Kata kunci: omzet, Ordinary Least Square (OLS), paired sample t-test,
supermarket, tenaga kerja
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan
Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak
Sardjono dan Ibu Keliek Juriah Susanti, serta kakak kandung penulis, Relley
Candra Kurniawan, yang selalu memberi semangat, motivasi dan kasih sayang
kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Muhammad Firdaus, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan saran dalam
penulisan skripsi ini
2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu
Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku Komisi Pendidikan
3. Aldila Viddy Raihan Rosandya, yang selalu memberikan semangat,
dukungan, motivasi, saran, doa dan bantuan kepada penulis selama
penulisan skripsi ini
4. Cassandra, Gisa Rachma Khairunisa, Indah Kurnia Junirda E, Ratri Dinda
Aprilia R, Selly Yanty Nansyah P dan Talitha Nadia Audita, sahabat-
sahabat penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi dan saran
selama penulisan skripsi ini
5. Benazhar Ahmad, Irza Qoriani, Muhammad Faaruq, Nurhalimah
Mardianita dan Sebika Syahtari, teman-teman sebimbingan penulis yang
selalu mengingatkan, berbagi ilmu dan memberikan saran selama penulisan
skripsi
6. Teman-teman Ilmu Ekonomi 49 yang telah memberikan semangat dan telah
bersama-sama selama empat tahun terakhir dan teman-teman yang tidak
dapat disebutkan satu persatu
7. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis
8. Para pedagang dan karyawan yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran 10
2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 18
3. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha 18
4. Karakteristik responden berdasarkan jarak 19
5. Karakteristik responden berdasarkan waktu kerja 20
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Tanda 31
2. Uji-t berpasangan 31
3. Crosstab 32
4. Normalitas 35
5. Multikolinearitas 35
6. Heteroskedastisitas 36
7. Regresi Linier Berganda 36
8. Kuesioner penelitian 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin besar kontribusi terhadap PDB suatu sektor, semakin besar pula
pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor perdagangan berpotensi besar dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 menurut
lapangan usaha (miliar rupiah) Tahun 2014-2016
Kelebihan pasar modern adalah penjualan produk yang relatif sama namun
harga lebih murah. Selain itu, pasar modern lebih nyaman untuk berbelanja karena
saat ini sudah didukung oleh fasilitas pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC).
Bermacam pilihan pembayaran yang dapat dilakukan pun disediakan oleh pasar
modern. Hal ini akan membuat pelanggan lebih suka berbelanja di pasar modern,
terutama bagi pelanggan yang lebih menyukai pembayaran yang praktis, yaitu
menggunakan kartu kredit. Pasar modern lebih efisien dengan memanfaatkan skala
ekonomi yang besar melalui relasi kerja sama dengan pemasok besar dengan dalam
jangka waktu yang cukup lama (Aini, 2011).
Informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses
public pada pasar modern. Pasar modern juga menyediakan lingkungan berbelanja
yang lebih nyaman dan bersih. Produk yang dijual di pasar modern telah melalui
pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluarsa.
Kelebihan pedagang tradisional (warung) diantaranya adalah menghemat
waktu, lebih dekat dengan rumah pembeli, waktu operasional pedagang tradisional
lebih lama dan fleksibel, pembeli lebih memilih untuk belanja dalam kuantitas besar
karena pembeli cenderung merasa malu jika berbelanja di pasar modern
(supermarket) dengan kuantitas yang sedikit. Beberapa warung masih menerapkan
sistem utang. Terdapat beberapa pedagang tradisional yang memperbolehkan
pelanggan yang sudah ia kenal dan terpercaya untuk berutang. Hal ini tidak
didapatkan di supermarket. Pembeli lebih menghemat waktu jika berbelanja di
warung dan pada umumnya warung terletak lebih dekat dengan rumah pembeli.
Selain itu, waktu operasional warung lebih lama karena warung merupakan usaha
perseorangan dimana pada umumnya penjual adalah pemilik warung itu sendiri.
Munculnya berbagai jenis pasar modern seperti Minimarket, Supermarket,
Departement Store dan Hypermarket membuat pergerakan pedagang eceran
menjadi terhambat. SMERU Research Institute (2007) menyimpulkan bahwa
keberadaan supermarket memberikan pengaruh terhadap penurunan kontribusi dan
kinerja pasar tradisional. Pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket
terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket.
Globalisasi dan kondisi ekonomi beberapa tahun terakhir telah mendorong
pertumbuhan usaha pasar modern yang pesat, terutama bisnis ritel modern di kota-
kota besar. Usaha ritel dan pasar modern merupakan usaha yang sangat diminati
oleh kalangan dunia usaha karena perannya yang sangat strategis, tidak saja
menyangkut kepentingan produsen, distributor dan konsumen juga perannya dalam
menyerap tenaga kerja, sarana yang efisien dan efektif dalam pemasaran hasil
produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk di
pasar, termasuk preferensi yang dikehendaki oleh pihak konsumen.
Pertumbuhan pasar modern tidak hanya terjadi pada kota-kota besar di
Indonesia, namun juga di daerah-daerah. Salah satunya adalah di Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor. Belum lama ini, telah didirikan dua supermarket yang
berlokasi di Kelurahan Margajaya Kecamatan Dramaga. Jarak antar supermarket
ini kurang lebih 400 meter. Cukup banyak pedagang eceran (warung) yang berada
di sekitar supermarket dan pendirian supermarket-supermarket ini memberikan
pengaruh terhadap warung tersebut. Tidak sedikit barang yang dijual di
supermarket yang sama dengan barang yang dijual di warung. Pangsa pasar warung
dapat beralih ke supermarket. Hal ini akan mengakibatkan penurunan omzet
penjualan para pedagang yang berada di sekitar supermarket tersebut.
3
Perumusan Masalah
Saat ini, persaingan pasar telah bergeser yaitu terjadi antara pasar modern
dengan pasar tradisional, yang seharusnya adalah persaingan antara pasar modern
dengan pasar modern, atau pasar tradisional dengan pasar tradisional. Awalnya,
pangsa pasar dari pasar modern adalah masyarakat ekonomi menengah ke atas,
sehingga keberadaan pasar modern tidak menjadi masalah bagi pedagang eceran.
Namun pada kenyataannya, secara tidak langsung pasar modern mengambil pangsa
pasar pedagang eceran (Martadisastra, 2010).
Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, didirikan dua supermarket yang
jaraknya berdekatan di Kecamatan Dramaga. Munculnya supermarket ini
menyebabkan pangsa pasar pedagang eceran (warung) di sekitarnya berkurang
karena masyarakat lebih memilih berbelanja di supermarket, terlebih jika
supermarket mengadakan potongan-potongan harga yang menjadikan harga jual
produk di supermarket lebih murah daripada pedagang eceran. Hal ini
mengakibatkan omzet pedagang eceran (warung) menurun.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini semakin tinggi. Namun,
pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan
lapangan kerja. Ketersediaan lapangan kerja yang kurang membuat pengangguran
di Indonesia menjadi tinggi. Peritel besar mempunyai sumbangan besar dalam
ekonomi. Peritel besar menyerap tenaga kerja, memberdayakan dan meningkatkan
kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah. Bagi
pemerintah, mencari keseimbangan antara yang besar dan yang kecil ini memang
tidak mudah (Indrakh, 2007). Pendirian supermarket yang baru akan membutuhkan
tenaga kerja baru dalam jumlah banyak.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan, maka muncul beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan dampak negatif dan positif didirikannya
supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu terhadap omzet pedagang eceran
(warung) dan tenaga kerja, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga
terhadap perubahan omzet pedagang eceran (warung)?
2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran
(warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga?
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu menganalisis
dampak negatif dan positif didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu
terhadap omzet pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja. Selain itu, penelitian
ini memiliki tujuan khusus, yaitu:
1. Menghitung perubahan omzet pedagang eceran (warung) akibat
didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet
pedagang eceran (warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan
Dramaga.
3. Menganalisis dampak supermarket terhadap tenaga kerja bagi masyarakat
di Kecamatan Dramaga.
Manfaat Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pedagang eceran yang menjual
sembako (warung). Lokasi usaha berada di sekitar supermarket dengan jarak
maksimal dua kilometer dan minimal sudah membuka usaha dalam waktu dua
tahun. Tenaga kerja yang dibahas dalam penelitian ini adalah karyawan yang
bekerja di Yogya dan Giant Dramaga sebanyak 60 orang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pasar
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut pusat perbelanjaan,
pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual
untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan
pasar dari perdagangan. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis,
lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang
diperdagangkan.
Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi
perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam
masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi
dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun
oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan
barang.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan
lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis
ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli
melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti;
buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang
yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar
swalayan (supermarket), dan minimarket (Fadhilah, 2011).
Omzet
Omzet adalah jumlah uang hasil penjualan barang tertentu selama suatu
masa jual. Kata omzet berarti jumlah, sedang penjualan berarti kegiatan menjual
barang yang bertujuan mencari laba atau pendapatan. Jadi omzet penjualan berarti
jumlah penghasilan atau laba yang diperoleh dari hasil menjual barang atau jasa.
Menurut Sutamto (1997) penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk
menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada yang
membutuhkan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Winardi (1991) menyatakan penjualan adalah proses dimana penjual
produsen memastikan mengaktifkan dan memuaskan kebutuhan atau keinginan
pembeli agar dicapai mufakat dan manfaat baik bagi penjual maupun pembeli yang
berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak. Dari pendapat tersebut maka
penjualan itu merupakan kegiatan menawarkan atau memasarkan barang dan jasa
6
kepada pembeli yang berminat yang nantinya akan dibayar jika telah terjadi
kesepakatan mengenai harga barang atau jasa tersebut.
Chaniago (1998) memberikan pendapat tentang omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa
dalam kurun waktu tertentu. Swastha (1993) memberikan pengertian omzet
penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang barang
dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus
menerus atau dalam satu proses akuntansi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang
dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha
dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu
ke minggu, dari bulan ke bulan dan dar tahun ke tahun. Hal ini diperlukan
kemampuan dalam mengelola modal terutama modal kerja agar kegiatan
operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya.
Tenaga Kerja
kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman
kerja yang membutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu
menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah apoteker, ahli bedah dan mekanik.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
mengandalkan tenaga. Contohnya adalah kuli, buruh angkut dan pembantu rumah
tangga.
3. a) komponen sisaan ei mempunyai nilai harapan sama dengan nol dan ragam
konstan untuk semua pengamatan i. E(ei) = 0 dan Var(ei) = σ
b) tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan ei sehingga Cov(ei, ej)
untuk i ≠ j
c) komponen sisaan menyebar normal.
Dengan terminologi statistika, asumsi nomor 3 ini biasa diringkaskan dengan
simbol ei ~ N(0,σ2), artinya komponen ei menyebar normal, bebas stokastik dan
identik, dengan nilai tengah sama dengan nol dan ragam konstan untuk i = 1, 2,
…, n.
Jika asumsi tersebut dipenuhi, maka dengan metode OLS (Ordinary Least
Squares), parameter α dan β bersifat tak bias (unbiased). Artinya, jika semua
kemungkinan contoh berukuran n data diambil secara acak, dan masing-masing
diduga dengan metode OLS, maka rata-rata dari semua kemungkinan dugaan
tersebut sama dengan nilai parameter atau sebenarnya,serta ragam dugaannya tidak
lebih besar dari penduga-penduga dengan prosedur lainnya. Hal ini dikenal dengan
istilah OLS bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Juanda, 2009).
Penelitian Terdahulu
deskriptif dan statistik inferensial yaitu Uji Beda Sampel Berpasangan (Paired
Sample T-Test).
Hasil penelitian tentang kinerja pasar tradisional menunjukkan omzet
pedagang justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
sedangkan tingkat keuntungan mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan ritel modern membawa dampak meningkatnya persaingan dalam
mendapatkan konsumen, sehingga pedagang di pasar tradisional berusaha
menurunkan margin keuntungan melalui mekanisme tawar menawar. Hasil uji beda
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan omzet dan keuntungan pedagang
pasar tradisional sebelum dan sesudah keberadaan ritel modern (Alfamart dan
Indomaret), sedangkan jumlah tenaga kerja tidak ada perbedaan yang signifikan.
Penelitian Hutabarat (2009) yang berjudul “Dampak Kehadiran Pasar
Modern Brastagi Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota
Medan” menganalisis tentang perkembangan pasar modern dan tradisional di Kota
Medan serta aspek jumlah omzet pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah
pedagang, jumlah jam buka dan margin laba pedagang di Kota Medan sebelum dan
sesudah berdirinya pasar modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan perkembangan pasar
modern dan pasar tradisional di Kota Medan serta metode analisis uji-t berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar modern di Kota Medan
mengalami perkembangan jumlah sejak tahun 2000 sampai tahun 2009, namun
jumlah pasar tradisional tidak mengalami perubahan. Hasil analisis uji-t
berpasangan adalah terdapat penambahan jumlah pedagang di pasar tradisional
dalam 3 tahun terakhir, tidak terdapat perbedaan jam buka sebelum dan sesudah
adanya Supermarket Brastagi, terdapat penurunan yang signifikan dalam jumlah
rata-rata omzet pedagang, serta terdapat penurunan margin laba pedagang sebelum
dan sesudah adanya Supermarket Brastagi.
Penelitian Susilo (2011) yang berjudul “Dampak Operasi Pasar Modern
terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Pekalongan”
menganalisis tentang dampak kehadiran pasar modern Sri Ratu Mega Center
(Carrefour) terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Paired Sample Test
apabila data berdistribusi normal dan Wilcoxon Sign Test apabila data tidak
berdistribusi normal. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan pendapatan
pedagang pasar tradisional antara sebelum dan sesudah adanya pasar modern,
walaupun dari 150 orang pedagang hanya 39 pedagang yang terpengaruh dan
sisanya tidak terpengaruh oleh kehadiran pasar modern.
Penelitian Kusyuniarti (2012) yang berjudul “Dampak Pendirian
Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat
Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)
menganalisis tentang perubahan omzet pedagang eceran tradisonal dan tingkat
pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah pendirian minimarket serta faktor-
faktor yang memengaruhinya. Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji-t berpasangan serta regresi linier berganda. Faktor-faktor yang
diduga memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran tradisional adalah jarak,
pendidikan, jam kerja dan lama usaha.
Berdasarkan hasil penelitian uji-t berpasangan, omzet pedagang eceran
tradisional antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya
9
Tradisional Gotong Royong dan Rejowinangun di Kota Magelang. Hal itu tampak
pada penurunan omzet rata-rata per hari sebelum dan sesudah keberadaan Mall
Armada Town Square.
Kerangka Pemikiran
Perdagangan
Hipotesis Penelitian
METODE
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara berupa kuesioner
terhadap pedagang eceran (warung). Selain itu, wawancara dilakukan kepada 60
karyawan yang bekerja di supermarket. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat
Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, serta beberapa
literatur untuk menunjang penelitian ini.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan
dampak positif akibat didirikannya supermarket dari sisi tenaga kerja. Metode
kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
perubahan omzet warung akibat didirikannya supermarket adalah analisis regresi
linier berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square).
dimana:
OMZi = perubahan omzet penjualan (persen/bulan)
β0 = intersep
β1, β2,, … β4 = koefisien dari regresi
PD = pendidikan (tahun)
LU = lama usaha (tahun)
JR = jarak (meter)
WK = waktu kerja (jam/hari)
i = responden ke-i (i = 1, 2, 3, …, 30)
ei = residual model
Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang memengaruhi
variabel dependennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross
section. Menurut Gujarati (2006) metode OLS dapat digunakan jika dipenuhi
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homoskedastik.
b. Tidak ada autokolerasi dalam residual.
c. Variasi residual menyebar normal.
d. Nilai rata-rata dari unsur residual sama dengan nol.
e. Nilai-nilai peubah tetap untuk contoh-contoh yang berulang.
f. Tidak ada hubungan linier sempurna antara peubah bebas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara
normal.
Ada beberapa metode untuk uji normalitas, dalam penelitian ini
menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji ini digunakan untuk
mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform
atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual
terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi
lebih dari 0.05.
13
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam
model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna
(koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel
bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak
tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Ada beberapa metode untuk uji
multikolinearitas, dalam penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF) pada model regresi.
Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas antara
lain dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, apabila
nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0.1, maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun
menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson sebagai berikut:
- DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.
- DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi.
- DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL artinya tidak ada kepastian atau
kesimpulan yang pasti.
Nilai DU dan DL dapat diperoleh dari tabel statistic Durbin Watson.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada beberapa metode untuk uji heteroskedastisitas, dalam
penelitian ini menggunakan uji Spearman’s rho.
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan teknik uji koefisien korelasi
Spearman’s rho, yaitu mengorelasikan variabel independen dengan residualnya.
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi
antara variabel independen denga residual dapat signifikansi lebih dari 0.05 maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
2. Uji F-statistic
Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan
memengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik
dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Nilai Prob (F-statistic) merupakan
tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan hipotesis pengujian:
H0: β1 = β2 =…= βk =0
H1: minimal ada salah satu βiyang tidak sama dengan nol
Tolak H0 jika F-statistic lebih besar dari F α(k-1,NT-N-K) atau Prob (F-statistic)
lebih kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita
dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model
secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen.
3. Uji t-statistic
Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tolak H0 jika t-statistic lebih besar dari t α/2(NT-K-1) atau (t-statistic) lebih kecil dari
α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat
menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial memengaruhi
variabel dependen.
2. Pendidikan (PD)
Pendidikan merupakan waktu yang telah dijalani pedagang dalam menempuh
pendidikan formal. Variabel ini diukur dalam satuan tahun. Semakin lama
pendidikan yang dijalani pedagang, perubahan omzet warung akan semakin
kecil.
3. Lama Usaha (LU)
Lama usaha merupakan waktu yang telah dijalani pedagang dalam
mengoperasikan usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan tahun. Semakin
lama usaha yang telah dijalankan, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
4. Jarak (JR)
Jarak merupakan jauh lokasi usaha warung ke supermarket terdekat. Variabel
ini diukur dalam satuan meter. Semakin jauh jarak usaha warung ke
supermarket, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
5. Waktu Kerja (WK)
Waktu kerja merupakan lama pedagang mengoperasikan usahanya. Variabel ini
diukur dalam satuan jam/hari. Semakin lama waktu kerja, perubahan omzet
warung akan semakin kecil.
Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Ibu kota
dari Kabupaten Bogor adalah Cibinong. Luas Kabupaten Bogor 298 838.304 Ha.
Di sebelah utara, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Sukabumi dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Lebak (Banten).
Secara Administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 Desa dan 17
Kelurahan (total 428 Desa/Kelurahan), 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup
dalam 40 Kecamatan. Berdasarkan karakteristik wilayah dan untuk memudahkan
pengembangannya, maka Kabupaten Bogor dibagi dalam 3 wilayah yaitu Bogor
wilayah Barat, Tengah dan Timur (Rancangan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor 2005-2025).
Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu
Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung,
Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan
Kecamatan Rumpin, Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 kecamatan, yaitu
Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede,
Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi,
Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan
Tamansari. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu
Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur,
Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.
Struktur Perekonomian Kabupaten Bogor merupakan struktur yang di
dominasi oleh 5 kategori lapangan pekerjaan. Sektor yang pertama adalah Pertanian,
Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Sektor yang kedua adalah Industri
16
Pengolahan. Sektor yang ketiga adalah Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan
dan Hotel. Sektor yang keempat adalah Jasa Kemasyarakatan dan kelima adalah
Sektor lainnya seperti Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air
Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha
Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan. Sektor Perdagangan merupakan
sektor yang paling besar kontribusinya, setelah itu urutan kedua adalah sektor
Industri dan urutan ketiga adalah sektor Pertanian.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sarana perdagangan Kabupaten
Bogor hingga tahun 2013. Jumlah sarana perdagangan paling banyak adalah
minimarket, yaitu 518 unit. Jumlah pasar modern hampir mencapai setengah pasar
tradisional. Hal ini menunjukkan semakin banyak pasar modern yang muncul pada
saat ini. Kemunculan pasar-pasar modern ini akan memberikan dampak terhadap
pedagang-pedagang kecil pada pasar tradisional dan pedagang eceran di sekitar
pasar-pasar modern tersebut.
Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin
Jumlah pedagang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama, yaitu
masing-masing sebanyak 15 orang. Pedagang yang berjenis kelamin perempuan
menjalankan usaha ini guna membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
2. Usia
Tingkat usia pedagang paling banyak berada pada interval 31-45 tahun dan
46-60 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 12 orang (40 persen). Pedagang
dengan usia 15-30 tahun hanya ada 6 orang. Hanya sedikit pedagang yang berusia
muda yang menjadikan profesi ini sebagai pekerjannya.
3. Pendidikan
Sebagian besar pedagang menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah
Atas (SMA), yaitu sebanyak 17 orang atau 57 persen. Ada seorang pedagang yang
tidak lulus SD, 5 orang yang hanya lulus SD, 4 orang yang lulus SMP dan 3 orang
yang sudah lulus dari perguruan tinggi (S1). Sebagian besar pedagang telah
menempuh wajib belajar 9 tahun, bahkan dapat bersekolah sampai SMA. Namun,
lapangan kerja yang tidak setara dengan angkatan kerja di Indonesia, mendorong
masyarakat menjadi wirausaha untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
18
10%
Tidak Tamat SD
3% 17% SD
13% SMP
57% SMA
S1
Omzet
Pendidikan
Turun Tetap
Tidak Tamat SD 1 0
SD 5 0
SMP 3 1
SMA 11 6
S1 3 0
4. Lama Usaha
Gambar 3 menunjukkan lama usaha warung paling banyak adalah di bawah
20 tahun, yaitu sebanyak 23 usaha atau 77 persen. Warung dengan lama usaha 21-
40 tahun ada 5 orang dan lama usaha di atas 40 tahun hanya ada 2 usaha.
6%
17% < 20 tahun
21-40 tahun
Tabel 5 menunjukkan bahwa warung dengan lama usaha kurang dari 20 tahun
yang mengalami penurunan omzet sebanyak 20 warung dan 3 warung dengan
omzet tetap. Lama usaha pada rentang 21-40 tahun, semakin sedikit usaha yang
mengalami penurunan omzet yaitu hanya 3 warung dan 2 warung dengan omzet
tetap. Lama usaha lebih dari 40 tahun tidak ada warung yang mengalami penurunan
omzet dan 2 warung dengan omzet tetap. Semakin lama usaha yang telah dilakukan,
perubahan omzet akan semakin kecil.
Omzet
Lama Usaha
Turun Tetap
< 20 tahun 20 3
21-40 tahun 3 2
> 40 tahun 0 2
5. Jarak
Jarak dari warung ke supermarket terdekat yang paling banyak adalah
kurang dari 500 meter, yaitu 14 usaha atau 46 persen. Ada 9 warung yang berada
pada jarak 501-1000 meter, 5 warung pada jarak 1000-1500 meter dan 2 warung
pada jarak lebih dari 1500 meter. Hal ini dapat membuat perubahan omzet akan
semakin besar. Warung yang lebih jauh jaraknya dari supermarket dapat berdampak
perubahan omzet yang kecil atau bahkan tidak berdampak sama sekali.
7% 501-1000 meter
17%
46%
1001-1500
30% meter
> 1500 meter
Omzet
Jarak
Turun Tetap
< 500 14 0
501-1000 9 0
1001-1500 0 5
>1500 0 2
6. Waktu Kerja
Gambar 5 menunjukkan waktu kerja pedagang paling banyak berada pada
rentang waktu 10-14 jam, yaitu sebanyak 13 warung. Pada rentang waktu 15-19
jam terdapat 12 warung dan hanya ada 5 warung yang beroperasi di atas 19 jam.
Sebagian besar warung beroperasi pada rentang waktu 10-19 jam.
Omzet
Waktu Kerja
Turun Tetap
< 15 jam 9 5
15-19 jam 9 2
> 19 jam 5 0
N
Perbedaan Negatif 115
ProdukSebelum – Perbedaan Positif 0
ProdukSesudah Tidak Ada Perbedaan 0
Jumlah 115
Z -10.631
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000
Analisis Crosstab
Asymp.
Chi Square
Variabel Chi Square Df Sig. (2-
Tabel
sided)
Pendidikan 4.105 9.488 4 0.392
Lama Usaha 8.709 5.991 2 0.013
Jarak 30.000 7.815 3 0.000
Waktu Kerja 2.885 5.991 2 0.236
23
dengan Unstandarized Residual sebesar 0.475. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel waktu kerja.
Nilai koefisien determinasi dari model di atas sebesar 0.776. Artinya, 77.6
persen keragaman nilai omzet dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel bebas
yang ada dalam model. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model, yaitu
sebesar 22.4 persen.
Nilai prob. F (statistic) pada tabel di atas adalah 0.000, lebih kecil dari
tingkat signifikansi 0.05. Artinya, model regresi linear yang diestimasi layak untuk
menjelaskan pengaruh pendidikan, lama usaha, jarak dan waktu kerja terhadap
variabel terikat perubahan omzet.
Nilai prob. t hitung dari variabel pendidikan sebesar 0.003 yang lebih kecil
dari 0.05, sehingga variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel
perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t hitung dari variabel lama usaha
sebesar 0.044 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel lama usaha berpengaruh
signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t
hitung dari variabel jarak sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel
jarak berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5
persen. Nilai prob. t hitung dari variabel waktu kerja sebesar 0.976 yang lebih besar
dari 0.05, sehingga variabel waktu kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Variabel pendidikan, lama usaha
dan jarak berpengaruh signifikan terhadap perubahan omzet, sedagkan variabel
waktu kerja tidak berpengaruh signifikan.
mampu membaca situasi pasar dan strategi apa yang tepat untuk dilakukan baik dari
segi ekonomi maupun sosial.
Tenaga Kerja
Selain dampak negatif yang ditimbulkan, ada pula dampak positif dari
adanya supermarket di Kecamatan Dramaga. Salah satu dampak positif adanya
supermarket adalah dari sisi tenaga kerja. Wawancara dilakukan kepada 30
karyawan yang bekerja di Yogya, serta 30 karyawan yang bekerja di Giant.
26
Asal
Jenis Pekerjaan Total
Dramaga Non-Dramaga
Service Crew Divisi Non-Food - 1 1
Service Crew Divisi Food 1 3 4
SPG 1 3 4
Supervisor Divisi Food - 1 1
Service Crew Divisi Fresh Food - 2 2
Admin Divisi Fresh Food 1 - 1
Admin Divisi Food 1 - 1
Cleaning Service 3 1 4
Service Crew General Merchandise 2 - 2
Kasir - 4 4
Customer Service - 1 1
Satpam 2 2 4
Supervisor - 1 1
Total 11 19 30
Asal
Jenis Pekerjaan Total
Dramaga Non-Dramaga
Kasir 2 3 5
Service Crew Divisi Food - 4 4
Cleaning Service 2 1 3
Satpam 2 2 4
Service Crew General Merchandise - 1 1
SPG 2 7 9
Supervisor Divisi Food - 1 1
Service Crew Divisi Fresh Food 1 2 3
Total 9 21 30
27
Simpulan
strategis atau tidak. Peneliti dapat pula melihat dampak terhadap perilaku
konsumen. Dampak terhadap tenaga kerja dapat ditambahkan perubahan
kesejahteraan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Siti Qorrotu. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar
Modern. [Internet]. [diakses pada tanggal 16 Maret 2016]. Tersedia pada:
litbang.patikab.go.id/index.php/2016-02-07-13-44-28/artikelitem/108-
eksistensi-pasar-tradisional-ditengah-pesona-pasar-modern
Anonim. 2009. Uji Asumsi Klasik. [Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari
2016]. Tersedia pada: http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/uji-
asumsi-klasik.html
Anonim. 2013. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja.
[Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada:
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-tenaga-kerja-angkatan-kerja-dan-
kesempatan-kerja/
Aryani, Dwinita. 2011. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya
Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal Dinamika Manajemen,
2(2): 169-180.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2014-2016.
[Internet]. [diunduh tanggal 1 Maret 2016]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
Damanik, Erikson. 2015. Pengertian Omzet Penjualan Menurut Ahli. [Internet].
[diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada: http://pengertian-
pengertian-info.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-omzet-penjualan-
menurut-ahli.html
[DISKOPERINDAG] Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. 2014.
Rencana Strategis Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018. [Internet]. [diunduh tanggal 4
September 2016]. Tersedia pada: http://diskoperindag.bogorkab.go.id/
Dimas, Nenik. 2009. Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), 16(1): 32-41.
Efriani, Selly. 2014. Dampak Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar
Tradisional di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fadhilah, Ani Nur. 2011. Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi
Kasus di Ngaliyan) [SKRIPSI]. Semarang (ID): Institut Agama Islam
Negeri Walisongo.
Haryotejo, Bagas. 2014. Dampak Ekspansi Hypermarket terhadap Pasar
Tradisional di Daerah. Jurnal Bina Praja, 6(3): 237-248.
Hutabarat, Marthin Rapael. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi
Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan
[Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Indrakh. 2007. Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern. [Internet].
[diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada:
29
https://indrakh.wordpress.com/2007/09/03/pasar-tradisional-di-tengah-
kepungan-pasar-modern/
Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB
Press.
Kusyuniarti, Mega. 2012. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan
Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat
(Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Martadisastra, Dedie. 2010. Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya
terhadap Pedagang Kecil Tradisional. Jurnal Persaingan Usaha,
Oral Capps, Jr. 1997. New Competition for Supermarket: A Case Study. The Retail
Food Industry Center. Working Paper 97-05.
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi.
Purwanto, W. 2012. Analisa Persaingan Antara Pasar Tradisional dengan Pasar
Modern Studi Kasus di Kawasan Ciledug Tangerang. Jurnal MIX. Vol 5 No
3, Oktober 2012.
Riyadi N, Zainal A. 2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 8 No
1, Juli 2010.
Sari, Fitria Permata. 2014. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas
Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sarwoko, Endi. 2008. Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Kinerja
Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang. Jurnal
Ekonomi Modernisasi. Vol 4 No 2, Juni 2008.
Sasikirana, Hardyani. 2014. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet
Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sirumapea, Winda Hartati. 2013. Pasar Tradisional dan Pasar Modern. [Internet].
[diakses pada tanggal 16 Maret 2016]. Tersedia pada:
https://windasirumapea.wordpress.com/2013/12/23/pasar-tradisional-dan-
pasar-modern/
Statistik Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2015. 2015. Penduduk 15 Tahun Ke Atas
yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2013-
2014. [Internet]. [diunduh 2016 Maret 1]. Tersedia pada:
https://bogorkab.bps.go.id/
Suryadarma et al. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel
Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga Penelitian
SMERU.
Susilo, Dwi. 2011. Dampak Operasi Pasar Modern terhadap Pendapatan Pedagang
Pasar Tradisional di Kota Pekalongan [Skripsi]. Pekalongan (ID):
Universitas Pekalongan.
Vitalia, Devi Rizky. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Widiandra, dan Hadi Sasana. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern
terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di
30
DAFTAR LAMPIRAN
Frequencies
Positive Differencesb
0
Tiesc 0
Total
115
Test Statisticsa
ProdukSesudah -
ProdukSebelum
Z -10.631
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Sign Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std.
Difference
Deviatio Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Omzet
Sebelum - 2310000 2468478 4506805 1388254 3231745
5.126 29 .000
Omzet 0.00000 8.69878 .19919 8.41530 1.58470
Sesudah
Lampiran 3 Crosstab
Cases
Y * PD 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Y * LU 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Y * JR 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Y * WK 100.0 100.
30 0 0.0% 30
% 0%
Crosstab
Count
PD
Y tetap 0 0 1 6 0 7
turun 1 5 3 11 3 23
Total 1 5 4 17 3 30
33
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
4.105a 4 .392
Likelihood Ratio
6.023 4 .197
Linear-by-Linear Association
.942 1 .332
N of Valid Cases 30
a. 9 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .23.
Crosstab
Count
LU
Y tetap 3 2 2 7
turun 20 3 0 23
Total 23 5 2 30
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
8.709a 2 .013
Likelihood Ratio
8.054 2 .018
Linear-by-Linear Association
7.980 1 .005
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.
Crosstab
Count
JR
< 500 meter 501-1000 meter 1001-1500 meter > 1500 meter Total
Y tetap 0 0 5 2 7
turun 14 9 0 0 23
Total 14 9 5 2 30
34
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
30.000a 3 .000
Likelihood Ratio
32.596 3 .000
Linear-by-Linear Association
21.345 1 .000
N of Valid Cases 30
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.
Crosstab
Count
WK
Y tetap 5 2 0 7
turun 9 9 5 23
Total 14 11 5 30
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
2.885a 2 .236
Likelihood Ratio
3.916 2 .141
Linear-by-Linear Association
2.788 1 .095
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.17.
35
Lampiran 4 Normalitas
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean
.0000000
Std. Deviation
8.86359369
Lampiran 5 Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
(Constant
1
69.125 10.883 6.352 .000
)
PD
-1.795 .547 -.333 -3.285 .003 .874 1.145
LU
.387 .182 .268 2.124 .044 .562 1.778
JR
-.041 .005 -.959 -8.132 .000 .644 1.552
WK
-.014 .471 -.003 -.030 .976 .882 1.134
a. Dependent Variable: Y
36
Lampiran 6 Heteroskedastisitas
Correlations
Unstandar
dized
PD LU JR WK Residual
Spearman's PD Correlation
1.000 .301 -.006 -.254 .021
rho Coefficient
N 30 30 30 30 30
LU Correlation
.301 1.000 .501** -.253 .075
Coefficient
N 30 30 30 30 30
JR Correlation
-.006 .501** 1.000 -.106 .019
Coefficient
N 30 30 30 30 30
WK Correlation
-.254 -.253 -.106 1.000 .136
Coefficient
N 30 30 30 30 30
Unstandardized Correlation
.021 .075 .019 .136 1.000
Residual Coefficient
Sig. (2-tailed) .914 .694 .921 .475 .
N 30 30 30 30 30
Variables Entered/Removeda
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
37
Model Summary
ANOVAa
Total 10164.486 29
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), WK, JR, PD, LU
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a. Dependent Variable: Y
38
KUESIONER PENELITIAN
Hari, tanggal :
Waktu :
Lokasi Wawancara :
39
I. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur : tahun
5. Pendidikan terakhir : Ο SD
Ο SMP
Ο SMA
Ο D1/D2/D3/D4
Ο S1/S2/S3
Ο Ya
Ο Tidak
14. Dengan adanya pasar modern baru tersebut, adakah perubahan dalam
usaha Bapak/Ibu/Saudara?
Ο Ya, (maju/mundur)
Ο Tidak
Ο Menguntungkan, karena
Ο Merugikan, karena
Ο Tidak ada
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Vicky Avianturi Sony, lahir di Bogor pada tanggal 3 Maret
1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak
Sardjono dan Ibu Keliek Juriah Susanti. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis
diawali dengan memasuki Taman Kanak-kanak Al Qur’an Tarbiyyatun Nisaa pada
tahun 1998 hingga tahun 2000 di Kota Bogor, Jawa Barat. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikannya di SDN Semplak 2 dari tahun 2000 hingga tahun 2006,
SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 2006 hingga tahun 2009, serta SMA Negeri 2
Bogor dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan
kepanitian dan kepengurusan. Pada tahun 2012 hingga tahun 2013, penulis aktif
dalam UKM MAX!! sebagai anggota divisi Event Organizer. Pada tahun 2013
hingga tahun 2014 penulis aktif dalam organisasi Himpunan Profesi dan Peminat
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) sebagai Wakil Bendahara
dan pada tahun 2014 hingga tahun 2015 sebagai Bendahara Umum. Penulis turut
berpartisipasi sebagai Bendahara 2 dalam The 10th Hipotex-R 2013 dan sebagai
Bendahara Umum dalam The 11th Hipotex-R 2014.