Anda di halaman 1dari 68

EFEKTIVITAS PENYALURAN DANA LINKAGE PROGRAM

PADA LKMS DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA


USAHA MIKRO DI KABUPATEN BOGOR (STUDI KASUS:
KOPERASI BAYTUL IKHTIAR)

ELIS NURMALIAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penyaluran


Dana Linkage program pada LKMS dan Dampaknya terhadap Kinerja Usaha
Mikro di Kabupaten Bogor (Studi Kasus: Koperasi Baytul Ikhtiar) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor. Terima kasih.
Bogor, Agustus 2017

Elis Nurmaliah
NIM H5413003
ABSTRAK

ELIS NURMALIAH. Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Program pada LKMS


dan Dampaknya terhadap Kinerja Usaha Mikro di Kabupaten Bogor (Studi Kasus
Koperasi Baytul Ikhtiar). Dibimbing oleh JAENAL EFFENDI.

Linkage Program antara perbankan dan lembaga keuangan mikro


memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perkembangan usaha mikro.
Salah satu tujuannya adalah untuk mengatasi masalah keterbatasan dana LKM
dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha mikro. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis efektivitas penyaluran dana linkage program oleh koperasi
dan dampaknya terhadap perkembangan usaha mikro penerima dana linkage.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert untuk
mengetahui tingkat efektivitas penyaluran dana pembiayaan. Kemudian uji-t
berpasangan (Paired Sample T-test) untuk mengetahui dampak penyaluran dana
pembiayaan linkage terhadap kinerja usaha mikro, serta metode Ordinary Least
Square (OLS) untuk mengetahui variabel-variabel signifikan yang memengaruhi
kinerja usaha mikro. Hasil analisis skala likert menunjukkan bahwa penyaluran
dana pembiayaan linkage program sudah berjalan efektif. Hal ini terbukti dengan
hasil uji-t berpasangan yang menunjukkan adanya peningkatan keuntungan dan
omset pelaku usaha mikro setelah mendapatkan pembiayaan. Selain itu, hasil
penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja usaha
mikro adalah frekuensi pembiayaan, modal awal, dan besaran pembiayaan yang
diterima pelaku usaha.

Kata kunci: efektivitas, kinerja usaha, linkage program, LKMS, OLS, paired
sample t test.

ABSTRACT

ELIS NURMALIAH. The Effectiveness of Linkage Program Distribution in


Sharia Microfinance Institutions and its Impact on Micro Enterprises Performance
in Bogor District (A Case of Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor). Supervised by
JAENAL EFFENDI.

Linkage Program between banks and microfinance institutions contributes


significantly for the development of micro enterprises. One of the purposes issue
is to solve the problem for limited microfinance institution funds in financing to
micro enterprises sector. This study aims to analyze the effectiveness of linkage
program channeling funds conducted by cooperative institutions to know the
impact on the development of micro enterprise sector recipients of linkage funds.
The methods used in this study are likert scale to determine the effectiveness level
of financing distribution. Then, paired sample t-test to analyze the impact of the
distribution of the financing funds on micro business performance, and ordinary
least square (OLS) to analyze the variables that significantly influence of the
micro enterprises performance. The results showed that the distribution of linkage
program fund financing has been running effectively. This is showed by the paired
sample t-test results that showed an increase in the profit and income obtained by
the perpetrator of micro enterprises after getting financing from the cooperative.
In addition, based on the results of the study found the factor that affect business
performance are the frequency of financing, initial capital, and the amount of
financing received by micro business actors.

Keywords: effectiveness, business performance, linkage program, sharia


microfinance institution, OLS, paired sample t-test.
ANALISIS EFEKTIVITAS PENYALURAN DANA LINKAGE
PROGRAM PADA LKMS DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KINERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN BOGOR (STUDI
KASUS: KOPERASI BAYTUL IKHTIAR)

ELIS NURMALIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Skripsi: Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Program pada LKMS dan
Dampaknya terhadap Kinerja Usaha Mikro di Kabupaten Bogor
(Studi Kasus: Koperasi Baytul Ikhtiar)
Nama : Elis Nurmaliah
NIM : H54130035

Disetujui oleh

Dr Jaenal Effendi, SAg MA -


Pembimbing

Diketahui oleh

1 8 SEP 2017
Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir Skripsi yang berjudul Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Program pada
LKMS dan Dampaknya terhadap Kinerja Usaha Mikro di Kabupaten Bogor
(Studi Kasus: Koperasi Baytul Ikhtiar). Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,
Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis
efektivitas penyaluran dana linkage program oleh koperasi kepada pelaku usaha
mikro serta menganalisis dampak yang diberikan akibat adanya penyaluran
pembiayaan tersebut. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada orangtua dan keluarga penulis. Selain itu, penulis pun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr Jaenal Effendi, SAg MA, selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan, motivasi dan saran dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Ranti Wiliasih, SP MSi, selaku dosen penguji utama pada ujian sidang dan
Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc MA, selaku dosen komisi pendidikan atas
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Seluruh pihak pengurus Koperasi Baytul Ikhtiar, Kabupaten Bogor yang telah
membantu dalam pengumpulan data penelitian skripsi ini.
5. Kak Mustica Bintang Sabiti dan Kak Kartika Andriani yang telah banyak
membantu, memberikan saran dan perbaikan dalam penulisan skripsis ini.
6. Sahabat-sahabat terbaik dan teman diskusi Meris, Tami, Silmy, Fathia, Yusi.
7. Teman-teman satu bimbingan, Nurkholis Yasmin, Usy Thiarani, Ayu Shinta
Rahmawan, Khaerunnisa, Alif Fahmi Alim, M. Afif Giffari, dan M. Mulya
Tarmizi, yang telah memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, dan
dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2017

Elis Nurmaliah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 6
Pembiayaan Mikro Syariah 6
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) 7
Konsep dan Manfaat Linkage Program 9
Usaha Mikro 11
Konsep Efektivitas 12
Kinerja Usaha 12
Penelitian Terdahulu 13
Kerangka Pemikiran 14
Hipotesis Penelitian 16
METODE 16
Lokasi dan Waktu Penelitian 16
Jenis dan Sumber Data 16
Metode Penentuan Sampel 16
Metode Pengolahan dan Analisis Data 17
Definisi Operasional 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Gambaran Umum 19
Karakteristik Responden 21
Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Program Bank Syariah pada
Koperasi Baytul Ikhtiar 25
Dampak Penyaluran Pembiayaan Dana Linkage Program oleh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah terhadap Perkembangan Usaha Mikro 32
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keuntungan Usaha Mikro Setelah
Mendapatkan Pembiayaan Dana Linkage Program 32
SIMPULAN DAN SARAN 34
Simpulan 34
Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 35
RIWAYAT HIDUP 54
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha
Besar (UB) Tahun 2014-2015 1
2 Kriteria UMKM berdasarkan nilai asset dan penjualan 11
3 Penelitian Terdahulu 13
4 Data statistik deskriptif karakteristik responden 22
5 Usia responden nasabah pembiayaan linkage program 22
6 Tingkat pendidikan responden nasabah pembiayaan linkage program 23
7 Pengalaman usaha responden peserta pembiayaan linkage program 24
8 Besaran modal awal responden peserta pembiayaan linkage program 24
9 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengajuan
pembiayaan 26
10 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pencairan
pembiayaan 28
11 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pemanfaatan
pembiayaan 29
12 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap
pengembalian pembiayaan 30
13 Tanggapan responden mengenai dampak penyaluran pembiayaan yang
diberikan 31
14 Dampak penyaluran dana linkage terhadap perkembangan keuntungan
usaha responden 32
15 Faktor-faktor yang memengaruhi keuntungan usaha mikro 33

DAFTAR GAMBAR
1 Penyaluran Dana Sosial dan Linkage Perbankan Oktober 2012 3
2 Skim Executing pada Linkage Program 9
3 Skim Channeling pada Linkage Program 10
4 Skim Joint Financing pada Linkage Program 10
5 Kerangka Pemikiran 15
6 Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Alokasi Dana 20
7 Jenis Usaha Responden Peserta Linkage Program 23
8 Besaran Plafon Pembiayaan yang Diterima Responden 25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian responden peserta pembiayaan linkage program 39
2 Uji validitas dan reliabilitas efektivitas penyaluran pembiayaan dana
linkage program 45
3 Uji normalitas dan uji t berpasangan (paired sample t test) 50
4 Uji asumsi klasik 51
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan peran penting


dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dari
perspektif kesempatan kerja, pengentasan kemiskinan, serta penggerak ekonomi
regional. Perkembangan UMKM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
yang cukup pesat, Hal ini menunjukkan adanya potensi besar sektor UMKM atas
kekuatan pasar domestik sebagai penggerak sektor ekonomi. Data resmi
Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (2015) menunjukkan
bahwa persentase kontribusi UMKM mencapai 99.99% dari total unit usaha di
Indonesia. Tabel 1 menunjukkan data perkembangan jumlah pelaku usaha
menurut skala usaha tahun 2014-2015.
Tabel 1 Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha
Besar (UB) Tahun 2014-2015
Tahun 2014 Tahun 2015 Angka
Pertum-
Indikator Pangsa Pangsa
Jumlah Jumlah buhan
(%) (%)
(%)
Jumlah UMKM 57 895 721 99.99 59 262 772 99.99 2.36
Unit Usaha Mikro 57 189 393 98.77 58 521 987 98.74 2.33
Usaha Usaha Kecil 654 222 1.13 681 522 1.15 4.17
(unit) Usaha
52 106 0.09 59 263 0.10 13.74
Menengah
Usaha Besar 5 066 0.01 4 987 0.01 -1.56
Jumlah UMKM 114 144 082 96.99 123 229 386 96.71 7.96
Tenaga Usaha Mikro 104 624 466 88.90 110 807 864 86.96 5.91
Kerja Usaha Kecil 5 570 231 4.73 7 307 503 5.73 31.19
(orang) Usaha
3 949 385 3.36 5 114 020 4.01 29.49
Menengah
Usaha Besar 3 537 162 3.01 4 194 051 3.29 18.57
PDB UMKM 1 536 918.8 57.57 1 655 430 57.75 7.71
ADHK Usaha Mikro 807 804.5 30.25 848 985 29.62 5.09
2000 Usaha Kecil 342 579.2 12.83 395 426 13.80 15.42
(Rp Usaha
Miliar) 386 535.1 14.48 411 019 14.34 6.33
Menengah
Usaha Besar 1 133 396 42.44 1 211 008 42.25 6.85
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (diolah 2017)
Tabel diatas menunjukkan sektor UMKM terbukti dapat menekan jumlah
pengangguran dengan menyerap tenaga kerja paling banyak dibanding sektor lain.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015, UMKM mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 123 229 386 orang atau sekitar 96.71% dari total
tenaga kerja di Indonesia. Diketahui sektor usaha mikro lebih mendominasi
kontribusinya yaitu sebanyak 110 807 864 orang atau 86.96%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dibandingkan usaha kecil dan menengah, usaha mikro dapat
dijangkau dengan mudah oleh masyarakat terutama masyarakat golongan bawah
yang tersebar di berbagai pelosok daerah.
2

Selain itu, sektor usaha mikro mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Rata-rata sumbangan sektor usaha mikro
pada tahun 2015 terhadap PDB atas dasar harga konstan tahun 2000 yakni sebesar
29.62% atau sekitar Rp848 985 miliar. Sektor usaha mikro memiliki tren
pertumbuhan yang terus meningkat dalam setiap tahunnya. Namun demikian,
banyak usaha mikro yang masih terkendala akan ketersediaan modal dan kesulitan
dalam mengakses pembiayaan. Akibatnya usaha mikro kesulitan dalam
meningkatkan kapasitas usaha dan mengembangkan produk yang mampu bersaing
dengan produk lain. Bank Indonesia menilai jumlah penyaluran kredit UMKM
masih sangat minim. Porsi kredit UMKM sampai September 2016 hanya sebesar
19.7% terhadap total penyaluran kredit perbankan.
Berkaitan dengan hal tersebut, keberadaan lembaga keuangan mikro
sebagai lembaga intermediasi sangat dibutuhkan. Sama halnya dengan Lembaga
Keuangan Mikro Konvensional, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
dinilai mampu memfasilitasi kebutuhan kredit usaha mikro dibandingkan dengan
bank umum yang tidak dapat menjangkau hingga ke pelosok daerah. Pada
dasarnya, peran LKMS (BPRS, Koperasi Syariah/BMT) adalah memberikan
kredit berjumlah kecil kepada masyarakat golongan bawah untuk membiayai
kegiatan produktif dengan menerapkan prinsip kerja sama sesuai syariat Islam.
Keberadaan LKMS mampu menyerap banyak tenaga kerja, yang pada akhirnya
dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran (Andika 2013).
Perbankan syariah dan LKMS memiliki gerak bisnis yang sangat penting
dalam kegiatan pendanaan usaha mikro. Kekuatan dana bank syariah sangat
dibutuhkan oleh LKMS mengingat kendala keterbatasan permodalan yang
dihadapinya. Sementara itu, akses lembaga keuangan mikro terhadap pelaku usaha
miko seperti jumlah kantor jaringan, lokasi dan segmentasi pasar menjadi hal yang
menarik bagi pihak perbankan untuk menjadikan LKMS sebagai jembatan
penghubung dengan sektor usaha mikro tanpa harus membentuk unit bisnis mikro
sendiri. LKMS merupakan ujung tombak yang sangat efektif dalam melayani
pembiayaan masyarakat bawah dan UMKM di sektor riil (Harahap 2008).
Maka dari itu untuk mendorong peran serta lembaga keuangan mikro dan
perbankan dalam mengatasi masalah permodalan UMKM, dibuatlah program
kerja sama yang disebut Linkage Program. Menurut OJK, linkage program
merupakan kerja sama bank umum dan LKM yang dilandasi semanngat kemitraan
bersifat simbiosis mutualistik dengan tetap berorientasi pada aspek bisnis. Linkage
Program merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pengembangan UMKM
(Rahmawaty 2014). Kemunculan program strategis tersebut pertama kali diatur
oleh Bank Indonesia, namun saat ini wewenang linkage diambil alih oleh OJK.
Menurut Bank Indonesia (2009), Linkage Program akan menguntungkan berbagai
pihak yang terlibat dalam penyaluran kredit UMKM. Bank umum diuntungkan
dengan penyerapan dana pembiayaan terhadap sektor UMKM. Bagi bank umum
yang memiliki keterbatasan jaringan, penyaluran pembiayaan dapat teratasi
dengan menjalin kemitraan bersama lembaga keuangan mikro yang mampu
menjangkau pelaku UMKM hingga pelosok daerah. Adapun lembaga keuangan
mikro (BPR/BPRS, BMT, dan Koperasi) akan memperoleh sumber dana
tambahan dari bank mitra. Demikian pula dengan sektor usaha mikro yang sampai
sekarang ini dianggap unbankable, dapat dengan mudah memperoleh pembiayaan
dari perbankan (Hamidah 2015.)
3

Keberadaan sistem linkage program mengatasi masalah keterbatasan dana


penyaluran pembiayaan LKMS, sehingga LKMS dapat meningkatkan kapasitas
penyaluran pembiayaan terhadap sektor usaha mikro. Berkaitan dengan hal
tersebut, Bank Indonesia melaporkan pelaksanaan fungsi sosial dan linkage dari
delapan BUS dan empat UUS selama tahun 2012. Total dana linkage yang telah
dikumpulkan dan disalurkan perbankan syariah tahun 2012 (s.d. Oktober) adalah
sebesar RP439.2 miliar untuk linkage program BMT (Gambar 1). Adapun jumlah
dana linkage yang disalurkan kepada BMT lebih besar dibanding dengan jumlah
dana yang diterima BPRS. Hal tersebut mencerminkan adanya dukungan penuh
serta kepercayaan pihak perbankan kepada BMT sebagai penghubung dengan
sektor mikro. Oleh sebab itu adanya program kerja sama ini dimaksudkan agar
memberikan dampak positif bagi kinerja LKMS (BPRS, Koperasi Syariah/BMT)
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan usaha mikro penerima dana
linkage.

500
439.2
450
400
350
Miliar rupiah

300
250
207.2
200
150
100
42.2 52.7
50
0
CSR ZISWAF Linkage BPRS Linkage BMT

Sumber: Bank Indonesia (Diolah 2017)

Gambar 1 Penyaluran Dana Sosial dan Linkage Perbankan Oktober 2012

Dengan demikian, linkage program diharapkan dapat meningkatkan


kualitas dan kinerja manajemen LKMS. LKMS harus mampu menyalurkan dana
pembiayaan kepada sektor mikro dengan sebaik mungkin yang pada akhirnya
diarahkan pada efektivitas kinerja lembaga tersebut. Maka dari itu, keefektifan
penyaluran dana linkage oleh LKMS menjadi suatu hal yang sangat mendesak dan
patut dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Apabila efektivitas dapat
dicapai maka akan memberikan dampak positif bagi anggota penerima
pembiayaan, yaitu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota yang pada
akhirnya dapat mengurangi angka kemiskinan.
4

Perumusan Masalah

Linkage Program hadir untuk mengatasi berbagai kendala penyaluran


pembiayaan yang dialami oleh sektor usaha mikro, perbankan, dan lembaga
keuangan mikro. Keberadaan linkage program sangat potensial bagi berbagai
pihak yang melakukan kerja sama. Linkage program mendorong perbankan lebih
efisien dalam penyaluran kredit tanpa harus menyediakan sumber daya pemasaran
dan aspek fungsional lainnya. Penyaluran kredit akan lebih cepat melalui LKM
mengingat kemampuannya yang dapat menjangkau pelosok daerah yang menjadi
pusat usaha mikro. Sukarmi et al. (2007) menyarankan agar lembaga keuangan
mikro konvensional/syariah melakukan linkage dengan perbankan umum karena
akan memberikan nilai tambah baik bagi lembaga keuangan maupun usaha mikro
dan kecil. Selain itu, linkage program dapat meningkatkan market share bank
umum dalam penyaluran pembiayaan kepada UMKM.
Linkage program mendorong peningkatan jumlah pembiayaan yang
disalurkan LKMS kepada usaha mikro. Namun pada kenyataanya, sampai saat ini
pelaku usaha mikro masih saja terkendala masalah permodalan dan masih sulit
mengakses lembaga keuangan formal. Padahal tujuan utama sistem linkage adalah
untuk membantu mengatasi permodalan dan meningkatkan volume pembiayaan
yang disalurkan ke sektor usaha mikro. Selain itu, linkage program dimaksudkan
untuk meningkatkan kapasitas perekonomian pelaku usaha mikro yang dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.
Kabupaten Bogor dikenal sebagai daerah yang dilingkupi oleh berbagai
usaha mikro dengan jumlah unit usaha yang cukup banyak, yakni mencapai 18
400 tempat usaha per Desember 2016 (Pikiran Rakyat 2016). Di Kabupaten Bogor
terdapat berbagai lembaga keuangan mikro yang beroperasi baik secara
konvensional maupun syariah serta turut membantu menyelesaikan masalah
permodalan UMKM. Salah satunya adalah Koperasi Baytul Ikhtiar yang saat ini
menjalankan linkage program.
Koperasi Baytul Ikhtiar memberikan pelayanan keuangan mikro dengan
prinsip syariah melalui pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas.
Koperasi tersebut memiliki fokus terhadap masyarakat kelas bawah yang
mengalami kendala permodalan terutama di daerah pedesaan Kabupaten Bogor.
Koperasi ini sudah banyak menjalin kemitraan bersama lembaga perbankan
dengan pola executing. Adapun lembaga perbankan tersebut diantaranya BNI
Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah, dan beberapa bank
syariah lain.
Menurut data BPS Kabupaten Bogor (2014) kredit yang disalurkan oleh
lembaga keuangan di Kabupaten Bogor hanya mencapai 36.64% untuk kredit
modal kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan lembaga keuangan sebagai
media intermediasi belum sepenuhnya optimal dalam mengembangkan sektor
produktif. Sementara itu, koperasi baytul ikhtiar yang memiliki fokus terhadap
sektor mikro idealnya mampu memfasilitasi kebutuhan kredit usaha mikro
mengingat banyaknya kemitraan yang dijalin dengan pihak perbankan dalam hal
pendanaan. Oleh sebab itu untuk melihat sejauh mana kinerja koperasi dalam
penyaluran dana linkage, perlu adanya pengujian terhadap lembaga tersebut dari
segi efektivitasnya. Penyaluran linkage dikatakan efektif apabila pembiayaan yang
diterima end user (anggota) berpengaruh positif terhadap kinerja usahanya.
5

Sehingga tercapailah tujuan akhir sistem linkage dalam mengatasi masalah


permodalan serta membantu mendorong perkembangan sektor usaha mikro.
Berdasarkan uraian tersebut maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1. Bagaimana tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan dana linkage
program yang dikelola oleh LKMS bagi pelaku usaha mikro?
2. Bagaimana dampak penyaluran pembiayaan dana linkage program
terhadap perkembangan usaha mikro?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi kinerja usaha mikro
penerima dana linkage program?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini


adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan dana linkage
program yang dikelola oleh LKMS bagi pelaku usaha mikro
2. Mengidentifikasi dampak penyaluran pembiayaan dana linkage program
terhadap perkembangan usaha mikro
3. Menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi kinerja usaha
mikro penerima dana linkage program

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat,


peneliti, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah, sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan dan/atau
perbaikan kebijakan sebelumnya yang tepat bagi BUS/UUS serta
LKMSdalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan perbankan
syariah dan lembaga keuangan mikro syariah serta mendorong
pertumbuhan UMKM.
2. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), penelitian diharapkan
menjadi bahan evaluasi dan perbaikan sehingga dapat meningkatkan
kinerja dan produktivitas LKMS agar terus mengalami pertumbuhan dan
memberikan kontribusi dalam pengembangan sektor usaha mikro.
3. Bagi masyarakat khususnya pelaku UMKM, diharapkan dapat memberikan
informasi terkait kredit pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan
mikro syariah yang turut membantu dalam permodalan UMKM dalam
mengembangkan usahanya.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat bermanfaat secara akademis terutama
pemahaman dan pengaplikasian ilmu tentang konsep ekonomi syariah dan
peranlinkage program sebagai salah satu program unggulan Bank
Indonesia utnuk mengembangkan sektor UMKM.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penyaluran dana


linkage program pada Koperasi Baytul Ikhtiar Cabang Dramaga, Kabupaten
6

Bogor. Adapun responden dalam penelitian adalah nasabah yang mendapatkan


dana linkage dari pihak koperasi, kemudian diambil 48 orang sebagai sampel.
Responden dipilih secara acak berdasarkan sebaran lokasi usahanya, yang dinilai
bisa mewakili nasabah lain yang jenis dan lokasi usahanya sama.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembiayaan Mikro Syariah

Aktivitas bisnis perbankan dilakukan melalui berbagai teknik dan metode


investasi. Kontrak hubungan investasi antara lembaga keuangan syariah
(Bank/BPRS/Koperasi/BMT) dengan nasabahnya disebut pembiayaan (Rivai dan
Arifin 2010). Adapun penerapannya tergantung pada tujuan dan aktivitas seperti
kontrak mudharabah, musyarakah, murabahah dan sebagainya. Menurut Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2008 pembiayaan merupakan penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil (mudharabah
dan musyarakah), transaksi sewa-menyewa (ijarah atau ijarah muntahiya
bittamlik), transaksi jual-beli (murabahah, salam, dan istishna’), dan transaksi
pinjam meminjam (qardh). Pembiayaan (financing) diberikan oleh satu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan dan
didasarkan pada kesepakatan ketika bertransaksi. Firman Allah SWT dalam Al-
Quran surat An-Nisaa (4:29) dan surat Al-Maidah (5:1).
“Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan (mengambil)
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS An-Nisaa : 29).
“Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian
itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya.” (QS Al-Maidah : 1).
Mekanisme lembaga keuangan syariah tidak membebankan pembayaran
bunga kepada nasabah. Keuntungan lembaga didapatkan melalui kegiatan bagi
hasil atau imbalan margin sesuai dengan akad transaksi yang disepakati oleh
kedua belah pihak. Menurut Rivai dan Arifin (2010) terdapat dua jenis
pembiayaan akad musyarakah antarbank pada lembaga keuangan dalam
pelaksanaannya yaitu konsorium dan joint financing. Adapun pembiayaan
konsorium merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada customer yang
dilakukan secara bersama, biasanya antar sesama bank-bank pemerintah,
meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan bank swasta besar. Pembiayaan
secara konsorium ini dimaksudkan untuk:
1. Memanfaatkan pemberian pembiayaan sesuai dengan kemampuan
dana pembiayaan bank-bank pemerintah atau bank swasta besar guna
menyukseskan pembangunan ekonomi.
7

2. Memberikan manfaat bagi bank-bank yang turut serta dalam


pembiayaan konsorium melalui suatu penukaran pengetahuan,
pengalama, dan informasi sehingga pemberian pembiayaan yang sehat
dan aman dapat terlaksana.
3. Potensi pembiayaan perbankan akan tersalur lebih efektif.
Joint financing merupakan suatu cara pembiayaan yang dilaksanakan
secara bersasama antara bank-bank nasional (bank pemerintah/bank pemerintah
daerah atau bank swasta) dengan bank-bank asing. Adapun tujuan joint financing
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kemungkinan kepada dunia usaha di berbagai daerah
untuk memperoleh jasa-jasa perbankan baik mengenai pembiayaan
maupun jasa-jasa lainnya.
2. Memberikan kesempatan kepada bank asing untuk penyebaran risiko
pembiayaan dengan bank-bank di daerah.

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Lembaga keuangan mikro didirikan untuk melayani kebutuhan finansial


pengusaha mikro yang tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan seperti
perbankan. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) jika mengacu pada Undang-undang
No.1 Tahun 2013 tentang Lembaga keuangan mikro didefinisikan sebagai
lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan
usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan,
maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata
mencari keuntungan. Sementara itu, jika merujuk pada pengertian usaha mikro
berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM), koperasi simpan pinjam yang merupakan bagian dari
lembaga keuangan mikro memberikan layanan kepada usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha mikro.
Koperasi Syariah
Prinsip operasional koperasi syariah adalah membantu kesejahteraan
anggota yang berasas gotong royong dan kekeluargaan serta senantiasa
memelihara unsur kesyariahan dalam membangun kemandirian hidup. Koperasi
merupakan badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan koperasi
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan
usahanya, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi yang tertera dalam
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Berdasarkan
Kepmenkop dan UKM No 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau koperasi
jasa keuangan syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak
di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
Koperasi yang beroperasi dengan sistem syariah adalah sebagai berikut.
1. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan nama generik dari
KJKS/UJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan
8

Syaraiah) yang sekarang dikenal KSPPS (Koperasi Simpan Pinjam


Pembiayaan Syariah).
2. Baitul Qirad (BQ), yang umumnya ada di provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Berbeda dengan BMT, BQ lebih fokus pada kegiatan niaga
saja. Baitul Qirad diartikan sebagai “rumah dagang/niaga”
Menurut Buchori (2012) berdasarkan peran dan fungsinya koperasi syariah
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai manajer Investasi
Koperasi memainkan peran sebagai agen atau sebagai penghubung bagi
para pemilik dana. Koperasi syariah menyalurkan dana kepada calon atau
anggota yang berhak mendapatkan dana atau kepada anggota yang sudah
ditunjuk oleh pemilik dana.
2. Sebagai Investor
Peran sebagai investor (Shahibul Maal) bagi koperasi syariah apabila
sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari pihak lain
kemudian dikelola secara professional dan efektif tanpa persyaratan
khusus dari pemilik dana sedangkan koperasi memiliki hak untuk terbuka
dalam mengelola dana berdasarkan program yang dimilikinya.
3. Fungsi Sosial
Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik
kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat
dhu’afa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat
(emergency loan) dapat memberikan pinjaman kebajikan dengan
pengembalian pokok (Al Qard) yang sumber dananya berasal dari modal
maupun laba yang dihimpun.
Fungsi diatas juga dapat membedakannya dengan koperasi konvensional
dimana konsep koperasi syariah yang mengutamakan prinsip tolong-menolong
yang sesuai dengan ajaran Islam dan tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah.
“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan dan
janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan perbuatan
dosa.” (QS Al-Maidah : 2)
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, lembaga koperasi syariah
membutuhkan dana lebih banyak agar dapat mengembangkan usahanya secara
maksimal. Oleh karena itu koperasi dipermudah dengan adanya program
kerjasama dengan pihak lain seperti bank syariah maupun program-program
pemerintah. Investasi pihak lain merupakan pembiayaan yang berasal dari bukan
anggota dengan menggunakan akad Mudharabah dan Musyarakah dengan waktu
pengembalian sesuai dengan perjanjiaan yang ditetapkan.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Lembaga keuangan mikro syariah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah
kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan konsep utamanya
adalah sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil
dalam upaya pengentasan kemiskinan (Mu’alim dan Abidin 2005). Menurut
Rasidi (2007) ada dua fungsi BMT yang memiliki pengertian berbeda. Pertama,
Baitul Maal merupakan lembaga penerima zakat, infak, sadaqoh (ZIS) yang
9

dijalankan sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sementara Baitul Tamwil


adalah lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan
ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil.

Konsep dan Manfaat Linkage Program

Pemberdayaan UMKM tentunya akan melibatkan bank komersial, baik


bank umum maupun bank pembiayaan rakyat dan lembaga keuanngan mikro yang
beropersi secara konvensional dan berprinsip syariah. Berkaitan dengan hal
tersebut, pendekatan yang paling tepat dalam menjangkau UMKM adalah dengan
Linkage Program Bank Umum dengan Lembaga Keuangan Mikro.
Hal ini sesuai pula dengan program Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
yang mencanangkan Linkage Program pada tahun 2004. Sistem Linkage Program
bank syariah merupakan program pembiayan yang bersifat kemitraan yang
dilaksanakan bank umum syariah kepada lembaga keuangan mikro (BPR/BPRS,
BMT, dan Koperasi/KSPPS) sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan
UMKM. Program ini dibuat agar lembaga keuangan mikro dapat memperluas
akses pembiayaan kepada para anggotanya. API telah menyusun aturan ber-
linkage dengan mengeluarkan Generic Model Linkage Program di awal
kemunculannya. Pola dan skim yang ditawarkan model tersebut diantaranya:
executing, channeling, dan joint financing (Hamidah 2014).
Menurut Maesaroh (2011) pada pola executing distribusi pendapatan
sesuai dengan nisbah yang disepakati antara (BUS/UUS) dengan LKMS. Pada
pola channeling, bank syariah (BUS/UUS) dapat memperoleh nisbah bagi
hasil/margin yang juga dibagikan kepada LKM mitra. Adapun pada pola Joint
Financing bank syariah memperoleh dari nisbah dengan LKMS sesuai proporsi
penyertaan modal. Selain itu juga diatur mengenai nisbah, target, batas plafond,
jaminan dan jangka waktu perjanjian.
Pada pola executing, BUS/UUS menyalurkan dana kepada LKMS
(BPR/BPRS, BMT, Koperasi/KSPPS) untuk selanjutnya disalurkan kepada
UMKM dimana wewenang dalam pemutusan calon mitra (pelaku usaha UMKM)
berada di tangan LKMS. Apabila terjadi kerugian selama itu bukan akibat
kelalaian si pengelola, maka pihak BUS/UUS tidak bertanggungjawab atas
permasalahan dalam pembiayaan kepada UMKM. Apabila digambarkan, maka
skim executing adalah sebagai berikut.

Lembaga
Bank Umum Keuangan Mikro
Syariah/Unit Syariah Usaha Mikro
Usaha (BPRS/Koperasi/ dan Kecil
Mudhrabah
Syariah BMT)

Sumber: Bank Indonesia (diolah 2017)

Gambar 2 Skim Executing pada Linkage Program


10

Pola kedua adalah channeling yakni BUS/UUS akan memberikan


langsung pembiayaan kepada UMKM sehingga risiko di tanggung oleh
BUS/UUS. Dengan demikian kewenangan LKSM hanya sebatas yang diberikan
oleh BUS/UUS. LKMS tidak memiliki wewenang memutuskan pembiayaan
kecuali setelah adanya kuasa yang diberikan oleh BUS/UUS. Akad yang
dipergunakan adalah wakalah, adapun akad antara LKMS dengan UMKM
disesuaikan dengan kebutuhan UMKM dengan tetap memperhatikan pasal 2 PBI
tentang akad. Gambar 3 menunjukkan gambaran skim channeling pada Linkage
Program.

Mudharabah, Murabahah, Ijarah, dll (sesuai kebutuhan)

Lembaga Keuangan
Bank Umum Usaha Mikro
Mikro Syariah
Syariah/Unit dan Kecil
(BPRS/Koperasi/BMT)
Usaha Syariah

Sumber: Bank Indonesia (diolah 2017)

Gambar 3 Skim Channeling pada Linkage Program

Pola ketiga adalah Joint Financing, jenis akad yang dipergunakan adalah
Musyarakah atau Joint Venture Profit Sharing. Melalui kontrak ini, dua pihak
atau lebih (BUS/UUS dan UMKM) mengumpulkan modal untuk membiayai
UMKM. Dalam PBI No.7/46/PBI/2005 disebutkan Musyarakah adalah transaksi
penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk
menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. Berikut adalah skema pola
generic model of linkage program pada skim joint financing (Gambar 4).

Bank Umum
Syariah/Unit
Usaha Syariah
Musyarakah

Usaha Mikro
dan Kecil

Mudharabah, Musyarakah,
Lembaga Keuangan Mikro Murabahah, dll (sesuai kebutuhan)
Syariah
(BPRS/Koperasi/BMT)

Sumber: Bank Indonesia (diolah 2017)

Gambar 4 Skim Joint Financing pada Linkage Program


11

Usaha Mikro

Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008


tentang UMKM mendefinisikan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
atau perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Adapun menurut pasal 6 dalam
Undang-undang tersebut mengatakan bahwa kriteria usaha kecil dilihat dari segi
keuangan dan modal yang dimilikinya, yaitu memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 300 juta/tahun.
Tabel 2 Kriteria UMKM berdasarkan nilai aset dan penjualan
Skala Usaha Nilai Aset Penjualan (per tahun)
Usaha Mikro < Rp50 juta < Rp300 juta
Usaha Kecil Rp50 juta - Rp500 juta Rp300 juta – Rp2.5 miliar
Usaha Menengah Rp500 juta – Rp10 miliar Rp2.5 miliar – Rp50 miliar
Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Muhammad (2009) mengemukakan beberapa peran dan fungsi dari usaha
mikro sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat, antara lain:
1. Penyerapan tenaga kerja
2. Pemerataan pendapatan
3. Nilai tambah bagi produk daerah
4. Peningktan taraf hidup
Usaha-usaha kecil dan menengah sangat dianjurkan bergabung dengan
lembaga keuangan untuk menghadapi persaingan pasar serta meningkatkan
kemampuan berproduksi. Koperasi syariah dan lembaga keuangan syariah yang
pro terhadap sektor mikro bertujuan untuk membantu meningkatkan posisi tawar
menawar yang efisiensi bagi anggota. Pemberdayaan UMKM dan koperasi
dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut (Partomo 2009).
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah yang diarahkan untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan daya saing. Sedangkan
pengembangan usaha mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi
dalam peningkatan pada kelompok berpendapatan rendah.
2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik (good governance).
3. Memperluas basis dan kesempatan usaha dan menumbuhkan wirausaha
baru yang unggul untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor, dan
menciptakan kesempatan kerja.
4. Mengembangkan UMKM untuk semakin berperan dalam penyediaan
barang dan jasa di pasar domestik dan unggul bersaing dengan produk
impor.
5. Membangun dan memperkuat peranan koperasi sebagai lembaga keuangan
yang dekat dengan sektor mikro.
12

Konsep Efektivitas

Untuk menghindari terjadinya permasalahan-permasalahan dalam


pembiayaan, BMT harus mampu menyalurkan pembiayaan seefektif mungkin.
Admiral (1998) mengemukakan bahwa untuk menolong permodalan usaha
masyarakat pedesaan, aspek efektivitas harus terlebih dahulu dicapai, namun juga
tanpa mengabaikan aspek efisiensi. Lembaga perkreditan yang ditujukan untuk
masyarakat seharusnya merupakan suatu lembaga khas pemerintah dalam
melayani golongan miskin, sehingga mempunyai tingkat efektivitas yang baik
dalam kecepatan kemampuannya mencapai sasaran.
Untuk mengukur efektivitas pembiayaan yang dilihat dari kemantapan
prosedur perkreditan tersebut yang dapat diukur berdasarkan faktor-faktor sebagai
berikut (Admiral 1998):
1. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa prosedur perkreditan mampu
menjangkau sasaran secara luas
2. Keragaman mata pencaharian nasabah, yang menunjukkan fleksibilitas
prosedur perkreditan yang dijalankan
3. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam
mengambil kredit
4. Frekuensi tunggakkan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam
menunggak pembayaran dalam satu kali proses peminjaman
5. Penyaluran kredit, sejauh mana tingkat pelayanan yang dilakukan, mulai
dari pengajuan kredit sampai realisasi kredit
Selain itu, Admiral (1998) menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu
penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter
antara lain: persyaratan adminstrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank,
jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/calon nasabah.

Kinerja Usaha

Terdapat beberapa indikator dalam menilai kinerja UMKM. Munizu


(2010) menyatakan indikator tersebut antara lain tingkat pertumbuhan penjualan/
omset, pertumbuhan modal, pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi, pertumbuhan
pasar yang luas, dan tingkat keuntungan/profit. Menurut Harahap (2004)
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1997) laba
seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain
seperti imbalan investasi (return per share). Selain itu, Murwanti dan Sholahuddin
(2013) menggunakan indikator laba bersih untuk melihat perkembangan usaha
mikro. Dalam penelitian ini perkembangan usaha mikro dianalisis melalui
keuntungan/laba usaha. Indikator tersebut merupakan parameter yang dapat
mendeskripsikan kinerja usaha dan dapat dipertanggungjawabkan. Semakin
konkrit indikator, maka akan semakin mudah bagi semua pihak untuk memahami
tolok ukur yang digunakan.
13

Penelitian Terdahulu

Tabel 3 Penelitian Terdahulu


Pengarang Judul Metode Hasil
Nurson Wahid Peranan Kredit Analisa Penyaluran Kredit Modal Kerja
(2011) UMKM dalam Crosstabs, (KMK) dan Kredit investasi
Perekonomian Cross-Section (KI) melalui skema KUR
Indonesia: (Outcome secara makroekonomi
Pendekatan Makro Equation mempunyai dampak terhadap
dan Mikro Model) peningkatan output, menyerap
tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan, meningkatkan
modal, meningkatkan
instrumen finansial, dan
menurunkan ketimpangan
pendapatan. Sementara itu,
secara mikro kredit produktif
UMKM memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
omset usaha, keuntungan,
permodalan, dan tenaga kerja.
Fitra Ananda Analisis Uji Validitas, Hasil Uji pangkat tanda
(2011) Perkembangan Uji Reliabilitas, wilcoxon menunjukkan
Usaha Mikro dan dan Uji Tanda terdapat perbedaan variabel
Kecil Setelah Wilcoxon modal, omset penjualan, dan
Memperoleh keuntungan usaha sebelum dan
Pembiayaan sesudah pembiayaan. Variabel
Mudharabah dari omset dan keuntungan UMK
BMT At- Taqwa mengalami peningkatan yang
Halmahera di Kota sangat berarti.
Semarang
Sri Murwanti Peran Keuangan Regresi Linear Hasil analisis menunjukkan
dan Lembaga Mikro Sederhana adanya perkembangan usaha
Muhammad Syariah untuk pedagang setelah memperoleh
Sholahuddin Usaha Mikro di pembiayaan BMT, baik
(2013) Wonogiri keuntungan ataupun
keuntungan nasabah.
James Assessing the Analisis Hasil penelitian menunjukkan
Copestake, Impact of Deskriptif, bahwa kredit mikro dapat
Sonia Microcredit: A Regresi Linier mengatasi pengentasan
Bhalotra, dan Zambian Case kemiskinan. Kredit mikro
Susan Jhonson Study (2001) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap keuntungan
dan pendapatan rumah tangga.
Selain itu, untuk meningkatkan
efektivitas pembiayaan
diharuskan melakukan
pemantauan secara rutin serta
memperluas jangkauan
pelayanan kredit.
Lukytawati Akses UMKM Regresi Hasil regresi logistik
Anggraeni et Terhadap Logistik, menunjukkan dummy jenis
14

al. (2013) Pembiayaan Mikro Ordinary Least usaha, umur, omset usaha dan
Syariah dan Square (OLS) dummy akses pinjaman
Dampaknya memengaruhi akses UMKM
Terhadap terhadap pembiayaan BMT.
Perkembangan Pembiayaan mikro syariah
Usaha: Kasus BMT BMT mampu meningkatkan
Tadbiirul Ummah, keuntungan UMKM sebesar
Kabupaten Bogor 6.21 persen dari keuntungan
usaha rata-rata per tahun.
Adapun faktor yang
memengaruhi keuntungan
usaha UMKM adalah lama
pendidikan, lama usaha,
besaran pembiayaan, frekuensi
pembiayaan, dan kredit
konvensional.

Kerangka Pemikiran

Sektor usaha mikro saat ini masih harus menghadapi berbagai macam
permasalahan, salah satunya adalah sulitnya akses terhadap permodalan. Hal
tersebut dapat menghambat pelaku UMKM dalam menjalankan aktivitas usaha
dan pengembangan bisnisnya. Oleh sebab itu, peran perbankan syariah dan
lembaga keuangan mikro syariah perlu ditingkatkan mengingat kedua lembaga ini
memiliki fokus terhadap sektor produktif dan turut serta dalam mengatasi masalah
permodalan UMKM.
Linkage Program merupakan program kerja sama kemitraan yang
bertujuan meningkatkan peran serta lembaga keuangan untuk membantu
mengembangkan sektor UMKM. Program kerja sama tersebut melibatkan
perbankan dan lembaga keuangan mikro (BPR/BPRS, BMT, Koperasi/KSPPS)
untuk mempermudah bank umum dalam menyalurkan dananya kepada sektor
UMKM melalui mitra LKM. Peran tersebut juga dilakukan oleh BMT yang juga
menjalin hubungan kemitraan dengan bank komersial sebagai sumber tambahan
dana pembiayaan ke sektor UMKM. Linkage program mendorong peningkatan
jumlah pembiayaan ke sektor usaha mikro. Selain itu, linkage program
diharapkan dapat mendorong kinerja LKMS dalam hal penyaluran dana
pembiayaan ke sektor mikro.
Sebagai lembaga keuagan syariah, BMT harus mampu mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. Salah satunya cara adalah dengan meningkatkan
efektivitas penyaluran dana pembiayaan terutama pada sektor usaha mikro. Hal
tersebut dimaksudkan agar pembiayaan yang disalurkan dapat membantu
pengusaha kecil dan mikro dari masalah permodalan yang dihadapinya. Maka dari
itu, dasar penelitian ini adalah menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan
dana linkage program dan dampaknya pada perkembangan usaha nasabah
penerima dana linkage. Dewi (2001) mengidentifikasi variabel prosedur
pengajuan pembiayaan, prosedur pelaksanaan penyaluran pembiayaan,
pemanfaatan dana pembiayaan, dan pengembalian pembiayaan untuk mengukur
tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan suatu lembaga keuangan. Selain itu,
Sabiti (2016) melihat faktor-faktor yang memengaruhi keuntungan usaha mikro
dalam memperoleh pembiayaan dari LKMS adalah usia, lama pendidikan, lama
15

usaha, dummy jenis kelamin, dummy wilayah, dan dummy religiusitas (lihat
Gambar 5).

Linkage Program

Perbankan Syariah LKMS (BPRS,


(BUS/UUS) Koperasi
Syariah/BMT)

Meningkatkan
Market Share Adanya Sumber
Dana Tambahan
untuk Kredit
Usaha Mikro

UMKM (Terutama
Usaha Mikro)

Akses kepada
Permodalan
Lembaga Keuangan

Analisis Efektifitas Dampak terhadap


Penyaluran Perkembangan
Pembiayaan kepada Usaha Mikro
Usaha Mikro

Peningkatan
Penilaian Efektivitas Keuntungan
Menurut Persepsi
Nasabah Pembiayaan
1. Tahap Pengajuan
2. Tahap Pencairan Rekomendasi
3. Tahap Penyaluran
Pembiayaan Dana
Pemanfaatan
Linkage oleh
4. Tahap LKMS
Pengembalian

Gambar 5 Kerangka Pemikiran


16

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan


di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh penyaluran dana Linkage Program terhadap
peningkatan omset dan keuntungan usaha. Adapun pengaruh yang
diberikan merupakan pengaruh positif dan signifikan.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja usaha mikro antara lain: usia
responden, lama pendidikan, lama usaha, frekuensi pembiayaan, modal
awal, dan besaran pembiayaan yang diterima.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu


Koperasi Baytul Ikhtiar. Penentuan lembaga keuangan mikro syariah sebagai
objek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
bahwa LKMS tersebut merupakan lembaga keuangan yang menjalin kemitraan
dengan BUS/UUS dalam hal pendanaan sektor UMKM. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2017. Penelitian dilakukan kepada nasabah
anggota koperasi cabang dramaga. Adapun sebaran lokasi penelitian menjangkau
Kecamatan Dramaga, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Ciomas, dan Kecamatan
Ciampea.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder terkait dengan penyaluran pembiayaan usaha mikro dengan linkage
program dari pihak koperasi dan anggota peserta pembiayaan. Sumber data
primer berasal dari pihak pertama yakni pihak operasional yang diperoleh melalui
kegiatan wawancara langsung. Lalu kegiatan wawancara juga dilakukan kepada
anggota terpilih dengan menggunakan kuisioner. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari laporan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
mengenai perkembangan UMKM periode 2010-2015, Laporan Bank Indonesia
mengenai besaran dana Linkage Program periode 2012, Otoritas Jasa Keuangan,
Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Bogor, serta literatur dan studi pustaka
lainnya mengenai Linkage program.

Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non probability


sampling (non-acak) yaitu responden dipilih secara sengaja. Pengambilan data
dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur pemilihan sampel
berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok dan diperlukan untuk
menjawab pertanyaan (Juanda 2009). Populasi dari penelitian adalah seluruh
usaha mikro yang menerima pembiayaan dari program kemitraan BUS/UUS.
17

Terdapat 61 anggota koperasi penerima dana linkage BNI Syariah untuk kegiatan
produktif yang sebagian besar melakukan akad murabahah dengan pihak
koperasi. Berdasarkan teori Central Limit Theorem (CLT) untuk sampel
berukuran besar (n ≥ 30), yang berarti terdistribusi normal dapat diklaim mewakili
populasi. Adapun jumlah besaran responden dalam penelitian adalah 48 orang.
Jumlah tersebut dapat mewakili subjek yang ingin dianalisis mengenai
peningkatan keuntungan dan omset usaha responden setelah menerima
pembiayaan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif dengan metode kuantitatif
untuk menganalisis efektivitas penyaluran dana linkage dan pengaruhnya terhadap
perkembangan usaha mikro. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut diperoleh dari
hasil kuisioner dan wawancara 48 nasabah penerima dana linkage program.
Adapun metode pengolahan data yang digunakan untuk mengukur tingkat
efektivitas penyaluran dana linkage yaitu dengan analisis deskriptif dan
menganalisis pengaruh adalah dengan regresi linier berganda dengan metode
OLS.
Skala Likert
Analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah pemberian pembiayaan
dari koperasi efektif dalam meningkatkan usaha, pendapatan, penambahan aset
dan modal usaha maupun penigkatan tingkat pendidikan anak. Menurut Sugiyono
(2012) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penilaian efektivitas
dilakukan dengan mengidentifikasi persepsi nasabah melalui pertanyaan yang
telah disusun dalam kuisioner. Kemudian disusun skor penilaian untuk
menentukan apakah pembiayaan yang disalurkan tergolong efektif atau tidak.
Adapun pilihan terhadap masing-masing jawaban responden diberi skor
sebagai berikut (Akdon 2009):
1. Jawaban “a” diberi skor 3 (mudah, cepat, baik, ringan, meningkat, ramah
dan aktif)
2. Jawaban “b” diberi skor 2 (sedang dan tetap)
3. Jawaban “c” diberi skor 1 berbelit-belit, lama, kurang, berat, menurun, dan
pasif)
Sedangkan untuk menentukan rentang skala terhadap penilaian responden
menggunakan rumus berikut:

Dengan demikian, didapatkan rentang skala untuk penilaian efektivitas


dalam setiap variabel, yaitu:
1. Tidak efektif apabila total skor antara 0%-25%
2. Kurang efektif apabila total skor antara 26%-50%
3. Cukup efektif apabila total skor antara 51%-75%
4. Efektif apabila total skor antara 76%-100%
18

Uji T Berpasangan (Paired Sample T-test)


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
berpasangan (Paired sample t-test). Uji-t berpasangan membandingkan satu
kumpulan pengukuran dengan yang kedua dari sampel yang sama (Kurnia 2010).
Pada penelitian ini, metode pengujian hipotesis uji-t berpasangan digunakan untuk
menganalisis perbedaan omset dan keuntungan usaha sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan. Berikut adalah rumus uji t berpasangan menurut
Walpole (2005).


Keterangan:
d = selisih omset/keuntungan usaha sebelum dan sesudah pembiayaan
Sd = standar deviasi
N = jumlah observasi
Kriteria uji:
- Terima H0 apabila t-hitung > t-tabel, artinya tidak terdapat perbedaan
pendapatan antara kondisi sebelum dan setelah mendapat pembiayaan pada
pelaku usaha mikro pada taraf nyata
- Tolak H0 apabila t-hitung < t-tabel, artinya terdapat perbedaan pendapatan
antara kondisi sebelum dan setelah mendapat pembiayaan pada pelaku
usaha mikro pada taraf nyata
Metode Regresi Berganda dengan OLS
Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square - OLS) merupakan
teknik analisis data yang menunjukkan hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas yang di kembangkan oleh Carl Friedrich Gauss. Pada penelitian ini,
metode OLS digunakan untuk melihat pengaruh pemberian dana linkage program
terhadap kinerja keuangan usaha mikro. Namun sebelum melakukan analisis
tersebut perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu, diantaranya data
menyebar normal, nilai ragam konstan (homoskedastisitas), tidak ada hubungan
linier sempurna antar peubah bebas (multikolinieritas), dan tidak ada korelasi
antar sisaan (autokorelasi) (Juanda 2009). Adapun variabel-variabel dalam
penelitian ini, antara lain pendapatan bersih usaha, lama pengalaman usaha,
frekuensi pinjaman, besar tunggakkan, jangka waktu angsuran, tingkat
pendidikan, dan jumlah agunan. Berikut model OLS dalam penelitian:

Keterangan:
: Keuntungan usaha responden
: Usia responden
: Besaran pembiayaan yang diterima responden
: Besaran modal awal usaha responden
: Lama usaha yang dijalankan responden
19

: Lama pendidikan responden


: Frekuensi pembiayaan yang diterima responden
: Intersep
: Koefisien regresi
: Galat

Definisi Operasional

Keuntungan Usaha : Total keuntungan rata-rata responden pada tahun


tertentu dari hasil usaha yang dihitung dengan
mengurangkan omset usaha dengan beban usaha
(rupiah)
Usia : Lama usia responden yang saat ini melakukan kegiatan
usaha
Plafon Pembiayaan : Besaran realisasi dan pembiayaan yang diterima
responden (rupiah)
Modal Usaha : Besaran modal responden pada awal berdirinya usaha
(rupiah)
Lama Usaha : Lama usaha yang dijalankan responden (tahun)
Lama Pendidikan : Periode responden mengikuti pendidikan formal
(tahun)
Frekuensi Pembiayaan : Intensitas responden menerima dana pembiayaan
koperasi (kali)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Sejarah dan Perkembangan Koperasi Baytul Ikhtiar


Koperasi Baytul Iktiar melakukan aktivitas pemberdayaan masyarakat
berbasis komunitas melalui pelayanan keuangan mikro syariah. Koperasi ini
beralamatkan di Jalan Siaga No.25 Perumahan Pertanian Loji. Terbentuknya
lembaga keuangan ini diawali dengan adanya kerja sama antara yayasan Peramu
(1998) dengan yayasan Baytul Maal Bogor. Kedua yayasan ini merintis program
yang bertujuan untuk melayani masyarakat kalangan bawah yang tidak terjangkau
oleh lembaga perbankan dan lain. Di tahun 1999, nama program berubah menjadi
Kelompok Ikhtiar Swadaya (KIS) yang menjadi cikal bakal dari Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Baytul Ikhtiar saat ini. Kemudian sejak tahun 2003, nama KIS
berubah menjadi Unit Pelayanan Keuangan (UPK) Ikhtiar yang pembentukan
kelompok pedagang sayuran di Pasar Jambu Dua Bogor.
20

Pada tahun 2008, Koperasi Baytul Ikhtiar resmi menjadi koperasi yang
berbadan hukum No.518/169/BH/KPTS/2008. Konsep pemberdayaan yang
diterapkan oleh koperasi sampai saat ini merupakan replika dari pola Grameen
Bank dengan pendekatan secara kelompok yang ditujukan khusus bagi kaum
perempuan. Beradasarkan laporan tahunan koperasi periode 2016, akad
pembiayaan didominasi oleh akad murabahah atau jual beli yakni sekitar 65%
dari portofolio, sedangkan total aset meningkat 11% menjadi Rp54.4 miliar.
Sementara itu, plafond pembiayaan untuk modal kerja hanya mencapai 41% dari
total pembiayaan keseluruhan atau sekitar Rp32.8 miliar di tahun yang sama
(Gambar 6).
35000
30000
25000
Juta Rupiah

20000
15000
10000
5000
0

Sumber: Koperasi Baytul Ikhtiar (2017)

Gambar 6 Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Alokasi Dana

Visi dan Misi


Visi koperasi Baytul Ikhtiar adalah menjadi organisasi keuangan mikro
syariah yang memberdayakan masyarakat miskin melalui pelayanan simpan
pinjam, pendidikan, dan pengorganisasian perempuan dari keluarga miskin.
Adapun misi yang dimiliki, antara lain:
1. Memperluas jangkauan pelayanan keuangan mikro syariah kepada
masyarakat miskin
2. Melakukan pendampingan dan pelayanan kelompok yang terorganisir
3. Membangun jaringan untuk memperkuat pelayanan dan pendampingan
dengan Non Government Organization (NGO), Lembaga Amil Zakat
(LAZ), LKM, pemerintah, swasta, dan perorangan.
Prosedur dan Peraturan
Sebagai lembaga keuangan mikro yang menjalin kemitraan dengan banyak
lembaga keuangan lain, Koperasi Baytul Ikhtiar memiliki prosedur dan peraturan
tertentu untuk menghindari risiko bisnis yang dijalankan. Adapun aturan-aturan
tersebut, antara lain:
21

1. Pembentukkan majelis dan pertemuan rutin


Majelis adalah nama lain dari kelompok yang pada umumnya berjumlah
15 sampai 20 orang dan dibentuk berdasarkan wilayah tempat tinggal.
Proses pembentukkan majelis diawali dengan pendekatan proaktif dan
persuasif dari petugas koperasi terhadap masyarakat di wilayah baru.
Sebelum menjadi anggota koperasi, calon anggota harus mengikuti uji
kelayakan untuk melihat karakter dan kedisiplinannya. Percobaan tersebut
dilakukan dengan memberikan pinjaman sukarela qardh pada jangka
waktu pengembalian beberapa minggu. Adapun pertemuan rutin dilakukan
setiap sepekan sekali selama 50 pekan. Kegiatan yang dilakukan dalam hal
ini meliputi pelayanan koperasi dalam seperti tabungan dan pembiayaan.
2. Prosedur pengajuan dan pencairan pembiayaan
Pengajuan pembiayaan dilakukan setelah majelis terbentuk dan telah
menyelesaikan latihan wajib kelompok selama tiga sampai lima kali
pertemuan. Proses pengajuan harus mendapatkan persetujuan dari anggota
lainnya, jika dalam pembayaran angsuran anggota tersebut mengalami
kesulitan maka anggota lain wajib membantu yang bersangkutang melalui
sistem tanggung renteng. Pencairan pembiayaan dilakukan selama sepekan
atau lebih setelah melalui uji kelayakan oleh pengurus koperasi.
3. Pengembalian pembiayaan
Pengembalian dilakukan dengan cara mengangsur selama 50 pekan sesuai
dengan pertemuan rutin. Pihak koperasi menetapkan imbalanatau margin
sebesar 20% hingga 35% sesuai dengan anggota lain dalam suatu majelis.
4. Tanggung renteng
Jika salah seorang anggota mengalami kesulitan, maka anggota lainnya
akan membantu dengan menanggung anggota yang bersangkutan dalam
pengembalian pembiayaan. Oleh sebab itu, musyawarah dan mufakat
menjadi unsur penting dalam mendukung sistem ini.
Kerja sama dan Jaringan
Pemenuhan modal kerja oleh Koperasi Baytul Ikhtiar dilakukan dengan cara
melakukan kerja sama kemitraan (linkage program) dengan beberapa lembaga
perbankan diantaranya Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Cibinong dan
Sudirman Bogor, Bank Sinarmas Syariah, dan BNI Syariah cabang Fatmawati.
Namun di tahun 2016 tidak ada pencairan pembiayaan baru di BSM cabang
Cibinong, hanya melanjutkan kewajiban angsuran di tahun berikutnya. Semnetara
itu, pencairan pembiayaan dari Bank Sinarmas Syariah mencapai Rp8 miliar dan
dari BNI Syariah mencapai total plafon Rp8.95 miliar yang dilakukan secara
bertahap dengan lima kali pencairan. Pada awal tahun 2017 terjadi peningkatan
jumlah plafon dari PT BNI syariah sehingga total plafon menjadi Rp14.4 miliar
dengan pola executing. Adapun kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh pihak
koperasi dengan perbankan menggunakan akad musyarakah dan mudharabah.

Pelayanan Koperasi
Koperasi Baytul Ikhtiar melakukan pelayanan di 14 cabang yang berada di 6
Kota/kabupaten dengan 48 Kecamatan, 329 desa, dan 2 602 majelis pada tahun
2016. Adapun anggota koperasi tersebar di wilayah Kotamadya Bogor, Kabupaten
22

Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan Garut. Kecamatan Dramaga menempati


wilayah dengan jumlah kelompok dan anggota terbanyak di kabupaten Bogor.
Wilayah kerja cabang Dramaga meliputi Kecamatan Dramaga, Kecamatan
Tenjolaya, Kecamatan Ciomas, dan Kecamatan Ciampea.

Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pelaku usaha
mikro yang memperoleh pembiayaan melalui linkage program bank umum
syariah maupun unit usaha syariah. Penelitian ini melibatkan 48 anggota koperasi
penerima pembiayaan berkelompok yang menjalin kemitraan bersama BNI
Syariah. BNI Syariah merupakan salah satu lembaga perbankan yang memberikan
porsi pembiayaan paling banyak terhadap pihak koperasi. Sementara itu, banyak
anggota koperasi Baytul Ikhtiar cabang dramaga yang memanfaatkan dana linkage
untuk kegiatan produktif. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tujuan
nasabah melakukan pembiayaan adalah untuk tambahan modal usaha. Adapun
seluruh nasabah pembiayaan berkelompok Baytul Ikhtiar adalah perempuan yang
memiliki karakteristik berbeda dalam setiap individu. Berdasarkan hasil studi
lapang, tabel 4 menjelaskan beberapa karakteristik responden dalam penelitian.
Tabel 4 Data statistik deskriptif karakteristik responden
Nilai Nilai Standar
Variabel Rata-rata
Maksimum Minimum Deviasi
Jumlah Tanggungan
3.6458 5 1 0.9998
Keluarga (orang)
Frekuensi
4.3958 10 2 1.8561
Pembiayaan (kali)
Jumlah Tenaga kerja
0.7083 10 0 1.8561
(orang)
Sumber: Data primer (diolah)
Usia
Kriteria usia responden menunjukkan karakteristik yang relatif sama yakni
sebanyak 89.6% responden berada pada usia produktif (20-59 tahun). Adapun
responden pada rentang usia 26-35 tahun sebanyak 20.8% atau sekitar 10 orang,
kemudian pada rentang usia 36-45 tahun sebanyak 37.5% atau sekitar 18 orang.
Pada rentang 46-55 tahun sebanyak 25% atau sekitar 12 orang, dan rentang usia
≥56 tahun sebanyak 8 orang atau sekitar 16.7%.
Tabel 5 Usia responden nasabah pembiayaan linkage program
Jumlah Responden
Usia (Tahun) Presentase (%)
(Orang)
26-35 10 20.8
36-45 18 37.5
46-55 12 25
≥56 8 16.7
Total 48 100
Sumber : Data primer (diolah)
23

Tingkat Pendidikan
Karakteristik tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dibagi
menjadi empat kategori. Berdasarkan data hasil wawancara, mayoritas responden
mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar yakni sebanyak 75% atau 36
responden. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kredit usaha mikro mudah
dijangkau oleh masyarakat kecil. Selanjutnya, terdapat 20.8% atau 10 orang
responden yang mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau sederajat. Hanya ada 4.2% atau 2 orang responden yang sampai pada
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, dan tidak ada responden
yang memiliki tingkat pendidikan sampai Diploma/S1 (lihat tabel 6). Hal ini
menunjukkan bahwa koperasi Baytul Ikhtiar tidak membatasi calon nasabah
dengan ragam tingkat pendidikan dalam penyaluran kredit.
Tabel 6 Tingkat pendidikan responden nasabah pembiayaan linkage program
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
Presentase (%)
Terakhir (Orang)
SD 36 75
SMP/Sederajat 10 20.8
SMA/Sederajat 2 4.2
Diploma/S1 0 0
Total 48 100
Sumber : Data primer (diolah)
Jenis Usaha
Berdasarkan hasil penelitian, bidang usaha yang digeluti responden cukup
beragam. Jenis-jenis bidang usaha tersebut dibagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa. Sebagian
besar nasabah peserta linkage program menjalani usaha pada sektor perdagangan
sebesar 83% dengan jumlah 40 orang (Gambar 7). Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa nasabah pembiayaan usaha mikro di dominasi oleh pedagang seperti
pedagang sembako, sayuran, kreditan, dan sebagainya. Sementara itu, 4%
responden atau 2 orang anggota menekuni sektor industri pengolahan dan 4% atau
2 orang responden lainnya pada sektor jasa, selebihnya 9% responden atau 4
orang anggota menjalankan usaha pada sektor lain-lain yaitu sektor pertanian dan
peternakan.

Industri Jasa Lainnya


Pengolahan 4% 9%
4%

Perdagangan
83%

Sumber: Data primer (diolah)

Gambar 7 Jenis Usaha Responden Peserta Linkage Program Tahun 2017


24

Lama Usaha
Rata-rata pengalaman usaha responden adalah 8 tahun dengan nilai
minimum 1 tahun usia usaha dan nilai maksimum 30 tahun usia usaha. Tabel 7
menunjukkan pengalaman usaha responden yang sebagian besar berada pada
interval 5-10 tahun, yakni sebesar 41.6% atau sekitar 20 orang. Sementara itu,
menyusul usia usaha pada interval <5 tahun sebesar 35% sebanyak 17 orang.
Kemudian, 6.25% responden atau sebanyak 3 orang berada pada interval 11-15
tahun, dan 6.25% responden lainnya pada interval 16-20 tahun. Sisanya 5 orang
responden atau sebesar 10.4% berada pada interval >20 tahun.
Tabel 7 Pengalaman usaha responden peserta pembiayaan linkage program
Jumlah Responden
Usia (Tahun) Presentase (%)
(Orang)
<5 17 35
5-10 20 41.6
11-15 3 6.25
16-20 3 6.25
>20 5 10.4
Total 48 100
Sumber: Data primer (diolah)

Besaran Modal Awal Usaha


Modal merupakan unsur penting dalam memulai usaha. Besaran modal
awal bergantung pada jenis usaha yang akan dijalankan dan wajib dimiliki oleh
setiap pelaku usaha, baik modal mandiri maupun modal yang diperoleh dari pihak
lain. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden menggunakan
modal mandiri untuk keperluan usaha. Namun, ada beberapa responden yang
mendapat modal awal tambahan dari koperasi Baytul Ikhtiar.
Pada responden peserta linkage program yang memiliki besaran modal
paling banyak antara Rp1 000 000 – Rp5 000 000 yaitu sebanyak 24 orang atau
50%. Selanjutnya menyusul pada interval <1 000 000 sebanyak 14 orang atau
29.2%. Kemudian, 4 orang responden berada pada rentang Rp5 000 001 – Rp10
000 000. Sisanya pada rentang >10 000 000 yakni sebesar 12.5% responden atau
sebanyak 6 orang.
Tabel 8 Besaran modal awal responden peserta pembiayaan linkage program
Jumlah Responden
Usia (Tahun) Presentase (%)
(Orang)
<1 000 000 14 29.2
1 000 000 – 5 000 000 24 50
5 000 001 – 10 000 000 4 8.3
>10 000 000 6 12.5
Total 48 100
Sumber: Data primer (diolah)
Besar Pembiayaan
Berdasarkan hasil studi lapang, rata-tara besar plafon pembiayaan yang
diterima oleh responden sebesar Rp3 600 000. Sementara itu, besar plafon paling
rendah adalah sebesar Rp1 500 000 dimana sebagian besar diberikan kepada
25

anggota yang belum lama bergabung dan belum pernah mendapatkan pembiayaan
dari koperasi Baytul Ikhtiar sebelumnya. Sedangkan plafon pembiayaan terbesar
adalah Rp8 000 000. Jumlah plafon tersebut merupakan batas maksimal
pembiayaan yang ditetapkan pihak koperasi untuk akad murabahah. Besar
pembiayaan antara Rp1500 000 sampai Rp 3 500 000 disalurkan kepada 26
anggota atau sebesar 54.17%. Besar pembiayaan yang disalurkan antara Rp3 500
001 sampai Rp5 500 000 sebanyak 15 anggota atau sebesar 31.25%. Kemudian
pada plafon antara Rp5 500 001 sampai Rp7 500 000 sebanyak 6 anggota atau
sebesar 12.5%. Plafon pembiayaan antara diatas Rp7 500 000 hanya diterima oleh
2.1% responden atau sebanyak 1 anggota.

Rp5 500 001 - Rp7 500 > Rp7 500 000


000 2%
13%

Rp3 500 001 - Rp5 Rp1 500 000 - Rp3


500 000 500 00
31% 54%

Sumber: Data primer (diolah)

Gambar 8 Besaran Plafon Pembiayaan yang Diterima Responden

Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Program Bank Syariah pada


Koperasi Baytul Ikhtiar

Penyaluran kredit kepada usaha mikro dengan salah satu program


pemerintah melalui linkage program dimaksudkan untuk membantu
mengembangkan sektor UMKM di Indonesia. Maka dari itu, perlu dilakukan
pengujian untuk mengetahui apakah program tersebut sesuai dengan tujuan
pemerintah dan apakah berdampak pada perkembangan usaha mikro atau tidak.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengevaluasi sejauh mana kinerja
lembaga keuangan dalam pelaksanaan penyaluran kredit.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aryati (2006),
efektivitas pembiayaan dinilai dari prosedur pembiayaan dan dampaknya terhadap
perkembangan usaha pelaku. Adapun prosedur pembiayaan terdiri dari tahap
pengajuan, penyaluran, dam pengembalian. Selanjutnya dampak pembiayaan
terdiri dari peningkatan pendapatan, keuntungan usaha dan perkembangan usaha.
Selain itu, menurut Azzahrah (2014), pembiayaan Mudharabah yang diberikan
kepada anggota BMT untuk modal usaha dapat dikatakan efektif apabila
penggunaan akad pembiayaan tepat, prosedur pembiayaan mudah dan pembiayaan
dapat meningkatkan pendapatan serta keuntungan UMKM. Sedangkan menurut
Syafar (2006), efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT
dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter yakni: persyaratan peminjaman,
prosedur peminjaman, realisasi pembiayaan, besar kecilnya biaya administrasi,
pelayanan petugas, jaminan/agunan pengetahuan dan partisipasi nasabah/calon
26

nasabah, serta apakah memberikan dampak positif atau tidak. Penyaluran


pembiayaan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar melalui linkage program kepada pelaku
usaha mikro dapat dikatakan efektif apabila nilai kriteria terpenuhi. Adapun
kriteria tersebut antara lain: pengajuan pembiayaan, pencairan pembiayaan,
pemanfaatan pembiayaan, pengembalian pembiayaan, dan dampaknya terhadap
kinerja usaha mikro.
Uji validitas dilakukan menggunakan software SPSS 15, dengan uji
Pearson Correlation. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukuran dalan melakukan fungsi ukurnya.
Indikator dapat dikatakan valid apabila nilai t hitung > α. Selanjutnya uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji Alpha Cronbach. Uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan data. Data dapat dikatakan reliabel
jika nilai Alpha Cronbach lebih dari nilai r tabel. Nilai r tabel pada taraf 5% untuk
jumlah sampel 48 adalah 0.2787.

Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Tahap Pengajuan Pembiayaan


Pada tahap pengajuan pembiayaan seluruh anggota wajib memenuhi
prosedur dan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pihak koperasi. Pada tahap
awal, calon nasabah pembiayaan diharuskan melakukan pembukaan rekening
anggota. Selanjutnya nasabah mengisi formulir pengajuan pembiayaan serta
melengkapi persyaratan administrasi. Mengingat tanggung jawabnya terhadap
pihak perbankan, koperasi Baytul Ikhtiar melakukan seleksi terlebih dahulu
terhadap calon nasabah pembiayaan. Hal tersebut merupakan ketentuan umum
yang wajib dipenuhi pihak koperasi dalam upaya meminimalisir pembiayaan
bermasalah. Sementara itu, penilaian terhadap prosedur pengajuan dari sisi
anggota yaitu menggunakan aspek persyaratan, kemudahan prosedur, dan
jaminan.
Tabel 9 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengajuan
pembiayaan
Total Skor A Skor B Skor C
No. Aspek Total
Responden (3) (2) (1)
1 Persyaratan awal 48 46 2 0 142
pembiayaan
2 Kemudahan 48 46 1 1 141
prosedur
3 Nilai jaminan 48 45 3 0 141
Total Skor 424
Sumber: Data primer (2017)
Keterangan:
Skor 1 untuk jawaban berat/berbelit-belit
Skor 2 untuk jawaban sedang
Skor 3 untuk jawaban mudah/ringan

Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel 9, dapat diketahui bahwa


95.8% responden menyatakan persyaratan awal pembiayaan pada koperasi Baytul
Ikhtiar ringan dan mudah dipenuhi. Adapun persyaratan tersebut diantaranya
menjadi anggota koperasi, mengisi formulir pengajuan pembiayaan, menyerahkan
fotokopi KTP dan KK, fotokopi agunan, surat keterangan izin suami, dan
27

persyaratan lain seperti memiliki kemampuan memenuhi angsuran sampai tanggal


jatuh tempo, menjalankan masa percobaan dan pelatihan yang diwajibkan pihak
koperasi selama empat kali pertemuan, bersedia mengikuti pertemuan rutin setiap
minggu, serta bersedia dilakukan survey tempat usaha dan asset pribadi yang
dimiliki. Sisanya yaitu sebanyak 4.2% responden menyatakan bahwa persyaratan
awal cukup sedang, ada beberapa ketentuan yang belum dapat dipenuhi
responden.
Selanjutnya pada tahap prosedur, mulai dari proses pengajuan hingga
pencairan pembiayaan 95.8% responden menyatakan bahwa prosedur mudah dan
tidak berbelit-belit. Sisanya 2.1% menyatakan prosedur relatif sedang, tidak
berbelit belit namun prosesnya cukup rumit dan lama. Kemudian 2.1% lainnya
menyatakan bahwa prosedur pengajuan berbelit-belit, prosesnya rumit dan cukup
lama. Maka dari itu, diharapkan pihak koperasi dapat meningkatkan kemudahan
bagi anggota dalam proses pencairan pembiayaan terutama bagi nasabah baru.
Hasil penelitian lapang menemukan bahwa nilai penyertaan
jaminan/agunan yang dibebankan rata-rata menyesuaikan dengan jumlah plafon
pembiayaan dan tingkat kemampuan anggota. Koperasi tidak mewajibkan
jaminan/agunan untuk pinjaman ≤ Rp5 000 000, namun anggota diwajibkan
bertanggung jawab penuh atas pembiayaan yang diberikan. Sedangkan, untuk
pinjaman > Rp5 000 000 anggota wajib menyertakan jaminan diantaranya surat
kendaraan, alat elektronik, surat pajak tanah, dan sebagainya. Dari 48 responden,
93.75% responden menyatakan jaminan yang dibebankan terbilang ringan dan
tidak memberatkan nasabah pembiayaan. Sisanya, 6.25% responden menyatakan
cukup keberatan terhadap nilai agunan namun tetap mengambil pembiayaan
karena kebutuhan modal usaha.
Total skor efektivitas pembiayaan kepada usaha mikro pada tahap
pengajuan pembiayaan yaitu sebesar 424, dengan presentase sebesar 98%.
Menunjukkan bahwa pihak koperasi sudah efektif dalam pelayanan pengajuan
pembiayaan anggota.

Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Tahap Pencairan Pembiayaan


Sebelum pembiayaan dicairkan, anggota harus memenuhi persyaratan dan
ketentuan yang diberlakukan koperasi. Bagi anggota yang baru memulai
melakukan pinjaman kepada koperasi, diharuskan mengikuti tahap pengenalan
dan pembelajaran terkait mekanisme pembiayaan dan koperasi itu sendiri. Hal
tersebut ditujukan agar calon anggota mengetahui bagaimana tata cara dan aturan
yang harus dipatuhi demi kelancaran kerjasama yang dilakukan. Proses tersebut
berjalan selama paling sedikit tiga sampai lima kali pertemuan yang dilakukan
setiap minggu. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak koperasi, waktu yang
diperlukan untuk pencairan dana pembiayaan adalah satu minggu dari pengajuan.
Hasil studi lapang menemukan bahwa pencairan dana pembiayaan berlangsung
pada hari ke tujuh setelah pengajuan.
28

Tabel 10 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pencairan


pembiayaan
Total Skor Skor B Skor
No. Aspek Total
Responden A (3) (2) C (1)
1 Realisasi pembiayaan 48 7 40 1 102
2 Biaya administrasi 48 45 3 0 141
3 Kemampuan 48 34 14 0 130
koperasi dalam
memeuhi permintaan
pembiayaan
Total Skor 373
Sumber: Data primer (2017)
Keterangan:
Skor 1 untuk jawaban lama/berat/berbelit-belit
Skor 2 untuk jawaban sedang/kurang mampu
Skor 3 untuk jawaban mudah/ringan/mudah

Tabel 10 menunjukkan bahwa 14.6% responden menyatakan proses


pencairan dana pembiayaan tergolong cepat atau tepat tujuh hari setelah
pengajuan. Kemudian 83.3% responden menyatakan bahwa proses pencairan
relatif sedang , sekitar satu sampai satu bulan dari tahap pengajuan. Sisanya yaitu
2.1% responden menyatakan bahwa proses pencairan cukup lama, lebih dari satu
bulan dari pengajuan. Menurut pihak koperasi, realisasi pencairan dana
pembiayaan bergantung pada prestasi anggota baik individu maupun kelompok,
diantaranya kelancaran pembayaran angsuran, kehadiran anggota, dan frekuensi
tanggung renteng. Jika prestasi individu maupun kelompok cukup bagus maka
proses pencairan akan cepat dilakukan, namun sebaliknya jika kondisi individu
dan kelompok kurang baik proses pencairan dapat ditunda.
Menurut keterangan dari pihak koperasi, besar pembayaran biaya
administrasi adalah 10% dari total pinjaman. Selain pembayaran biaya
administrasi, anggota juga dikenakan biaya asuransi sebesar Rp10 000 000.
Kemudian biaya-biaya tambahan seperti simpanan pokok dibayarkan bersama
dengan biaya adminstrasi. Hasil studi lapang menemukan bahwa 93.75%
responden biaya administrasi tergolong ringan atau tidak memberatkan anggota.
Lalu sebanyak 6.25% responden menyatakan biaya tersebut cukup sedang,
anggota merasa kesulitan untuk mencari dana awal.
Kemudian, dilihat dari kemampuan koperasi untuk memenuhi permintaan
pembiayaan menunjukkan sebanyak 70.8% responden menyatakan koperasi dapat
memenuhi permohonan pembiayaan yang diajukan, dan sisanya 29.2% responden
menyatakan bahwa besar pembiayaan yang terealisasi kurang dari besar
pembiayaan yang diajukan (kurang mampu). Sementara itu menurut keterangan
pihak koperasi besaran jumlah dana pembiayaan bergantung pada prestasi
individu dan kelompok, sama halnya dengan proses pencairan. Selain itu,
frekuensi pinjaman juga berpengaruh terhadap besaran dana pembiayaan yang
direalisasikan.
Maka dari itu, didapatkan total skor pada tahap pencairan pembiayaan
koperasi Baytul Ikhtiar sebesar 373, dengan persentase sebesar 86%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada aspek pencairan pembiayaan dapat dikatakan efektif.
Namun, terkait besaran jumlah pembiayaan anggota diharapkan pihak koperasi
29

melakukan pengkajian ulang untuk lebih meningkatkan besaran pembiayaan


hingga dapat memenuhi kebutuhan usaha responden.

Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Tahap Pemanfaatan


Pembiayaan
Tahap pemanfaatan pembiayaan merupakan tahap dimana koperasi
senantiasa melakukan pembimbingan kepada usaha mikro agar memanfaatkan
dana usaha dengan sebagaimana mestinya. Adapun penilaian efektivitas pada
aspek ini meliputi pengawasan dan pembinaan usaha, sikap petugas pada saat
konsultasi, dan keaktifan petugas dalam memberi masukan kepada pelaku usaha
mikro.
Hasil studi lapang menunjukkan bahwa 39.6% responden menyatakan pihak
koperasi aktif melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha anggota.
Kemudian, 41.7% responden menyatakan bahwa pihak koperasi kurang aktif
dalam melakukan pengawasan dan pembinaan dalam arti petugas tergolong jarang
menanyakan kondisi perkembangan usaha anggota. Sisanya, 18.75% responden
menyatakan petugas koperasi tidak aktif atau tidak pernah menanyakan terkait
usaha anggota. Tanggapan responden mengenai pelaksanaan proses pencairan
pembiayaan ditunjukkan pada tabel 11.
Tabel 11 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pemanfaatan
pembiayaan
Total Skor Skor B Skor
No. Aspek Total
Responden A (3) (2) C (1)
1 Pengawasan dan 48 19 20 9 106
pembinaan usaha
anggota
2 Sikap petugas pada 48 44 4 0 140
saat konsultasi
3 Keaktifan petugas 48 8 30 10 94
dalam memberi
masukan terkait
usaha anggota
Total Skor 340
Sumber: Data primer (2017)
Keterangan:
Skor 1 untuk jawaban lama/berat/berbelit-belit
Skor 2 untuk jawaban sedang/kurang mampu
Skor 3 untuk jawaban mudah/ringan/mudah

Selanjutnya, perihal sikap petugas dalam melayani konsultasi anggota yaitu


sebanyak 91.6% menyatakan sikap petugas ramah, dan menanggapi dengan baik.
Hanya 8.4% responden menyatakan bahwa sikap petugas biasa saja, namun tetap
peduli dan melayani anggota dengan baik sesuai prosedur. Sementara itu, dalam
hal memberi masukan dan motivasi kepada anggota sebagian besar responden
yakni 62.5 % menjawab petugas koperasi kurang aktif ketika bertugas dilapangan.
Sisanya, 16.7% responden menyatakan petugas aktif, dan hanya 20.8 % responden
yang menyatakan pihak koperasi tidak aktif memberi masukan dan motivasi
dalam menjalankan usaha anggota.
30

Dengan demikian, di dapat total skor pada aspek pemanfaatan pembiayaan


pada koperasi Baytul Iktiar sebesar 340, dengan persentase 78.7%. Hasil skor
tersebut menunjukkan bahwa tahap pemanfaatan pembiayaan dana linkage
tergolong efektif.

Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Tahap Pengembalian


Pembiayaan
Pengembalian pembiayaan pada koperasi dilakukan sekali dalam
seminggu dengan berkelompok. Sistem tanggung renteng yang diterapkan oleh
koperasi Baytul Ikhtiar dimana jika salah satu anggota tidak dapat membayar
angsuran pada waktu jatuh tempo, maka secara otomatis angsuran tersebut
ditanggung renteng oleh anggota-anggota lain. Hal tersebut merupakan salah cara
untuk meminimalisir kredit macet serta menumbuhkan kesadaran dan tanggung
jawab moral anggota. Adapun penilaian efektivitas pada tahap pengembalian dana
pembiayaan dapat dilihat melalui aspek besar margin pembiayaan dan bagi hasil,
jangka waktu angsuran, dan keaktifan petugas di lapangan.
Besaran margin pembiayaan yang dibebankan merupakan hasil kesepakatan
bersama antara pihak koperasi dengan anggota pada saat akad. Tabel 12
menunjukkan bahwa 58.3% responden menyatakan margin pembiayaan dan bagi
hasil yang dikenakan adalah ringan dan tidak memberatkan. Sedangkan 37.5%
responden menyatakan sedang, dalam artian masih bisa dijangkau responden.
Sisanya, 4.2% responden menjawab memberatkan, sehingga ada kemungkinan
telat bayar angsuran.
Tabel 12 Persepsi responden dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengembalian
pembiayaan
Total Skor Skor B Skor
No. Aspek Total
Responden A (3) (2) C (1)
1 Margin pembiayaan 48 28 18 2 122
dan bagi hasil
2 Jangka waktu 48 23 23 2 117
angsuran
3 Keaktifan petugas di 48 43 5 0 139
lapangan
Total Skor 378
Sumber: Data primer (2017)
Keterangan:
Skor 1 untuk jawaban lama/berat/berbelit-belit
Skor 2 untuk jawaban sedang/kurang mampu
Skor 3 untuk jawaban mudah/ringan/mudah

Pada aspek jangka waktu angsuran, jumlah responden yang menjawab lama
dan sedang menyatakan berimbang, yaitu masing-masing sebanyak 47.9%
responden. Jawaban lama sebagian besar ditunjukkan oleh anggota dengan plafon
pembiayaan relatif kecil sampai menengah, sedangakan jawaban sedang oleh
anggota dengan plafon pembiayaan sedang hingga cukup besar. Sisanya, 4.1%
responden menyatakan bahwa jangka waktu angsuran tergolong cepat.
Selanjutnya, aspek keaktifan petugas lapang dalam melakukan penagihan yakni
31

89.6% responden menyatakan bahwa petugas aktif dan tepat waktu. 10.4%
menyatakan kurang aktif, terkadang petugas koperasi datang tidak tepat waktu.
Hasil total skor pada tahap pengembalian dana pembiayaan memperlihatkan
angka persentasi 87.5% atau sebesar 378. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada tahap ini koperasi Baytul Ikhtiar sudah efektif. Hal tersebut dapat
dilihat dari besarnya margin yang cukup ringan, jangka waktu pembiayaanyang
relatif lama, dan keaktifan petugas dalam penagihan. Pada kenyataannya, hasil
studi lapang memperlihatkan perbedaan persepsi terkait jangka waktu
pengembalian karena masing-masing individu mempunyai kriteria berbeda terkait
jangka waktu tersebut. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi penilaian efektivitas
terhadap kinerja koperasi.

Dampak Penyaluran Dana Linkage yang Diberikan


Salah satu tujuan diterapkannya linkage program adalah untuk mengatasi
masalah permodalan dan membantu mengembangkan usaha UMKM. Maka dari
itu, sudah seharusnya penyaluran dana linkage oleh koperasi Baytul Ikhtiar
memberikan dampak positif bagi perkembangan usaha anggota yang dilihat
melalui aspek perkembangan skala usaha, pendapatan kotor/omset, serta
peningkatan asset usaha.
Berdasarkan informasi pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 77.1%
responden menyatakan bahwa pembiayaan mikro syariah meningkatkan
perkembangan skala usaha anggota. Hasil studi lapang menemukan bahwa
mayoritas pelaku usaha mikro melakukan pembiayaan untuk menambah modal
usaha. Dengan demikian, pelaku usaha mikro dapat memperluas skala usahanya.
Sisanya 22.9% responden menyatakan bahwa skala usaha yang sedang dijalankan
tetap saja tidak ada perubahan. Sebagian besar responden yakni sebanyak 87.5%
menyatakan bahwa pembiayaan mikro syariah meningkatkan pendapatan usaha,
sisanya 12.5% responden menyatakan pendapatan usaha tetap.
Tabel 13 Tanggapan responden mengenai dampak penyaluran pembiayaan yang
diberikan
Total Skor Skor B Skor
No. Aspek Total
Responden A (3) (2) C (1)
1 Perkembangan skala 48 37 11 0 133
usaha anggota
2 Peningkatan 48 42 6 0 138
pendapatan usaha
3 Peningkatan aset 48 20 28 0 116
usaha yang dimiliki
Total Skor 387
Sumber: Data primer (2017)
Keterangan:
Skor 1 untuk jawaban lama/berat/berbelit-belit
Skor 2 untuk jawaban sedang/kurang mampu
Skor 3 untuk jawaban mudah/ringan/mudah

Pada aspek peningkatan jumlah asset yang dimiliki, mayoritas responden


menjawab tetap, yaitu sebanyak 58.3% responden. sebagian besar responden tidak
mengalokasikan tambahan modal untuk menambah aset usaha, namun lebih
32

kepada penambahan barang dagang. Sisanya, 41.7% responden meyatakan ada


peningkatan aset usaha. Hasil akhir total skor yang didapatkan dari dampak
pembiayaan dana linkage oleh Baytul Ikhtiar menunjukkan angka 387 atau sekitar
89.5%. Hal tersebut meunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan dana linkage
berjalan efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan usaha mikro.

Dampak Penyaluran Pembiayaan Dana Linkage Program oleh Lembaga


Keuangan Mikro Syariah terhadap Perkembangan Usaha Mikro

Adanya linkage program dimaksudkan untuk memberikan dampak positif


bagi perkembangan usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para
pelaku usaha mikro. Maka dari itu, untuk mengetahui dampak tersebut dilakukan
uji t berpasangan (Paired sample t test) dengan membandingkan keuntungan dan
omset usaha sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dana linkage.
Tabel 14 Dampak penyaluran dana linkage terhadap perkembangan keuntungan
usaha responden
Std Std error
Indikator Mean T Sig
Deviation mean
Keuntungan -0.25437 0.31565 0.04556 -5.583 0.000
Omset -0.41896 0.59059 0.08524 -4.915 0.000
Sumber: Data primer (diolah)
Tabel 14 menunjukkan hasil uji t berpasangan yang menyatakan bahwa
rata-rata keuntungan dan omset pelaku usaha mikro mengalami kenaikan. Hal
tersebut terlihat dari mean yang bernilai negatif untuk setiap indikator, yaitu -
0.25437 untuk keuntungan dan -0.41896 untuk omset. Nilai negatif menunjukkan
bahwa indikator keuntungan dan omset sesudah mendapat pembiayaan lebih besar
dibanding sebelum mendapat pembiayaan. Selain itu, nilai sig (uji dua arah) pada
kedua indikator menunjukkan angka 0.000 yang berarti < taraf nyata 1%. Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata keuntungan dan rata-rata
omset pada usaha mikro sebelum dan sesudah mendapat dana pembiayaan. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ananda (2011) yang menyatakan
bahwa terjadi peningkatan variabel omset penjualan dan keuntungan usaha setelah
memperoleh pembiayaan dari BMT.
Hasil uji t tersebut mengindikasikan bahwa pembiayaan yang disalurakan
oleh Koperasi Baytul Ikhtiar untuk cabang Dramaga dapat dikatakan
meningkatkan perkembangan usaha mikro yang juga meningktkan kesejahteraan
anggota keluarga pelaku usaha. Hal tersebut tentunya sejalan dengan tujuan
diadakannya linkage program.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Keuntungan Usaha Mikro Setelah


Mendapatkan Pembiayaan Dana Linkage Program

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi keuntungan usaha responden


dilakukan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) menggunakan software
Eviews 8. Tabel 10 menyajikan hasil pengolahan data yakni sebanyak 48
responden yang merupakan anggota koperasi Baytul Ikhtiar penerima dana
linkage dari BNI Syariah.
33

Sebelum melakukan analisis dengan OLS, terdapat beberapa persyaratan


utnuk memenuhi asumsi-asumsi klasik sehingga model dapat dikategorikan BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator). Adapun uji asumsi yang pertama adalah uji
normalitas yaitu penilaian terhadap nilai residual dari model regresi apakah
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan menggunakan
pengujian Jarque-Bera. Hasil estimasi uji asumsi menunjukkan bahwa nilai
signifikansi residual indikator keuntungan adalah 0.472 yang melebihi taraf nyata
10%. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual pada model pendugaan faktor-
faktor yang memengaruhi keuntungan usaha menyebar normal.
Uji asumsi yang kedua yaitu heteroskedastisitas pada model dengan uji
White. Adapun uji ini bertujuan untuk memgetahui ada tidaknya penyimpangan
dengan adanya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Hasil uji
White menunjukkan bahwa nilai probabilitas F hitung adalah 0.735 yang artinya
model terbebas dari gejala heteroskedastisitas.
Uji asumsi selanjutnya adalah uji autokorelasi yaitu untuk mengetahui
keberadaan korelasi antara variabel gangguan yang menyebabkan penaksir tidak
lagi efisien. Pada penelitian, uji asumsi ini menggunakan uji Breusch-Godfrey
Serial Correlation LM Test yang mana hasil estimasi menyatakan bahwa nilai
probabilitas F hitung sebesar 0.574 lebih besar dari taraf nyata 10%. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi autokorelasi pada model.
Selanjutnya, uji asumsi yang terakhir yaitu uji multikolinearitas untuk
melihat keberadaan hubungan linier antar variabel bebas pada model. Hasil
estimasi uji multikolinearitas menurut nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada
variabel bebas dalam model kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi indikasi multikolinearitas pada model. Adapun hasil pendugaan parameter
OLS menunjukkan bahwa nilai R-square pada dependen keuntungan yaitu sebesar
0.5866. Maka dapat diartikan 58.66% keragaman nilai keuntungan usaha dapat
dijelaskan oleh masing-masing variable dalam model, sisanya 41.34% dijelaskan
oleh variabel lain dalam model.
Tabel 15 Faktor-faktor yang memengaruhi keuntungan usaha mikro
Keuntungan
Variabel
Koefisien Prob
Usia -0.218063 0.3965
Lama Pendidikan 1.102145 0.4912
Lama Usaha 0.443479 0.2001
Frekuensi Pembiayaan 3.494879 0.0530*
Modal Awal 0.823924 0.0000***
Pembiayaan 3.668482 0.0651*
Konstanta 2.548703 0.8962
R-squared 0.586656
Adjusted R-squared 0.526166
Prob (F statistic) 0.000001
Sumber: Data primer (diolah)
Keterangan: *) signifikan pada taraf nyata 10%
**) signifikan pada taraf nyata 5%
***) signifikan pada taraf nyata 1%
34

Variabel frekuensi pembiayaan berpengaruh positif terhadap keuntungan


usaha responden dan signifikan pada taraf nyata 10%. Adapun kofisien variabel
frekuensi pembiayaan menunjukkan nilai sebesar 3.494879, Artinya setiap
peningkatan frekuensi pembiayaan yang dilakukan responden sebesar 1 kali, maka
akan ada peningkatan keuntungan usaha yang diperoleh sebanyak 3.494879 juta
rupiah, ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anggraeni et al. (2013) yang menyatakan frekuensi pembiayaan syariah BMT
berpengaruh positif signifikan terhadap perkembangan keuntungan usaha. Hal
tersebut menegaskan bahwa bantuan permodalan usaha mikro oleh pihak koperasi
berdampak positif bagi peningkatan usaha anggota. Semakin lama pelaku usaha
melakukan pembiayaan, semakin bertambah pula keuntungan usaha yang
diperoleh dalam setiap tahunnya
Variabel modal awal menunjukkan hasil yang signifikan dan berpengaruh
positif pada taraf nyata 1% dengan nilai koefisien sebesar 0.823924. Maka berarti,
adanya peningkatan modal awal usaha sebesar 1 juta rupiah akan meningkatkan
keuntungan usaha yang dijalankan sebanyak 0.823924 juta rupiah. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan pemanfaatan modal yang cukup
optimal oleh pelaku usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nazir (2013).
Variabel pembiayaan menunjukkan pengaruh positif pada taraf nyata 10%
terhadap keuntungan yang diperoleh. Sementara itu, koefisien menunjukkan nilai
3.668482, asumsi ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan pembiayaan yang
disalurkan sebanyak 1 juta rupiah, maka akan meningkatakan keuntungan usaha
responden sebesar 3.668482 juta rupiah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Murwanti dan Sholahuddin (2013) yang menunjukkan bahwa
peningkatan besaran pembiayaan yang disalurkan akan meningkatkan keuntungan
pelaku usaha mikro.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Efektivitas penyaluran dana linkage oleh Koperasi Baytul Ikhtiar berdasarkan
penilaian responden dapat dikategorikan cukup efektif. Namun, koperasi
belum sepenuhnya mencapai tingkat efektivitas tertinggi dikarenakan masih
ada beberapa hal yang belum dilaksanakan secara optimal terutama dalam
prosedur pemanfaatan dana pembiayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pengelolaan dana pembiayaan linkage program kepada usaha mikro belum
dilakukan secara maksimal.
2. Penyaluran dana pembiayaan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar memberikan
dampak positif terhadap peningkatan keuntungan dan omset usaha
anggotanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya perubahan
keuntungan dan omset yang diperoleh usaha mikro sebelum dan sesudah
mendapat pembiayaan. Maka dapat disimpulkan bahwa Koperasi BAIK
mampu menyalurkan dana linkage program dengan baik, sehingga
35

pembiayaan yang diberikan berpengaruh positif terhadap perkembangan usaha


mikro yang dijalankan anggota.
3. Adanya pembiayaan mikro syariah memengaruhi perolehan keuntungan yang
didapat oleh pelaku usaha mikro. Adapun faktor-faktor yang signifikan
memengaruhi perolehan keuntungan usaha tersebut adalah variabel frekuensi
pembiayaan, modal awal, dan besaran pembiayaan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang ingin


disampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan penilaian, koperasi Baytul Ikhtiar perlu meningkatkan kinerja
penyaluran terutama pada aktivitas pemanfaatan pembiayaan. Sebaiknya pihak
koperasi dapat meningkatkan pengawasan terhadap usaha anggota dan
memberikan edukasi mengenai perencanaan usaha agar modal dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir
penyalahgunaan modal yang diberikan kepada anggota.
2. Berdasarkan hasil penelitian, lingkage program yang diberikan oleh koperasi
kepada usaha mikro mampu meningkatkan keuntungan dan omset usaha.
Namun, peningkatan tersebut masih cukup rendah dikarenakan besaran
pembiayaan yang disalurkan masih relatif kecil dan belum mencukupi
kebutuhan usaha anggota. Oleh sebab itu, koperasi sebaiknya dapat
meningkatkan besaran pembiayaan yang disalurkan serta memperluas
jangkauan pembiayaan ke ranah mikro. Selain melalui dana linkage,
peningkatan modal koperasi dapat dilakukan dengan meningkatkan tabungan
nasabah yang kemudian akan menambah besaran dan jumlah penyaluran
pembiayaan.
3. Penelitian ini memfokuskan pada efektivitas penyaluran dana linkage program
dan dampaknya terhadap peningkatan keuntungan usaha mikro serta melihat
faktor apa saja yang memengaruhi keuntungan tersebut. Namun, penelitian ini
memiliki keterbatasan terkait variabel yang belum dapat merepresentasikan
modelnya. Maka dari itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar
memasukan variabel yang lebih mendukung model. Selain itu, penelitian
selanjutnya disarankan untuk menilai efektivitas penyaluran pembiayaan tidak
hanya dari sisi responden saja, namun juga dilihat dari sisi lembaganya.

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, Riduwan. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung (ID):
Alfabeta.
Andika, Anggi. 2013. Optimalisasi Sistem Linkage Program pada BMT dalam
Pemberantasan Kemiskinan. [internet][diunduh 2016 Oktober 23]. Tersedia
pada: http://share.pdfonline.com.
Andriani K. 2016. Pengaruh Pembiayaan Mikro Syariah dengan Group Lending
Model dan Individual Lending Model terhadap Kinerja Usaha Mikro.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
36

Anggraeni L, Puspitasari H, Ayubbi SE, Wiliasih R. 2013. Akses UMKM


terhadap Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya terhadap
Perkembangan Usaha: Kasus BMT Tadbiirul Ummah, Bogor. Jurnal Al-
Muzara’ah Vol. I No. 1, 2013.
Aryati. 2006. Analisis Permintaandan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT Khidmatul
Ummah). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Azzahrah. 2014. Analisis Faktor-faktor yang memengaruhi Pemintaan
Pembiayaan Mudharabah bagi UMKM dan Efektivitas Pembiayaan
Mudharabah bagi UMKM. [skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor.
Baskara, IGK. 2013. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. Jurnal Buletin Studi
Ekonomi Vol. 18 No. 2, 2013.
[BI] Bank Indonesia. 2009. Generic Model of Linkage Program.
[internet][diunduh 2017 Feb 15]. Tersedia pada: http://bi.go.id.
[BI] Bank Indonesia. Daftar Bank Umum Pelaku Penandatanganan Linkage
Program Tahun 2008. [internet][diunduh 2017 April 15]. Tersedia pada
http://bi.go.id.
[BI] Bank Indonesia. Daftar Bank Umum Pelaku Penandatanganan Linkage
Program Tahun 2009. [internet][diunduh 2017 April 15]. Tersedia pada
http://bi.go.id.
[BI] Bank Indonesia. 2013. Outlook Perbankan Syariah Tahun 2013.
[internet][diunduh 2017 Juli 31]. Tersedia pada http://bi.go.id.
[BPS] Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor. 2015. Statistik Daerah Kabupaten
Bogor Tahun 2015. [internet][diunduh 2017 September 7]. Tersedia pada
http://bogorkab.bps.go.id.
Buchori NS. 2012. Koperasi Syariah (Teori dan Praktek). Tangerang Selatan
(ID). Pustaka Aufa Media.
Copestake J, Bhalotra S, Johnson S. 2001. Assessing the Impact of Microcredit: A
Zambian Case Study. Journal of Development Studies Vol. 37 No.4, 2001.
Dewi AWS. 2001. Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil Pada Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Effendi J. 2013. The Role of Islamic Econonic Microfinance in Poverty
Alleviation and Environmental Awareness in Pasuruan East Java Indonesia,
Universtatdrucke Gottingen.
Firdaus M. Harmini, Farid MA. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Pr.
Gujarati DN. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Erlangga.
Halim HA. 2016 Des 5. Pelaku UMKM Minta Bantuan Pemkab. Pikiran Rakyat.
[internet][diunduh 2017 Mei 5]. Tersedia pada: http://www.pikiran-
rakyat.com.
Hamidah, Siti. 2015. Analisis Kebijakan Linkage Program Lembaga Keuangan
Syariah dalam Rangka Pemberdayaan UKM di Indonesia. Jurnal Arena
Hukum Vol. 8 No. 2, 2015.
Harahap, Sofyan S. 2008. Peranan Perbankan Syariah dalam Mendorong Sektor
Riil. Jurnal Muamalah, Shariah Economic Forum Universitas Gajah Mada,
Vol. 5, Februari 2008.
37

[IFPRI]: The International Food Policy Research Institute. 2002. The Triangle of
Microfinance: Financial Sustainability, Outreach, and Impact. Number 40,
November 2002.
Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID):
IPB pr.
[Kemenkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2017.
Sandingan Data UMKM Tahun 2010-2015. Unpublished.
[Koperasi BAIK] Koperasi Baytul Ikhtiar. 2017. Laporan Pertanggungjawaban
Kinerja Pengurus KSPPS Baytul Ikhtiar Tahun Buku 2016.
Kurnia, Ahmad. 2010. Kuliah Statistik. [internet][diunduh 2017 Mei 5]. Tersedia
pada: http://www.scribd.com.
Mi’raj, Denizar A. 2015. Linkage Program Bank Syariah dengan BMT: Tujuan
Kritis Bagi Pengembangan Sistem Keuangan Islam yang Lebih Kaffah.
Jurnal Jestt Vol.2 No. 10, 2015.
Mu’allim A, Abidin MA. 2005. Profesionalisme Praktisi Baitul Mal wa Tamwil di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Jurnal Millah Vol. 4 No. 2, 2005.
Muhammad. 2009. Lembaga Keuangan Mikro Syariah: Penguatan Melawan
Kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi Global. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Munizu, Mursan. 2010. Pengaruh Faktor-faktor Eksternal dan Intrernal Terhadap
Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1.33-41. Diakses dari
puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/17987/1789810/09/2
014.
Murwanti S, Sholahuddin M. 2013. Peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah
untuk Usaha Mikro di Wonogiri. Proceeding Seminar Nasional dan Call for
Papers SancallI; 2013 Mar 23; Surakarta, Indonesia. Surakarta (ID): hlm
300-309.
Nawai N, Shariff MNM. 2011. The Importance of Micro Financing to the
Microenterprises Development in Malaysia’s Experience. Journal of Asian
Sosial Science Vol.7 No. 12, Desember 2011.
Nazir. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha kecil dan
Menengah di Kota Lhoksemawe. Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi
Indonesia, 2013.
Nisaputra R. 2016 Sep 15. BI: Porsi Penyaluran Kredit UMKM Baru 19,7%.
Infobank News. [internet][diunduh 2017 Mei 5]. Tersedia pada:
http://www.infobanknews.com.
Nurfilaeli, Dhika. 2014. Persepsi Nasabah Mengenai Pengaruh Pembiayaan
Syariah terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Menengah pada
BMT Mentati Bumi Kemangkon Purbalingga. Jurnal Kompartemen Vol.7
No.2, 2014.
[OJK] Ototritas Jasa Keuangan. 2014. OJK Pedia “Linkage Program”.
[internet][diunduh 2017 September 14]. Tersedia pada http://ojk.go.id.
Partomo TS. 2009. Ekonomi Koperasi. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Rahmawaty A. 2014. Sistem Linkage Program Bank Syariah: Upaya Penguatan
Microfinance Syariah. Jurnal Muamalah Vol.2 No. 3, 2014.
Ridwan M. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta (ID):
UII Pr.
38

Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung (ID):


Alfabeta.
Rivai, V dan Arifin, A. 2010. Islamic Banking (Sistem Bank Bukan Hanya
Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan
Perbankan & Ekonomi Global). Jakarta: Bumi Aksara.
Roodman D, Morduch J. 2009. The Impact of Microcredit on the Poor in
Bangladesh: Revisiting the Evidence. CGD Working Paper 174.
Washington, DC: Center for Global Development.
Sabiti, MB. 2016. Efektivitas Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya
terhadap Pengurangan Kemiskinan di Kabupaten Bogor (Studi Komparatif
Desa Swasembada dan Desa Swakarya). [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Saktiawan IR. 2015. Mengenal group lending dan individual lending, dua
pendekatan dalam dunia PDB. [internet]. Tersedia pada:
http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=7404&catid=2&.
Sukarmi, Maskie G, Kusumaningrum A, Rahadian P.2007. Analisis potensi Bisnis
UKM Jawa TImur dalam Rangka Menghadapi Integrasi Pasar ASEAN.
Penelitian atas kerjasama antara Bank Indonesia dan Lembaga Riset
Perbankan Jawa TImur (LRPD), 2017.
Syafar. 2006. Analisis Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah terhadap Petani
Agribisnis Sayuran pada Program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
(ID): Alfabeta.
Tunas ANP. 2014. Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widiyanto MC, Ismail AG, Wibowo KA. 2016. BMT Praktik dan Kasus. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Walpole RE. 2005. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Sumantri B, penerjemah.
Jakarta (ID): PT Gramedia. Terjemahan dari: Introduction to Statistic 3nd
Edition.
39

Lampiran 1 Kuisioner penelitian responden peserta pembiayaan linkage program

KUISIONER PENELITIAN

Analisis Efektivitas Penyaluran Dana Linkage Program pada Lembaga


Keuangan Mikro Syariah dan Dampaknya Terhadap Kinerja Usaha Mikro

Kuisioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk


tugas skripsi oleh Elis Nurmaliah (H54130035), mahasiswi program sarjana
Ekonomi Syariah, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat perkembangan usaha mikro penerima pembiayaan dana linkage. Mohon
Bapak/Ibu berkenan mengisi kuisioner dengan jujur dan membentu keberhasilan
penelitian ini. Kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, maka
jawaban yang Bapak/Ibu sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas
kerja sama dan partisipasinya Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hari/Tanggal Wawancara : …………………………………………..
Pukul : …………………………………………..
Tempat : …………………………………………..

Karakteristik Responden

Nama pemilik usaha :


Jenis Kelamin* : P/L
Usia : ....... tahun
Alamat usaha
:

Pendidikan terakhir* : 1. SD 3. SMA/SMK


2. SMP 4. Diploma/Sarjana
1. Belum Menikah
Status* : 2. Menikah
3. Duda/Janda
Agama :
Pekerjaan utama :
Pekerjaan sampingan :
*) Jawaban dilingkari
40

Komposisi Anggota Rumah Tangga (yang Tinggal dalam Satu Rumah dan
Masih Dibiayai)

No. Nama Usia(tahun) Pendidikan Status Peker- Lama


Terakhir dalam jaan Bekerja
Rumah (tahun)
Tangga
1.

2.

3.

4.

Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga per bulan


Besar Pendapatan
No. Sumber Pemasukan Jenis Pekerjaan
perbulan (Rp)
1. Suami

2. Istri

3. Anak

4.
Total

Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga per bulan


No. Jenis Total Biaya (Rp)
1. Konsumsi makanan sehari-hari
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Air dan Listrik
5. Lainnya
Total

Karakteristik Usaha Responden


1. Jenis usaha yang dilakukan oleh Bapak/Ibu?
.................................................................................................
2. Dimanakah lokasi usaha Bapak/Ibu berada?
………………………………........................................................
3. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjalankan usaha ini?
41

……… tahun, sejak tahuh ……...


4. Berapakah modal usaha Bapak/Ibu saat mendirikan usaha?
Rp ……………………………………..
Sumber modal: ………………………..
5. Berapakah jumlah karyawan (di luar anggota keluarga) yang turut bekerja
dalam usaha Bapak/Ibu?
……….. orang
6. Dipakai untuk apa sajakah dana pembiayaan yang Bapak/Ibu terima?
...............................................................................................
7. Berdasarkan pengalaman, berapakah rata-rata omzet yang Bapak/Ibu
peroleh perharinya?
2016: Rp ……………………………...
2017: Rp ……………………………...
8. Berapakah rata-rata keuntungan bersih yang Bapak/Ibu peroleh
perharinya?
2016: …………………………………..
2017: …………………………………..

Akses Pembiayaan ke Koperasi Baytul Ikhtiar


1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi nasabah pembiayaan Koperasi
Baytul Ikhtiar? …………….. bulan/tahun
2. Sudah berapa kali Bapak/Ibu mendapatkan pembiayaan dari Koperasi
Baytul Ikhtiar? …………….. kali
3. Seberapa sering Bpak/Ibu mengunjungi Koperasi Baytul Ikhtiar dalam 1
(satu) bulan?
1 = < 1 kali
2 = 1-3 kali
3 = > 3 kali
4. Apakah alasan Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan usaha dari Koperasi
Baytul Ikhtiar?
1 = Keterbatasan modal usaha
2 = Membayar utang
3 = Manambah/membeli
4 = Lainnya, sebutkan …………………................................................
5. Akad pembiayaan yang dilakukan dengan Koperasi Baytul Ikhtiar?
1 = Murabahah
2 = Ijarah
3 = Hiwalah
6. Besarnya bagi hasil yang disepakati?
BMT = ……… % dan Nasabah = ……… %
7. Berapakah jangka waktu (masa tenor) yang diberikan oleh Koperasi
Baytul Ikhtiar dalam pengembalian pembiayaan? ………. Bulan/tahun
8. Bagaimana sistem pembayaran cicilan/angsuran yang diterapkan?
Rp ……………………………………
a. Waktu
1 = Harian
2 = Mingguan
42

3 = Bulanan
4 = Lainny, sebutkan …………...
b. Cara:
1 = Dijemput oleh petugas BMT
2 = Diantar ke BMT
3 = Lainnya, sebutkan ………….
9. Apakah Koperasi Baytul Ikhtiar menerapkan persyaratan agunan sebelum
memberikan pembiayaan?
a. Ya
Apakah agunan yang disepakati? ………………………………..
Berapakah nilai dari agunan tersebut? Rp ……………………….
b. Tidak
10. Apakah dalam pengambilan pernah mengalami penunggakkan (pilih salah
satu)?
a. Ya, sanksi/teguran yang diberikan ……………………………….
b. Tidak
11. Menurut Bapak/Ibu, apakah pembiayaan yang telah diberikan oleh
Koperasi Baytul Ikhtiar bermanfaat terhadap perkembangan usaha
Bapak/Ibu (pilih salah satu)?
a. Ya
b. Tidak

Kuisioner Penilaian Efektivitas Pembiayaan Mikro Syariah


A. Pengajuan Pembiayaan
1. Menurut Anda, bagaimana prosedur persyaratan awal dalam pengajuan
pembiayaan?
a. Ringan (mudah dipenuhi oleh anggota)
b. Sedang (ada ketentuan yang tidak dapat dipenuhi oleh anggota)
c. Berat (sulit dipenuhi oleh anggota)
2. Bagaimana tahapan yang harus dilalui dari proses permohonan
pembiayaan sampai dengan dicairkannya pembiayaan yang diajukan?
a. Mudah (tidak berbelit-belit)
b. Sedang (tidak terlalu berbelit-belit, tapi prosesnya lambat)
c. Berbelit-belit (prosesnya lambat dan lama)
3. Bagaimana terkait kemudahan jaminan yang disyaratkan, seperti harus
melampirkan sertifikat/akta jual beli tanah/bangunan, BPKB kendaraan
dan lain-lain.
a. Ringan (anggota tidak keberatan dengan jaminan yang disyaratkan),
sebutkan:
b. Sedang (anggota agak keberatan, tpi tetap mengambil pembiayaan
karena kebutuhan), sebutkan:
c. Berat (anggota keberatan dengan jaminan yang disyaratkan),
sebutkan:
B. Pencarian Pembiayaan
1. Cairnya pembiayaan setelah melalui berbagai tahapan proses setelah
pembiayaan disetujui.
a. Cepat (kurang dari 7 hari setelah pengajuaan pembiayaan)
b. Sedang (1 minggu – 1 bulan sejak pengajuan pembiayaan)
43

c. Lambat (lebih dari 1 bulan sejak pengajuan pembiayaan)


2. Biaya administrasi yang dibebankan pada anggota selama proses
permohonan pembiayan hingga selesai.
a. Ringan (tidak memberatkan anggota), sebutkan Rp……...
b. Sedang (anggota sulit untuk mencari dana awal), sebutkan
Rp……….
c. Berat (anggota merasa keberatan dan tidak mampu membayar biaya
administrasi yang dibebankan), sebutkan Rp…………
3. Kemampuan BMT dalam memenuhi permintaan pembiayaan oleh
anggota. Jika BMT selalu memenuhi permohonan pembiayaan yang
diminta dimana besar pengajuan sama dengan realisasi pembiayaan
dikatakan mampu, besar pembiayaan yang terealisasi kurang dari besar
pengajuan (kurang mampu), besar pembiayaan jauh dari pengajuan (tidak
mampu)
a. Mampu
b. Kurang mampu, pengajuan Rp…………., realisasi Rp………….
c. Tidak mampu, pengajuan Rp……………, realisasi Rp………….
C. Pemanfaatan Pembiayaan
1. Pihak BMT selalu datang terjadwal untuk melihat perkembangan usaha
anggotanya (dikatakan aktif), terkadang tidak datang sesuai jadwal
(kurang aktif), tidak pernah datang untuk melihat perkembangan usaha
(tidak aktif).
a. Aktif
b. Kurang aktif
c. Tidak aktif
2. Pelayanan BMT kepada anggota saat mereka melakukan konsultasi
perkembangan usaha
a. Ramah
b. Biasa saja
c. Tidak ramah
3. Pihak BMT selalu memberikan masukan maupun arahan dan motivasi
dalam menjalankan usaha anggota.
a. Aktif
b. Kurang aktif
c. Tidak aktif
D. Pengembalian Pembiayaan
1. Jumlah margin pembiayaan yang harus dibayar oleh anggota.
a. Ringan (tidak memberatkan), sebutkan: Rp……
b. Sedang (margin masih terjangkau, tapi terkadang masih telat bayar),
sebutkan: Rp…....
c. Berat (margin memberatkan, sehingga telat bayar), sebutkan:
Rp……
2. Selang waktu anggota melunasi pengembalian pembiayaan. Jangka
waktu ini telah disepakati bersama oleh anggota dan BMT. Sebutkan,
…..
a. Lama, hari/bulan/tahun*
b. Sedang, hari/bulan/tahun*
c. Cepat, hari/bulan/tahun*
44

3. Petugas BMT dalam melakukan penagihan di lapang. Sebutkan, …..


a. Aktif
b.Kurang aktif
c. Tidak aktif
E. Dampak Pembiayaan yang diberikan
1. Skala Usaha
a. Meningkat b. Tetap c. Menurun
2. Jumlah Pembeli
a. Meningkat b. Tetap c. Menurun
3. Tingkat Pendidikan Anak
a. Meningkat b. Tetap c. Menurun
4. Tingkat Pendapatan
a. Meningkat b. Tetap c. Menurun
Keterangan (Rp)/bulan
Rame:
Sebelum pembiayaan
Sepi:
Rame:
Setelah pembiayaan
Sepi:

5. Tingkat Keuntungan
a. Meningkat b. Tetap c. Menurun
Keterangan (Rp)/bulan
Rame:
Sebelum pembiayaan
Sepi:
Rame:
Setelah pembiayaan
Sepi:

6. Aset yang dimiliki


a. Meningkat b. Tetap c. Menurun
Jika meningkat atau menurun, sebutkan:
Kendaraan. Sebutkan:
Alat elektonik. Sebutkan:
Perabot rumah tangga. Sebutkan:
Lainnya. Sebutkan:
45

Lampiran 2 Uji validitas dan reliabilitas efektivitas penyaluran pembiayaan dana


linkage program
Tahap Pengajuan Pembiayaan

Correlations
waler1 waler2 waler3 totalskor
waler1 Pearson Correlation 1 .288(*) .377(**) .613(**)
Sig. (2-tailed) .047 .008 .000
N 48 48 48 48
waler2 Pearson Correlation .288(*) 1 .764(**) .897(**)
Sig. (2-tailed) .047 .000 .000
N 48 48 48 48
waler3 Pearson Correlation .377(**) .764(**) 1 .897(**)
Sig. (2-tailed) .008 .000 .000
N 48 48 48 48
totalskor Pearson Correlation .613(**) .897(**) .897(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 48 48 48 48
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 48 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 48 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.733 3

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
waler1 5.88 .282 .347 .849
waler2 5.90 .138 .660 .540
waler3 5.90 .180 .755 .413
46

Tahap Pencairan Pembiayaan

Correlations
waler4 waler5 waler6 totalskor
waler4 Pearson Correlation 1 .083 .297(*) .749(**)
Sig. (2-tailed) .575 .040 .000
N 48 48 48 48
waler5 Pearson Correlation .083 1 .079 .434(**)
Sig. (2-tailed) .575 .591 .002
N 48 48 48 48
waler6 Pearson Correlation .297(*) .079 1 .765(**)
Sig. (2-tailed) .040 .591 .000
N 48 48 48 48
totalskor Pearson Correlation .749(**) .434(**) .765(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000
N 48 48 48 48
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 48 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 48 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.375 3

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
waler4 5.73 .244 .288 .131
waler5 4.92 .418 .101 .458
waler6 5.06 .230 .284 .139
47

Tahap Pemanfaatan Pembiayaan

Correlations
waler7 waler8 waler9 totalskor
waler7 Pearson Correlation 1 .413(**) .478(**) .873(**)
Sig. (2-tailed) .003 .001 .000
N 48 48 48 48
waler8 Pearson Correlation .413(**) 1 .350(*) .612(**)
Sig. (2-tailed) .003 .015 .000
N 48 48 48 48
waler9 Pearson Correlation .478(**) .350(*) 1 .809(**)
Sig. (2-tailed) .001 .015 .000
N 48 48 48 48
totalskor Pearson Correlation .873(**) .612(**) .809(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 48 48 48 48
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 48 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 48 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.632 3

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
waler7 4.85 .553 .539 .423
waler8 4.17 1.291 .447 .639
waler9 5.15 .766 .506 .435
48

Tahap Pengembalian Pembiayaan

Correlations
waler10 waler11 waler12 totalskor
waler10 Pearson Correlation 1 .165 .321(*) .775(**)
Sig. (2-tailed) .261 .026 .000
N 48 48 48 48
waler11 Pearson Correlation .165 1 .022 .681(**)
Sig. (2-tailed) .261 .881 .000
N 48 48 48 48
waler12 Pearson Correlation .321(*) .022 1 .507(**)
Sig. (2-tailed) .026 .881 .000
N 48 48 48 48
totalskor Pearson Correlation .775(**) .681(**) .507(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 48 48 48 48
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 48 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 48 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.351 3

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
waler10 5.33 .440 .294 .036
waler11 5.44 .549 .139 .420
waler12 4.98 .787 .225 .284
49

Dampak Pembiayaam pada Usaha Mikro

Correlations
waler13 waler14 waler15 totalskor
waler13 Pearson Correlation 1 .543(**) .159 .736(**)
Sig. (2-tailed) .000 .280 .000
N 48 48 48 48
waler14 Pearson Correlation .543(**) 1 .319(*) .777(**)
Sig. (2-tailed) .000 .027 .000
N 48 48 48 48
waler15 Pearson Correlation .159 .319(*) 1 .722(**)
Sig. (2-tailed) .280 .027 .000
N 48 48 48 48
totalskor Pearson Correlation .736(**) .777(**) .722(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 48 48 48 48
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 48 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 48 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.567 3

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
waler13 5.29 .466 .382 .456
waler14 5.19 .496 .554 .272
waler15 5.65 .446 .261 .691
50

Lampiran 3 Uji normalitas dan uji t berpasangan (paired sample t test)

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
KEUNTUNGAN_BFR .090 48 .200(*) .987 48 .864
KEUNTUNGAN_AFR .122 48 .072 .974 48 .361
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Sig. (2-
Std. Interval of the t df
Std. tailed)
Mean Error Difference
Deviation
Mean
Lower Upper
P KEUNTUNGAN_
a BFR -
-.23208 .18871 .02724 -.28688 -.17729 -8.520 47 .000
ir KEUNTUNGAN_
1 AFR
51

Lampiran 4 Uji asumsi klasik

ESTIMASI PARAMETER
Dependent Variable: KEUNTUNGAN_
Method: Least Squares
Date: 07/15/17 Time: 08:52
Sample: 1 48
Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

USIA -0.218063 0.254474 -0.856918 0.3965


PEMB_ 3.668482 1.935522 1.895345 0.0651
MODAL_ 0.823924 0.171728 4.797831 0.0000
LUSH 0.443479 0.340525 1.302338 0.2001
LPEND 1.102145 1.586466 0.694717 0.4912
FREK 3.494879 1.754151 1.992348 0.0530
C 2.548703 19.41533 0.131273 0.8962

R-squared 0.586656 Mean dependent var 38.18646


Adjusted R-squared 0.526166 S.D. dependent var 23.79250
S.E. of regression 16.37771 Akaike info criterion 8.563758
Sum squared resid 10997.41 Schwarz criterion 8.836641
Log likelihood -198.5302 Hannan-Quinn criter. 8.666881
F-statistic 9.698479 Durbin-Watson stat 1.796386
Prob(F-statistic) 0.000001

HETEROSKEDASTISITAS
Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.774566 Prob. F(27,20) 0.7355


Obs*R-squared 24.53574 Prob. Chi-Square(27) 0.6005
Scaled explained SS 12.95652 Prob. Chi-Square(27) 0.9895

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 07/15/17 Time: 09:06
Sample: 1 48
Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1458.459 3138.670 0.464674 0.6472


USIA^2 0.064128 0.628351 0.102057 0.9197
USIA*PEMB_ 7.103831 4.824317 1.472505 0.1564
USIA*MODAL_ -0.820000 1.709909 -0.479558 0.6367
USIA*LUSH 0.414230 1.277490 0.324253 0.7491
USIA*LPEND 0.810319 5.236549 0.154743 0.8786
USIA*FREK -3.640577 4.540575 -0.801788 0.4321
USIA -16.80664 79.59378 -0.211155 0.8349
PEMB_^2 5.914995 36.51459 0.161990 0.8729
PEMB_*MODAL_ -47.67857 33.42126 -1.426594 0.1691
PEMB_*LUSH 21.70127 12.53030 1.731904 0.0987
52

PEMB_*LPEND 23.75084 50.15160 0.473581 0.6409


PEMB_*FREK -14.04630 63.73753 -0.220377 0.8278
PEMB_ -517.8246 501.8369 -1.031858 0.3145
MODAL_^2 1.256899 0.865037 1.453001 0.1617
MODAL_*LUSH 4.988012 3.434768 1.452212 0.1620
MODAL_*LPEND 8.403690 8.904861 0.943719 0.3566
MODAL_*FREK 25.69227 27.36980 0.938709 0.3591
MODAL_ -12.28998 107.5680 -0.114253 0.9102
LUSH^2 -1.274351 1.321998 -0.963958 0.3466
LUSH*LPEND 15.32040 8.905101 1.720407 0.1008
LUSH*FREK -16.62223 11.89794 -1.397068 0.1777
LUSH -102.9768 108.3399 -0.950498 0.3532
LPEND^2 3.394468 33.56441 0.101133 0.9205
LPEND*FREK -15.56400 50.64070 -0.307342 0.7618
LPEND -195.3915 523.2741 -0.373402 0.7128
FREK^2 5.574710 33.22768 0.167773 0.8684
FREK 365.2636 421.2342 0.867127 0.3962

R-squared 0.511161 Mean dependent var 229.1127


Adjusted R-squared -0.148771 S.D. dependent var 278.5722
S.E. of regression 298.5757 Akaike info criterion 14.52712
Sum squared resid 1782949. Schwarz criterion 15.61866
Log likelihood -320.6509 Hannan-Quinn criter. 14.93961
F-statistic 0.774566 Durbin-Watson stat 2.015428
Prob(F-statistic) 0.735523

MULTIKOLINEARITAS
Variance Inflation Factors
Date: 07/15/17 Time: 09:14
Sample: 1 48
Included observations: 48

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

USIA 0.064757 23.08585 1.115838


PEMB_ 3.746245 10.83778 2.149455
MODAL_ 0.029491 1.368844 1.161043
LUSH 0.115958 2.823399 1.287186
LPEND 2.516875 22.46359 1.175257
FREK 3.077046 12.60739 1.967156
C 376.9551 67.45659 NA

UJI AUTOKORELASI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.562436 Prob. F(2,39) 0.5744


Obs*R-squared 1.345645 Prob. Chi-Square(2) 0.5103
53

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 07/15/17 Time: 09:04
Sample: 1 48
Included observations: 48
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

USIA -0.022479 0.258110 -0.087090 0.9310


PEMB_ -0.025917 1.964553 -0.013192 0.9895
MODAL_ -0.012064 0.178193 -0.067702 0.9464
LUSH -0.093503 0.355569 -0.262967 0.7940
LPEND 0.476446 1.665650 0.286042 0.7764
FREK -0.001726 1.799925 -0.000959 0.9992
C -1.439753 19.71114 -0.073043 0.9421
RESID(-1) 0.108878 0.171561 0.634630 0.5294
RESID(-2) 0.147255 0.173045 0.850963 0.4000

R-squared 0.028034 Mean dependent var 9.62E-16


Adjusted R-squared -0.171343 S.D. dependent var 15.29665
S.E. of regression 16.55535 Akaike info criterion 8.618656
Sum squared resid 10689.10 Schwarz criterion 8.969506
Log likelihood -197.8477 Hannan-Quinn criter. 8.751243
F-statistic 0.140609 Durbin-Watson stat 1.958893
Prob(F-statistic) 0.996717

10
Series: Residuals
Sample 1 48
8 Observations 48

Mean 9.62e-16
6 Median -2.589728
Maximum 32.87580
Minimum -29.31950
Std. Dev. 15.29665
4
Skewness 0.333322
Kurtosis 2.447551
2
Jarque-Bera 1.499226
Probability 0.472550
0
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35
54

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 10 September 1995 dari ayah


Mahpudin dan Ibu Nunung Nurjanah. Penulis merupakan anak kelima dari lima
bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Nurul Ikhsan dan melanjutkan
pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Sagalaherang 03. Selanjutnya, pada tahun
2007 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri
1 Sagalaherang. Kemudian melajutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Subang yang
lulus pada tahun 2013. Setelah itu, pada tahun yang sama penulis melajutkan
sekolah perguruan tinggi di Institiut Pertanian Bogor pada Program Studi
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi dan
kepanitiaan yang diselenggarakan UKM, fakultas, dan departemen. Penulis aktif
menjadi pengurus himpunan mahasiswa ekonomi syariah IPB (Sharia Economics
Student Club) di Divisi Media Ekonomi Syariah (MES) periode 2014/2015.
Selanjutnya, pada periode 2015/2016 penulis menjadi salah satu anggota dari
UKM AgriFM di Divisi IT and Operator. Selain itu, penulis pernah mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan berhasil didanai DIKTI pada bidang
Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Banceuy Kabupaten Subang pada tahun
2015.

Anda mungkin juga menyukai