Anda di halaman 1dari 10

TUGAS EKONOMI PROODUKSI

“RINGKASAN FUNGSI PRODUKSI BESERTACONTOH CONTOH

SOAL”

Oleh:

Muhammad Ikhsan (1506111034)

Agribisnis-B

Dosen :

Ermy Tety,Sp.,M.Si.

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

2017
FUNGSI PRODUKSI

Teori dan Fungsi Produksi


Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini mencakup pengertian yang luas yaitu meliputi
semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa-jasa. Proses penciptaan ini pada umumnya
membutuhkan berbagai jenis faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas
tertentu. Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan produksi”, karena faktor produksi
tersebut dikorbankan untuk menghasilkan barang-barang produksi (Soekartawi, 1990).
Fungsi Produksi
Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan teknis antara input dengan output, yang
mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam beberapa
pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena (Soekartawi, 1990) :
1. Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan produksi itu sendiri
secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
2. Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Q), dengan
variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel
penjelasnya (antara X dengan X yang lain).
Secara matematis sederhana, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :
Output = ƒ (input)…………...……………………………………..(2.1)
Q = f (X1, X2, X3, ..., Xi),
dimana:
Q = output Xi = input yang digunakan dalam proses produksi; i = 1,2,3,..., n. Input yang digunakan
dalam proses produksi antara lain adalah modal, tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu
ekonomi, output dinotasikan dengan Q sedangkan input (faktor produksi) yang digunakan biasanya
(untuk penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga kerja (L).
Dengan demikian : Q = ƒ (K, L)........................................................................(2.2)
Seorang pengusaha dapat mengubah nilai Q (output) dengan jalan mengubah-ubah
kuantitas dari salah satu input yang dipergunakan, dan mempertahankan input yang lain agar tetap
konstan. Pada kondisi ini, output akan mencapai tingkat maksimum dan kemudian mulai menurun
apabila lebih banyak input yang lain yang konstan (the law of diminishing returns). Kondisi seperti ini
terlihat dalam Kurva Produk Rata-rata dan Kurva Produk Marginal dari Produk Total. Kurva TPT
berikut ini mencerminkan hubungan antara input tenaga kerja dengan output total. Sewaktu T masih
sedikit, output naik pesat jika T ditingkatkan penggunaannya menjadi T**. Tetapi karena input dan
faktor lain konstan, kesanggupan tenaga kerja tambahan untuk menghasilkan output tambahan
semakin berkurang. Output mencapai maksimum pada titik T***. Jika penggunaan tenaga kerja
ditambahjuga sesudah T*** ini, output bukannya bertambah melainkan justru berkurang (Nicholson,
1999).
Pengusaha yang rasional tidak akan pernah mempekerjakan tenaga kerja yang melebihi
T***, karena penambahan tenaga kerja justru akan menghasilkan output yang lebih sedikit. Hal ini
diasumsikan bahwa dengan pengeluaran biaya tertentu, seorang pengusaha akan menggunakan
tehnik produksi yang paling efisien dari tehnik produksi yang sudah tersedia. Disamping itu, input
yang digunakan dalam proses produksi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu input tetap dan
input variabel. Input tetap adalah input yang jumlahnya tidak dapat diubah secara cepat apabila
pasar menghendaki perubahan jumlah output. Input variabel adalah input yang jumlahnya dapat
diubah-ubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan output yang dihasilkan.
Jangka Waktu dalam Produksi
Setiap proses produksi memerlukan jangka waktu produksi. Berdasarkan penggolongan input diatas,
jangka waktu produksi dibagi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Fungsi Produksi Jangka Pendek
Jangka pendek yaitu jangka waktu yang mengacu pada satu atau lebih faktor produksi yang
tidak bisa dirubah. Dalam jangka pendek, seorang produsen dapat mengubah input X1 yang
digunakan dalam proses produksinya, akan tetapi tidak bisa mengubah input X2. Jadi input X2
merupakan input tetap, sedangkan input X1 merupakan input variabel. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa kurva Total Produksi dimulai dari titik origin (dengan kata lain tidak
mempunyai intercept); karena jika produsen tidak menggunakan input L sama sekali maka
outputnya juga nol.
Q = f ( X1, X2,...Xn Xn ).....................................................(2.3)
dimana :
Q = output; X1,X2,...Xn = input variabel; dan Xn = input tetap.
Output dapat diubah dalam jangka pendek dengan melakukan penyesuaian terhadap
sumber daya (input) variabel, tetapi ukuran (scale) usaha adalah tetap dalam jangka pendek.
Perubahan tingkat output dalam jangka pendek ini, merubah pula biaya yang terdiri dari dua
kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terjadi karena sumber daya tetap, dan
biaya variabel terjadi karena adanya sumber daya variabel.
Fungsi Produksi COBB-DOUGLAS
Fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb-Douglas production function) ini sering disebut sebagai
fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi ini berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada
ciri data yang ada dan digunakan, tetapi umumnya ditulis dengan :
Y = a ...........................................................................(2.3.3.1)
Fungsi produksi eksponensial atau Cobb-Douglas ini sudah banyak digunakan dalam studi-
studi tentang fungsi produksi secara empiris, terutama sejak Charles W.Cobb dan Paul H. Douglas
memulai menggunakannya pada akhir 1920. Fungsi atau persamaan ini melibatkan dua variabel atau
lebih, yang mana variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen atau yang dijelaskan
(dependent variable), dan yang lain disebut sebagai variabel independen atau yang menjelaskan
(independent variable).

Elastisitas Produksi
Elastisitas Produksi parsial yang berkenaan dengan faktor produksi merupakan ukuran perubahan
proporsional outputnya yang disebabkan oleh perubahan proporsional pada faktor produksi ketika
faktor-faktor produksi lainnya konstan (Beathe dan Taylor, 1994). Elastisitas produksi ( ) ini dapat
dituliskan dengan formula seperti berikut :

= .....................................................................................(2.4.1)

dimana :
Q = output;
X = input.
Pada fungsi Cobb-Douglas, parameter β1 dapat ditafsirkan sebagai elastisitas produksi untuk masing-
masing faktor produksi. Jadi elastisitas produksi untuk faktor-faktor produksi T, TK, K, dinyatakan
oleh besaran β1,β2,β3. Interpretasi dari besaran elastisitas produksi adalah jika ε = 0,8 yang berarti
bahwa apabila input (faktor produksi) ditambah 10%, maka akan menaikkan output sebesar 8%.

Skala Hasil (Return to Scale)


Return to Scale didefinisikan sebagai derajat perubahan output apabila semua inputnya diubah
dalam proporsi yang sama. Skala hasil perlu dihitung untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu
usaha mengikuti kaidah increasing, decreasing, atau constant return to scale. Jika fungsi produksi
mula-mula :
Yo = α .........................................................................(2.5.1)
dan jika semua input ditambah dengan kelipatan yang sama sebesar k kali, maka output akan
menjadi :
Y = α ......................................................(2.5.2)
= α . ........................................................(2.5.3)
= Yo . .............................................................................(2.5.4)
Tiga kemungkinan yang terjadi adalah :
1. Increasing Return to Scale
Ini terjadi jika proporsi perubahan output lebih besar dari proporsi perubahan input, yaitu jika β1 +
β2 + β3 > 1.
2. Constant Return to Scale
Terjadi bila proporsi perubahan output sama dengan proporsi perubahan input, yaitu β1 + β2 + β3 =
1. Pada tahap ini, besarnya operasi produksi usaha tidak akan mempengaruhi produktivitas dari
faktor-faktor produksinya.
3. Decreasing Return to Scale
Jika proporsi perubahan output lebih kecil dari proporsi perubahan input yaitu β1 + β2 + β3 < 1. Ini
memungkinkan terjadi pada setiap perusahaan dengan operasi berskala besar dengan manajemen
yang lebih rumit dan struktur organisasi yang lebih kompleks.

CONTOH SOAL

CONTOH 1 Suatu proses produksi menggunakan dua macam input, yaitu modal (K) dan tenaga kerja
(L). Jumlah output (Q) yang dapat dihasilkan dalam satu periode produksi ditunjukkan oleh
persamaan berikut ini:
Q = 4K1/2 L1/4
Pertanyaan:
a. Tentukan jumlah input K dan input L yang harus digunakan dalam proses produksi
tersebut agar kombinasi input tersebut merupakan kombinasi dengan biaya terendah (least cost
combination).
b. Tentukan jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination.
c. Jika input modal (K) ditambah 8%, sedangkan input L dan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi tidak berubah, tentukan persentase perubahan jumlah output yang dapat
dihasilkan.
d. Jik input tenaga kerja (L) ditambah 10%, sedangkan input modal (K) dan teknologi yang
digunakan dalam proses produksi tidak berubah, tentukan persentase perubahan jumlah output
yang dapat dihasilkan.
e. Jika input modal (K) dan tenaga kerja (L) masing-masing ditambah 10% sedangkan teknologi
yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah, tentukan persentase perubahan jumlah
output yang dapat dihasilkan.
f. Tentukan skala produksi proses produksi tersebut (increasing, decreasing, atau constant)? g.
Bandingkan tingkat penggunaan input K dan input L dalam proses produksi tersebut apakah capital
intensive atau labor intensive.
JAWABAN
Jumlah input K dan input L yang harus digunakan agar biaya produksi yang harus dikeluarkan paling
rendah adalah:

Jumlah input K dan input L masing-masing adalah 4 unit dan 16 unit.


A. Jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination adalah
Q = 4(4)1/2(16)1/4
= 4(2)(2) = 16
Jadi jumlah output yang dihasilkan pada kondisi least cost combination adalah 16 unit.
B. Besarnya koefisien elastisitas input K adalah ½ artinya jika input K ditambah 1% sedangkan
input lain dan teknologi yang digunakan tidak berubah, maka output meningkat ½%. Jadi jika
input modal (K) ditambah 8% sedangkan input L dan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi tidak berubah maka jumlah output meningkat sebanyak 4%.
C. Besarnya koefisien elastisitas input L adalah ¼. Artinya jika input L ditambah 1% sedangkan
input lain dan teknologi yang digunakan tidak berubah maka output meningkat ¼%. Jadi jika
input modal (K) ditambah 10% sedangkan input K dan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi tidak berubah maka jumlah output meningkat sebanyak 2,5%
D. Besarnya penjumlahan koefisien elastisitas input K dan input L adalah ½ + ¼ = ¾. Artinya jika
input K dan input L masing-masing ditambah 1% sedangkan teknologi yang digunakan tetap
maka output meningkat ¼%. Jadi jika input modal (K) dan input tenaga kerja (L) masing-
masing ditambah 10% sedangkan teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak
berubah maka jumlah output meningkat sebanyak 7,5%.
E. Besarnya penjumlahan koefisien elastisitas input K dan input L adalah ½ + ¼ < 1. artinya skala
produksi proses produksi tersebut adalah decreasing return to scale.
F. Koefisien elastisitas input K (EK = ½) lebih besar daripada koefisien elastisitas input L (EL = ¼)
sehingga dapat disimpulkan dalam proses produksi tersebut pada modal (capital intensive).

CONTOH 2 Suatu proses produksi menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan produk
tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan input K sebagao input
tetap pada tingkat 20 unit. Persamaan produksi total yang dihasilkan dari proses produksi tersebut
ditunjukkan oleh persamaan: Q = 6L + 20. Berdasarkan informasi tersebut, tentukan jumlah output
(Q) yang dihasilkan pada tingkat penggunaan input L sebanyak 10 unit.
Jawaban soal kasus
Q = 6L + 20
L = 10
= 6(10) + 20 = 60 + 20
= 80 unit
Produksi total (Q) pada penggunaan input L sebanyak 10 unit adalah 80 unit. Fungsi produksi
yang menunjukkan hubungan antara output yang dihasilkan dengan semua input yang digunakan
merupakan fungsi produksi total secara teknis (technical production function). Berdasarkan fungsi
produksi total ini dapat diuraikan ke dalam beberapa besaran proses produksi yang diperlukan oleh
manajer produksi dalam pengambilan keputusan. Besaran-besaran dalam proses produksi tersebut
adalah produksi rata-rata (average product) dan produksi marjinal (marginal product).
Contoh 3 Suatu proses produksi yang menggunakan input L dan K untuk menghasilkan
produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan input K sebagai
input tetap pada tingkat 20 unit. Persamaan produksi total yang dihasilkan dari proses produksi
tersebut ditunjukkan oleh persamaan: Q = 6L + 20. Berdasarkan informasi tersebut, tentukan
produksi rata-rata L (APL) pada tingkat penggunaan input L sebanyak 10 unit
Jawaban soal kasus
APL = Q/L
Q = 6L + 20
L = 10 = 6(10) + 20 = 60 + 20
= 80 unit
Produksi total (Q) pada penggunaan input L sebanyak 10 unit adalah 80 unit.
APL = Q/L = 80/10 = 8
Produksi rata-rata L (APL) pada penggunaan input L sebanyak 10 unit adalah 8 unit.

CONTOH 4 Suatu proses produksi yang menggunakan input L dan input K untuk
menghasilkan produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan
input K sebagai input tetap pada tingkat 20 unit. Persamaan produksi total yang dihasilkan dari
proses produksi tersebut ditunjukkan oleh persamaan: Q = 6L + 20. Berdasarkan informasi tersebut,
jika produsen menambah tenaga kerja satu orang, yakni dari 9 orang menjadi 10 orang, tentukan
produksi marjinal L (MPL) pada tingkat penggunaan input tenaga kerja (L) sebanyak 10 orang.
Jawaban soal kasus
MPL = ∆Q/∆L = Q2 – Q1/L2 – L1
Q = 6L + 20
L1 = 9
Q1 = 6(9) + 20 = 54 + 20 = 74 unit
L2 = 10 Q2 = 6(10) + 20 = 60 + 20 = 80 unit
Produksi total (Q) pada penggunaan input L sebanyak 9 adalah 74 dan penggunaan L sebanyak 10
unit adalah 80 unit. Produksi marjinal penggunaan input L sebanyak 10 dapat ditentukan dengan
memasukkan besarnya Q dan L ke dalam persamaan, sehingga diperoleh produksi marjinal tenaga
kerja (MPL) adalah MPL = 80 – 74/10 – 9 = 6 Produksi marjinal pada penggunaan input L sebanyak
10 unit adalah 6 unit
Contoh soal 5 Sebuah perusahaan memproduksi barang Ymenggunakan satu macam input
variabel, yaitu X. jumlah barang Y yang dihasilkan ditunjukkan oleh persamaan TP = 240X + 24X2 –
X3. Pertanyaan: a. Produksi rata-rata (AP) dan produksi marjinal (MP) input X pada penggunaan
input X = 10 unit. b. Batas penggunaan input X pada produksi tahap I, tahap II dan tahap III.
Jawaban soal kasus
a. APx = TP/X = 240 + 24X – X2
X = 10
APx = 240 + 24(10) – (10)2
= 380
MPx = ∂TP/∂X = 24 – 2X = 0
X = 10
MPx = 240 + 48(10) – 3(10)2
= 420
b. Awal penggunaan input X padat tahap produksi II adalah pada saat produksi rata-rata (AP) input
X maksimum.
∂TP/∂X = 24 -2X = 0
X = 12
Akhir penggunaan input X pada tahap produksi II adalah pada saat produksi marjinal (MP) input
sama dengan nol.
MPx = 240 + 48X – 3X2 = 0
X1 = -4 ; X2 = 20
Jumlah input X yang digunakan adalah yang bertanda positif. Jadi batas akhir produksi tahap II
adalah penggunaan input X sebanyak 20. Jumlah input X yang digunakan adalah yang bertanda
positif. Jadi batas akhir produksi tahap II adalah penggunaan input X sebanyak 20. Produksi tahap I:
X < 12 Produksi tahap II: 12 < X < 20 Produksi tahap III: X > 20
Contoh soal 6 Misalnya dalam suatu proses produksi menggunakan dua macam input
variabel yaitu modal (K) dan tenaga kerja (L). Harga input K adalah Rp. 100 dan harga input L adalah
Rp. 200. Anggaran yang tersedia untuk membeli input K dan input L untuk suatu proses produksi
adalah Rp. 1.000. Buatlah persamaan dan kurva isocost produsen tersebut pada satu proses
produksi.
Jawaban Persamaan garis anggaran konsumen adalah:
PKK + PLL = C
PK = Rp. 100 ;
PL = Rp. 200 ;
C = Rp. 1.000
100K + 200L = 1.000
Skedul anggaran konsumen dengan garis anggaran 100K + 200L = 1.000 adalah

Kurva isocost produsen untuk membeli input K dan input L adalah:


Contoh soal 7
Suatu proses produksi menggunakan dua macam input variabel, yaitu X dan Y. Harga input X
adalah Rp. 2 per unit dan harga input Y adalah 4 per unit. Jumlah output yang dapat dihasilkan dari
penggunaan dua macam input tersebut ditunjukkan oleh persamaan Q = 2XY. Q adalah jumlah
output yang dihasilkan dari satu periode produksi, X adalah jumlah input X dan Y adalah jumlah input
Y. Jika produsen tersebut menginginkan jumlah output yang dihasilkan adalah 64 unit, tentukan
jumlah input X dan jumlah input Y masing-masing yang digunakan dalam proses produksi tersebut
agar biaya produksi paling rendah.
Jawaban soal kasus Q = 2XY Harga input X(Px) = 2 dan harga input Y(Py) = 4 jumlah output
yang ingin dihasilkan oleh produsen adalah 64.

2X2 = 128
X2 = 64
X=8
2XY = 64
2(8)Y = 64
Y = 64/16 = 4
Kombinasi input yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output sebanyak 64
adalah jumlah input X adalah 8 unit dan jumlah input Y adalah 4 unit.

Anda mungkin juga menyukai