Anda di halaman 1dari 52

DAMPAK SUPERMARKET TERHADAP OMZET

PEDAGANG ECERAN (WARUNG) DAN TENAGA KERJA DI


KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

VICKY AVIANTURI SONY

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Supermarket


terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya denga arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017

Vicky Avianturi Sony


NIM H14120073
ABSTRAK
VICKY AVIANTURI SONY. Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang
Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.

Munculnya pasar modern seperti Supermarket membuat pergerakan


pedagang eceran menjadi terhambat. Penelitian ini menganalisis dampak
didirikannya supermarket terhadap perubahan omzet pedagang, faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan omzet, serta tenaga kerja yang dapat diserap dari
masyarakat Dramaga. Metode analisis yang digunakan adalah uji-t berpasangan
(paired sample t-test), Ordinary Least Square (OLS) dengan model regresi linier
berganda dan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan
antara omzet sebelum dan sesudah didirikannya supermarket dimana omzet
pedagang mengalami penurunan. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan
omzet adalah pendidikan, lama usaha dan jarak. Rata-rata masyarakat Dramaga
yang bekerja di Yogya dan Giant Dramaga sebanyak sepertiga dari total responden.

Kata kunci: omzet, Ordinary Least Square (OLS), paired sample t-test,
supermarket, tenaga kerja

ABSTRACT

VICKY AVIANTURI SONY. The Impact of Supermarket toward Traditional


Retailer Revenue and Employment in Dramaga, Bogor Regency. Supervised by
MUHAMMAD FIRDAUS.

The appearance of modern markets, such as supermarkets, makes the


growth of traditional retailer to be blocked. This research is analizing the impact of
supermarket appearance toward a change of traditional retailer revenue, factors that
influence a change of revenue, and employment in Dramaga. The methods used in
this research are paired sample t-test, Ordinary Least Square (OLS) with linear
regression models and descriptive analysis. The results show a difference between
the revenue before and after supermarket appearance with a decreasing revenue.
Factors that influence a change of revenue are education, business duration and
distance. The average of employments from Dramaga who works inYogya and
Giant Dramaga is one-third from the total of respondents.

Keywords: employment, Ordinary Least Square (OLS), paired sample t-test,


revenue, supermarket
DAMPAK SUPERMARKET TERHADAP OMZET
PEDAGANG ECERAN (WARUNG) DAN TENAGA KERJA DI
KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

VICKY AVIANTURI SONY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan
Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak
Sardjono dan Ibu Keliek Juriah Susanti, serta kakak kandung penulis, Relley
Candra Kurniawan, yang selalu memberi semangat, motivasi dan kasih sayang
kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Muhammad Firdaus, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan saran dalam
penulisan skripsi ini
2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu
Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku Komisi Pendidikan
3. Aldila Viddy Raihan Rosandya, yang selalu memberikan semangat,
dukungan, motivasi, saran, doa dan bantuan kepada penulis selama
penulisan skripsi ini
4. Cassandra, Gisa Rachma Khairunisa, Indah Kurnia Junirda E, Ratri Dinda
Aprilia R, Selly Yanty Nansyah P dan Talitha Nadia Audita, sahabat-
sahabat penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi dan saran
selama penulisan skripsi ini
5. Benazhar Ahmad, Irza Qoriani, Muhammad Faaruq, Nurhalimah
Mardianita dan Sebika Syahtari, teman-teman sebimbingan penulis yang
selalu mengingatkan, berbagi ilmu dan memberikan saran selama penulisan
skripsi
6. Teman-teman Ilmu Ekonomi 49 yang telah memberikan semangat dan telah
bersama-sama selama empat tahun terakhir dan teman-teman yang tidak
dapat disebutkan satu persatu
7. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis
8. Para pedagang dan karyawan yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2017

Vicky Avianturi Sony


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pasar 4
Omzet 5
Tenaga Kerja 6
Penelitian Terdahulu 7
Kerangka Pemikiran 10
Hipotesis Penelitian 11
METODE 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 11
Jenis dan Sumber Data 11
Metode Analisis dan Pengolahan Data 11
Definisi Variabel Operasional 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum Kabupaten Bogor 15
Gambaran Umum Kecamatan Dramaga 16
Karakteristik Responden 16
Jumlah Warung yang Mengalami Penurunan Jumlah Penjualan Produk 20
Analisis Uji t-Berpasangan Omzet Warung 21
Analisis Crosstab 22
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Warung 23
Tenaga Kerja 25
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
DAFTAR LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 42
DAFTAR TABEL
1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 menurut
lapangan usaha (miliar rupiah) tahun 2014-2016 1
2. Sarana perdagangan Kabupaten Bogor 16
3. Karakteristik responden 17
4. Karakteristik warung menurut pendidikan dan perubahan omzet 18
5. Karakteristik warung menurut lama usaha dan perubahan omzet 19
6. Karakteristik warung menurut waktu kerja dan perubahan omzet 20
7. Karakteristik warung menurut jarak dan perubahan omzet 20
8. Uji tanda produk yang mengalami penurunan jumlah penjualan 21
9. Jumlah warung yang mengalami penurunan jumlah penjualan produk 21
10. Rata-rata omzet sebelum dan sesudah ada supermarket 22
11. Perbedaan omzet sebelum dan sesudah ada supermarket 22
12. Hubungan variabel dengan omzet usaha 22
13. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet warung 24
14. Asal karyawan yang bekerja di Yogya Dramaga 26
15. Asal karyawan yang bekerja di Giant Dramaga 26

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran 10
2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 18
3. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha 18
4. Karakteristik responden berdasarkan jarak 19
5. Karakteristik responden berdasarkan waktu kerja 20

DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Tanda 31
2. Uji-t berpasangan 31
3. Crosstab 32
4. Normalitas 35
5. Multikolinearitas 35
6. Heteroskedastisitas 36
7. Regresi Linier Berganda 36
8. Kuesioner penelitian 38
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin besar kontribusi terhadap PDB suatu sektor, semakin besar pula
pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor perdagangan berpotensi besar dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 menurut
lapangan usaha (miliar rupiah) Tahun 2014-2016

Lapangan Usaha 2014 2015 2016*


Pertanian, Peternakan, Kehutanan 1 129 052.7 1 174 456.8 321 966.3
dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 796 711.6 189 498.6 185 213.3
Industri Pengolahan 1 853 688.2 1 932 457.4 507 494.5
Listrik dan Gas 93 755.9 94 894.8 25 208.2
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 6 923.5 7 420.2 1 911.7
dan Daur Ulang
Konstruksi 826 615.6 881 583.9 226 482.1
Perdagangan Besar dan Eceran 1 177 048.6 1 206 074.7 315 017.7
Transportasi dan Pergudangan 326 933.0 348 775.6 91 698.0
Akomodasi 257 815.5 269 054.5 69 950.1
Informasi dan Komunikasi 384 407.4 423 063.5 113 014.9
Jasa-jasa 1 499 707.5 1 600 979.7 418 96.,5
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah (2016)
*
Keterangan: Angka sementara

Menurut Djoened (2002), perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang


mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi,
perdagangan menjamin peredaran, penyebaran dan penyediaan barang melalui
mekanisme pasar.
Menurut bentuk fisiknya, pusat perdagangan diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dalam
pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang
bertemu secara langsung. Proses jual beli biasanya melalui proses tawar-menawar
harga dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap
atau masih dapat di tawar sehingga menghasilkan harga yang berbeda lagi.
Umumnya pasar tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan
rumah tangga. Tempat pasar tradisional pun di tempat terbuka atau di pinggir jalan.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun di pasar
modern penjual dan pembeli tidak berinteraksi secara langsung melainkan si
pembeli melihat lebel harga yang tercantum dalam barang tersebut, berada dalam
bangunan dan pelayanan dilakukan sendiri dan harga semua barang pun tidak bisa
ditawar seperti harga barang di pasar tradisional. Zaman sekarang banyak orang
yang beralih ke pasar modern karena dianggap lebih praktis (Sirumapea, 2013).
2

Kelebihan pasar modern adalah penjualan produk yang relatif sama namun
harga lebih murah. Selain itu, pasar modern lebih nyaman untuk berbelanja karena
saat ini sudah didukung oleh fasilitas pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC).
Bermacam pilihan pembayaran yang dapat dilakukan pun disediakan oleh pasar
modern. Hal ini akan membuat pelanggan lebih suka berbelanja di pasar modern,
terutama bagi pelanggan yang lebih menyukai pembayaran yang praktis, yaitu
menggunakan kartu kredit. Pasar modern lebih efisien dengan memanfaatkan skala
ekonomi yang besar melalui relasi kerja sama dengan pemasok besar dengan dalam
jangka waktu yang cukup lama (Aini, 2011).
Informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses
public pada pasar modern. Pasar modern juga menyediakan lingkungan berbelanja
yang lebih nyaman dan bersih. Produk yang dijual di pasar modern telah melalui
pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluarsa.
Kelebihan pedagang tradisional (warung) diantaranya adalah menghemat
waktu, lebih dekat dengan rumah pembeli, waktu operasional pedagang tradisional
lebih lama dan fleksibel, pembeli lebih memilih untuk belanja dalam kuantitas besar
karena pembeli cenderung merasa malu jika berbelanja di pasar modern
(supermarket) dengan kuantitas yang sedikit. Beberapa warung masih menerapkan
sistem utang. Terdapat beberapa pedagang tradisional yang memperbolehkan
pelanggan yang sudah ia kenal dan terpercaya untuk berutang. Hal ini tidak
didapatkan di supermarket. Pembeli lebih menghemat waktu jika berbelanja di
warung dan pada umumnya warung terletak lebih dekat dengan rumah pembeli.
Selain itu, waktu operasional warung lebih lama karena warung merupakan usaha
perseorangan dimana pada umumnya penjual adalah pemilik warung itu sendiri.
Munculnya berbagai jenis pasar modern seperti Minimarket, Supermarket,
Departement Store dan Hypermarket membuat pergerakan pedagang eceran
menjadi terhambat. SMERU Research Institute (2007) menyimpulkan bahwa
keberadaan supermarket memberikan pengaruh terhadap penurunan kontribusi dan
kinerja pasar tradisional. Pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket
terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket.
Globalisasi dan kondisi ekonomi beberapa tahun terakhir telah mendorong
pertumbuhan usaha pasar modern yang pesat, terutama bisnis ritel modern di kota-
kota besar. Usaha ritel dan pasar modern merupakan usaha yang sangat diminati
oleh kalangan dunia usaha karena perannya yang sangat strategis, tidak saja
menyangkut kepentingan produsen, distributor dan konsumen juga perannya dalam
menyerap tenaga kerja, sarana yang efisien dan efektif dalam pemasaran hasil
produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk di
pasar, termasuk preferensi yang dikehendaki oleh pihak konsumen.
Pertumbuhan pasar modern tidak hanya terjadi pada kota-kota besar di
Indonesia, namun juga di daerah-daerah. Salah satunya adalah di Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor. Belum lama ini, telah didirikan dua supermarket yang
berlokasi di Kelurahan Margajaya Kecamatan Dramaga. Jarak antar supermarket
ini kurang lebih 400 meter. Cukup banyak pedagang eceran (warung) yang berada
di sekitar supermarket dan pendirian supermarket-supermarket ini memberikan
pengaruh terhadap warung tersebut. Tidak sedikit barang yang dijual di
supermarket yang sama dengan barang yang dijual di warung. Pangsa pasar warung
dapat beralih ke supermarket. Hal ini akan mengakibatkan penurunan omzet
penjualan para pedagang yang berada di sekitar supermarket tersebut.
3

Statistik Daerah Kabupaten Bogor (2015) menunjukkan bahwa pasar tenaga


kerja Kabupaten Bogor ditandai dengan tingginya tingkat kesempatan kerja. Hal ini
dapat dilihat pada persentase penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja,
besarnya mencapai lebih dari 92.35 persen pada tahun 2014. Ada 3 sektor lapangan
usaha yang kini menjadi sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di
Kabupaten Bogor, yaitu sektor perdagangan, industri dan jasa. Komposisi
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013-2014 menunjukkan sektor perdagangan,
rumah makan dan jasa akomodasi sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbanyak.
Dengan didirikannya pasar modern, maka dibutuhkan tenaga kerja yang baru. Hal
ini membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di Kecamatan Dramaga.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penelitian ini akan
membahas tentang “Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran
(Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”.

Perumusan Masalah

Saat ini, persaingan pasar telah bergeser yaitu terjadi antara pasar modern
dengan pasar tradisional, yang seharusnya adalah persaingan antara pasar modern
dengan pasar modern, atau pasar tradisional dengan pasar tradisional. Awalnya,
pangsa pasar dari pasar modern adalah masyarakat ekonomi menengah ke atas,
sehingga keberadaan pasar modern tidak menjadi masalah bagi pedagang eceran.
Namun pada kenyataannya, secara tidak langsung pasar modern mengambil pangsa
pasar pedagang eceran (Martadisastra, 2010).
Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, didirikan dua supermarket yang
jaraknya berdekatan di Kecamatan Dramaga. Munculnya supermarket ini
menyebabkan pangsa pasar pedagang eceran (warung) di sekitarnya berkurang
karena masyarakat lebih memilih berbelanja di supermarket, terlebih jika
supermarket mengadakan potongan-potongan harga yang menjadikan harga jual
produk di supermarket lebih murah daripada pedagang eceran. Hal ini
mengakibatkan omzet pedagang eceran (warung) menurun.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini semakin tinggi. Namun,
pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan
lapangan kerja. Ketersediaan lapangan kerja yang kurang membuat pengangguran
di Indonesia menjadi tinggi. Peritel besar mempunyai sumbangan besar dalam
ekonomi. Peritel besar menyerap tenaga kerja, memberdayakan dan meningkatkan
kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah. Bagi
pemerintah, mencari keseimbangan antara yang besar dan yang kecil ini memang
tidak mudah (Indrakh, 2007). Pendirian supermarket yang baru akan membutuhkan
tenaga kerja baru dalam jumlah banyak.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan, maka muncul beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan dampak negatif dan positif didirikannya
supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu terhadap omzet pedagang eceran
(warung) dan tenaga kerja, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga
terhadap perubahan omzet pedagang eceran (warung)?
2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran
(warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga?
4

3. Bagaimana dampak didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga


terhadap masyarakat di Kecamatan Dramaga dari sisi tenaga kerja?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu menganalisis
dampak negatif dan positif didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu
terhadap omzet pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja. Selain itu, penelitian
ini memiliki tujuan khusus, yaitu:
1. Menghitung perubahan omzet pedagang eceran (warung) akibat
didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet
pedagang eceran (warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan
Dramaga.
3. Menganalisis dampak supermarket terhadap tenaga kerja bagi masyarakat
di Kecamatan Dramaga.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara umum, yaitu diharapkan dapat memberikan


informasi mengenai dampak negatif dan positif didirikannya supermarket di
Kecamatan Dramaga, yaitu terhadap omzet pedagang eceran (warung) dan tenaga
kerja. Selain itu, penelitian ini memiliki manfaat khusus, yaitu:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai
informasi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai dampak negatif dan positif dari pendirian supermarket, serta
kebijakan terhadap dampak negatif yang terjadi.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
yang lebih luas dan meningkatkan daya analisis mengenai dampak
supermarket terhadap pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pedagang eceran yang menjual
sembako (warung). Lokasi usaha berada di sekitar supermarket dengan jarak
maksimal dua kilometer dan minimal sudah membuka usaha dalam waktu dua
tahun. Tenaga kerja yang dibahas dalam penelitian ini adalah karyawan yang
bekerja di Yogya dan Giant Dramaga sebanyak 60 orang.

TINJAUAN PUSTAKA

Pasar

Menurut Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2007 tentang Penataan dan


Pembinaan Pasar Tradisional dan Ruko Modern, pasar adalah tempat jual beli
5

barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut pusat perbelanjaan,
pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual
untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan
pasar dari perdagangan. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis,
lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang
diperdagangkan.
Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi
perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam
masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi
dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun
oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan
barang.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan
lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis
ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli
melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti;
buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang
yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar
swalayan (supermarket), dan minimarket (Fadhilah, 2011).

Omzet

Omzet adalah jumlah uang hasil penjualan barang tertentu selama suatu
masa jual. Kata omzet berarti jumlah, sedang penjualan berarti kegiatan menjual
barang yang bertujuan mencari laba atau pendapatan. Jadi omzet penjualan berarti
jumlah penghasilan atau laba yang diperoleh dari hasil menjual barang atau jasa.
Menurut Sutamto (1997) penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk
menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada yang
membutuhkan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Winardi (1991) menyatakan penjualan adalah proses dimana penjual
produsen memastikan mengaktifkan dan memuaskan kebutuhan atau keinginan
pembeli agar dicapai mufakat dan manfaat baik bagi penjual maupun pembeli yang
berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak. Dari pendapat tersebut maka
penjualan itu merupakan kegiatan menawarkan atau memasarkan barang dan jasa
6

kepada pembeli yang berminat yang nantinya akan dibayar jika telah terjadi
kesepakatan mengenai harga barang atau jasa tersebut.
Chaniago (1998) memberikan pendapat tentang omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa
dalam kurun waktu tertentu. Swastha (1993) memberikan pengertian omzet
penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang barang
dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus
menerus atau dalam satu proses akuntansi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang
dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha
dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu
ke minggu, dari bulan ke bulan dan dar tahun ke tahun. Hal ini diperlukan
kemampuan dalam mengelola modal terutama modal kerja agar kegiatan
operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya.

Tenaga Kerja

Menurut Djojohadikusumo (1987), tenaga kerja adalah semua orang yang


mau ataupun bersedia dan memiliki kesanggupan untuk bekerja, termasuk mereka
yang menganggur meskipun mau dan mampu untuk bekerja, akan tetapi terpaksa
menganggur karena tidak adanya kesempatan kerja. Sedangkan menurut Ritonga
dan Firdaus (2007), pengertian tenaga kerja adalah penduduk yang berada pada
rentang usia kerja yang siap melaksanakan pekerjaan, antara lain mereka yang telah
bekerja, mereka yang sedang mencari kerja, mereka yang sedang menempuh
pendidikan (sekolah), dan juga mereka yang sedang mengurus rumah tangga.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong
tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja
yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun..
Tenaga kerja diklasifikasikan berdasarkan penduduk, batas kerja dan
kualitas. Berdasarkan penduduknya, tenaga kerja terbagi menjadi tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap
dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja
yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Bukan tenaga
kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun
ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2003, kelompok bukan tenaga kerja adalah mereka yang berusia di bawah 15 tahun
dan berusia di atas 64 tahun, contohnya adalah pensiunan, lansia dan anak-anak.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja terbagi menjadi tenaga kerja terdidik,
tenaga kerja terlatih, serta tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja
terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan bersekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya adalah pengacara, dokter dan guru. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga
7

kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman
kerja yang membutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu
menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah apoteker, ahli bedah dan mekanik.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
mengandalkan tenaga. Contohnya adalah kuli, buruh angkut dan pembantu rumah
tangga.

Regresi Linier Berganda

Model regresi linier berganda adalah persamaan regresi yang


menggambarkan hubungan antara satu peubah tak bebas (Y) dengan dua atau lebih
peubah bebas (X1, X2, …, Xn). Asumsi model regresi linier berganda sebagai berikut:
1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan:
Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + … + βk Xki + ei
Y adalah peubah tak bebas, sedangkan X adalah peubah bebas. Subskrip i
menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampain n. Xki merupakan pengamatan ke-
i untuk peubah bebas Xk. β0 merupakan intersep model regresi.

2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan,


bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah
bebas Xk.

3. a) komponen sisaan ei mempunyai nilai harapan sama dengan nol dan ragam
konstan untuk semua pengamatan i. E(ei) = 0 dan Var(ei) = σ
b) tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan ei sehingga Cov(ei, ej)
untuk i ≠ j
c) komponen sisaan menyebar normal.
Dengan terminologi statistika, asumsi nomor 3 ini biasa diringkaskan dengan
simbol ei ~ N(0,σ2), artinya komponen ei menyebar normal, bebas stokastik dan
identik, dengan nilai tengah sama dengan nol dan ragam konstan untuk i = 1, 2,
…, n.
Jika asumsi tersebut dipenuhi, maka dengan metode OLS (Ordinary Least
Squares), parameter α dan β bersifat tak bias (unbiased). Artinya, jika semua
kemungkinan contoh berukuran n data diambil secara acak, dan masing-masing
diduga dengan metode OLS, maka rata-rata dari semua kemungkinan dugaan
tersebut sama dengan nilai parameter atau sebenarnya,serta ragam dugaannya tidak
lebih besar dari penduga-penduga dengan prosedur lainnya. Hal ini dikenal dengan
istilah OLS bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Juanda, 2009).

Penelitian Terdahulu

Penelitian Sarwoko (2008) yang berjudul “Dampak Keberadaan Pasar


Modern terhadap Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten
Malang” menganalisis tentang kondisi pasar tradisonal dilihat dari aspek konsumen,
produk dan harga; mengetahui dampak kehadiran ritel modern (Indomaret dan
Alfamart) terhadap kinerja pedagang di pasar tradisional, dilihat dari omzet,
keuntungan, dan jumlah tenaga kerja. Teknik analisis data menggunakan analisis
8

deskriptif dan statistik inferensial yaitu Uji Beda Sampel Berpasangan (Paired
Sample T-Test).
Hasil penelitian tentang kinerja pasar tradisional menunjukkan omzet
pedagang justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
sedangkan tingkat keuntungan mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan ritel modern membawa dampak meningkatnya persaingan dalam
mendapatkan konsumen, sehingga pedagang di pasar tradisional berusaha
menurunkan margin keuntungan melalui mekanisme tawar menawar. Hasil uji beda
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan omzet dan keuntungan pedagang
pasar tradisional sebelum dan sesudah keberadaan ritel modern (Alfamart dan
Indomaret), sedangkan jumlah tenaga kerja tidak ada perbedaan yang signifikan.
Penelitian Hutabarat (2009) yang berjudul “Dampak Kehadiran Pasar
Modern Brastagi Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota
Medan” menganalisis tentang perkembangan pasar modern dan tradisional di Kota
Medan serta aspek jumlah omzet pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah
pedagang, jumlah jam buka dan margin laba pedagang di Kota Medan sebelum dan
sesudah berdirinya pasar modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan perkembangan pasar
modern dan pasar tradisional di Kota Medan serta metode analisis uji-t berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar modern di Kota Medan
mengalami perkembangan jumlah sejak tahun 2000 sampai tahun 2009, namun
jumlah pasar tradisional tidak mengalami perubahan. Hasil analisis uji-t
berpasangan adalah terdapat penambahan jumlah pedagang di pasar tradisional
dalam 3 tahun terakhir, tidak terdapat perbedaan jam buka sebelum dan sesudah
adanya Supermarket Brastagi, terdapat penurunan yang signifikan dalam jumlah
rata-rata omzet pedagang, serta terdapat penurunan margin laba pedagang sebelum
dan sesudah adanya Supermarket Brastagi.
Penelitian Susilo (2011) yang berjudul “Dampak Operasi Pasar Modern
terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Pekalongan”
menganalisis tentang dampak kehadiran pasar modern Sri Ratu Mega Center
(Carrefour) terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Paired Sample Test
apabila data berdistribusi normal dan Wilcoxon Sign Test apabila data tidak
berdistribusi normal. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan pendapatan
pedagang pasar tradisional antara sebelum dan sesudah adanya pasar modern,
walaupun dari 150 orang pedagang hanya 39 pedagang yang terpengaruh dan
sisanya tidak terpengaruh oleh kehadiran pasar modern.
Penelitian Kusyuniarti (2012) yang berjudul “Dampak Pendirian
Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat
Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)
menganalisis tentang perubahan omzet pedagang eceran tradisonal dan tingkat
pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah pendirian minimarket serta faktor-
faktor yang memengaruhinya. Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji-t berpasangan serta regresi linier berganda. Faktor-faktor yang
diduga memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran tradisional adalah jarak,
pendidikan, jam kerja dan lama usaha.
Berdasarkan hasil penelitian uji-t berpasangan, omzet pedagang eceran
tradisional antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya
9

dan tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum dan sesudah pendirian


minimarket berbeda nyata pula. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet
pedagang eceran akibat berdirinya minimarket adalah jarak antara lokasi usaha
pedagang eceran tradisional dengan minimarket dan pendidikan. Sedangkan,
faktor-faktor yang memengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat adalah
usia dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket.
Penelitian Widiandra dan Sasana (2013) yang berjudul “Analisis Dampak
Keberadaan Pasar Modern terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional
(Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang)”
menganalisis dampak keberadaan pasar modern terhadap perubahan keuntungan
yang diterima oleh pedagang pasar tradisional. Dampak tersebut dilihat dari segi
kenyamanan, jarak antar pasar modern dengan pasar tradisional dan kelengkapan
produk yang memengaruhi perubahan keuntungan pedagang pasar tradisional.
Metode yang digunakan adalah metode analisis linier berganda. Berdasarkan
analisis linier berganda, variabel yang berpengaruh terhadap perubahan keuntungan
pedagang pasar tradisional adalah jarak dan diversifikasi produk.
Penelitian Haryotejo (2014) yang berjudul “Dampak Ekspansi Hypermarket
terhadap Pasar Tradisional di Daerah” menganalisis tentang faktor-faktor yang
memengaruhi konsumen berbelanja di hypermarket dan pasar tradisional; dampak
keberadaan hypermarket di Indonesia terhadap jumlah pedagang, jam buka, jumlah
pembeli, omzet pedagang di pasar tradisional, dan terhadap pasar tradisional itu
sendiri; dampak ekonomi hypermarket terhadap pertumbuhan ekonomi, lapangan
kerja, konsumen dan pendapatan negara; serta merumuskan rekomendasi kebijakan
untuk meningkatkan kinerja pasar tradisional dan pengaturan pendirian
hypermarket.
Analisis data sekunder menunjukkan bahwa setiap tambahan jumlah pasar
modern belum bersifat menurunkan jumlah pasar tradisional (toko atau warung).
Hal ini menunjukkan bahwa pasar modern dan pasar tradisional sama-sama
berkembang dan bersifat "complementary" satu sama lainnya.
Penelitian Efriani (2014) yang berjudul “Dampak Ritel Modern terhadap
Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bogor” menganalisis tentang
karakteristik pedagang di Kota Bogor, perubahan omzet pedagang di pasar
tradisional, serta persaingan dan kinerja pedagang. Metode yang digunakan adalah
paired sample t-test dan ordinal logistic regression. Hasil uji ordinal logistic
regression menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perubahan omzet
pedagang di pasar tradisional adalah pendidikan, jumlah pembeli, diversifikasi
produk, jarak, komoditi utama produk segar dan komoditi utama produk olahan.
Penelitian Yudhistira (2014) yang berjudul “Dampak Keberadaan Mall
Armada Town Square terhadap Pedagang Pasar Gotong Royong dan Pasar
Rejowinangun di Kota Magelang Tahun 2011-2014” menganalisis tentang dampak
keberadaan Mall Armada Town Square terhadap pedagang Pasar Tradisional
Gotong Royong dan Rejowinangun. Alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui dampak Mall Armada Town Square adalah dengan Wilcoxon’s Signed
Rank Test. Selanjutnya, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi dampak
keberadaan Mall Armada Town Square terhadap pedagang Pasar Tradisional
Gotong Royong dan Rejowinangun di Kota Magelang.
Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test, terbukti bahwa
keberadaan Mall Armada Town Square berdampak pada pedagang Pasar
10

Tradisional Gotong Royong dan Rejowinangun di Kota Magelang. Hal itu tampak
pada penurunan omzet rata-rata per hari sebelum dan sesudah keberadaan Mall
Armada Town Square.

Kerangka Pemikiran

Perdagangan menurut bentuk fisiknya terbagi menjadi pasar tradisional dan


pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli,
ada proses transaksi secara langsung dan biasanya terjadi proses tawar-menawar.
Pasar modern merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli namun tidak ada
proses transaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode) dan tidak ada proses tawar-menawar.
Seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan pun mulai bergeser dari
pasar tradisional ke pasar modern yang dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan
pasar modern seperti minimarket, supermarket, department store dan hypermarket.
Pasar modern tidak hanya ada di kota-kota besar, melainkan di kota-kota kecil
sampai ke daerah-daerah. Tumbuhnya pasar-pasar modern tentu memberikan
dampak terhadap masyarakat sekitar, bahkan para pedagang yang ada di wilayah
tersebut. Perubahan gaya hidup masyarakat akibat globalisasi membuat mereka
beralih untuk berbelanja ke pasar modern. Hal ini membuat pedagang eceran
(warung) mengalami penurunan omzet penjualannya.
Namun di samping itu, adanya pasar modern baru memberikan dampak
terhadap tenaga kerja. Hal ini merupakan peluang bagi masyarakat yang belum
mempunyai pekerjaan untuk dapat bekerja di supermarket yang baru didirikan ini.

Perdagangan

Pasar Tradisional Pasar Modern


(Pedagang Eceran) (Supermarket)

Dampak Negatif Dampak Positif

Penurunan Omzet Penyerapan Tenaga


Pedagang Eceran Kerja

Perubahan Omzet Faktor-faktor yang


Sebelum dan Sesudah Memengaruhi
Didirikannya Penurunan Omzet
Supermarket Pedagang Eceran

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


11

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Pendidikan berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung.
Semakin lama pendidikan yang dijalani pedagang, perubahan omzet warung
akan semakin kecil.
2. Lama usaha berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung.
Semakin lama usaha yang telah dijalankan, perubahan omzet warung akan
semakin kecil.
3. Jarak berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung. Semakin jauh
jarak dari supermarket, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
4. Waktu kerja berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung.
Semakin lama waktu kerja pedagang, perubahan omzet warung akan
semakin kecil.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Margajaya Kecamatan Dramaga


Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini karena terdapat supermarket yang baru
didirikan di Kelurahan Margajaya. Responden dalam penelitian ini adalah
pedagang eceran (warung) yang berjarak kurang dari 2 kilometer dan dengan lama
usaha minimal 2 tahun. Selain pedagang eceran (warung), yaitu 60 karyawan yang
bekerja di supermarket. Waktu penelitian dan pengolahan data dimulai dari bulan
Maret sampai dengan bulan Agustus 2016.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara berupa kuesioner
terhadap pedagang eceran (warung). Selain itu, wawancara dilakukan kepada 60
karyawan yang bekerja di supermarket. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat
Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, serta beberapa
literatur untuk menunjang penelitian ini.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan
dampak positif akibat didirikannya supermarket dari sisi tenaga kerja. Metode
kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
perubahan omzet warung akibat didirikannya supermarket adalah analisis regresi
linier berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah:

OMZi = β0 + β1 PDi + β2 LUi + β3 JRi + β4 WKi + ei


12

dimana:
OMZi = perubahan omzet penjualan (persen/bulan)
β0 = intersep
β1, β2,, … β4 = koefisien dari regresi
PD = pendidikan (tahun)
LU = lama usaha (tahun)
JR = jarak (meter)
WK = waktu kerja (jam/hari)
i = responden ke-i (i = 1, 2, 3, …, 30)
ei = residual model
Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang memengaruhi
variabel dependennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross
section. Menurut Gujarati (2006) metode OLS dapat digunakan jika dipenuhi
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homoskedastik.
b. Tidak ada autokolerasi dalam residual.
c. Variasi residual menyebar normal.
d. Nilai rata-rata dari unsur residual sama dengan nol.
e. Nilai-nilai peubah tetap untuk contoh-contoh yang berulang.
f. Tidak ada hubungan linier sempurna antara peubah bebas.

Pengujian Asumsi Klasik


Menurut Priyatno (2014), uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya normalitas residual, multikolinearitas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas pada model regresi. Model regresi linier dapat disebut sebagai
model yang baik jika model tersebut memnuhi beberapa asumsi klasik, yaitu data
residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas.
Harus terpenuhinya asumsi klasik karena agar diperoleh model regresi
dengan estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Apabila ada satu
syarat saja yang tidak terpenuhi, hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator). Arti dari Best adalah yang terbaik, Linear
merupakan fungsi linier dari sampel, Unbiased merupakan rata-rata nilai harapan
harus sama dengan nilai yang sebenarnya dan Estimator merupakan memiliki
varians yang minimal diantara perkiraan lain yang tidak bias.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara
normal.
Ada beberapa metode untuk uji normalitas, dalam penelitian ini
menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji ini digunakan untuk
mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform
atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual
terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi
lebih dari 0.05.
13

2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam
model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna
(koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel
bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak
tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Ada beberapa metode untuk uji
multikolinearitas, dalam penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF) pada model regresi.
Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas antara
lain dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, apabila
nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0.1, maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun
menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson sebagai berikut:
- DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.
- DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi.
- DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL artinya tidak ada kepastian atau
kesimpulan yang pasti.
Nilai DU dan DL dapat diperoleh dari tabel statistic Durbin Watson.

4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada beberapa metode untuk uji heteroskedastisitas, dalam
penelitian ini menggunakan uji Spearman’s rho.
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan teknik uji koefisien korelasi
Spearman’s rho, yaitu mengorelasikan variabel independen dengan residualnya.
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi
antara variabel independen denga residual dapat signifikansi lebih dari 0.05 maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Pengujian Statistik Analisis Regresi


Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen. Regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih variabel
independen dalam satu model regresi.

1. Koefisiensi Determinasi (R2)


Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan
antara variabel bebas yang digunakan dengan variabel terikat. Koefisien
determinasi adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase
variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.
14

Besarnya R2 berada diantara 0 dan 1 (0<R2<1). Hal ini menunjukkan bahwa


semakin mendekati satu, nilai R2 berarti dapat dikatakan bahwa model tersebut baik.
Karena semakin besar hubungannya antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dengan kata lain, semakin mendekati satu maka variasi variabel terikat hampir
seluruhnya dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel bebas.

2. Uji F-statistic
Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan
memengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik
dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Nilai Prob (F-statistic) merupakan
tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan hipotesis pengujian:
H0: β1 = β2 =…= βk =0
H1: minimal ada salah satu βiyang tidak sama dengan nol
Tolak H0 jika F-statistic lebih besar dari F α(k-1,NT-N-K) atau Prob (F-statistic)
lebih kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita
dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model
secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen.

3. Uji t-statistic
Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tolak H0 jika t-statistic lebih besar dari t α/2(NT-K-1) atau (t-statistic) lebih kecil dari
α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat
menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial memengaruhi
variabel dependen.

4. Uji-t berpasangan (paired sample t-test)


Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Uji-t ini
membandingkan satu kumpulan pengukuran yang kedua dari contoh yang sama.
Uji ini sering digunakan untuk membandingkan nilai “sebelum” dan “sesudah”
percobaan untuk menentukan apakah perubahan nyata telah terjadi. Ciri-ciri yang
paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek
penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan
individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data
dari perlakuan pertama (sebelum) dan data dari perlakuan kedua (sesudah).

Definisi Variabel Operasional

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran


(warung) memerlukan variabel-variabel untuk dimasukkan ke dalam model.
Variabel dependen dari penelitian ini adalah perubahan omzet warung dengan
variabel independen pendidikan, lama usaha, jarak dan waktu kerja. Penjelasan
definisi variabel operasional adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Omzet (Y)
Perubahan omzet merupakan besar perubahan omzet yang diterima pedagang
eceran (warung) tiap bulan. Variabel ini diukur dalam satuan persen.
15

2. Pendidikan (PD)
Pendidikan merupakan waktu yang telah dijalani pedagang dalam menempuh
pendidikan formal. Variabel ini diukur dalam satuan tahun. Semakin lama
pendidikan yang dijalani pedagang, perubahan omzet warung akan semakin
kecil.
3. Lama Usaha (LU)
Lama usaha merupakan waktu yang telah dijalani pedagang dalam
mengoperasikan usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan tahun. Semakin
lama usaha yang telah dijalankan, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
4. Jarak (JR)
Jarak merupakan jauh lokasi usaha warung ke supermarket terdekat. Variabel
ini diukur dalam satuan meter. Semakin jauh jarak usaha warung ke
supermarket, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
5. Waktu Kerja (WK)
Waktu kerja merupakan lama pedagang mengoperasikan usahanya. Variabel ini
diukur dalam satuan jam/hari. Semakin lama waktu kerja, perubahan omzet
warung akan semakin kecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Ibu kota
dari Kabupaten Bogor adalah Cibinong. Luas Kabupaten Bogor 298 838.304 Ha.
Di sebelah utara, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Sukabumi dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Lebak (Banten).
Secara Administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 Desa dan 17
Kelurahan (total 428 Desa/Kelurahan), 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup
dalam 40 Kecamatan. Berdasarkan karakteristik wilayah dan untuk memudahkan
pengembangannya, maka Kabupaten Bogor dibagi dalam 3 wilayah yaitu Bogor
wilayah Barat, Tengah dan Timur (Rancangan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor 2005-2025).
Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu
Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung,
Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan
Kecamatan Rumpin, Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 kecamatan, yaitu
Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede,
Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi,
Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan
Tamansari. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu
Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur,
Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.
Struktur Perekonomian Kabupaten Bogor merupakan struktur yang di
dominasi oleh 5 kategori lapangan pekerjaan. Sektor yang pertama adalah Pertanian,
Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Sektor yang kedua adalah Industri
16

Pengolahan. Sektor yang ketiga adalah Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan
dan Hotel. Sektor yang keempat adalah Jasa Kemasyarakatan dan kelima adalah
Sektor lainnya seperti Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air
Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha
Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan. Sektor Perdagangan merupakan
sektor yang paling besar kontribusinya, setelah itu urutan kedua adalah sektor
Industri dan urutan ketiga adalah sektor Pertanian.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sarana perdagangan Kabupaten
Bogor hingga tahun 2013. Jumlah sarana perdagangan paling banyak adalah
minimarket, yaitu 518 unit. Jumlah pasar modern hampir mencapai setengah pasar
tradisional. Hal ini menunjukkan semakin banyak pasar modern yang muncul pada
saat ini. Kemunculan pasar-pasar modern ini akan memberikan dampak terhadap
pedagang-pedagang kecil pada pasar tradisional dan pedagang eceran di sekitar
pasar-pasar modern tersebut.

Tabel 2 Sarana perdagangan Kabupaten Bogor

No. Nama Sarana Perdagangan Jumlah


1. Pasar Tradisional 24
2. Pasar Desa 41
3. Pasar Modern 11
4. Minimarket 518
Sumber: Rencana Strategis Kabupaten Bogor (2014)

Gambaran Umum Kecamatan Dramaga

Dramaga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor. Kecamatan


Dramaga merupakan pemekaran dari Ciomas, Bogor. Sebelah utara, Kecamatan
Dramaga berbatasan dengan Ranca Bungur, sebelah timur dengan Ciomas dan
Bogor Barat, sebelah selatan dengan Taman Sari, serta sebelah barat dengan
Ciampea. Luas Kecamatan Dramaga 2 437 636 Ha. Sebagian besar tanahnya
digunakan untuk sawah, yaitu 972 Ha, 1 145 Ha digunakan untuk lahan kering
(pemukiman, pekarangan dan kebun), 49.79 Ha digunakan untuk lahan basah (rawa,
danau, tambak dan situ), serta 20.30 Ha digunakan untuk lapangan olahraga dan
pemakaman umum.
Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 desa, 24 dusun, 72 RW, 309 RT dan 20
371 Kepala Keluarga (KK). Sepuluh desa tersebut adalah Desa Dramaga, Desa
Ciherang, Desa Sinarsari, Desa Sukawening, Desa Sukadamai, Desa Neglasari,
Desa Petir, Desa Purwasari, Desa Babakan dan Desa Cikarawang.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pedagang eceran yang menjual


sembako (warung) dan berada di sekitar supermarket. Pedagang eceran (warung)
berjumlah 30 orang yang telah memiliki usaha minimal dua tahun dengan jarak
usaha maksimal dua kilometer dari supermarket. Karakteristik responden dilihat
dari jenis kelamin, usia, pendidikan, lama usaha, jarak ke supermarket terdekat,
serta waktu kerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
17

Tabel 3 Karakteristik responden

Karakteristik Kategori Frekuensi (orang)


Laki-laki 15
Jenis kelamin
Perempuan 15
15-30 tahun 6
Usia 31-45 tahun 12
46-60 tahun 12
Tidak tamat SD 1
SD 5
Pendidikan SMP 4
SMA 17
D3/S1/Akademisi 3
< 20 tahun 23
Lama usaha 21-40 tahun 5
> 40 tahun 2
< 500 meter 14
501-1000 meter 9
Jarak
1001-1500 meter 5
> 1500 meter 2
10-14 jam 13
Waktu kerja 15-19 jam 12
20-24 jam 5

1. Jenis kelamin
Jumlah pedagang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama, yaitu
masing-masing sebanyak 15 orang. Pedagang yang berjenis kelamin perempuan
menjalankan usaha ini guna membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

2. Usia
Tingkat usia pedagang paling banyak berada pada interval 31-45 tahun dan
46-60 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 12 orang (40 persen). Pedagang
dengan usia 15-30 tahun hanya ada 6 orang. Hanya sedikit pedagang yang berusia
muda yang menjadikan profesi ini sebagai pekerjannya.

3. Pendidikan
Sebagian besar pedagang menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah
Atas (SMA), yaitu sebanyak 17 orang atau 57 persen. Ada seorang pedagang yang
tidak lulus SD, 5 orang yang hanya lulus SD, 4 orang yang lulus SMP dan 3 orang
yang sudah lulus dari perguruan tinggi (S1). Sebagian besar pedagang telah
menempuh wajib belajar 9 tahun, bahkan dapat bersekolah sampai SMA. Namun,
lapangan kerja yang tidak setara dengan angkatan kerja di Indonesia, mendorong
masyarakat menjadi wirausaha untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
18

10%
Tidak Tamat SD
3% 17% SD

13% SMP

57% SMA
S1

Gambar 2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan


Tabel 4 menunjukkan bahwa seorang pedagang yang tidak tamat SD dan 5
orang pedagang yang tamat SD mengalami penurunan omzet. Pada pendidikan ini
tidak ada pedagang yang tidak mengalami penurunan omzet. Pada pendidikan
pedagang yang tamat SMP, 3 orang pedagang mengalami penurunan omzet dan
seorang tidak mengalami penurunan omzet. Pada pendidikan pedagang yang lulus
SMA, pedagang yang tidak mengalami penurunan omzet lebih banyak daripada
lulusan SMP yaitu sebanyak 6 orang dan pedagang yang mengalami penurunan
omzet sebanyak 11 orang. Namun, pada pendidikan lulusan perguruan tinggi (S1),
terdapat 3 orang pedagang yang mengalami penurunan omzet. Hal ini dapat
disebabkan oleh strategi yang dilakukan oleh pedagang, misalnya dalam melayani
pembeli. Semakin besar pendidikan pedagang, perubahan omzet akan semakin kecil.

Tabel 4 Karakteristik warung menurut pendidikan dan perubahan omzet

Omzet
Pendidikan
Turun Tetap
Tidak Tamat SD 1 0
SD 5 0
SMP 3 1
SMA 11 6
S1 3 0
4. Lama Usaha
Gambar 3 menunjukkan lama usaha warung paling banyak adalah di bawah
20 tahun, yaitu sebanyak 23 usaha atau 77 persen. Warung dengan lama usaha 21-
40 tahun ada 5 orang dan lama usaha di atas 40 tahun hanya ada 2 usaha.

6%
17% < 20 tahun
21-40 tahun

77% > 40 tahun

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha


19

Tabel 5 menunjukkan bahwa warung dengan lama usaha kurang dari 20 tahun
yang mengalami penurunan omzet sebanyak 20 warung dan 3 warung dengan
omzet tetap. Lama usaha pada rentang 21-40 tahun, semakin sedikit usaha yang
mengalami penurunan omzet yaitu hanya 3 warung dan 2 warung dengan omzet
tetap. Lama usaha lebih dari 40 tahun tidak ada warung yang mengalami penurunan
omzet dan 2 warung dengan omzet tetap. Semakin lama usaha yang telah dilakukan,
perubahan omzet akan semakin kecil.

Tabel 5 Karakteristik warung menurut lama usaha dan perubahan omzet

Omzet
Lama Usaha
Turun Tetap
< 20 tahun 20 3
21-40 tahun 3 2
> 40 tahun 0 2

5. Jarak
Jarak dari warung ke supermarket terdekat yang paling banyak adalah
kurang dari 500 meter, yaitu 14 usaha atau 46 persen. Ada 9 warung yang berada
pada jarak 501-1000 meter, 5 warung pada jarak 1000-1500 meter dan 2 warung
pada jarak lebih dari 1500 meter. Hal ini dapat membuat perubahan omzet akan
semakin besar. Warung yang lebih jauh jaraknya dari supermarket dapat berdampak
perubahan omzet yang kecil atau bahkan tidak berdampak sama sekali.

< 500 meter

7% 501-1000 meter
17%
46%
1001-1500
30% meter
> 1500 meter

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jarak


Tabel 6 menunjukkan karakteristik warung menurut jarak dan perubahan
omzet. Lokasi usaha dengan jarak kurang dari 500 meter ke supermarket terdekat
yang mengalami penurunan omzet sebanyak 14 warung dan tidak ada usaha dengan
omzet tetap. Pada jarak usaha dengan rentang 500-1000 meter, semakin sedikit
yang mengalami penurunan omzet yaitu sebanyak 9 warung dan tidak ada warung
dengan omzet tetap. Pada jarak usaha dengan rentang 1000-1500 meter, tidak ada
warung yang mengalami penurunan omzet dan 5 warung dengan omzet tetap. Pada
jarak lebih dari 1500 meter, tidak ada warung yang mengalami penurunan omzet
dan ada 2 warung dengan omzet tetap. Semakin jauh jarak lokasi warung dengan
supermarket, perubahan omzet akan semakin kecil.
20

Tabel 6 Karakteristik warung menurut jarak dan perubahan omzet

Omzet
Jarak
Turun Tetap
< 500 14 0
501-1000 9 0
1001-1500 0 5
>1500 0 2

6. Waktu Kerja
Gambar 5 menunjukkan waktu kerja pedagang paling banyak berada pada
rentang waktu 10-14 jam, yaitu sebanyak 13 warung. Pada rentang waktu 15-19
jam terdapat 12 warung dan hanya ada 5 warung yang beroperasi di atas 19 jam.
Sebagian besar warung beroperasi pada rentang waktu 10-19 jam.

17% < 15 jam


43% 15-19 jam
40% > 19 jam

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan waktu kerja


Tabel 7 menunjukkan warung dengan waktu kerja kurang dari 15 jam dan
antara 15-19 jam mengalami penurunan omzet, yaitu 9 warung. Namun, 5 warung
dengan waktu kerja kurang dari 15 jam dan 2 warung dengan waktu kerja antara
15-19 jam tidak mengalami penurunan omzet. Selain itu, ada 5 warung yang
mengalami penurunan omzet dengan waktu kerja lebih dari 19 jam, namun tidak
ada warung yang tidak mengalami penurunan omzet. Semakin lama waktu kerja
pedagang, perubahan omzet akan semakin kecil.

Tabel 7 Karakteristik warung menurut waktu kerja dan perubahan omzet

Omzet
Waktu Kerja
Turun Tetap
< 15 jam 9 5
15-19 jam 9 2
> 19 jam 5 0

Produk-produk yang Mengalami Penurunan Jumlah Penjualan

Terdapat 10 jenis produk yang mengalami penurunan jumlah penjualan, yaitu


gula, mi instan, minyak goreng, telur, beras, tepung terigu, sabun cuci (detergen),
susu, garam dan kopi. Hal ini dapat diuji secara statistik dengan Uji Tanda.
21

Tabel 9 Uji tanda produk yang mengalami penurunan jumlah penjualan

N
Perbedaan Negatif 115
ProdukSebelum – Perbedaan Positif 0
ProdukSesudah Tidak Ada Perbedaan 0
Jumlah 115
Z -10.631
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000,


artinya nilai penjualan produk sebelum dan sesudah adanya supermarket adalah
tidak sama. Nilai produk sesudah lebih kecil daripada nilai produk sebelum, yang
berarti jumlah penjualan produk sesudah adanya supermarket mengalami
penurunan.

Tabel 8 Jumlah warung yang mengalami penurunan jumlah penjualan produk

Produk Turun Tetap


Gula 22 8
Mi instan 21 9
Minyak goreng 20 10
Telur 20 10
Beras 19 11
Tepung terigu 3 27
Sabun cuci (detergen) 3 27
Susu 3 27
Garam 3 27
Kopi 2 28

Tabel 9 menunjukkan jumlah warung yang mengalami penurunan jumlah


penjualan produk. Produk-produk yang dominan berpengaruh jumlah penjualannya
adalah gula, mi instan, minyak goreng, telur dan beras. Hal ini dapat terjadi karena
harga produk-produk tersebut rata-rata lebih murah di supermarket daripada di
warung. Selain itu, supermarket cukup sering mengadakan promo yang menarik
pembeli untuk berbelanja di supermarket, sehingga pembeli lebih memilih untuk
berbelanja di supermarket. Pembeli cenderung lebih suka berbelanja keperluan
rumah tangga sekaligus dalam satu waktu, yang biasa disebut belanja bulanan serta
produk yang dijual di supermarket lebih lengkap daripada yang dijual di warung.

Analisis Uji t-Berpasangan Omzet Warung

Analisis uji t-berpasangan dilakukan untuk mengetahui besar rata-rata


omzet pedagang eceran (warung) sebelum dan sesudah didirikannya supermarket
serta apakah ada perbedaan antara omzet sebelum dan sesudah didirikannya
supermarket. Penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat (2009), Aryani (2011),
22

Susilo (2011), Yudhistira (2014) dan Zahratain (2014) menunjukkan bahwa


terdapat perbedaan omzet antara sebelum dan sesudah adanya pasar modern. Rata-
rata omzet warung mengalami penurunan.
Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata omzet sebelum ada supermarket
adalah Rp 69 450 000,- per bulan dengan standar deviasi 50 031 085.165 dan
sesudah ada supermarket rata-rata Rp 46 350 000,- per bulan dengan standar deviasi
29 663 457.143. Selisih rata-rata omzet adalah Rp 23 100 000,- per bulan.

Tabel 10 Rata-rata omzet sebelum dan sesudah ada supermarket

Rata- rata Std.


Rata-rata Std. Deviasi
Error
Omzet
69 450 000.000 50 031 085.165 9 134 384.640
Sebelum
Omzet
46 350 000.000 29 663 457.143 5 415 781.537
Sesudah

Tabel 11 menunjukkan bahwa besar t hitung adalah 5.126 dengan nilai


probabilitas (sig. 2-tailed) 0.000. Nilai probabilitas kurang dari 0.05, maka omzet
sebelum dan sesudah ada supermarket berbeda nyata.

Tabel 11 Perbedaan omzet sebelum dan sesudah ada supermarket

Rata- rata Std. Sig. (2-


Rata-rata Std. Deviasi t
Error tailed)
Omzet
Sebelum
23 100 000.000 24 684 788.699 4 506 805.199 5.126 0.000
– Omzet
Sesudah
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat
(2009), Aryani (2011), Susilo (2011), Yudhistira (2014) dan Zahratain (2014).
Terdapat perbedaan omzet antara sebelum dan sesudah adanya supermarket.

Analisis Crosstab

Analisis crosstab digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara


variabel baris dan kolom dengan analisis statistik. Dalam penelitian ini digunakan
analisis Chi square. Hasil analisis crosstab dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hubungan variabel dengan omzet usaha

Asymp.
Chi Square
Variabel Chi Square Df Sig. (2-
Tabel
sided)
Pendidikan 4.105 9.488 4 0.392
Lama Usaha 8.709 5.991 2 0.013
Jarak 30.000 7.815 3 0.000
Waktu Kerja 2.885 5.991 2 0.236
23

Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai Chi Square variabel pendidikan sebesar


4.105 lebih kecil dari nilai Chi Square tabel pada df 4 dan nilai Asymp. Sig. (2-
sided) sebesar 0.392 lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan pedagang dengan perubahan
omzet.
Nilai Chi Square variabel lama usaha sebesar 8.709 lebih besar dari nilai
Chi Square tabel pada df 2 dan nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.013 lebih kecil
dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
lama usaha warung dengan perubahan omzet.
Nilai Chi Square variabel jarak sebesar 30 lebih besar dari nilai Chi Square
tabel pada df 3 dan nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak lokasi
usaha ke supermarket terdekat dengan perubahan omzet.
Nilai Chi Square variabel waktu kerja sebesar 2.885 lebih kecil dari nilai
Chi Square tabel pada df 2 dan nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.236 lebih besar
dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara waktu kerja pedagang dengan perubahan omzet.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Warung

Penelitian yang dilakukan oleh Kusyuniarti (2012) menunjukkan bahwa


variabel pendidikan dan jarak memengaruhi perubahan omzet, Widiandra dan
Sasana (2013) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah jarak, Efriani
(2014) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah pendidikan dan jarak,
Sari (2014) menjunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah jarak, serta
Zahratain (2014) menunjukkan faktor yang berpengaruh adalah pendidikan.
Berdasarkan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) diperoleh nilai
Kolmogorov-Smirnov Test (test statistic) sebesar 0.116 dan asymp. sig. (2-tailed)
sebesar 0.2. Karena nilai asymp. sig. (2-tailed) lebih besar dari 0.05, maka data
berdistribusi normal.
Berdasarkan uji multikolinearitas, nilai VIF untuk variabel pendidikan
sebesar 1.145 lebih kecil dari 10 atau nilai Tolerance 0.874 lebih besar dari 0.10,
maka tidak terjadi multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel lama usaha sebesar
1.778 lebih kecil dari 10 atau nilai Tolerance 0.562 lebih besar dari 0.10, maka tidak
terjadi multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel jarak sebesar 1.552 lebih kecil
dari 10 atau nilai Tolerance 0.644 lebih besar dari 0.10, maka tidak terjadi
multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel waktu kerja sebesar 1.134 lebih kecil
dari 10 atau nilai Tolerance 0.882 lebih besar dari 0.10, maka tidak terjadi
multikolinearitas.
Berdasarkan uji heteroskedastisitas (Spearman), nilai signifikasi variabel
pendidikan dengan Unstandarized Residual sebesar 0.914. Nilai tersebut lebih
besar dari 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel pendidikan.
Nilai signifikasi variabel lama usaha dengan Unstandarized Residual sebesar 0.694.
Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada
variabel lama usaha. Nilai signifikasi variabel jarak dengan Unstandarized Residual
sebesar 0.921. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas pada variabel jarak. Nilai signifikasi variabel waktu kerja
24

dengan Unstandarized Residual sebesar 0.475. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel waktu kerja.

Tabel 13 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet warung

Variabel Koefisien t-statistik P-value


Pendidikan -1.795 -3.285 0.003
Lama Usaha 0.387 2.124 0.044
Jarak -0.041 -8.132 0.000
Waktu Kerja -0.014 -0.030 0.976
Konstanta 69.125 6.352 0.000
R2 = 0.776 F (statistic) = 21.634 Prob. = 0.000

Model yang diperoleh dari Tabel 13 adalah:

̂ i = 69.125 – 1.795 PDi + 0.387 LUi – 0.041 JRi – 0.014 WKi


𝑂𝑀𝑍

Nilai koefisien determinasi dari model di atas sebesar 0.776. Artinya, 77.6
persen keragaman nilai omzet dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel bebas
yang ada dalam model. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model, yaitu
sebesar 22.4 persen.
Nilai prob. F (statistic) pada tabel di atas adalah 0.000, lebih kecil dari
tingkat signifikansi 0.05. Artinya, model regresi linear yang diestimasi layak untuk
menjelaskan pengaruh pendidikan, lama usaha, jarak dan waktu kerja terhadap
variabel terikat perubahan omzet.
Nilai prob. t hitung dari variabel pendidikan sebesar 0.003 yang lebih kecil
dari 0.05, sehingga variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel
perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t hitung dari variabel lama usaha
sebesar 0.044 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel lama usaha berpengaruh
signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t
hitung dari variabel jarak sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel
jarak berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5
persen. Nilai prob. t hitung dari variabel waktu kerja sebesar 0.976 yang lebih besar
dari 0.05, sehingga variabel waktu kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Variabel pendidikan, lama usaha
dan jarak berpengaruh signifikan terhadap perubahan omzet, sedagkan variabel
waktu kerja tidak berpengaruh signifikan.

Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan Omzet


Pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata 5
persen terhadap perubahan omzet dengan koefisien parameter 1.795. Artinya, jika
pendidikan pedagang eceran meningkat satu tingkat, perubahan omzet akan
bertambah kecil sebanyak 1.795 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan
penelitian Kusyuniarti (2012), Efriani (2014) dan Zahratain (2014) bahwa
pendidikan berpengaruh terhadap perubahan omzet. Semakin tinggi tingkat
pendidikan pedagang, pedagang semakin mampu memiliki strategi yang tepat
untuk usahanya. Pedagang dengan tingkat pendidikan yang tinggi jauh lebih
25

mampu membaca situasi pasar dan strategi apa yang tepat untuk dilakukan baik dari
segi ekonomi maupun sosial.

Pengaruh Lama Usaha terhadap Perubahan Omzet


Lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5
persen terhadap perubahan omzet dengan koefisien parameter 0.387. Artinya, jika
lama usaha pedagang eceran meningkat satu tahun, perubahan omzet akan
bertambah besar sebanyak 0.387 persen, ceteris paribus. Semakin lama usaha yang
telah dijalankan, semakin besar perubahan omzet yang didapat oleh pedagang. Hal
ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin lama usaha yang telah
dijalankan, maka semakin kecil perubahan omzet yang didapat oleh pedagang.
Pedagang yang lebih lama menjalani usahanya mengalami kalah saing dengan
pedagang yang baru karena pada umumnya orang melakukan survey pasar terlebih
dahulu untuk membuka usaha dan melakukan inovasi dalam menjalankan usahanya.

Pengaruh Jarak terhadap Perubahan Omzet


Jarak memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen
terhadap perubahan omzet dengan koefisien parameter 0.041. Artinya, jarak
pedagang eceran ke supermarket terdekat meningkat satu meter, perubahan omzet
akan bertambah kecil sebanyak 0.041 persen, ceteris paribus. Hal ini sejalan
dengan penelitian Kusyuniarti (2012), Widiandra dan Sasana (2013), Sari (2014)
dan Efriani (2014) bahwa jarak berpengaruh terhadap perubahan omzet. Semakin
dekat lokasi usaha dengan pasar modern, semakin besar perubahan omzet yang
akan didapat oleh pedagang. Sementara, semakin jauh lokasi usaha dengan pasar
modern, semakin kecil perubahan omzet yang didapat oleh pedagang.

Pengaruh Waktu Kerja terhadap Perubahan Omzet


Waktu kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap perubahan omzet
warung. Hal ini dapat ditunjukkan dengan P-value waktu usaha sebesar 0.976 yang
lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Dilihat dari nilai koefisiennya, waktu kerja
memiliki hubungan negatif terhadap perubahan omzet dimana semakin lama waktu
kerja yang dijalankan oleh pedagang akan membuat perubahan omzet semakin kecil
0.014 persen, ceteris paribus. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusyuniarti
(2012), bahwa waktu kerja tidak berpengaruh terhadap perubahan omzet.
Omzet warung tidak akan bertambah dengan penambahan waktu kerja. Di
sekitar tempat usaha cukup banyak terdapat usaha-usaha (warung) lain dan menjual
produk-produk yang sama. Hal ini membuat pedagang-pedagang bersaing satu
sama lain. Faktor lain seperti jarak yang dekat dengan rumah-rumah masyarakat
dan banyaknya jumlah rumah yang ada di sekitarnya, serta letak yang strategis yaitu
dekat dengan sekolah atau tempat kerja, menentukan keputusan konsumen untuk
berbelanja.

Tenaga Kerja

Selain dampak negatif yang ditimbulkan, ada pula dampak positif dari
adanya supermarket di Kecamatan Dramaga. Salah satu dampak positif adanya
supermarket adalah dari sisi tenaga kerja. Wawancara dilakukan kepada 30
karyawan yang bekerja di Yogya, serta 30 karyawan yang bekerja di Giant.
26

Tabel 14 Asal karyawan yang bekerja di Yogya Dramaga

Asal
Jenis Pekerjaan Total
Dramaga Non-Dramaga
Service Crew Divisi Non-Food - 1 1
Service Crew Divisi Food 1 3 4
SPG 1 3 4
Supervisor Divisi Food - 1 1
Service Crew Divisi Fresh Food - 2 2
Admin Divisi Fresh Food 1 - 1
Admin Divisi Food 1 - 1
Cleaning Service 3 1 4
Service Crew General Merchandise 2 - 2
Kasir - 4 4
Customer Service - 1 1
Satpam 2 2 4
Supervisor - 1 1
Total 11 19 30

Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 30 karyawan Yogya Dramaga yang


diwawancara, 37 persen berasal dari Dramaga, yaitu sebanyak 11 orang. Sisanya,
63 persen berasal dari luar Dramaga, yaitu sebanyak 19 orang. Dari 11 karyawan di
Yogya yang berasal dari Dramaga, masing-masing terdapat 1 orang dari bagian
SPG, service crew divisi food, admin divisi fresh food dan admin divisi food. Selain
itu, 2 orang karyawan dari service crew general merchandise dan satpam, serta yang
paling banyak dari cleaning service yang berjumlah 3 orang.

Tabel 15 Asal karyawan yang bekerja di Giant Dramaga

Asal
Jenis Pekerjaan Total
Dramaga Non-Dramaga
Kasir 2 3 5
Service Crew Divisi Food - 4 4
Cleaning Service 2 1 3
Satpam 2 2 4
Service Crew General Merchandise - 1 1
SPG 2 7 9
Supervisor Divisi Food - 1 1
Service Crew Divisi Fresh Food 1 2 3
Total 9 21 30
27

Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang bekerja di Giant, 30


persen berasal dari Dramaga, yaitu sebanyak 9 orang. Sisanya, 70 persen berasal
dari luar Dramaga, yaitu sebanyak 21 orang. Masyarakat Dramaga yang bekerja di
Giant masih lebih sedikit daripada yang bekerja di Yogya. Dari 9 karyawan di Giant
yang berasal dari Dramaga, masing-masing terdapat 2 orang dari bagian cleaning
service, kasir, SPG dan satpam. Selain itu, hanya ada 1 orang karyawan dari bagian
service crew divisi fresh food.
Pendirian dua supermarket ini berdampak cukup baik bagi masyarakat
Dramaga. Hal ini dapat membantu masyarakat Dramaga yang tidak memiliki
pekerjaan atau belum memiliki pekerjaan yang tetap untuk mendapatkan pekerjaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian wawancara yang dilakukan terhadap pedagang


dan karyawan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan antara rata-rata omzet pedagang eceran (warung) sebelum dan
sesudah didirikannya supermarket. Rata-rata omzet warung menurun.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet usaha pedagang eceran
(warung) adalah pendidikan, lama usaha dan jarak.
3. Rata-rata masyarakat Dramaga yang bekerja di supermarket yang baru didirikan
di Kecamatan Dramaga sebanyak sepertiga dari tiga puluh karyawan dari
masing-masing supermarket.
Saran

1. Sebaiknya pedagang memperhatikan strategi usaha agar usahanya dapat


terus berjalan dengan baik. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
inovasi produk yang dijual, seperti menjual gas. Selain itu, pedagang dapat
menerapkan sistem antar (delivery) dengan ketentuan tertentu seperti
pembelian produk yang berat atau berukuran besar serta pembelian produk
dalam jumlah banyak, sistem pesanan dengan penyediaan produk yang
diinginkan pembeli dalam pembelian selanjutnya dan dengan
menginformasikan kepada pembeli jika barang sudah ada.
2. Sebaiknya pemerintah membatasi pasar modern yang akan didirikan di
suatu tempat dengan melihat keadaan di sekitarnya, seperti dalam penelitian
ini, pemerintah seharusnya bisa lebih menempatkan perizinan pendirian
suatu pasar modern di tempat yang tidak dekat dengan pedagang eceran
yang dapat memberikan dampak buruk terhadap penurunan omzet atau
mematikan usahanya. Sebaiknya ditinjau lagi jarak antara pasar modern
dengan pedagang kecil yang telah ada.
3. Sebaiknya penelitian selanjutnya mencakup supermarket-supermarket yang
ada di Kabupaten dan Kota Bogor untuk melihat pengaruh supermarket
terhadap pedagang eceran (warung) di sekitarnya secara keseluruhan.
Variabel yang dapat ditambahkan untuk penelitian, seperti modal usaha,
usia, strategi bisnis, termasuk pekerjaan utama atau bukan, lokasi usaha
28

strategis atau tidak. Peneliti dapat pula melihat dampak terhadap perilaku
konsumen. Dampak terhadap tenaga kerja dapat ditambahkan perubahan
kesejahteraan tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Siti Qorrotu. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar
Modern. [Internet]. [diakses pada tanggal 16 Maret 2016]. Tersedia pada:
litbang.patikab.go.id/index.php/2016-02-07-13-44-28/artikelitem/108-
eksistensi-pasar-tradisional-ditengah-pesona-pasar-modern
Anonim. 2009. Uji Asumsi Klasik. [Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari
2016]. Tersedia pada: http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/uji-
asumsi-klasik.html
Anonim. 2013. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja.
[Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada:
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-tenaga-kerja-angkatan-kerja-dan-
kesempatan-kerja/
Aryani, Dwinita. 2011. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya
Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal Dinamika Manajemen,
2(2): 169-180.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2014-2016.
[Internet]. [diunduh tanggal 1 Maret 2016]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
Damanik, Erikson. 2015. Pengertian Omzet Penjualan Menurut Ahli. [Internet].
[diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada: http://pengertian-
pengertian-info.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-omzet-penjualan-
menurut-ahli.html
[DISKOPERINDAG] Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. 2014.
Rencana Strategis Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018. [Internet]. [diunduh tanggal 4
September 2016]. Tersedia pada: http://diskoperindag.bogorkab.go.id/
Dimas, Nenik. 2009. Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), 16(1): 32-41.
Efriani, Selly. 2014. Dampak Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar
Tradisional di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fadhilah, Ani Nur. 2011. Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi
Kasus di Ngaliyan) [SKRIPSI]. Semarang (ID): Institut Agama Islam
Negeri Walisongo.
Haryotejo, Bagas. 2014. Dampak Ekspansi Hypermarket terhadap Pasar
Tradisional di Daerah. Jurnal Bina Praja, 6(3): 237-248.
Hutabarat, Marthin Rapael. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi
Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan
[Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Indrakh. 2007. Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern. [Internet].
[diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada:
29

https://indrakh.wordpress.com/2007/09/03/pasar-tradisional-di-tengah-
kepungan-pasar-modern/
Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB
Press.
Kusyuniarti, Mega. 2012. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan
Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat
(Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Martadisastra, Dedie. 2010. Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya
terhadap Pedagang Kecil Tradisional. Jurnal Persaingan Usaha,
Oral Capps, Jr. 1997. New Competition for Supermarket: A Case Study. The Retail
Food Industry Center. Working Paper 97-05.
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi.
Purwanto, W. 2012. Analisa Persaingan Antara Pasar Tradisional dengan Pasar
Modern Studi Kasus di Kawasan Ciledug Tangerang. Jurnal MIX. Vol 5 No
3, Oktober 2012.
Riyadi N, Zainal A. 2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 8 No
1, Juli 2010.
Sari, Fitria Permata. 2014. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas
Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sarwoko, Endi. 2008. Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Kinerja
Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang. Jurnal
Ekonomi Modernisasi. Vol 4 No 2, Juni 2008.
Sasikirana, Hardyani. 2014. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet
Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sirumapea, Winda Hartati. 2013. Pasar Tradisional dan Pasar Modern. [Internet].
[diakses pada tanggal 16 Maret 2016]. Tersedia pada:
https://windasirumapea.wordpress.com/2013/12/23/pasar-tradisional-dan-
pasar-modern/
Statistik Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2015. 2015. Penduduk 15 Tahun Ke Atas
yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2013-
2014. [Internet]. [diunduh 2016 Maret 1]. Tersedia pada:
https://bogorkab.bps.go.id/
Suryadarma et al. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel
Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga Penelitian
SMERU.
Susilo, Dwi. 2011. Dampak Operasi Pasar Modern terhadap Pendapatan Pedagang
Pasar Tradisional di Kota Pekalongan [Skripsi]. Pekalongan (ID):
Universitas Pekalongan.
Vitalia, Devi Rizky. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Widiandra, dan Hadi Sasana. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern
terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di
30

Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Diponegoro


Journal of Economics, 2(1): 1-6.
Yudhistira, Stefano Yesse Bria. 2014. Dampak Keberadaan Mall Armada Town
Square terhadap Pedagang Pasar Gotong Royong dan Pasar Rejowinangun
di Kota Magelang Tahun 2011-2014 [Skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Zahratain, Iin. 2014. Dampak Perkembangan Toko Modern terhadap Kinerja
Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional di Kota Bekasi [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
31

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Tanda

Frequencies

ProdukSesudah - ProdukSebelum Negative Differencesa


115

Positive Differencesb
0

Tiesc 0

Total
115

a. ProdukSesudah < ProdukSebelum


b. ProdukSesudah > ProdukSebelum
c. ProdukSesudah = ProdukSebelum

Test Statisticsa

ProdukSesudah -
ProdukSebelum

Z -10.631
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000

a. Sign Test

Lampiran 2 Uji-t berpasangan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Omzet Sebelum 69450000.0000 30 50031085.16471 9134384.64039

Omzet Sesudah 46350000.0000 30 29663457.14267 5415781.53688

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Omzet Sebelum & Omzet


30 .934 .000
Sesudah
32

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Std. Std.
Difference
Deviatio Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Omzet
Sebelum - 2310000 2468478 4506805 1388254 3231745
5.126 29 .000
Omzet 0.00000 8.69878 .19919 8.41530 1.58470
Sesudah

Lampiran 3 Crosstab

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Y * PD 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Y * LU 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Y * JR 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Y * WK 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%

Crosstab
Count

PD

Tidak Tamat SD SD SMP SMA S1 Total

Y tetap 0 0 1 6 0 7

turun 1 5 3 11 3 23
Total 1 5 4 17 3 30
33

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square
4.105a 4 .392

Likelihood Ratio
6.023 4 .197

Linear-by-Linear Association
.942 1 .332

N of Valid Cases 30

a. 9 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .23.

Crosstab
Count

LU

< 21 tahun 21-40 tahun > 40 tahun Total

Y tetap 3 2 2 7

turun 20 3 0 23
Total 23 5 2 30

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square
8.709a 2 .013

Likelihood Ratio
8.054 2 .018

Linear-by-Linear Association
7.980 1 .005

N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.

Crosstab
Count

JR

< 500 meter 501-1000 meter 1001-1500 meter > 1500 meter Total

Y tetap 0 0 5 2 7

turun 14 9 0 0 23
Total 14 9 5 2 30
34

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square
30.000a 3 .000

Likelihood Ratio
32.596 3 .000

Linear-by-Linear Association
21.345 1 .000

N of Valid Cases 30

a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.

Crosstab
Count

WK

< 15 jam 15-19 jam > 19 jam Total

Y tetap 5 2 0 7

turun 9 9 5 23
Total 14 11 5 30

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square
2.885a 2 .236

Likelihood Ratio
3.916 2 .141

Linear-by-Linear Association
2.788 1 .095

N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.17.
35

Lampiran 4 Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30
Normal Parametersa,b Mean
.0000000

Std. Deviation
8.86359369

Most Extreme Differences Absolute .116


Positive .114
Negative -.116
Test Statistic .116
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Lampiran 5 Multikolinearitas

Coefficientsa

Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF

(Constant
1
69.125 10.883 6.352 .000
)

PD
-1.795 .547 -.333 -3.285 .003 .874 1.145

LU
.387 .182 .268 2.124 .044 .562 1.778

JR
-.041 .005 -.959 -8.132 .000 .644 1.552

WK
-.014 .471 -.003 -.030 .976 .882 1.134

a. Dependent Variable: Y
36

Lampiran 6 Heteroskedastisitas

Correlations

Unstandar
dized
PD LU JR WK Residual

Spearman's PD Correlation
1.000 .301 -.006 -.254 .021
rho Coefficient

Sig. (2-tailed) . .106 .975 .175 .914

N 30 30 30 30 30

LU Correlation
.301 1.000 .501** -.253 .075
Coefficient

Sig. (2-tailed) .106 . .005 .177 .694

N 30 30 30 30 30

JR Correlation
-.006 .501** 1.000 -.106 .019
Coefficient

Sig. (2-tailed) .975 .005 . .578 .921

N 30 30 30 30 30

WK Correlation
-.254 -.253 -.106 1.000 .136
Coefficient

Sig. (2-tailed) .175 .177 .578 . .475

N 30 30 30 30 30

Unstandardized Correlation
.021 .075 .019 .136 1.000
Residual Coefficient
Sig. (2-tailed) .914 .694 .921 .475 .

N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 7 Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 WK, JR, PD, LUb . Enter

a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
37

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .881a .776 .740 9.54638

a. Predictors: (Constant), WK, JR, PD, LU

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7886.151 4 1971.538 21.634 .000b

Residual 2278.336 25 91.133

Total 10164.486 29

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), WK, JR, PD, LU

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 69.125 10.883 6.352 .000

PD -1.795 .547 -.333 -3.285 .003

LU .387 .182 .268 2.124 .044

JR -.041 .005 -.959 -8.132 .000

WK -.014 .471 -.003 -.030 .976

a. Dependent Variable: Y
38

Lampiran 8 Kuesioner penelitian


No. :

KUESIONER PENELITIAN

Dalam rangka Tugas Akhir, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara


untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul “Dampak Supermarket
terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor”. Kuesioner ini merupakan instrument penelitian
dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh:

Nama : Vicky Avianturi Sony


Pekerjaan : Mahasiswa Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB)
NIM : H14120073

Saya mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini


dengan lengkap dan benar supaya informasi ilmiah yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan dan mencapai hasil yang diinginkan. Tidak ada jawaban
yang benar atau salah dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini. Sebelum
mengisi kuesioner ini, diharapkan Bapak/Ibu/Saudara membaca terlebih dahulu
petunjuk pengisian yang diberikan. Informasi yang diterima dari kuesioner ini
bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik. Atas
perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya mengucapkan terima kasih.

Hari, tanggal :
Waktu :
Lokasi Wawancara :
39

I. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Alamat :

RT: RW: No.:

Kelurahan: Kecamatan: Dramaga

Kabupaten: Bogor Kode pos:

3. Umur : tahun

4. Jenis kelamin : Ο Laki-laki


O Perempuan

5. Pendidikan terakhir : Ο SD
Ο SMP
Ο SMA
Ο D1/D2/D3/D4
Ο S1/S2/S3

II. Karakteristik Usaha

6. Lama usaha : tahun

7. Waktu operasional usaha : jam/hari

8. Jarak ke pasar modern : meter (Giant)


meter (Yogya)

9. Jumlah tenaga kerja : orang

10. Upah tenaga kerja : Rp /bulan

11. Omzet penjualan


- Minimum : Rp /bulan
- Maksimum : Rp /bulan
40

III. Kondisi Berdagang Sebelum dan Sesudah Adanya Pasar Modern

12. Berapa jumlah barang yang terjual per minggu?


Sebelum ada Giant Setelah ada Giant
Produk
dan Yogya dan Yogya
Beras
Minyak goreng
Tepung terigu
Gula
Garam
Telur
Susu
Teh
Kopi
Mie instan

IV. Persepsi Pedagang tentang Adanya Pasar Modern

13. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui keberadaan pasar modern baru


(Giant dan Yogya) di Kecamatan Dramaga?

Ο Ya

Ο Tidak

14. Dengan adanya pasar modern baru tersebut, adakah perubahan dalam
usaha Bapak/Ibu/Saudara?

Ο Ya, (maju/mundur)

Ο Tidak

15. Bagaimana dampak adanya pasar modern baru terhadap usaha


Bapak/Ibu/Saudara?

Ο Menguntungkan, karena

Ο Merugikan, karena

Ο Tidak ada
41

V. Karyawan Supermarket yang Berasal dari Dramaga

No. Nama Asal Jenis pekerjaan


42

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Vicky Avianturi Sony, lahir di Bogor pada tanggal 3 Maret
1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak
Sardjono dan Ibu Keliek Juriah Susanti. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis
diawali dengan memasuki Taman Kanak-kanak Al Qur’an Tarbiyyatun Nisaa pada
tahun 1998 hingga tahun 2000 di Kota Bogor, Jawa Barat. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikannya di SDN Semplak 2 dari tahun 2000 hingga tahun 2006,
SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 2006 hingga tahun 2009, serta SMA Negeri 2
Bogor dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan
kepanitian dan kepengurusan. Pada tahun 2012 hingga tahun 2013, penulis aktif
dalam UKM MAX!! sebagai anggota divisi Event Organizer. Pada tahun 2013
hingga tahun 2014 penulis aktif dalam organisasi Himpunan Profesi dan Peminat
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) sebagai Wakil Bendahara
dan pada tahun 2014 hingga tahun 2015 sebagai Bendahara Umum. Penulis turut
berpartisipasi sebagai Bendahara 2 dalam The 10th Hipotex-R 2013 dan sebagai
Bendahara Umum dalam The 11th Hipotex-R 2014.

Anda mungkin juga menyukai