Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI MENGGUNAKAN KLON UNGGUL DAN BENIH SAPUAN


DALAM PEREMAJAAN KARET DI KECAMATAN MESTONG
KABUPATEN MUARO JAMBI

Setiawan1), Saad Murdy2) dan Adlaida Malik2)


1) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Email: ideswansak@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
petani dalam peremajaan karet dengan menggunakan klon unggul dan benih sapuan di Kecamatan Mestong
Kabupaten Muaro Jambi. Keputusan dalam penelitian ini adalah pilihan yang dijatuhkan oleh petani pada
penggunaan bibit klon unggul dan bibit benih sapuan yang akan digunakan untuk peremajaan kebun karet
miliknya. Metode pengambilan sampel menggunakan metode proportional random sampling dengan jumlah
responden sebanyak 68 orang dengan alokasi 34 orang yang menggunakan bibit klon unggul dan 34 orang yang
menggunakan bibit benih sapuan. Analisis data menggunakan metode pendekatan analisis regresi binary
logistic. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peremajaan karet dalam penelitian ini antara lain
pengalaman, jumlah tanggungan keluarga, tenaga kerja, modal dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 3 faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam pengambilan keputusan peremajaan karet
di Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain jumlah tanggungan
keluarga, modal dan pendapatan. Keputusan petani dalam memilih peremajaan dengan menggunakan klon
unggul dan benih sapuan di Kecamatan Mestong didukung oleh faktor kemudahan dalam proses ketersediaan
pembelian bahan baku selain itu petani disini rata-rata bisa membuat bibit sendiri. Hal ini membuktikan bahwa
faktor pengalaman dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap keputusan petani dalam peremajaan karet di
Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi.

Kata Kunci: Sosial Ekonomi, Keputusan, Peremajaan.

ABSTRACT

This research was conducted with the aim to find out the factors that influence the decision of farmers
in the replanting of the rubber by using superior clones and seeds sweep in district Mestong Muaro Jambi
Regency. The decision in this research is the choice of which dropped by farmers on the use of superior clones
and seedlings seeds the seeds of the stroke to be used for replanting of the rubber gardens. Sampling method
using the method of proportional random sampling with a respondent number as many as 68 people with
allocation of 34 people using superior clones seedlings and 34 people are using seeds the seeds of the stroke.
Data analysis using the method of binary logistic regression analysis approach. Factors that influence the
decision of the replanting of the rubber allegedly in this study among other family dependents, amount of
experience, manpower, capital and income. The results showed that there are three factors that significantly in
fluential in decision-making in the rubber Mestong replanting Muaro Jambi Regency. Factors has meant the
number of family dependants, of capital and income. The famers ‘ decision in choosing a replanting by using
superior clones and seeds sweepin district Mestong supported by the ease of availability of raw material
purchase process in addition to the average farmer here can make the seeds them salves. This proves that the
factors of experience and labor has no effect against the decision of farmers in the replanting of the rubber in
district Mestong Muaro Jambi Regency.

Keywords: Socio Economic, Decision, Replanting.

-1-
PENDAHULUAN

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan,
kesempatan kerja, dan devisa, serta pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah
perkebunan karet. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar, yaitu 3.456.172 Ha yang
tersebar cukup merata di 33 provinsi di Indonesia dengan produksi kedua terbesar dunia masih
menghadapi beberapa kendala, seperti rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang
merupakan mayoritas perkebunan karet nasional dengan luas 2.934.000 Ha (85%) dari areal karet
nasional (Ditjenbun, 2012).
Rendahnya produktivitas karet rakyat disebabkan oleh banyak faktor, seperti banyaknya
areal tanaman tua, tanaman rusak, tanaman tidak produktif, kondisi kebun yang menyerupai hutan,
juga penggunaan bibit yang bukan klon unggul. Kesalahan dalam memilih bibit akan berdampak
negatif bagi hasil yang didapat seperti 1) tanaman yang tidak berkualitas memiliki heterogenitas
tinggi; 2) pertumbuhan dan produktivitas lambat; 3) tidak memberikan manfaat meskipun
pemeliharaan sudah optimal;dan 4) tidak adanya sistem eksploitasi yang mampu memberikan hasil
tinggi dalam jangka waktu panjang secara konsisten.(Ditjenbun, 2012).
Salah satu langkah yang dapat mendorong peningkatan produksi karet rakyat adalah
peremajaan kebun karet dengan menggunakan klon unggul yang mutlak dilakukan pada kebun yang
telah memasuki tahapan tidak produktif (tanaman berusia di atas 25 tahun), di samping tetap
melakukan perluasan lahan. Strategi peremajaan dinilai cukup baik bagi lahan perkebunan karet dan
diharapkan tingkat produksi akan meningkat sekitar 20 – 30%. Peremajaan bertujuan untuk
menggantikan tanaman yang tua untuk mengoptimalkan produktivitas (Deptan Dirjen Perkebunan,
1997).
Provinsi Jambi merupakan penghasil karet utama nasional disamping provinsi lainnya yang
tersebar di beberapa kabupaten.Hampir seluruh kabupaten memiliki perkebunan karet rakyat.
Usahatani karet di Provinsi Jambi selama lima tahun (2009 – 2013) setiap tahunnya mengalami
peningkatan baik produksi maupun produktivitasnya. Pada tahun 2009 produksi karet di Provinsi
Jambi mencapai 280.620 ton dengan produktivitas sebesar 823 kg/ha dan pada tahun 2013 produksi
karet meningkat menjadi 323.271 ton dengan produktivitas mencapai 922 kg/ha (Disbun Provinsi
Jambi, 2013). Mestong merupakan kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki luas
areal perkebunan karet terluas kedua yakni sebesar 14.597 ha setelah Kecamatan Sekernan dan
produksi sebesar 6.880 ton.Desa di Kecamatan Mestong yang memiliki luas areal perkebunan karet
terluas kedua adalah Desa Sungai Landai dan terluas ketiga adalah Desa Suka Maju. Desa ini memiliki
luas areal perkebunan karet sebesar 1.420 dan 1.385,5 ha dengan produksi mencapai 256,62 ton dan
154,45 ton (Disbun Provinsi Jambi, 2013).
Peremajaan kebun karet yang dilakukan oleh petani menggunakan dua jenis bibit yaitu
peremajaan dengan klon unggul dan peremajaan dengan benih sapuan.Pada umumnya, peremajaan
karet di Desa Sungai Landai dilakukan peremajaan dengan menggunakan klon unggul sedangkan di
Desa Suka Maju pada umumnya, peremajaan karet dengan menggunakanbenih sapuan. Peremajaan
karet dengan menggunakan klon unggul yaitu petani lebih menginginkan hasil dari produksi karet
mereka meningkat, sedangkan peremajaan dengan menggunakanbenih sapuan yaitu petani, kurang
mampu membiayai peremajaan kebun karet dengan klon unggul, selain itu peremajaan dengan
benih sapuan petani merasa lebih ekonomis, bibit mudah didapat tanpa harus membeli dan tidak
perlu perawatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untukmengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan petani dalam peremajan karet menggunakan klon unggul dan benih
sapuan di Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi.

-2-
METODE PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian difokuskan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


keputusan petani menggunakan klon unggul dan benih sapuan dalam peremajaan karet. Selanjutnya
dipilih wilayah Desa Sungai Landai dan Desa Suka Maju dalam penelitian ini dengan pertimbangan
bahwa lokasi tersebut sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani karet serta
meremajakan kebun karet dengan menggunakan klon unggul dan benih sapuan. Penelitian
dilaksanakan dari tanggal 15 mei 2015 sampai 15 Juni 2015.
Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari petani responden yang
melakukan kegiatan usahatani karet serta meremajakan karet dengan menggunakan klon unggul dan
benih sapuan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Provinsi
Jambi, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Muaro Jambi,
Kantor Desa Sungai Landai, Kantor Desa Suka Maju, Kelompok Tani dan hasil-hasil penelitian
terdahulu. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 15 % dari populasi petani karet
sehingga didapat 68 responden.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang
dideskriptifkan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner dari petani
responden. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data sekunder melalui penelusuran internet dan
dinas terkait dalam penelitian ini. Analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan petani menggunakan klon unggul dan benih sapuan dalam
peremajaan karet menggunakan analisis regresi logistik biner. Regresi logistik disebut model regresi
respon dikotomis dengan variabel dependen (keputusan) bernilai 0 dan 1 dimana dalam penelitian
ini :
Y = 1 ; apabila petani meremajakan kebun karet dengan klon unggul
Y = 0 ;apabila petani meremajakan kebun karet dengan benih sapuan

Persamaan model logit pada penelitian ini adalah :

Yi = ln ( 1−Pi
Pi
)=β + β X + β X + β X + β X + β X
0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5

Keterangan :
Yi = Probabilitas Keputusan petani
1 : jika petani meremajakan dengan klon unggul.
0 = jika petani meremajakan dengan klon benih sapuan.
X1 = Pengalaman petani (tahun)
X2 = Jumlah tanggungan keluarga(orang)
X3 = Jumlah tenaga kerja (orang)
X4 = Modal (rupiah)
X5 = Pendapatan(rupiah)
β1 – β5 = Koefisien Regresi

Uji Statistik
Koefisien determinasi pada regresi binary logistic dapat dilihat dari nilai R2 danadjusted R2.
Penggunaan adjusted R2 sebagai acuan untuk melihat nilai koefisien determinasi berlaku untuk
regresi dengan lebih dari dua variabel bebas (Gujarati, 2006). Nilai R 2 pada output SPSS disebut
Pseudo- R2 karena dihitung berbeda dengan penghitungan R2 pada analisis regresi berganda atau

-3-
analisis regresi sederhana. Pada regresi binary logistic nilai R2 dilihat dari nilai Nagelkerke R Square
yang ada didalam output SPSS. Nilai R2 memiliki rentang nilai antara 0 sampai 1. Jika nilai R2 sama
dengan 0, maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabell
independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam
model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen.
Pengujian model dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama (overall) didalam model. Uji signifikansi model
menggunakan Uji Hosmer and Lemeshow dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Model telah cukup mampu menjelaskan data (sesuai)
H1 : Model tidak cukup mampu menjelaskan data
Kriteria penolakan H0 terjadi jika nilai Hosmer and Lemeshow Test sama dengan atau kurang
dari 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati sehingga Goodness of Fit modeltidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya.
Uji signifikansi parameter dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen sehingga diketahui variabel independen yang
signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian keberartian parameter (koefisien β β ) ini
secara partial dapat dilakukan melalui Uji Wald dengan uji statistik yang dihitung dengan
menggunakan nilai statistika berdasarkan distribusi normal Z, bentuk persamaanya sebagai berikut :

Z=¿

Keterangan :

β: Koefisien estimasi model

Se : Standar error

Kriteria hipotesisnya adalah sebagai berikut :


H0 : β i = 0 (Variabel independen ke i tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen)
H1 : β i ≠ 0 (Variabel independen ke i berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen)

Pengambilan keputusan hipotesis juga dapat dilihat dengan melihat nilai probabilitasnya (p-
value). Gujarati (2006) menyatakan bahwa jika nilai p-value lebih kecil dari nilai alpha (α) maka
dengan tingkat keyakinan (1- α) hipotesis Ho ditolak. Nilai odds ratio digunakan untuk
menginterpretasikan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang memiliki
perbedaan dengan regresi linear berganda dengan variabel tidak bebas yang berbentuk data
kontinyu.
Pada regresi binary logistic, koefisien dari modelnya tidak bisa serta merta diinterpretasikan
langsung atau nilai dari koefisien disini tidak mempunyai arti praktis yang layak (Gujarati, 2006).
Sejalan dengan itu, pemahaman terhadap arti dari koefisien tidak semudah dalam memahami regresi
linear biasa. Oleh karena itu digunakan odds ratio (rasio peluang) sebagai rasio perubahan odds suatu
kejadian untuk interpretasi model pada regresi binary logistic (Trihendardi, 2007).

-4-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Responden
Identitas responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah petani karet yang meliputi
umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, luas lahan,
modal dan tenaga kerja.
Sebaran responden berdasarkan umur (Tabel 1) menunjukkan bahwa sebagian besar petani
di daerah penelitian merupakan petani dalam usia produktif yaitu 31-35 tahun, maka dapat
dikatakan semangat bekerja petani di daerah penelitian masih tinggi dengan harapan mengahsilkan
produksi yang tinggi pula. Selain itu diharapkan juga sikap petani dalam membuka diri dan menerima
hal-hal baru atau inovasi demi keberhasilan usahataninya. Adapun total persentase dari distribusi
petani responden berdasarkan pengelompokan umur adalah 27,93 % yang terdiri dari petani yang
meremajakan karet, baik dengan menggunakan klon unggul maupun benih sapuan dengan frekuensi
masing-masing berturut-turut adalah 7 orang dan 12 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengelompokan Umur di Daerah Penelitian Tahun
2015.
No. Kelompok Umur (Tahun) Menggunakan Klon Unggul Menggunakan Benih Sapuan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
1 31-35 7 10,29 12 17,64
2 36-40 7 10,29 3 4,41
3 40-45 6 8,82 5 7,35
4 46-50 4 5,88 9 13,23
5 51-55 3 4,41 0 0
6 56-60 7 10,29 5 7,35
Jumlah 34 50,00 34 50,00

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti
petani responden. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tingkat pendidikan petani responden
berada pada tingkat SMA atau sederajat, baik itu petani yang meremajakan dengan klon unggul dan
benih sapuan. Artinya petani di desa penelitian telah banyak menerima informasi, penyuluhan dan
peremajaan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Dari Tabel 2 diketahui bahwa persentase
distribusi petani responden berdasarkan tingkat pendidikan yang tertinggi berjumlah 36,6% dengan
frekuensi 11 orang petani menggunakan klon unggul dan 14 orang petani menggunakan benih
sapuan. Untuk lebih jelasnya mengenai pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Daerah Penelitian
Tahun 2015.
Tingkat Pendidikan Menggunakan Klon Unggul Menggunakan Benih Sapuan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
SD/Sederejat/6 12 17,6 11 16,1
SMP/Sederajat 9 11 16,1 9 13,2
SMA/Sederajat 12 11 16,1 14 20,5
Jumlah 34 50,00 34 50,00

-5-
Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya kegiatan usahatani yang
telah dialami oleh petani responden khususnya dalam hal peremajaan karet. Pengalaman
berusahatani di daerah penelitian selama 11-15 tahun dengan total persentasi 38,49% , dengan
frekuensi 12 orang petani responden yang melakukan peremajaan dengan klon unggul dan 14 orang
petani responden yang melakukan peremajaan dengan benih sapuan. Dalam hal ini, semakin lama
pengalaman petani dalam melakukan usahatani maka petani tersebut akan menjadikan pengalaman
tersebut sebagai tolak ukur dalam pengembangan kegiatan usahataninya di masa mendatang. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Daerah Penelitian
Tahun 2015.
Pengalaman Menggunakan Klon Unggul Menggunakan Benih Sapuan
Berusahatani
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Tahun)
(Orang) (%) (Orang) (%)
0-5 0 0 3 4,41
6-10 9 13,23 8 11,8
11-15 12 17,64 14 20,85
16-20 5 7,35 2 2,94
21-25 1 1,47 0 0
26-30 4 5,88 4 5,88
31-35 3 4,41 3 4,41
Jumlah 34 50,00 34 50,00

Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah anggota
keluarga yang masih menjadi tanggungan keluarga petani responden. Setelah melaksanakan
pengamatan di lapangan terhadap 68 petani responden dari dua desa, pada petani yang melakukan
peremajaan dengan klon unggul maupun benih sapuan rata-rata memiliki jumlah tanggungan
keluarga sebanyak 3-4 orang dengan total persentasi 48,52% dengan frekuensi masing-masing
sebanyak 18 orang petani yang melakukan peremajaan dengan menggunakan klon unggul dan 15
orang petani yang melakukan peremajaan dengan menggunakan benih sapuan. Hal ini berarti
semakin besar jumlah tanggungan keluarga semakin besar pula kebutuhan yang harus dipenuhi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Daerah Penelitian
Tahun 2015.
Tanggungan Keluarga Menggunakan Klon Unggul Menggunakan Benih Sapuan
(Orang)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
1-2 12 17,64 16 23,52
3-4 18 26,47 15 22,05
5-6 4 5,88 3 4,41
Jumlah 34 50,00 34 50,00
Pendapatan petani responden yang dimaksud adalah pendapatan petani di dalam
berusahatani karet. Melalui penelitian ini didapatkan hasil bahwa petani dengan modal 3 juta sampai
3,5 juta didominasi pada petani responden yang meremajakan dengan klon unggul dengan
persentasi 25% (17 orang petani responden). Sedangkan untuk pendapatan 2 juta samapai 2,5 juta
didominasi oleh petani responden yang meremajakan dengan benih sapuan dengan persentasi
33,82% (23 orang petani responden). Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka

-6-
semakin banyak petani yang melakukan peremajaan karet dengan menggunakan klon unggul. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan di Daerah Penelitian Tahun
2015.
Pendapatan Menggunakan KlonUnggul Menggunakan Benih Sapuan
Petani(Rp)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
<2000.000 0 0 0 0
2000.000-2,500.000 0 0 23 33,82
3000.000-3,500.000 17 25,0 8 11,76
4000.000-4,500.000 3 4,41 1 1,47
5000.000-5,500.000 13 19,11 2 2,94
6000.000-6,500.000 1 1,47 0 0
Jumlah 34 50,00 34 50,00

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa luas lahan petani responden
yang melakukan peremajaan baik dengan menggunakan klon unggul maupun dengan benih sapuan
seluas 0,5-1 ha dengan total persentasi 64,7%. Adapun persentasi luas lahan petani responden
dengan menggunakan klon unggul adalah sebesar 35,29% dengan frekuensi sebanyak 24 orang dan
29,41% untuk petani responden yang melakukan peremajaan dengan menggunakan benih sapuan
sebayak 20 oran. Hal ini berarti petani responden tidak berani mengambil resiko yang dapat
berimplikasi pada besarnya pendapatan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Daerah Penelitian Tahun 2015.
Luas Lahan Menggunkan Klon Unggul Menggunakan Benih Sapuan
(Hektar)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
<0,5 0 0 0 0
0,5-1 24 35,29 20 29,41
1,5-2 10 14,7 13 19.11
2,5-3 0 0 1 1,47
3,5-4 0 0 0 0
>4,5 0 0 0 0
Jumlah 34 50,00 34 50,00

Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal yang diperoleh petani responden
perindividu atau modal sendiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa petani yang menggunakan modal
peremajaan 4 juta sampai 4,5 juta didominasi pada petani responden yang meremajakan dengan
klon unggul dengan persentase 27,94% dengan frekuensi sebanyak 19 orang peetani. Sedangkan
untuk modal 2 juta sampai 2,5 juta didominasi pada petani responden yang meremajakan dengan
benih sapuan dengan persentasi 33,82% dengan frekuensi 23 orang .Dapat dilihat adanya perbedaan
modal antara petani responden yang meremajakan dengan klon unggul maupun benih sapuan,
dikarenakan harga dari klon unggul lebih tinggi dibandingkan dengan benih sapuan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

-7-
Tabel 7. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Modal di Daerah Penelitian Tahun 2015.
Modal Menggunakan KlonUnggul Menggunakan Benih Sapuan
Peremajaan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Rp)
(Orang) (%) (Orang) (%)
<1000.000 0 0 0 0
1000.000-1,500.000 0 0 0 0
2000.000-2,500.000 0 0 23 33,82
3000.000-3,500.000 1 1,47 8 11,78
4000.000-4,500.000 19 27,94 1 1,47
5000.000-5,500.000 7 10,29 2 2,94
6000.000-6,500.000 2 2,94 0 0
>6,500.000 5 7,35 0 0
Jumlah 34 50,00 34 50,00

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, petani mengerjakan tanaman kebun


mereka menggunakan tenaga kerja yang berasal dalam keluarga, biasa nya suami, istri, dan anaknya.
Hal ini sengaja dilakukan untuk mengurangi baiaya yang dibayarkan dan untuk menjaga kebun karet
yang mereka remajakan tetap terjaga dari kerusakan akibat kelalaian, atau perusakan akibat
penyadapan yang dilakukan terus menerus. Pada penelitian ini, distribusi tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh petani responden adalah sebanyak 1-2 orang dari anggota keluarga masing-masing
dengan total persentasi sebesar 75% yang terdiri atas 39,71 % atau sebanyak 27 orang petani yang
meremajakan dengan menggunakan klon unggul, dan 35,29% dengan frekuensi 24 orang petani
responden yang melakukan peremajaan dengan menggunakan benih sapuan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja di Daerah Penelitian
Tahun 2015
Tenaga Kerja Menggunakan KlonUnggul Menggunakan Benih Sapuan
(Orang)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
1-2 27 39,71 24 35,29
3-4 7 10,29 10 14,71
Jumlah 34 50,00 34 50,00

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan petani dalam meremajakan kebun karet dengan
menggunakan klon unggul dan benih sapun
Hasil regresi binary logistic pada faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
meemajakan kebun karet dengan menggunakan klon unggul dan benih sapun sebagai berikut :
Tabel 9. Analisis Regresi Binary Logistic Pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan Petani dalam Meremajakan Karet di Daerah Penelitian Tahun 2015.
Variabel Koefisien (β) Sig (p-value) Exp (B)
Pengalaman(X ¿ ¿1)¿ ,113 ,103 1,119
Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) -1,258 ,049** ,284
Tenaga Kerja(X 3) -1,783 ,120 ,168
Modal ( X 4) ,000 ,001** 1,000
Pendapatan(X ¿ ¿5)¿ ,000 ,015** 1,000
Constant -9,025 ,006 ,000
Hosmer and Lemeshow test = 0,178

-8-
Nagelkerke R Square ( R2 ) R2 ¿=
0,817
Hosmer and Lemeshow testdigunakan untuk menilai kesesuaian model regresi. Hasil
pengujian yang dilakukan diperoleh nilai signifikansinya 0,178> α (0,05), maka H0diterima dan diambil
keputusan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini telah cukup mampu menjelaskan data
(sesuai).Hal ini berartitidak terdapat perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati sehingga kesesuaian model baik karena model dapat memprediksi
nilai observasinya.
Nilai Nagelkerker R Square ( R2 ) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari
variabel dependennya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Hal ini menunjukkan
bahwa sebanyak 81,7% variasi atau keragaman dari variabel dependennya (keputusan) dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 18,3 % dijelaskan oleh variabel lain diluar
model. Berdasarkan nilai R2 disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini cukup
baik dikarenakan nilai R2 (81,7 %) sudah melebihi 50% persentase terjadinya peluang pada variabel
dependen untuk setiap peluang pengambilan keputusan. Nilai overall percentage yang diperoleh
pada classification table membuat klasifikasi dalam penafsiran nilai variabel dependen. Nilai overall
percentage sebesar 91,2% yang berarti model regresi ini dapat memprediksi keputusan petani
melakukan peremajaan dengan menggunkan klon unggul dan benih sapuan sebesar 91,2%.

1. Jumlah Tanggungan Keluarga


Jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan yang nyata dapat melalui keengganan petani
terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya
memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani secara intensif dengan menerapkan teknologi
baru sehingga akan mendapatkan pendapatan yang tinggi pula (Soekartawi, 2005).
Jumlah tanggungan keluarga memiliki p-value sebesar 0,049< α (0,05) dengan koefisien yang
negatif. Hal ini berarti jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan secara negatif terhadap
keputusan petani dalam melakukan peremajaan karet. Semakin banyak jumlah tanggungan, petani
akan cenderung untuk memilih meremajakan dengan menggunakan benih sapuan. Nilai odds ratio
sebesar 0,284 berartisetiap adanya penambahan tanggungan sebanyak 1 orang, maka peluang petani
untuk melakukan peremajaan dengan menggunakan benih sapuan meningkat sebesar 0,284 kali dari
sebelum terjadinya penambahan tanggungan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Urip (2015) yang menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan secara negatif terhadap keputusan petani
memilih untuk memasarkan bahan olah karet ke koperasi/kelompok tani. Semakin banyak jumlah
tanggungan, petani akan cenderung untuk memilih memasarkan bahan olah karet ke pedagang
pengumpul desa. Petani dengan jumlah anggota keluarga yang banyak cenderung memilih untuk
memasarkan bahan olahan karet ke koperasi/kelompok tani.
Petani di daerah penelitian yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak lebih
memilih meremajakan dengan menggunakan benih sapuan dikarenakan biaya pemenuhan
kebutuhan hidup yang tidak sedikit. Hal ini berhubungan dengan pemilihan jenis bibit yang
digunakan karena dengan menggunakan benih sapuan, maka petani akan menekan pengeluaran
yang biayanya bisa dialokasikan untuk membiayai tanggungan keluarga.

2. Modal
Modal berkaitan dengan faktor produksi secara umum, modal dapat diartikan sebagai barang-
barang yang bernilai ekonomis dan digunakan untuk tambahan atau meningkatkan produksi. Setiap
penggunaan dalam mencapai tujuan dibutuhkan modal, apalagi kegiatan produksi komoditas
pertanian. Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan

-9-
untuk memproduksi kembali atau barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan
atau meningkatkan pendapatan (Soekartawi, 2006).
Modal memiliki p-value sebesar 0,01< α (0,05) dengan koefisien yang positif. Hal ini berarti modal
berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani memilih jenis bibit yang digunakan
dalammelakukan peremajaan karet. Semakin banyak modal yang dikeluarkan petani responden
untuk peremajaan dengan menggunakan klon unggul, maka mereka lebih memilih meremajakan
kebun karet mereka dengan menggunakan benih sapuan. Nilai odds ratio sebesar 1,000 berarti setiap
terjadi penambahan modal sebesar Rp 1 maka peluang petani meremajakan karet dengan
menggunakan benih sapuan meningkat sebesar 1,000 dari jumlah sebelum penambahan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprapto (2010) mengenai Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen dimana untuk
variabel modal mempunyai nilai t-hit sebesar 6,670 lebih besar dari t-tabel senilai 1,66 atau nilai
probabilitas senilai 0,001 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian modal berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan petani. Apabila modal semakin tinggi, maka penerimaan petani juga semakin
tinggi dan sebaliknya jika modal sedikit maka penerimaan petani juga semakin sedikit. Hipotesis
alternatif yang diajukan diterima.

3. Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan, yaitu
barang, jasa dan uang yang diperoleh atau diterma oleh seseorang atau masyarakat dalam satu
periode tertentu dan biasanya diukur dalam satu tahun yang diwujudkan dalam skop nasional
(Nasional Income) dan ada kalanya dalam skop individual yang disebut pendapatan perkapita
(Personal Income). (Soekartawi, 2006).
Pendapatan memiliki p-value sebesar 0,015< α (0,05) dengan koefisien yang positif. Hal ini berarti
pendapatan berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani memilih jenis bibit dalam melakukan
peremajaan karet. Semakin kecil pendapatan petani responden, maka mereka memilih meremajakan
kebun karet mereka dengan menggunakan benih sapuan. Nilai odds ratio sebesar 1,000 berarti setiap
adanya peningkatan pendapatan sebesar Rp 1 maka peluang keputusan petani dalam meremajakan
karet dengan menggunakan klon unggulmeningkat sebesar1,000 kali dari sebelum terjadinya
peningkatan pendapatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rara June Azni (2012) dengan
judul Analisis Peremajaan Optimum dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Petani
Melakukan Peremajaan Karet. Variabel proporsi pendapatan yang dimiliki oleh petani karet sebesar
0,05400 dan nilai odds ratio sebesar 1,06. Pengaruh pendapatan terhadap peremajaan didalaam
model yaitu berpengaruh signifikan bahkan sampai α=5%. Hasil yang diperoleh secara statistik
tersebut dikarenakan p-value sebesar 0,048 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata α =5%. Nilai
odds ratio memiliki makna bahwa apabila proporsi pendapatan meningkat 1% dibandingkan
sebelumnya maka peluang petani untuk melakukan peremajaan meningkat sebesar 1,06 dari semula.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keputusan petani dalam dalam melakukan peremajaan
karet menggunakan klon unggul atau benih sapuan dapat disimpulkan bahwa keputusan petani
untuk memilih klon unggul atau benih sapuan dipengaruhi secara nyata atau signifikan oleh tiga
variabel yaitu tanggungan keluarga, modal dan pendapatan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan
Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang telah memfasilitasi

-10-
pelaksanaan penelitian ini, selain itu ucapan terimakasih juga kepada Kepala Desa Sungai Landai,
Kepala Desa Suka Maju dan Pengurus Kelompok Tani yang memfasilitasi pelaksanaan penelitian di
lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Muaro Jambi.2013. Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten
Muaro Jambi. Jambi.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Pedoman Teknis Peremajaan Karet Tahun 2012. Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1997. Pedoman Teknis Karet. Departemen Pertanian Direktorat
Jenderal Perkebunan Kementerian Republik Indonesia.
Gujarati, D. 2006. Basic Econometrics Faourth Edition. Mcgraw Hil. New York.
Hasan, I. 2000. Pokok-pokok Materi Teori Keputusan.Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rahardi, F. 2003. Agribisnis Peternakan. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Rara, JA. 2012. Analisis Peremajaan Optmum dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Petani Melakukan Peremajaan Karet (Studi Kasus Banyuasin, Sumatera Selatan).
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya.Jakarta : PT. Rajawali Grafindo Persada.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Suprapto. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Organik di Kabupaten
Sragen.
Trihendardi Cornelius. 2007. Kupas Tuntas Analisis Regresi, Strategi Jitu Melakukan Analisis
Hubungan Causal. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Urip. 2015. Keputusan Petani dalam Memasarkan Bahan Olahan Karet di Desa Pondok Meja
Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi. Universitas Jambi. Jambi.

-11-

Anda mungkin juga menyukai