. Pempek Palembang & Otak-
9. Sate Blora Cirebon Otak
10. Pempek Belido - Alfamart
11. GADO-GADO BOPLO Jalan Menuju Perumahan
- Jalan Menuju Perumahan 32. Ikan Nila Pak Ugi Indomart
12. Kwetiau Sapi Kelapa Gading - Sekolah mengemudi
- Circle K 33. Gudeg Batu Tulis
13. Dandy Bakery - BCA
- BNI - Rabobank
14. Restoran Aneka Sari - Bank Metro Express
- Bank Mandiri - Apotik
- Jalan Menuju Perumahan - Bee Travel
15. Apartemen Wisma Gading - Toko Dapur Kita
(Kaki 5 - Cafe Tenda WGP) 34. Restoran Sinar Medan
- Panin Bank - Jalan Menuju Perumahan
16. Total Buah 35. ABUBA Steak
17. Honey Loaf Bakery 36. Pisang Ijo Pemuda
- Gracia Toko Pakaian - Starwash
- Bank Mega - Bank Ekonomi
- Dental Cafe - Bank Danamon
- Mistsubishi Motors 37. Kedai Gentong
- Segar Sehat - Bank Arta Graha
- Massage
- Jalan Menuju Perumahan
18. Tepanyaki Niroku
19. Tosoto
90
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.957 .961 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Deleted Correlation Item Deleted
X11 82.7667 103.220 .573 .958
X12 82.6333 106.033 .499 .958
X13 82.7000 104.355 .672 .956
X14 82.4333 103.289 .849 .954
X15 82.6667 103.264 .741 .955
X16 82.3000 105.459 .708 .956
X17 82.7333 104.478 .674 .956
X18 82.6667 103.885 .609 .957
X21 82.7000 104.079 .751 .955
X22 82.6000 103.903 .736 .955
X23 82.9333 100.961 .638 .957
X24 82.8333 104.489 .797 .955
X25 82.6000 102.248 .863 .953
X31 82.5333 102.395 .843 .954
X32 82.7000 103.666 .784 .954
X41 82.6000 102.800 .760 .955
X42 82.6000 104.524 .689 .956
X43 82.6667 102.230 .762 .955
X51 82.6000 103.214 .789 .954
X52 82.7333 102.547 .760 .955
93
DATE: 4/11/2013
TIME: 17:07
L I S R E L 8.30
BY
Observed Variables
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X21 X22
X23 X24 X25 X31 X32 X41 X42 X43 X51
X52 Y11 Y12 Y21 Y22 Y23 Y24
Correlation Matrix From File D:\INTANS~1\SEM.COR
Sample Size = 130
Latent Variables X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2
Relationships
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 = X1
X21 X22 X23 X24 X25 = X2
X31 X32 = X3
X41 X42 X43 = X4
X51 X52 = X5
Y11 Y12 = Y1
Y21 Y22 Y23 Y24 = Y2
Y1 = X1 X2 X3 X4 X5
Y2 = Y1
Path Diagram
options ME=UL AD=OFF IT=1000
set the correlation between X1 and X4 equal to 0.1
set the correlation between X1 and X2 equal to 0.2
set the correlation between X5 and X3 equal to 0.2
set the correlation between X2 and X4 equal to 0.5
94
Path Diagram
options ME=UL AD=OFF IT=1000
End of Problem
X51 X52
-------- --------
X51 1.00
X52 0.64 1.00
98
Number of Iterations = 45
(0.031) (0.13)
16.43 5.57
(0.088)
4.19
Error Covariance for X22 and X12 = 0.35
(0.089)
3.92
Error Covariance for X22 and X14 = 0.58
(0.089)
6.52
Error Covariance for X22 and X16 = 0.37
(0.088)
4.20
Error Covariance for X22 and X17 = 0.33
(0.088)
3.75
Error Covariance for X22 and X18 = 0.40
(0.089)
4.50
Error Covariance for X23 and X11 = 0.37
(0.088)
4.17
Error Covariance for X23 and X12 = 0.35
(0.089)
3.92
Error Covariance for X23 and X13 = 0.29
(0.088)
3.30
Error Covariance for X23 and X14 = 0.52
(0.089)
5.92
Error Covariance for X23 and X15 = 0.40
(0.088)
4.50
Error Covariance for X23 and X16 = 0.30
(0.088)
3.38
Error Covariance for X23 and X17 = 0.63
(0.088)
7.07
Error Covariance for X23 and X18 = 0.58
(0.089)
6.56
Error Covariance for X24 and Y11 = -0.22
(0.097)
-2.32
Error Covariance for X24 and X11 = 0.27
(0.088)
3.07
Error Covariance for X24 and X12 = 0.34
(0.089)
3.83
102
5.24
Error Covariance for X41 and X13 = 0.36
(0.088)
4.07
Error Covariance for X41 and X14 = 0.45
(0.088)
5.11
Error Covariance for X41 and X16 = 0.42
(0.088)
4.74
Error Covariance for X41 and X17 = 0.30
(0.088)
3.44
Error Covariance for X41 and X18 = 0.45
(0.088)
5.09
Error Covariance for X42 and X11 = 0.37
(0.088)
4.17
Error Covariance for X42 and X12 = 0.41
(0.088)
4.60
Error Covariance for X42 and X13 = 0.41
(0.088)
4.62
Error Covariance for X42 and X14 = 0.57
(0.088)
6.47
Error Covariance for X42 and X15 = 0.34
(0.088)
3.91
Error Covariance for X42 and X16 = 0.29
(0.088)
3.34
Error Covariance for X42 and X17 = 0.42
(0.088)
4.77
Error Covariance for X42 and X18 = 0.56
(0.088)
6.32
Error Covariance for X42 and X21 = 0.24
(0.095)
2.52
Error Covariance for X42 and X41 = -0.02
(0.12)
-0.19
Error Covariance for X43 and X11 = 0.49
(0.088)
5.60
Error Covariance for X43 and X12 = 0.46
104
(0.088)
5.21
Error Covariance for X43 and X14 = 0.46
(0.088)
5.27
Error Covariance for X43 and X15 = 0.29
(0.088)
3.27
Error Covariance for X43 and X16 = 0.46
(0.088)
5.22
Error Covariance for X43 and X17 = 0.49
(0.088)
5.56
Error Covariance for X43 and X23 = 0.17
(0.093)
1.85
Error Covariance for X51 and X31 = 0.28
(0.089)
3.12
Error Covariance for X51 and X32 = 0.44
(0.089)
4.97
Error Covariance for X52 and X15 = 0.14
(0.092)
1.53
Error Covariance for X52 and X25 = 0.28
(0.095)
2.95
Error Covariance for X52 and X31 = 0.52
(0.089)
5.85
Error Covariance for X52 and X32 = 0.42
(0.089)
4.76
X1 X2 X3 X4 X5
-------- -------- -------- -------- --------
X1 1.00
105
X2 0.20 1.00
Y1 Y2 X1 X2 X3 X4
-------- -------- -------- -------- -------- --------
Y1 1.00
Y2 0.90 1.00
X1 0.83 0.75 1.00
X2 0.88 0.79 0.20 1.00
X3 0.70 0.63 0.83 0.86 1.00
X4 0.79 0.71 0.10 0.84 0.97 1.00
X5 0.76 0.68 0.76 0.64 0.20 0.80
X5
--------
X5 1.00
Lampiran 5 Dokumentasi
Toilet Gado-Gado
Nasi Rawon
Dapur
RIWAYAT HIDUP