ALFIA SURYANI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Alfia Suryani
NIM H34140069
ABSTRAK
ABSTRACT
ALFIA SURYANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Penelitian disusun sejak bulan Januari hingga Maret 2018 dengan judul
Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Kue Mochi Industri Kecil Menengah
Mochibo Kota Bogor.
Penyusunan karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Dr Ir Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak masukan, arahan, dan saran selama penulisan karya ilmiah
berlangsung, Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama dan Nia
Rosiana, SP, M.Si selaku dosen penguji komdik dalam ujian skripsi yang sudah
membantu memperbaiki kesalahan penulis, Tintin Sarianti, SP. MM selaku dosen
pembimbing akademik yang berjasa mendampingi penulis dalam berbagai kondisi
selama perkuliahan, dan Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen matakuliah
Strategi dan Kebijakan Bisnis yang telah menginspirasi penulis sehingga
mengambil topik tersebut untuk dijadikan bahan penelitian. Terima kasih kepada
Ir H Indra Dharmaputra selaku pemilik usaha Mochibo yang berkenan dan
mengizinkan penulis melakukan penelitian mengenai usaha yang sedang dijalani.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua dan keluarga atas doa
dan kasih sayangnya, serta teman seperjuangan Agribisnis, khususnya Desta,
Syamsi, Levia, Asep, Sofa dan Aziz yang selalu memotivasi penulis untuk
berkembang jauh ke depan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana
mestinya.
Alfia Suryani
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan matriks IFE 44
2 Perhitungan matriks EFE 45
3 Matriks SWOT pada Mochibo 46
4 Perhitungan matriks QSPM 47
5 Perancangan strategi “Mochibo” 49
6 Dokumentasi produk 50
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bogor merupakan salah satu kota wisata yang menarik di Indonesia.
Hal tersebut didukung dengan prestasi yang diraih Kota Bogor sebagai The Most
Loveable City in the World (WWF 2016). Berdasarkan data dari Direktori Kota
Bogor (2018), terdapat 242 tempat wisata mulai dari wisata alam, wisata
pendidikan, wisata hiburan, wisata hotel, wisata travel agent, dan jenis wisata lain
yang memiliki kontribusi dalam meningkatnya kunjungan wisatawan ke Kota
Bogor yaitu wisata belanja, wisata cenderamata dan wisata kuliner. Melalui sektor
pariwisata, pemerintah Kota Bogor dapat mempromosikan dan mengenalkan
potensi daerahnya kepada masyarakat yang ada di luar daerah, serta menarik para
investor, juga pebisnis untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. Adanya
peningkatan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor setiap tahunnya tidak hanya
terjadi pada wisatawan dari nusantara, namun juga wisatawan mancanegara. Hal
tersebut dapat diamati dari perkembangan kunjungan wisatawan pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2012-2016
(dalam jiwa)
Tahun
Wisatawan
2012 2013 2014 2015 2016
Mancanegara 45 618 104 780 202 187 222 406 244 646
Nusantara 1 802 539 3 227 442 4 146 766 4 561 433 5 017 578
Total 1 848 157 3 382 222 4 348 953 4 783 839 5 262 224
Sumber : BPS Kota Bogor (2017)
Adanya peningkatan kunjungan wisatawan membuat Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Bogor naik dari 188 miliar pada 2015 menjadi 204 miliar
pada 20161. Hal tersebut juga berhubungan pada pendapatan para pelaku usaha di
tempat wisata yang melesat setiap tahun, contohnya usaha kuliner. Sumbangan
sektor kuliner ke Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2015 sebesar 76 miliar
menjadi 98 miliar di tahun 20161. Pendapatan Asli Daerah dari sektor kuliner
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah usaha kuliner di Kota Bogor dan
memiliki peluang besar pasar yang menjanjikan, dimana wisatawan yang datang
ke Kota Bogor terus bertambah setiap tahunnya. Upaya yang dapat dijalankan
untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata yaitu melakukan
pengembangan usaha pada sektor kuliner. Pengembangan usaha sendiri bertujuan
untuk mengembangkan dan mengimplementasikan peluang pertumbuhan usaha.
Usaha yang dapat dijalankan terutama pada daerah Bogor dengan areal
pertanian yang sangat bagus yaitu mengembangkan sistem agribisnis. Saat ini,
sistem agribisnis yang berjalan di Kota Bogor, mulai dari hulu hingga hilir
mendatangkan berbagai produk inovasi bagi pelaku usaha ekonomi kreatif pada
sektor kuliner seperti oleh-oleh khas daerah. Salah satu oleh-oleh khas daerah
yang melegenda yaitu kue mochi. Kue mochi sebelumnya dikembangkan oleh
warga negara asing (WNA Jepang) yang tinggal di Indonesia pada masa
penjajahan tepatnya di Sukabumi, Jawa Barat. Sukabumi menjadi branding utama
1
Rahmawati. 2017. Sumbangan Kuliner ke Pendapatan Bogor Naik 31 Persen[internet]. [diunduh
pada 2017 Des 14]. Tersedia pada: https://www.antaranews.com/berita/640476/sumbangan-
sektor-kuliner-ke-pendapatan-bogor-naik-31-persen.
2
sebagai pelopor kue mochi dengan persaingan yang terbilang ketat. Produk mochi
di Kaswari, Sukabumi, Jawa Barat digeluti oleh lima pesaing sejenis (Dewi 2013).
Wilayah ini sangat berpotensi dalam penjualan kue mochi karena sudah dikenal
sebagai sentra mochi di Sukabumi. Jumlah permintaan yang tinggi dan selera
konsumen yang berbeda pada suatu merek mochi tertentu menyebabkan pelaku
usaha sama-sama di untungkan. Pasar yang menjanjikan untuk produk mochi
membuat produsen dari daerah lain turut mengembangkan juga namun pada
wilayah dan segmen yang berbeda. Mochi bogor atau biasa dikenal Mochibo hadir
sebagai salah satu alternatif oleh-oleh baru dari Kota Bogor. Ciri khas yang
dibawa dengan kehadiran kue mochi di Kota Bogor yaitu memanfaatkan buah-
buahan yang tumbuh di Kota Bogor untuk dijadikan varian rasa kue tersebut.
Penjualan produk Mochibo bukan hanya berupa makanan, proses pembuatannya
juga di komersilkan sebagai bentuk dari jasa layanan edukasi kuliner.
Mochibo tergolong industri kecil menengah dari ekonomi kreatif subsektor
kuliner (Disparbud 2018). Menurut Badan Ekonomi Kreatif (2016), usaha kuliner
di Kota Bogor tumbuh mencapai 24 864. Mochibo termasuk ke dalam kategori
oleh-oleh khas daerah berbentuk camilan atau makanan ringan sehingga jika
diklasifikasikan tingkat persaingan yang terjadi cukup tinggi untuk jenis usaha
makanan ringan lainnya di Kota Bogor. Hal tersebut diidentifikasi dari data
primer Disperindag Kota Bogor yang didapat bahwa satu pelaku usaha makanan
ringan atau camilan bersaing dengan tujuh usaha kuliner yang ada di Kota Bogor.
Adapun contoh pesaing Mochibo yaitu Yum Mochi (Mochi Talas Bogor). Tingkat
persaingan tidak hanya dilihat dari besar atau kecilnya usaha, namun juga pada
produk subtitusi lain yang menawarkan fungsi sama, seperti Lapis Bogor
Sangkuriang, Bogor Raincake, dan Bika Bogor Talubi. Produk tersebut juga
termasuk dalam pesaing Mochibo untuk merebut pasar oleh-oleh khas Kota Bogor.
Semakin ketatnya persaingan yang terjadi pada wilayah tersebut menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi setiap pelaku usaha untuk mampu mempertahankan dan
mengembangkan usahanya. Maka diperlukan perancangan strategi yang tepat
pada industri kecil menengah ini sehingga tidak tergerus oleh pemain besar dan
dapat tumbuh menjadi usaha besar.
Perumusan Masalah
Mochibo merupakan salah satu Industri Kecil dan Menengah Kota Bogor
yang mengembangkan produk kue mochi di Bogor. Mochibo berdiri mulai tahun
2014 dan terletak di Jalan Bina Marga, Baranangsiang. Pemilik mencoba melihat
peluang oleh-oleh mochi dan menerapkan dengan beberapa strategi, seperti me-
rebranding produk tersebut bahwa Kota Bogor pun memiliki mochi khas. Mochi
yang biasanya diisi dengan kacang dan wijen, kini dikembangkan menjadi mochi
yang berwarna-warni dengan varian rasa menggugah selera. Ciri khas dari produk
Mochibo yaitu memanfaatkan buah-buahan yang tumbuh di Kota Bogor menjadi
isi dari kue tersebut, varian rasa talas, pala, nanas, stroberi dan juga rasa lainnya
seperti keju, coklat, dan kacang. Mochibo juga mengadakan program Edukasi
Kuliner yang melatih anak-anak dalam pembuatan kue mochi. Saat pertama kali
produksi, Mochibo perlu memperhitungkan dengan tepat berapa banyak produk
yang akan habis dan tersisa dari proses penjualan, sehingga pendapatan dapat
dipantau dengan baik. Hasil penjualan kue mochi dapat diamati pada Gambar 1.
3
500.000.000
300.000.000
200.000.000
100.000.000
-
2014 2015 2016
Tahun
Gambar 1 Hasil penjualan kue mochi di “Mochibo” tahun 2014-2016
Sumber : Mochibo (2018)
Prospek bisnis yang bagus pada tiga tahun terakhir dari hasil penjualan
kue mochi menunjukkan pertumbuhan usaha yang positif karena diikuti dengan
tingkat kunjungan wisatawan yang meningkat. Pengembangan usaha yang perlu di
jalankan oleh Mochibo yaitu mampu menghadapi pesaing yang bermunculan dan
mempertahankan posisi tersebut. Beberapa kendala lain yang sedang dihadapi
Mochibo yaitu segi pemasaran dan branding yang kurang baik dan manajemen
organisasi yang tumpang tindih. Mochibo sudah mampu memasuki penjualan
dengan sistem konsinyasi atau titip jual ke 21 outlet yang tersebar di Kota Bogor
namun produk yang dititipkan tidak pernah terjual habis pada outlet tersebut.
Apalagi kue mochi merupakan makanan atau kue basah dengan jangka waktu
produk yang terbilang singkat, sehingga saluran distribusi harus dijaga dengan
baik. Selanjutnya di tinjau dari segi manajemen organisasi, pemilik Mochibo
berlaku sebagai pimpinan yang juga bertanggungjawab sebagai manajer
operasional, keuangan, dan SDM. Hal tersebut dapat mengganggu sistem
penjualan yang baik karena tumpang tindihnya tugas yang di pegang oleh satu
pihak tertentu sehingga suatu manajemen tidak dapat berjalan secara maksimal.
Maka dibutuhkan perancangan strategi agar seluruh sistem yang dijalani usaha
tersebut dapat mencapai target yang diinginkan dengan sasaran yang tepat.
1. Faktor lingkungan internal dan eksternal apa yang memengaruhi
pengembangan usaha Mochibo ?
2. Apa saja alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
Mochibo ?
3. Apa prioritas strategi yang dapat dijalankan dalam pengembangan usaha
Mochibo ?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai saran bagi manajemen Mochibo
dalam menghadapi berbagai kendala dan memperkuat sistem usaha yang telah
dijalani. Selain itu, hasil penelitian dapat digunakan sebagai alat bagi
manajemen untuk melihat pesaing yang ada saat ini, bagaimana menghadapinya
dan merancang strategi pengembangan yang tepat untuk dijalankan oleh usaha
Mochibo sehingga kedepannya dapat memperluas skala usaha yang semula kecil
menjadi menengah, hingga besar jika mengetahui kekuatan atau kelemahan
masing-masing, baik dari pesaing maupun usaha itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA
- Usaha menengah memiliki kekayaan bersih dari Rp 500 000 000 sampai Rp
10 000 000 000 dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2 500 000 000
sampai Rp 50 000 000 000
Prasyarat diatas mengenai usaha pada Industri, Kecil dan Menengah, kekayaan
bersih tersebut tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Menurut UU No.3 tahun 2014
Industri merupakan seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
dan atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi termasuk jasa industri tersebut.
3. Menurut Peraturan Dirjen IKM No.77 tahun 2009
- Industri mikro memiliki aset paling banyak Rp 50 000 000
- Industri kecil memiliki aset dari Rp 50 000 000 sampai Rp 500 000 000
- Industri menengah memiliki aset dari Rp 500 000 000 sampai Rp 10 000 000
000
Hasil aset tersebut tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
- Industri mikro memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang.
- Industri kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang.
- Industri menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20 sampai 99 orang.
- Industri besar memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
kelemahan utama terletak pada proses pencucian buah pala yang menghabiskan
banyak waktu sehingga menunjukkan hasil IFE sebesar 2.3865 yang
menempatkan Cielofood pada posisi internal yang cukup lemah. Pada aspek
eksternal, peluang utama dari Cielofood yaitu segmen pasar produk yang luas dan
ancaman utama yang berpengaruh yaitu kenaikan harga gula sehingga diperoleh
hasil EFE sebesar 2.5631, menempatkan Cielofood pada posisi eksternal yang
kuat. Adapun perolehan nilai matriks IE yang mengklasifikasikan Cielofood pada
sel V (hold and mantain) dengan pertimbangan strategi yang dapat dilakukan dari
matriks QSPM yaitu memperbaiki sistem manajerial perusahaan,
mengembangkan pola pemasaran yang lebih agresif dan meningkatkan kapasitas
produksi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) mengenai
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Olahan Carica yang berada
di posisi sel II (grow and build) dengan jumlah reponden sebanyak delapan orang
dari para pelaku usaha pengolahan carica dan dinas-dinas terkait di Kecamatan
Mojotengah, Kabupaten Wonosobo yang menghasilkan strategi berupa
pemanfaatan kredit pemerintah untuk pengembangan usaha, melakukan kontrak
bahan baku terhadap pemasok, dan meningkatkan mutu dan inovasi produk.
Permana (2015) membahas mengenai Perumusan Strategi Resiliensi
Pelaku Usaha dan Daya Saing Industri Kecil Menengah berbasis Sumber Daya
Lokal (Studi Kasus Pengembangan IKM di Pengalengan). Penelitian ini dibuat
dengan tujuan untuk menentukan prioritas wilayah pengembangan IKM, pelaku
usaha resilien komoditas unggul, prioritas strategi pengembangan IKM serta
menyusun implementasi strategi. Adapun alat analisis yang dilakukan mulai dari
LQ, Bayes, AHP, MPE, SWOT, hingga ISM. Strategi pengembangan IKM di
identifikasi melalui alat analisis khusus berupa penyusunan IFE dan EFE, matriks
strategi generik unit bisnis, dan matriks SWOT sehingga menunjukkan hasil
strategi yang dapat dijalani pada posisi kuadran III yakni strategi putar balik (turn
around). Alternatif strategi terpilih meliputi pelayanan desain kemasan,
pengembangan teknologi tepat guna pada sektor unggulan dan restrukturisasi
mesin/peralatan.
Manfaat yang didapatkan dari mengkaji penelitian sebelumnya yaitu sebagai
pembanding hasil dan alat analisis yang telah dijalani, apakah sejalan dengan
permasalahan yang dijabarkan atau tidak. Persamaan dari penelitian sebelumnya
terletak pada permasalahan internal yang dialami dan alat analisis yang akan
digunakan. Alat analisis yang digunakan berupa matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan
QSPM sangat menunjang dalam menjawab segala permasalahan yang terjadi.
Perbedaan yang terjadi mengenai strategi pengembangan usaha yaitu dari kondisi
perusahaan, produk yang diamati dan perusahaan yang dianalisis. Mochibo
merupakan industri kue mochi yang berdiri sejak 2014, artinya industri tersebut
harus lebih banyak lagi belajar dalam memahami liku-liku usaha. Penelitian
mengenai strategi pengembangan usaha kue mochi baru pertama kali di teliti,
sebab penelitian sebelumnya lebih berfokus pada tingkat loyalitas konsumen,
sistem teknologi dan kinerja perusahaan kue mochi pada lokasi penelitian yang
berbeda. Saat ini baru ada dua peneliti yang menjadikan Mochibo sebagai objek
penelitiannya, sehingga hal tersebut merupakan kesempatan besar bagi peneliti
dalam rangka membantu industri kecil untuk merancang strategi yang dapat
dijalankan sehingga menunjang perkembangan usaha ke depan.
7
KERANGKA PEMIKIRAN
Pengembangan Usaha
Menurut Hendro (2011) dalam Febriani (2017), Pengembangan usaha
adalah tugas dan proses persiapan, analitis tentang peluang pertumbuhan potensial,
dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha, tetapi tidak
termasuk keputusan tentang strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan
usaha. Setiap usaha yang telah berdiri lama maupun usaha yang baru memerlukan
pengembangan usaha akibat adanya tuntunan dan perubahan kebutuhan
masyarakat yang ingin menggunakan barang atau jasa yang diproduksi.
Pengembangan usaha sendiri perlu dilakukan tidak hanya untuk membuat
perusahaan tersebut tumbuh, namun merujuk pada tumbuh secara berkelanjutan.
Strategi
Strategi memiliki berbagai macam definisi, menurut Alfred dan Chandler
(1962) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan yang kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi
sumber daya. Porter (1985) menyampaikan bahwa strategi adalah alat penting
dalam mencapai keunggulan bersaing. Adapun definisi yang diberikan secara
khusus oleh Hamel dan Prahalad (1995) yang mengangkat tema kompetensi inti
“strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat)
dan terus menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang apa yang diharapkan
pelanggan di masa depan. Strategi dimulai dari apa yang akan terjadi bukan apa
yang terjadi. Kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies) yang harus dicari perusahaan
dalam bisnis yang dilakukan”. Keputusan strategi sangat berhubungan dengan
sumberdaya perusahaan. Hal tersebut berguna dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, serta visi dan misi yang telah dibuat perusahaan. Strategi dikatakan
berhasil jika perusahaan mengimplementasikan sejalan dengan tujuan yang telah
dirancang, memahami kondisi lawan atau lingkungan bersaing, dan memiliki
penilaian objektif tehadap sumberdaya yang ada.
Manajemen Strategi
Solihin (2012) mengemukakan bahwa manajemen strategi merupakan
proses perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian berbagai
keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai
keunggulan kompetitif (compatitive advantage). Tunggal (2008) membahas
mengenai manajemen strategi juga berkaitan dengan proses implementasi dan
pengendalian strategi yang dibuat pada level korporasi, level bisnis dan level
fungsional. Level korporasi dilakukan oleh manajemen puncak, seperti pemilik
usaha untuk merumuskan strategi korporat sebagai keputusan rencana jangka
panjang, level bisnis dilakukan oleh manajer bisnis dan korporat setelah
menerjemahkan arah dan maksud pada tingkat korporat menjadi strategi bersaing
pada tingkat bisnis yang telah dipilih, level fungsional dilakukan oleh manajer
produk, geografis, fungsional dengan mengembangkan strategi jangka pendek
8
Pendatang
Baru
Kekuatan tawar- Ancaman masuknya
menawar pemasok pendatang baru
Persaingan di
kalangan anggota
industri
Pemasok Pembeli
Persaingan di antara
perusahaan yang ada
Kekuatan tawar -
Ancaman produk menawar pembeli
atau jasa pengganti
Produk
Pengganti
Matriks IE
Matriks IE dikembangkan dari model General Electric (GE-Model).
Parameter yang digunakan yaitu kekuatan internal dengan pengaruh eksternal
yang dihadapi perusahaan. Matriks IE masuk kedalam tahap pencocokan yang
berguna untuk mengetahui posisi perusahaan berdasarkan total nilai dari tahap
input. Total nilai tersebut terdiri atas dua dimensi yaitu total skor yang diperoleh
dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y.
Berikut tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda.
1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build)
Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV maka strategi yang dapat
diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, dan integrasi horizontal).
2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain)
Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII maka strategi yang dianjurkan
adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Tuai atau Divestasi (Harvest or Divest)
Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX maka strategi yang dapat
digunakan adalah strategi divestasi.
Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan salah satu alat analisis situasional yang paling
lama bertahan dan banyak digunakan perusahaan untuk melakukan formulasi
strategi. Melalui analisis ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai
alternatif strategi berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Alternatif strategi tersebut dihubungkan dengan strategi
yang dihasilkan dari Matriks IE sehingga tahap ini juga dikenal sebagai tahap
pencocokan. Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO
(Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).
Matriks QSPM
QSPM merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi
alternatif strategi mana yang terbaik setelah dirumuskan dari Matriks SWOT pada
tahap pencocokan. QSPM termasuk ke dalam tahap akhir dari formulasi strategi
yaitu tahap keputusan (decision stage) yang berguna untuk melihat tingkat relatif
dari berbagai alternatif sebelumnya. QSPM menggunakan input dari tahap
pertama (input stage) yaitu matriks IFE dan EFE, dan tahap kedua (matching
stage) yaitu matriks IE atau matriks SWOT yang memberikan informasi bagi
tahap ketiga (decision stage) sehingga terbentuklah Matriks QSPM (David 2006).
Keunggulan dari Matriks QSPM antara lain rangkaian strategi diamati secara
berurutan atau bersamaan, tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat
dievaluasi, membutuhkan penyusun strategi untuk mengintegrasikan faktor
internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan, penggunaan
QSPM dapat diadaptasikan untuk diaplikasikan oleh organisasi kecil, besar,
berorientasi laba maupun nirlaba, dan dapat diaplikasikan hampir ke semua tipe
organisasi. Namun ada keterbatasan yang dimiliki QSPM, seperti QSPM selalu
membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar dari pemeringkatan
13
dan penilaian skor daya tarik walaupun didasarkan pada informasi yang objektif,
dan QSPM hanya dapat bermanfaat jika informasi prasyarat dan analisis
pencocokan yang menjadi dasarnya.
Kota Bogor memiliki berbagai tempat wisata yang menarik dan memikat
wisatawan untuk berkunjung dan menikmati destinasi tersebut. Kehadiran mochi
di Bogor tentunya menjadi alternatif pangan yang tepat bagi pecinta mochi,
sehingga saat pembeli ingin membeli mochi maka tidak perlu jauh-jauh untuk
mencarinya. Mochibo telah menjadi variasi oleh-oleh baru untuk Kota Bogor
dengan tetap mempertahankan kekhasannya, pemanfaatan potensi lokal digunakan
sebagai strategi dalam pemasaran produk. Munculnya brand baru dalam pasar
oleh-oleh khas Bogor memberikan suasana persaingan yang semakin ketat
sehingga dapat menjadi ancaman bagi perkembangan usaha Mochibo kedepan.
Pemasaran dan branding Mochibo yang kurang serta tumpang tindihnya
manajemen organisasi membuat Mochibo perlu melakukan strategi
pengembangan usaha yang tepat. Upaya pengembangan usaha harus dilakukan
agar brand Mochibo dapat dikenal khususnya oleh masyarakat Kota Bogor. Oleh
karena itu, dibutuhkan strategi pengembangan usaha mencakup seluruh sektor
perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan
kompetitif dan memiliki sumberdaya bersaing lebih untuk melawan persaingan.
Adapun langkah-langkah yang harus dicapai untuk menyusun strategi
pengembangan usaha Mochibo. Langkah pertama yaitu mengidentifikasi visi, misi,
dan tujuan yang di bangun oleh Mochibo. Hal tersebut dilakukan karena strategi
yang dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan sehingga
sejalan dengan keinginan perusahaan. Langkah selanjutnya, yaitu
mengidentifikasi lingkungan perusahaan, proses identifikasi dalam lingkungan
internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan
sedangkan proses identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui
peluang dan ancaman. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui tinjauan
terhadap aspek manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi,
sumberdaya manusia, serta penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan
internal ini dianalisis melalui matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi
kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, kekuatan
politik, pemerintahan, dan hukum, kekuatan teknologi, serta kekuatan kompetitif.
Lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Tahap tersebut dikenal
juga dengan tahap input.
Langkah selanjutnya yaitu tahap pencocokan menggunakan alat analisis
matriks IE dan matriks SWOT. Tahap pencocokan dapat dilakukan dari faktor-
faktor penting yang telah dihasilkan dari tahap sebelumnya. Tujuan penggunaan
matriks IE yaitu untuk mengetahui posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan
sel. Setelah mengetahui posisi perusahaan, harapannya alternatif strategi yang
dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak belakang dengan alternatif strategi yang
dihasilkan dari matriks IE. Tahap terakhir yaitu tahap keputusan yang berguna
untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Adapun alat analisis
yang digunakan dalam tahap keputusan adalah matriks QSPM. Pemilihan matriks
QSPM dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan
14
ancaman serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap pertama dengan penilaian
daya tarik (Attractiveness Scores) kepada responden. Hasil total akan dijumlahkan
untuk mendapatkan prioritas strategi yang akan dijalani oleh perusahaan. Secara
lebih lengkap, kerangka pemikiran operasional ditunjukkan pada Gambar 3.
Permasalahan yang dimiliki usaha Mochibo
1. Persaingan oleh-oleh khas yang semakin ketat
2. Pemasaran dan branding produk yang kurang
3. Manajemen organisasi yang tumpang tindih
Lingkungan Perusahaan
Tahap Pencocokan
Tahap Keputusan
METODE PENELITIAN
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara, dan pengisian
kuesioner oleh responden terpilih. Data sekunder diperoleh dari data-data
perusahaan, artikel atau literatur serta instansi-instansi terkait yang dapat
menunjang topik penelitian, misalnya Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik
Kota Bogor, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Teknik
pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana
responden dipilih secara sengaja. Adapun respoden terpilih yaitu perwakilan dari
pihak internal dan pihak eksternal yang memahami perkembangan usaha tersebut.
Pihak internal meliputi pemilik dan manajer pemasaran Mochibo. Pemilihan
responden internal dilakukan bahwa responden tersebut dapat mewakili Mochibo
dan memiliki wewenang mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Pihak eksternal meliputi Kepala Bidang Promosi, Kemitraan dan Perdagangan
Jasa dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Pemilihan responden
eksternal didasarkan bahwa pihak tersebut merupakan pembina Mochibo juga
mengetahui kondisi atau lingkungan bisnis di Kota Bogor. Adanya keterlibatan
pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif
strategi yang lebih objektif, namun keterlibatan pihak eksternal cukup untuk
memberikan penilaian dalam mengidentifikasi matriks IFE dan EFE. Penentuan
pemeringkatan untuk prioritas strategi pada matriks QSPM dilakukan oleh pihak
internal saja sesuai yang dikemukakan oleh para peneliti stratejik Eisenhardt &
Zbaracki (1992), Papandakis et al. (1998), Gilmore dan Carson (2000) dalam
Lahindah (2015) bahwa proses pengambilan keputusan antara organisasi besar
dan kecil itu berbeda. Pada organisasi kecil, para wirausahawan merupakan
pengambil keputusan tertinggi dimana pemilik atau pengelola melakukan seluruh
pengambilan keputusan stratejik dan keputusan operasional.
Pengumpulan data dilaksanakan selama dua bulan, yaitu mulai dari bulan
Februari sampai Maret 2018. Metode yang digunakan selama pengumpulan data,
antara lain metode observasi langsung dengan melihat, mengamati lokasi
produksi-operasi, dan mempraktikan pemasaran Mochibo. Selain itu juga
menggunakan metode wawancara yang merupakan proses tanya jawab mengenai
objek penelitian, metode kuisioner berupa pengambilan nilai melalui lembar
penilaian yang sudah disiapkan dan diberikan kepada responden, maupun
kepustakaan studi literatur yang diperoleh dari buku atau internet untuk
pencatatan data.
16
Metode analisis data yang dilakukan adalah metode analisis kualitatif dan
kuantitatif. Data hasil kuisioner yang telah diberi penilaian dan bobot oleh
responden akan diolah menggunakan Microsoft Excel. Langkah berikutnya yaitu
menganalisis data kuantitatif dengan menggunakan metode analisis tiga tahap
formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi
adalah matriks faktor internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE,
matriks SWOT, dan matriks QSPM.
Tahap Input
Tahap input yaitu tahap dalam menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan
dalam rangka merumuskan strategi. Alat yang digunakan pada tahap input berupa
matriks IFE dan matriks EFE. Tahap ini memberikan dua penilaian yaitu
pembobotan dan pemeringkatan dari faktor internal dan eksternal. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) perusahaan dengan mewawancarai responden terpilih
untuk menentukan kesesuaian antar faktor-faktor dengan kondisi internal dan
eksternal perusahaan saat ini.
b) Menentukan bobot dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden
terpilih menggunakan metode paired comparison. Penentuan bobot setiap
variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 2 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal
Faktor penentu A B C D ..... Total Xi Bobot
A
B
C
D
.....
Total
Sumber : David (2004) dalam Prakoso (2013)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel
tersebut dengan jumlah nilai keseluruhan variabel menggunakan rumus :
ɑi = ∑
17
Keterangan :
ɑi = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1,2,3
∑ Xi = Jumlah variabel
Adapun bobot yang diberikan pada masing-masing faktor berkisar 0.0 (tidak
penting) hingga 1.0 (sangat penting). Bobot tersebut mengindikasikan tingkat
penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Bobot
yang diberikan tidak perlu melihat faktor kunci apakah kekuatan dan kelemahan
internal atau peluang dan ancaman eksternal, namun faktor yang dianggap
memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot
yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0.
c) Langkah selanjutnya memasuki bagian pemeringkatan internal dan eksternal
perusahaan. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor kunci,
yaitu :
1 = Jika faktor strategis tersebut sangat kurang berpengaruh atau kelemahan
utama bagi perusahaan
2 = Jika faktor strategis tersebut kurang berpengaruh atau kelemahan kecil
bagi perusahaan
3 = Jika faktor strategis tersebut berpengaruh besar atau kekuatan kecil bagi
perusahaan
4 = Jika faktor strategis tersebut berpengaruh sangat besar atau kekuatan
utama bagi perusahaan
Tabel 3 Matriks IFE
Faktor-Faktor
Bobot Peringkat Skor (Bobot x Peringkat)
Internal Kunci
Kekuatan
1.
2.
3.
......
Kelemahan
1.
2.
3.
.....
Total 1.00
Sumber : David (2006)
Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan
semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor
pembobotan.
Total skor pembobotan akan berkisar antara 1.0 (terendah) sampai 4.0
(tertinggi) dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE berkisar 3.0
sampai 4.0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi atau kuat, kemudian jika 2.0
18
sampai 2.99 berarti kondisi perusahaan merespon menengah atau rata-rata dan 1.0
sampai 1.99 berarti kondisi internal IKM Mochibo rendah atau lemah.
Tabel 4 Matriks EFE
Faktor-Faktor
Bobot Peringkat Skor (Bobot x Peringkat)
Eksternal Kunci
Peluang
1.
2.
3.
......
Ancaman
1.
2.
3.
.....
Total 1.00
Sumber : David (2006)
Total skor pembobotan akan berkisar antara 1.0 (terendah) sampai 4.0
(tertinggi) dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan EFE berkisar 3.0
sampai 4.0 berarti perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang
memengaruhi perusahaan, kemudian jika 2.0 sampai 2.99 berarti perusahaan
merespon sedang terhadap peluang dan acaman yang ada dan 1.0 sampai 1.99
berarti perusahaan tidak merespon peluang dan ancaman yang ada.
Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahap lanjutan dari tahap input untuk mencocokkan
kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Alat
analisis yang digunakan yaitu matriks IE kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
matriks SWOT.
a) Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE
pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x
dari matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata
tertimbang dari 1.0 sampai 1.99 masuk ke kategori lemah; nilai dari 2.0 sampai
2.99 kategori rata-rata; dan nilai dari 3.0 sampai 4.0 kategori kuat, sedangkan
pada sumbu y dari matriks IE menggambarkan posisi eksternal dimana total
rata-rata tertimbang dari 1.0 sampai 1.99 masuk ke kategori rendah; nilai dari
2.0 sampai 2.99 ketegori menengah; dan nilai dari 3.0 sampai 4.0 kategori
tinggi. Total nilai yang dihasilkan dari faktor penting pada matriks IFE dan
EFE selanjutnya diarahkan untuk melihat posisi perusahaan pada sumbu x dan
y di sembilan sel matriks IE, sehingga dapat disimpulkan strategi yang akan
dijalani perusahaan tersebut ada di tahap sel seperti apa dan bagaimana proses
pengembangannya. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai matriks IE yang
dapat dilihat pada Gambar 4.
19
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat Rata-rata Lemah
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
3.0 – 4.0 2.0 – 2.99 1.0 – 1.99
3.0 2.0 0
4.0
Tinggi
3.0 – 4.0 I II III
3.0
Menengah IV V VI
2.0 – 2.99
2.0
Rendah VII VIII IX
1.0 – 1.99
0
Gambar 4 Matriks IE
Sumber : David (2006)
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki
implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk
dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan.
Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif atau strategi
integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola
dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi yang cocok yaitu penetrasi
pasar dan pengembangan produk. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI,
VIII, atau IX adalah strategi tuai atau divestasi. Strategi yang dapat digunakan
untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan
strategi likuidasi.
b) Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO
(Weaknesses- Opportunities), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-
Threats).
1. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
3. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
4. Strategi WT merupakan taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada tabel 5. Untuk
membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan,
yaitu:
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi
SO dalam sel yang ditentukan.
20
Tahap Keputusan
Tahap keputusan merupakan tahap akhir dalam merumuskan alternatif strategi
mana yang terbaik. Alat analisis pada tahap ini menggunakan Matriks QSPM
menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis
tahap dua untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. QSPM
adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif
strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan kunci
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam
langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM.
a) Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari hasil matriks
SWOT.
b) Memasukkan bobot yang ada di matriks IFE dan EFE ke faktor internal dan
eksternal yang berada di QSPM.
c) Mengevaluasi matriks SWOT dan mengidentifikasi alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan oleh perusahaan untuk diimplementasikan.
d) Menentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores atau AS) mulai dari 1
sampai 4. Nilai Daya Tarik tersebut meliputi
1 = faktor tersebut tidak memengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih
2 = faktor tersebut agak memengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih
3 = faktor tersebut cukup memengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih
4 = faktor tersebut sangat memengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih
e) Menghitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores atau TAS)
dengan mengalikan nilai bobot dengan nilai daya tarik (AS). Semakin tinggi
Total Nilai Daya Tarik, maka semakin menarik alternatif strategi tersebut.
f) Menghitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (TAS). Penjumlahan Total
Nilai Daya Tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling menarik dari
setiap alternatif. Nilai STAS tertinggi mengindikasikan strategi yang
dihasilkan tersebut layak diaplikasikan dalam perusahaan.
21
Tabel 6 Matriks QSPM
Alternatif Strategi
Faktor-faktor
Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Utama
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Peluang
-
-
Ancaman
-
-
Total
Sumber : David (2006)
menarik untuk di jalani karena proses pembuatannya yang terbilang mudah, tidak
membutuhkan modal atau biaya yang mahal dan bahan bakunya selalu tersedia,
sehingga munculah ide usaha kue mochi di Kota Bogor yang memiliki khas
tersendiri dan dikategorikan sebagai alternatif panganan atau oleh-oleh khas
Bogor. Saat ini Mochibo menginjak usia bisnis di tahun ke empat dan sudah
memiliki mitra kerja kurang lebih 21 outlet oleh-oleh yang tersebar di sekitar Kota
Bogor.
Usaha kue mochi dapat dikatakan sebagai bisnis musiman, ketika liburan
sekolah maka tingkat penjualannya naik karena didukung juga dengan jumlah
pengunjung wisatawan yang meningkat namun saat ramadhan datang, penjualan
kembali turun karena tingkat konsumsi masyarakat ditentukan pada jam tertentu.
Adanya pergerakan dari fluktuasi penjualan tersebut tidak menghambat Mochibo
untuk dapat mengembangkan diri. Mochibo aktif mengikuti pelatihan yang
diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan
Perlindungan Anak yang membahas mengenai motivasi memulai usaha,
mengelola keuangan, HALAL, HAKI, Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), pengemasan produk, ekspor dan impor, dan teknologi tepat guna.
Selain itu, Mochibo juga menerima kunjungan edukasi kuliner dalam pembuatan
mochi untuk anak-anak sekolah. Hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri
untuk Mochibo, bukan hanya menjual produk namun juga memberikan jasa
pelayanan mulai dari mempraktikkan pembuatan mochi hingga mengemas secara
langsung di rumah produksi Mochibo.
Direktur Utama
Ir. H. Indra Dharmaputra
yang dijual oleh pelanggan A tidak habis hingga batas waktu produksi
(kadaluarsa) maka tidak dapat dikembalikan ke Mochibo (sistem jual-putus),
sedangkan pelanggan B dapat mengembalikan produk tersebut ke pihak
Mochibo (sistem konsinyasi). Pelanggan C yaitu pelanggan yang membeli
produk mochi untuk dikonsumsi secara langsung (konsumen akhir). Penetapan
harga yang diberikan pada layanan edukasi kuliner sebesar Rp 35 000
didasarkan pada gabungan biaya edukasi Saung Kiray dan Mochibo (joint fix
cost) dengan syarat kunjungan yang dilakukan minimal 10 orang.
3) Place (Distribusi)
Mochibo melakukan penjualan dengan tiga jenis saluran distribusi yaitu grosir
atau pengecer dalam skala besar melalui outlet di tempat wisata dan kios oleh-
oleh yang ada di sekitar Kota Bogor, mulai dari kios oleh-oleh DAMRI, Sentra
oleh-oleh KITA, Talubi dan Bogor Coklat, Kuntum Farmfield, Outlet Venus
(Baranangsiang-Sentul), SKI Tajur, Imah Nini, Roti Mungil Sukasari, Kaya
Bakery, Buah Tangan Cibinong, T-Mart Rest Area, Bogor Permai dengan
sistem penjualan konsinyasi atau titip-jual, pemborong atau pembeli dalam
skala besar melalui para reseller dengan sistem jual-putus, dan pengecer atau
penjualan langsung kepada konsumen melalui outlet Mochibo dan acara
pameran makanan khas Bogor. Selain itu, jasa layanan edukasi kuliner
dilakukan di Rumah Mochibo, Baranangsiang, Kota Bogor. Pelayanan tersebut
buka pada hari selasa dan rabu pukul 09.00-11.00 WIB yang disesuaikan
dengan waktu produksi kue mochi.
4) Promotion (Promosi)
Jenis promosi yang dilakukan Mochibo yaitu iklan (advertising) dengan media
cetak seperti koran, media elektronik seperti televisi, website, dan promosi
penjualan (selling promotion) kepada konsumen dengan potongan harga
melalui program buy one get one yang dibuka pada hari tertentu jika stok kue
mochi tersedia. Adanya program tersebut dibuat untuk menarik pelanggan dan
meminimalisir kue mochi yang terbuang jika mendekati waktu habis produksi
atau kadaluarsa. Syarat yang ditentukan untuk mendapatkan promosi tersebut
yaitu pelanggan diminta untuk mengunggah foto bersama produk Mochibo ke
akun instagram yang dimiliki. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk promosi
perusahaan untuk menjangkau konsumen secara luas.
5) People (SDM)
Layanan edukasi kuliner merupakan produk terpenting yang sangat
mengandalkan keahlian komunikasi pekerja yang pandai membawa suasana
belajar menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak dalam
mengenalkan kue mochi. Saat ini pelayanan edukasi kuliner masih diambil alih
oleh pemilik usaha yakni Bapak Indra yang bertugas sebagai pembawa acara
atau narasumber yang menjelaskan langkah-langkah pembuatan kue mochi
kepada anak-anak. Proses pengawasan kunjungan dibantu oleh empat rekan
pekerja yang juga bertugas mendampingi praktik pengisian kue mochi.
6) Process (Proses)
Pekerja dilatih sebelum menerima kunjungan edukasi kuliner agar bekerja
secara cepat, tanggap dan cekatan dalam mendampingi anak-anak. Hal tersebut
harus dilakukan karena pengunjung, terutama anak-anak akan dihadapkan ke
tempat produksi kue mochi yang terdapat peralatan berupa kompor dan kuali
27
2
Hartato A. 2017. Industri Jadi Prioritas Pembangunan dan Pemerataan Ekonomi [internet]. [diunduh
pada 2018 Feb 20]. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/artikel/17473/Industri-
Jadi-Prioritas-Pembangunan-dan-Pemerataan-Ekonomi.
29
3. Pendatang Potensial
Adapun ancaman yang dimiliki Mochibo dengan hadirnya produk mochi lain
yaitu Yum Mochi (Mochi Talas Khas Bogor). Produk Yum Mochi biasanya
tidak beredar di berbagai toko oleh-oleh, namun sudah memiliki lokasi
langganan tersendiri yaitu outlet sangkuriang. Outlet tersebut memiliki banyak
cabang di Kota Bogor karena produk sangkuriang sudah cukup dikenal oleh
warga Bogor sehingga menjadi ancaman bagi Mochibo dalam memasarkan
produknya. Pemilik Mochibo justru merasa senang dengan kehadiran produk
tersebut karena semakin banyak pesaing maka menjadi tantangan tersendiri
untuk Mochibo dapat berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi.
4. Produk Pengganti
Mochi sebagai alternatif makanan khas Kota Bogor memiliki persepsi tertentu
dimata pelanggan. Selain makanannya yang tergolong ringan, mochi juga dapat
dinikmati pada berbagai situasi. Namun, produk pengganti yang dapat
menggeserkan posisi Mochibo yakni adalah Lapis Bogor Sangkuriang yang
sudah melekat diingatan konsumen sebagai oleh-oleh khas Bogor.
5. Industri Sejenis
Adanya industri sejenis dapat menjadi ancaman bagi Mochibo, contohnya saat
produk Mochibo ingin masuk ke sebuah outlet oleh-oleh ternyata sudah
terdapat produk mochi dengan merek lain yang masuk terlebih dahulu sehingga
terjadi penolakan oleh tempat tersebut. Mochibo tidak boleh lengah terhadap
peluang, jika sudah tergantikan posisinya oleh kue mochi lain sangat sulit
untuk Mochibo dapat memasuki pasar oleh-oleh khas daerah kedua kalinya.
Formulasi Strategi
Formulasi strategi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap masukan (input
stage) menggunakan matriks IFE dan EFE, tahap pencocokan (matching stage)
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, serta tahap keputusan (decision
stage) menggunakan matriks QSPM.
yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang ada dengan cara mengalikan
bobot dan peringkat (rating) rata-rata dari setiap faktor. Hasil analisis matriks IFE
ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11 Perhitungan matriks IFE “Mochibo”
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
A. Sistem perencanaan produksi yang efektif 0.146 4 0.583
B. Desain dan kemasan produk yang menarik 0.090 4 0.361
C. Pencatatan keuangan tersusun dengan baik 0.118 3.7 0.433
D. Pemasok bahan baku terjamin 0.141 4 0.565
E. Produk telah memenuhi perizinan usaha 0.134 4 0.537
F. Diversifikasi produk 0.109 4 0.435
Kelemahan
G. Peran pimpinan yang memiliki banyak fokus 0.088 3 0.264
H. Kurangnya keterbukaan pekerja ke pemilik 0.076 1.3 0.102
usaha
I. Kurangnya inovasi dari varian rasa terbaru 0.097 1.3 0.130
Total 1 3.410
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa sistem perencanaan produksi
yang efektif merupakan kekuatan utama yang paling berpengaruh bagi perusahaan.
Hal tersebut dapat diidentifikasi dari perolehan skor terbesar pada faktor yang ada
di kekuatan yaitu 0.583. Faktor tersebut merupakan indikator yang paling
menentukan untung atau rugi nya usaha kue mochi karena daya tahan produk
yang cepat atau mudah kadaluarsa sehingga sistem perencanaan produksi yang
tergolong efektif menjadi modal bagi Mochibo dalam menghadapi pesaing.
Adapun faktor penting yang menjadi kelemahan utama pada usaha Mochibo yaitu
kurangnya keterbukaan pekerja ke pemilik usaha dengan perolehan skor terendah
sebesar 0.102. Titik kelemahan tersebut membuat usaha sulit terhindar dari
kesalahan yang terjadi karena kurangnya keterbukaan dari pekerja lebih
mengancam dibandingkan dengan kelemahan lain seperti peran pimpinan yang
memiliki banyak fokus dan kurangnya inovasi dari varian rasa terbaru.
Berdasarkan hasil perhitungan melalui faktor yang ada di kekuatan dan
kelemahan maka perolehan nilai dari matriks IFE adalah 3.410. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan menggunakan kekuatan untuk
mengatasi kelemahannya dikatakan cukup kuat.
Analisis Matriks EFE
Matriks EFE disusun dari faktor eksternal berupa peluang dan ancaman
yang dianalisis sebelumnya melalui tahap wawancara dan pengisian kuisioner
(pembobotan dan pemeringkatan) pada ketiga responden, baik dari pihak internal
dan eksternal. Penyusunan dalam pembobotan dan pemeringkatan memiliki
tahapan yang sama dengan analisis matriks IFE namun faktor-faktor penting
dirumuskan dari lingkungan eksternal yang pengaruhnya datang dari luar
perusahaan namun sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha, yaitu
peluang dan ancaman. Hasil perhitungan matriks EFE dari Mochibo ditunjukkan
pada Tabel 12.
36
Matriks IE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat Rata-rata Lemah
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
Menengah IV V VI
2.0 – 2.99
2.0
Matriks QSPM
Matriks QSPM sangat membantu dalam penentuan daya tarik relatif dari
berbagai strategi. Nilai AS diperoleh dari pengisian kuisioner yang dilakukan oleh
pihak internal saja sebagai pengambil keputusan utama. Pihak internal terdiri dari
Bapak Indra selaku pemilik Mochibo dan Istrinya bernama Ibu Ambar selaku
manajer pemasaran. Selanjutnya nilai AS tersebut di rata-ratakan sehingga
mendapat nilai AS rata-rata yang kemudian di kalikan dengan bobot rata-rata yang
diperoleh dari matriks IFE dan EFE sehingga menghasilkan nilai TAS. Hasil akhir
yang didapat dengan menjumlahkan nilai TAS dari setiap faktor kunci dan
menghasilkan nilai STAS. Nilai tertinggi dari STAS menunjukkan strategi yang
paling menarik untuk dijalankan paling utama dibanding strategi lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan QSPM dapat ditemukan enam alternatif strategi
40
yang dapat diimplementasikan oleh Mochibo. Berikut adalah penilaian dari tahap
keputusan menggunakan alat analisis matriks QSPM yang dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13 Prioritas strategi “Mochibo”
Strategi STAS Prioritas
Strategi 1 (SO1) 5,839 2
Meningkatkan efektifitas saluran pemasaran online
Strategi 2 (WO1) 4,519 5
Meningkatkan capacity building SDM
Strategi 3 (WO2) 5,322 3
Diversifikasi produk
Strategi 4 (ST1) 4,556 4
Mempertajam positioning
Strategi 5 (ST2) 3,296 6
Membina kerjasama dengan lembaga edukasi
Strategi 6 (WT1) 6,014 1
Perbaikan perencanaan pemasaran
Urutan dari alternatif strategi berdasarkan prioritas strategi yang telah dinilai
oleh pihak internal, yaitu :
1. Perbaikan perencanaan pemasaran (W1,W3,T1,T2,T3) dengan STAS sebesar
6.014
2. Meningkatkan efektifitas saluran pemasaran online (S1,S2,S4,S5,S6,O2,O4)
dengan STAS sebesar 5.839
3. Diversifikasi produk (W3,O1,O2) dengan STAS sebesar 5.322
4. Mempertajam positioning(S2,S5,S6,T3) dengan STAS sebesar 4.556
5. Meningkatkan capacity building (W1,W2,O3,O4) dengan STAS sebesar 4.519
6. Membina kerjasama dengan lembaga edukasi (S2,S5,S6,T3) dengan STAS
sebesar 3.296
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alfred D, Chandler JR. 1962. Strategy and Structure: Chapters in The History of
The Industrial Enterprise. Cambridge Mass (GB): MIT Pr.
Anggraeni SW. 2004. Kajian Strategi Pengembangan Usaha Kecil Moci
Lampion di Kota Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[APJII] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2016. Infografis
Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet [internet]. [diunduh pada 2018
Apr 23]. Tersedia pada: https://apjii.or.id/survei2016.
42
Nusawanti TA. 2009. Analisis Strategi Usaha Roti pada Bagas Bakery,
Kabupaten Kendal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Permana AIS. 2015. Perumusan Strategi Resiliensi Pelaku Usaha dan Daya
Saing Industri Kecil Menengah Berbasis Sumber Daya Lokal (Studi Kasus
Pengembangan IKM di Pangalengan) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Porter ME. 1980. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Agus M, penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Competitive
Strategy.
Porter ME. 1985. Competitive Advantage: Creating and SustainingSuperior
Performance. New York (US): Free Pr.
Prakoso K. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Kecap Manis pada Perusahaan
Kecap Banyak Mliwis di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati. 2017. Sumbangan Kuliner ke Pendapatan Bogor Naik 31 Persen
[internet]. [diunduh pada 2017 Des 14]. Tersedia pada:
https://www.antaranews.com/berita/640476/sumbangan-sektor-kuliner-ke-
pendapatan-bogor-naik-31-persen.
Rahmanto RA. 2010. Analisis Strategi Pengembangan Usaha “Elsari Brownies
& Bakery” Kota Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Septianto WT. 2013. Analisis Strategi Pengembangan Usaha “Lapis Bogor
Sangkuriang” Kota Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Solihin I. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta (ID): Erlangga.
Sunaryanto LT. 2006. Dinamika Industri Skala Menengah, Gejala Missing Of
The Middle dan Sumber-Sumber Pertumbuhan Industri [disertasi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Tunggal AW. 2011. Manajemen Strategik untuk Perusahaan Kecil. Jakarta (ID):
Harvindo.
Tunggal AW. 2008. Manajemen Strategik dalam Tanya Jawab. Jakarta (ID):
Harvindo.
Wheelen TL, Hunger JD. 2009. Management Strategis. Julianto A, penerjemah;
Yogyakarta (ID): Andi. Terjemahan dari: Strategic Management 5th
Edition.
[WWF] World Wide Fund for Nature. 2016. Bogor Kota Paling Dicintai di
Kampanye We Love Cities 2016 [internet]. [diunduh pada 2017 Des 14].
Tersedia pada: https://www.wwf.or.id/?49362/Bogor-Kota-Paling-Dicintai--
di-Kampanye-We-Love-Cities-2016.
44
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan matriks IFE
Faktor Internal Bobot Rata- Rating Rata- Skor
R1 R2 R3 rata R1 R2 R3 rata
Kekuatan
Sistem perencanaan produksi yang
0.153 0.125 0.160 0.146 4 4 4 4.0 0.583
efektif
Desain dan kemasan produk yang
0.076 0.097 0.097 0.090 4 4 4 4.0 0.361
menarik
Pencatatan keuangan tersusun
0.132 0.139 0.083 0.118 4 4 3 3.7 0.433
secara sistematis
Pasokan bahan baku terjamin 0.139 0.132 0.153 0.141 4 4 4 4.0 0.565
Produk telah memenuhi perizinan
0.146 0.118 0.139 0.134 4 4 4 4.0 0.537
usaha
Produknya lebih beragam 0.111 0.104 0.111 0.109 4 4 4 4.0 0.435
Kelemahan
Peran pimpinan yang memiliki
0.111 0.063 0.090 0.088 4 3 2 3.0 0.264
banyak fokus
Kurangnya keterbukaan pekerja ke
0.063 0.111 0.056 0.076 1 1 2 1.3 0.102
pemilik usaha
Kurangnya inovasi dari varian rasa
0.069 0.111 0.111 0.097 2 1 1 1.3 0.130
terbaru
Total 3.410
Keterangan :
R1 = Responden 1 (Direktur Utama Mochibo)
R2 = Responden 2 (Manajer Pemasaran)
R3 = Responden 3 (Kepala Bidang Promosi, Kemitraan, dan
Perdagangan Jasa Disperindag Kota Bogor)
45
Keterangan :
Faktor Internal Eksternal
A. Sistem perencanaan produksi yang efektif
B. Desain dan kemasan produk yang menarik
C. Pencatatan keuangan yang tersusun baik
D. Pasokan bahan baku terjamin
E. Produk telah memenuhi perizinan usaha
F. Produknya lebih beragam
G. Peran pimpinan yang memiliki banyak fokus
H. Kurangnya keterbukaan pekerja ke pemilik usaha
I. Kurangnya inovasi dari varian rasa terbaru
J. Peningkatan jumlah kunjungan wisata-wan ke Kota Bogor
K. Peningkatan peng-guna internet untuk pemasaran online
L. Sektor industri menjadi prioritas pemerintah
M. Kebijakan peme-rintah mendukung pengembangan IKM
N. Berkembangnya industri mochi yang menggunakan teknologi modern
O. Pemasaran produk lain dengan sistem influncer marketing
P. Tingkat persaingan makanan khas daerah semakin ketat
Alternatif Strategi
Strategi 1 = Meningkatkan efektifitas saluran pemasaran online
Strategi 2 = Meningkatkan capacity building
Strategi 3 = Diversifikasi produk
Strategi 4 = Mempertajam positioning
Strategi 5 = Membina kerjasama dengan lembaga edukasi
Strategi 6 = Perbaikan perencanaan pemasaran
49
Sumbu y
Strategi-strategi
Target: Menjadikan produk mochi sebagai makanan khas daerah tentunya Mochibo perlu melakukan strategi
bagaimana produk tersebut dapat dinikmati dan diingat setiap orang yang berkunjung ke Kota Bogor.
50
RIWAYAT HIDUP