JURNAL
RIAN HERYANTO
RIAN HERYANTO
D1B011017
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Jurusan/ Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
ABSTRACT
1
PENDAHULUAN
2
satu tahun sebelum TBM berbuah pasir. Tentunya cara ini mampu menjadikan
pertimbangan petani untuk melakukan peremajaan pada kebun secara swadaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Marga Mulya dan Desa Panca Mulya
Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa desa tersebut sebagian telah
melakukan peremajaan kelapa sawit (UPTD Kecamatan Sungai Bahar, 2016). Objek
penelitian ini adalah petani yang telah melakukan peremajaan dan yang belum
melakukan peremajaan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu
dari tanggal 16 Desember 2016 sampai 17 Februari 2017.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data primer dari hasil wawancara langsung dengan responden dan observasi yaitu
metode pengamatan langsung kelokasi penelitian. Untuk melengkapi data primer juga
dilakukan in depth interview dengan petani, tokoh masyarakat, pihak kecamatan, dan
penyuluh. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas
Perkebunan Provinsi Jambi, Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi, Badan Pusat
Statistik (BPS) serta data dari Kantor Desa, Kantor Kecamatan, dan instansi terkait
lainnya.
Sebagaimana diuraikan diatas, lokasi penelitian ditentukan dengan secara sengaja
uaitu Desa Marga Mulya dan Desa Panca Mulya Kecamatan Sungai Bahar Kabuaten
Muaro Jambi. Desa Marga Mulya terdapat 500 petani yang telah melakukan peremajaan
kelapa sawit dan Desa Panca Mulya terdapat 500 petani yang belum melakukan
peremajaan kelapa sawit. Sehingga total populasi dalam penelitian ini adalah 1000
orang.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini ini dilakukan dengan
menggunakan metode slovin dengan ketentuan apabia populasi lebih dari 100 orang,
maka presisi pengambilan sampel yang digunakan sebesar 10% - 15%, jika populasi
berjumlah 51 – 100 orang maka presisi pengambilan sampel yang digunakan sebesar
10% dan jika populasi dibawah 50 orang maka populasi diambil semua (Husein, 2011).
Pada penelitian ini populasi didaerah penelitian sebanyak 1000 orang, maka presisi
pengambilan sampel yang digunakan sebesar 12% dengan rumus sebagai berikut :
: . berdasarkan rumus, diperoleh jumlah sampel sebanyak 76 orang.
Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh
jumlah sampel sebesar 76 responden. Selanjutnya jumlah petani sampel yang akan
dijadikan sebagai responden dari kedua desa tersebut diambil melalui rumus metode
alokasi sampel proposional (Nazir, 2005) yaitu: . Berdasarkan rumus tersebut,
maka didapat jumlah sampel untuk masing–masing desa di Desa Marga Mulya dan Desa
Panca Mulya di Kecamatan Sungai Bahar sebesar 38 orang.
Selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui hubungan faktor-
faktor terhadap keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit. Adapun rumus yang
digunakan dalam penghitungan data adalah menggunakan uji Chi-Square (Siegel, 1997)
dengan tabel kontingensi 2 x 2 dengan rumus sebagai berikut :
3
2
=
Sedangkan bila terdapat sel yang berisi frekuensi kurang dari 5 digunakan rumus
sebagai berikut :
2 [ ]
=
Chit = √
Dimana :
2
= Nilai Chi-Square
N = Jumlah sampel
C = Koefisien Kontingensi, nilai ini terletak antara 0 – 0,707
Selanjutnya untuk mengukur keeratan hubungan digunakan formulasi :
r= Cmax = √ √
√
r=
√
Keterangan :
r = Koefisien keeratan hubungan
2
= NIlai Uji Chi-Square
N = Jumlah sampel
m = Jumlah kolom/baris pada tabulasi silang.
Dengan kategori :
a. Hubungan digolongkan lemah apabila nilai terletak antara 0 – 0,353
b. Hubungan digolongkan kuat apabila nilai terletak antara 0,353 – 0,707
Selanjutnya untuk melihat adanya hubungan nyata atau tidak maka digunakan
formulasi yakni :
thit = √
4
dimana :
H0 : r = 0
H1 : r 0
Jika t hitu g ( ≤ t tabel = ( Terima Ho
Jika t hitu g ( ≥ t tabel = ( Tolak Ho
6
Tabel 3. Analisis Hubungan Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berhubungan Dalam
Peremajaan Kelapa Sawit Di Daerah Penelitian Tahun 2016
Hasil Uji Analisis
No Faktor 2
* Chit r** thit***
1 Pengetahuan Petani 12,05 0,370 0,523 5,28
2 Akses Informasi 11,92 0,368 0,521 5,25
3 Kegiatan Penyuluhan 13,51 0,390 0,550 5,66
4 Modal 12,25 0,373 0,527 5,33
5 Pendapatan 17,10 0,428 0,606 6,55
6 Pengalaman Berusahatani 11,85 0,367 0,519 5,22
*) X2 tabel(0,05) = 3,841. Jika 2hitung ≥ 2tabel kesimpulan tolak Ho terima H1
**) Keeratan Hubungan digolongkan kuat (0,353 - 0,707),digolongkan lemah (0 - 0,353)
***) Signifikansi hubungan secara nyata, jika thitung ≥ ttabel (ttabel = 1,993) kesimpulan tolak Ho terima H1
Faktor Pengetahuan
Hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai x hitung yaitu 12,05. Jika dibandingkan dengan x2tabel (0,05) sebesar 3,841 maka nilai
2
x2 hitung ≥ x2tabel dengan kesimpulan tolak Ho terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan
pengetahuan petani dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit secara
nyata. Adapun koefisien kontingensi (C) adalah 0,370 yang berarti derajat
kecenderungan hubungan antara pengetahuan petani dengan keputusan petani dalam
peremajaan kelapa sawit yang diperoleh tergolong kategori kuat. Sedangkan besarnya
koefisien korelasi (r) = 0,523 artinya keeratan hubungan antara pengetahuan dengan
keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit 52,3%. Hasil pengujian terhadap
koefisien korelasi (r) ini dilakukan menggunakan uji t dengan nilai thitung = 5,28. Jika
dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,993 maka nilai thitung ≥ ttabel yang berarti tolak H0
terima H1. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan
petani dengan keputusan petani dalam peremajaan kebun kelapa sawit (Lampiran 1).
Di daerah penelitian, petani memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai
usahatani kelapa sawit dan juga mengenai peremajaan kebun kelapa sawit yang
dimilikinya. Petani mendapatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka dalam
berusahatani selama ini. Petani mampu membuat keputusan-keputusan dalam
menangani permasalahan yang ada, sesuai dengan pendapat Hidayat (2007)
pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan panca indera yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan.
x2 hitung ≥ x2tabel dengan kesimpulan tolak Ho terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan
akses informasi dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit secara nyata.
Adapun koefisien kontingensi (C) adalah 0,368 yang berarti derajat kecenderungan
hubungan antara akses informasi dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa
sawit yang diperoleh tergolong kategori kuat. Sedangkan besarnya koefisien korelasi (r)
= 0,521 artinya keeratan hubungan antara akses informasi dengan keputusan petani
7
dalam peremajaan kelapa sawit 52,1%. Hasil pengujian terhadap koefisien korelasi (r) ini
dilakukan menggunakan uji t dengan nilai thitung = 5,25. Jika dibandingkan dengan ttabel
sebesar 1,993 maka nilai thitung ≥ ttabel yang berarti tolak H0 terima H1. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan yang nyata antara akses informasi dengan keputusan petani dalam
peremajaan kebun kelapa sawit (Lampiran 2).
Petani didaerah penelitian memperoleh akses informasi yang cukup baik dari
dalam maupun dari luar desa. Segala informasi yang diperoleh petani tentunya
diharapkan memberikan tambahan pengetahuan lebih bagi petani yang membantunya
dalam pengambilan keputusan secara tepat. Seperti teori pilihan rasional yang
dikemukakan oleh Friedman dan Hechter (1988), individu didorong oleh keinginan untuk
melakukan sebuah tujuan. Tujuan dalam membuat sebuah pilihan rasional yang
kemudian diasumsikan bahwa aktor mempunyai informasi yang cukup untuk membuat
pilihan diantara berbagai peluang yang terbuka untuk mereka. Informasi memiliki
peranan yang penting bagi petani sebagai sumber pengetahuan.
x2 hitung ≥ x2tabel dengan kesimpulan tolak Ho terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan
kegiatan penyuluhan dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit secara
nyata. Adapun koefisien kontingensi (C) adalah 0,39 yang berarti derajat kecenderungan
hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan keputusan petani dalam peremajaan
kelapa sawit yang diperoleh tergolong kategori kuat. Sedangkan besarnya koefisien
korelasi (r) = 0,55 artinya keeratan hubungan antara pengetahuan dengan keputusan
petani dalam peremajaan kelapa sawit 55%. Hasil pengujian terhadap koefisien korelasi
(r) ini dilakukan menggunakan uji t dengan nilai thitung = 5,66. Jika dibandingkan dengan
ttabel sebesar 1,993 maka nilai thitung ≤ ttabel yang berarti tolak H0 terima H1. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara kegiatan penyuluhan dengan
keputusan petani dalam peremajaan kebun kelapa sawit.
Kegiatan penyuluhan telah dilakukan di daerah penelitian oleh penyuluh, baik itu
penyuluh tingkat desa maupun penyuluh tingkat kecamatan serta oleh dinas terkait
seperti Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. Pada tahun 2011 petani, penyuluh dan
instansi terkait saling berkoordinasi untuk melakukan peremajaan kelapa sawit. Hasilnya
ada sekitar 20 hektar lahan petani didaerah penelitian yang dijadikan demplot
peremajaan. Dari demplot ini petani lainnya mulai mengikuti dan meremajakan kebun
kelapa sawit milik mereka secara swadaya.
Faktor Modal
Hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai x hitung yaitu 12,258. Jika dibandingkan dengan x2tabel (0,05) sebesar 3,841 maka nilai
2
x2 hitung ≥ x2tabel dengan kesimpulan tolak Ho terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan
modal dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit secara nyata. Adapun
koefisien kontingensi (C) adalah 0,373 yang berarti derajat kecenderungan hubungan
antara modal dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit yang diperoleh
tergolong kategori kuat. Sedangkan besarnya koefisien korelasi (r) = 0,527 artinya
8
keeratan hubungan antara modal dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa
sawit 52,7%. Hasil pengujian terhadap koefisien korelasi (r) ini dilakukan menggunakan
uji t dengan nilai thitung = 5,33. Jika dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,993 maka nilai
thitung ≥ ttabel yang berarti tolak H0 terima H1. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang
nyata antara modal dengan keputusan petani dalam peremajaan kebun kelapa sawit.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian petani memiliki modal yang cukup
dalam menghadapi peremajaan kebun. Hal ini sejalan dengan pendapat Hernanto (1998)
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan petani adalah faktor modal.
Semakin besar modal yang dimiliki, maka semakin besar petani cenderung lebih berani
mengambil atau menanggung resiko dalam usahataninya.
Faktor Pendapatan
Hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai x hitung yaitu 17,1. Jika dibandingkan dengan x2tabel (0,05) sebesar 3,841 maka nilai
2
x2 hitung ≥ x2tabel dengan kesimpulan tolak Ho terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan
pendapatan dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit secara nyata.
Adapun koefisien kontingensi (C) adalah 0,428 yang berarti derajat kecenderungan
hubungan antara pendapatan dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit
yang diperoleh tergolong kategori kuat. Sedangkan besarnya koefisien korelasi
(r) = 0,606 artinya keeratan hubungan antara pendapatan dengan keputusan petani
dalam peremajaan kelapa sawit 60,6%. Hasil pengujian terhadap koefisien korelasi (r) ini
dilakukan menggunakan uji t dengan nilai thitung = 6,55. Jika dibandingkan dengan ttabel
sebesar 1,993 maka nilai thitung ≥ ttabel yang berarti tolak H0 terima H1. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan yang nyata antara pendapatan dengan keputusan petani dalam
peremajaan kebun kelapa sawit (Lampiran 5).
Petani mengalami penurunan dalam hal pendapatan dari rata-rata, hal ini
dikarenakan produktivitas kebun di usia tua tdak lagi memberikan hasil yang ekonomis.
Ini juga menjadi alasan pertimbangan petani untuk pembiayaan dalam melakukan
peremajaan kelapa sawit pada kebun miliknya. Untuk menutupi itu, sebagian petani
memilih mencari sumber pedapatan lain seperti berdagang sayur, jual ayam potong,
buruh harian dan beternak. Tentunya sumber pendapatan ini setidaknya telah mampu
membantu petani dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sesuai dengan pendapat
Mardikanto (1993) petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan
semakin cepat mengadopsi inovasi. Petani yang memiliki pendapatan yang lebih lebih
besar akan lebih rasional dan cepat dalam pengambilan keputusan terutama untuk
peremajaan kebun miliknya sekarang.
x2 hitung ≥ x2tabel dengan kesimpulan tolak Ho terima H1. Hal ini berarti terdapat hubungan
pengalaman berusahatani dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit
secara nyata. Adapun koefisien kontingensi (C) adalah 0,367 yang berarti derajat
kecenderungan hubungan antara pengetahuan petani dengan keputusan petani dalam
peremajaan kelapa sawit yang diperoleh tergolong kategori kuat. Sedangkan besarnya
9
koefisien korelasi (r) = 0,519 artinya keeratan hubungan antara pengetahuan dengan
keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit 51,9%. Hasil pengujian terhadap
koefisien korelasi (r) ini dilakukan menggunakan uji t dengan nilai thitung = 5,22. Jika
dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,993 maka nilai thitung ≥ ttabel yang berarti tolak H0
terima H1. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman
berusahatani dengan keputusan petani dalam peremajaan kebun kelapa sawit
(Lampiran 6).
Rata-rata didaerah penelitian petani telah memiliki pengalaman berusahatani
yang cukup lama. Pengalaman ini sangat membantu petani dalam memecahkan segala
permasalahan pada usahataninya, dikarenakan petani telah belajar dari masalah-
masalah yan telah dihadapi sebelumnya. Soekartawi (1986), mengatakan bahwa salah
satu yang harus dimiliki oleh petani dalam mencapai keberhasilan adalah peranan
pengalaman. Dengan demikian peranan pengalaman berusahatani seseorang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengembangkan usahataninya. Pengalaman itu
sendiri menjadikan salah satu faktor bagi petani dalam mengambil keputusan untuk
melakukan peremajaan pada kebun kelapa sawitnya.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di daerah penelitian tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan keputusan petani dalam peremajaan kelapa sawit,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagian petani memiliki keputusan yang tinggi dalam
peremajaan kebun kelapa sawit secara swadaya dan telah berhasil dilaksanakan.
Terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan petani, pengalaman berusahatani,
kegiatan penyuluhan, akses informasi, modal dan pendapatan terhadap keputusan
petani dalam peremajaan kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Anggreany, Shinta. 2015. Penerapan Peremajaan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi. Tesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2016. Jambi dalam Angka 2016. BPS Provinsi Jambi.
. 2016. Muaro Jambi dalam Angka 2016.BPS Provinsi Jambi.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2015. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi 2015. Jambi
Edy S. 2012. Sistem Peremajaan Kelapa Sawit Untuk Kebun Rakyat. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Hernanto, Fadholi. 1998. IlmuUsahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hidayat. 2007. Ilmu Pengetahuan dalam Krisis dan Kritik. Jilid 2
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): LP3ES.
10
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Prasakti O, Teri. 2007. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Keputusan Petani dalam
Mengusahakan Komoditi Karet. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Jambi
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Jakarta
Pujiharti, Yulia. 2008. Teknologi Budidaya padi. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian
Siagian. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta
Siegel, S. 2011. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta.
Soekartawi. 1986. Prinsip Dasar Dan Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia press.
Jakarta
Sumantri, B. dkk. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada di Desa Kenduran
Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. FP Universitas
Bengkulu.
Sunarko. 2008. Budidaya Kelapa sawit di Berbagai Jenis Lahan. Agromedia Pustaka
UPTD Kecamatan Sungai Bahar. 2016.
11