Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ALAT PASCA PANEN


DI DESA SIDOREJO KECAMATAN WONOMULYO
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Hj. Siadina 1
Universitas Al Asyariah Mandar
E-mai : siadina.65@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Desa Sidorejo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar selama 3
(tiga) bulan yakni pada bulan Oktober 2018 sampai dengan Desember 2018. Adapun tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan besarnya pendapatan bagi petani yang
menggunakan Combine Harvester dan Power Thresher. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik
pengumpulan data dengan pengamatan langsung menggunakan kuesioner, sedangkan analisis data yang
digunakan adalah analisis pendapatan, R/C Ratio dan B/C Ratio. Adapun untuk penarikan sampel digunakan
metode simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 48 orang. Hasil penelitian ini diperoleh
bahwa pendapatan petani yang menggunakan Power Thresher lebih tinggi dibandingkan petani yang
menggunakan Combine Harvester di sebabkan oleh luas lahan petani, dimana Power Thresher lahan panen
lebih luas dibandingkan Combine Harvester. Total biaya yang digunakan oleh petani Combine Harvester yaitu
sebesar Rp.4.850.945 sedangkan Power Thresher yaitu sebesar Rp.6.200.712. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunan Power Thresher dan Combine Harvester layak untuk digunakan
karena dapat meningkatkan pendapatan sesuai nilai R/C Ratio dari Combine Harvester yaitu 4,1 dan Power
Thresher yaitu 3,4 dengan pendapatan sebesar Rp.15.124.555 untuk Combine Harvester dan Rp.15.336.288
untuk Power Thresher. Sedangkan untuk efektifitas dari kedua alat pasca panen tersebut diperoleh hasil bahwa
Combine Harvester lebih efektif dibandingkan Power Thresher.
Kata Kunci : Combine Harvester, Power Thresher, Pendapatan dan Efektifitas

Abstract
This research was conducted in Sidorejo Village, Wonomulyo District Polewali Mandar Regency for 3
(three) months, from October 2018 to December 2018. The research objectives is to determine the amount of
production costs and the amount of income for farmers who use Combine Harvester and Thresher Power. The
method used in this study is the technique of data collected by direct observation using a questionnaire, while
the data analysis used is income analysis, R/C Ratio and B/C Ratio. As for sampling, a Simple Random
Sampling method was used to obtain a sample of 48 people. The results of this study found that the income of
farmers who use Power Thresher is higher than farmers who use Combine Harvester caused by farmers’ land
area, where the Power Thresher of the harvest area is wider than the Combine Harvester. The total cost used
by Combine Harvester farmers is Rp. 4,850,945 while the Power Thresher is Rp. 6,200,712. Based on the
research conducted that the use of Power Thresher and Combine Harvester is feasible to use because it can
increase income according to the value of R/C Ratio of Combine Harvester which is 4.1 and Power Thresher
which is 3.4 with revenue of Rp. 15,124,555 for Combine Harvester and Rp. 15,336,288 for Power Thresher.
While for the effectivenessof the two post-harvest tools, it was found that the Combine Harvester was more
effective than thePower Thresher.
Keywords : Combine Harvester, Power Thresher, Income dan Effectiveness

I. PENDAHULUAN produksi pertanian, yang sekaligus mempertinggi


1.1. Latar Belakang pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan
Sektor pertanian hingga saat ini masih jalan menambah modal dan skill untuk
memiliki peranan yang sangat penting dalam memperbesar campur tangannya manusia.
pembangunan dan juga sebagai penopang Usaha dari suatu proses pembangunan itu
perekonomian Nasional. Mengingat bahwa Negara tidak lepas dari adanya informasi dan teknologi
Indonesia adalah Negara Agraris yang rata-rata pertanian yang efektif serta informasi yang tepat
mata pencaharian penduduknya adalah bekerja dengan harapan akan terjadi perubahan perilaku
sebagai petani. Pembangunan pertanian maupun kemampuan petani dalam kegiatan usaha
disebutkan bahwa pembangunan pertanian adalah tani dan peningkatan produksi guna mewujudkan
suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan

1
tujuan dari suatu proses pembangunan yaitu Combine Harvester dan petani yang menggu-
swasembada beras (Soetriono dan Anik, 2016). nakan Power Thresher di Desa Sidorejo, Keca-
Peningkatan produksi padi di Provinsi matan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar
Sulawesi Barat bukan hanya ditujukan untuk 2. Berapa besar pendapatan bagi petani yang
memenuhi kebutuhan daerah saja, tetapi menggunakan Combine Harvester dan petani
diharapkan dengan peningkatan ini dapat yang menggunakan Power Thresher dan
memberikan sumbangan terhadap peningkatan bagaimana efektifitas dan efesiensi penggunaan
produksi padi Nasional. Adapun beberapa faktor Combine Harvester dan Power Thresher yang
produksi yang terdiri atas alam (sumber daya ada di Desa Sidorejo, Kecamatan Wonomulyo,
alam), tenaga kerja, modal dan keahlian (skill) atau Kabupaten Polewali Mandar
sumberdaya pengusaha (enterpreneship). Faktor
produksi alam dan tenaga kerja disebut faktor 1.3. Tujuan Penelitian
produksi asli (utama), sedangkan modal dan tenaga Dengan melihat rumusan masalah di atas,
kerja disebut faktor produksi turunan (Alam maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
Situmorang, 2008). berikut :
Kabupaten Polewali Mandar merupakan 1. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi
salah satu sentra lumbung padi terutama bagi yang dikeluarkan oleh petani padi sawah dan
Provinsi Sulawesi Barat yang letaknya berbatasan besarnya nilai R/C Ratio dan B/C Ratio petani
dengan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi yang menggunakan Combine Harvester dan
Selatan. Sistem pengolahan tanah dari tahun petani yang menggunakan Power Thresher di
ketahun mengalami perkembangan terutama dari Desa Sidorejo, Kecamatan Wonomulyo, Kabu-
penggunaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) paten Polewali Mandar.
yang menjadi suatu program pemberdayaan dari 2. Untuk mengetahui besar pendapatan bagi
pemerintah guna mencapai produksi yang petani yang menggunakan Combine Harvester
maksimal. Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) dan petani yang menggunakan Power Thresher
menjadi faktor penting dalam mendukung produksi dan bagaimana efektifitas dan efesiensi penggu-
pangan di Provinsi Sulawesi Barat. naan Combine Harvester dan Power Thresher
Kecamatan Wonomulyo yang di dalamnya yang ada di Desa Sidorejo, Kecamatan Wono-
terdapat Desa Sidorejo merupakan kawasan mulyo, Kabupaten Polewali Mandar.
pertanian khususnya padi sawah dengan jenis
pengairan irigasi yang berasal dari Bendungan II. METODOLOGI
Sekka-sekka di sungai Maloso yang menjadi
sumber utama air untuk persawahan di Desa 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Sidorejo. Petani di Desa Sidorejo sendiri sebagian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidorejo,
besar mengusahakan padi sawah sebagai komoditi Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali
pertanian utama. Mandar yang berlangsung selama 3 (tiga) bulan
Akan tetapi dengan hadirnya alsintan ini ada yakni dari bulan Oktober 2018 sampai dengan
suatu hal yang perlu dicermati pada fenomena ini, Desember 2018.
karena di dalam melakukan proses usaha taninya
petani sudah lebih dominan menggunakan tenaga 2.2. Metode Pengumpulan Data
mesin. Maka perlu dikaji apakah benar dengan Metode pengumpulan data yang digunakan
adanya Alsintan (Combine Harvester) ini mampu pada penelitian ini yaitu pengamatan (observasi)
meningkatkan pendapatan petani padi semakin dimana metode ini dilakukan dengan mengadakan
meningkat atau tidak dan apakah ada pengamatan langsung ke lokasi penelitian, metode
perbandingan pendapatan bagi petani yang wawancara dilakukan dengan mengajukan
menggunakan Power Thresher dan petani yang pertanyaan langsung kepada responden dan
menggunakan Combine Harvester. Berdasarkan metode dokumentasi digunakan untuk
permasalahan di atas, maka perlu dilakukan mendapatkan data sekunder yang berhubungan
penelitian dengan judul: ”Analisis Pendapatan dengan objek yang diteliti.
Petani Padi Sawah Dengan Menggunakan 2.3. Penentuan Responden
Teknologi Alat Pasca Panen Di Desa Sidorejo
Populasi petani padi sawah dalam penelitian
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali
ini yaitu sebanyak 240 orang dengan sampel
Mandar”.
sebanyak 48 orang yang terdiri dari 24 petani
1.2. Rumusan Masalah Combine Harvester dan 24 petani Power Thresher.
Berdasarkan latar belakang yang telah Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik
dijelaskan di atas, maka ada beberapa yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini penelitian (Wiratna Sujarweni, 2014). Penarikan
yakni : sampel dilakukan secara Simple Random Sampling
1. Berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.
oleh petani padi sawah dan berapa nilai R/C Ra-
2.4. Jenis dan Sumber Data
tio dan B/C Ratio petani yang menggunakan

1
Adapun jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Keterangan:
Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik
wawancara langsung pada responden dan TR1 = Total peneriman cabang usahatani I
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
TR2 = Total peneriman cabang usahatani II
sebagai alat bantu dalam pengumpulan data.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi TC1 = Biaya untuk cabang usahatani I
yang terkait yaitu Kantor Desa Sidorejo.
TC2 = Biaya untuk cabang usahatani II
2.5. Analisis Data
Dengan criteria, apabila:
Untuk mengetahui besarnya pendapatan 1. B/C Ratio > 1, usahatani menguntungkan
petani padi sawah di Desa Sidorejo, maka analisis 2. B/C Ratio < 1, usahatani tidak menguntungkan
data yang digunakan adalah analisis pendapatan, 3. B/C Ratio = 1, usahatani impas
R/C Ratio dan B/C Ratio. Untuk mengetahui total
biaya yang di keluarkan petani dapat ditentukan
III. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
dengan menggunakan rumus berikut :
3.1. Letak dan Luas Wilayah
TC = FC + VC
Desa Sidorejo terletak disebelah Selatan
Keterangan: TC = Biaya total Kelurahan Sidodadi Kecamatan Wonomulyo
FC = Biaya tetap (Fixed cost) Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi
VC = Biaya variabel (variabel cost) Barat dengan ketinggian tempat di atas Permukaan
Sedangkan untuk mengetahui total penerimaan per Laut 8 m dengan suhu antara 26 oC – 29oC. Desa
panen dapat ditentukan dengan rumus berikut : Sidorejo memiliki luas daerah/wilayah desa
TR = Y x Py sebanyak 380,35 Ha, untuk lahan sawah 180,85 Ha
dan lahan kering 199,5 Ha. Desa Sidorejo terdiri
Keterangan: TR = Total penerimaan
dari lima Dusun dengan jumlah penduduk 3.487
Y = Produksi yang diperoleh
jiwa dan dengan jumlah KK yaitu 985 KK. Dengan
Py = Harga (Rp)
batas-batas wilayah Desa sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengetahui tingkat pendapatan a. Sebelah Utara : Kelurahan Sidodadi
petani per panen, maka analisis data b. Sebelah Selatan : Desa Bumiayu
menggunakan analisis pendapatan yang dihitung c. Sebelah Barat : Desa Arjosari, Ugi Baru
menggunakan formulasi : dan Kelurahan Sidodadi
d. Sebelah Timur : Desa Campurjo
= TR - TC
3.2. Mata Pencaharian Penduduk
Keterangan: = Pendapatan
Penduduk di Desa Sidorejo sebagian besar
TR = Total penerimaan
bermata pencaharian sabagai petani terutama
TC = Total Biaya
petani padi sawah sebagai mata pencaharian
Analisis pendapatan kemudian dilanjutkan dengan utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
analisis R/C Ratio, yang merupakan analisis Tabel 1 sebagai berikut :
perbandingan antara penerimaan dan total biaya Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata
produksi, dapat ditentukan dengan menggunakan Pencaharian di Desa Sidorejo
rumus berikut : Kecamatan Wonomulyo Kabupaten
R/C Ratio = TR : TC Polewali Mandar
Keterangan : TR = Total Penerimaan No
JENIS JUMLAH
Persentase (%)
TC = Total Biaya yang dikeluarkan PEKERJAAN (JIWA)
1 Buruh Tani 307 jiwa 31,26 %
Kriteria penilaian R/C ratio: 2 Petani 105 jiwa 10,69%
1. Jika Nilai R/C Ratio > 1, Maka usaha layak
3 Peternak 30 jiwa 3,05%
dikembangkan
2. Jika Nilai R/C Ratio = 1, Maka usaha dikatakan 4 Pedagang 269 jiwa 27,39%
impas 5 Tukang Kayu 39 jiwa 3,97%
3. Jika Nilai R/C Ratio < 1, Maka usaha tidak layak 6 Tukang Batu 30 jiwa 3,05%
Kemudian dilanjutkan dengan analisis B/C 7 Penjahit 9 jiwa 0,92%
Ratio, yang merupakan alat analisa untuk 8 PNS 73 jiwa 7,43%
mengukur tingkat keuntungan teknologi baru yaitu 9 Pensiunan 35 jiwa 3,56%
Combine Harvester yang akan dibandingkan 10 TNI/Polri 8 jiwa 0,81%
dengan teknologi lama yaitu Power Thresher, yang 11 Perangkat Desa 5 jiwa 0,51%
dihitung menggunakan formulasi: 12 Pengrajin 25 jiwa 2,55%
B/C Ratio = TR I – TR II 13 Industri Kecil 15 jiwa 1,53%
TC I – TC II 14 Buruh Industri 32 jiwa 3,26%

1
Jumlah 982 jiwa 100 % yang akan dibahas meliputi usia, pendidikan, lama
Sumber : Kantor Desa Sidorejo, 2018 bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga
dan faktor produksi.
Tabel 1 menunjukkan bahwa mata
pencaharian penduduk Desa Sidorejo serta 4.1.1. Umur Responden
persentase masing-masing pencaharian. Dari tabel Aspek umur petani turut menentukan
diatas dapat dilihat bahwa jenis mata pencaharian sikapnya dalam pengambilan keputusan, termasuk
yang paling tinggi ada pada buruh tani yaitu dalam hal mengadopsi teknologi baru. Umur
sebanyak 307 jiwa dengan persentase (31,26%), merupakan salah satu faktor penting bagi petani
pedagang sebanyak 269 jiwa dengan persentase dalam mengelolah usaha taninya kearah yang lebih
(27,39%), sedangkan petani sebanyak 105 jiwa baik. Umur akan sangat mempengaruhi seseorang
dengan persentase (10,69%). dalam melakukan aktifitas sehari–hari. Menurut
3.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Suratiyah (2011) bahwa usia yang masih produktif
akan mempengaruhi daya tangkap, daya serap
Pendidikan erat kaitannya dengan sebuah inovasi baru. Umur petani sampel dalam
kemampuan seseorang dalam hal mengevaluasi penelitian ini bervariasi yaitu mulai usia 25-60
pelaksanaan kegiatan. Pendidikan merupakan tahun. Tingkat umur dari responden dapat dilihat
salah satu hal yang penting bagi manusia yang pada Tabel 3 dibawah ini:
merupakan bekal dalam hidupnya. Karena dengan Tabel 3. Jumlah Petani Responden Berdasarkan
pendidikan yang cukup seseorang akan memiliki
pola pikir yang lebih maju dan berkembang. Sarana Umur, di Desa Sidorejo Kecamatan
pendidikan sendiri dapat berupa sekolah (formal) Wonomulyo Kabupaten Polewali
seperti TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi Mandar
(Nasution, 2010). Umur Petani
Persentase
Penduduk di Desa Sidorejo Kecamatan No (Tahun Combine Power Jumlah
(%)
Wonomulyo dapat dikategorikan semua memiliki ) Harves Thresh
pendidikan yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat 1 27 – 34 0 jiwa 1 jiwa 1 jiwa 2,08 %
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut : 2 35 – 42 6 jiwa 2 jiwa 8 jiwa 16,67 %
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan 3 43 – 50 6 jiwa 6 jiwa 12 jiwa 25,00 %
Tingkat Pendidikan di Desa Sidorejo
4 51 – 58 7 jiwa 7 jiwa 14 jiwa 29,17 %
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten
Polewali Mandar 5 59 – 66 5 jiwa 8 jiwa 13 jiwa 27,08 %
6 67 – 74 0 jiwa 0 jiwa 0 jiwa 0,00 %
Tingkat Jumlah Persentase
No Jumlah 24 jiwa 24 jiwa 48 jiwa 100 %
Pendidikan (Jiwa) (%)
1 SD 350 jiwa 36,38 % Sumber : Data primer setelah di olah, 2019
SLTP dan Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan
3 275 jiwa 28,59 %
SLTA terlihat bahwa responden yang terbanyak
4 Diploma 217 jiwa 22,56 % jumlahnya yakni pada usia 51–58 tahun, petani
5 Sarjana 120 jiwa 12,47 % Combine Harvester sebanyak 7 jiwa dan Power
Thresher sebanyak 7 jiwa, dengan jumlah
Jumlah 962 jiwa 100 %
responden sebanyak 14 jiwa dengan persentase
Sumber: Kantor Desa Sidorejo, 2018 (29,17%), sedangkan jumlah responden yang
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan paling sedikit yakni usia 27 – 34 tahun petani
bahwa tingkat pendidikan formal di Desa Sidorejo Combine Harvester sebanyak 0 jiwa dan petani
Kecamatan Wonomulyo relatif cukup baik, ini Power Thresher sebanyak 1 jiwa, dengan jumlah
terlihat bahwa penduduk yang masih sekolah atau responden sebanyak 1 jiwa dengan persentase
yang tamat SD mencapai 350 jiwa dengan (2,08%).
persentase (36,38%), kemudian yang masih
4.1.2. Tingkat Pendidikan Responden
sekolah atau tamat SLTP dan SLTA berjumlah 275
jiwa (28,59%), yang mencapai gelar Diploma Pendidikan merupakan salah satu faktor
berjumlah 217 jiwa (22,56%) dan yang mencapai yang menentukan bagi setiap orang dalam
gelar Sarjana sebanyak 120 jiwa (12,47%). mengambil keputusan, khususnya dalam hal
meningkatkan produksi usahanya. Tingkat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikan formal di daerah penelitian meliputi
tingkat pendidikan SD, SLTP/sederajat dan
4.1. Identitas Petani Responden SLTA/sederajat. Menurut Suhardjo (2007) tingkat
Dalam pengambilan sampel petani pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
responden, diambil secara acak sederhana (Simple seseorang atau masyarakat untuk menyerap
Random Sampling) dengan jumlah sampel 48 informasi dan mengimplementasikannya dalam
orang yang terdiri dari 24 petani Combine Harvester perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Adapun tingkat
dan 24 petani Power Thresher. Identitas responden

1
pendidikan dari responden dapat dilihat pada Tabel Jumlah 24 jiwa 24 jiwa 48 jiwa 100 %
4 dibawah ini:
Sumber : Data primer setelah diolah, 2019
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan
bahwa pengalaman bertani dengan jumlah
responden terbanyak yaitu pengalaman bertani 20
Tabel 4. Keadaan Responden berdasarkan – 27 tahun dengan petani Combine Harvester
Tingkat Pendidikan di Desa Sidorejo sebanyak 15 jiwa dan petani Power Thresher
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten sebanyak 8 jiwa dengan jumlah responden
Polewali Mandar. sebanyak 23 jiwa dengan persentase (47,92%).
Petani Sedangkan petani yang paling sedikit jumlah
Tingkat Persent pengalamannya 4 - 11 tahun dengan petani
No Combine Power Jumlah
Pendidikan (%) Combain Harvester tidak ada responden dan
Harves Thresh
Tidak petani Power Thresher sebanyak 1 jiwa dengan
1 0 jiwa 0 jiwa 0 jiwa 0% persentase (2,08%).
Sekolah
2 SD 11 jiwa 12 jiwa 23 jiwa 47,92% 4.1.4. Luas Lahan
3 SLTP 4 jiwa 3 jiwa 7 jiwa 14,58% Jumlah luas lahan yang dimiliki atau yang di
4 SLTA 9 jiwa 9 jiwa 18 jiwa 37,50% usahakan oleh petani adalah sebagai salah satu
alat ukur dalam melihat kepuasan dalam berusaha
Jumlah 24 jiwa 24 jiwa 48 jiwa 100 % tani. Luas lahan yang dimiliki oleh petani akan
sangat berpengaruh terhadap produksi yang akan
Sumber : Data primer setelah di olah, 2019
di dapat oleh petani itu sendiri, semakin luas lahan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa di usakan petani maka akan semakin tinggi
responden yang paling banyak jumlahnya yakni produksi yang akan didapat, begitu juga sebaliknya
tingkat pendidikan SD yaitu petani yang semakin sempit luas lahan yang diusahakan petani
menggunakan Combine Harvester sebanyak 11 maka produksi yang di dapat juga akan semakin
jiwa dan petani yang menggunakan Power sedikit. Untuk lebih jelasnya tentang luas lahan
Thresher sebanyak 12 jiwa dengan jumlah yang dimiliki oleh petani berdasarkan yang
responden 23 jiwa dengan persentase (47,92%). dijadikan objek penelitian dapat dilihat pada tabel 6.
Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit Tabel 6. Keadaan Responden berdasarkan Luas
pada tingkat pendidikan SLTP/sederajat yaitu Lahan di Desa Sidorejo Kecamatan
petani Combine Harvester sebanyak 4 jiwa dan
petani Power Thresher sebanyak 3 jiwa dengan
Wonomulyo Kabupaten Polewali
jumlah responden sebanyak 7 jiwa dengan Mandar.
persentase (14,58%). Luas Petani
Persent
No Lahan Combine Power Jumlah
4.1.3. Pengalaman Bertani (Ha)
(%)
Harves Thresh
Pengalaman seseorang merupakan salah 1 0,18 - 0,48 8 jiwa 10 jiwa 18 jiwa 37,5 %
satu faktor penunjang keberhasilan dalam usaha
2 0,49 - 0,79 9 jiwa 7 jiwa 16 jiwa 33,33 %
taninya. Petani yang sudah lama berusaha tani
akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan 3 0,80 - 1,10 6 jiwa 4 jiwa 10 jiwa 20,83 %
demikian pula dengan penerapan teknologi baru, 4 1,11 - 1,41 1 jiwa 0 jiwa 1 jiwa 2,08 %
Soekartawi (2003). Petani yang sudah lama bertani 5 1,42 - 1,72 0 jiwa 0 jiwa 0 jiwa 0%
akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada
6 1,73 - 2,03 0 jiwa 3 jiwa 3 jiwa 6,25 %
petani pemula atau petani baru. Adapun tingkat
pengalaman bertani responden dapat dilihat pada Jumlah 24 jiwa 24 jiwa 48 jiwa 100 %
Tabel 5 dibawah ini: Sumber : Data primer setelah diolah, 2019
Tabel 5. Keadaan Responden berdasarkan
Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan
Pengalaman Bertani, di Desa
bahwa petani yang memiliki luas lahan (Ha) dengan
Sidorejo Kecamatan Wonomulyo
jumlah responden terbanyak yaitu luas lahan 0,18 –
Kabupaten Polewali Mandar.
0,48 Ha dengan petani Combine Harvester
Lama Petani sebanyak 8 jiwa dan petani Power Thresher
Persentase
No Bertani Combine Power Jumlah sebanyak 10 jiwa dengan jumlah responden
(%)
(Tahun) Harves Thresh sebanyak 18 jiwa dengan persentase (37,5%).
1 4 – 11 0 jiwa 1 jiwa 1 jiwa 2,08 % Sedangkan petani yang paling sedikit jumlah luas
2 12 – 19 2 jiwa 0 jiwa 2 jiwa 4,17 % lahannya 1,11 – 1,41 Ha dengan petani Combain
3 20 – 27 15 jiwa 8 jiwa 23 jiwa 47,92 % Harvester sebanyak 1 jiwa dan petani Power
Thresher tidak ada dengan persentase (2,08%).
4 28 – 35 5 jiwa 10 jiwa 15 jiwa 31,25 %
5 36 – 43 1 jiwa 4 jiwa 5 jiwa 10,42 % 4.1.5. Tanggungan Keluarga
6 44 – 51 1 jiwa 1 jiwa 2 jiwa 4,17 %

1
Jumlah anggota rumah tangga merupakan Dalam sistem bagi hasil, bagian yang
banyaknya orang yang menjadi beban atau menjadi dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi biaya-
tanggung jawab keluarga. Faktor keluarga biaya yang dikeluarkan pada waktu berusaha tani
merupakan faktor yang paling berpengaruh ditambah dengan biaya penjualan hasil. Dalam
terhadap keputusan petani untuk lebih giat dalam hal ini termasuk biaya benih, pupuk, pestisida,
berusaha tani karena akan ada beban tanggungan pengolahan tanah, penanaman, panen, serta
yang harus di cukupi demi kesejahteraan hidup. pengangkutan. Mengutip perkataan salah seorang
Berdasarkan data primer yang didapat dilokasi responden Combine Harvester dan Power
penelitian, bahwa jumlah tanggungan keluarga bagi Thresher yang menjadi petani penggarap,
setiap keluarga petani tergolong rendah yang mengatakan bahwa pembagian hasil dilakukan
berkisar antara 2 – 4 orang. Banyaknya jumlah pada saat setelah selesai panen dengan
tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk menghitung pendapatan yaitu penerimaan
melakukan banyak aktivitas terutama dalam dikurang biaya yang dikeluarkan selama berusaha
mencari dan menambah pendapatan keluarganya tani, pembagian dilakukan dengan cara membagi
(Hasyim,2003). Berdasarkan hasil penelitian tingkat dua pendapatan yaitu 50% untuk petani pemilik
tanggungan keluarga petani responden dapat lahan dan 50% untuk petani penggarap.
dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Hal tersebut sejalan yang dikatakan
Tabel 7. Keadaan Responden berdasarkan Irmayanti (2010), upah dari penggarapan lahan
Tanggungan Keluarga di Desa tersebut diambil atau diberikan dari hasil
Sidorejo Kecamatan Wonomulyo pertanian yang diusahakan, setelah selesai panen
atau sesuai dengan perjanjian yang telah
Kabupaten Polewali Mandar. disepakati ketika pertama kali mengadakan
Petani transaksi. Besarnya bagi hasil adalah besarnya
Tanggu- Persent
No Combine Power Jumlah upah yang diperoleh oleh setiap petani baik
ngan (%)
Harves Thresh pemilik lahan maupun penggarap berdasarkan
1 1–2 2 jiwa 4 jiwa 6 jiwa 12,50 % perjanjian atau kesepakatan bersama. Dalam hal
2 3–4 19 jiwa 16 jiwa 35 jiwa 72,92 % bagi hasil yang dibagi adalah hasil pendapatan
3 5–6 3 jiwa 3 jiwa 6 jiwa 12,50 % atau penjualah gabah atau padi.
4 7–8 0 jiwa 1 jiwa 1 jiwa 2,08 % 5.2. Rata-Rata Biaya Produksi, Pendapatan, R/C
5 9 – 10 0 jiwa 0 jiwa 0 jiwa 0% Ratio dan B/C Ratio Petani Combine
Harvester dan Power Thresher
6 11 – 12 0 jiwa 0 jiwa 0 jiwa 0%
Jumlah 24 jiwa 24 jiwa 48 jiwa 100% 5.2.1. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran
Sumber : Data primer setelah diolah, 2019 diperlukan untuk menghasilkan produksi. Biaya
Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan produksi dalam usaha tani ini meliputi biaya
bahwa jumlah tanggungan keluarga petani padi variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah
sawah yang menggunakan Combine Harvester dan yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah
Power Thresher di Desa Sidorejo Kecamatan produksi yang dihasilkan oleh petani, yang
Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar sangat ditentukan oleh tingkat penggunaan faktor-faktor
beragam, mulai dari tanggungan 1 – 7 jiwa. Jumlah produksi yang digunakan petani seperti benih,
tanggungan yang paling banyak yaitu 3 – 4 jiwa, pupuk dan pestisida. Sejalan yang dikemukan ahli,
dengan jumlah responden petani Combine Biaya variable atau variable cost (VC), yaitu biaya
Harvester sebanyak 19 jiwa dan petani Power yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding
Thresher sebanyak 16 jiwa, jadi jumlah responden dengan perubahan volume kegiatan. Semakin
keseluruhan yaitu sebanyak 35 responden dengan tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula
persentase (72,92%). Sedangkan tanggungan total biaya variabel (Widjajanta B dan A
keluarga yang paling sedikit yaitu pada 7 – 8 jiwa, Widyaningsih, 2009).
dengan jumlah responden petani Combine Biaya tetap adalah biaya yang tidak
Harvester tidak ada dan petani Power Thresher mempengaruhi besar kecilnya jumlah ikan yang
sebanyak 1 jiwa, jadi jumlah responden dihasilkan yang termasuk kedalam biaya ini adalah
keseluruhan yaitu sebanyak 1 responden dengan pajak. Sejalan yang dikemukakan oleh ahli, Biaya
persentase (2,08%). tetap/fixed cost (FC), adalah biaya yang dalam
periode waktu tertentu jumlahnya tetap, tidak
4.1.6. Pembagian Hasil Usaha bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan
Bagi hasil merupakan salah satu sarana (Widjajanta B dan A Widyaningsih, 2009).
tolong menolong bagi sesama manusia dalam Untuk mengetahui besarnya nilai biaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi hasil produksi yang dikeluarkan petani baik yang
pertanian adalah suatu ikatan atau perjanjian menggunakan Combine Harvester maupun Power
kerja sama antara pemilik lahan dengan petani Thresher di Desa Sidorejo Kecamatan Wonomulyo
sebagai penggarap. Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut ini.

1
Polewali Mandar dapat dilihat pada Tabel 9 berikut
ini :

Tabel 8. Rata-rata Biaya yang Digunakan Oleh


Petani Padi Sawah di Desa Sidorejo Tabel 9. Rata-rata Produksi dan Penerimaan
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Petani Padi Sawah di Desa Sidorejo
Polewali Mandar. Kecamatan Wonomulyo Kabupaten
Total Biaya Polewali Mandar
No Uraian Power Combine Petani
No. Uraian Petani Power
Thresher (PT) Harves (CH) Combine
Thresh (PT)
Harves (CH)
Biaya Tetap
1 Rp.388.239 Rp. 348.341 1 Produksi (Kg) 4.786 4.439
(Fixed cost)
Harga Jual
Biaya Tidak Tetap 2 4.500 4.500
2 Rp.5.812.473 Rp.4.502.604 (Rp)
(Variabel Cost)
Total Biaya = (1 + 2) Rp. 6.200.712 Rp. 4.850.945 Penerimaan (1x2) Rp.19.975.50
Rp.21.537.000
Rp 0
Nilai selisih = PT - CH = Rp 6.200.712 – Rp 4.850.945
Selisih Produksi = PT – CH = 4.786 kg – 4.439 kg
= Rp. 1.349.767 = 347 kg
Sumber : Data primer setelah diolah, 2019
Selisih Penerimaan = PT – CH
Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukkan
= Rp. 21.537.000 – Rp.
bahwa rata-rata biaya produksi untuk biaya tetap
yang dikeluarkan oleh petani Combine Harvester 19.975.500
sebesar Rp 348.341 dan untuk biaya variabel = Rp. 1.561.500
sebesar Rp4.502.604, jadi total biaya untuk petani
Combine Harvester yang dikeluarkan sebesar Sumber : Data primer setelah diolah, 2019
Rp.4.850.945 dengan rata-rata luas lahan 0,62 Ha Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukkan
sedangkan untuk petani Power Thresher yang bahwa rata-rata produksi petani Combine Harvester
dikeluarkan jauh lebih besar dibanding Combine memperoleh produksi yaitu sebesar 4.439 kg
Harvester yaitu untuk biaya tetap sebesar Rp dengan harga jual Rp 4.500/kg, jadi nilai
388.239 dan untuk biaya variabel sebesar Rp penerimaan sebesar Rp 19.975.500 dengan rata-
5.812.473, jadi total biaya untuk petani Power rata luas lahan 0,62 Ha. Sedangkan petani Power
Thresher yang dikeluarkan sebesar Rp.6.200.712 Thresher yaitu sebesar 4.786 kg dengan harga jual
dengan rata-rata luas lahan 0,70 Ha. Jadi selisih Rp 4.500/kg, jadi nilai penerimaan sebesar
biaya yang dikeluarkan antara Combine Harvester Rp.21.537.000 dengan rata-rata luas lahan 0,70
dan Power Thresher yaitu Rp.1.349.767. Ha. Ini berarti bahwa produksi dan penerimaan
5.2.2. Produksi dan Penerimaan yang dicapai petani Power Thresher lebih besar
Produksi dapat diartikan sebagai suatu dibanding dengan produksi dan penerimaan yang
proses rangkaian kegiatan yang dengan dicapai petani Combine Harvester dikarenakan
menggunakan peralatan, sehingga masukan atau bahwa rata-rata luas lahan yang di miliki petani
input dapat diolah menjadi keluaran yang berupa Power Thresher lebih luas dibandingkan petani
barang atau jasa yang akhirnya dapat dijual kepada Combine Harvester, selisih produksi yang dicapai
pelanggan untuk memungkinkan perusahaan sebesar 347 kg dengan selisih nilai penerimaan
memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan. sebesar Rp 1.561.500.
Proses produksi yang dilakukan terkait dalam suatu 5.2.3. Analisis Pendapatan dan R/C Ratio
sistem, sehingga pengolahan atau Menurut Darsono (2008) R/C Ratio
pentrasformasian dapat dilakukan dengan merupakan metode analisis untuk mengukur
menggunakan peralatan yang dimiliki (Sofjan kelayakan usaha dengan menggunakan rasio
Assauri, 2008). penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Untuk mengetahui nilai produksi yang Perhitungan R/C Ratio digunakan untuk
diperoleh responden petani yang menggunakan mengetahui apakah hasil petani tersebut
Combine Harvester dan Power Thresher di Desa memberikan keuntungan atau mengalami kerugian.
Sidorejo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Pendapatan bersih merupakan hasil selisih antara

1
penerimaan hasil usaha tani petani dengan total layak karena nilai R/C Ratio lebih dari 1. Sejalan
biaya yang dikeluarkan dalam proses usaha tani, dengan pendapat Sarwono dan Yan Pieter (2005)
tinggi rendahnya pendapatan yang diterima oleh Jika hasil R/C Ratio lebih dari satu maka usaha
petani dipengaruhi oleh adanya hama yang tersebut menguntungkan dan layak dikembangkan.
menyerang, karna banyaknya hama akan membuat
5.2.4. Analisis B/C Ratio
tanaman padi mengalami rusak atau tingkat hasil
Menurut Darsono (2008) metode Benefit
yang menurun.
Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan
Analisis R/C Ratio digunakan untuk
antara nilai sekarang dari penerimaan atau
membandingkan antara total penerimaan dan total
pendapatan yang diperoleh dari investasi dengan
biaya yang dikeluarkan setiap kali panen. Dari hasil
nilai sekarang dari pengeluaran (Biaya) selama
perbandingan tersebut dapat diketahui apakah
investasi tersebut berlangsung dalam kurung waktu
petani tersebut layak untuk tetap menggunakan alat
tertentu. Analisis B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
pasca panen. Untuk mengetahui besarnya
merupakan perbandingan (ratio) antar manfaat
pendapatan dan R/C Ratio yang diperoleh petani
(benefit) dan biaya (cost). Besarnya B/C ratio usaha
Combine Harvester maupun Power Thresher dapat
tani petani responden Power Thresher dan
dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.
Combine Harvester dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 10. Rata-rata Pendapatan dan R/C ratio berikut ini :
Petani Combine Harvester dan Power
Tabel 11. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Thresher di Desa Sidorejo
Oleh Petani Combine Harvester dan
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten
Power Thresher di Desa Sidorejo
Polewali Mandar
Petani
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten
No Uraian Petani Power Polewali Mandar
Combine
Thresh (PT)
Harves (CH) Power Thresh Combine
No Uraian
Total (PT) Harves (CH)
1 Rp 21.537.000 Rp 19.975.500
Penerimaan Total Rp 21.537.000 Rp 19.975.500
1
2 Total Biaya Rp 6.200.712 Rp 4.850.945 Penerimaan (TR1) (TR2)
Pendapatan (1-2) Rp 15.336.288 Rp 15.124.555 Rp 6.200.712 Rp 4.850.945
2 Total Biaya
R/C Ratio (1:2) 3,4 4,1 (TC1) (TC2)
Selisih pendapatan = PT – CH
= Rp 15.336.288 – Rp 15.124.555 B/C Ratio = (TR1Pt – TR2Ch)

= Rp 211.733 (TC1Pt – TC2Ch)


Selisih R/C Ratio = CH – PT = 4,1 – 3,4 = 0,7 B/C Ratio = Rp 21.537.000 – Rp 19.975.500
Sumber : Data primer setelah diolah, 2019 Rp 6.200.712 – Rp 4.850.945
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa = Rp 1.561.500
rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani Rp 1.349.767
Power Thresher lebih besar yakni sebesar
= 1,15
Rp.15.336.288 dibanding dengan pendapatan yang
diterima petani Combine Harvester yakni sebesar Sumber : Data primer setelah diolah, 2019
Rp.15.124.555 dengan selisih pendapatan sebesar Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa
Rp 211.733 membuktikan bahwa usaha tani nilai B/C ratio yang diperoleh sebesar 1,15. Hasil
dengan menggunakan alat pasca panen yakni pembagian antara teknologi baru (Combine Har-
Power Thresher masih dikatakan layak untuk di vester) dengan teknologi lama (Power Thresher)
kembangkan karena mengingat bahwa tidak semua berarti bahwa penerapan kedua sistem yaitu Com-
lahan sawah di lokasi penelitian yaitu di Desa bine Harvester dan Power Thresher dikatakan layak
Sidorejo, bisa menggunakan alat pasca panen untuk dilakukan oleh petani di Desa Sidorejo Keca-
Combine Harvester karena kelemahannya ada matan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar.
pada lahan sawah rawa dan tanah berlumpur yang Dikatakan layak karena nilai B/C Ratio lebih besar
dalam. Meskipun di yakini bahwa alat pasca panen dari satu.
Combine Harvester memang lebih efektif, lebih Sejalan yang dikatakan (Nazaruddin, 2000)
praktis dan lebih bersih atau tingkat kehilangan B/C Ratio, merupakan alat analisa untuk mengukur
hasilnya lebih sedikit dibandingkan dengan alat tingkat keuntungan teknologi baru di dalam proses
pasca panen Power Thresher. produksi usaha dan jika nilai R/C Ratio > 1, maka
Sedangkan nilai R/C ratio yang diterima usaha layak untuk dilanjutkan.
masing-masing petani baik petani yang
menggunakan Power Thresher yakni sebesar 3,4 5.2.5. Analisis Deskriptif
dan petani Combine Harvester yakni sebesar 4,1. a. Efektifitas Penggunaan Combine Harvester
Jadi kedua sistem alat pasca panen dikatakan dan Power Thresher di Desa Sidorejo

1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Harvester, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
di Desa Sidorejo mengenai tingkat efektifitas berikut :
dalam penggunaan Combine Harvester diketahui 1. Rata-rata total biaya yang digunakan oleh petani
bahwa penggunaan mesin pemanen padi yang menggunakan Combine Harvester sebesar
(Combine Harvester) di Desa Sidorejo sangat Rp.4.850.945 dengan nilai R/C Ratio sebesar
efektif di tinjau dari aspek penghemat waktu, 4,1 dan petani Power Thresher sebesar
pengurangan penggunaan tenaga kerja, Rp.6.200.712 dengan nilai R/C Ratio sebesar
pengurangan biaya, peningkatan produktifitas dan 3,4. Ini berarti bahwa hasil uji kelayakan
pengurangan kehilangan hasil. usahatani petani padi sawah dengan
Setelah melakukan wawancara dengan be- menggunakan Combine Harvester lebih besar
berapa petani yang menggunakan Combine Har- dibanding Power Thresher, meskipun telah
vester di Desa Sidorejo, maka diketahui bahwa diketahui bahwa kedua alat pasca panen ini
alasan petani menggunakan Combine Harvester dikatakan layak karena memiliki nilai R/C Ratio
yaitu karena mesin panen ini lebih cepat dan tidak lebih dari 1. Sedangkan nilai B/C Ratio usaha
memakan waktu yang lama, praktis dan rapi, tani padi sawah dengan kedua alat pasca panen
tenaga kerja yang sedikit, kehilangan hasil yang yaitu sebesar 1,15.
relatif rendah, lebih menguntungkan karena biaya 2. Rata-rata pendapatan petani yang menggu-
penen hanya 10 karung keluar 1 karung dan nakan Combine Harvester sebesar Rp.
karena perkembangan zaman yang semakin maju 15.124.555 dengan luas lahan 0,62 Ha sedan-
sehingga petani lebih memanfaatkan adanya gkan Power Thresher per panen sebesar Rp.
teknologi modern. Petani yang tidak menggu- 15.336.288 dengan luas lahan 0,70 Ha. Sedan-
nakan Combine Harvester ini juga didasarkan gkan untuk tingkat efektifitas dan efisiensi ter-
alasan teknis, yakni karena lokasi sawahnyanya hadap waktu, tenaga kerja, minimalisir biaya
yang berlumpur atau becek serta lahan sawah lebih efektif menggunakan Combine Harvester.
rawa sehingga mesin panen tidak dapat men-
5.2. Saran
jangkau.
Adapun saran yang dapat di ambil pada
Sedangkan petani yang menggunakan
penelitian ini yakni sebagai berikut :
Power Thresher di Desa Sidorejo terbilang masih
1. Dengan adanya alat pasca panen atau teknologi
cukup banyak kerena rata-rata petani lebih
baru (Combine Harvester), petani diharapkan
mengedepankan rasa sosial yang lebih tinggi
dapat lebih meningkatkan produktifitasnya dan
meskipun diketahui bahwa dari aspek penghemat
kesejahteraan petani dengan adanya teknologi
waktu Power Thresher membutuhkan waktu yang
baru tersebut. Namun untuk mengkatkan kese-
cukup lama dalam proses pemanenan, tingkat ke-
jahteraan dan pendapatan petani, sebaiknya
hilangan hasil yang relatif banyak dalam artian
petani lebih memperhitungkan pengeluaran
belum dapat menekan kehilangan hasil dan biaya
khususnya untuk biaya yang di keluarkan se-
panen yang lumayan banyak yaitu 15 karung
lama proses produksi di Desa Sidorejo Keca-
keluar 2 karung.
matan Wonomulyo Kabupaten Polewali Man-
Berdasarkan hasil wawancara dengan beber-
dar.
apa petani yang menggunakan Power Thresher di
2. Kepada Kementrian Pertanian yang terkait
Desa Sidorejo, maka diketahui bahwa alasan
dalam penerapan teknologi baru diharapkan da-
petani tetap bertahan menggunakan Power
pat lebih memajukan dan memperbaharui
Thresher yaitu karena rata-rata petani yang
teknologi yang lebih canggih dan maju lagi se-
menggunakan Power Thresher memiliki lahan
hingga teknologi yang baru dapat beroperasi
sawah yang rawa dan berlumpur, memiliki tingkat
pada semua lahan sawah baik lahan sawah
sosial yang tinggi sehingga membantu membuka
yang rata, lahan sawah rawa maupun lahan
lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan
sawah berlumpur sehingga para petani dapat
pekerjaan, karena faktor kebiasaan dan belum
merasakan dan menikmati teknologi baru yang
adanya dana untuk dapat membeli Combine Har-
ada di Desa Sidorejo Kecamatan Wonomulyo
vester.
Kabupaten Polewali Mandar dapat meningkat
dan lebih maksimal lagi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Diperlukan adanya penelitian lanjutan mengenai
total pendapatan petani menggunakan alat
5.1. Kesimpulan pasca panen Combine Harvester dan Power
Dari hasil analisis yang telah diolah Thresher dengan luas lahan yang sama se-
mengenai pendapatan petani padi sawah dengan hingga untuk menentukan biaya variabel dan bi-
menggunakan teknologi alat pasca panen di Desa aya tetap dapat lebih singkron dan mempunyai
Sidorejo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten keseimbangan yang lebih maksimal lagi.
Polewali Mandar yang di dalamnya mencakup
besar biaya produksi yang dikeluarkan dan
perbandingan pendapatan antara petani yang
menggunakan Power Thresher dan Combine

1
Suratiyah. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya. Bogor. 124 hal

Widjajanta, B., dan Aristanti Widyaningsih. 2009.


Mengasah Kemampuan Ekonomi. CV Citra
Praya. Jakartas

Daftar Pustaka

Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan


Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Darsono. 2008. Metodologi riset agribisnis buku II,


Metode analisis Data. Program Studi
magister manajemen Agribisnis Program
Pascasarjanah UPN. Veteran. Surabaya

Hasyim, H. 2003. Analisis Hubungan Faktor Sosial


Ekonomi Petani Terhadap Program
Penyuluhan Pertanian. Laporan Hasil
Penelitian. Universitas Sumatera Utara.
Medan

Irmayanti. 2010. Sistem bagi hasil antara pemilik


usahatani lahan sawah didesa Bontotallasa
Kecamatan simvbang Kabupaten Maros.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Partanian Universitas Hasanuddin
Makassar

Nasution, 2010. Interaksi sosial . Malang : Bayu


Media

Nazaruddin, 2000. Budidaya dan Pengaturan


Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta

Situmorang, Alam. 2008. Ekonomi Jilid I untuk


SMA/MA Kelas X. Jakarta: ESIS

Soekartawi. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian.


Rajawali Press. Jakarta

Soetriono Dan Anik. 2016. Pengantar Ilmu


Pertanian. Intimedia. Malang

Suhardjo, 2007. Pangan Gizi dan Pertanian.


Penerbit Universitas Indonesia.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metode Penelitian.


Pustaka Baru Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai