Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG


DI KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

Azzuhri Tri Ahara


115020100111053

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

1
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di


Kecamatan Junrejo Kota Batu

Yang disusun oleh :

Nama : Azzuhri Tri Ahara

NIM : 115020100111053

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis


Jurusan S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 22 Desember 2015.

Malang, 22 Desember 2015


Dosen Pembimbing,

Arif Hoetoro SE., MT., PhD


NIP. 19700920 199512 1 001

2
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KECAMATAN JUNREJO KOTA
BATU

Azzuhri Tri Ahara


Arif Hoetoro
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: nerazzuri.ahara@gmail.com

ABSTRACT

The aimed of this study to analyze the factors affecting revenue toward farmers in the
Junrejo District Batu. The dependent variable in this research is the revenue received by
Farmers in a farming cycle. Meanwhile, the land area, the amount of capital, the amount
of the crop, age of the farmer and the amount of labor is an independent variable. The
selected sample is 3 villages with the highest number of households cultivate maize crop
in the Junrejo District such as Junrejo Village, Tlekung Village, and Dadaprejo Village.
OLS regression analysis results showed that at the 95 percent confidence level, land
area, the amount of capital, the amount of the crop, and the number of workers has a
significant impact on farmers' revenue. While the age of the farmer has no significant
effect on farmers' revenue.
Keywords: Revenue, Farmers, Land Area, Total Capital, Total Yield, Age Farmers, Total
Labor.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan


petani di wilayah Kecamatan Junrejo Kota Batu. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pendapatan yang diterima oleh Petani dalam satu siklus usahatani. Sementara, luas
lahan, jumlah modal, jumlah hasil panen, usia petani dan jumlah tenaga kerja merupakan
variabel independen. Sampel yang dipilih adalah 3 desa dengan jumlah rumah tangga
tertinggi yang mengusahakan tanaman jagung di Kecamatan Junrejo yakni Desa Junrejo,
Desa Tlekung, dan Desa Dadaprejo. Hasil analisis regresi OLS menunjukkan bahwa pada
derajat keyakinan 95 persen, luas lahan, jumlah modal, jumlah hasil panen, dan jumlah
tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani.
Sedangkan usia petani tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani.
Kata Kunci: Pendapatan, Petani, Luas Lahan, Jumlah Modal, Jumlah Hasil Panen, Usia
Petani, Jumlah Tenaga Kerja.

A. PENDAHULUAN

Subsektor tanaman pangan memiliki kontribusi pendapatan maupun hasil panen


yang besar di dalam komponen PDRB sektor pertanian di Kota Batu. Subsektor tanaman
pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Tanaman palawija meliputi kelompok
biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Dari 11 komoditas utama palawija,
jagung merupakan komoditas yang paling banyak ditanam oleh rumah tangga palawija di
Kota Batu diikuti oleh komoditas ubi kayu dan ubi jalar. Komponen jumlah rumah tangga
yang menanam semua jenis tanaman palawija masing-masing adalah 2.872 rumah tangga
yang menanam jagung, 15 rumah tangga yang menanam kedelai, 105 rumah tangga yang
menanam kacang tanah, 2 rumah tangga yang menanam kacang hijau, 329 rumah tangga
yang menanam ubi kayu, 135 rumah tangga yang menanam ubi jalar, 10 rumah tangga
yang menanam talas, 2 rumah tangga yang menanam ganyong dan 1 rumah tangga yang
menanam garut. Komponen tersebut dapat dilihat sebagaimana yang ada di gambar 1.1.
Gambar 1 : Jumlah Rumah Tangga yang Menanam Komoditas Palawija Menurut
Jenis Tanaman di Kota Batu Tahun 2013
Ubi
Ganyong
Talas Garut
Jalar
Kacang Hijau

Kacang Tanah
Ubi Kayu
Kedelai

Jagung

Sumber: BPS Kota Batu, 2014


Jumlah rumah tangga tanaman palawija yang menanam tanaman jagung di Kota Batu
memang cukup banyak dan mendominasi banyak lahan pertanian di Kota Batu. Tanaman
jagung selain mudah dalam penanamannya serta tidak terlalu banyak membutuhkan air
seperti padi menjadi alasan banyak petani menanam tanaman jagung. Selain itu jika
ditinjau dari segi harga, tanaman jagung juga memiliki tren yang cukup baik, dimana
harganya terus meningkat dari waktu ke waktu sehingga sangat ideal untuk dijadikan
sebagai mata pencaharian bagi para petani termasuk di Kota Batu.
Berdasarkan data sensus pertanian dari BPS Kota Batu, pada tahun 2013 Kecamatan
Junrejo menduduki urutan pertama sebagai wilayah utama penghasil jagung di Kota Batu
dengan jumlah rumah tangga yang menanam tanaman jagung sebanyak 1.316 rumah
tangga. Sementara dengan dua kecamatan lain yang ada di Kota Batu seperti Kecamatan
Batu terdapat jumlah sebanyak 869 rumah tangga dan Kecamatan Bumiaji dengan jumlah
sebanyak 687 rumah tangga yang menanam tanam jagung pada lahan pertanian yang
dimiliki.
Pendapatan merupakan salah satu determinan yang menjadi daya tarik bagi petani
untuk memilih suatu komoditas usahatani yang akan dijalankan, selain karena kemudahan
dalam menjalankan dan keterampilan yang mendukung. Seperti halnya komoditas jagung,
dimana pendapatan petani yang dipengaruhi oleh faktor harga jual yang terus mengalami
kenaikan dari waktu ke waktu, mendorong minat petani yang semakin besar untuk
menjalankan usahatani jagung. Sebagaimana data dari Kementerian Pertanian yang
menunjukkan bahwa tingkat perkembangan harga rata-rata jagung di tingkat nasional,
selama tahun 2010 – Juni 2014 terus mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan pada
tahun 2010 sebesar 0,90%, tahun 2011 sebesar 1,04%, tahun 2012 sebesar 0,80%, dan
tahun 2013 sebesar 0,47%, seperti pada gambar 1.2 dibawah ini.
Gambar 2 : Perkembangan Harga Rata-Rata Jagung di Tingkat Nasional Tahun
2010 - 2014

Sumber: Kementan, 2014


Harga jual yang terus meningkat tentunya menjadi penarik yang sangat kuat bagi
petani jagung dalam mengembangkan komoditas jagung seperti halnya yang ada di
Kecamatan Junrejo. Sebagaimana hukum penawaran, bahwa semakin tinggi harga,
jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga
barang, jumlah barang yang ditawarkan semain sedikit. Banyak atau sedikit di sini bisa
dilihat dari sudut pandang barang (komoditas) ataupun pelakunya.
Analisis pendapatan petani yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti,
sebagaimana hasil penelitian dari Nababan (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten
Karo, dengan hasil yang diperoleh bahwa jumlah tenaga kerja, dan luas lahan
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani jagung. Sementara Pohan (2008) dengan
penelitian yang berjudul Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Wortel di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
diperoleh hasil bahwa produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja, pendidikan dan
pengalaman bertani secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani
wortel. Serta Susianti dkk. (2013) yang melakukan penelitian dengan judul Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung Manis Studi Kasus di
Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi memperoleh hasil bahwa luas
lahan, harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja, harga output/jagung dan umur petani
berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung manis.
Lantas apakah variabel atau faktor-faktor penentu pendapatan petani seperti luas
lahan, jumlah modal, jumlah hasil panen, usia petani serta jumlah tenaga kerja juga turut
mempengaruhi pendapatan petani jagung di Kecamatan Junrejo.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Jagung di Kecamatan Junrejo Kota Batu”.

B. KERANGKA TEORITIS

Kondisi Sektor Pertanian Indonesia


Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari
pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan
ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan
sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan
papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan
sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara
dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan
terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi
dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak
dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian
juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui
pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan
pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam
menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional (Antara, 2009 dalam Suartining, 2011).
Pertanian dalam arti luas meliputi subsektor pertanian, perikanan, peternakan dan
perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi
serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan
dengan menggalakkan pembangunan sektor pertanian dengan sistem agribisnis dimana
pembangunan dengan sistem agribisnis ini diharapkan dapat meningkatkan kuantitas,
produktivitas, kualitas, pemasaran, dan efisiensi usaha pertanian, baik yang dikelola
secara mandiri maupun secara kemitraan.
Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis mempunyai keunggulan komparatif
dibidang pertanian, karena dengan kondisi iklim tersebut memberikan kekayaan yang tak
ternilai bagi sumberdaya alamnya. Kecukupan matahari sebagai sumber energi dan
membantu percepatan proses pelapukan dan fosilisasi, menjadikan negeri ini kaya akan
tanah-tanah yang subur dan kaya akan mineral. Iklim yang cukup bersabahat, dan
ketersediaan air yang relatif baik dibanding negara lain menjadikan Indonesia sangat
unggul di sektor pertanian.

Teori Produksi di dalam Sektor Pertanian


Analisis teori produksi merupakan konteks pembahasan dalam teori ekonomi
mikro. Aktivitas produksi sendiri dapat dimaknai dengan perubahan dua atau lebih input
(faktor produksi) menjadi satu atau lebih output (produk). Ada hubungan antara produksi
dengan input, yaitu output maksimum yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu.
Dalam teori produksi diasumsikan produsen berusaha memproduksi output maksimum
dengan menggunakan input tertentu dan biaya yang paling rendah serta berusaha
memaksimumkan keuntungan.
Teori produksi menjelaskan hubungan teknis antara input dan output. Input
adalah barang dan jasa yang diperlukan dalam proses produksi, dan output adalah barang
atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Sedangkan proses produksi adalah
suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah.
Sudut pandang teori produksi memandang bahwa dalam menunjang keberhasilan
usahatani memerlukan ketersediaan bahan baku pertanian secara kontinyu dalam jumlah
yang cukup. Pengembangan usahatani sangat tergantung dari ketersediaan sumber daya
(input). Ada empat sumberdaya yang merupakan faktor produksi penting dalam
usahatani: (1) tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitas, (2) tenaga kerja manusia, (3)
modal untuk pembelian input variabel dan (4) ketrampilan manajemen petani (Prayitno,
1987; dalam Suprapto, 2010).

Teori Pendapatan dalam Usahatani


Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu
konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan. Pendapatan
menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan
kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.
Dengan kata lain pendapatan juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan
yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik maupun non fisik
selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan instansi atau pendapatan selama ia
bekerja atau berusaha. Setiap orang yang bekerja akan berusaha untuk memperoleh
pendapatan dengan jumlah yang maksimum agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maksud utama para pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk
mendapatkan pendapatan yang cukup baginya, sehingga kebutuhan hidupnya ataupun
rumah tangganya akan tercapai.
Tujuan seorang petani melakukan kegiatan usahatani adalah untuk memperoleh
pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Berhasilnya kegiatan usahatani
dapat diketahui dari besarnya pendapatan yang diperoleh. Usaha untuk meningkatkan
pendapatan petani adalah dengan meningkatkan produksi. Memperoleh produksi yang
maksimum dari usahatani, diperlukan usaha dalam memadu faktor-fakor produksi dengan
keterampilan manajemen tertentu. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani
dipengaruhi oleh tingkat kecakapan petani mengelola usahataninya dari sumber produksi
yang tersedia (Ibramsyah, 2006 dalam Permasih, 2014).
Sama halnya dengan teori pendapatan dari sektor lain atau bidang usaha lain,
teori pendapatan dalam usahatani termasuk dalam kajian ekonomi makro, yaitu teori yang
mempelajari hal-hal besar seperti:
1. Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen
2. Investasi dunia usaha
3. Pembelian yang dilakukan pemerintah
Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam Smith dan David Ricardo,
distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama, yaitu pekerja,
pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan 3 faktor produksi, yaitu tenaga
kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap sebagai
pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori mereka
meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relatif lebih baik
keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relatif lebih buruh keadaannya
(Sumitro: 1991).
Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor
produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang
berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh tarik-
menarik antara penawaran dan permintaan.
Definisi pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan
pengeluaran total usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai
produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau
dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang
diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan adalah penerimaan dari suatu hasil usaha
yang telah dikurangi dengan biaya-biaya selama proses produksi. Pendapatan merupakan
suatu bentuk imbalan untuk jasa pengelolaan (petani) yang menggunakan input dalam
kegiatan usahatani yang meliputi lahan, tenaga kerja, dan modal yang dimiliki.
Menurut Suratiyah (2008), biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal
akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi umur
petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan
modal. Faktor eksternal terdiri dari input yang meliputi ketersediaan dan harga, serta
output yang meliputi permintaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan
bagaimana seorang petani sebagai manajer dalam kegiatan usahataninya, mengambil
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang
memberikan pendapatan yang maksimal.
Biaya adalah semua nilai dari korbanan ekonomis yang digunakan untuk kegiatan
usahatani. Nilainya dinyatakan dengan uang, semua yang telah dikeluarkan dalam
pengelolaan usahatani misalnya bibit, pestisida, dan pengeluaran lainnya yang merupakan
biaya usahatani. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak
tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi
yang dihasilkan. Secara matematis rumus pendapatan yaitu :
π = Y. Py – ΣXi.Pxi – BTT
Keterangan :
π = pendapatan (Rp)
Y = hasil produksi (Kg)
Py = harga hasil produksi (Rp)
Xi = faktor produksi
Pxi = harga faktor produksi (Rp)
BTT = biaya tetap total (Rp)

Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus :


𝜋 = TR-TC
Keterangan :
π = keuntungan/pendapatan
TR = total revenue (total penerimaan)
TC = total cost (total biaya)
Dalam ilmu ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktivitas ekonomi
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Pendekatan memaksimumkan keuntungan atau Profit Maximization.
Yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memaksimumkan profit berkonsentrasi
kepada penjualan yang lebih banyak untuk meningkatkan penjualan. Untuk meningkatkan
volume penjualan dapat dilakukan dengan cara marketing mix, yaitu kombinasi dari
empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu
produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi (Kadariah, 1994).
2. Pendekatan meminimumkan biaya atau Cost Minimization.
Yaitu usaha kegiatan pelaku ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada alokasi
biaya yang telah dilakukan dapat diminimalkan. Upaya-upaya peminimuman biaya ini
yang akan menciptakan alokasi biaya yang akan lebih efisien atau lebih kecil
dibandingkan dengan alokasi biaya yang sebelumnya. Dengan demikian biaya alokasi
turun dan mempunyai pengaruh terhadap profit atau laba, misalnya jumlah alokasi biaya
pada suatu bidang kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang dapat
dikerjakan oleh lebih sedikit orang. Ini berarti ada penggunaan biaya untuk gaji atau upah
karyawan.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Hartawan Tri Rochmiyanto (Skripsi, 2006) yang
berjudul Analisis Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa
Faktor-faktor produksi luas lahan dan pupuk berpengaruh secara positif dan nyata
terhadap pendapatan petani. Faktor produksi bibit berpengaruh signifikan namun
koefisiennya negatif terhadap produksi padi, sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak
signifikan terhadap produksi padi.
Sementara itu penelitian yang berjudul Analisis Ekonomi Usahatani Padi Organik
Di Kabupaten Sragen yang dilakukan oleh Endang Widowati (Skripsi, 2007) menyatakan
bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan dari luas lahan, modal usaha, sistem tanam
terhadap pendapatan usaha tani padi. Sedang variabel tenaga kerja, biaya bibit dan biaya
pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha tani padi.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Christofel D. Nababan dengan judul
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di Kecamatan Tiga
Binanga Kabupaten Karo, dengan menggunakan data primer pada satu masa panen yang
dimulai pada April 2008 - Agustus 2008 dengan metode OLS. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja, dan kepemilikan lahan mempunyai peranan
yang signifikan positif terhadap pendapatan petani, sedangkan harga pupuk tidak
berpengaruh signifikan dalam penelitian tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi Budiono Kamiliah Wilda dan Nuri Dewi
Yanti (2012) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung
di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut menyatakan bahwa melalui analisis
fungsi teknis produksi Cobb-Douglas yang digunakan untuk menganalisis dampak dari
input pada produksi jagung mendapat kesimpulan bahwa luas lahan, tenaga kerja, benih,
pupuk organik, pupuk N, Phonska dan herbisida secara bersamaan mempengaruhi hasil
pada produksi jagung di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut. Sementara itu,
pupuk organik tidak secara signifikan mempengaruhi hasil produksi.
Dan yang terakhir adalah penelitian oleh Susianti dan Rustam Abd. Rauf, yang
berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung
Manis Studi Kasus Di Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa Variabel yang diuji seperti luas lahan, harga benih, harga
pupuk, upah tenaga kerja, harga output/jagung dan umur petani berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jagung manis. Sedangkan variabel harga pestisida dan
pendidikan petani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, dapat kita tarik kesimpulan sementara
bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan petani memang sangat
bervariasi dan memiliki tingkat pengaruh yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, dalam
penelitian kali ini penulis berusaha untuk mencoba merangkum variabel-variabel tersebut
yang kemudian akan disusun ke dalam sistematika pemikiran yang dianggap paling sesuai
dalam penelitian ini.

C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan
adalah data primer berupa data antar ruang cross section yang menjadi atribut petani
jagung di Kecamatan Junrejo sebagai objek penelitian ini. Data luas lahan, jumlah modal,
jumlah hasil panen, usia petani, dan tenaga kerja secara langsung diperoleh dari
responden melalui wawancara.
Penelitian ini dilakukan di Desa Junrejo, Desa Tlekung dan Desa Dadaprejo
Kecamatan Junrejo Kota Batu. Kecamatan Junrejo dipilih karena merupakan daerah
dengan jumlah rumah tangga petani yang mengusahakan komoditas jagung terbanyak di
Kota Batu, serta ketiga desa tersebut dipilih karena merupakan wilayah sentra
pengembangan komoditas jagung yang ada di Kecamatan Junrejo.
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Roscoe
(1975) dalam Widayat dan Amirullah (2002) memberikan panduan untuk menentukan
ukuran sampel :
a. Pada setiap penelitian, ukuran sampel harus berkisar antara 30 dan 500, dan b. Apabila
faktor yang digunakan dalam penelitian itu banyak, maka ukuran sampel minimal 10 kali
atau lebih dari jumlah faktor.
c. Jika sampel akan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian, maka ukuran sampel
minimum 30 untuk tiap bagian yang diperlukan.
Alat Analisis dan Spesifikasi Model
Untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan petani
jagung di Kecamatan Junrejo digunakan analisis Ordinary Least Square (OLS)
menggunakan data antar ruang (cross section) dengan spesifikasi model sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6D1 + b7D2 + µ
Keterangan:
Ŷ: adalah pendapatan petani (Y: topi) yang dipengaruhi berbagai faktor dalam
merawat tanaman jagung (rupiah)
a: adalah koefisien Intercept (konstanta)
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 adalah koefisien regresi
X1 adalah skala usaha (luas lahan tanaman jagung) satuan hektare
X2 adalah jumlah modal yang digunakan (rupiah)
X3 adalah jumlah hasil panen (ton)
X4 adalah usia petani (tahun)
X5 adalah jumlah tenaga kerja (orang)
D1 adalah motivasi bertani (Variabel Dummy, untuk Motivasi Sendiri = 1, untuk
yang lain = 0)
D2 adalah penggunaan pupuk (Variabel Dummy, untuk Kimia = 1, non
Kimia/kombinasi = 0)
µ adalah Variabel lain yang tidak diteliti

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Estimasi Regresi dan Intepretasi


Sesuai dengan spesifikasi model di atas, hasil estimasi regresi dari persamaan
tersebut (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1) adalah sebagai berikut:
Y = 1,806 + 9.184 Luas lahan (X1) - 3,236 Jumlah Modal (X2) + 2,749 Jumlah Hasil
Panen (X3) + 0,014 Usia Petani (X4) + 0,376 Jumlah Tenaga Kerja (X5) – 0,128
Motivasi Bertani Jagung (D1) + 0,185 Jenis Pupuk yang digunakan (D2)

Hasil regresi tersebut diatas menunjukkan bahwa :


1) Variabel Luas Lahan (X1) mempunyai koefisien sebesar 9,184 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, artinya variabel Luas lahan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap Pendapatan
Petani.
2) Variabel Jumlah Modal (X2) mempunyai koefisien sebesar - 3,236 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,025 lebih kecil dari 0,05, artinya variabel Jumlah Modal
mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap Pendapatan
Petani.
3) Variabel Jumlah Hasil Panen (X3) mempunyai koefisien sebesar 2,749 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05, artinya variabel Jumlah Hasil Panen
mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap Pendapatan
Petani.
4) Variabel Usia Petani (X4) mempunyai koefisien sebesar 0,014 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,081 lebih besar dari 0,05, artinya variabel Usia Petani
mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap
Pendapatan Petani.
5) Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X5) mempunyai koefisien sebesar 0,376 dengan
taraf signifikansi sebesar 0,024 lebih kecil dari 0,05, artinya variabel Jumlah Tenaga
Kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap
Pendapatan Petani.
6) Variabel Dummy Motivasi Bertani Jagung (D1) mempunyai koefisien sebesar –
0,128 dengan taraf signifikansi sebesar 0,412 lebih besar dari 0,05, artinya variabel
dummy Motivasi Bertani mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan secara
statistik terhadap Pendapatan Petani.
7) Variabel Dummy Penggunaan Jenis Pupuk (D2) mempunyai koefisien sebesar 0,185
dengan taraf signifikansi sebesar 0,254 lebih besar dari 0,05, artinya variabel dummy
Penggunaan Jenis Pupuk mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan secara
statistik terhadap Pendapatan Petani.
8) Variabel yang dominan adalah variabel Luas Lahan dengan koefisien terbesar yaitu
9,184.

Berdasarkan uji parsial (Uji t) dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan


jumlah data 30, menunjukkan bahwa Luas Lahan berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Petani karena nilai probabilitasnya sebesar 0,000. Jumlah Modal berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Petani, karena nilai probabilitasnya sebesar 0,025. Jumlah
Hasil panen berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Petani, karena nilai
probabilitasnya sebesar 0,032. Usia Petani tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Petani, karena nilai probabilitasnya sebesar 0,081. Jumlah Tenaga Kerja
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Petani, karena nilai probabilitasnya sebesar
0,024.
Berdasarkan uji simultan (Uji F) diperoleh nilai probabilitas 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
secara bersama-sama kelima variabel independen tersebut berpengaruh terhadap
Pendapatan Petani.
R-squared dari persamaan tersebut adalah 0.99 yang berarti 99% kinerja
Pendapatan Petani dipengaruhi oleh variabel luas lahan, jumlah modal, jumlah hasil
panen, usia petani, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan sisanya sebesar 0,53% dijelaskan
oleh variabel lain.
Uji Asumsi Klasik
Setelah melakukan serangkaian uji kelayakan model yang terangkum dalam uji
asumsi klasik (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2), maka secara sederhana
dapat dilihat pada ringkasan tabel berikut :

Tabel 1 : Hasil Uji Asumsi Klasik


Jenis Uji Autokorelasi Multikolinearitas Heteroskedastisitas Normalitas
Keputusan Lolos Lolos Lolos Lolos
Sumber : Data Sampel Penelitian, 2015

Pada tabel di atas terlihat bahwa, model yang diestimasi tidak terkena masalah
autokorelasi, multikolinearitas, heteroskedastisitas serta mempunyai distribusi error
secara normal (lolos uji normalitas). Oleh karena itu berdasarkan uji asumsi klasik dapat
disimpulkan bahwa model tersebut layak untuk digunakan.

Interpretasi Hasil Regresi Tiap Variabel


Dari olah data primer dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
independen yang meliputi luas lahan, jumlah modal usaha, jumlah hasil panen, usia
petani, dan jumlah tenaga kerja. Baik secara simultan maupun secara parsial, mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani di Kecamatan Junrejo. Oleh karena
itu, khususnya bagi para pengambil kebijakan dibidang pertanian, dalam pengembangan
usahatani jagung hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Luas Lahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan petani,
dengan bukti nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Artinya jika luas
lahan naik, maka penerimaan petani juga akan naik dan sebaliknya apabila luas lahan
turun maka penerimaan petani juga akan turun. Hasil analisa regresi diperoleh
koefisien regresi luas lahan 9,184. Dengan probabilitas 0,000 yang mengandung arti
bahwa dengan menganggap faktor-faktor lain konstan, apabila terjadi peningkatan
satu persen luas lahan maka pendapatan petani akan naik sebesar 9,184 persen.
Dalam implikasinya, pada penelitian ini luas lahan dapat langsung berpengaruh
terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Junrejo. Dengan demikian
diperlukan kebijakan yang khusus terhadap luas lahan, karena dengan melakukan
usahatani pada lahan yang luas akan menambah penerimaan petani semakin banyak,
dan juga sebaliknya usahatani dengan lahan yang sempit akan menghasilkan
pendapatan petani yang juga akan semakin sedikit.
b. Modal dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penerimaan petani, dengan bukti nilai probabilitas sebesar 0,025 lebih kecil dari
0,05. Artinya apabila modal naik maka penerimaan petani juga akan naik dan
sebaliknya apabila modal sedikit maka penerimaan petani juga akan sedikit. Namun
dari nilai koefisennya bernilai – 3,236. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modal
dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang sensitif, dalam artian, jumlahnya
harus pas agar bisa menaikkan jumlah pendapatan. Namun jika berlebih justru
pendapatan petani akan berpotensi menurun. Hal ini dapat dilihat dari nilai regresi
yang positif namun memiliki nilai koefisien yang negatif. Modal yang digunakan
sebagai sampel ukuran memang dalam bentuk modal uang (finansial). Namun jika
berbicara teknis pertanian, maka modal yang digunakan oleh petani sesungguhnya
adalah yang telah diwujudkan dalam bentuk input pertanian. oleh karenanya
penggunaan modal disini oleh petani harus pas, sesuai dengan ukuran (takaran)
penggunaan yang sesuai. Itulah mengapa variabel jumlah modal memiliki pengaruh
signifikan namun berkoefisien negatif, karena berkorelasi dengan bentuk riilnya
seperti penggunaan bibit, pupuk atau tenaga kerja, dimana jumlah penggunaannya
harus disesuaikan dengan skala usaha tani.
c. Jumlah hasil panen dalam penelitian ini mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan petani. Dengan bukti nilai probabilitas sebesar 0,032 lebih kecil
dari 0,05. Artinya jumlah hasil panen naik, maka penerimaan petani juga akan naik
dan sebaliknya apabila jumlah hasil panen turun maka penerimaan petani juga akan
turun. Hasil analisa regresi diperoleh koefisien regresi jumlah hasil panen 2,749.
Dengan probabilitas 0,000 yang mengandung arti bahwa dengan menganggap faktor-
faktor lain konstan, apabila terjadi peningkatan satu persen jumlah hasil panen maka
pendapatan petani akan naik sebesar 2,749 persen. Dalam implikasinya, pada
penelitian ini jumlah hasil panen dapat langsung berpengaruh terhadap pendapatan
petani jagung di Kecamatan Junrejo. Dengan demikian diperlukan kebijakan yang
khusus terhadap upaya peningkatan jumlah hasil panen secara teknikal, karena disini
jumlah hasil panen dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor alamiah dan teknikal.
Faktor alamiah seperti perubahan iklim dan kondisi lingkungan, sementara faktor
teknikal berasal dari proses usahatani itu sendiri.
d. Usia petani dalam penelitian ini mempunyai pengaruh tidak signifikan. Dengan bukti
nilai probabilitas sebesar 0,081 lebih besar dari 0,05.
e. Jumlah tenaga kerja dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan petani. Dengan bukti nilai probabilitas sebesar 0,024 lebih kecil
dari 0,05. Artinya apabila jumlah tenaga kerja ditambah maka pendapatan petani
juga naik dan sebaliknya jumlah tenaga kerja semakin sedikit atau dikurangi maka
pendapatan petani juga akan turun. Namun dalam hal ini nilai koefisien jumlah
tenaga kerja sangatlah kecil yakni 0,376. Sehingga apabila jumlah tenaga kerja
bertambah satu persen, akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani
sebesar 0,376 persen. Nilai penambahan akumulatif hasil yang tidak sebanding
dengan peningkatan jumlah input (tenaga kerja). Karakteristik tenaga kerja di dalam
usaha tani merupakan bagian dari input biaya variabel (variable cost), sehingga
dalam penggunaan tenaga kerja dikenakan hukum the law of diminishing return,
yang berarti bahwa ketika suatu input terus-menerus ditambahkan, sedangkan input
yang lain tetap, maka mula-mula akan terjadi tambahan output yang lebih
proporsional (increasing return), namun pada titik tertentu hasil yang lebih kita
peroleh akan semakin berkurang (diminishing return). Itulah mengapa penambahan
input tenaga kerja harus sesuai proporsi yang dibutuhkan (sesuai kapasitas produksi
atau luas lahan), dimana dalam hasil analisis ini, jumlah tenaga kerja memiliki hasil
signifikan namun bernilai koefisen sangat kecil, karena adanya hukum the law of
diminishing return dan penggunaannya harus diperhatikan sesuai proporsi.
f. Motivasi bertani jagung dan penggunaan jenis pupuk dalam analisis model regresi
berganda pada penelitian ini merupakan variabel dummy (D) dengan kategori
motivasi dari diri sendiri (D=1) dan dari orang lain (D=0). Serta variabel dummy (D)
dengan kategori penggunaan jenis pupuk kimia (1) dan non kimia/kombinasi (D=0).
Hasil estimasi model regresi parsial diperoleh hasil mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap pendapatan petani, dengan bukti nilai probabilitas sebesar 0,412
lebih besar dari 0,05 untuk motivasi bertani jagung dan nilai probabilitas sebesar
0,254 lebih besar dari 0,05 untuk penggunaan jenis pupuk. Adapun koefisien dari
motivasi bertani jagung nilainya – 0.128 dan penggunaan jenis pupuk 0,185.

Interpretasi Hasil Temuan di Luar Model


Kemampuan ekonomi suatu lahan dapat diukur dari perolehan petani dalam
bentuk pendapatannya. Pendapatan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan
pemasaran. Penerimaan bersih merupakan selisih antara biaya (costs) dan hasil (returns).
Modal tetap atau fixed costs, yang tidak secara langsung bergantung pada ukuran
produksi. Modal tetap atau fixed costs merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli
atau menyewa tanah, bangunan atau mesin-mesin. Modal bisa juga berupa biaya yang
disediakan untuk menggaji pekerja-pekerja tetap. Upah bagi buruh tani, termasuk bila
menggunakan tenaga kerja keluarga yang bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan khusus
(misalnya pada waktu panen) tergantung pada ukuran produksi. Ini disebut sebagai modal
tidak tetap (variable costs), termasuk biaya yang dikeluarkan untuk membeli input
(misalnya benih, pupuk, pestisida). Lahan bisa dikatakan layak secara ekonomi jika hasil
yang didapat melampaui total modal tidak tetap dan penurunan nilai modal tetap. Hasil
utamanya berupa uang yang diterima dari penjualan produk yang dihasilkan. (Henny
Mayrowani dkk, 2010 dalam Suprapto 2010).
Selain itu, pola pemasaran hasil panen usahatani jagung yang didominasi oleh
pemasaran melalui bakul penebas atau tengkulak. Dan fenomena ini merupakan hal yang
biasa bagi para petani. Seperti yang diungkapkan oleh Dulkarim:
“sadean e teng tiyang bakulan utawi tebasan nek roto-roto petani ingkang mriki.
Soale pun sedoyo rencang-rencang milai disek, pun jaman bapak-bapak kulo
nggeh pun tradisine koyok ngeten.” (jualannya ke bakul penebas kalau rata-rata
petani disini. Soalnya memang teman-teman petani sudah melakukan hal tersebut
dari dahulu, bahkan dari jamannya orang tua kami, ya memang sudah tradisinya
seperti itu.)

Karena kebiasaan yang telah mengakar bahkan menjadi budaya, pemasaran melalui
bakul penebas/tengkulak sudah dianggap benar oleh para petani responden. Hal ini pun
akhirnya menjadi sistem yang sudah lama terbentuk pada wilayah penelitian. Padahal
kondisi demikian pada akhirnya menyebabkan petani responden tidak bisa
memaksimalkan margin keuntungan penjualan dari hasil panen usahatani jagung karena
nilai yang cukup besar sebagian sudah terpangkas untuk para penebas atau tengkulak
tersebut. Dengan karakteristiknya sebagai agen penyalur, penebas/tengkulak memiliki
kedudukan sebagai pintu penyalur yang secara tidak langsung mampu mengendalikan
jumlah supply atau penawaran komoditas pertanian sebelum masuk ke pasar atau ke
konsumen (end user). Selain itu, dari hasil wawancara dengan responden petani, sebagian
besar mengatakan bahwa selama bertransaksi dengan penebas/tengkulak, harga seringkali
ditawarkan/ditentukan oleh pihak penebas/tengkulak, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Supriyadi:
“Ndugi ingkang sing nggada bakulan mas reganipiun. Kulo pun nerimo mawon,
soale sing penting kangge kulo jagung e saget enggal pajeng.” (dari para bakul
penebas harga yang saya terima. Kalau saya menerima saja, soalnya yang
terpenting hasil panen saya bisa cepat laku.)

Dan pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh hampir semua petani responden.
Sehingga di dalam kondisi ini, para bakul penebas atau tengkulak memiliki peran sebagai
price maker, sedangkan petani hanya bertindak sebagai price taker.
Gambar 3 : Alur Pemasaran (Tata Niaga) Jagung dari Petani Hingga Konsumen di
Kecataman Junrejo Kota Batu Tahun 2015

Tengkulak
petani
(penebas)

Konsumen Pedagang eceran


(pasar)

Sumber : Diolah dari data primer, 2015

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa pola pemasaran (tata niaga) jagung
yang dihasilkan dari petani yang menjadi responden ketika memasuki masa panen, akan
dipasarkan ke dalam satu alur utama, yakni pemasaran melalui penebas atau tengkulak.
Kemudian pada model alur kedua menggambarkan bahwa pola pemasaran (tata niaga)
jagung yang dihasilkan dari petani diteruskan atau dipasarkan kembali oleh penebas atau
tengkulak kepada pedagang eceran yang ada di pasar sekitar wilayah Kecamatan Junrejo
termasuk pasar besar Kota Batu. Terakhir, pada model alur ketiga menggambarkan bahwa
pola pemasaran (tata niaga) jagung yang dihasilkan dari petani yang telah sampai pada
pedagang eceran yang ada di pasar dijual kembali kepada konsumen (end user).

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disusun
kesimpulan sebagai berikut :
1. Luas lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung. Dalam makna
ekonominya, semakin luas atau bertambah jumlah lahan yang digunakan maka
semakin besar pula hasil pendapatan petani karena hasil produksi yang semakin
meningkat.
2. Jumlah modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung. Dalam
makna ekonominya, bahwa dengan adanya penambahan modal melalui proses
akumulasi maka proses produksi akan berhenti sehingga akan sulit berkembang.
3. Jumlah hasil panen berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung. Dalam
makna ekonominya, hasil panen yang merupakan output dari proses produksi adalah
ukuran seberapa besar kapasitas usaha petani dalam menghasilkan pendapatan.
4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung.
Dalam makna ekonominya, tenaga kerja sebagai faktor produksi akan berdampak pada
peningkatan hasil produksi ketika jumlahnya juga ditambahkan, namun tetap ada
batasan maksimal penggunaan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kapasitas produksi
(proporsional). Sebab jika terus ditambahkan hingga melewati batas proporsional,
maka akan terjadi penurunan pendapatan karena tidak sebanding antara keuntungan
dan biaya tenaga kerja atau terjadi diminishing return of income.

Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan dalam menentukan
kebijakan yang terkait dengan pendapatan petani khususnya pada komoditas jagung di
wilayah pertanian Kecamatan Junrejo Kota Batu, maka pengambil kebijakan serta pihak-
pihak yang terkait seperti pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota
Batu perlu memperhatikan beberapa variabel tersebut yaitu :
1. Luas lahan terbukti berpengaruh terhadap Pendapatan Petani sehingga bisa
direkomendasikan adanya penambahan luas lahan pada para petani jagung. Caranya
bisa dengan memperluas kepemilikan tanah bagi yang memiliki kemampuan atau
bisa juga dengan cara sewa lahan. Sehingga pada masa yang akan datang dalam
perencanaan dan pengembangan wilayah di Kecamatan Junrejo, jangan sampai
mengorbankan lahan pertanian yang subur untuk keperluan diluar program
pengembangan pertanian khususnya pada komoditas jagung.
2. Modal terbukti berpengaruh terhadap pendapatan petani sehingga perlu adanya
penguatan modal setiap petani. Namun karena sifat modal dalam analisis regresi ini
yang kontradiktif, sehingga perlu diawasi secara ketat penggunaan modal tersebut
dan didampingi agar pemakaian modal (terutama dalam bentuk input produksi
seperti bibit dan pupuk) sesuai dengan proporsi yang ideal agar tidak cenderung
mengalami penurunan meskipun jumlahnya terus ditambah (the law of diminishing
return).
3. Jumlah hasil panen terbukti berpengaruh signifikan terhadap penerimaan petani.
Untuk itu bisa dilakukan pengkajian dan penelitian mengenai faktor-faktor usahatani
yang bisa menaikkan jumlah hasil panen tanpa harus menambah luas lahan
sekalipun, misalnya dengan penggunaan bibit unggul atau pupuk berkualitas.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang telah


membantu penulis menyelesaikan artikel ilmiah ini. Khusus kepada asosiasi dosen dan
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang
telah memungkinkan artikel ilmiah ini untuk dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (JIMFEB).

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Batu. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Batu 2013. Batu.
BPS Kota Batu. 2014. Potret Usaha Pertanian Kota Batu Menurut Subsektor (Hasil
Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2013 dan Survei Pendapatan Rumah
Tangga Pertanian 2013). Batu.
BPS Kota Batu. 2014. Statistik Daerah Kecamatan Junrejo. Batu.
Fitriyaningsih, Erlina. 2012. Pengaruh Besar Modal (Modal Sendiri), Pemberian Kredit,
Dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang
Kecil Di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Bantul. UNY Press. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika Buku 1. Penerbit Salemba 4.
Jakarta.
Gujarati, Damodar N. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika Buku 2. Penerbit Salemba 4.
Jakarta.
Hardjanto, Amirullah Imam. 2005. Pengantar Bisnis. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Irianto, Heru dan Emy Widiyanti. 2013. Analisis Value Chain dan Efisiensi Pemasaran
Agribisnis Jamur Kuping di Kabupaten Karangayar. Jurnal SEPA : Vol. 9 No. 2
Februari 2013 : 260 – 272. Universitas Negeri Surakarta. Solo.
Kementan. 2014. Buletin Analisis Perkembangan Harga Komoditas Pertanian.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Kotler P dan Gary Armstrong. 1996. Dasar-Dasar Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta.
Nababan, Christofel D. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani Jagung di kecamatan tiga binanga kabupaten karo. USU Press. Medan.
Permasih, Jenny. 2014. Proses Pengambilan Keputusan Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Benih Jagung Hibrida Oleh Petani Di Kecamatan
Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Unila Press. Bandar lampung.
Rahayu, Ami. 2012. Status Keberlanjutan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan.
Undip Press. Semarang.
Rifai, Ade Indrawan Ali. 2012. Dampak Pembangunan Sektor pertanian Tanaman
Pangan terhadap Perekonomian Indonesia Analisis Sistem Neraca Sosial
Ekonomi. UI Press. jakarta.
Saputri, Ayu. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba Pengrajin (Studi
Kasus pada Sentra Industri Kerajinan Anyaman dan Tenun ATBM di Desa
Gamplong, kelurahan sumber rahayu, kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta). UAJY Press. Yogyakarta.
Semaoen, Iksan dan Kiptiyah. 1994. Konsumsi dan Pemasaran Bungan Potong di Jawa
Timur. Lembaga Penelitian Brawijaya.
Setiorini, Fajarwulan. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. IPB Press. Bogor. Suartining, Ni
Ketut. 2011. Struktur, Perilaku, Dan Kinerja Pemasaran Anggur (Studi
Kasus Di Desa Banjar Kecamatan Banjar) Kabupaten Buleleng. Unud Press.
Bali.
Suprapto, Edy. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Padi
Organik Di Kabupaten Sragen. UNS Press. Solo.
Surya, Gangga Nanda Adi. 2011. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengusahaan Lahan Sawah (Studi Kasus : Desa Gempol Kolot,
Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat). IPB Press.
Bogor.
Widayat dan Amirullah. 2002. Riset Bisnis. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Yuniarti, Titi, Umar Burhan dan M. Muslich Mustadjab. 2009. Efisiensi Pemasaran
Jambu Mete di Kabupaten Lombok Barat (Studi Kasus Di Sentra Produksi
Bayan). Jurnal WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 Universitas Brawijaya.
Malang.
Lampiran 1 : Hasil Estimasi Regresi dengan Aplikasi Eviews 7
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 09/28/15 Time: 16:46
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.806260 0.504088 3.583225 0.0017


X1 9.184265 1.799086 5.104962 0.0000
X2 -3.236164 1.350793 -2.395751 0.0255
X3 2.749647 1.204868 2.282115 0.0325
X4 0.014873 0.008143 1.826406 0.0814
X5 0.376008 0.155615 2.416271 0.0244
D1 -0.128448 0.153602 -0.836241 0.4120
D2 0.185749 0.158616 1.171058 0.2541

R-squared 0.994730 Mean dependent var 11.39167


Adjusted R-squared 0.993053 S.D. dependent var 4.254654
S.E. of regression 0.354614 Akaike info criterion 0.987604
Sum squared resid 2.766523 Schwarz criterion 1.361257
Log likelihood -6.814064 Hannan-Quinn criter. 1.107139
F-statistic 593.2287 Durbin-Watson stat 2.597787
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 2 : Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.722981 Prob. F(2,20) 0.2040


Obs*R-squared 4.409240 Prob. Chi-Square(2) 0.1103

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 18:34
Sample: 1 30
Included observations: 30
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.316697 0.523933 -0.604461 0.5523


X1 0.586974 1.782677 0.329265 0.7454
X2 -0.971592 1.411760 -0.688213 0.4992
X3 0.776330 1.248024 0.622048 0.5409
X4 0.005492 0.008509 0.645373 0.5260
X5 0.015369 0.151186 0.101659 0.9200
D1 -0.009677 0.154457 -0.062654 0.9507
D2 -0.039507 0.160067 -0.246816 0.8076
RESID(-1) -0.411370 0.259124 -1.587541 0.1281
RESID(-2) 0.089903 0.245961 0.365518 0.7186

R-squared 0.146975 Mean dependent var -1.70E-15


Adjusted R-squared -0.236887 S.D. dependent var 0.308865
S.E. of regression 0.343505 Akaike info criterion 0.961972
Sum squared resid 2.359914 Schwarz criterion 1.429037
Log likelihood -4.429573 Hannan-Quinn criter. 1.111390
F-statistic 0.382885 Durbin-Watson stat 2.021884
Prob(F-statistic) 0.929648

2. Uji Multikolinearitas
D1 D2 X1 X2 X3 X4 X5

D1 1.000000 0.190941 0.307770 0.329227 0.321896 0.025490 0.325779

D2 0.190941 1.000000 0.463992 0.442208 0.447802 -0.332354 0.426545

X1 0.307770 0.463992 1.000000 0.096248 0.095856 -0.478326 0.071801

X2 0.329227 0.442208 0.096248 1.000000 0.099237 -0.482049 0.074545

X3 0.321896 0.447802 0.095856 0.099237 1.000000 -0.486217 0.072795

X4 0.025490 -0.332354 -0.478326 -0.482049 -0.486217 1.000000 -0.448425

X5 0.325779 0.426545 0.071801 0.074545 0.072795 -0.448425 1.000000


3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.459509 Prob. F(7,22) 0.8530


Obs*R-squared 3.826729 Prob. Chi-Square(7) 0.7995
Scaled explained SS 0.722854 Prob. Chi-Square(7) 0.9982

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 09/30/15 Time: 17:14
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.052582 0.063896 0.822924 0.4194


X1^2 0.097908 0.215383 0.454578 0.6539
X2^2 0.024443 0.053114 0.460193 0.6499
X3^2 -0.025418 0.047133 -0.539285 0.5951
X4^2 9.46E-06 1.82E-05 0.520060 0.6082
X5^2 -0.005140 0.004581 -1.121964 0.2740
D1^2 0.009889 0.035191 0.281021 0.7813
D2^2 0.032463 0.037782 0.859230 0.3995

R-squared 0.127558 Mean dependent var 0.092217


Adjusted R-squared -0.150038 S.D. dependent var 0.078614
S.E. of regression 0.084305 Akaike info criterion -1.885562
Sum squared resid 0.156363 Schwarz criterion -1.511909
Log likelihood 36.28343 Hannan-Quinn criter. -1.766027
F-statistic 0.459509 Durbin-Watson stat 2.025619
Prob(F-statistic) 0.853004

4. Uji Normalitas
6
Series: Residuals
Sample 1 30
5
Observations 30

4 Mean -1.70e-15
Median -0.046797
Maximum 0.510922
3 Minimum -0.483626
Std. Dev. 0.308865
Skewness 0.081385
2
Kurtosis 1.702506

1 Jarque-Bera 2.137481
Probability 0.343441

0
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Anda mungkin juga menyukai