Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH KARAKTERISTIK WIRAUSAHA TERHADAP

KEBERLANJUTAN USAHA MAHASISWA PESERTA


PROGRAM WIRAUSAHA DI IPB

APRILIA TRIANASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh


Karakteristik Wirausaha terhadap Keberlanjutan Usaha Mahasiswa Peserta
Program Wirausaha di IPB” adalah karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2021

Aprilia Trianasari
H34170083
ABSTRAK
APRILIA TRIANASARI. Pengaruh Karakterisik Wirausaha terhadap
Keberlanjutan Usaha Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB. Dibimbing
oleh BURHANUDDIN dan CHAIRANI PUTRI PRATIWI.
Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi
negeri yang berperan aktif dalam menggencarkan program-program kewirausahaan
seperti PMW, PKM-K, dan KBMI. Namun, beberapa penelitian menyebutkan
bahwa tingkat keberlanjutan usaha mahasiswanya masih tergolong rendah.
Karakteristik wirausaha diduga sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi
keberlanjutan usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberlanjutan usaha dari masing-masing program wirausaha dan menganalisis
pengaruh karakteristik wirausaha terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB. Data diambil menggunakan metode survei kepada 58
orang mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya setelah program berakhir. Data
dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan SEM-PLS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-
masing peserta program wirausaha memiliki tingkatan yang berbeda-beda; (2)
karakteristik orientasi masa depan dan kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keberlanjutan usaha, karakteristik percaya diri dan berani
mengambil risiko memiliki hubungan positif namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap keberlanjutan usaha, karakteristik kreatif inovatif memiliki hubungan
negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan usaha.
Kata kunci: karakteristik wirausaha, keberlanjutan usaha, program wirausaha,
SEM-PLS
ABSTRACT
APRILIA TRIANASARI. The Influence of Entrepreneurial Characteristics on
Business Sustainability of Students Participating in the Entrepreneurship Program
at IPB. Supervised by BURHANUDDIN and CHAIRANI PUTRI PRATIWI.
IPB University is one of the state higher education institutions that plays an
active role in intensifying entrepreneurship programs such as PMW, PKM-K, and
KBMI. However, several studies state that the level of business sustainability of
students is still relatively low. Entrepreneurial characteristics are thought to be one
of the factors that can affect business sustainability. This study aims to determine
the level of business sustainability of each entrepreneurial program and analyze the
influence of entrepreneurial characteristics on the business sustainability of students
participating in the entrepreneurial program at IPB. Data were taken using a survey
method to 58 students who were still continuing their business after the program
ended. Data were analyzed using descriptive analysis and SEM-PLS. The results
showed that (1) the level of business sustainability of students from each participant
of the entrepreneurship program has different levels; (2) the characteristics of future
orientation and leadership have a positive and significant effect on business
sustainability, the characteristics of being confident and willing to take risks have a
positive relationship but have no significant effect on business sustainability, the
characteristics of creative and innovative have a negative relationship and have no
significant effect on business sustainability.
Keywords: business sustainability, entrepreneurial characteristics, entrepreneurship
program, SEM-PLS
© Hak Cipta milik IPB, tahun 20211
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

1
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
PENGARUH KARAKTERISTIK WIRAUSAHA TERHADAP
KEBERLANJUTAN USAHA MAHASISWA PESERTA
PROGRAM WIRAUSAHA DI IPB

APRILIA TRIANASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Dr. Etriya, SP, MM.
2 Dr. Ir. Joko Purwono, MS.
Judul Skripsi : Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Keberlanjutan Usaha
Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB
Nama : Aprilia Trianasari
NIM : H34170083

Disetujui oleh
Pembimbing 1:
Dr. Ir. Burhanuddin, MM. __________________

Pembimbing 2:
Chairani Putri Pratiwi, B.Sc, M.Si. __________________

Diketahui oleh

Ketua Departemen Agribisnis:


Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si.
NIP 196312271990032001 __________________
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah kewirausahaan dengan judul “Pengaruh
Karakteristik Wirausaha terhadap Keberlanjutan Usaha Mahasiswa Peserta
Program Wirausaha di IPB”. Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari doa,
dukungan, motivasi, saran, dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Toyibun dan Ibu Miswati, Kakak Misbun
Siddik Rozali, Kakak Lia Puspita Ningrum serta seluruh keluarga yang telah
memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang, dan doa yang terus-menerus
kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, MM dan Ibu Chairani Putri Pratiwi, B.Sc. M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan
bimbingannya kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis selama menjalani masa
perkuliahan.
4. Ibu Dr. Anisa Dwi Utami selaku dosen moderator seminar hasil, Ibu Dr. Etriya,
SP, MM dan Bapak Dr. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji luar komisi
pembimbing pada sidang skripsi yang telah banyak memberikan saran dan
masukannya dalam proses perbaikan penelitian penulis.
5. Seluruh dosen, staf pengajar, dan civitas akademika Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
6. Muhammad Rafly Anggara Putra yang selalu memberikan semangat, waktu, dan
dukungannya untuk terus bersama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Beby, Selvia, Nadira, Vanilia, Citra, Ipul, Bang Naga, dan seluruh teman-teman
Agribisnis angkatan 54 yang telah memberikan dukungan, bantuan, saran, dan
masukannya kepada penulis.
8. Agung dan Ryan selaku teman seperbimbingan yang senantiasa saling
mengingatkan dan menyemangati serta memberikan bantuannya kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2021

Aprilia Trianasari
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii


DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Karakteristik Individu Wirausaha 8
2.2 Karakteristik Wirausaha 8
2.3 Indikator Keberlanjutan Usaha 9
III KERANGKA PEMIKIRAN 11
3.1 Kerangka Pemikiran Teori 11
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional 14
IV METODE PENELITIAN 17
4.1 Media dan Waktu Penelitian 17
4.2 Jenis Data dan Sumber Data 17
4.3 Metode Penarikan Sampel 17
4.4 Metode Pengumpulan Data 18
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 18
V GAMBARAN UMUM 24
5.1 Program Wirausaha 24
5.2 Karakteristik Individu Mahasiswa 27
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 33
6.1 Tingkat Keberlanjutan Usaha Mahasiswa dari Masing-masing Program
Wirausaha di IPB 33
6.2. Evaluasi Model SEM-PLS 35
6.3. Pengaruh Karakteristik Percaya Diri terhadap Keberlanjutan Usaha
Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB 44
6.4. Pengaruh Karakteristik Berani Mengambil Risiko terhadap Keberlanjutan
Usaha Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB 45
6.5. Pengaruh Karakteristik Kreatif dan Inovatif terhadap Keberlanjutan Usaha
Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB 46
6.6. Pengaruh Karakteristik Orientasi Masa Depan terhadap Keberlanjutan
Usaha Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB 47
6.7. Pengaruh Karakteristik Kepemimpinan terhadap Keberlanjutan Usaha
Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB 48
VII SIMPULAN DAN SARAN 49
7.1 Simpulan 49
7.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP 59
DAFTAR TABEL

1 Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama, Februari


2018 - Februari 2020 1
2 Data response rate responden 18
3 Indikator karakteristik wirausaha 22
4 Indikator keberlanjutan usaha 23
5 Jenis kelamin responden 28
6 Pengelompokan usia responden 28
7 Departemen dan fakultas responden 29
8 Sebaran angkatan responden 30
9 Bidang usaha yang dijalani responden 31
10 Kategori lama usaha responden 31
11 Pendapatan (omzet perbulan) responden 32
12 Output nilai akar kuadrat AVE dan korelasi variabel laten 38
13 Output nilai composite reliability, AVE, dan R-square 38
14 Output hasil bootsrapping karakteristik wirausaha (percaya diri, berani
mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan kepemimpinan)
terhadap keberlanjutan usaha 43

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah kelompok peserta ketiga program wirausaha IPB tahun 2017-2020


(Ditmawa PK dan CDA IPB 2020) 4
2 Diagram kerangka pemikiran 16
3 Model path modelling partial least square (SmartPLS) 21
4 Tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program
wirausaha di IPB tahun 2019-2020 (data primer diolah) 33
5 Hasil analisis outer model awal SEM-PLS (data primer diolah dalam
SmartPLS) 36
6 Hasil analisis outer model akhir SEM-PLS (data primer diolah dalam
SmartPLS) 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji validitas dan reliabilitas karakteristik wirausaha 55


2 Hasil uji validitas dan reliabilitas keberlanjutan usaha 56
3 Output tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program
wirausaha di IPB tahun 2019-2020 56
4 Output hasil bootsrapping indikator karakteristik wirausaha (percaya diri,
berani mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan
kepemimpinan) dan keberlanjutan usaha 57
5 Hasil analisis inner model SEM-PLS 58
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah populasi


penduduk yang tergolong besar. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber
daya alam yang kaya dan memiliki jumlah populasi yang besar pula seharusnya
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya untuk mengembangkan
potensi alam tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada bulan Februari
2019 populasi penduduk Indonesia tercatat sebesar 268,1 juta orang. Sementara
pada bulan Februari 2020 berdasarkan hasil proyeksi populasi penduduk tahun
2010 hingga 2035 sebanyak 270,07 juta orang dengan total angkatan kerja sebesar
137,91 juta orang. Dilihat dari total angkatan kerjanya tercatat bahwa jumlah orang
yang bekerja sebanyak 131,03 juta orang, sedangkan tingkat pengangguran
terbukanya mencapai 6,88 juta orang. Apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, jumlah penduduk bekerja bertambah sebesar 1,67 juta orang dan
pengangguran bertambah sebesar 60 ribu orang.
Tabel 1 Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama, Februari
2018 - Februari 2020
Perubahan Perubahan
Status keadaan Februari Februari Februari
Feb 2018 – Feb Feb 2019 -
ketenagakerjaan 2018 2019 2020
2019 Feb 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
juta juta juta juta juta
persen Persen
orang orang orang orang orang
Penduduk usia
kerja 193,55 196,46 199,38 2,91 1,50 2,92 1,49
Angkatan kerja 133,94 136,18 137,91 2,24 1,67 1,73 1,27
Bekerja 127,07 129,36 131,03 2,29 1,80 1,69 1,29
Pengangguran 6,87 6,82 6,88 -0,05 -0,73 0,06 0,88
Bukan angkatan
kerja 59,61 60,28 61,47 0,67 1,12 1,19 1,97
persen persen persen persen poin persen poin
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT) 5,13 5,01 4,99 -0,12 -0,02
Perkotaan 6,34 6,30 6,15 -0,04 -0,15
Perdesaan 3,72 3,45 3,55 -0,27 0,10
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK) 69,20 69,32 69,17 0,12 -0,15
Laki-laki 83,01 83,18 83,82 0,17 0,64
Perempuan 55,44 55,50 54,56 0,06 -0,94
Sumber: Badan Pusat Statistik 2020
2

Pada Tabel 1 terlihat bahwa berbeda dengan naiknya jumlah angkatan kerja
pada bulan Februari 2020 yang mengalami kenaikan 1,73 juta orang dibanding
Februari 2019, peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut tidak diiringi dengan
peningkatan jumlah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Angkatan kerja
adalah komponen yang terdiri dari penduduk yang bekerja dengan penduduk yang
pengangguran. Tercatat bahwa pada bulan Februari 2020 TPAK sebesar 69,17
persen turun sebesar 0,15 persen apabila dibandingkan Februari 2019. Terjadinya
penurunan TPAK ini mengindikasikan bahwa terdapat penurunan pula dari segi
potensi ekonominya dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja (BPS 2020). Data ini
didapatkan sebelum adanya pandemi Covid-19 yang sangat memungkinkan bahwa
dampak dari pandemi Covid-19 dapat menambah angka pengangguran di Indonesia
karena banyak usaha yang terdampak pula.
Saat ini seluruh negara di dunia sedang dilanda pandemi Covid-19. Covid-19
merupakan virus baru yang menyerang pernafasan dan cukup mematikan dengan
gejala yang ditimbulkan mulai dari gejala ringan hingga gejala berat. Berdasarkan
Kemenkes RI (2020) corona virus memiliki dua jenis virus yang dapat
menyebabkan penyakit dengan menimbulkan gejala berat yang diantaranya adalah
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Virus ini sangat berdampak di berbagai sektor kehidupan
khususnya merubah tatanan kehidupan sosial, tidak hanya dari sektor kesehatan
yang terdampak tetapi sektor perekonomian juga menjadi salah satu sektor yang
sangat terdampak.
Menurut Ida Fauziyah selaku Menteri Ketenagakerjaan RI, pada tanggal 20
April 2020 tercatat sebanyak 2.084.593 pekerja dari sektor formal dan informal
yang berasal dari 116.370 perusahaan terdampak Covid-19. Rinciannya adalah
pekerja formal yang dirumahkan sebesar 1.304.777 orang dari 43.690 perusahaan.
Sementara pekerja formal yang terkena PHK sebesar 241.431 orang dari 41.236
perusahaan. Selain itu, sektor informal juga kehilangan pekerja sebanyak 538.385
orang yang terdampak dari 31.444 perusahaan atau UMKM2. Namun, dengan
menurunnya sektor perekonomian ini dapat dijadikan sebagai momentum Indonesia
untuk bangkit melakukan pembenahan dan mengejar ketertinggalan dengan
menyesuaikan keadaan yang ada.
Wirausaha dianggap sebagai solusi yang dapat mengurangi tingkat
pengangguran dalam suatu negara. Wirausahawan merupakan golongan orang yang
akan terus melakukan pembaharuan atau inovasi dalam suatu kegiatan ekonomi
yang dinilai dapat mendobrak sistem ekonomi yang ada di suatu negara dengan
memperkenalkan barang dan jasa baru dan menciptakan bentuk organisasi yang
baru pula (Schumpeter 1939). Wirausaha juga dianggap berperan penting dalam
pembangunan nasional suatu negara karena dapat menjadi salah satu sektor yang
dapat mengentas kemiskinan dengan menciptakan banyak lapangan pekerjaan.
Indonesia masih dapat meningkatkan potensi kewirausahaannya dengan cara
menumbuhkan generasi penerus kewirausahaan yang kuat dan memiliki motivasi
wirausaha yang tinggi sehingga dapat dibutuhkan oleh negara terutama pada masa
pandemi seperti ini. Generasi penerus ini diantaranya adalah mahasiswa yang baru
belajar untuk memulai usaha atau terjun langsung ke dunia wirausaha yang sering

2
Menaker: Badai Pasti Berlalu, Panggil Kembali Pekerja yang ter-PHK Nanti, diakses dari
https://www.kemnaker.go.id/news/detail/menaker-badai-pasti-berlalu-panggil-kembali-pekerja-yang-ter-phk-
nanti, pada tanggal 08 Oktober 2020
3

dinamakan mahasiswa wirausaha pemula. Menurut Wagner (2004), nascent


entrepreneur (wirausaha pemula) adalah orang yang sedang mencoba untuk
memulai bisnis baru, yang mengharapkan untuk menjadi pemilik atau pemilik
bagian dari suatu perusahaan baru, yang telah aktif dalam mencoba untuk memulai
perusahaan baru dalam 12 bulan terakhir, dan start up yang tidak memiliki arus kas
bulanan positif yang mencakup pengeluaran dan pemilik-manajer gaji lebih dari
tiga bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa wirausaha
pemula adalah seseorang atau sekelompok mahasiswa yang baru memulai suatu
usaha yang umur bisnisnya kurang dari satu tahun yang masih melakukan
pengembangan usahanya sebelum memasuki tahapan usaha yang jauh lebih besar.
Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi
negeri yang memiliki peranan penting dalam mencetak kader-kader wirausahawan
muda di Indonesia. Hal ini tercermin dari misi IPB yang berbasiskan
kewirausahaan. Misi IPB berbunyi “Memberikan pelayanan publik yang
mengedepankan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi berwawasan
kewirausahaan dengan tetap menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan melestarikan
sumber daya alam”. Misi ini diimplementasikan IPB melalui kurikulum dan
berbagai program kewirausahaan yang diselenggarakan di IPB. Program-program
kewirausahaan tersebut diantaranya seperti Program Mahasiswa Wirausaha
(PMW), Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K), dan Program
Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI).
Program-program kewirausahaan tersebut diharapkan mampu mendukung
visi misi pemerintah yang telah tertuang dalam Renstra Kemendikbud yaitu untuk
pengembangan wirausaha baru dalam rangka mewujudkan kemandirian bangsa
melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang disalurkan melalui program
wirausaha. Dengan adanya program-program tersebut diharapkan pula mampu
mendukung pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui penciptaan
lapangan kerja dan pemberdayaan UMKM. Selain itu, kegiatan ini sangat
bermanfaat untuk mahasiswa sendiri khususnya dalam menumbuhkan motivasi dan
membangun sikap mental karakteristik seorang wirausaha. Manfaat lainnya
mahasiswa dapat menghasilkan karya kreatif dan inovatif dalam membuka peluang
bisnis yang dapat berguna bagi mahasiswa setelah menyelesaikan studi dan untuk
terjun langsung di dunia wirausaha. Dari penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa
program kewirausahaan yang diberikan merupakan program yang memiliki banyak
sekali manfaat baik untuk diri mahasiswa sendiri maupun manfaat untuk luar.
Selain itu, program tersebut juga bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dalam
membantu mahasiswa merintis dan mengembangkan ide-ide bisnisnya.
4

1.2 Perumusan Masalah

Institut Pertanian Bogor sebagai lembaga yang menanamkan jiwa


kewirausahaan turut berperan aktif dalam menggencarkan program-program
kewirausahaan yang diantaranya adalah Program Mahasiswa Wirausaha (PMW),
Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K), dan Program Kompetisi
Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI). Apabila dilihat pada Gambar 1 jumlah
kelompok peserta yang mengikuti ketiga program tersebut pada tahun 2017 sampai
2020 memiliki tren yang cenderung berfluktuatif sehingga mengindikasikan bahwa
mahasiswa memiliki semangat dan dorongan yang beragam untuk mengikuti
program tersebut dari tahun ke tahunnya. Dengan semangat dan dorongan dalam
mengikuti program ini tentunya harus diiringi dengan pendampingan dan pelatihan
yang kuat agar mahasiswa dapat semakin memiliki bekal dalam menjalankan
usahanya sehingga berpengaruh terhadap keberlanjutan usahanya kelak.

60

50

40

30

20

10

0
2017 2018 2019 2020

PMW PKM-K KBMI

Gambar 1 Jumlah kelompok peserta ketiga program wirausaha IPB tahun 2017-
2020 (Ditmawa PK dan CDA IPB 2020)
Pada tahun 2009, Direktorat Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan
Nasional meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) sebagai program
yang memfasilitasi para mahasiswa yang memiliki minat dan bakat di bidang
wirausaha untuk memulai suatu bisnis dengan berbasiskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Dalam program ini, fasilitas yang diberikan diantaranya adalah
penyusunan rencana bisnis, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, permodalan
serta pendampingan usaha. Sejalan dengan hal tersebut, program lain seperti PKM-
K dan KBMI juga memberikan fasilitas kepada para mahasiswa yang berstatus
sebagai peserta dalam pelaksanaan programnya. Pada PKM-K mahasiswa
diberikan pendampingan dan pelatihan yang bertujuan untuk melakukan
pemantauan keaktifan mahasiswa dan dosen pendamping selama menjalankan
program PKM. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas kinerja
pelaksanaan setiap program PKM. Pada program KBMI, fasilitas yang diberikan
5

diantaranya adalah pendampingan berkala yang dimentori oleh seorang praktisi


atau pengusaha dan juga mahasiswa diberikan dosen pendamping yang bertindak
sebagai coach bisnis pada masing-masing kelompok. Pada tahun 2020 KBMI
masuk ke dalam rangkaian Program Kewirausahaan Kampus Merdeka 2020 yang
sebelum memasuki program kegiatannya diawali dengan pemberian workshop
kewirausahaan dengan tujuh sesi yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas
berwirausaha mahasiswa Indonesia dalam menjalankan dan mengembangkan
bisnis.
Mahasiswa wirausaha IPB memiliki karakterisik wirausaha yang berbeda-
beda. Karakteristik wirausaha merupakan ciri dan karakter yang tertanam dalam
diri seorang wirausaha. Karakteristik wirausaha memengaruhi perilaku seorang
wirausaha dalam menjalankan usahanya (Yulina dan Mandiangan 2010). Oleh
sebab itu, karakteristik wirausaha diduga mampu menentukan dalam mengambil
sikap dan keputusan yang menjadi arah tujuan seorang wirausaha dalam
menjalankan usahanya. Mahasiswa wirausaha memiliki karakteristik yang berbeda
dengan mahasiswa pada umumnya karena mereka memiliki kesibukan yang lebih
apabila dibandingkan dengan mahasiswa biasa. Mahasiswa wirausaha dituntut
untuk fokus pada akademiknya namun di sisi lain mereka juga memiliki fokus
untuk terus membangun dan menjalankan bisnisnya sehingga karakteristik
mahasiswa wirausaha berbeda dengan karakteristik mahasiswa pada umumnya.
Melalui karakteristik wirausaha yang dimiliki mahasiswa ini diduga akan
menunjukkan kemampuannya dalam mengelola usahanya sehingga diduga pula
dapat berdampak pada perkembangan usaha mereka ke depannya. Hal ini sejalan
dengan Yulastri (2019) yang menyatakan bahwa karakter wirausaha yang baik yang
dimiliki oleh seorang wirausaha akan membentuk ke arah yang positif dalam
perkembangan usahanya. Selain itu, karakteristik wirausaha disimpulkan sebagai
salah satu faktor yang sangat menentukan kesuksesan suatu usaha (Islam et al.
2011). Ukuran kesuksesan ini salah satunya adalah mencakup keberlanjutan hidup
usahanya (Rusdiana 2013).
Karakteristik wirausaha yang umumnya harus dimiliki seorang wirausaha
diantaranya adalah karakter percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif inovatif,
orientasi masa depan, dan kepemimpinan. Salah satu anak tangga menuju
wirausaha sukses adalah dengan memiliki karakter percaya diri (Alma 2007).
Melalui karakter percaya diri seorang wirausahawan percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat digunakan untuk mencapai
sasaran-sasaran yang hendak dicapainya. Hal ini sejalan dengan penelitian Yusuf
(2018) yang menyatakan bahwa melalui peningkatan kepercayaan diri para peserta
PMW maka akan meningkatkan keberhasilan usaha dan keberlanjutan usaha para
pesertanya. Dalam berwirausaha tentunya mahasiswa dihadapkan pada berbagai
macam risiko dan ketidakpastian dalam bisnisnya yang seringkali mengarah pada
suatu kegagalan dan membuat bisnis tersebut terkadang harus berhenti di tengah
jalan. Oleh sebab itu, karakteristik berani mengambil risiko merupakan
karakteristik yang penting dan harus dimiliki mahasiswa dalam menjalankan
usahanya. Hal ini sejalan dengan Rusdiana (2013) yang menyatakan bahwa orang
yang berani mengambil risiko adalah calon orang yang sukses dan Kasmir (2007)
yang menyatakan bahwa berani mengambil risiko merupakan karakter yang harus
dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya. Karakter selanjutnya
adalah kreatif dan inovatif. Kreatif inovatif merupakan hal pokok yang dibutuhkan
6

seorang wirausaha dalam mengembangkan dan membangun usahanya. Tanpa


karakter tersebut, usaha yang dijalankan seorang wirausaha tidak akan berkembang,
tidak memiliki ciri khas, dan mudah termakan oleh zaman yang dapat menyebabkan
kebangkrutan dan berhenti di tengah jalan (Firmansyah dan Roosmawarni 2019).
Sebuah usaha tidak hanya didirikan dengan tujuan untuk sementara waktu saja
melainkan untuk selamanya dan terus memiliki keberlanjutan. Oleh sebab itu,
faktor kontinuitas dalam bisnis tersebut harus dijaga seorang wirausaha dengan
memiliki pandangan yang jauh ke depan melalui karakter orientasi pada masa depan
(Marbun 1999). Karakter yang terakhir adalah kepemimpinan. Menurut Fernald et
al. (2005) pengusaha yang sukses adalah pengusaha yang memiliki kepemimpinan
yang strategis dengan memiliki visi misi tujuan jangka panjang. Menurut Marbun
(1999) dengan memiliki karakter kepemimpinan seorang wirausaha akan sangat
memerhatikan orientasinya pada tujuan, hubungan kerja atau personal, dan
efektivitas dalam menjalankan usahanya sehingga dapat berdampak pada
kelangsungan hidup usahanya.
Seharusnya dengan dilakukannya pendampingan dan pelatihan pada setiap
program wirausaha yang ada di IPB mahasiswa semakin memiliki bekal dalam
menunjang keberhasilan melanjutkan usahanya dan lebih tertanam karakter-
karakter wirausaha yang mendukung mahasiswa dalam menjalankan usahanya
tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hendarman (2011) yang
menyatakan bahwa kebijakan pada Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dinilai
menjadi instrumen yang cukup efektif dalam mengubah pola pikir mahasiswa dan
memotivasi mahasiswa untuk berani mengambil permasalahan yang ada di
sekitarnya dan dalam hal ini termasuk permasalahan dalam kegagalan untuk
melanjutkan usahanya setelah program berakhir. Namun, berdasarkan hasil
penelitian Yusuf (2018) terdapat temuan yang menyatakan bahwa jumlah peserta
PMW di IPB yang masih melanjutkan usahanya terbilang sangat kecil yaitu hanya
sebesar 28,13 persen dari jumlah responden yang ada. Penelitian lainnya
menyebutkan bahwa mahasiswa peserta PKM-K di IPB yang melanjutkan usahanya
hanya sebesar 42 persen lebih kecil dibandingkan mahasiswa yang tidak
melanjutkan usahanya yaitu sebesar 58 persen (Nabila 2018). Hal ini tentunya
menjadi pertanyaan besar dengan tren jumlah kelompok peserta program yang
cenderung berfluktuatif sehingga mengindikasikan bahwa mahasiswa memiliki
semangat dan dorongan yang beragam untuk mengikuti program tersebut dari tahun
ke tahunnya. Kemudian pada program-program tersebut telah diberikan
pendampingan dan pelatihan dalam pelaksanaannya yang dapat menunjang bekal
mahasiswa dalam menjalankan usaha untuk tetap terus berlanjut. Namun, jumlah
peserta program yang masih melanjutkan usahanya masih tergolong kecil. Tentunya
hal tersebut menjadi indikasi bahwa terdapat sesuatu pengaruh dari dalam diri
mahasiswa peserta program wirausaha di IPB yang menjadi penyebab atas
keberlanjutan usahanya yang dapat dikaji lebih lanjut.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program
wirausaha di IPB?
2. Apakah karakteristik wirausaha percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif
inovatif, orientasi masa depan, dan kepemimpinan berpengaruh terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB?
7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas


adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing
program wirausaha di IPB.
2. Menganalisis pengaruh karakteristik wirausaha percaya diri, berani mengambil
risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan kepemimpinan terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Menambah wawasan, pengetahuan, pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah
dipelajari selama perkuliahan, dan melatih kemampuan analisis bagi sang
peneliti.
2. Mengetahui tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing
program wirausaha dan mengetahui pengaruh karakteristik wirausaha percaya
diri, berani mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan
kepemimpinan terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB sehingga dapat dijadikan informasi dasar bagi penyelenggara
program dalam menentapkan kebijakan untuk ke depannya.
3. Sebagai bahan referensi maupun kajian untuk penelitian selanjutnya bagi
kalangan akademisi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa peserta program wirausaha di IPB


yang berasal dari peserta PMW, PKM-K, dan KBMI dengan kriteria responden
yang masih melanjutkan usahanya setelah program berakhir. Penelitian ini berfokus
menganalisis pengaruh karakteristik wirausaha terhadap keberlanjutan usaha
mahasiswa peserta program wirausaha di IPB. Karakteristik wirausaha yang
digunakan yaitu percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi
masa depan, dan kepemimpinan. Indikator keberlanjutan usaha yang digunakan
yaitu melakukan perencanaan usaha, mengembangkan peluang bisnis, melakukan
pencatatan keuangan, melakukan pembagian tugas, dan melakukan promosi.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan SEM-
PLS (Structural Equation Model-Partial Least Square).
8

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Individu Wirausaha

Karakteristik pada penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu


karakteristik individu dan karakteristik wirausaha. Karakteristik individu
merupakan karakteristik yang berisi informasi umum mengenai seorang mahasiswa
wirausaha atau dikenal dengan karakteristik responden. Sedangkan karakteristik
wirausaha merupakan sebuah karakter yang melekat yang tertanam dalam diri
seorang wirausaha. Pada penelitian Yuwono dan Muhammad (2014) indikator yang
digunakan untuk mengukur karakteristik individu mahasiswa pelaku wirausaha di
Kota Batam diantaranya adalah jenis kelamin, usia, program studi, IPK, bidang
usaha, usia perusahaan, latar belakang keluarga bisnis, dan sumber permodalan.
Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Sari (2015) yang menggunakan indikator
kematangan usia, pengalaman berwirausaha, pendidikan formal yang dimiliki,
pelatihan yang pernah diikuti, serta dorongan dan dukungan keluarga untuk
mengukur karakteristik individunya.
Pada penelitian yang dilakukan Yusuf (2018) variabel yang digunakan untuk
mengukur karakteristik individu mahasiswa diukur berdasarkan jenis kelamin, usia,
angkatan, status kelanjutan usaha, jumlah dana bantuan, periode berjalannya usaha,
karakteristik jenis ide usaha, dan karakteristik status pekerjaan responden. Hasil
penelitian Yusuf (2018) menyatakan bahwa karakteristik mahasiswa peserta PMW
banyak didominasi oleh laki-laki dan sistem usahanya banyak dijalankan secara
berkelompok jika dibandingkan individu. Kemudian mayoritas dari penelitian ini
sudah tidak melanjutkan usahanya. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nabila (2018) karakteristik individu yang dianalisis dibagi menjadi
dua bagian yaitu karakteristik individu internal dan karakteristik individu eksternal.
Karakteristik individu internal yang diteliti diantaranya adalah jenis kelamin, asal
daerah, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, fakultas dan departemen, IPK, sumber biaya
kuliah, serta penerimaan perbulan sedangkan karakteristik individu eksternal
diantaranya meliputi bidang usaha, omzet perbulan, alokasi waktu, keikutsertaan
dalam organisasi, komunitas, seminar dan pelatihan, keberlanjutan usaha serta
kepemilikan usaha lain selain PKM-K. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
karakteristik individu wirausaha dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator.
Namun, karakteristik yang digunakan dikembalikan kepada peneliti dan
disesuaikan dengan objek yang ditelitinya.

2.2 Karakteristik Wirausaha

Karakteristik wirausaha pada penelitian Insana dan Mayndarto (2017) yang


diamati diantaranya adalah percaya diri, orientasi pada hasil, berani menanggung
resiko, jiwa kepemimpinan, keorisinalan, berorientasi ke masa depan, jujur dan
tekun, memiliki kreatifitas tinggi, selalu memiliki komitmen dalam pekerjaan, etos
kerja dan tanggung jawab, selalu mencari peluang. Dalam penelitiannya disebutkan
bahwa karakter wirausaha mahasiswa sudah tergolong cukup baik dan terdapat
hubungan positif dan signifikan antara kualitas pendidikan kewirausahaan dengan
karakter wirausaha mahasiswanya. Selain itu, apabila diamati dari mahasiswa
9

pelaku wirausaha di Kota Batam pada penelitian Yuwono dan Muhammad (2014)
karakteristik wirausaha yang dimiliki meliputi kepemimpinan, pantang menyerah,
percaya diri, memiliki mimpi dan cita-cita yang logis, komitmen yang tinggi, kerja
keras, saling percaya, jujur dan menghormati, siap menghadapi risiko, peka
terhadap peluang, skill dan kemampuan, keorisinilan, visi misi ke depan, pengaruh
dan dukungan keluarga, pengaruh teman dekat, serta pengaruh perguruan tinggi dan
pengajar. Pada penelitian ini karakteristik mahasiswa pelaku wirausaha di kota
Batam secara rata-rata masih tergolong dalam kategori cukup atau sedang. Tiga
karakter dalam kategori kuat diantarannya pengaruh dan dukungan keluarga, jujur
dan saling menghormati, dan komitmen yang tinggi sedangkan tiga karakter yang
tergolong masih rendah yakni skill dan kemampuan, keorisinilan dan
kepemimpinan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Setiawan (2016) menyatakan
bahwa profil karakter kewirausahaan mahasiswa semester 3 program studi
Bimbingan Konseling FIP Universitas PGRI Semarang tergolong tinggi dan sangat
tinggi. Karakter yang tergolong tinggi diantaranya kepercayaan diri, orientasi hasil,
berani mengambil risiko, dan orisinalitas. Sedangkan karakter yang tergolong
sangat tinggi diantaranya kepemimpinan dan orientasi masa depan.
Apabila dihubungkan dengan keberlanjutan seperti penelitian yang dilakukan
Abubakar dan Palisuri (2018) yang berjudul Karakteristik Wirausaha terhadap
Keberlanjutan Industri Kuliner Tradisional menunjukkan bahwa variabel perilaku
disiplin tinggi, kreatif dan inovatif, sikap terhadap risiko, orientasi masa depan, dan
mandiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan usaha indusrti
kuliner tradisional di Kelurahan Rappang Kecamatan Panca Rijang. Karakteristik
wirausaha yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah pengaruh perilaku
disiplin (PS), komitmen tinggi (KT), kreatif dan inovatif (KI), sikap terhadap risiko
(SR), orientasi masa depan (OMS), tanggap terhadap perubahan (TP), dan mandiri
(M) terhadap keberlanjutan usaha (Y). Dapat disimpulkan bahwa seorang
wirausaha memiliki karakteristik wirausaha yang berbeda-beda dan karakteristik
yang digunakan disesuaikan kembali dengan ruang lingkup maupun objek
penelitiannya. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa karakteristik wirausaha
memiliki pengaruh terhadap keberlanjutan usaha suatu industri kuliner tradisional.

2.3 Indikator Keberlanjutan Usaha

Keberlanjutan usaha menurut beberapa peneliti diukur berdasarkan beberapa


faktor yang memengaruhinya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yanti et al.
(2018) mengenai “Faktor Yang Memengaruhi Keberlanjutan Usaha Mikro Kecil
Menengah di Bandung dan Bogor” variabel yang digunakan untuk dijadikan faktor
yang memengaruhi diantaranya adalah profil pelaku usaha UMKM sebagai variabel
(X1) yang terdiri dari umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah
kepemilikan sarana TIK, kualitas produk, daya saing, dan kondisi lingkungan
usaha. Dukungan lingkungan eksternal sebagai variabel (X2) terdiri dari kualitas
dukungan pendampingan, dukungan program pemberdayaan, ketersediaan akses
informasi, dan ketersediaan jaringan infrastruktur. Persepsi (X3) mencakup
persepsi kesesuaian kebutuhan, kemudahan digunakan, kemudahan melihat hasil,
keuntungan relatif, dan kemudahan dicoba. Pemanfaatan sarana TIK (X4) meliputi
intensitas pemanfaatan sarana TIK dan tingkat pengelolaan informasi. Sedangkan
variabel yang dipengaruhinya adalah variabel kompetensi pemanfaatan TIK (Y1)
10

yaitu kompetensi personal dan kompetensi teknis. Variabel keberlanjutan usaha


(Y2) dapat dilihat dari pendapatan, pertumbuhan usaha, kualitas produk, daya
saing, dan kondisi lingkungan usaha. Berdasarkan variabel yang digunakan pada
penelitian Yanti et al. (2018) yang dianalisis menggunakan SEM PLS dihasilkan
bahwa faktor-faktor yang paling dominan berpengaruh pada keberlanjutan usaha
adalah peran persepsi dan pemanfaatan TIK.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nandita (2018) yang meneliti mengenai
“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Usaha UMKM Pengolahan Buah
dan Pengolahan Susu” untuk mengukur variabel keberlanjutan usahanya yang
bertindak sebagai variabel (Y) yaitu dengan menggunakan indikator pelaku usaha
mengembangkan peluang bisnis yang ada, pelaku usaha melakukan perencanaan
usaha, pelaku usaha melakukan promosi barang yang dijual, usaha memiliki izin
usaha resmi, dan mengumpulkan bukti belanja bahan baku atau pengeluaran untuk
keperluan usaha yang dijalani. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa variabel-
variabel independen (usia, tingkat pendidikan, lama usaha, jumlah karyawan, jenis
usaha, tingkat dukungan pemerintah yang diterima, dan pemasaran UMKM) pada
penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan usaha sebagai variabel
dependen secara simultan, atau dapat dikatakan model regresi pada penelitian ini
baik.
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2019)
juga meneliti mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Bisnis
Keluarga Berbasis Pertanian” dengan menggunakan indikator yang sama untuk
mengukur tingkat keberlanjutan usahanya yang bertindak sebagai variabel (Y) yaitu
menggunakan indikator pelaku usaha mengembangkan peluang bisnis yang ada,
pelaku usaha melakukan perencanaan usaha, pelaku usaha melakukan promosi
barang yang dijual, usaha memiliki izin usaha resmi, dan mengumpulkan bukti
belanja bahan baku atau pengeluaran untuk keperluan usaha yang dijalani seperti
pada penelitian Nandita (2018). Perbedaannya pada penelitian Fauzan (2019)
variabel independen (X) tidak menggunakan variabel jenis usaha. Dengan demikian
dapat disimpulkan untuk mengukur keberlanjutan usaha sebagai variabel (Y) dapat
menggunakan beberapa indikator yang diantaranya adalah indikator pendapatan,
pertumbuhan usaha, kualitas produk, daya saing, dan kondisi lingkungan usaha
(Yanti et al. 2018) atau menggunakan indikator pelaku usaha mengembangkan
peluang bisnis yang ada, pelaku usaha melakukan perencanaan usaha, pelaku usaha
melakukan promosi barang yang dijual, usaha memiliki izin usaha resmi, dan
mengumpulkan bukti belanja bahan baku atau pengeluaran untuk keperluan usaha
yang dijalani (Nandita 2018; Fauzan 2019). Namun, penggunaan indikator tersebut
disesuaikan kembali dengan ruang lingkup objek yang ditelitinya.
11

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teori

3.1.1 Wirausaha dan Kewirausahaan


Dalam Rusdiana (2013) definisi kewirausahaan apabila dilihat dari segi
etimologi yang berasal dari kata wira dan usaha. Wira memiliki arti pahlawan,
pejuang, manusia unggul, gagah berani, berbudi luhur, teladan, dan berwatak
agung sedangkan usaha memiliki arti bekerja, berbuat sesuatu, dan perbuatan
amal. Dengan demikian, apabila disimpulkan wirausaha merupakan seorang
pejuang atau pahlawan yang melakukan sesuatu dan perbuatan amal. Berbeda
dengan hal tersebut, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
wirausaha didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki bakat dalam
mengenali suatu produk baru, menentukan cara produksi yang inovatif,
menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan
operasinya, serta memasarkannya produknya.
Stoner (1997) dalam Rusdiana (2013) mendefinisikan kewirausahaan
sebagai salah satu bentuk kemampuan seseorang dalam mengambil faktor-
faktor produksi lahan kerja, tenaga kerja, dan modal yang digunakannya untuk
memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan dinilai mampu menyadari
suatu peluang yang tidak dapat dilihat atau tidak dipedulikan oleh bisnis lain.
Selain itu, apabila dikaitkan dengan penekanan pada penciptaan hal-hal baru
yang dikemukakan oleh Schumpeter (1934) kewirausahaan didefinisikan
sebagai kegiatan dalam melakukan hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang
sudah dilakukan dengan cara baru baik dalam hal penciptaan produk baru
dengan kualitas baru, metode produksi, pasar, sumber pasokan, dan organisasi.
Dalam hal ini, wirausaha dikaitkan dengan konsep yang diterapkan dalam
konteks bisnis dan mencoba menghubungkan dengan kombinasi berbagai
sumber daya yang ada. Sedangkan menurut Frinces (2010) wirausaha
merupakan seseorang yang kreatif, dinamis dan inovatif, berani mengambil
risiko, dan berani menghadapi semua tantangan yang tidak dapat diprediksi
ataupun diramalkan sebelumnya sehingga melalui kreativitas, kekuatan, dan
kemauannya (the will power) seorang wirausaha dapat terus bergerak untuk
mencapai kesuksesannya.

3.1.2 Karakteristik Wirausaha


Mounier (1956) memandang interpretasi karakter melalui dua cara.
Pertama, karakter dipandang sebagai sekumpulan kondisi yang sudah
diberikan atau sudah melekat dalam diri setiap individu. Karakter ini dianggap
sebagai sesuatu yang telah ada dalam diri setiap individu atau lebih dikenal
dengan istilah kodrat (given). Kedua, karakter dapat dianggap sebagai salah
satu tingkat kekuatan yang dimiliki seorang individu dengan cara menguasai
suatu kondisi yang dihadapinya sehingga karakter ini sering disebut sebagai
suatu proses yang dikehendaki (willed). Karakteristik wirausaha merupakan
ciri dan karakter yang dimiliki dan sudah melekat dari dalam diri seorang
wirausaha itu sendiri. Karakteristik wirausaha didefinisikan sebagai sifat atau
kualitas yang akan terus ada dalam diri seorang wirausaha dan dapat menjadi
12

ciri yang membedakan suatu pribadi seseorang, suatu kejadian, integrasi atau
sintesis dari sifat-sifat yang menjadi satu kesatuan kepribadian seseorang
(Setyawati et al. 2013). Karakter dapat dimaknai sebagai watak, sifat, tabiat,
akhlak atau budi pekerti yang dapat membedakan seorang wirausaha dengan
orang lain yang bukan wirausaha (Suryana 2006). Sementara karakteristik
wirausaha menurut beberapa ahli dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a) Percaya diri
Menurut Meredith et al. (2000) menyatakan ciri dan watak seorang
wirausaha adalah memiliki percaya diri yang dapat dilihat dari watak
memiliki keyakinan yang kuat, individualis, optimisme, dan
ketidaktergantungan. Sejalan dengan itu, Rusdiana (2013) juga
mengemukakan bahwa ciri dan karakteristik seorang wirausaha adalah
percaya diri yang diantaranya adalah optimis, mandiri, jujur, berintegritas,
matang, seimbang, berfokus pada diri, dan bertekad kuat. Melalui karakter
percaya diri, seorang wirausahawan akan percaya bahwa dirinya memiliki
kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat digunakan untuk mencapai
sasaran-sasaran yang hendak dicapai dalam bisnisnya. Selain itu, seorang
wirausaha juga tidak akan goyah menghadapi gangguan di tengah
perjalanan untuk mencapai tujuan bisnisnya, memiliki harga diri yang
tinggi, dan tidak mudah menyerah. Pada saat mengalami kegagalan,
wirausaha akan menerimanya sebagai sumber belajar untuk menentukan
upaya-upaya terbaik selanjutnya. Seorang wirausaha harus memiliki ciri
sifat percaya diri yang diikuti dengan watak kepercayaan,
ketidaktergantungan, optimisme, dan kepribadian yang mantap (Marbun
1999).
b) Berani mengambil risiko
Kasmir (2007) mengungkapkan karakteristik seorang wirausahawan
adalah berani mengambil risiko. Karakter ini merupakan salah satu karakter
yang harus dimiliki seorang wirausaha kapan pun dan di mana pun, baik
dalam bentuk apa pun. Menurut Rusdiana (2013) seorang wirausaha harus
memiliki karakter pengambil risiko yang moderat dan dapat diperhitungkan,
dapat memahami suatu ketidakpastian, mampu belajar dari kegagalan,
menyukai tantangan, dan agresif terhadap sesuatu. Dengan karakter ini,
seorang wirausaha menyadari bahwa tidak semua faktor penentu
keberhasilan berada dibawah pengendaliannya sehingga dalam proses
mencapai keberhasilan dan tujuannya seorang wirausaha mungkin akan
mengalami kegagalan yang dianggap sebagai suatu risiko. Oleh sebab itu,
seorang wirausaha ditutut memiliki karakter tersebut sehingga mampu
mengambil pilihan dengan risiko yang wajar dan realistis. Meredith et al.
(2000) juga mengemukakan ciri dan watak wirausahawan adalah pengambil
risiko dengan ciri memiliki kemampuan dalam mengambil risiko dan suka
pada tantangan.
c) Kreatif dan inovatif
Menurut Rusdiana (2013) energik, banyak akal (resourcefull),
pengetahuan dan keterampilan luas (versatile), berdaya cipta, imajinatif,
dan luwes (fleksibel) merupakan karakter yang menjadi ciri kreatif dan
inovatif seorang wirausahawan. Sejalan dengan itu, Meredith et al. (2000),
mengemukakan ciri dan watak wirausahawan yaitu keorisinilan dengan
13

watak memiliki kreasi dan inovasi yang tinggi, fleksibel, memiliki banyak
sumber, serba bisa, dan memiliki pengetahuan yang luas. Kreativitas
merupakan kemampuan yang dimiliki seorang wirausaha dalam membuat
kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan antar variabel yang sudah
ada sebelumnya. Inovasi merupakan penerapan secara praktis dari gagasan
yang kreatif. Kreatif dan inovatif erat kaitannya dengan suatu pembaharuan,
baik itu pembaharuan produk barang baru, pembaharuan produk barang
daur ulang, dan pembaharuan produk modifikasi (Marbun 1999).
d) Orientasi masa depan
Menurut Mc.Clleland dalam Rusdiana (2013) karakteristik seorang
wirausaha adalah yang memiliki orientasi pada masa depan. Seorang
wirausaha yang memiliki karakter ini dicirikan dengan selalu melakukan
perencanaan dan berpikir maju ke depan. Mereka akan terus melakukan
pencarian dan antisipasi segala kemungkinan yang terjadi jauh di masa
depan. Sejalan dengan hal tersebut, Marbun (1999) mengemukakan bahwa
karakteristik seorang wirausaha adalah berorientasi pada masa depan yang
dicirikan dengan watak yang memiliki pandangan ke depan, dan memiliki
perseptif. Seorang wirausaha harus memiliki visi misi ke masa depan
mengenai tindakan yang akan dilakukan dan hasil yang ingin dicapainya.
Meredith et al. (2000) juga mengemukakan bahwa berorientasi pada masa
depan dicirikan dengan watak persepsi dan memiliki cara pandang atau cara
pikir yang berorientasi pada masa depan. Seorang wirausaha harus mampu
melihat ke depan dan berpikir dengan penuh perhitungan sehingga dapat
mengambil keputusan dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.
e) Kepemimpinan
Pengambil keputusan yang cepat dan sistematis, berinisiatif dan proaktif,
dinamis, tanggap terhadap kritikan dan saran, kepribadian yang menarik dan
mudah bergaul, kooperatif, bertanggung jawab, sadar pengaruh atau
kekuasaan, serta berorientasi pada pelayanan merupakan ciri yang dapat
dilihat dari karakter kepemimpinan seorang wirausaha (Rusdiana 2013).
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Kasmir (2007), ciri-ciri
wirausahawan yang berhasil yaitu wirausahawan yang memiliki karakter
inisiatif dan selalu proaktif. Hal ini menjadi ciri mendasar bahwa pengusaha
tidak harus menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan
mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. Wirausaha harus
memiliki faktor kunci ini yang ditandai dengan kemampuan untuk
memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, dan mau menanggapi saran
dan kritik (Marbun 1999). Menurut Robbins dan Judge (2013)
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke
arah pencapaian visi atau serangkaian tujuan. Organisasi membutuhkan
karkter kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat sehingga
tercapai efektivitas yang optimal.
14

3.1.3 Keberlanjutan Usaha


Keberlanjutan usaha merupakan kondisi yang menggambarkan
kemampuan suatu perusahaan untuk terus menjalankan dan mengembangkan
usahanya dengan memiliki kecukupan dana (Irwan et al. 2016). Umumnya
usaha yang berhasil adalah usaha yang memiliki keberlanjutan. Hal ini sejalan
dengan Bosma et al. (2004) yang menyatakan bahwa keberhasilan wirausaha
merupakan suatu tingkatan yang sama dengan keberlanjutan usaha. Suatu
bisnis dikatakan memiliki keberhasilan usaha apabila bisnis tersebut telah
mencapai tujuan bisnisnya (Suryana 2006). Terdapat faktor-faktor yang dapat
digunakan untuk mencerminkan keberlanjutan usaha diantaranya adalah (1)
pelaku usaha melakukan pengembangan peluang bisnis demi keberhasilan
usahanya, (2) karyawan mengerjakan tugas yang diberikan dan memiliki
tanggung jawab yang baik, (3) pelaku usaha selalu melakukan pencatatan
keuangan bisnisnya, (4) pemilik usaha melakukan pembagian tugas dan
pekerjaan kepada pegawainya secara jelas, (5) pelaku usaha melakukan
perencanaan usaha, (6) pelaku usaha melakukan promosi bisnisnya, (7) usaha
yang dijalankan memiliki izin resmi dari pemerintah, (8) pelaku usaha
mengumpulkan bukti belanja bahan baku maupun pengeluaran untuk
keperluan usahanya (Hendro 2011).
Menurut Chambers dan Conway (1992) keberlanjutan usaha merupakan
terjemahan dari “sustainable livelihood” yang didefinisikan sebagai upaya
bagi seorang individu dalam melakukan pemenuhan kebutuhan hidup dan
keberlanjutan hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara memanfaatkan segala
kemampuan, akses, pengetahuan, tuntutan, serta kekayaan yang dimiliki.
Kemudian didukung dengan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan
bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, sehingga dapat bertahan dalam
berbagai perubahan kondisi. Dalam mencapai keberlanjutan usaha, seorang
wirausaha harus memiliki kemampuan menggunakan sumber daya konseptual
dan sumber daya fisik dengan baik sehingga tercapai tujuan perusahaannya
(Fischer et al. 2015).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Wirausaha merupakan sektor yang berperan penting dalam pembangunan dan


peningkatan perekonomian suatu negara khususnya negara berkembang seperti
Indonesia. Dengan kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak di berbagai sektor
kehidupan khususnya pada sektor perekonomian, wirausaha dinilai mampu
berperan dalam meningkatkan perekonomian dikarenakan wirausaha dapat
menciptakan lapangan pekerjaan dan mengentas kemiskinan. Selain itu, wirausaha
juga merupakan sektor yang dapat menambah devisa negara dengan diiringi oleh
pengembangan SDM yang terus kreatif dan inovatif dalam menjalankan usahanya.
Saat ini wirausaha sudah banyak merambah ke generasi muda khususnya
mahasiswa.
Program-program wirausaha di IPB hadir sebagai jembatan untuk
memfasilitasi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat di bidang wirausaha untuk
memulai suatu bisnis maupun mengembangkan bisnisnya. Hal ini terlihat dari
jumlah kelompok peserta program wirausaha di IPB dari tahun 2017 hingga 2020
yang terus berfluktuatif. Namun, seiring dengan jumlah peserta program yang terus
15

berfluktuatif penelitian lain menyebutkan bahwa hal ini tidak diiringi dengan
keberlanjutan usaha dari mahasiswanya, seperti pada peserta PMW tingkat
keberlanjutan usahanya masih tergolong sangat kecil yaitu sebesar 28,13 persen
dari jumlah responden (Yusuf 2018) dan mahasiswa peserta PKM-K yang
melanjutkan usahanya hanya sebesar 42 persen (Nabila 2018). Sementara pada
program-program tersebut telah difasilitasi pendampingan dan pelatihan yang
menunjang bekal mahasiswa dalam mengembangkan bisnisnya agar tetap terus
berlanjut dan meningkatkan tertanamnya karakter-karakter wirausaha yang kuat
yang mendukung mahasiswa dalam menjalankan usahanya.
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh karakteristik wirausaha terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB dengan
menggunakan analisis deskriptif dan SEM-PLS. Manfaat dengan dilakukannya
penelitian ini diharapkan dapat diketahuinya bagaimana tingkat keberlanjutan
usaha mahasiswa dari masing-masing program wirausaha di IPB dan bagaimana
pengaruh karakteristik wirausaha terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB sehingga dapat dijadikan sebagai informasi dasar bagi
penyelenggara program dalam menentapkan kebijakan untuk ke depannya.
Penelitian ini mengukur setiap bagian yang mewakili variabel karakteristik
wirausaha (X) terhadap keberlanjutan usaha (Y). Karakteristik wirausaha (X) yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan karakter percaya diri, berani
mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan kepemimpinan yang
masing-masing karakter terdiri dari lima indikator sedangkan variabel (Y) yaitu
keberlanjutan usaha diukur menggunakan indikator pelaku usaha melakukan
perencanaan usaha, pelaku usaha mengembangkan peluang bisnis yang ada, pelaku
usaha melakukan pencatatan keuangan, pelaku usaha melakukan pembagian tugas,
dan pelaku usaha melakukan promosi barang yang dijual.

Hipotesis:
H1: Karakteristik percaya diri akan berpengaruh positif terhadap keberlanjutan
usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.
H2: Karakteristik berani mengambil risiko akan berpengaruh positif terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.
H3: Karakteristik kreatif dan inovatif akan berpengaruh positif terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.
H4: Karakteristik orientasi masa depan akan berpengaruh positif terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.
H5: Karakteristik kepemimpinan akan berpengaruh positif terhadap keberlanjutan
usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.
16

Kewirausahaan berperan
penting dalam sektor
perekonomian bangsa
khususnya di masa pandemi.

-IPB sebagai lembaga pencetak kader wirausaha muda


-Potensi dari program wirausaha di IPB
-Pendampingan dan pelatihan yang diberikan oleh masing-masing program
-Mahasiswa wirausaha memiliki karakteristik yang berbeda dengan
mahasiswa pada umumnya
-Keberlanjutan usaha peserta program yang dinilai masih rendah

Karakteristik wirausaha

-Percaya diri
-Berani mengambil risiko
-Kreatif dan inovatif
-Orientasi masa depan
-Kepemimpinan

Keberlanjutan usaha

- Melakukan perencanaan usaha


- Mengembangkan peluang bisnis
- Melakukan pencatatan keuangan
- Melakukan pembagian tugas
- Melakukan promosi

Gambar 2 Diagram kerangka pemikiran


17

IV METODE PENELITIAN

4.1 Media dan Waktu Penelitian

Pencarian dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan media


WhatsApp dan Instagram melalui penyebaran kuesioner secara daring dengan
pengisian Google Form Survey. Proses pencarian responden yang memenuhi
kriteria hingga penyebaran kuesioner dilakukan selama kurun waktu tiga minggu
yang terhitung sejak minggu akhir bulan Maret hingga pertengahan minggu bulan
April 2021.

4.2 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Data primer
didapatkan melalui pengisian kuesioner online yang diisi oleh mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB yang telah sesuai kriteria dan bersedia untuk dijadikan
responden. Kuesioner pada penelitian ini berisi pertanyaan mengenai karakteristik
individu mahasiswa, karakteristik wirausaha, keberlanjutan usaha, dan beberapa
butir pertanyaan mendalam. Variabel eksogen dan endogen dijabarkan dengan
pengukuran indikator menggunakan skala Likert dengan skala 1-5. Sedangkan data
lain yang digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan pada penelitian ini berasal
dari Badan Pusat Statistik (BPS), CDA dan Ditmawa PK IPB, dan Kemnaker RI.

4.3 Metode Penarikan Sampel

Pada penelitian ini metode penarikan sampel yang dilakukan yaitu


menggunakan metode survei dengan mengukur response rate (Tabel 2). Metode ini
menentukan responden berdasarkan kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian
dengan syarat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Pada penelitian ini teknik
penentuan responden dilakukan dengan cara melakukan survei menggunakan
aplikasi pesan WhatsApp dan Instagram dengan menanyakan kepada setiap calon
responden apakah sesuai dengan kriteria penelitian atau tidak. Kriteria responden
pada penelitian ini adalah mahasiswa peserta program wirausaha di IPB (PMW,
PKM-K, dan KBMI) yang masih melanjutkan usahanya hingga saat ini setelah
program berakhir. Setelah calon responden dipastikan sudah sesuai kriteria, peneliti
mengirimkan invitation letter kepada calon responden untuk diminta kesediaannya
berpartisipasi menjadi responden dan bersedia mengisi kuesioner penelitian. Daftar
populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan daftar mahasiswa
peserta yang lolos PMW, KBMI, dan lolos pendanaan PKM-K yang didapatkan
dari CDA dan Ditmawa PK IPB. Apabila calon responden bersedia, link kuesioner
daring dikirimkan kepada calon responden. Apabila terdapat calon responden yang
tidak memberikan respon namun sudah bersedia dan belum mengisi kuesioner
dalam waktu seminggu, maka akan dikirimkan reminder kepada calon responden
tersebut sebanyak 4 kali. Responden yang terpilih adalah responden yang sesuai
kriteria, bersedia, dan telah mengisi kuesioner daring hingga batas waktu yang telah
ditentukan.
18

Berdasarkan daftar populasi yang telah dihubungi oleh peneliti, terdapat 64


orang mahasiswa yang usahanya masih berlanjut atau telah sesuai kriteria dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian. Dari jumlah mahasiswa yang telah
sesuai kriteria dan bersedia menjadi responden tersebut, hanya 58 orang mahasiswa
yang mengisi kuesioner penelitian hingga batas waktu yang telah ditentukan.
Terdapat 6 orang mahasiswa yang bersedia namun tidak mengisi kuesioner
meskipun telah dilakukan reminder sebanyak 4 kali hingga batas waktu akhir
penelitian, sehingga jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 58 orang
mahasiswa.

Tabel 2 Data response rate responden

26 Maret 28 Maret 29 Maret 30 Maret 7 April


2021 2021 2021 2021 2021
Bersedia 37/46 13/22 1/24 0/12 13/50
Tidak
7/46 7/22 22/24 11/12 30/50
Bersedia
Jumlah 44/46 20/22 23/24 11/12 43/50

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan metode survei
menggunakan data primer. Data primer diperoleh berdasarkan penyebaran
kuesioner online kepada responden yang telah memenuhi kriteria responden dan
bersedia untuk menjadi responden. Kriteria responden pada penelitian ini adalah
mahasiswa peserta program wirausaha (PMW, PKM-K, dan KBMI) di IPB yang
masih melanjutkan usahanya hingga saat ini setelah program program berakhir.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara personal chat menggunakan aplikasi
pesan WhatsApp dan Instagram dengan menyebarkan link Google Form Survey.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai
karakteristik individu mahasiswa dan tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari
masing-masing program wirausaha di IPB. Analisis kuantitatif pada penelitian ini
menggunakan analisis SEM-PLS (Structural Equility Modeling-Partial Least
Square) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh karakteristik wirausaha
(percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan
kepemimpinan) terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
software Microsoft Excel 2013, SPSS 25 (Statistical Package for Social Science),
dan SmartPLS. Data yang diperoleh berasal dari intrumen kuesioner yang
disebarkan kepada responden.
Sebelum data dianalisis, dilakukan pengujian pada instrumen kuesioner
dengan menguji validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji validitas merupakan suatu
ukuran yang dapat menunjukan suatu kevalidan dari intrument. Uji validitas
19

berfungsi sebagai penguji apakah kuesioner mampu melakukan fungsi


pengukurannya. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukurnya (Sugiyono 2008). Uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui bahwa suatu kuesioner dikatakan reliabel
apabila jawaban terhadap pernyataan kuesioner tersebut stabil dan konsisten dari
satu waktu ke waktu yang lain. Pengujian kuesioner dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 25. Pengujian kuesioner pada penelitian ini
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa instrumen yang diteliti seluruhnya
adalah instrumen yang valid dan reliabel (Lampiran 1 dan 2).

4.5.1 Analisis Deskriptif


Nazir (2011) menyatakan bahwa analisis deskriptif memiliki tujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Analisis deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Pada penelitian ini analisis deskriptif
digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik individu
mahasiswa dan tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing
program wirausaha di IPB secara deskriptif. Analisis deskriptif pada dasarnya
merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami dan menginterpretasikannya. Tabulasi
menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel,
diagram ataupun grafik, dan lain sebagainya.

4.5.2 Analisis SEM-PLS (Structural Equility Modeling-Partial Least Square)


PLS merupakan model persamaan dengan pendekatan alternatif yang
berasal dari pendekatan SEM yang berbasis kovarian yang kemudian berubah
menjadi pendekatan dengan basis komponen atau varian (Ghozali 2006). Pada
umumnya SEM dengan basis kovarian menguji kausalitas atau teori. Sedangkan
pada PLS selain dapat digunakan untuk mengonfirmasi teori, PLS juga dapat
digunakan untuk membangun suatu hubungan yang belum memiliki landasan
teori atau untuk pengujian proposisi. PLS memiliki tujuan untuk menguji
hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau
pengaruh antar konstruk tersebut. Selain itu, PLS juga digunakan untuk
permodelan struktural dengan indikator bersifat reflektif ataupun formatif.
Menurut Ghozali (2014) PLS adalah metode analisis yang powerful
dikarenakan dalam penggunaannya PLS dapat diterapkan pada semua skala data,
tidak membutuhkan banyak asumsi, estimasi parameter dapat dilakukan
langsung tanpa persyaratan goodness of fit, dan ukuran sampel tidak harus besar.
Hal ini sejalan dengan Sarwono (2016) yang menyatakan apabila data responden
pada penelitian kurang dari batas minimum, maka model alternatif yang dapat
digunakan adalah model SEM-PLS (Structural Equation Model–Partial Least
Square) yang dapat menggunakan data responden minimum 30 sampai 50
sampel. Tahapan pada analisa model PLS diantaranya adalah penilaian model
bagian luar (outer model) atau model pengukuran (measurement model) yang
menghubungkan semua variabel manifest atau indikator dengan variabel
latennya dan penilaian model bagian dalam (inner model) atau model struktural
20

(structural model), yang menghubungkan antar variabel latennya berdasarkan


model jalur (path model) diagram hubungan yang dibangun.
Menurut Ghozali (2014) secara umum langkah-langkah pemodelan
persamaan struktural berbasis PLS adalah sebagai berikut:
1. Membuat konseptual model yaitu dengan merancang model pengukuran
(outer model) dan merancang model struktural (inner model). Kemudian
membuat diagram jalur untuk memvisualisasikan hubungan antar indikator
dengan variabel laten maupun variabel laten dengan variabel laten dan untuk
melihat model secara keseluruhan. Model Path Modelling Partial Least
Square yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
2. Melakukan evaluasi model dengan cara menilai outer model dan inner
model. Model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai
validitas dan reliabilitas model, sedangkan model struktural atau inner
model untuk memprediksi hubungan antar variabel laten.
3. Evaluasi model pengukuran dilakukan dengan menguji kriteria convergent
validity, discriminant validity, dan composite reliability setiap indikator.
Kriteria convergent validity adalah nilai loading factor dan AVE di atas 0,5.
Kriteria discriminant validity adalah nilai kuadrat AVE lebih besar terhadap
konstruk yang dituju dibandingkan dengan konstruk lainnya. Kriteria
composite reliability apabila nilai composite reliability lebih besar dari 0,7.
Apabila terdapat nilai di bawah ketentuan tersebut maka indikator tersebut
perlu dikeluarkan dari model dan dilakukan estimasi ulang.
4. Evaluasi model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square, uji
hubungan dan interpretasi. Jika nilai p-value lebih kecil dari 0,05 pada taraf
5 persen dan nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel dengan nilai t-tabel
sebesar 1,96 maka hipotesis diterima.

4.5.3 Variabel Operasional


Dalam penelitian ini Path Modelling Partial Least Square (Gambar 3)
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel laten, yaitu
pengaruh variabel karakteristik wirausaha (percaya diri, berani mengambil
risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan kepemimpinan) terhadap
keberlanjutan usaha. Indikator-indikator yang digunakan untuk mencerminkan
variabel karakteristik wirausaha dan keberlanjutan usaha dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Tabel 4 berikut.
21

Gambar 3 Model path modelling partial least square (SmartPLS)


22

Tabel 3 Indikator karakteristik wirausaha

Variabel Laten Indikator Keterangan


PD1 Tidak bergantung dengan orang lain
Memiliki keyakinan dan optimis dalam
PD2
menjalankan usaha
Tidak ragu dengan setiap keputusan yang
Percaya diri PD3
diambil
PD4 Terbiasa berbicara di khalayak ramai
Berani tampil beda dan menonjol
PD5
dibandingkan orang lain
Menyakini bahwa orang yang mengambil
BMR1
risiko cenderung lebih maju
Menikmati setiap proses dalam
BMR2 perjalanan bisnis meskipun sering
menghadapi ketidakpastian
Berani mengambil
Tidak mudah putus asa apabila
risiko BMR3
mengalami kegagalan
Selalu memperhitungkan risiko dari
BMR4
semua keputusan yang akan diambil
Lebih tertantang untuk maju ketika omzet
BMR5
turun
KI1 Menciptakan ide–ide baru dalam bisnis
Mengumpulkan banyak informasi
KI2
sebelum menjalankan bisnis
Mencari cara baru dalam memecahkan
KI3 suatu masalah walaupun sudah ada cara
Kreatif dan inovatif
lama
Mempelajari dan menciptakan sesuatu
KI4
yang baru
Melakukan suatu kegiatan yang berbeda
KI5
dengan orang lain
Menyukai aktivitas yang lebih mengarah
OM1
pada kemajuan bersama
Memiliki visi misi yang ingin dicapai
OM2
dalam menjalankan bisnis
Sadar akan pentingnya keberlanjutan
Orientasi masa depan OM3
dalam sebuah bisnis
Berpikir bahwa apa yang dikerjakan saat
OM4
ini akan berdampak bagi masa depan
Mampu mengarahkan diri sendiri pada
OM5
rencana hidup di masa mendatang
KMP1 Mampu memengaruhi orang lain
KMP2 Disiplin waktu dan tindakan
KMP3 Mau menerima kritik dan saran
Kepemimpinan
Inisiatif mau membantu orang lain yang
KMP4
membutuhkan pertolongan tanpa diminta
KMP5 Selalu menepati janji
23

Tabel 4 Indikator keberlanjutan usaha

Variabel Laten Indikator Keterangan


MPU Melakukan perencanaan usaha
MPB Mengembangkan peluang bisnis
Keberlanjutan usaha MPK Melakukan pencatatan keuangan
MPT Melakukan pembagian tugas
MPRO Melakukan promosi
24

V GAMBARAN UMUM

5.1 Program Wirausaha

5.1.1 Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)


Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) merupakan bagian dari program
Pengembangan Kewirausahaan dan Young Agripreneur yang diselenggarakan
oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) melalui Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) dan bekerjasama dengan
Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB. Pada tahun 2020,
program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa IPB University yang
memiliki minat dalam berwirausaha dan memulai mengembangkan usahanya
dengan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni guna meningkatkan
perekonomian masyarakat di desa sekitar tempat tinggal dalam kondisi adaptasi
kebiasaan baru pada masa pandemi Covid-19. Pada program ini mahasiswa yang
lolos tahap seleksi akan mendapatkan bantuan modal usaha dengan jumlah
maksimal 8 juta rupiah. Peserta PMW juga akan mendapatkan pendampingan
atau mentoring dalam melaksanakan program aksi nyatanya dalam
merealisasikan ide atau gagasan bisnis mereka. PMW bertujuan memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan, dan jiwa wirausaha (entreupreuneurship)
berbasis IPTEKS kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola pikir
(mindset) mahasiswa dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta lapangan
pekerjaan (job creator) serta menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses
menghadapi persaingan global. Dalam rangka keberlanjutan program ini juga
bertujuan membangun kelembagaan pada perguruan tinggi yang dapat
mendukung pengembangan program-program kewirausahaan. Sebagai hasil
akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka pengangguran lulusan pendidikan
tinggi yang kenyataannya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahunnya.
Fasilitas yang diberikan pada PMW diantaranya meliputi pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan
permodalan, dan pendampingan usaha. Diharapkan melalui PMW ini dapat
mendorong peningkatan aktivitas berwirausaha dan percepatan pertumbuhan
wirausaha-wirausaha baru dengan basis IPTEKS. Pendampingan dan pelatihan
pada program ini diberikan melalui kegiatan mentoring yang dilakukan pada saat
satu bulan setelah peserta mendapatan bantuan modal usaha yang dilanjut 90 hari
setelah itu tepatnya pada saat kegiatan monitoring evaluasi, dan pendampingan
program ini dilakukan melalui pemantauan laporan kegiatan yang diberikan oleh
peserta setiap minggunya berupa laporan sementara dan laporan akhir. Bentuk
kegiatan pendampingan dan pelatihan pada saat mentoring ini dilakukan secara
online melalui pertemuan via zoom meeting bersama para mentor yang
disediakan oleh penyelenggara program yang bertujuan untuk melihat
perkembangan usaha peserta dan untuk mengetahui bagaimana alokasi
penggunaan dana bantuan modal usaha dalam pengaplikasian bisnis peserta.
Pada kegiatan mentoring tersebut peserta dapat berkonsultasi bersama tim
mentor terkait permasalahan yang dihadapi dalam bisnis mereka. Kemudian
pendampingan dan pelatihan yang dilakukan melalui kegiatan monitoring dan
evaluasi memiliki bentuk kegiatan yang hampir sama dengan mentoring namun
perbedaannya terdapat pemberian evaluasi yang diberikan oleh tim mentor
25

sebagai bahan masukan dalam pengimplementasian usaha peserta setelah


program berakhir.
5.1.2 Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K)
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan program rutin dan
tahunan yang pada tahun 2020 diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan
dan Budaya (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan (Belmawa). PKM pertama kali diluncurkan pada tahun 2001
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang merupakan program untuk
menumbuhkan, mewadahi serta mewujudukan kreativitas dan inovasi
mahasiswa Indonesia. PKM bertujuan untuk menghantarkan mahasiswa
mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi yang berlandaskan
penguasaan ilmu sains dan teknologi serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Melalui PKM ini mahasiswa dapat lebih mempersiapkan diri
menjadi pemimpin yang cendikiawan, wirausahawan mandiri, dan arif dengan
cara mahasiswa diberikan peluang dan kebebasan untuk mengimplementasikan
kemampuan, keahlian, sikap, tanggungjawab, membangun kerjasama tim
maupun kemandirian melalui kegiatan yang kreatif menurut bidang ilmu yang
ditekuni.
PKM dikelompokkan menjadi beberapa bidang yang terdiri dari PKM-
Penelitian (PKM-P), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-
Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Karsa
Cipta (PKM-KC), PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT), dan PKM-Artikel Ilmiah
(PKM-AI) dan PKM-Gagasan Futuristik Konstruktif (PKM-GFK). Terkhusus
pada bidang kewirausahaan yaitu PKM-K memiliki tujuan untuk menumbuhkan
pemahaman serta keterampilan mahasiswa dalam menghasilkan komoditas unik
dan merintis kewirausahaan yang berorientasi pada profit. Namun, dalam hal ini
lebih mengutamakan keunikan dan kemanfaatan komoditas usaha (ada muatan
intelektual) daripada profit. Pelaku utama adalah mahasiswa, sementara pihak
lainnya hanya sebagai faktor pendukung. Selain itu, tujuan PKM-K adalah
memotivasi dan membuka peluang bagi mahasiswa untuk menghasilkan karya
kreatif, inovatif sebagai bekal berwirausaha sebelum atau setelah menyelesaikan
studi. PKM-K diharapkan dapat menjadi cikal bakal kemunculan produk usaha
di Indonesia sebagai karya mandiri bangsa. Terdapat dua tahapan pendampingan
dan pelatihan yang diberikan oleh penyelenggara program PKM IPB yaitu
Ditmawa PK selama proses pelaksanaannya.
a. Pendampingan dan Pelatihan Tahap 1 Untuk 100 Tim PKM Didanai IPB
Pendampingan dan pelatihan yang diberikan kepada 100 tim PKM didanai
IPB ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja pelaksanaan setiap
program PKM. Tujuan lainnya adalah melakukan pemantauan keaktifan
mahasiswa dan dosen pendamping selama menjalankan program PKM.
Peserta pendampingan dan pelatihan tahap 1 ialah seluruh tim PKM IPB
berjumlah 100 tim yang menjalankan program PKM secara daring di rumah
masing-masing. Fasilitas pendampingan dan pelatihan tahap 1 oleh mentor,
dosen pendamping, dan dosen reviewer IPB diberikan kepada 100 tim PKM
didanai IPB sebagai sarana dalam pelaksanaan program masing-masing tim.
Pendampingan dan pelatihan dilaksanakan secara daring melalui aplikasi
zoom meeting/google meet/aplikasi yang disepakati dengan 100 tim PKM
didanai IPB. Pendampingan dilaksanakan beberapa kali dengan agenda
26

meliputi review proposal, review kemajuan pelaksanaan program, serta


pemberian arahan terkait pelaksanaan program selanjutnya. Pelatihan yang
diberikan sesuai kebutuhan bidang PKM masing-masing. Terkhusus pada
bidang kewirausahaan (PKM-K) pelatihan yang diberikan diantaranya
meliputi pelatihan PIRT, cashflow, dan digital marketing. Selain itu pelatihan
tambahan lainnya yang diberikan diantaranya seperti pelatihan pembuatan
PPT dan poster, pelatihan presentasi ilmiah dan public speaking, pelatihan
penyusunan laporan PKM dan artikel ilmiah, serta pelatihan lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
b. Pendampingan dan Pelatihan Tahap 2 Untuk 50 Tim Finalis IPB
Pendampingan dan pelatihan yang diberikan kepada 50 tim finalis PIM
IPB bertujuan untuk meningkatkan kualitas persiapan setiap program PKM.
Tujuan lainnya adalah untuk melakukan pemantauan keaktifan mahasiswa
dan dosen pendamping selama persiapan PIM IPB. Peserta pendampingan
dan pelatihan tahap 2 ialah seluruh tim PKM IPB berjumlah 50 tim finalis
PIM IPB. Fasilitas pendampingan dan pelatihan tahap 2 oleh mentor, dosen
pendamping, dan dosen reviewer IPB diberikan kepada 50 tim finalis PIM
IPB sebagai sarana dalam pelaksanaan program masing-masing tim.
Pendampingan dan pelatihan dilaksanakan secara daring melalui aplikasi
zoom meeting/google meet/aplikasi yang disepakati dengan 50 tim finalis
PIM IPB. Pendampingan dilaksanakan beberapa kali dengan agenda meliputi
review proposal, review progres pelaksanaan program, serta pemberian
arahan terkait pelaksanaan program selanjutnya. Pelatihan intensif yang
diberikan meliputi: (1) pelatihan pembuatan PPT dan poster; (2) pelatihan
presentasi ilmiah dan public speaking; (3) pelatihan penyusunan artikel
ilmiah; (4) pelatihan lainnya sesuai kebutuhan. Fasilitas pelatihan intensif
secara daring yang diberikan kepada tim PKM untuk mempersiapkan agenda
presentasi final pada PIM IPB.

5.1.3 Program Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI)


Program Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) merupakan
salah satu program yang juga diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Budaya (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan (Belmawa). KBMI merupakan program dari Kemendikbud
untuk memperkuat ekonomi nasional dan mendukung percepatan ekonomi
digital menuju revolusi industri 4.0. KBMI memiliki beberapa tujuan utama
yang diantaranya adalah menumbuhkan karakteristik wirausaha mahasiswa,
menumbuhkembangkan wirausaha baru kreatif dan inovatif berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta membantu mahasiswa dalam menentukan
keunikan bisnis berbasis teknologi dengan menemukan celah pasar yang tepat
untuk meningkatkan peluang keberhasilan bisnis. Program KBMI diharapkan
juga dapat menghasilkan karya kreatif, yang inovatif dalam membuka peluang
bisnis yang berguna bagi mahasiswa setelah menyelesaikan studi. Program
KBMI yang dimulai sejak tahun 2017 dinilai telah memberikan dampak positif
pada mahasiswa untuk mendorong mahasiswa berwirausaha, termasuk model
pengembangan usaha yang dimiliki oleh mahasiswa. Program KBMI
menitikberatkan pada orientasi pada pengembangan, proses, dan hasil usaha
(profit). Tahapan KBMI tahun 2020 pada tingkat nasional meliputi pengusulan
27

proposal, pelatihan rencana usaha, penetapan penerima hibah KBMI,


pendampingan wirausaha, monitoring evaluasi serta pameran/ekspo
Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia sebagai puncak rangkaian kegiatan
KBMI. Pada program KBMI IPB, fasilitas yang diberikan diantaranya adalah
pendampingan berkala yang dimentori oleh alumni IPB yang merupakan
seorang praktisi atau pengusaha dan juga mahasiswa diberikan dosen
pendamping yang bertindak sebagai coach bisnis pada masing-masing kelompok
apabila lolos seleksi tingkat nasional. Selain itu, bentuk pelatihan yang diberikan
adalah dengan diadakannya kegiatan seminar setiap minggunya yang membahas
mengenai perencanaan bisnis, digital marketing, dan lain-lain. Pada tahun 2020
KBMI sebelum memasuki program kegiatannya diawali dengan pemberian
workshop kewirausahaan dengan tujuh sesi yang bertujuan untuk peningkatan
kapasitas berwirausaha mahasiswa Indonesia dalam menjalankan dan
mengembangkan usahanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing program
wirausaha telah diberikan pendampingan dan pelatihan yang dapat membantu
mahasiswa dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Namun,
pendampingan dan pelatihan tersebut memiliki ciri khas, keunggulan dan
kekurangannya masing-masing. Berdasarkan hasil kuesioner penelitian,
sebanyak 42 orang mahasiswa atau sebesar 72 persen mahasiswa peserta
program wirausaha berpendapat bahwa pendampingan dan pelatihan yang
diberikan oleh masing-masing program wirausaha di IPB dapat membantu
mahasiswa dalam membangun karakteristik wirausaha yang kuat namun hal ini
harus dilakukan secara lebih maksimal dan intensif lagi dari sebelumnya.

5.2 Karakteristik Individu Mahasiswa


Responden pada penelitian ini berasal dari 58 orang mahasiswa peserta
program wirausaha PMW, PKM-K, dan KBMI di IPB yang masih melanjutkan
usahanya setelah program berakhir. Responden memiliki karakteristik individu
yang berbeda-beda. Karakteristik individu pada penelitian ini menggunakan data
jenis kelamin, usia, departemen dan fakultas, angkatan, bidang usaha, lama usaha,
dan pendapatan (omzet perbulan). Berikut adalah karakteristk individu mahasiswa
yang diamati.

5.2.1 Jenis Kelamin


Dalam berwirausaha semua orang memiliki hak dan kedudukan yang
sama, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, kaya maupun
miskin, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, mahasiswa peserta program
wirausaha yang masih melanjutkan usahanya didominasi oleh laki-laki yaitu
sebanyak 32 orang mahasiswa dengan persentase sebesar 55,17 persen.
Sedangkan perempuan sebanyak 26 orang mahasiswa dengan persentase sebesar
44,83 persen (Tabel 5). Hal ini mengindikasikan bahwa pada penelitian ini laki-
laki lebih mampu bertahan untuk melanjutkan usahanya setelah program
berakhir apabila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Mazzarol et al. (1999) yang menyimpulkan bahwa perempuan lebih
kurang berhasil sebagai pendiri usaha baru apabila dibandingkan dengan laki-
laki.
28

Tabel 5 Jenis kelamin responden


Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 32 55,17
Perempuan 26 44,83
Total 58 100,00

5.2.2 Usia
Responden pada penelitian ini memiliki karakteristik usia produktif mulai
dari 19 sampai 26 tahun. Apabila dilihat pada Tabel 6, pada penelitian ini usia
mahasiswa peserta program wirausaha dikategorikan menjadi empat kategori
usia yaitu 19 sampai 20 tahun, 21 sampai 22 tahun, 23 sampai 24 tahun, dan 25
sampai 26 tahun. Mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya paling banyak
berada pada kategori usia 21 sampai 22 tahun yaitu sebanyak 32 orang
mahasiswa dengan persentase 55,17 persen. Sedangkan mahasiswa yang paling
sedikit melanjutkan usahanya adalah mahasiswa yang memiliki kategori usia 25
sampai 26 tahun yaitu sebanyak 1 orang mahasiswa dengan persentase 1,72
persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa meskipun mahasiswa tergolong
memiliki usia yang masih muda namun mahasiswa memiliki semangat dan
komitmen yang tinggi dalam mempertahankan usahanya untuk terus berlanjut
menjadi suatu unit bisnis yang sukses. Usia bukanlah menjadi penghalang bagi
mahasiswa untuk terus belajar dan mencari pengalaman dalam merintis
usahanya agar di kemudian hari menjadi bisnis yang lebih besar lagi.
Berdasarkan penelitian Sari dan Harjanti (2016) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara usia pengusaha makanan dan minuman di
Surabaya dengan kesuksesan wirausaha yang pada penelitian ini respondennya
berasal dari usia 25 sampai 55 tahun. Namun, para wirausahawan muda juga
tidak bisa dikatakan tidak akan sukses dan berhasil dalam menjalankan
usahanya. Hal ini tergantung pada bagaimana kesungguhan para wirausahawan
muda dalam membangun bisnisnya tersebut. Terlebih saat ini mahasiswa hidup
di zaman modern yang dapat memperoleh informasi dan pengetahuan seputar
wirausaha dengan sangat mudah.
Tabel 6 Pengelompokan usia responden
Kategori Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
19–20 tahun 9 15,52
21–22 tahun 32 55,17
23–24 tahun 16 27,59
25–26 tahun 1 1,72
Total 58 100,00

5.2.3 Departemen dan Fakultas


Mahasiswa peserta program wirausaha pada penelitian ini berasal dari
departemen dan fakultas yang berbeda. Berdasarkan pada Tabel 7, dapat dilihat
bahwa mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya paling banyak berasal dari
departemen Agronomi dan Hortikultura yaitu sebanyak 8 orang mahasiswa
dengan persentase sebesar 13,79 persen. Sedangkan apabila dilihat dari segi
29

fakultas, mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya paling banyak berasal


dari Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, dan Fakultas Ekonomi
dan Manajemen yaitu masing-masing sebanyak 10 orang mahasiswa dengan
persentase sebesar 17,24 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa
yang mampu bertahan dalam menjaga kontinuitas bisnisnya adalah mahasiswa
yang berasal dari fakultas yang berbeda-beda. Sebaran tersebut diduga
dikarenakan kompetensi umum mata kuliah kewirausahaan yang diberikan IPB
melalui Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU) pada tingkat pertama.
Oleh sebab itu, hal ini menyebabkan seluruh mahasiswa di IPB memiliki bekal
yang sama dalam berwirausaha. Selain itu, hal ini juga didukung dengan
kemudahan bagi setiap mahasiswa untuk belajar dan mengakses informasi
seputar wirausaha dengan cara mengikuti seminar kewirausahaan, lomba-lomba
kewirausahaan serta berbagai macam program wirausaha yang diadakan dari
internal maupun eksternal IPB.
Tabel 7 Departemen dan fakultas responden
Jumlah Persentase
Fakultas Departemen
(Orang) (%)
Agronomi dan Hortikultura 8 13,79
Pertanian Proteksi Tanaman 1 1,72
Arsitektur Lanskap 1 1,72
Manajemen Sumber daya
3 5,17
Perairan
Perikanan dan Ilmu
Teknologi Hasil Perairan 1 1,72
Kelautan
Pemanfaatan Sumber daya
3 5,17
Perikanan
Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan 2 3,45
Peternakan
Manajemen Hutan 2 3,45
Teknologi Hasil Hutan 1 1,72
Kehutanan
Konservasi Sumber daya Hutan
2 3,45
dan Ekowisata
Teknik Mesin dan Biosistem 5 8,62
Teknologi
Ilmu Teknologi Pangan 3 5,17
Pertanian
Teknologi Industri Pertanian 2 3,45
Matetamtika dan Geofisika dan Meteorologi 1 1,72
Ilmu Pengetahuan Matematika 2 3,45
Alam Biokimia 1 1,72
Ilmu Ekonomi 1 1,72
Manajemen 3 5,17
Ekonomi dan Agribisnis 3 5,17
Manajemen Ekonomi Sumber daya dan
2 3,45
Lingkungan
Ekonomi Syariah 1 1,72
Komunikasi Pengembangan
Ekologi Manusia 1 1,72
Masyarakat
Sekolah Bisnis 3 5,17
Sekolah Vokasi 6 10,34
Total 58 100,00
30

5.2.4 Angkatan
Pada penelitian ini, responden berasal dari angkatan 52 sampai 56 IPB
yang merupakan mahasiswa aktif, mahasiswa tingkat akhir maupun mahasiswa
alumni yang telah lulus dari IPB. Dapat dilihat pada Tabel 8, mahasiswa yang
masih melanjutkan usahanya paling banyak didominasi oleh mahasiswa tingkat
akhir yang berasal dari angkatan 54 yaitu sebanyak 17 orang mahasiswa dengan
persentase sebesar 29,31 persen. Kemudian terbanyak kedua berasal dari
mahasiswa aktif angkatan 55 sebanyak 16 orang mahasiswa dengan persentase
sebesar 27,59 persen. Terbanyak ketiga berasal dari mahasiswa alumni IPB yang
berasal dari angkatan 52 dan 53 yaitu masing-masing sebanyak 10 orang
mahasiswa dengan persentase sebesar 17,24 persen. Terakhir, mahasiswa yang
paling sedikit melanjutkan usahanya adalah mahasiswa aktif yang berasal dari
angkatan 56 yaitu sebanyak 5 orang mahasiswa dengan persentase sebesar 8,62
persen.
Tabel 8 Sebaran angkatan responden
Angkatan Jumlah (Orang) Persentase (%)
52 10 17,24
53 10 17,24
54 17 29,31
55 16 27,59
56 5 8,62
Total 58 100,00

5.2.5 Bidang Usaha


Mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini tidak dibatasi
jenis atau bidang usahanya. Oleh karena itu, responden pada penelitian ini
berasal dari mahasiswa dengan bidang usaha yang berbeda-beda (Tabel 9).
Mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya paling banyak didominasi oleh
mahasiswa dengan bidang usaha makanan/minuman dengan jumlah mahasiswa
sebanyak 23 orang mahasiswa dengan persentase sebesar 39,66 persen.
Terbanyak kedua pada bidang usaha pertanian yaitu sebanyak 13 orang
mahasiswa dengan persentase sebesar 22,41 persen. Mahasiswa yang masih
mampu bertahan melanjutkan usaha setelah program selesai lainnya adalah
mahasiswa yang berasal dari bidang usaha jasa, industri kreatif/kerajinan,
perikanan, fashion, dan lain-lain. Banyak faktor yang dapat menentukan
keberhasilan suatu usaha, salah satu faktor yang harus dimiliki seorang
wirausaha adalah dikuasainya seluk beluk usaha yang dijalankannya yang dapat
terjadi apabila seorang mahasiswa memiliki pengalaman ataupun latar belakang
dengan jenis atau bidang usaha yang sedang dijalankannya (Hartono et al. 2018).
31

Tabel 9 Bidang usaha yang dijalani responden


Bidang Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%)
Makanan/minuman 23 39,66
Pertanian 13 22,41
Jasa 9 15,52
Industri 6 10,34
Kreatif/Kerajinan
Perikanan 2 3,45
Fashion 2 3,45
Dan lain-lain 3 5,17
Total 58 100,00

5.2.6 Lama Usaha


Lama usaha merupakan lama waktu yang sudah dijalankan seorang
wirausaha dalam menjalankan usahanya. Sebagian besar mahasiswa yang masih
melanjutkan usahanya setelah program berakhir adalah mahasiswa yang
memiliki lama usaha kurang dari 1 tahun dan 1 sampai 2 tahun yaitu masing-
masing sebanyak 23 orang mahasiswa dengan persentase 39,66 persen (Tabel
10). Mahasiswa yang memiliki lama usaha lebih dari 2 tahun memiliki tingkat
keberlanjutan usaha yang paling sedikit yaitu sebanyak 12 orang mahasiswa
dengan persentase 20,68 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan
mahasiswa yang mampu bertahan melanjutkan usahanya setelah program
berakhir adalah mahasiswa yang memiliki umur usaha yang belum terlalu lama
sehingga mahasiswa masih memiliki semangat yang tinggi dalam menjaga dan
mempertahankan kontinuitas usahanya untuk lebih dapat dikembangkan lagi.
Tabel 10 Kategori lama usaha responden
Lama Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%)
< 1 tahun 23 39,66
1–2 tahun 23 39,66
> 2 tahun 12 20,68
Total 58 100.00

5.2.7 Pendapatan (Omzet Perbulan)

Pendapatan atau omzet perbulan merupakan jumlah seluruh pendapatan


yang diterima mahasiswa dalam menjalankan bisnisnya yang berasal dari
penjualan barang ataupun jasa dalam kurun waktu satu bulan. Bisnis yang
berhasil umumnya adalah bisnis yang memiliki pendapatan dan keuntungan
yang besar. Pada keberlanjutan usaha mahasiswa dapat terlihat bahwa
mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya kebanyakan didominasi oleh
mahasiswa yang memiliki pendapatan (omzet perbulan) lebih dari Rp1.500.000
yaitu sebanyak 25 orang mahasiswa dengan persentase 43,10 persen. Namun,
apabila dilihat pada Tabel 11, mahasiswa yang masih melanjutkan usahanya
terbanyak kedua berasal dari mahasiswa yang memiliki pendapatan (omzet
perbulan) kurang dari Rp500.000 yaitu sebanyak 15 orang mahasiswa dengan
32

persentase 25,85 persen. Dapat disimpulkan bahwa dalam melanjutkan usahanya


kebanyakan mahasiswa umumnya berorientasi pada profit. Akan tetapi,
berdasarkan hasil wawancara sebagian mahasiswa juga memiliki orientasi lain
dalam melanjutkan usahanya seperti orientasi benefit yaitu pengaplikasian ilmu
melalui pengenalan dan pengembangan produk-produk yang memiliki nilai
tambah dan berbeda di pasaran. Selain itu, sebagian mahasiswa juga memiliki
noble purpose yaitu tujuan mulia dibangunnya suatu usaha sehingga membuat
bisnis tersebut akan tetap ada dan bertahan apapun rintangannya karena tujuan
bisnis tersebut yaitu memiliki kebermanfaatan untuk diri sendiri maupun orang
di sekitarnya.
Tabel 11 Pendapatan (omzet perbulan) responden
Pendapatan
(Omzet Perbulan) Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Rp)
< 500.000 15 25,85
500.001–1.000.000 11 18,96
1.000.001–1.500.000 7 12,07
> 1.500.000 25 43,10
Total 58 100,00
33

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Tingkat Keberlanjutan Usaha Mahasiswa dari Masing-masing Program


Wirausaha di IPB

Keberlanjutan usaha merupakan sesuatu hal yang penting yang harus dimiliki
dalam menjalankan sebuah bisnis. Namun, berdasarkan hasil temuan di lapang data
terkait keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program wirausaha di
IPB ternyata masih belum tersedia. Umumnya penyelenggara program melakukan
pendataan hanya sampai pada tahap monitoring dan evaluasi saja. Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat
keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program wirausaha di IPB.
Berdasarkan hasil temuan di lapang pada penelitian ini dapat dilihat tingkat
keberlanjutan usaha mahasiswa dari ketiga jenis program wirausaha (PMW, PKM-
K, dan KBMI) di IPB (Gambar 4). Terlihat bahwa jumlah mahasiswa dari masing-
masing program wirausaha yang masih melanjutkan usahanya paling tinggi diraih
oleh peserta yang berasal dari Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yaitu sebesar
72 persen, disusul oleh peserta program Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia
(KBMI) sebesar 25 persen, dan terakhir berasal dari peserta Program Kreativitas
Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) yaitu sebesar 3 persen.

KBMI
25%

PKM-K
3%

PMW
72%

Gambar 4 Tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program


wirausaha di IPB tahun 2019-2020 (data primer diolah)
Dapat dilihat bahwa tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari ketiga
program wirausaha memiliki tingkatan yang berbeda-beda. PMW dan KBMI
memiliki tingkat keberlanjutan usaha yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan PKM-K. Berdasarkan buku panduan pelaksanaan program dan hasil
wawancara langsung bersama responden, hal ini dikarenakan menurut peraturan
persyaratan PMW dan KBMI peserta harus sudah memiliki unit bisnis yang telah
dijalankan sebelum mengikuti program tersebut, sehingga hal ini diduga
mengindikasikan bahwa mahasiswa telah memiliki persiapan yang lebih matang
dan juga kesiapan mental yang lebih kuat dalam berwirausaha sehingga berdampak
pada keberlanjutan usaha mahasiswa tersebut setelah program berakhir. Hal ini
sejalan dengan penelitian Lumpkin dan Desk (2001) yang menyatakan bahwa
kesiapan menjadi wirausaha yang melekat sebagai elemen karakteristik wirausaha
34

menentukan wirausahawan dalam mencapai kesuksesan usahanya. Namun, apabila


dilihat kembali pada Gambar 4, PMW memiliki tingkat keberlanjutan usaha yang
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan KBMI. Hal tersebut diduga dikarenakan
pada PMW selain diberikan pendampingan, peserta juga diberikan modal usaha
yang dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan
pada KBMI peserta yang lolos pada tingkat IPB akan dibina oleh mentor dan
diberikan pendampingan hingga lolos pada tingkat nasional. Apabila sudah lolos
tingkat nasional mahasiswa baru mendapatkan bantuan modal usaha namun tidak
semua mahasiswa yang lolos tingkat IPB juga lolos pada tingkat nasional.
Hal ini berbeda dengan PKM-K, meskipun pada PKM-K telah diberikan
bantuan modal usaha akan tetapi PKM-K memiliki tingkat keberlanjutan usaha
yang paling rendah apabila dibandingkan dengan PMW dan KBMI. Hal tersebut
diduga dikarenakan pada PKM-K tidak semua mahasiswa sebelum mengikuti
program tersebut sudah memulai usahanya sehingga kebanyakan dari mereka baru
memulai dan mempersiapkan usahanya ketika mengikuti program tersebut. Selain
itu, hal ini juga didukung dengan peraturan baru pelaksanaan PKM-K 2020 yang
mengharuskan mahasiswa peserta program yang mendapatkan bantuan dana untuk
hanya menuangkan ide usahanya saja dan tidak diperbolehkan merealisasikan
usahanya dikarenakan pandemi Covid-19 yang sedang melanda. Luaran yang
sebelumnya merupakan physical based product berubah menjadi digital based
product (Pedoman PKM 2020). Mahasiswa hanya diperbolehkan membuat produk
secara virtual sehingga hal ini juga diduga dapat menyebabkan mahasiswa peserta
PKM-K banyak yang tidak melanjutkan usahanya atau bahkan merealisasikan
usahanya setelah program tersebut berakhir. Selain hal yang telah disebutkan
sebelumnya, jumlah peserta yang mengikuti program juga diduga memengaruhi
tingkat keberlanjutan usaha dari masing-masing program. Dapat terlihat bahwa
pada Gambar 1 jumlah peserta PMW tiap tahunnya memiliki jumlah peserta yang
lebih tinggi yaitu sekitar empat puluhan orang mahasiswa apabila dibandingkan
dengan peserta dari KBMI dan PKM-K yang hanya sekitar dua puluhan atau bahkan
belasan orang mahasiswa.
Terlepas dari jenis program wirausaha yang dijalani, mahasiswa dalam
menjalankan usahanya tentunya seringkali memiliki kendala atau kesulitan yang
mereka hadapi meskipun usaha tersebut masih berlanjut dan bertahan hingga saat
ini. Berdasarkan hasil jawaban pertanyaan mendalam pada kuesioner penelitian,
sebagian besar responden menyebutkan kendala yang dihadapi mahasiswa dalam
menjalankan usahanya adalah permasalahan internal pada manajemen tim mereka,
manajemen sumber daya manusia dari sisi kekurangan tenaga kerja, dan
keterbatasan teknologi. Selain itu, sebagian responden mengeluhkan adanya
pandemi Covid-19 yang menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa sehingga
mahasiswa dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam memecahkan permasalahan
dalam bisnisnya. Mahasiswa yang usahanya masih berlanjut sebagian besar juga
terkendala dalam hal manajemen waktu karena mahasiswa juga memiliki fokus lain
seperti contoh fokus pada bidang akademiknya, pemasaran dan promosi produk
yang harus lebih ekstra karena produk yang masih baru sehingga masyarakat sudah
terbiasa dengan produk lama, modal yang masih dirasa kurang cukup, persaingan
yang ketat, bahkan terkadang omzet yang sering naik turun yang menyebabkan
beberapa mahasiswa memberhentikan bisnisnya terlebih dahulu lalu
melanjutkannya kembali. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wijaya et al. (2020)
35

yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberlanjutan


usaha entrepreneur atau pebisnis pemula adalah kurangnya modal, kurang fokus
pada usaha, dinamika pemasaran yang kadang sepi kandang ramai, banyak pesaing
usaha yang sejenis dan jenis usaha.
Selain kendala atau kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menjalankan
usahanya, mahasiswa juga memiliki beberapa alasan yang menyebabkan usahanya
masih berlanjut hingga saat ini. Berdasarkan hasil jawaban pertanyaan mendalam
pada kuesioner, sebagian besar mahasiswa mengatakan alasan mereka tetap
melanjutkan usahanya dikarenakan mereka memiliki motivasi yang kuat untuk
menjadi seorang wirausaha yang sukses. Motivasi yang dimiliki mahasiswa tidak
hanya berasal dari dalam diri mereka sendiri akan tetapi juga berasal dorongan dari
luar yang membuat mahasiswa semakin semangat dalam menjalankan usahanya
meskipun banyak rintangan yang harus dilewatinya. Selain itu, menurut mereka
alasan lain yang membuat usaha mereka tetap bertahan adalah dalam menjalankan
usahanya mereka dibantu dengan kerja sama tim yang baik, tim yang solid dan
loyal, serta tim yang memiliki visi misi tujuan yang sama-sama ingin mereka capai.
Mereka yang masih bertahan adalah orang-orang yang memiliki tujuan yang ingin
dicapai dalam bisnisnya. Tidak hanya tujuan yang berorientasi pada profit, akan
tetapi sebagian dari mereka memiliki noble purpose yaitu tujuan mulia
dibangunnya suatu usaha sehingga membuat bisnis tersebut akan tetap ada dan
bertahan apapun rintangannya karena tujuan bisnis tersebut yaitu memiliki
kebermanfaatan untuk diri sendiri maupun orang di sekitarnya. Alasan lainnya yang
membuat mahasiswa masih melanjutkan usahanya adalah karena mereka adaptif
terhadap berbagai macam perubahan, memiliki komitmen yang tinggi dalam
berwirausaha, produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar, relasi yang luas serta
mereka juga memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mereka terapkan
dalam pengembangan bisnis mereka.

6.2. Evaluasi Model SEM-PLS


Evaluasi model SEM-PLS dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan
inner model. Model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas
dan reliabilitas model, sedangkan model struktural atau inner model untuk
memprediksi hubungan antar variabel laten.

6.2.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)


Penelitian ini menggunakan indikator reflektif sehingga model
pengukuran dengan indikator reflektif dievaluasi dengan tiga tahap yaitu
convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability. Evaluasi outer
model dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan pada model
layak untuk dijadikan pengukuran.

a) Convergent Validity
Convergent validity digunakan untuk mengukur validitas konvergen
indikator reflektif sebagai pengukur variabel laten yang dinilai berdasarkan
nilai loading factor dari masing-masing indikator. Indikator dikatakan
memiliki validitas yang baik apabila memenuhi syarat convergent validity
nilai loading factor di atas 0,7. Namun, nilai loading factor di atas 0,5 masih
dapat ditoleransi untuk diikutkan dalam model yang masih dalam
36

pengembangan dan penelitian tahap awal (Sarwono 2016). Penelitian ini


menggunakan nilai loading factor lebih dari 0,5 karena tergolong pada
penelitian tahap awal. Selain itu, pengujian validitas kovergen juga
mensyaratkan nilai Average Variance Extracted (AVE) di atas 0,5 (Latan
dan Ghozali 2012). Apabila terdapat nilai di bawah ketentuan tersebut maka
indikator perlu dikeluarkan dari model dan dilakukan estimasi ulang.
Berdasarkan hasil estimasi pertama pada model terdapat lima
indikator yang memiliki nilai di bawah ketentuan sehingga harus
dikeluarkan dari model dan dilakukan estimasi ulang. Indikator tersebut
diantaranya ialah PD5, BMR1, KMP5, dan MPB (Gambar 5). Setelah
dilakukan estimasi kedua pada model terdapat nilai AVE yang memiliki
nilai di bawah ketentuan 0,5 yaitu pada variabel kepemimpinan sehingga
harus dilakukan estimasi ulang dengan mengeluarkan nilai loading factor
terkecil dari indikator pada variabel kepemimpinan yang tersisa tersebut
yaitu pada indikator KMP1. Berdasarkan hasil estimasi akhir pada model
dapat terlihat bahwa seluruh indikator variabel eksogen dan endogen dalam
penelitian ini memiliki nilai loading factor atau outer loading yang lebih
besar dari 0,5; sehingga tidak ada indikator yang harus dihilangkan dan
dilakukan estimasi ulang lagi (Gambar 6). Berdasarkan hasil estimasi
didapatkan pula untuk evaluasi nilai AVE masing-masing variabel eksogen
dan endogen memiliki nilai AVE lebih dari 0,5 (Tabel 13).

Gambar 5 Hasil analisis outer model awal SEM-PLS (data primer diolah dalam
SmartPLS)
37

Gambar 6 Hasil analisis outer model akhir SEM-PLS (data primer diolah dalam
SmartPLS)

b) Discriminant Validity
Discriminant validity digunakan untuk mengevaluasi seberapa
mampu indikator yang digunakan dapat menggambarkan variabel latennya.
Pengukuran discriminant validity dapat dilihat melalui pengujian Fornell
Larcker Criterion. Pengujian Fornell Larcker Criterion dilakukan dengan
membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai
korelasi antar konstruk dalam model (Ghozali 2014). Suatu konstruk
dinyatakan memenuhi syarat discriminant validity apabila memiliki akar
kuadrat dari AVE tertinggi kepada konstruk yang dituju dibandingkan akar
kuadrat dari AVE kepada konstruk lain. Berdasarkan pada Tabel 12 terlihat
bahwa setiap variabel laten memiliki nilai kuadrat AVE lebih besar terhadap
konstruk yang dituju apabila dibandingkan dengan konstruk lainnya
sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan discriminant validity telah
terpenuhi.
38

Tabel 12 Output nilai akar kuadrat AVE dan korelasi variabel laten
Berani Kreatif Orientasi
Percaya Keberlanjutan
Variabel Laten Mengambil dan Masa Kepemimpinan
Diri Usaha
Risiko Inovatif Depan
Percaya diri 0,764
Berani
mengambil 0,606 0,748
risiko
Kreatif dan
0,499 0,624 0,772
inovatif
Orientasi masa
0,595 0,723 0,548 0,776
depan
Kepemimpinan 0,355 0,499 0,427 0,550 0,740
Keberlanjutan
0,536 0,643 0,471 0,716 0,637 0,717
usaha

c) Composite Reliability
Composite reliability adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (reliabel). Ukuran
reliabilitas suatu konstruk adalah apabila nilai composite reliability di atas
0,7 (Ghozali 2014). Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa seluruh variabel
pada penelitian ini memiliki nilai composite reliability di atas 0,7 sehingga
variabel dapat dikatakan reliabel. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan hasil evaluasi pada model pengukuran menunjukkan
model yang digunakan pada penelitian ini memiliki validitas dan reliabilitas
yang baik.

Tabel 13 Output nilai composite reliability, AVE, dan R-square

Variabel Laten Composite Reliability AVE R-square


Percaya diri 0,847 0,584
Berani mengambil risiko 0,834 0,559
Kreatif dan inovatif 0,880 0,596
Orientasi masa depan 0,883 0,602
Kepemimpinan 0,783 0,547
Keberlanjutan usaha 0,807 0,514 0,624

6.2.2 Indikator Variabel Laten

a) Indikator Percaya Diri


Pada penelitian ini terdapat lima indikator yang diteliti yang
mencerminkan variabel percaya diri yaitu indikator PD1 (tidak bergantung
dengan orang lain), PD2 (memiliki keyakinan dan optimis dalam
menjalankan usaha), PD3 (tidak ragu dengan setiap keputusan yang diambil),
PD4 (terbiasa berbicara di khalayak ramai), dan PD5 (berani tampil beda dan
menonjol dibandingkan orang lain). Namun, berdasarkan hasil estimasi
model awal (Gambar 5) terlihat bahwa dari kelima indikator tersebut terdapat
39

indikator yang tidak mencerminkan karakteristik percaya diri mahasiswa


peserta program wirausaha di IPB yaitu indikator PD5 (berani tampil beda
dan menonjol dibandingkan orang lain). Hal ini dikarenakan indikator PD5
memiliki nilai loading factor 0,473 yang lebih kecil dari ketentuan loading
factor yaitu 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa karakter percaya diri yang dapat
dilihat dengan mahasiswa berani tampil beda dan menonjol dibandingkan
orang lain merupakan karakter yang tidak dimiliki mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB dalam melanjutkan usahanya. Indikator yang
paling mencerminkan karakteristik percaya diri ini adalah indikator PD2
(memiliki keyakinan dan optimis dalam menjalankan usaha) dikarenakan
indikator tersebut memiliki nilai loading factor paling besar dibandingkan
ketiga indikator percaya diri lainnya (Lampiran 4). Karakteristik percaya diri
yang dimiliki oleh mahasiswa ini diperlihatkan dengan mahasiswa peserta
program meyakini dan optimis dalam menjalankan usahanya sehingga
membuat usaha tersebut tetap terus berlanjut. Selain itu, karakteristik percaya
diri lainnya diperlihatkan mahasiswa melalui ketidakraguan mahasiswa
dalam mengambil setiap keputusan yang menentukan arah tujuan bisnisnya.
Percaya diri mahasiswa juga diperlihatkan dengan sikap berani untuk
berbicara dan mengutarakan pendapat khususnya di khalayak ramai, dan
karakter percaya diri ini diperlihatkan dari sikap mahasiswa yang tidak suka
bergantung terhadap orang lain.

b) Indikator Berani Mengambil Risiko


Dalam berwirausaha tentunya mahasiswa sering menghadapi berbagai
macam risiko. Pada penelitian ini variabel berani mengambil risiko
dicerminkan melalui lima indikator yang diantaranya adalah BMR1
(menyakini bahwa orang yang mengambil risiko cenderung lebih maju),
BMR2 (menikmati setiap proses dalam perjalanan bisnis meskipun sering
menghadapi ketidakpastian), BMR3 (tidak mudah putus asa apabila
mengalami kegagalan), BMR4 (selalu memperhitungkan risiko dari semua
keputusan yang akan diambil), dan BMR5 (lebih tertantang untuk maju ketika
omzet turun). Namun, berdasarkan hasil estimasi model awal (Gambar 5)
terlihat bahwa dari kelima indikator tersebut terdapat indikator yang tidak
mencerminkan karakteristik berani mengambil risiko pada mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB yaitu indikator BMR1 (menyakini bahwa orang
yang mengambil risiko cenderung lebih maju). Hal ini dikarenakan indikator
BMR1 memiliki nilai loading factor sebesar 0,335 yang lebih kecil dari
ketentuan loading factor yaitu 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa karakter
berani mengambil risiko yang dapat dilihat melalui mahasiswa menyakini
bahwa orang yang mengambil risiko cenderung lebih maju merupakan
karakter yang tidak dimiliki mahasiswa peserta program wirausaha di IPB
dalam melanjutkan usahanya. Indikator yang paling mencerminkan
karakteristik berani mengambil risiko ini adalah indikator BMR3 (tidak
mudah putus asa apabila mengalami kegagalan) dikarenakan indikator
tersebut memiliki nilai loading factor paling besar dibandingkan ketiga
indikator lainnya (Lampiran 4). Karakteristik berani mengambil risiko yang
dimiliki oleh mahasiswa peserta program wirausaha diperlihatkan melalui
sikap mahasiswa dalam menghadapi ketidakpastian. Meskipun sering
40

menghadapi ketidakpastian dalam bisnisnya mahasiswa yang melanjutkan


usahanya selalu menikmati setiap proses dan perjalanan yang mereka hadapi
dalam bisnisnya. Risiko yang dihadapi seringkali mengarah pada suatu
kegagalan akan tetapi mahasiswa tidak mudah putus asa apabila mengalami
kegagalan dalam bisnisnya. Selain itu, karakter berani mengambil risiko yang
dimiliki mahasiswa diperlihatkan melalui mahasiswa mencoba untuk
memperhitungkan risiko dari semua keputusan yang akan diambilnya yang
dapat berdampak untuk keberlangsungan usahanya. Ketika omzet yang
diperoleh menurun, mahasiswa semakin tertantang untuk maju dan
mempertahankan usahanya. Oleh sebab itu, meskipun sebagian mahasiswa
mendapatkan omzet yang sedikit atau kurang dari Rp500.000,00 mahasiswa
peserta program masih tetap melanjutkan usahanya dan semakin tertantang
untuk maju.

c) Indikator Kreatif dan Inovatif


Mahasiswa IPB adalah mahasiswa yang terkenal dengan kreativitas dan
inovasinya. Pada penelitian ini variabel kreatif dan inovatif dicerminkan
melalui lima indikator yang diantaranya adalah KI1 (menciptakan ide–ide baru
dalam bisnis), KI2 (mengumpulkan banyak informasi sebelum menjalankan
bisnis), KI3 (mencari cara baru dalam memecahkan suatu masalah walaupun
sudah ada cara lama), KI4 (mempelajari dan menciptakan sesuatu yang baru),
dan KI5 (melakukan suatu kegiatan yang berbeda dengan orang lain).
Berdasarkan hasil estimasi model awal (Gambar 5) terlihat bahwa kelima
indikator tersebut merupakan indikator yang mencerminkan variabel kreatif
dan inovatif dikarenakan kelima indikator tersebut memiliki nilai loading
factor di atas 0,5 semua. Indikator yang paling mencerminkan karakteristik
kreatif dan inovatif ini adalah indikator KI5 (melakukan suatu kegiatan yang
berbeda dengan orang lain) dikarenakan indikator tersebut memiliki nilai
loading factor paling besar dibandingkan keempat indikator lainnya
(Lampiran 4). Karakteristik kreatif dan inovatif ini diperlihatkan dengan
mahasiswa peserta program wirausaha di IPB pada penelitian ini tertarik
untuk mempelajari dan menciptakan sesuatu yang baru. Sebelum
menjalankan bisnisnya mahasiswa mengumpulkan banyak informasi yang
dapat menambah bekal pengetahuan mahasiswa dalam berwirausaha. Selain
itu, hal ini didukung dengan sikap mahasiswa yang selalu memiliki dan
menciptakan ide-ide baru dalam bisnisnya sehingga kegiatan yang dilakukan
mahasiswa wirausaha berbeda dengan kegiatan mahasiswa pada umumnya.
Karakter kreatif dan inovatif ini juga diperlihatkan mahasiswa melalui
penanganan mahasiswa dalam menghadapi permasalahan pada bisnisnya
yaitu dengan mencari cara-cara baru dalam memecahkan suatu masalah
walaupun sudah ada cara-cara yang lama.

d) Indikator Orientasi Masa Depan


Pada penelitian ini variabel orientasi masa depan dicerminkan melalui lima
indikator yang diantaranya adalah OM1 (menyukai aktivitas yang lebih
mengarah pada kemajuan bersama), OM2 (memiliki visi misi yang ingin
dicapai dalam menjalankan bisnis), OM3 (sadar akan pentingnya
keberlanjutan dalam sebuah bisnis), OM4 (berpikir bahwa apa yang
41

dikerjakan saat ini akan berdampak bagi masa depan), dan OM5 (mampu
mengarahkan diri sendiri pada rencana hidup di masa mendatang).
Berdasarkan hasil estimasi model awal (Gambar 5) terlihat bahwa kelima
indikator tersebut merupakan indikator yang mencerminkan variabel orientasi
masa depan dikarenakan kelima indikator tersebut memiliki nilai loading
factor di atas 0,5 semua. Indikator yang paling mencerminkan karakteristik
orientasi masa depan ini adalah indikator OM2 (memiliki visi misi yang ingin
dicapai dalam menjalankan bisnis) dikarenakan indikator tersebut memiliki
nilai loading factor paling besar dibandingkan keempat indikator lainnya
(Lampiran 4). Karakter orientasi masa depan yang dimiliki mahasiswa ini
diperlihatkan melalui mahasiswa memiliki kesadaran akan pentingnya
keberlanjutan dalam sebuah bisnis untuk ke depannya dan mahasiswa selalu
memiliki pemikiran bahwa apa yang sedang mereka kerjakan saat ini itu akan
berdampak bagi masa depan mereka ke depannya. Mahasiswa peserta
program yang melanjutkan usahanya merupakan orang yang menyukai
aktivitas yang mengarah pada kemajuan bersama dalam tim yang mereka
bangun. Mereka memiliki visi misi yang ingin mereka capai dalam
menjalankan usahanya serta mahasiswa peserta program yang melanjutkan
usahanya merupakan orang yang mampu mengarahkan diri mereka sendiri
pada rencana hidup di masa mendatang.

e) Indikator Kepemimpinan
Pada penelitian ini variabel kepemimpinan dicerminkan melalui lima
indikator yang diantaranya adalah KMP1 (mampu memengaruhi orang lain),
KMP2 (disiplin waktu dan tindakan), KMP3 (mau menerima kritik dan
saran), KMP4 (inisiatif mau membantu orang lain yang membutuhkan
pertolongan tanpa diminta), dan KMP5 (selalu menepati janji). Namun,
berdasarkan hasil estimasi model awal (Gambar 5) terlihat bahwa dari kelima
indikator tersebut terdapat indikator yang tidak mencerminkan karakteristik
berani mengambil risiko pada mahasiswa peserta program wirausaha di IPB
yaitu indikator KMP5 (selalu menepati janji) dan KMP1 (mampu
memengaruhi orang lain). Hal ini dikarenakan indikator KMP5 memiliki nilai
loading factor sebesar 0,276 yang lebih kecil dari ketentuan loading factor
yaitu 0,5 dan indikator KMP1 memiliki nilai loading factor yang
menyebabkan nilai AVE variabel kepemimpinan lebih kecil dari 0,5 sehingga
indikator tersebut harus dihapus dan dikeluarkan dari model. Hal ini
menunjukkan bahwa karakter kepemimpinan yang dapat dilihat melalui
mahasiswa selalu ingat dengan setiap janji dan perkataan yang mereka
ucapkan dan kemampuan mahasiswa dalam memengaruhi orang lain
merupakan karakter yang tidak dimiliki mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB dalam melanjutkan usahanya. Indikator yang paling
mencerminkan karakteristik kepemimpinan ini adalah indikator KMP3 (mau
menerima kritik dan saran) dikarenakan indikator tersebut memiliki nilai
loading factor paling besar dibandingkan kedua indikator lainnya (Lampiran
4). Karakter kepemimpinan mahasiswa peserta program wirausaha di IPB ini
diperlihatkan melalui mahasiswa mau menerima kritik dan saran dari anggota
lain dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada bisnisnya.
Mahasiswa sering membantu orang lain terutama dalam tim bisnisnya yang
42

membutuhkan pertolongan tanpa harus diminta. Karakter kepemimpinan ini


juga diperlihatkan melalui sikap mahasiswa yang memiliki disiplin yang baik
dalam hal waktu maupun tindakan dan dapat menjadi contoh bagi anggota
yang lainnya sehingga mahasiswa yang memiliki karakter kepemimpinan ini
dapat membawa tim bisnisnya menjadi tim yang solid demi mencapai tujuan
bersama dan keberlangsungan usahanya.

f) Indikator Keberlanjutan Usaha


Pada penelitian ini variabel keberlanjutan usaha dicerminkan melalui lima
indikator yaitu MPU (melakukan perencanaan usaha), MPB
(mengembangkan peluang bisnis), MPK (melakukan pencatatan keuangan),
MPT (melakukan pembagian tugas), dan MPRO (melakukan promosi)
(Hendro 2011). Namun, berdasarkan hasil estimasi model awal (Gambar 5)
terlihat bahwa dari kelima indikator tersebut terdapat indikator yang tidak
mencerminkan variabel keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB yaitu indikator MPB (mengembangkan peluang bisnis). Hal
ini dikarenakan indikator MPB memiliki nilai loading factor sebesar 0,357
yang lebih kecil dari ketentuan loading factor yaitu 0,5. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel keberlanjutan usaha yang dapat dilihat melalui tindakan
mahasiswa dalam melakukan pengembangan peluang pada bisnisnya
merupakan bentuk tindakan yang tidak mencerminkan mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB dalam melanjutkan usahanya. Indikator yang
paling mencerminkan variabel keberlanjutan usaha ini adalah indikator
MPRO (melakukan promosi) dikarenakan indikator tersebut memiliki nilai
loading factor paling besar dibandingkan ketiga indikator keberlanjutan
usaha lainnya (Lampiran 4) sehingga hal ini menunjukkan bahwa indikator
tersebut merupakan indikator penting yang harus dimiliki mahasiswa yang
dapat memperlihatkan keberlanjutan usahanya. Selain itu hal ini
mengindikasikan bahwa mahasiswa peserta program wirausaha di IPB dalam
melanjutkan usahanya dicerminkan melalui tindakannya dalam melakukan
kegiatan promosi pada usahanya tersebut.

6.2.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Evaluasi model struktural (inner model) merupakan evaluasi yang


bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten (Hair et al. 2017).
Evaluasi inner model merupakan upaya untuk menemukan bukti yang
mendukung model teoritis yaitu hubungan berteori antara variabel eksogen
dengan endogen. Evaluasi inner model dilakukan dengan menggunakan
beberapa parameter. Parameter tersebut diantaranya adalah nilai R-square (R²),
nilai koefisien path, t-statistik, dan nilai p-values masing-masing path (jalur).
Nilai R-square digunakan untuk menunjukkan sejauh mana variabel eksogen
dapat menjelaskan variabel endogen. Menurut Abdillah (2018) nilai R-square
yang semakin besar menunjukan bahwa model yang digunakan dalam penelitian
semakin baik.
43

Berdasarkan Tabel 13 nilai R-square variabel endogen keberlanjutan usaha


pada penelitian ini adalah sebesar 0,624 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel karakteristik wirausaha percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif
inovatif, orientasi masa depan, dan kepemimpinan dapat menjelaskan
pengaruhnya terhadap variabel keberlanjutan usaha sebesar 62,4 persen dan 37,6
persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
Analisis selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis melalui
metode bootstrapping dengan SmartPLS menggunakan parameter nilai koefisien
jalur, t-statistik, dan nilai p-value pada tabel path coefficient. Variabel eksogen
dikatakan berpengaruh terhadap variabel endogen apabila nilai p-value lebih
kecil dari 0,05 pada taraf 5 persen. Nilai t-statistik digunakan untuk melihat nilai
signifikansi antar variabel laten, apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel
dengan nilai t-tabel sebesar 1,96 maka variabel dikatakan berpengaruh secara
signifikan sedangkan koefisien jalur digunakan untuk melihat arah hubungan
antar variabel laten yaitu positif atau negatif. Berdasarkan pada Tabel 14 terlihat
bahwa variabel karakteristik wirausaha yang memiliki hubungan yang positif
dan berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan usaha adalah variabel
orientasi masa depan dan kepemimpinan. Variabel percaya diri dan berani
mengambil risiko memiliki hubungan yang positif namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap keberlanjutan usaha sedangkan variabel kreatif dan inovatif
memiliki arah hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.

Tabel 14 Output hasil bootsrapping karakteristik wirausaha (percaya diri, berani


mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa depan, dan
kepemimpinan) terhadap keberlanjutan usaha

Jalur Pengaruh Original Sample T-Statistics P-Values


Percaya diri ->
0,119 0,949 0,343
Keberlanjutan usaha
Berani mengambil risiko
0,164 1,214 0,225
-> Keberlanjutan usaha
Kreatif dan Inovatif ->
-0,029 0,261 0,794
Keberlanjutan usaha
Orientasi masa depan ->
0,364 2,025 0,043*
Keberlanjutan usaha
Kepemimpinan ->
0,326 2,585 0,010*
Keberlanjutan usaha
*berpengaruh signifikan pada taraf 5 persen (p value<0,05; t statistic>1,96)
44

6.3. Pengaruh Karakteristik Percaya Diri terhadap Keberlanjutan Usaha


Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik


wirausaha (percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif inovatif, orientasi masa
depan, dan kepemimpinan) terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB. Berdasarkan hasil dari uji bootsrapping pada Tabel 14
menunjukkan bahwa variabel karakterisik percaya diri memiliki arah hubungan
yang positif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keberlanjutan
usaha. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil dari uji bootsrapping didapatkan
bahwa hubungan antara variabel karakteristik percaya diri dengan keberlanjutan
usaha memiliki nilai estimasi parameter original sample sebesar 0,119 yang bernilai
positif dengan nilai t-statistik 0,949 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 1,96 dan
nilai p value menunjukkan nilai 0,343 yang lebih besar dari batas p value sebesar
0,05 pada taraf 5 persen. Artinya karakteristik percaya diri tidak cukup berperan
penting dalam meningkatkan keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB. Semakin tinggi karakteristik wirausaha yang dimiliki mahasiswa
peserta program wirausaha di IPB maka tidak memengaruhi mahasiswa dalam
meningkatkan keberlanjutan usahanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ryan (2019) yang menyatakan bahwa variabel karakteristik percaya
diri memiliki arah hubungan yang positif namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan usaha pada wirausaha usaha mikro tempe di Krobokan
Semarang Barat. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bahri dan Arda (2019) yang menghasilkan bahwa variabel karakteristik percaya diri
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha kecil pada kalangan
generasi Z mahasiswa UMSU.
Percaya diri merupakan salah satu karakter penting yang umumnya harus
dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan bisnisnya. Berdasarkan hasil
analisis disimpulkan bahwa karakteristik percaya diri tidak dapat meningkatkan
keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB. Hal ini dapat
terjadi diduga dikarenakan mahasiswa kurang memperhatikan faktor penting yang
dapat mengurangi risiko kegagalan dalam suatu bisnis. Menurut Rusdiana (2013)
terdapat beberapa faktor penting yang harus diperhatikan seorang wirausaha dalam
mengurangi risiko kegagalan dalam berbisnis. Salah satu faktor tersebut adalah
dengan menghindari optimisme yang berlebihan ketika bisnis mulai menunjukkan
keberhasilannya. Banyak mahasiswa wirausaha yang terlalu percaya diri pada
kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut umumnya diperlukan seorang
wirausaha agar berhasil dan sukses dalam bidang yang ditekuninya. Akan tetapi,
optimisme yang berlebihan akan membahayakan usaha itu sendiri. Optimisme yang
berlebihan sering menjadikan seorang wirausaha mudah ceroboh dan kehilangan
tanda-tanda penting bahwa sebuah bisnis yang dijalankannya sedang tidak baik-
baik saja.
45

6.4. Pengaruh Karakteristik Berani Mengambil Risiko terhadap


Keberlanjutan Usaha Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB

Berdasarkan hasil dari uji bootsrapping pada Tabel 14 menunjukkan bahwa


variabel karakterisik berani mengambil risiko memiliki arah hubungan yang positif
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keberlanjutan usaha. Hal ini
dikarenakan berdasarkan hasil dari uji bootsrapping didapatkan temuan bahwa
hubungan antara variabel karakteristik berani mengambil risiko dengan
keberlanjutan usaha memiliki nilai estimasi parameter original sample sebesar
0,164 yang bernilai positif dengan nilai t-statistik 1,214 yang lebih kecil dari t tabel
sebesar 1,96 dan nilai p value menunjukkan nilai 0,225 yang lebih besar dari batas
p value sebesar 0,05 pada taraf 5 persen. Artinya karakteristik berani mengambil
risiko yang dimiliki mahasiswa peserta program wirausaha di IPB tidak cukup
berperan penting dalam meningkatkan keberlanjutan usahanya. Semakin tinggi
karakteristik berani mengambil risiko yang dimiliki mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB maka tidak memengaruhi mahasiswa dalam meningkatkan
keberlanjutan usahanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bustan (2016) yang menyatakan bahwa variabel karakteristik berani mengambil
risiko tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan usaha pada
studi kasus usaha kecil pengolahan pangan di kota Palembang. Namun hal ini
berbeda dengan hasil penelitian Oktavia dan Trimeiningrum (2018) yang
menyatakan bahwa karakteristik berani mengambil risiko berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keberhasilan usaha pada UMKM makanan ringan di Kota
Semarang.
Dalam berwirausaha tentunya mahasiswa sering dihadapkan pada berbagai
macam risiko dan ketidakpastian dalam bisnisnya yang terkadang mengarah pada
suatu kegagalan. Oleh sebab itu, karakteristik berani mengambil risiko merupakan
karakteristik yang umumnya penting dan harus dimiliki mahasiswa dalam
menjalankan usahanya. Namun, berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
karakteristik berani mengambil risiko yang dimiliki oleh mahasiswa terbukti tidak
dapat meningkatkan keberlanjutan usahanya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
mahasiswa kurang memperhitungkan setiap risiko yang dihadapinya. Contohnya
seperti meskipun sebagian mahasiswa mendapatkan omzet yang sedikit atau kurang
dari Rp500.000,00 mahasiswa peserta program masih tetap melanjutkan usahanya
dan semakin tertantang untuk maju. Namun, hal tersebut tidak diiringi dengan
kemampuan mahasiswa dalam memperhitungan risiko dan membuat rencana
cadangan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Wirausahawan yang sukses
bukanlah seorang pengambil risiko yang liar, melainkan seorang pengambil risiko
yang telah diperhitungkan sebelumnya. Wirausahawan melihat sebuah bisnis
dengan tingkat pemahaman risiko pribadinya. Mereka mengambil peluang di
daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalaman yang akan
meningkatkan kemungkinan keberhasilannya. Hal ini sejalan dengan Rhenald
Kasali dalam Rusdiana (2013) yang menyatakan bahwa dunia wirausaha
merupakan dunia yang penuh risiko sehingga keberanian mengambil risiko menjadi
modal pertama yang harus dimiliki seorang wirausaha. Namun, keberanian
mengambil risiko tanpa diiringi dengan kemampuan membuat analisis terhadap
risiko sama dengan memasuki pintu kegagalan usahanya sendiri.
46

6.5. Pengaruh Karakteristik Kreatif dan Inovatif terhadap Keberlanjutan


Usaha Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB

Berdasarkan hasil dari uji bootsrapping pada Tabel 14 menunjukkan bahwa


variabel karakterisik kreatif inovatif memiliki arah hubungan yang negatif dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel keberlanjutan usaha. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil dari uji bootsrapping didapatkan temuan bahwa hubungan antara
variabel karakteristik kreatif inovatif dengan keberlanjutan usaha memiliki nilai
estimasi parameter original sample sebesar -0,029 yang bernilai negatif dengan
nilai t-statistik 0,261 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 1,96 dan nilai p value
menunjukkan nilai 0,794 yang lebih besar dari batas p value sebesar 0,05 pada taraf
5 persen. Artinya karakteristik kreatif dan inovatif yang dimiliki mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB tidak berperan penting dalam meningkatkan
keberlanjutan usahanya. Semakin tinggi karakteristik kreatif dan inovatif yang
dimiliki mahasiswa peserta program wirausaha di IPB maka semakin tidak
memengaruhi mahasiswa dalam meningkatkan keberlanjutan usahanya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utari dan Yusrik (2021) yang
menghasilkan bahwa karakteristik keorisinilan (kreatif dan inovatif) memiliki arah
hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan
usaha cafe di Kota Palembang. Hal ini juga didukung dengan penelitian Maisaroh
(2019) yang menyatakan bahwa karakter kreatif dan inovatif tidak terbukti
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan usaha UMKM di dusun Sawahan dan
Mlangi.
Berdasarkan hasil analisis penelitian, karakteristik kreatif dan inovatif tidak
terbukti dapat meningkatkan keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program
wirausaha di IPB. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan mahasiswa merasa
kesulitan dalam memasarkan produknya. Umumnya produk mahasiswa merupakan
produk baru hasil dari kreativitas dan inovasinya sehingga mahasiswa kesulitan
memasarkan produk tersebut di pasaran karena masyarakat sudah terbiasa dengan
produk yang lama. Oleh sebab itu, mahasiswa juga mengeluhkan bahwa kesulitan
mereka dalam melanjutkan usahanya adalah persaingan yang ketat karena mereka
harus bersaing dengan produk-produk lama yang sudah terbiasa dikonsumsi oleh
masyarakat. Semakin inovatif suatu produk yang diciptakan mahasiswa wirausaha
maka semakin sulit produk tersebut diterima oleh pasar. Hal ini dikarenakan pada
produk tersebut perlunya dilakukan pengenalan dan penyesuaian pasar agar dapat
diterima oleh konsumen. Mahasiswa wirausaha harus lebih ekstra memberikan
kepercayaan kepada konsumen mengenai produk yang akan dipasarkannya. Dalam
menghadapi permasalahan pemasaran produk baru tersebut, umumnya hal ini dapat
dilakukan seorang wirausaha dengan cara melakukan uji coba pasar. Uji coba pasar
cenderung menjadi teknik riset yang efektif untuk mengurangi risiko pada usaha
baru dan menilai keberhasilannya (Rusdiana 2013). Uji coba pasar mensyaratkan
penelitian secara saksama dan evaluasi oleh pelanggan potensial terhadap produk
yang ditawarkan. Metode yang digunakan dalam uji coba pasar adalah
mempromosikan produk pada pameran perdagangan, menjual pada sejumlah
konsumen terbatas, dan menggunakan uji coba pasar bahwa penerimaan calon
pembeli dapat diamati dan dianalisis dari dekat. Namun, uji coba pasar memerlukan
biaya yang cukup besar sehingga mahasiswa wirausaha harus menyadari kerugian
dan keuntungan yang mereka hadapi apabila ingin melakukan uji coba pasar.
47

6.6. Pengaruh Karakteristik Orientasi Masa Depan terhadap Keberlanjutan


Usaha Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB

Berdasarkan hasil dari uji bootsrapping pada Tabel 14 menunjukkan bahwa


variabel karakterisik orientasi masa depan memiliki arah hubungan yang positif dan
berpengaruh signifikan terhadap variabel keberlanjutan usaha. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil dari uji bootsrapping didapatkan temuan bahwa hubungan antara
variabel karakteristik orientasi masa depan dengan keberlanjutan usaha memiliki
nilai estimasi parameter original sample sebesar 0,364 yang bernilai positif dengan
nilai t-statistik 2,025 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 dan nilai p value
menunjukkan nilai 0,043 yang lebih kecil dari batas p value sebesar 0,05 pada taraf
5 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel karakteristik
orientasi masa depan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan
usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB. Artinya karakteristik orientasi
masa depan berperan penting dalam meningkatkan keberlanjutan usaha mahasiswa
peserta program wirausaha di IPB. Semakin tinggi karakteristik orietasi masa depan
yang dimiliki mahasiswa peserta program wirausaha di IPB maka akan semakin
meningkatkan keberlanjutan usahanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Abubakar dan Palisuri (2018) yang menyatakan bahwa variabel
karakteristik orientasi masa depan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap keberlanjutan usaha industri kecil kuliner tradisional di Kelurahan
Rappang Kecamatan Panca Rijang Provinsi Sulawesi Selatan.
Karakteristik orientasi masa depan pada penelitian ini dicerminkan oleh lima
indikator yang diantaranya adalah mahasiswa menyukai aktivitas yang lebih
mengarah pada kemajuan bersama, mahasiswa memiliki visi misi yang ingin
dicapai dalam menjalankan bisnis, mahasiswa sadar akan pentingnya keberlanjutan
dalam sebuah bisnis, mahasiswa berpikir bahwa apa yang dikerjakan saat ini akan
berdampak bagi masa depan, dan mahasiswa mampu mengarahkan diri mereka
sendiri pada rencana hidup di masa mendatang. Indikator yang paling
mencerminkan karakteristik orientasi masa depan adalah mahasiswa memiliki visi
misi yang ingin dicapai dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini menunjukkan bahwa
karakter orientasi masa depan yang diimplementasikan melalui sikap mahasiswa
dalam memiliki visi misi yang ingin dicapai dalam menjalankan bisnisnya
merupakan karakteristik wirausaha yang harus dimiliki oleh mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB dalam menunjang keberlanjutan usahanya.
Berdasarkan hasil analisis, orientasi masa depan terbukti dapat meningkatkan
keberlanjutan usaha. Hal ini sejalan dengan Suryana (2013) yang menyatakan
bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang wirausaha akan dapat dilihat dari aspek
pandangan atau orientasinya pada depan. Mahasiswa wirausaha yang memiliki
karakter ini cenderung memiliki indra yang kuat dalam melihat potensi ekonomi.
Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan,
tetapi lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakannya besok. Apabila umumnya
seorang manajer tradisional lebih memerhatikan pengelolaan sumber daya yang
ada, seorang wirausahawan yang beorientasi masa depan lebih tertarik mencari dan
memanfaatkan potensi bisnisnya. Oleh sebab itu, mahasiswa wirausaha dalam
mencapai tujuan bisnisnya juga harus diiringi dengan penyusunan perencanaan dan
strategi yang matang agar jelas langkah-langkah yang akan dijalankan untuk usaha
mereka ke depannya sehingga berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha mereka.
48

6.7. Pengaruh Karakteristik Kepemimpinan terhadap Keberlanjutan Usaha


Mahasiswa Peserta Program Wirausaha di IPB

Berdasarkan hasil dari uji bootsrapping pada Tabel 14 menunjukkan bahwa


variabel karakterisik kepemimpinan memiliki arah hubungan yang positif dan
berpengaruh signifikan terhadap variabel keberlanjutan usaha. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil dari uji bootsrapping didapatkan temuan bahwa hubungan antara
variabel karakteristik kepemimpinan dengan keberlanjutan usaha memiliki nilai
estimasi parameter original sample sebesar 0,326 yang bernilai positif dengan nilai
t-statistik 2,585 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 dan nilai p value
menunjukkan nilai 0,010 yang lebih kecil dari batas p value sebesar 0,05 pada taraf
5 persen. Artinya karakteristik kepemimpinan berperan penting dalam
meningkatkan keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.
Semakin tinggi karakteristik kepemimpinan yang dimiliki mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB maka akan semakin meningkatkan keberlanjutan
usahanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari dan Yusrik
(2021) yang menyatakan bahwa variabel karakteristik kepemimpinan memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha cafe di Kota
Palembang. Karakteristik kepemimpinan dicerminkan oleh tiga indikator yang
diantaranya adalah mahasiswa memiliki disiplin waktu dan tindakan, mahasiswa
mau menerima kritik dan saran, dan mahasiswa memiliki inisiatif untuk membantu
orang lain yang membutuhkan pertolongan tanpa diminta. Indikator yang paling
mencerminkan karakteristik kepemimpinan adalah mahasiswa mau menerima
kritik dan saran. Hal ini menunjukkan bahwa karakter kepemimpinan yang
diimplementasikan melalui sikap mahasiswa yang mau menerima kritik dan saran
merupakan karakteristik wirausaha yang harus dimiliki oleh mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB dalam menunjang keberlanjutan usahanya. Hal ini
sejalan dengan Meredith et al. (2000) yang menyatakan bahwa seorang wirausaha
yang memiliki karakter kepemimpinan dalam dirinya dicirikan melalui perilakunya
yang senang menerima kritik dan saran yang membangun.
Seorang wirausaha adalah seorang pemimpin, pembuat keputusan, dan
pengendali keadaan dalam usaha yang sedang dijalankannya, maka karakter dan
sifat kepribadian mereka memengaruhi arah perkembangan masa depan usaha yang
dimilikinya (Yulastri 2019). Berdasarkan hasil temuan di lapang, alasan mahasiswa
masih melanjutkan usahanya adalah mahasiswa dibantu dengan kerja sama tim
yang baik, tim yang solid, dan tim yang memiliki visi misi tujuan yang ingin dicapai
bersama. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh karakter kepemimpinan yang
dimiliki mahasiswa tersebut. Melalui karakter kepemimpinan yang dimiliki
mahasiswa ini, mahasiswa wirausaha dapat mengorganisir timnya untuk mecapai
tujuan bersama. Mahasiswa wirausaha akan lebih memerhatikan orientasi tujuan
masa depan yang ingin dicapainya, memerhatikan hubungan personal antar tim, dan
memerhatikan efektivitas dalam pelaksanaan operasional bisnisnya. Oleh sebab itu,
mahasiswa wirausaha yang memiliki karakter kepemimpinan dengan
memerhatikan ketiga orientasi tersebut akan senantiasa tampil hangat, memotivasi
timnya, disenangi oleh timnya karena memberikan kenyamanan dalam bekerja
sama, dan selalu ingat pada tujuan bisnis yang ingin dicapainya sehingga
berpengaruh terhadap keberlanjutan usahanya tersebut.
49

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini,
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Tingkat keberlanjutan usaha mahasiswa dari masing-masing program
wirausaha (PMW, PKM-K, dan KBMI) di IPB memiliki tingkatan yang
berbeda-beda. Tingkat keberlanjutan usaha tersebut diantaranya adalah
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) sebesar 72 persen, program
Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) sebesar 25 persen, dan
Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) yaitu sebesar 3
persen.
2. Karakteristik wirausaha orientasi masa depan dan kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa
peserta program wirausaha di IPB. Karakteristik wirausaha percaya diri dan
berani mengambil risiko memiliki arah hubungan yang positif namun tidak
berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta
program wirausaha di IPB. Karakteristik wirausaha kreatif dan inovatif
memiliki arah hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh signifikan
terhadap keberlanjutan usaha mahasiswa peserta program wirausaha di IPB.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini,
terdapat beberapa saran yang dapat diberikan sebagai informasi dasar yaitu sebagai
berikut:
1. Perlunya dilakukan penanaman karateristik wirausaha yang lebih kuat
melalui peningkatan pendampingan dan pelatihan yang diberikan oleh
masing-masing penyelenggara program wirausaha di IPB seperti pemberian
materi berupa seminar kewirausahaan dan diskusi setiap minggunya yang
membahas terkait permasalahan usaha yang dijalankan oleh setiap
mahasiswa, serta terkait kiat-kiat membangun usaha yang baik dan benar bagi
mahasiswa wirausaha pemula, dan lain sebagainya.
2. Program wirausaha seperti PMW, PKM-K, dan KBMI di IPB merupakan
program yang masih sangat diperlukan sebagai bagian pembelajaran
kewirausahaan bagi mahasiswa terutama dalam membangun dan
mengembangkan usahanya. Oleh sebab itu, perlunya dilakukan pemantauan
dan pendataan yang lebih mendalam terkait keberlanjutan usaha mahasiswa
dalam mengimplementasikan bisnis mereka setelah program berakhir
sehingga pada akhirnya bisnis tersebut tidak berhenti di tengah jalan saja dan
dapat memiliki tindak lanjut keberlanjutan usaha yang jelas.
3. Penelitian mengenai keberlanjutan usaha mahasiswa merupakan penelitian
yang penting untuk dikaji lebih lanjut. Oleh sebab itu, disarankan pada
penelitian selanjutnya untuk meneliti variabel lain yang diduga dapat
memengaruhi keberlanjutan usaha mahasiswa seperti kebijakan pelaksanaan
program wirausaha, kesiapan dalam berwirausaha, modal usaha yang
diberikan, motivasi wirausaha, pengetahuan atau pengalaman dalam
berwirausaha, dan lain sebagainya.
50

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah W. 2018. Metode Penelitian Terpadu Sistem Informasi. Permodelan


Teoretis, Pengukuran, dan Pengujian Statistis. Ed ke-1. Yogyakarta: ANDI.
Abubakar H, Palisuri P. 2018. Karakteristik Wirausaha terhadap Keberlanjutan
Industri Kuliner Tradisional. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional dan Call
for Paper: Manajemen, Akuntansi, dan Perbankan 2018.
Alma B. 2007. Kewirausahaan. Bandung: ALFABETA
Bahri S, Arda M. 2019. Pengaruh Karakteristik Pengusaha terhadap Keberhasilan
Usaha Kecil pada Kalangan Generasi Z. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional Kewirausahaan, 1(1), 2019, hal 265-273.
Biro Humas Kemnaker. 2020 April 22. Menaker: Badai Pasti Berlalu, Panggil
Kembali Pekerja yang ter-PHK Nanti. [diakses 2020 Okt 08].
https://www.kemnaker.go.id/news/detail/menaker-badai-pasti-berlalu-
panggil-kembali-pekerja-yang-ter-phk-nanti
Bosma N, Van Praag M, Thurik R, & DeWit G. 2004. The Value of Human and
Social Capital Investments for the Business Performance of Startups. Small
Business Economics. 23(3): 227-236.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari
2020. Jakarta: BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari
2020. Jakarta: BPS.
Bustan J. 2016. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Orientasi Pembelajaran, dan
Orientasi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha (Studi pada Usaha
Kecil Pengolahan Pangan di Kota Palembang). Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya Vol. 14 No.1 Maret 2016.
Chambers R and Conway G. 1992. Sustainable Rural Livelihoods Practical
Concepts for the 21st Century. IDS Discussion Paper 296, IDS, Brighton.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2020. Pedoman PKM 2020.
Jakarta: Direktorat Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2020. Panduan KBMI
2020. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2009. Pedoman Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) Dikti. Jakarta: Direktorat Kelembagaan.
Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB University. 2020.
Pedoman PKM PIM-IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fauzan I. 2019. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Bisnis Keluarga
Berbasis Pertanian [skripsi]. Jatinangor: Universitas Padjajaran.
Fernald, Lloyd W, Jr.,Solomon, George T., Tarabishy, Ayman. 2005. A New
Paradigm: Entrepreneurial Leadership. Southern Business Review. Spring.
Firmansyah MA, Roosmawarni A. 2019. Kewirausahaan (Dasar dan Konsep).
Surabaya: Qiara Media.
Fischer D, Mauer R and Brettel M. 2015. Regulatory Focus Theory and Sustainable
Entrepreneurship. International Journal of Entrepreneurial Behavior &
Research. Emerald Publishing Limited. DOI 10.1108/IJEBR-12-2015-0269.
51

Frinces ZH. 2010. Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan. Volume 7 Nomor 1, April 2010.
Ghozali I. 2006. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Square. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali I. 2014. Partial Least Squares: Konsep, Teknik, dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hair JFJ, Hult GTM, Ringle C, Sarstedt M. 2017. A Primer on Parsial Least Square
Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Long Range Planning.
http://doi.org/10.1016/j.lrp.2013.01.002.
Hartono, Widyarti H, Maharsi P. 2018. Kajian terhadap Faktor-faktor dalam
Pemilihan Jenis Usaha Studi pada Mahasiswa Peserta KBMI. Di dalam:
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Vol 1
Desember 2018; Halaman 330-343.
Hendarman. 2011. Kajian Kebijakan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha).
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 17, Nomor 6.
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
Insana DRM, Mayndarto EC. 2017. Pembangunan Karakter Wirausaha Mahasiswa
Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi,
Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017.
Irwan KK, Ruslan M, Mane A. 2016. Pengaruh Motivasi terhadap Keberlanjutan
Usaha Kapal Phinisi di Kabupaten Bulukumba. Jurnal Riset Edisi IV. Vol 3,
No. 002.
Islam MA, Khan MA, Obaidullah AZM, Alam SN. 2011. Effect of Entrepreneur
and Firm Characteristics on the Business Success of Small and Medium
Enterprises (SMEs) in Bangladesh. International Journal of Business and
Management Vol. 6, No. 3.
Kasmir. 2007. Kewirausahaan edisi 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Insdonesia. 2020. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta:
Kemenkes.
Latan H dan Ghozali I. 2012. Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Lumpkin GT. dan Desk GG. 2001. Lingking Two Dimensions Of Entrepreneurial
orientation to firm Performance: The Moderating Role of Environment and
Industry Life Cycle. Journal of business venturing 16,:429-451.
Maisaroh. 2019. Kajian Karakteristik Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha
UKM (Studi Kasus Sentra Industri Konveksi Dusun Mlangi dan Sawahan
Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta). Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan
Akuntansi Vol. 21, No.2 Tahun 2019.
Marbun BN. 1999. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mazzarol T, Volery T, Doss N, & Thein V. 1999. Factors Influencing Small Business
Start-ups. International Journal of Entrepreneurial Behavior and Research,
5(2).
Meredith GG, Nelson RE dan Neck PA. 2000. Kewirausahaan; Teori dan Praktek,
Ppm. Jakarta: Pusaka Binaman Pressindo.
Mounier E. 1956. The Character of Man. Translate into English by Chyntia
Rowland. New York: Harpers and Brothers.
52

Nabila TF. 2018. Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Perilaku Wirausaha


pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Nandita B. 2018. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Usaha UMKM
Pengolahan Buah dan Pengolahan Susu [tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Oktavia G, Trimeiningrum E. 2018. Pengaruh Percaya Diri Dan Keberanian
Mengambil Risiko Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Umkm Makanan
Ringan di Kota Semarang. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan
Perpajakan Vol 1. No.1 (2018).
Robbins SP, Judge TA. 2013. Organizational behavior 15th ed. New Jersey:
Prentice Hall.
Rusdiana A. 2013. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia.
Ryan F. 2019. Pengaruh Karakteristik Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha
Pada Wirausaha Usaha Mikro Tempe Di Krobokan Semarang Barat. [tesis].
Semarang. Unika Soegijapranata.
Sari S. 2015. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Karakteristik Personal
terhadap Pertumbuhan Umkm Yang Berkelanjutan (Kasus: Wirausaha
Pengolahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi). Di dalam:
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan
Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”.
Sari WIK, Harjanti D. 2016. Analisis Hubungan Faktor Demografi dengan
Kesuksesan Wirausaha pada Pengusaha Makanan dan Minuman di Surabaya.
Jurnal AGORA, Volume 4, Nomor 1, (2016).
Sarwono J. 2016. Membuat Skripsi, Tesis dan Disertasi dengan Partial Least
Square SEM (PLS - SEM). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Schumpeter J. 1934. The Theory of Economic Development. An Inquiry into
Profits, Capital, Credit, Interest and the Business Cycle, translated from the
German by Redvers Opie. New Brunswick (U.S.A) and London (U.K.):
Transaction Publishers.
Schumpeter A J. 1939. Business Cycles. South-Western: classiques.uqac.ca.
Setiawan A. 2016. Profil Karakter Kewirausahaan Mahasiswa Semester III
Program Studi BK FIP Universitas PGRI Semarang Tahun Akademik
2016/2017. Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 3 Nomor 2.
Setyawati ECN, Hari SN, dan Ilham A. 2013. Karakteristik Kewirausahaan dan
Lingkungan Bisnis Sebagai Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha (Studi IKM
di Sentra Kerajinan Rotan Amuntai Kab. Hulu Sungai Utara, Provinsi
Kalimantan Selatan). Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Maret
2013.Hal. 41-50.
Stoner JAF & RE Freeman. 2001. Manajemen. Cetakan Kelima. Jilid Kesatu.
Jakarta: Intermedia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis; Kiat dan Proses Sukses. Jakarta:
Penerbit Salemba.
53

Suryana. 2013. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung:


Salemba Empat.
Utari D, Yusrik M. 2021. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Keberhasilan
Usaha Cafe di Kota Palembang. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis,
Auditing, dan Akuntansi) Vol. 6, No.1, Juni 2021: 13-25.
Wagner J. 2004. Nascent Entrepreneur. IZA Discussion Paper. 1293.
Wijaya B, Riswandi, Mariani, Pranata R. 2020. Faktor-faktor yang Memengaruhi
Keberlanjutan Usaha Entrepreneur Pemula. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional IPPeMas 2020 Inovasi Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat dalam Menunjang Era Industri 4.0.
Yanti VA, Amanah S, Muldjono P, Asngari P. 2018. Faktor yang Memengaruhi
Keberlanjutan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Bandung dan Bogor.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 20, No.2
140 , Juli 2018: 137-148.
Yulastri A. 2019. Karakter Wirausaha. Bandung: Alfabeta.
Yulina, Mandiangan PY. 2010. Pengaruh Karakteristik Wirausaha dan Sikap
Wirausaha terhadap Perilaku Kewirausahaan (Studi Kasus pada Mahasiswa
Wirausaha Politeknik Negeri Sriwijaya) [Jurnal]. Sriwijaya: Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Yusuf MM. 2018. Analisis Hubungan Karakter Wirausaha terhadap Faktor yang
Memengaruhi Keberhasilan Usaha Program Mahasiswa Wirausaha [skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Yuwono W, Muhammad AH. 2014. Analisis Karakter Mahasiswa Pelaku
Wirausaha di Kota Batam. Jurnal Akuntansi, Ekonomi, dan Bisnis. Vol. 2,
No. 2, 2014, 141-147.
59

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aprilia Trianasari lahir di Kota Metro Lampung


pada tanggal 03 April 1999. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara
yang berasal dari pasangan Bapak Toyibun dan Ibu Miswati. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di SD Negeri 1 Metro Timur, lalu melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 2 Metro, setelah itu melanjutkan pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 1 Metro, dan lulus pada tahun 2017. Setelah lulus
dari bangku SMA, penulis melanjutkan pendidikan Program Sarjana (S1) di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor yang diterima melalui jalur SBMPTN.
Semasa kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan mahasiswa seperti
kepanitiaan dan organisasi. Organisasi yang pernah diikuti penulis diantaranya
adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman (2018/2019),
staf divisi internal Keluarga Mahasiswa Lampung (Kemala) (2018/2019), staf divisi
PSDM Rohis AGB (REGE), staf departemen PSDM Himpunan Profesi Mahasiswa
Agribisnis (HIPMA) (2018/2019), menteri departemen PSDM Himpunan Profesi
Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) (2019/2020). Penulis juga aktif di beberapa
kepanitiaan di luar maupun di dalam kampus yang diantaranya adalah panitia Back
To Village (BTV) Kemala IPB 2018 sebagai staf divisi acara, panitia Masukkampus
Chapter IPB 2018 sebagai staf divisi campus tour dan registrasi, panitia Back To
Village (BTV) Kemala IPB 2019 sebagai sekretaris atau badan pengurus harian
(BPH), panitia Reborn Entrepreneurs Days with Solidarity (REDS) 2019 sebagai
sekretaris atau badan pengurus harian (BPH), panitia Agribusiness Festival
(Agrifest) 2019 sebagai staf divisi humas dan LO, dan lain sebagainya. Selain aktif
dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan, penulis juga pernah melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat dengan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT)
IPB di Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung pada bulan Juli-Agustus
tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai