Anda di halaman 1dari 74

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI

DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH


(Studi Kasus: Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

TUTI SIMANJUNTAK
020309022
SEP / PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

Tuti Simanjuntak : Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah
(Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun), 2007
USU Repository © 2008
ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI
DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH
(Studi kasus: Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

TUTI SIMANJUNTAK
020309022
SEP / PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui
Komisi Pembimbing:

Ketua Anggota

(Ir. A.T. Hutajulu, MS.) (Ir, Hasudungan Butar-butar MSi.)


NIP. 130.877.998 NIP.130.679.095

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007
RINGKASAN

TUTI SIMANJUNTAK (020309022/PKP) dengan judul skripsi


“ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI
DAFEP[ PADA USAHATANI PADI”. Studi kasus penelitian dilakukan di Desa
Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun. Penelitian
ini dibimbing oleh Bapak Ir.A.T.Hutajulu, MS sebagai ketua komisi pembimbing
dan bapak Ir.Hasudungan Butar-butar.MSi sebagai anggota komisi pembimbing.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah ecara
purposive, yaitu penentuan daerah dan sampel dipilih dengan berdasarkan pada
pertimbangan dan tujuan tertentu. Metode analisis yang digunakan yaitu metode
diskriptif dan analisis uji beda rata-rata dua variabel (t-test). Hasil penelitian
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Kegiatan antara lembaga irigasi Raja Bondar dengan lembaga irigasi
P3A Jangga hampir sama, hanya pada lembaga irigasi Raja Bondar masih
mempertahankan sistem upacara keagamaan menjelang musim tanam dimulai.
2. Tidak terdapat perbedaan pekerjaan usahatani padi sawah antara petani irigasi
Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga.
3. a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata biaya sarana
produksi usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani
irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata biaya
sarana produksi untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar
daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata curahan tenaga kerja
usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi
P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata curahan tenaga
kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani
padi sawah irigasi P3A Jangga.
c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata biaya tenaga kerja
usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi
P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata biaya tenaga
kerja untuk petani padi sawah irigasi P3A Jangga lebih besar daripada petani
padi sawah irigasi Raja Bondar.
d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total biaya produksi
usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi
P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata total biaya
produksi untuk petani padi sawah irigasi P3A Jangga lebih besar daripada
petani padi sawah irigasi Raja Bondar.
4. a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produktivitas
usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi
P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata produktivitas
usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada
petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata produktivitas tenaga
kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani
irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata
produktivitas tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih
besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
5. a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga jual usahatani
padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi
P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata harga jual untuk
petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah
irigasi P3A Jangga.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata penerimaan usahatani
padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi
P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata penerimaan
usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada
petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
c. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan
bersih usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani
irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata
pendapatan bersih usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja bondar lebih
besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan tenaga
kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani
irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata
pendaptan tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih
besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
e. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan
keluarga usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani
irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata
pendapatan keluarga usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar
lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.
6. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh petani (anggota) dan pengurus
pada lembaga irigasi Raja Bondar dan lembaga irigasi P3A Jangga adalah
kurangnya partisipasi anggota dan pengurus, pemberian tanggung jawab yang
tidak sesuai dengan kemampuan, tidak tersedianya tempat musyawarah, dan
dana untuk pemeliharaan terbatas.
7. Terdapat beberapa upaya yang dihadapi oleh petani (anggota) dan pengurus
pada lembaga irigasi Raja Bondar dan lembaga irigasi P3A Jangga adalah
membangun hubungan yang harmonis, menjalin kerja sama antara kedua
lembaga irigasi, membangun wadah/tempat untuk diskusi yang dapat
dimanfaatkan secara bersama-sama, dan mengajukan permohonan dana
kepada dinas perngairan.
RIWAYAT HIDUP

TUTI SIMANJUNTAK, lahir di Lintongnihuta pada tanggal


29 Pebruari 1984, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, putri dari
Bapak H. Simanjuntak dan Ibu L. Panjaitan.
Jenjang Pendidikan
1. Tahun 1996, menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2
Onanrunggu.
2. Tahun 1999, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di
SLTP Negeri 2 Sipahutar.
3. Tahun 2002, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU
Negeri 1 Sipahutar.
4. Tahun 2002, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian.
5. Tahun 2006, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Desa Janji, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
6. Tahun 2007, melakukan penelitian Skripsi di Desa Karang Anyer,
Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah ““ANALISIS CURAHAN TENAGA
KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI
SAWAH”. Studi kasus di Desa Karang Ayer Kecamatan Gunung Maligas
Kabupaten Simalungun, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada Kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir.A.T.Hutajulu, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.Si., selaku Ketua Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian.
4. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS., selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama
penulis mengambil data penelitian.
7. Bapak R. Manurung selaku Kepala DesaKarang Anyer, atas bantuan
selama penelitian beserta keluarga.
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada
Ayahanda H. Simanjuntak dan Ibunda L. Panjaitan., atas kasih sayang dan
doanya. Buat Abang dan keluarga ( Rizen Simanjuntak SSi, L.Pangaribuan SPd),
adek saya Denni, Dewi dan Rinto.,juga kepada bang Erman yang selalu
memotivasi. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman SEP’02 (Agri dan
PKP) dan SEP EXT’02 atas bantuan dan doa-doanya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada responden yang menjadi
sampel dari penelitian dan lembaga-lembaga yang telah membantu penulis dalam
memberikan ata dan informasi.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2008

Penulis

Tuti Simanjuntak : Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah
(Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun), 2007
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI

Hal.

RINGKASAN .................................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iv

DAFTAR ISI...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA


PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................................... 8
2.2. Landasan Teori ............................................................................................. 12
2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 17
2.4. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ........................................................... 21
3.2. Metode Pengambilan Sampel ....................................................................... 21
3.3. Metode Pengumpulan Data........................................................................... 21
3.4. Metode Analisis Data ................................................................................... 22
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ................................................................ 25
3.5.1. Definisi ............................................................................................... 25
3.5.2. Batasan Operaasional ......................................................................... 26

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK


PETANI SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ......................................................................... 27
4.1.1. Luas dan Letak Geografis ................................................................... 27
4.1.2. Keadaan Penduduk.............................................................................. 27
4.1.3. Penggunaan Tanah. ............................................................................. 30
4.2. Karakteristik Sosial-Ekonomi Petani Sampel ............................................... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Padi Sawah Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Petani
DAFEP Dalam Setiap Tahapan Kerja Pada Usahatani……………... 40
5.2. Kesempatan Kerja yang Tercipta Pada Usahatani Padi Sawah ................... 42
5.3. Pengaruh Luas lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan
dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada
Uasahatani Padi Sawah ................................................................................. 44
5.4. Pengaruh Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi
Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi Sawah .................................. 47
5.5. Pengaruh Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja dan Biaya Sarana Produksi
Terhadap Pendapatan Bersih Pada Usahatani Padi Sawah ........................... 50
5.6.Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Ditinjau dari Garis Kemiskinan
Menurut Sajogyo (1988) .............................................................................. 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 57
6.2. Saran .................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No Judul
Hal.

1. Daerah Yang Difasiitasi DAFEP Disetiap Kecamatan Kabupaten


Simalungun Tahun 2006 ......................................................................... 4

2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih Tahun 2006 ....................................... 5

3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP ........................... 21

4. Spesifikasi Pengumpulan Data ............................................................... 22

5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Karang Anyer


Tahun 2007 ............................................................................................ 28

6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karang


Anyer Tahun 2007 ................................................................................. 29

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karang


Anyer Tahun 2007.................................................................................. 30

8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ....... 30

9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ......... 31

10. Kegiatan FMA Dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Karang Anyer
Tahun 2007 ............................................................................................ 33

11. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga
Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim Tanam.....37

12. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga
Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Ha Per Musim Tanam...........38

13.Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada


Usahatani Padi Sawah Per Petani dan Per Ha Per Musim Tanamdi
Desa Karang Anyer Tahun 2007 ..........................................................40

14. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja (HKP) Per Ha/Musim Tanam Antara
Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ........................................... 53

15. Analisis Uji Beda Rata-rata Curahan Tenaga Kerja (HKP) Per
Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga 38
16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara
Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ........................................... 56

17. Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim
Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ................... 59

18. Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per Ha/Musim Tanam

Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga .............. 60

19. Analisis Uji Beda Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per
Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan
P3A Jangga ............................................................................. 61

20. Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Produktivitas Usahatani


Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar
dan P3A Jangga ...................................................................... 62

21. Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Produktivitas Tenaga


Kerja Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja
Bondar dan P3A Jangga. ........................................................ 63

22. Analisis Uji Beda Rata-rata Harga Jual (Rp) Per Ha/Musim Tanam
Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ............................... 64

23. Analisis Uji Beda Rata-rata Penerimaan Usahatani (Rp) Per


Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 65

24. Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Bersih (Rp) Per Ha/Musim
Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga................... 66

25. Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) Per
Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 67

26. Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Pendapatan Keluarga (Rp) Per
Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 68

27. Perbedaan Usahatani Padi Sawah Antara Petani Sistem Kelembagaan


Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga Per Ha/Musim Tanam ................. 70
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran.................................................................... 21

2. Struktur Lembaga Irigasi Raja Bondar .................................................. 35

3. Struktur Lembaga Irigasi P3A Jangga .................................................... 38


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya bahwa pertanian

memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini

dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau

bekerja dari sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari

pertanian. (Mubyarto, 1994: 8)

Saat ini sekitar 75 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan.

Jumlah tersebut lebih dari 54 % menggantungkan hidup mereka kepada sektor

pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah, apabila dibandingkan

dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Perbedaan pendapatan tersebut

berkaitan erat dengan produktivitas petani Indonesia, sementara hal itu tidak dapat

dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain: lahan yang dimiliki, kebijakan

pemerintah, intensif petani, dan lain sebagainya (Loekman, 1998: 7).

Dalam upaya pengembangan pertanian agribisnis di Kabupaten

Simalungun, penyuluhan pertanian harus mengefektifkan kegiatannya agar

menghasilkan dan menyediakan jasa yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena

itu untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pelaksanaan penyuluhan

pertanian yang berorientasi agribisnis menuntut kesiapan dan kemampuan

penyuluh dalam mencermati permasalahan kebutuhan petani serta potensi spesifik

yang ada. Oleh karena itu untuk membantu petani mengatasi permasalahan dan

untuk meningkatkan kemampuan petani maka timbullah Sistem Dafep yang

merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

para petani dalam pelaksanaan penyuluhan dan mempromosikan usahataninya


yang beroriantasi agribisnis dan berwawasan lingkungan guna meningkatkan

pendapatan ( Anonimous, 2001: 16 – 23).

Dafep adalah kegiatan yang mengutamakan petani (farmer first),

mengutamakan arus bawah (bottom up), dengan melibatkan petani dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan di desa melalui

Participatory Rural Appraisal ( PRA ). Kegiatan ini juga diselenggarakan oleh

balai informasi dan penyuluhan pertanian yang bekerjasama dengan instansi dan

lembaga yang terkait di tingkat kabupaten. Dafep juga memberikan wawasan

gender dan memberikan perhatian pada generasi muda pertanian dan kehutanan

( Anonimous, 2003:23).

Pembangunan pertanian dapat terlaksana jika pengetahuan dan

ketrampilan para petani terus – menerus menerima metode baru, cara merekapun

berubah. Mereka mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap

pertanian, terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri. Sukses

yang mereka alami dalam meningkatkan produksi, meningkatkan rasa percaya diri

sendiri. Hubungan dan transaksi yng makin meningkat antara mereka dengan

saudagar dan instansi pemerintah, membawa mereka kepada perkenalan yang

lebih erat dengan luar desa mereka ( Mosher, A.T., 1991; 16)

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan perlu diletakkan dalam

kerangka paradigma pembangunan manusia. Pembangunan pertanian demikian

mendasarkan pada kemampuan bangsa untuk mewujudkan kesehjahteraan

masyarakat dengan kemampuan sendiri. Perubahan struktur masyarakat tani

diawali dari pengelolaan kegitan sosial ekonomi produktif tanpa keberpihakan

kepada pemberdayaan masyarakat tani akan sangat mustahil untuk dapat


membimbing petani menjadi subjek pembangunan dalam transformasi structural,

apalagi sumber daya manusia pertanian didominasi tenaga kerja berpendidikan

rendah. Melihat hal ini maka untuk mambangun citra pertanian yang tangguh dan

modern upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian merupakan

persoalan yang sangat mendasar. Hal ini dapat dilihat hasil evalusi studi bank

dunia (1996) yang menyebutkan bahwa: (1) Peran serta petani dalam perencanaan

penyuluhan pertanian sangat diperlukan; (2) penyelenggaraan harus dibedakan

berdasarkan kebutuhan system usahatani yang berdasarkan kebutuhan system

usahatani yang berdasarkan spesifik lokalita; (3) pendekatan “top down” semata

harus diubah menjadi pendekatan “bottom up” yang diserasikan dengan “top

down” serta system penyampaian informasi penyuluhan yang lebih bersifat

desentralisasi; (4) Pelayanan penyuluhan pertanian yang rumit memerlukan waktu

pengembangannya; (5) biaya penyuluhan pertanian adalah sangat penting

dianggarkan; dan (6) mata rantai riset yang cocok dengan penyuluhan serta

keterlibatan petani harus diarahkan pada sistem usahatani.

(Gunawan, S,. 2001; 42 – 47)

Proyek Dafep sudah dimulai sejak tahun 2000 dan berlangsusng sampai

sekarang. Dafep telah melakukan kegiatan fasilitas dalam upaya terlaksananya

FMA (Farmer Managed Activity) dengan wadah kelembagaan petani di tiap desa

UPKG (Unit Pengelola Kegiatan Gabungan) yang meliputi 16 kabupaten di 9

propinsi di Indonesia dimana setiap kabupaten terdiri 40 desa. Kabupaten

Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang mewakili Propinsi Sumatera

Utara daerah binaan DAFEP. Pemda Kabupaten Simalungun melalui KIPPK


( Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) dalam memberdayakan

petani dan petugas penyuluh menerapkan sistem penyuluhan partisipatif yang

dikembangkan DAFEP. Berdasarkan Tabel 1 berikut ini akan diperlihatkan data

daerah yang difasilitasi DAFEP di setiap kecamatan Kabupaten Simalungun.

Tabel 1. Daerah yang Difasilitasi DAFEP di setiap Kecamatan


Kabupaten Simalungun

No. Kecamatan Jumlah Desa


2001 2002 2003 2004
1. Bandar 4 4 4 4
2. Bandar Masilam 3 3 3 3
3. Pematang Bandar 4 4 4 4
4. Gunung Malela 4 4 4 4
5. Gunung Maligas 3 3 3 3
6. Panombean Panei 1 1 1 1
7. Panei 2 2 2 2
8. Purba 4 4 4 4
9. Pematang Sidamanik 1 1 1 2
10. Sidamanik 2 2 2 1
11. Dolok Panribuan 5 5 5 5
12. Tanah Jawa 3 3 3 3
13 Hutabayu Raja 4 4 4 4
Jumlah 40 40 40 40
Sumber : KIPPK Kabupaten Simalungun Tahun 2006

Proyek DAFEP telah melakukan sejumlah kegiatan yaitu:

a. Kegiatan pelatihan untuk penyuluhan

b. Kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh Project Managemen Unit (PMU)

di tingkat kabupaten

c. Kegiatan pembelajaran yang dikelola sendiri oleh petani (FMA).

Pelaksanaan DAFEP di Desa Karang Anyer pada dasarnya mengikuti

pertahapan yang telah digariskan dimulai dari pembentukan kelompok,

pembentukan UPKG ( Unit Pengelolaan Kelompok Gabungan ), perencanaan

FMA ( Farmer Managed Extension Activities ), hingga pelaksanaan kegiatan

pembelajaran. DAFEP juga memberikan pelatihan melalui penyuluh dan petani


pemandu yang dilakukan dikantor kepala desa, ini dilaksanakan 2 dan 3 kali

dalam sebulan yang dihadiri oleh petani DAFEP dan anggota keluarga lainnya.

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan di 13 kecamatan dan 40 desa di

Kabupaten Simalungun. Tabel 2 berikut ini menjelaskan data jumlah petani yang

dilatih dalam Sistem DAFEP.

Tabel 2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih

No. Desa Jumlah Petani Yang Dilatih (kumulatif)


2003 2004
Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah

1. Karang Sari 33 2 35 74 14 88
2. Karang Anyer 31 4 35 85 87 172
3. Karang Rejo 32 3 35 60 12 72
Sumber :KIPPK Kabupaten Simalungun 2006

Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah petani yang dilatih di

Kecamatan Gunung Maligas yakni, untuk Desa Karang Sari jumlahnya sebanyak

88 orang, Desa Karang Anyer sebanyak 172 orang, dan Desa Karang Rejo

sebanyak 72 orang.

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP

dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah?

2. Seberapa besar kesempatan kerja yag tercipta pada usahatani DAFEP ?

3. Faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga

kerja pada usahatani padi sawah?

4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas pada usahatani padi

sawah?
5. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi besarnya

pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah?

6. Seberapa besar total pendapatan keluarga petani DAFEP ditinjau dari garis

kemiskinan Sajogyo?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani

DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kesempatan kerja yang tercipta pada

usahatani DAFEP.

3. Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi besarnya

curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada

usahatani padi sawah.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi

besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi

sawah.

6. Untuk mengetahui seberapa besar total pendapatan keluarga petani DAFEP

ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo.


Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai:

1. Bahan pertimbangan bagi “ Policy Maker “ didalam mengambil kebijaksanaan

khususnya dalam pengembangan sistem DAFEP untuk menyusun program

penyuluhan pertanian di masa yang akan datang.

2. Bahan pertimbangan bagi pihak PPL dalam menyusun dan menyampaikan

informasi bagi petani sistem DAFEP.

3. Bahan informasi dan studi bagi pihak- pihak yang terkait khususnya kepada

petani sistem DAFEP.


TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air

(Water Plant). Tumbuhan padi sawah dikatakan sebagai tanaman air bukan berarti

bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus

digenangi oleh air, baik itu penggenangan secara alamiah yang terjadi pada rawa-

rawa, maupun penggenangan itu disengaja terjadi pada tanah-tanah sawah. Padi

juga dapat tumbuh di tanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan

tanaman akan air (Utomo, M dan Nazaruddin, 2003: 35).

Penduduk Indonesia sangat bergantung pada beras, maka apabila sedikit

saja terjadi gangguan terhadap produksi beras, maka pasokan akan terganggu dan

harga jual akan meningkat. Pemerintah sudah mengusahakan segala upaya dan

pemerintah juga berobsesi untuk berswasembada beras (Andoko, 2002: 12).

DAFEP (Decentralized Agricultural and Forestry Ektension Project)

adalah sebuah konsep model desentralisasi penyelesaian penyuluhan pertanian

dan kehutanan secara terpadu yang terstruktur dan terkemas dalam administrasi

proyek yang meliputi aspek kelembagaan, ketenagaan, sarana/ prasarana dan

biaya serta tata laksana penyuluhan terbangun. Adapun program – program

DAFEP yang biasa dilaksanakan yaitu, pelatihan pengurus UPKG, pelatihan

petani pemandu, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak

kambing, SLPHT dan pemupukan padi sawah, SL pembenihan ikan mas, SL

budidaya cabai merah, SL pemeliharaan ayam buras, SLPHT kakao.

( Aninomous, 2003 ; 14 ).
Pemberlakuan desentralisasi/otonomi daerah mempunyai arti penting bagi

pambangunan pertanian, karena akan membawa wewenang pengambilan

keputusan lebih dekat kepada masyarakat dan sumberdaya setempat, sehingga

lebih responsif terhadap kebutuhan setempat. Desentralisasi hendaknya tidak

dilihat atas dasar kewenangan pemerintahan saja, namun juga sikap dan perilaku

otonom dan aparat, petani dan masyarakat berdasarkan keunggulan komparatif

wilayah dan efesien dalam penggunaan sumberdaya. Dengan demikian,

penyuluhan dengan otonomi oleh aparat, petani dan masyarakat di kabupaten

tanpa banyak ketergantungan pada sumberdaya dan bantuan dari propinsi dan

pusat, dan dilaksanakan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan petani.

(Anonimous, 1999; 1 )

Demikian pula dengan pembangunan pertanian, tentunya yang sangat

berkepentingan adalah petani oleh karena itu agar petani dapat berprakarsa dan

berperan aktif dalam pembangunan pertanian terutama dalam pemecahan masalah

yang dihadapi, perlu upaya-upaya pemberdayaan petani dalam bentuk fasilitas

yang sesuai menuju tercapainya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

keluarga petani secara berkelanjutan. Badan Pengembangan SDM Pertanian –

Departemen Pertanian dalam rangka fasilitasi pemberdayaan petani melalui

DAFEP (Decentralized Agriculture and Forestry Extension Project/Proyek

Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) mengembangkan system

penyuluhan pertanian partisipatif yaitu dengan memfasilitasi kegiatan pnyuluhan

yang dikelola oleh petani (Farmer Managed Activity/FMA ).FMA adalah suatu

bentuk kegiatan pembelajaran dari dan oleh petani yang dikelola petani dalam
satu wadah kelembagaan petani di desa yaitu UPKG (Unit Pengelola Kegiatan

Gabungan ) (Anonimous, 2003 ; 45 ).

Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat

digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Petani

mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen

penyuluhan pertanian. Penyuluhan hanya dapat memcapai sasarannya jika

perubahan yang diinginkan menyentuh kepentingan petani. Agen penyuluhan

pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bisa berkomunikasi

secara efektif dengan petani serta dapat mendorong minat belajar mereka.

Penyuluhan marupakan keterlibatan seorang untuk melakukan komunikasi

informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat

sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

( Van den Ban dan Hawkins, 1999; 37-38 ).

Penyuluhan pertanian masih menerapkan pola LAKU yaitu pola latihan

dan kunjungan dengan pendekatan top- down. Setiap kebijakan mengalir dari atas

kebawah yang harus dilakukan petugas dilapangan dan itu hanya disampaikan

tanpa betul – betul memahami yang dibutuhkan oleh petani. Sedangkan DAFEP

memberikan ketebukaan pada petani dengan mencari tahu apa yang dibutuhkan

oleh petani dengan memberikan pembelajaran dan pelatihan. Dengan adanya

DAFEP maka petani mengenal potensi yang dimilikinya, seperti potensi usahatani

keluarga, potensi sumber daya alam di lingkungan desanya. Potensi yang selama

ini tidak pernah dipahami dan diketahui secara jelas oleh petani justru diajarkan

secara komprehensif oleh DAFEP (Anonimous, 2003 ; 55).


Bila dilihat dari sudut sosial ekonomi tujuan penyuluhan pertanian dibagi

atas aspek sosiologis edukatif dan aspek ekonomis edukatif. Aspek sosiologis

edukatif, kegiatan penyuluhan pertanian akan mengakibatkan perubahan kepada

masyarakat petani yaitu perubahan sikap, perilaku yang berhubungan dengan

masalah-masalah sosial. Tujuan penyuluhan pertanian dari aspek ekonomis

edukatif adalah merubah cara-cara bercocok tanam lebih baik, lebih rasional pada

penggunaan sarana produksi sehingga perubahannya bersifat ekonomi. Dan

perubahan berusahatani yang lebih baik (better farming) diharapkan akan

membawa usahatani yang lebih menguntungkan (better business) dan akhirnya

usahatani yang menguntungkan ini membawa rumah tangga petani lebih sejahtera

(better living) (Gultom, 1991 ; 19 ).


Landasan Teori

Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah,

modal dan pengelolaan. Jenis tenaga kerja lain tenaga kerja manusia, ternak dan

mekanik. Kadangkala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. Hal ini

menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani bukan hanya mengelola

usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja

utama usahataninya. Petani akan mengupayakan sebagian tambahan tenaga kerja

luar keluarga (Fadholi,H., 1989; 66).

Peningkatan intensitas tenaga kerja dalam kenyataanya dapa muncul

dalam tiga bentuk, yakni:

1. Intensitas tenaga kerja yang tidak mempengaruhi produksi, justru

mengurangi hasil bersih.

2. Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan

peningkatan produksi.

(Kaslan, A. T., 1982 : 300)

Pusat pengembangan penyuluhan pertanian melalui proyek DAFEP

dengan semangat penerapan prinsip desentralisasi mengembangkan metodologi

penyuluhan partisipatifnya dengan pola kegiatan diarahkan kepada pemberdayaan

masyarakat (petani) yang berorientasi dan bermuara kepada kepentingan dari

kebutuhan petani (farmer first) yaitu memfasilitasi kegiatan- kegiatan yang

diselenggarakan dari, oleh dan untuk petani (FMA) di 16 kabupaten wilayah

DAFEP (Anonimous, 2003 ; 20).


Pemberdayaan petani diartikan sebagai proses memfasilitasi petani

meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya menganalisis potensi dan masalah

yang dihadapi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pemecahan

masalah- masalah dengan kreativitasnya sediri dlam memperbaiki kehidupannya.

Dasar proses pemberdayaannya adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat

tentang keberadaanya yang sangat luas dan berguna, serta kemauan mereka untuk

menjadi lebih baik. Prinsip pemberdayaan adalah petani didorong untuk berperan

serta dalam semua aspek perencanaan dan penerapan kegiatan agar mampu

berkembang secara mandiri dan mengakses sumber daya yang dibutuhkan baik

local maupun dari luar (Anonimous, 2002 ; 8).

Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan

(DPPK/DAFEP) sebagai salah satu proyek penyuluhan yang bertujuan untuk

memperdayakan petani, dalam pelaksanaanya menerapkan prinsip-prinsip

partisipatif, demokratis, desentralisasi, keterbukaan, akuntabilitas, kemitraan dan

kemadirian. Proyek DAFEP memfasilitasi penyuluhn petanian dan kehutanan

yang dikelola oleh petani (Farmer Managed Extension Activities/FMA) dan

sekaligus manerapkan prinsip-prinsip partisipatif tersebut. Proses pembelajaran ini

dimulai dari kajian desa secara partisipatif dan perencanaan dan dilaksanakan

dengan bimbingan petani pemandu (fasilitator) yang dipilih dari dan oleh petani

setempat secara demokratis. Penyusunan rencana dilaksanakan secara bertingkat,

mulai dari keluarga, kelompok dan masyrakat desa. Penyusunan rencana secara

bertingkat ini dimaksudkan agar kepentingan keluarga tercakup dalam rencana

kelompok dan rencana masyarakat desa. Perhatian terhadap kepetingan keluarga


lini diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif keluarga sebagai anggota

kelompok maupun masyarakat untuk memecahkan masalah usahanya.

(Anonimous, 2002 ; 1-4 ).

Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam

keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan :

1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program

yang berhasil termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka

dengan teknologi dan penyuluhan serta struktur sosial masyarakat mereka.

2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan

jika ikut bertanggungjawab di dalamnya.

3. Masyarakat yang demokrasi secara umum menerima bahwa rakyat yang

terlibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan yang mereka

capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi

tanah, perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan

pndekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan dengan

pengambilan keputusan perorangan

( Van den Ban dan Hawkins, 1999 ; 258-259 ).

Tujuan umum pelaksanaan FMA adalah untuk meningkatkan kemampuan

petani dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau dan

mengevaluasi kegitan- kegiatan penyuluhan pertanian dari, oleh dan untuk petani

dan keluarganya dalam mengella udahanya secara optimal dalam rangka

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya secara berkelanjutan.

(Anonimous, 2002 ; 5 )
Prinsip- prinsip dasar pelaksanaan FMA :

a. Partisipasi : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan harus melibatkan

petani untuk berperan secara aktif dalam setiap pengambilan keputuusan dan

pelaksaan kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan, partsipasi akan

berkembang dalam berbagai cara sesuai keadaan spesifik, sehingga tidak ada

satu cara pemecahan yang berhasil untuk semua keluarga tani.

b. Demokratis : setap keputusan dibuat melalui musyawarah atau kesepakatan

sebagian besar petani untuk menjamin adanyan dukungan dan rasa memiliki

dari masyarakat seluruh kegiatan produksi, dri perencanaan sampai evaluasi

dilaksanakan dengan prinsip dari petani ke petani dan untuk petani.

c. Desentralisasi : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan direncanakan

dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan petani (laki-laki dan perempuan).

Untuk memperbaiki dan mengembangkan usahataninya dan meningkatkan

rasa memiliki terhadap pelaksanaan dan hasil- hasil dari kegiatan penyuluhan.

d. Keterbukaan : Manajemen dan administrasi penggunaan dan desa diketahui

dan diumumkan ke seluruh masyarakat desa.

e. Akuntabilitas : pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian kehutanan harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada petani.

f. Kemitraan : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan harus mampu

medorong keluarga tani (laki- laki dan perempuan), kelompok tani (laki-laki

dan perempuan), masyarakat (laki-laki dan perempuan) untuk berinteraksi dan

bekerjasama dalam memecahkan masalah lokal mereka secara kemitraan

ditingkat desa.
g. Kemandirian : keluarga dan masyrakat tani ( laki-laki dan perempuan)

memiliki ksempatan dan kemampuan untuk menemukan usahatani yang

menguntungkan dan berkelanjutan tanpa harus bergantung kepada penyuluh

pertanian. Proses partisipasi dan kemandirian jarang terjadi secara spontan,

maka perlu simulasi dengan bimbingan para fasilitator.

(Anonimous,2002; 7-8).
Kerangka Pemikiran

Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai

mata pengaharian pokoknya. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik

yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran hasil usahataninya maupun

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari - hari. Apabila kegiatan

pennyuluhan dilaksanakan oleh para petani sendiri , maka penyuluhan akan lebih

menyentuh kebutuhan petani, karena merekalah yang sebenarnya paling

mengetahui permasalahan yang dihadapinya potensi dimiliki, serta harapan-

harapan yang ingin dicapai, sehingga penyuluhan yang dirancang benar-benar

menyangkut hal- hal yang menjadi kebutuhan dan prioritas dalam mendukung

kegiatan usaha tani yang sedang atau yang akan dilaksanakan.

Sistem DAFEP adalah salah satu proyek penyuluhan yang bertujuan untuk

memberdayakan petani, dalam pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip

partisipatif, demokratis, keterbukaan, kemitraan, kemandirian. Sistem DAFEP

juga merupakan suatu metode yang digunakan dalam meningkatkan produktivitas

hasil pertanian. Sistem ini dikelola oleh petani (FMA/ Farmer Managed

Activities) petani akan difasilitatori Tim Penyuluh Lapangan (TPL) yang

merupakan suatu tim penyuluhan di tingkat kecamatan yang terdiri dari tenaga

penyuluh dan tenaga lainnya yang sudah dilatih termasuk yang berasaldari petani

itu sendiri yang akan mendampingi para petani dengan menerapkan prinsip belajar

sambil melaksanakan.

Ada beberapa faktor yang empengaruhi besarya tenaga kerja dalam

keluarga ushatani padi sawah yaitu: luas lahan, potensi tenaga kerja dalam

keluarga dan pendapatan keluarga.


Tenaga kerja keluarga dalam usahatani keluarga atau usahatani merupakan

tulang punggung dari pengolahan tata rumah tangga keluarga dan tata rumah

tangga usaha. Karena penggunaan tenaga kerja keluarga petani harus diatur secara

rasional dan efisien. Harus diusahakan jangan sampai terjadi waktu-waktu kosong

yang berlebihan. Pembagian tenaga kerja secara efisien dan rasional akan

merupakan dasar untuk memperoleh imbalan jasa yang tinggi bagi keluarga.

Untuk lebih jelasnya skema kerangka pemikiran dapat dijelaskan sebagai berikut:
Skema Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah

Menggunakan Tidak menggunakan


sistem DAFEP sistem DAFEP

Curahan Tenaga
kerja

CTK dalam CTK luar


keluarga keluarga

Produksi

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Produktivitas
- Luas lahan
- CTK
- Biaya sarana
produksi Penerimaan

Pendapatan
keluarga petani
DAFEP

Lingkungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Menyatakan ada hubungan


Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Ada perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam

setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah.

2. Ada kesempatan kerja yang tercipta pada usahatani DAFEP.

3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (luas lahan, pendapatan keluarga, jumlah

tanggungan, dan potensi tenaga kerja) terhadap besarnya curahan tenaga kerja

pada usahatani padi sawah.

4. Ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya

sarana produksi) terhadap produktivitas pada usahatani padi sawah.

5. Ada pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi (luas lahan, curahan tenaga kerja,

dan biaya sarana produksi) terhadap besarnya pendapatan bersih dan

pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah.

6. Sebagian dari petani DAFEP tingkat pendapatan keluarga berada dibawah

garis kemiskinan.
METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu

Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun.

Alasan peneliti memilih daerah tersebut adalah karena daerah penelitian ini

merupakan salah satu daerah yang menerapkan sistem DAFEP di Kecamatan

Gunung Maligas Kabupaten Simalungan dan para petani di Desa Karang Anyer

aktif mengikuti penerapan sistem DAFEP.

Metode Penentuan Sampel

Jumlah penduduk Desa Karang Anyer sebanyak 3594 jiwa dengan jumlah

KK sebanyak 629 KK. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta yang

mengikuti kegiatan Sistem DAFEP sebanyak 172 orang. Penarikan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling yaitu

sebanyak 30 orang petani peserta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3

berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP

Strata Luas lahan (Ha) Populasi (KK) Sampel (KK)

I < 0,5 55 10

II > 0,5-1 117 20

Jumlah - 172 30
Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan respon di

daerah penelitian dan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih

dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait

seperti kantor kecamatan Maligas, KIPPK (Kantor Informasi Penyuluhan dan

Kehutanan) Kabupaten Simalungun dan buku- buku pendukung.

Tabel 4.Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metoda Alat Yang


Digunakan
1 Identitas petani Petani Wawancara Kuesioner
2 Luas lahan Petani Wawancara Kuesioner
3 Jenis kegiatan Petani Wawancara Kuesioner
4 Monografi desa Kantor Kepala Wawancara Observasi
Desa
5 Curahan tenaga kerja Petani Wawancara Kuesioner

Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dilakukan dengan uji beda rata-rata dengan rumus:

X1 − X 2
th =
⎡ (n1 2 − 1) S 1 2 + (n 2 − 1) S 2 2 ⎤ ⎡ 1 1⎤
⎢ ⎥⎢ + ⎥
⎣⎢ n1 + n 2 − 2 ⎦⎥ ⎣ n1 n 2 ⎦

Keterangan:

X 1 = rata-rata curahan tenaga kerja luar keluarga

X 2 = rata-rata curahan tenaga kerja dalam keluarga

S 1 = Standar deviasi curahan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi

sawah.

S 2 = Standar deviasi curahan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi

sawah.
n1 = jumlah sampel usahatani padi sawah yang menggunakan tenaga kerja luar

keluarga.

n 2 = jumlah sampel usahatani padi sawah yang menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga.

Dengan kriteria:

th – hit < t – tab ...........hipotesis H0 diterima

th – hit > t – tabel ........ hipotesis H0 ditolak

Hipotesis 2, 3,4 dianalisis dengan menggunakan model multipel regresi

berganda, dengan rumus:

Ŷ= a+ a1 X 1 + a 2 X 2 + a3 X 3

Dimana:

Ŷ = Curahan tenaga kerja dalam keluarga

a = Koefisien Intercept

a1 , a 2 , a 3 = Koefisien regresi

X1 = Luas lahan

X2 = Potensi tenaga kerja atau HKP

X3 = Biaya sarana produksi


Variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja dalam

keluarga diuji dengan uji-F, yakni:

r2
F= k
(1 − r )( n − k − 1)

Dimana:

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang

n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Untuk menguji hipotesis 5 dianalisis dengan membandingkan pendapatan

petani rata-rata dengan literatur garis kemiskinan Sajogyo(1988).

a. Jika pendapatan rata-rata petani >garis kemiskinan Sajogyo maka hipotesis

diterima.

b. Jika pendapatan rata-rata petani <garis kemiskinan Sajogyo maka hipotesis

ditolak.
Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

1. Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai

mata pencaharian pokoknya.

2. Desentralisasi Penyuluhan dan Kehutanan (DPPK/DAFEP) adalah

proyek yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh

petani (FMA ) yang bertujuan untuk memberdayakan petani di daerah

penelitian

3. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia adlam

kegiatan usahatani padi sawah dengan satuan hari pria (HKP) baik

yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.

4. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari

dalam petani yakni kepala keluarga beserta istri dan anak.

5. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar

keluarga yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku dalam satu

hari kerja (HKP) dengan jam kerja 8 jam sehari dengan konversi:

- tenaga kerja pria berumur > 15 tahun = 1 HKP

- tenaga kerja wanita berumur > 15 tahun = 0,8 HKP

- tenaga kerja anak-anak berumur 10 – 15 tahun = 0,5 HKP

6. Produksi adalah hasil dari usahatani petani yang mengikuti kegiatan-

kegiatan Sistem DAFEP.

7. Penerimaan adalah perkalian antara produksi dengan harga jual

8. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan

pengeluaran usahatani.
9. Garis kemiskinan menurut Sajogyo (1988) menetapkan garis

kemiskinan sebagai berikut:

- Batas tingkat pendapatan/kapita/tahun kurang dari 240 Kg

setara beras/kapita/tahun tergolong miskin sekali.

- Pendapatan antara 240 Kg-320 Kg setara beras/kapita/tahun

digolongkan miskin.

- Pendapatan antara 320 Kg-480 Kg setara beras/kapita/tahun

digolongkan nyaris miskin.

- Tingkat pendapatan diatas standar >480 Kg digolongkan

kecukupan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Karang Anyer, Kecamatan Maligas,

Kabupaten Simalungun.

2. Waktu penelitian adalah 2007.

3. Sampel adalah petani padi sawahpeserta sistem DAFEP.


DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak dan Luas Geografis

Desa Karang Anyer terletak di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten

Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Desa Karang Anyer berjarak 10 km dari

Ibukota Kabupaten Simalungun, 8 km dari Ibukota Kecamatan Gunung Maligas,

dan 115 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan). Daerah ini

bertopografi rendah dengan luas wilayah 284 Ha. Secara administrasi Desa

Karang Anyer mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Maligas

Sebelah Selatan : Ibukota Pematang Siantar

Sebelah Barat : Desa Karang Sari

Sebelah Timur : Desa Karang Rejo

Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor lepala desa Karang Anyer jumlah

penduduk didaerah penelitian sebanyak 3.594 jiwa dengan perincian laki –laki

berjumlah 1625 jiwa dan perempuan berjumlah 1969 jiwa dengan jumlah Kepala

Keluarga 629 KK.

Keadaan Penduduk menurut Umur

Dari total seluruh jumlah penduduk sebanyak 3594 jiwa, dapat dilihat

berdasarkan kelompok umur. Distribusi penduduk menurut umur dapat dilihat

pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Karang
Anyer Tahun 2007.

NO Kelompok Umur Jumlah Penduduk Persentase


(Tahun) (jiwa) (%)

1 0-4 233 6,50


2 5-9 465 12,93
3 10-14 805 22,40
4 15-19 765 21,30
5 20-24 255 7,10
6 25-30 153 4,25
7 34-35 165 4,60
8 36-39 215 5,10
9 40-44 120 3,33
10 45-49 113 3,14
11 50-54 125 3,50
12 55-59 95 2,64
13 60-65 55 1,53
14 >65 30 0,83
Jumlah 3594 100,00
Sumber : Data Monongrafi Desa Karang Anyer Tahun 2007

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Karang Anyer yang

paling besar adalah penduduk kelompok usia 10-14 tahun yaitu sebanyak 805 jiwa

(22,40 %) dan yang paling sedikit adalah penduduk yang berusia >65 tahun yaitu

sebanyak 30 jiwa (0,83 %).

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk Desa Karang Anyer menurut pendidikan terdiri dari

tamat TK, tamat SD, tamat SLTP, SLTA, Akademi (D1-D3) dan Sarjana. Untuk

mengetahui lebih jelasnya distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat

dilihat pada Tabel 6 berikut ini:


Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karang
Anyer Tahun 2007

NO Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase


(Tahun) (Jiwa) (%)
1 TK 212 6,00
2 SD 973 27,07
3 SLTP 1.124 31,27
4 SLTA 862 23,98
5 Akademi (D1-D3) 20 0,55
6 Sarjana 12 0,33
7 Pernah sekolah tetapi tidak 391 10,80
tamat
Jumlah 3594 100,00
Sumber : Data monografi Desa Karang Anyer Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Karang

Anyer menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah tamat SLTP sebanyak

1124 jiwa (31,29 %), selebihnya tamat TK sebanyak 212 jiwa (6,00 % ), tamat

SD sebanyak 979 jiwa (27,07 %), tamat SLTA sebanyak 862 jiwa (23,98

%),tamat akademi (D1-D3) sebanyak 20 jiwa (0,55 % ),pernah sekolah tetapi

tidak tamat aebanyak 391 jiwa (0,33 % ) dan jumlah yang terkecil adalah tamat

Sarjana sebanyak 12 jiwa (0,33%).

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Karang Anyer bervariasi, yang terdiri

dari PNS, Petani, Buruh Tani, Buruh Bangunan, Pedagang, Pensiunan, dan

Peternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:


Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karang
Anyer Tahun 2007

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)


1. Petani 915 78,90
2. Buruh bangunan 98 8,44
3. Burh tani 45 3,87
4 Petenak 55 4,47
5. PNS dan pensiunan 38 3,27
6. Pedagang 9 0,78
Jumlah 1160 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Karang Anyer 2007

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan

mata pencaharian bekerja sebagai Petani sebanyak 915 jiwa (78,90 %), Buruh

bangunan 98 jiwa (8,44 %),Buruh tani sebanyak 45 jiwa (3,87 %), Peternak

sebanyak 55 jiwa (4,47), PNS dan Pensiunan sebanyak 38 jiwa (3,27), dan

Pedangang sebanyak 9 jiwa (0,78 %).

Penggunaan Lahan
Desa karang Anyer mempunyai luas wilayah 284 Ha. Penggunaan lahan

menurut fungsinya terdiri atas Pemukiman, Sawah, Ladang, Kolam, Tegal,

Kuburan, Taman Rekreasi dan penggunaan lainnya. Gambaran luas wilayah Desa

Karang Anyer berdasarkan pengggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel. 8. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Karang Anyer 2007

No Luas Areal (Ha) Perentase (%)


Jenis Penggunaan Lahan
1 204 71,84
Sawah
2 Ladang 46 16,19
3 Pemukiman 18 6,33
4 Kolam 8 2,81
5 Penggunaan lainnya 8 2,81
Jumlah 284 100, 00
Sumber : Data Monografi Desa Karang Anyer 2007
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak

digunakan untuk Sawah yaitu sebesar 204 Ha (71,84 %), selebihnya untuk Ladang

46 Ha (16,19 %), Pemukiman 18 Ha (6,33 %), Kolam 8 Ha (2,81 %), dan untuk

penggunaan lainnya 8 Ha (2,81%).

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi karakteristik

sosial ekonomi petani yang terdiri dari Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah

tanggungan, Jumlah anggota keluarga produktif, Pengalaman bertani, dan luas

lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini .

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Karang Anyer 2007

No Karakteristik Sosial Ekonomi Satuan Range Rataan


1 Umur Tahun 31-60 47,20
2 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 10,00
3 Pengalaman Bertani Tahun 5-30 13,4
4 Jumlah Tanggungan Jiwa 2-5 3,23
5 Jumlah Anggota Keluarga Produktif Jiwa 2-6 3,60
Luas Lahan Ha 0,12-0,98 0,55
Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 1

Umur rata-rata petani sampel berkisar antara 31-60 tahun dengan rataan

47,20 tahun, dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel masih berada dalam

kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki

oleh petani tersebut dalam mengelola usaha taninya.

Tingkat pendidikan formal petani berkisar antara 6-12 tahun dengan

rataan 10,00 tahun. Dengan demikian dapat diketahui wawasan pengetahuan

petani serta cara berpikir dan bertindak dalam rangka pengelolaan usahataninya

masih tergolong rendah yaitu diperkirakan rata-rata tidak tamat SLTP.


Pengalaman bertani petani sampel berkisar antara 5-30 tahun dengan

rataan 13,4 tahun. Dari rataan tersebut dapat diasumsikan bahwa pengalaman

bertani petani sampel sudah cukup lama sehingga memiliki pengetahuan dan

wawasan yang sangat baik dalam mengelola usahatani padi sawah.Walaupun

pendidikan rata-rata tamat SLTP namun, pengalaman membantu petani untuk

lebih baik dalam mengelola usahataninya.

Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 2-5 jiwa dengan rataan

3,23 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan petani

sampel tidak begitu besar sehingga pendapatan usahatani dapat dimanfaatkan

untuk hal lain yang lebih diperlukan.

Jumlah anggota keluarga produktif berkisar 2-6 jiwa dengan rataan 3,60

jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga produktif

petani sampel mencukupi untuk mengelola usahatani padi sawah.

Luas lahan petani sampel berkisar 0,12-0,98 Ha dengan rataan 0,55 Ha.

Data ini dapat mengindikasikan luas lahan relatif kecil.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Keterlibatan Petani Dalam Sistem DAFEP

Keterlibatan petani dalan sistem DAFEP ditujukan agar petani mampu

menumbuhkan partisipasi aktif keluarga sebagai anggota kelompok atau

masyarakat untuk memecahkan masalah usahataninya serta kegiatan tersebut

dapat mencapai sasaran. Petani secara bersama dalam kelompok yang difasilitasi

penyuluh pertanian mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam

usahataninya serta memilih dan menyepakati langkah-langkah pemecahannya

baik yang dilakukan sendiri, secara bersama dalam kelompok atau mendapat

bantuan dari para penyuluh atau pihak lainnya. Salah satu kegiatan proyek yang

berbeda dengan kegiatan-kegiatan lainnya adalah FMA ( Farmer Management

Extension Activity) diamana kegiatan ini penyuluhan pertanian dikelola oleh

petani sendiri, mulai dari merencanakan kebutuhan belajar, menetapkan metoda,

dan proses mengajar serta penilainnya dilakukan secara partisipatif dalam

kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Kegiatan FMA Dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Karang
Anyer.

No Program Keterangan Kegiatan


1 Materinya Sesuai kebutuhan Pemupukan padi sawah dan
pemberantasan hama dan
penyakit
2 Metode Dengan cara kelompok Penyampaian materi secara
bottom up
3 Cara Secara lisan Penyuluh dan para petani
mengajar melakukan diskusi kemudian
langsung dipraktekkan oleh
petani dan keluarganya.
4 Penilaian Dilihat dari keberhasilan Mempraktekkan program yang
program diberikan dengan melihat
berhasil tidaknya program
tersebut.
Budidaya Padi Sawah

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan biasanya dilakukan bersamaan dengan proses

pembibitan. Tanah diolah sampai menjadi gembur dengan menggunakan bajak,

cangkul, atau dengan menggunakan hand tracktor (jetor) agar lebih mudah dan

cepat dalam pengerjaannya. Lamanya pengolahan lahan tergantung pada besarnya

luas lahan, alat yang digunakan, dan banyaknya tenaga kerja.

Pembibitan

Pembibitan merupakan langkah awal bertanam padi. Bibit yang digunakan

biasanya adalah bibit yang diberikan dari program DAFEP. Dimana bibit tersebut

merupakan bibit unggul yang mutunya sudah terjamin. Menurut dosis anjuran

kebutuhan bibit berkisar 3-4 kg per rante atau sekitar 90-100 kg per ha. Sebelum

disemaikan, terlebih dahulu bibit direndam dalam air selama 5-6 jam hal ini

dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan bibit. Kemudian bibit tersebut

disemaikan di lahan persemaian yang sudah diolah terlebih dahulu dengan air

yang sangat sedikit. Lamanya persemaian berkisar 22-25 hari. Selama disemai,

bibit diberi pupuk dan disemprot dengan insektisida untuk mengendalikan

serangan hama.

Penanaman

Lahan yang sudah diolah sampai gembur diberikan pupuk untuk

menambah unsur hara tanah yaitu pupuk Urea dan lahan terdebut disemprot

dengan insektisida dengan tujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada,

setelah proses tersebut lahan dibiarkan selama seminggu kemudian ditanami

dengan bibit yang sudah cukup umur. Pada saat penanaman, lahan harus berair
agar bibit dapat lebih mudah untuk ditanam. Bibit ditanam secara berbaris agar

terlihat rapi dan memudahkan proses pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan.

Jarak tanam yang digunakan adalah 25 x 25 cm.

Pemupukan

Pemupukan pertama dilakukan 15 hari setelah penanaman dengan jenis

pupuk yang diberikan adalah Urea dengan dosis 40 kg per rante. Dilanjutkan

dengan pemupukan kedua 40 hari setelah tanam dengan jenis pupuk yang

diberikan adalah ZA dan KCL dengan dosis untuk ZA 10 kg per rante dan untuk

pupuk KCL 35 kg per rante. Pupuk diberikan untuk mencukupi kebutuhan hara.

Pupuk yang diberikan ada beberapa macam tergantung kemampuan petani dan

kebutuhan lahan. Jenis pupuk yang diberikan yaitu Urea, KCl, dan ZA.

Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata ke seluruh

tanaman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari rumput-rumput liar.

Biasanya penyiangan dilakukan setelah dua minggu bibit ditanam dan tergantung

keadaan lahan. Dalam proses penyiangan petani petani terlebih dahulu membuang

air dari lahan sampai kering, kemudian petani menyemprotkan herbisida dan

lahan tersebut dibiarkan sampai rumput-rumput yang ada disekeliling tanaman

layu. Jika rumputnya sudah layu air dimasukkan kembali ke lahan hingga rumput-

rumput tersebut tertutupi dan dibiarkan sampai membusuk. Kemudian lahan

tersebut dibersihkan dan sekaligus diberikan pupuk dengan tujuan agar tanaman

padi sawah tersebut terhidar dari kerusakan akibat herbisida tersebut dan untuk

mempercepat proses pertumbuhan hingga menghasilkan.


Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan

obat-obatan (insektisida atau pestisida) tergantung hama apa yang menyerang.

Biasanya hama yang sering menyerang tanaman padi adalah ulat-ulat dan wereng.

Penyemprotan dilakukan lebih dari sekali, bahkan bisa sampai tiga atau empat kali

tergantung besarnya serangan hama.

Panen

Panen adalah tahap akhir dalam bercocok tanam padi sawah. Panen dapat

dilakukan apabila padi sudah menguning demikian juga dengan daun dan

malainya, tangkai sudah kelihatan menunduk, dan gabah sudah berisi dan keras.

Biasanya panen dilakukan oleh petani itu sendiri dan ada juga yang mengupahkan

kepada orang lain.

Pencurahan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Sawah

Petani di desa Karang Anyer dalam mengelola usaha tani padi sawah

menganut pola tanam 2 kali tanam dalam setahun. Kegiatan-kegiatan usahatani ini

akan menentukan besar kecilnya curahan tenaga kerja yang dicurahkan. Tahapan

kegiatan tersebut antara lain : pengolahan lahan, pembibitan, penanaman,

pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.

Dalam analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga

kerja dinyatakan oleh besarnya pencurahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja

yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai di dalam suatu

kegiatan usaha tani. Selanjutnya dalam analisis ketenagakerjaan juga perlu

dibedakan tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perbedaan ini terjadi karena
setiap jenis tahapan pekerjaan dalam usaha tani adalah berbeda, misalnya

pekerjaan mengolah tanah yang memerlukan tenaga kerja yang keras kebanyakan

dilakukan oleh kaum pria. Sebaliknya pekerjaan menanam banyak dilakukan oleh

kaum wanita.

Untuk melihat besarnya curahan tenaga kerja dalam dan luar keluarga

pada tiap kegiatan usahatani padi sawah per petani dapat dilihat pada Tabel 11

berikut:
Tabel 11. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah
Per Petani Per Musim Tanam

Curahan Tenaga Kerja


Tahapan (HKP) Rataan Total
No
Kegiatan Strata I Strata II
DK LK DK LK DK LK
Pengolahan
1 Lahan 12,30 0,00 21,71 0,00 17,00 0 17,00
2 Persemaian 0,58 0,00 1,98 0,00 1,28 0 1,28
3 Penanaman 5,08 0,00 14,53 0,00 9,80 0 9,80
4 Pemupukan 1,04 0,00 2,55 0,00 1,79 0 1,79
5 Penyiangan 1,30 0,00 3,10 0,00 2,2 0 2,2
Pengendalian
6 H/P 0,62 0,00 1,37 0,00 0,99 0 0,99
7 Panen 14,06 0,30 34,15 1,10 24,10 0,7 24,80
Jumlah 34,98 0,30 79,39 1,10 57,16 0,7 57,86
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa dalam setiap tahapan kegiatan

usahatani padi sawah terdapat perbedaan curahan tenaga kerja. Pada setiap

kegiatan petani padi sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga daripada tenaga kerja luar keluarga. Rataan tenaga kerja dalam keluarga

untuk pengolahan sebesar 17,00 , untuk persemaian sebesar 1,28 , untuk

penanaman sebesar 9,80 , untuk pemupukan sebesar 1,79 , penyiangan sebesar 2,2
,pengendalian H/P sebesar 0,99 dan panen sebesar 24,10. Untuk luar keluarga

yaitu panen sebesar 0,7.

Keistimewaan sistem DAFEP dalam hal pencurahan tenaga kerja adalah

lebih cepat prosesnya karena lebih mengandalkan alat-alat teknologi yaitu pada

tahap pengolahan lahan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit

sedangkan yang manual yaitu pada tahap persemaian, penanaman,

pemupukan,dan panen.

Untuk mengetahui curahan tenaga kerja rata-rata dalam setiap tahapan

kegiatan usahatani padi sawah per hektar dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi
Sawah Per Ha Per Musim Tanam

Curahan Tenaga Kerja


Tahapan (HKP) Rataan
No Total
Kegiatan Strata I Strata II
DK LK DK LK DK LK
Pengolahan
1 Lahan 48,14 0,00 32,12 0,00 40,13 0 40,13
2 Persemaian 2,09 0,00 2,94 0,00 2,51 0 2,51
3 Penanaman 17,74 0,00 21,56 0,00 19,65 0 19,65
4 Pemupukan 3,63 0,00 3,70 0,00 3,66 0 3,66
5 Penyiangan 4,60 0,00 4,60 0,00 4,60 0 4,60
Pengendalian
6 H/P 2,16 0,00 2,00 0,00 2,08 0 2,08
7 Panen 49,14 1,66 24,57 1,17 36,85 1,41 38,16
Jumlah 127,50 1,66 91,49 1,17 109,49 1,41 110,9
Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa dalam setiap tahapan kegiatan

usahatani padi sawah terdapat perbedaan curahan tenaga kerja. Pada setiap

kegiatan petani padi sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga daripada tenaga kerja luar keluarga. Rataan tenaga kerja dalam keluarga

untuk pengolahan sebesar 40,13, untuk persemaian sebesar 2,51, untuk


penanaman sebesar 19,65 , untuk pemupukan sebesar 3,66 , penyiangan sebesar

4,60 ,pengendalian H/P sebesar 2,08 dan panen sebesar 36,85. Untuk luar

keluarga yaitu panen sebesar 1,41.

1. Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Petani


DAFEP Dalam Setiap Tahapan Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Pencurahan tenaga kerja pria dan wanita dalam usahatani padi sawah di

daerah penelitian yang dicurahkan dalam kegiatan pengolahan lahan, persemaian,

penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, panen.

Diasumsikan terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam

setiap tahapan kerja usahatani padi sawah.

Untuk melihat perbedaan tenaga kerja pria dan wanita digunakan uji beda

rata-rata (uji t-test). Data yang didapat di lapangan ditabulasikan sesuai kebutuhan

dan dianalisis dengan uji statistik tersebut di atas.

Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita pada

setiap kegiatan usahatani padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel

13 berikut:
Tabel 13. Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada
Usahatani Padi Sawah Per Petani dan Per Ha Per Musim Tanam
di Desa Karang Anyer Tahun 2007.

Curahan Tenaga Kerja (HKP)


Tahapan Rataan
No. Strata I Strata II
Kegiatan Total
P W P W P W
Pengolahan
Lahan
1 17,00
a. Per Petani 12,30 0,00 21,71 0,00 17,00 0
b. Per Ha 48,14 0,00 32,12 0,00 40,13 0 40,13
Persemaian
2 a. Per Petani 0,58 0,00 1,98 0,00 1,28 0 1,28
b. Per Ha 2,09 0,00 2,94 0,00 2,51 0 2,51
Penanaman
3 a. Per Petani 0,00 5,08 0,00 14,53 0 9,80 9,80
b. Per Ha 0,00 17,74 0,00 21,56 0 19,65 19,65
Pemupukan
4 a. Per Petani 1,04 0,00 2,55 0,00 1,79 0 1,79
b. Per Ha 3,63 0,00 3,70 0,00 3,66 0 3,66

Penyiangan
5
a. Per Petani 1,30 0,00 3,10 0,00 2,20 0 2,20
b. Per Ha 4,60 0,00 4,60 0,00 4,60 0 4,60
Pemberantas
an H/P
6 0,99
a. Per Petani 0,62 0,00 1,37 0,00 0,99 0
b. Per Ha 2,16 0,00 2,00 0,00 2,08 0 2,08
Panen
7 a. Per Petani 14,36 0,00 35,25 0,00 24,80 0 24,80
b. Per Ha 50,80 0,00 25,74 0,00 38,27 0 38,27
Total
a. Per Petani 30,20 5,08 65,96 14,53 48,06 9,80 57,86
b. Per Ha 111,42 17,74 71,10 21,56 91,26 19,65 110,9
Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 2 dan 3
Berdasarkan Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa :

1. Pencurahan tenaga kerja pria dalam usahatani padi sawah lebih tinggi daripada

tenaga kerja wanita, yakni pria 111,47 HKP/Ha dan wanita 17,74 HKP/Ha

pada strata I. Sedangkan pada strata II curahan tenaga kerja pria lebih tinggi

dari tenaga kerja wanita, yakni pria 71,10 HKP/Ha dan wanita 21,56 HKP/Ha.

2. Pengolahan lahan merupakan kegiatan usahatani padi sawah yang banyak

menggunakan tenaga kerja (20,07 HKP/Ha) bila dibandingkan dengan

kegiatan panen (19,14 HKP/Ha), penanaman (9,13 HKP/Ha), penyiangan

(2,30 HKP/Ha), pemupukan (1,83 HKP/Ha), persemaian (1,26 HKP/Ha) dan

pemberantasan hama dan penyakit (1,04 HKP/Ha).

3. Tenaga kerja pria umumnya dominan pada kegiatan pengolahan lahan,

persemaian, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan

panen. Sedangkan tenaga kerja wanita lebih dominan pada kegiatan

penanaman.

Berdasarkan uji beda rata-rata (t-test) curahan tenaga kerja pria dan wanita

pada setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah diperoleh t-hitung = 10,056

dengan t-tabel = 2,47. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari

nilai t-tabel atau t-hit (10,056) > t-tabel α (0,05) (2,47) maka Ho ditolak dan H1

diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan

antara curahan tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita petani DAFEP dalam

setiap kegiatan usahatani padi sawah, sehingga hipotesis yang menyatakan ada

perbedaan antara curahan tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita petani DAFEP

dalam setiap kegiatan usahatani padi sawah adalah dapat “diterima”.


2. Kesempatan Kerja Yang Tercipta Pada Usahatani DAFEP

DAFEP merupakan suatu wadah yang mampu menjadikan petani lebih

baik dari sebelumnya. DAFEP juga memberikan pelatihan dan pembelajaran

kepada petani dan keluarganya melalui penyuluh dan petani pemandu yang

dilaksanakan dalam 2 kali seminggu. Yang memberikan program- program yang

sesuai di daerah masing- masing anggota DAFEP dan benar-benar diinginkan oleh

petani. Desa Karang Anyer merupakan salah satu binaan DAFEP sesuai dengan

yang didapatkan dilapangan melalui penelitian bahwa petani padi sawah yang

dibina DAFEP mengalami kemajuan. Dimana masyarakat di daerah penelitian

sudah menerapkan program-program DAFEP seperti halnya SLPHT dan

pemupukan padi sawah, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit

ternak kambing, SLPHT kakao, SL pembenihan ikan mas. Dengan adanya

DAFEP di Desa Karang Anyer, maka petani sudah dapat menciptakan sesuatu

yang baru. Petani DAFEP juga sudah memiliki pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan yang maju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Jumlah Petani Yang Mengikuti Program DAFEP di Desa Karang
Anyer.

No Program Manfaat Jumlah Persentase


DAFEP Petani Yang (%)
Mengikuti
1 SLPHT dan Petani dapat menangani 133 77,33
Pemupukan penyakit dan hama yang
Padi Sawah menyerang tanaman padi
sawah dengan
memberikan obat- obatan
dan in sektisida sesuai
yang dianjurkan dan juga
cara- cara pemupukan
yang tepat.
2 Pelatihan Adanya perkembangan 20 11,63
identifikasi dan ternak yang lebih cepat
penanggulangan dan jarang terjadi
penyakit ternak serangan penyakit ternak.
kambing
3 SLPHT kakao Produksi tanaman kakao 10 5,81
lebih meningkat dari
sebelumnya.
4 SL pembenihan Produksi dari ikan mas 9 5,23
ikan mas meningkat.
Jumlah 172 100,00
3. Pengaruh Luas Lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah
Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan
Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Salah satu faktor yang berperan dalam usahatani adalah luas lahan yang

diusahakan oleh petani. Luas lahan ini mencakup luas areal pertanaman padi

sawah yang diusahakan oleh petani. Luas lahan yang dimiliki oleh petani pada

umumnya tergantung dari jumlah keluarga yang ada. Jumlah keluarga yang

banyak, akan menyebabkan kepemilikan tanah akan semakin sempit, sementara

luas lahan yang dimiliki tetap. Anggota keluarga usia produktif adalah anggota

keluarga yang berusia 15 sampai 65 tahun. Anggota keluarga usia produktif

berpotensi sebagai sumber tenaga kerja bagi petani dalam mengusahakan

usahataninya. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan bersih petani dari

usahataninya ditambah dengan total pendapatan lain yang diperoleh keluarga

petani di luar usahataninya.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah

tanggungan, dan total pendapatan keluarga mempunyai pengaruh terhadap

besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah. Untuk melihat

pengaruh luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan total

pendapatan keluarga terhadap besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi

sawah dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda.

Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2

(jumlah tanggungan), X3 (potensi tenaga kerja), dan X4 (total pendapatan

keluarga) terhadap variabel Y (curahan tenaga kerja usahatani padi sawah) dapat

dilihat pada Tabel 15 berikut ini:


Tabel 15. Pengaruh Luas Lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah
Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya
Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Variabel Koefisien Regresi t - hitung

Intercept 124, 540 11,732

X1 (Luas Lahan) - 34,335 - 3,115

X2 (Jlh. Tanggungan) 2,672 0,739

X3 (Potensi Tenaga Kerja) 0,415 0,146

X4 (Total Pendapatan) 5,768E-07 0,528

Multiple R = 0, 603
R – Square = 0, 363
F – hitung = 3, 567
t – tabel (α0,05) = 1, 701
F – tabel (α0,05) = 2, 76

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 17

Persamaan Regresi Linier Berganda :

Ŷ = 124,540 – 34,335 X1 + 2,672 X2 + 0,415 X3 + 5,768 X4

Dimana :

Ŷ = Curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Jumlah tanggungan (jiwa)

X3 = Potensi tenaga kerja (jiwa)

X4 = Total pendapatan keluarga (Rp)


Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), jumlah tanggungan (X2), potensi

tenaga kerja (X3), dan total pendapatan keluarga (X4), mempunyai pengaruh

terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai F-hitung sebesar 3,567 > F-Tabel sebesar 2,76, dengan R squared

persamaan linier regresi sebesar 0,363.

2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap curahan

tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = - 3,115 < t-tabel

(α0,05) = 1,701. Hal ini terjadi disebabkan karena petani di daerah penelitian

lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga daripada tenaga kerja

luar keluarga.

3. Jumlah tanggungan keluarga (X2) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga

kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,739 < t-tabel (α0,05) =

1,701. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga ikut serta

dalam pengelolaan usahatani padi sawah.

4. Potensi tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja

pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,146 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal

ini menunjukkan karena sebagian dari petani umurnya sudah tua dan

memiliki aggota keluarga yang masih pada tingkat pendidikan formal maka

curahan tenaga kerja akan menurun.

5. Total pendapatan keluarga (X4) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga

kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,528 < t-tabel (α0,05) =

1,701. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar total pendapatan keluarga

maka semakin rendah curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.
Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, potensi tenaga

kerja, jumlah tanggungan, dan pendapatan keluarga berpengaruh secara serempak

terhadap curahan tenaga kerja keluarga diterima atau H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang menyatakan secara parsial luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah

tanggungan dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga

kerja keluarga ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.

4. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi

Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi Sawah

Produktivitas usahatani padi sawah adalah total produksi padi sawah per

satuan luas lahan yang digunakan dalam usahatani padi sawah dengan satuan

kg/ha. Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan produksi padi

sawah per satuan luas adalah besar kecilnya sarana produksi yang digunakan.

Untuk memperoleh sarana produksi tersebut dibutuhkan biaya sarana produksi

yang mencakup biaya pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, dan peralatan. Dalam

tiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah dibutuhkan curahan tenaga kerja.

Tenaga kerja tersebut dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan

biaya sarana produksi mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dalam

usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, curahan tenaga kerja,

dan biaya sarana produksi terhadap produktivitas dalam usahatani padi sawah

dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda.


Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2

(curahan tenaga kerja), dan X3 (biaya sarana produksi) terhadap variabel Y

(produktivitas usahatani padi sawah) dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini:

Tabel 16. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana
Produksi Terhadap Produktivitas Usahatani Padi Sawah

Variabel Koefisien Regresi t – hitung

Intercept 5335,716 19,263

X1 (Luas Lahan) -163,047 -0,505

X2 (Curahan Tenaga kerja) 1,948 0,991

X3 (Biaya Sarana Produksi) 1,122E-04 0,337

Multiple R = 0,313
R – Square = 0,098
F – hitung = 0,944
T – tabel (α0,05) = 1, 701
F – tabel(α0,05) = 2,98

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 19

Persamaan Regresi Linier Berganda :

Ŷ = 5335,716 – 163,047 X1 + 1,948 X2 + 1,122E-04 X3

Dimana :

Ŷ = Produktivitas usahatani padi sawah

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha)

X3 = Biaya sarana produksi (Rp)


Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), curahan tenaga kerja (X2), dan

biaya sarana produksi (X3) tidak mempunyai pengaruh terhadap produktivitas

usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F- hitung sebesar

0,944 < F- tabel sebesar 2,98, dengan nilai R squared persamaan regresi

sebesar 0.098.

2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap

produktivitas usahatani padi sawah, di mana t-hit = -0,505 < t-tabel (α0,05) =

1,701. Tanda variabel pada t-hitung menunjukkan bahwa semakin besar

pertambahan luas lahannya maka produktivitas usahatani akan semakin

menurun.

3. Curahan tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani

padi sawah, di mana t-hit = 0,991 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini disebabkan

karena curahan tenaga kerja tidak berfungsi sebagai pelaksana kegiatan-

kegiatan uasahatani sehingga tidak berpengaruh bagi kelangsungan produksi.

4. Biaya sarana produksi (X3) tidak berpengaruh terhadap produktivitas pada

usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,337 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini

disebabkan besarnya biaya sarana produksi tidak dapat menggambarkan

besarnya sarana produksinya dipakai. Biasanya semakin besar sarana produksi

yang digunakan akan meningkatkan produksi padi sawah per satuan luas

lahan.
Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga

kerja, dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh secara serempak terhadap

produktivitas usahatani padi sawah ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.

Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial luas lahan, curahan tenaga kerja,

dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani

padi sawah ditolak atau H0 ditolak dan H1 diterima.

5. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana


Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Pada Usahatani Padi Sawah

Pendapatan bersih adalah total penerimaan usahatani padi sawah dikurangi

biaya produksi selama melakukan usahatani padi sawah.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan

biaya sarana produksi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan bersih dalam

usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, curahan tenaga kerja,

dan biaya sarana produksi terhadap pendapatan bersih dalam usahatani padi sawah

dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda.

Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2

(curahan tenaga kerja), dan X3 (biaya sarana produksi) terhadap variabel Y

(pendapatan bersih usahatani padi sawah) dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini:
Tabel 17. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana
Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Padi Sawah

Variabel Koefisien Regresi t – hitung

Intercept 2.571.597 4,372

X1 (Luas Lahan) 9.302.450 13,575

X2 (Curahan Tenaga kerja) -11637,8 - 2,789

X3 (Biaya Sarana Produksi) - 1,032 -1,459

Multiple R = 0,994
R – Square = 0,988
F – hitung = 694,065
T – tabel(α0,05) = 1, 701
F – tabel(α0,05) = 2,98

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 18

Persamaan Regresi Linier Berganda :

Ŷ = 2571597 + 9302450 X1 - 11637,8 X2 - 1,032 X3

Dimana :

Ŷ = Pendapatan bersih usahatani padi sawah

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha)

X3 = Biaya sarana produksi (Rp)

Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), curahan tenaga kerja (X2), dan

biaya sarana produksi (X3) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan bersih

usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F- hitung sebesar

649,065 > F- tabel sebesar 2,98, dengan nilai R squared persamaan regresi

sebesar 0,988.
2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) berpengaruh terhadap pendapatan

bersih usahatani padi sawah, di mana t-hit = 13,575 > t-tabel (α0,05) = 1,701.

Pada t-hit menunjukkan bahwa semakin besar pertambahan luas lahan maka

pertambahan pendapatan bersih akan semakin naik. Hal ini terjadi karena

semakin besar luas lahannya maka biaya produksi akan semakin besar

sedangkan produktivitas usahatani cenderung menurun sehingga pertambahan

pendapatan bersih akan semakin berkurang.

3. Curahan tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih

usahatani padi sawah, di mana t-hit = -2,789 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini

terjadi disebabkan karena pertambahan curahan tenaga kerja akan menambah

biaya produksi sehingga akan mengurangi pertambahan pendapatan bersih

usahatani padi sawah.

4. Biaya sarana produksi (X3) tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih

pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = - 1,459 < t-tabel (α0,05) = 1,701.

Hal ini disebabkan karena biaya sarana produksi merupakan salah satu

komponen dari total biaya produksi yang mempengaruhi besarnya pendapatan

bersih usahatani padi sawah.

Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga

kerja dan biaya sarana produksi berpengaruh secara serempak terhadap

pendapatan bersih usahatani padi sawah diterima atau H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap

pendapatan bersih usahatani padi sawah diterima atau H0 ditolak daan H1

diterima. Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial curahan tenaga kerja
dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih

usahatani padi sawah ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.

5. Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Ditinjau Dari Garis


kemiskinan Menurut Sajogyo (1988)

Total pendapatan keluarga adalah pendapatan usahatani padi sawah dan

pendapatan usaha sampingan .

a. Usahatani Padi Sawah

Usahatani padi sawah di daerah penelitian diusahakan dalam 2 kali musim

tanam. Untuk lebih jelasnya pendapatan keluarga petani dapat dilihat pada Tabel

18 berikut ini:

Tabel 18. Analisis Pendapatan Keluarga Petani DAFEP di Desa Karang


Anyer Tahun 2007

I II

No Uraian MT I & MT MT I & MT Rataan

II II

(Rp) (Rp)

Produksi

1 Per Petani 3.164,00 7.580,00 5.372,00

Per Ha 1.1140,84 11..049,50 11.095,17

Biaya Produksi

2 Per Petani 1.428.426,4 5.065.605.6 3.247.016

Per Ha 10.059.340,85 14.768.529,45 12.413.935,15

Pendapatan Bersih

3 Per Petani 6.481.573,6 13.884.394,4 10.182.984


Per Ha 23.363.647 24.152.590,7 23.758.118,85

4 Pendapatan 6.481.573,6 13.884.394,4 10.182.984

Keluarga

Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 9

Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa rataan

produksi per petani sebesar 5.372 kg dan per Ha sebesar 11.095,17 kg,

rataan biaya produksi per petani sebesar Rp 3.247.016 dan per Ha

sebesar Rp 12.413.935,15, rataan pendapatan bersih per petani sebesar

Rp 10.182.984 dan per Ha sebesar Rp 23.758.118,85, dan rataan

pendapatan keluarga adalah sebesar Rp 10.182.98.

b. Usaha Sampingan

Usaha sampingan adalah pendapatan petani di luar padi sawah.

Adapun yang menjadi usaha sampingan petani DAFEP adalah

pedagang, buruh bangunan, buruh tani, dan peternak. Untuk melihat

lebih jelasnya tentang usaha sampingan keluarga petani padi sawah

dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19. Usaha Sampingan Petani DAFEP di Desa Karang

Anyer Tahun 2007

No Jenis Strata I Strata II


Pekerjaan Jumlah Jumlah
(Rp) (Rp) Rataan
(Jiwa) (Jiwa)

1 Pedagang 3 1.400.000 4 750.000 1.075.000

2 Buruh Bangunan 2 300.000 2 150.000 225.000

3 Buruh Tani 1 200.000 1 100.000 150.000

4 Beternak 5 1.500.000 6 750.000 1.125.000

Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 19 di atas, dapat dilihat bahwa jenis usaha

sampingan petani DAFEP di Desa Karang Anyer yang paling besar

adalah beternak yaitu sebesar Rp 1.125.000, berdagang sebesar Rp

1.075.000, buruh bangunan sebesar Rp 225.000 dan buruh tani

dengan rataan sebesar Rp 150.000.

c. Total Pendapatan Keluarga Petani

Pendapatan keluarga adalah pendapatan dari hasil usahatani

padi sawah ditambah dengan pendapatan usahatani di luar padi sawah.

Pendapatan petani padi sawah diperoleh dari pedagang, buruh

bangunan, buruh tani, dan peternak.

Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan keluarga petani

padi sawah dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini:


Tabel 20. Rata-rata Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP

Per Tahun di Desa Karang Anyer Tahun 2007

No Uraian Strata I Strata II Rataan

(Rp) (Rp)

1. Usahatani Padi 3.240.786,80 6.542.197,20 4.891.492

Sawah

2. Non Padi Sawah 3.400.000 1.750.000 2.575.000

Total pendapatan 6.640.786,8 8.692.197,2 8.008.393

keluarga

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 11

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan

keluarga usahatani padi sawah sebesar Rp 4.891.492, dan rata-rata

pendapatan usaha sampingan sebesar Rp 2.575.000, sehingga

diperoleh total rata-rata pendapatan keluarga petani padi sawah per

tahun adalah sebesar Rp8.008.393.

Untuk melihat standard ukuran pendapatan keluarga menurut

Sajogyo (1988) dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini:

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani Berdasarkan Garis

Kemiskinan Menurut Sajogyo (1988)


No Uraian I II Overall

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Kecukupan 0 0 3 10 3 13,3

2 Nyari 1 3,3 8 26,7 9 30

Miskin

3 Miskin 4 13,3 6 20 10 33,3

4 Miskin 5 16,7 3 10 8 26,7

Sekali

Jumlah 10 33,3 20 66,7 30 100

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 12

Dari Tabel 21 di atas dapat dilihat bahwa jumlah petani dalam

kriteria kecukupan dalam srata I tidak ada, sementara pada strata II

terdapat 3 orang (10%), nyaris miskin pada strata I terdapat 1 orang

(3,3%), pada strata II terdapat 8 orang (26,7%), miskin pada strata I

terdapat 4 orang (13,3%), pada strata II terdapat 6 orang (20%),

miskin sekali pada strata I terdapat 5 orang (16,7), pada strata II

terdapat 3 orang (10%).

Maka dapat dijelaskan bahwa sebagian pendapatan keluarga petani

sampel berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini berarti H0 ditolak

dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa sebagian

besar petani padi sawah mempunyai pendapatan di bawah garis


kemiskinan adalah dapat “diterima”. Ini ssesuai dengan standard

ukuran pendapatan menurut Sajogyo (1988).


KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis,diambil beberapa kesimpulan:

sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan antara curahan tenaga kerja pria dan curahan tenaga kerja

wanita pada usahatani padi sawah di daerah penelitian pada tingkat

kepercayaan 95% yaitu tenaga kerja pria 54,06 HKP/Ha dan tenaga kerja

wanita 11,38HKP/Ha.

2. Adanya kesempatan kerja yang tercipta di daerah penelitian dapat dilihat dari

program-program DAFEP seperti halnya SLPHT dan pemupukan padi

sawah, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing,

SLPHT kakao, dan SL pembenihan ikan mas.

3. Luas lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi

Tenaga Kerja secara serempak berpengaruh terhadap Curahan Tenaga Kerja

pada usahatani padi sawah. Dari hasil analisis di peroleh secara serempak

F-hit = 3,567 sedangkan F-tabel= 2,76, sedangkan secara parsial X1 (luas

lahan) t-hit sebesar = – 3,115 , X2 (jumlah tanggungan) t-hit sebesar= 0,739,

X3 (potensi tenaga kerja) t-hit sebesar = 0,146 dan X4 (total pendapatan)

sebesar = 0,528, sedangkan t-tabel sebesar 1,701. Hal ini menunjukkan bahwa

faktor luas lahan, jumlah tanggungan, potensi tenaga kerja , dan total

pendapatan keluarga secara parsial tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga

kerja keluarga.
4. Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi keluarga

secara serempak tidak berpengaruh terhadap produktivitas pada usahatani padi

sawah. Dari hasil analisis di peroleh secara serempak F-hit = 0,94 sedangkan

F-tabel = 2,98, sedangkan secara parsial X1 (luas lahan) t-hit sebesar = -0,505,

X2 (curahan tenaga kerja) t-hit sebesar = 0,99, X3 (biaya sarana produksi)

sebesar = 0,33, sedangkan t-tabel sebesar =1,701. Hal ini menunjukkan

bahwa faktor luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi tidak

berpengaruh terhadap produkstivitas pada uasahatani padi sawah.

5. Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja dan Biaya Sarana Produksi secara

serempak berpengaruh terhadap Pendapatan Bersih pada usahatani padi

sawah. Dari hasil analisis di peroleh secara serempak F-hit = 694,065

sedangkan F-tabel 2,98 , sedangkan secara parsial X1 (luas lahan) t-hit sebesar

13,575, X2 (curahan tenaga kerja) t-hit sebesar = -2,789, X3 (Biaya sarana

produksi) sebesar = -1,459 ,sedangkan t-tabel sebesar 1,701. Hal ini

menunjukkan bahwa faktor luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan

bersih usahatani padi sawah, sedangkan faktor curahan tenaga kerja dan biaya

sarana produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih pada usahatani

padi sawah.

6. Jumlah petani dalam kriteria kecukupan dalam srata I tidak ada,

sementara pada strata II terdapat 3 orang (10%), nyaris miskin

pada strata I terdapat 1 orang (3,3%), pada strata II terdapat 8

orang (26,7%), miskin pada strata I terdapat 4 orang (13,3%), pada


strata II terdapat 6 orang (20%), miskin sekali pada strata I

terdapat 5 orang (16,7), pada strata II terdapat 3 orang (10%).

6.2 SARAN

a. Kepada Petani

Disarankan kepada petani agar lebih banyak lagi menggunakan atau

memamfaatkan potensi tenaga kerja keluarga yang tersedia dalam

mengelola usahatani padi sawah. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan

keluarga dan lebih lagi mengadopsi program-program yang di anjurkan

oleh DAFEP.

b. Kepada Pemerintah

Disarankan kepada pemerintah agar lebih intensif memberikan penyuluhan

kepada petani, terutama yang berkaitan dengan pencurahan tenaga kerja

dan menyalurkan melalui kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dalam

rangka meningkatkan pendapatan petani DAFEP pada usahatani sawah.

c. Kepada Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya supaya meneliti tentang Tingkat Adopsi Petani

DAFEP terhadap progam-program DAFEP.


DAFTAR PUSTAKA

Andoko. A., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anonimous, 1999. Revitalisasi Sistem Penyuluhan Pertanian, Pusat pembinaan


Penyuluhan Pertanian : Badan Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta.

., 2002. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Yang Dikelola


Oleh Petani (FMA), Pusat Pengembangan Penyuluhn Pertanian: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian, Jakarta.

., 2002. Pedoman Umum Komisi Penyuluhan Pertanian dan


Kehutanan Kabupaten (KP2K2), Proyek Desentralisasi Penyuluhan
Pertanian dan Kehutanan (DPPK/DAFEP), Departemen Pertanian,
Jakarta.

., 2003. Buletin DAFEP, Dinas Pertanian, Jakarta.

., 2003. Ekstensi : Majalah Penyuluh Pertanian Volume 18 Tahun X,


Pusat Pembinaan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

., 2001. Ekstensi : Majalah Penyuluh Pertanian Volume 14 Tahun X,


Pusat Pembinaan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

Gultom, H.L.T., 1991. Dasar- Dasar Penyuluhan Pertanian, Akademi


Penyuluhan Pertanian, Medan.

Gunawan, S.,2001. Menuju Swasembada Pangan, RBI, Jakarta.

Loekman. S., 1998. Pertanian Pada Abad Ke-21. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi Depdikbud

Mosher, .T., 1991. Menggerakkan dan Membangunan Pertanian : Syarat- syarat


Pokok Pembangunan dan Modernisasi, Yasaguna, Jakarta.

Mubyarto, S., 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES

Sajogyo, 1988. Masalah Kemiskinan Indonesia: antara Teori dan Praktek. Dalam
Mimbar SOSEK. Jurnal Sosial-Ekonomi Pertanian Bogor.

Utomo, M. Dan Nazaruddin, 2003. Bertanam Padi sawah Tanpa Olah Tanah.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Van den Ban, A.W dan H.S. Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian, Kanisius,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai