Anda di halaman 1dari 12

AGRISOCIONOMICS ISSN 2580-0566 EISSN 2621-9778

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/agrisocionomics
Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
3(2): 119-130, November 2019

POLA KEMITRAAN AGRIBISNIS TEBU DI KECAMATAN JETIS


KABUPATEN MOJOKERTO

Ulil Azmie, Ratna Komala Dewi, dan I Dewa Gede Raka Sarjana

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana


Jalan P.B. Sudirman-Denpasar, 80232, Bali
Email: ulilazmii30@gmail.com

Diterima 10 Juni 2019, disetujui 6 November 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kemitraan agribisnis tebu, menganalisis
kontribusi kemitraan Pabrik Gula Gempolkrep dan petani tebu, menganalisis penerimaan dan
keuntungan petani tebu, dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam bermitra. Penelitian ini
dilaksakanan pada Bulan Desember 2018 hingga Februari 2019 di PG. Gempolkrep dan Kecamatan
Jetis, Kabupaten Mojokerto. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara
mendalam. Penentuan jumlah menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel 30
petani. Analisis data yang digunakan ialah analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan agribisnis tebu antara PG. Gempolkrep dengan petani
tebu adalah pola sub kontrak. Kontribusi kemitraan pada aspek ekonomi yaitu PG. Gempolkrep
memberikan jaminan pasar, bantuan modal, dan bagi hasil. Aspek teknis yaitu PG. Gempolkrep
memberikan pembinaan dan petani tebu memberikan bahan baku. Aspek sosial yaitu kedua belah pihak
berusaha melakukan kerjasama sesuai kesepakatan. Aspek lingkungan yaitu kedua belah pihak
membatasi penggunaan bahan kimia. Penerimaan yang diterima petani untuk satu musim tanam sebesar
Rp 327.031.898,70 dan keuntungan sebesar Rp 188.397.351,2 per luas lahan garapan 5,53 ha. Kendala
yang dihadapi yaitu kecurangan petani tebu, pencairan hasil lelang gula yang sering terlambat, jadwal
penyerahan tebu yang diberikan tidak disertai volume, dan nota hasil produksi gula diberikan tidak
terperinci.

Kata kunci: kemitraan, petani, PG. Gempolkrep, tebu

ABSTRACT

This study was aimed to analyze the sugarcane agribusiness partnership pattern, analyze the
contribution of the partnership of Gempolkrep Sugar Factory and sugarcane farmers, analyze the
income and profits of sugarcane farmers, and analyze the obstacles faced in partnering. This research
was held in December 2018 to February 2019 at PG. Gempolkrep and Jetis District, Mojokerto
Regency. The research method used in this study was in-depth interviews. Determination of the number
using simple random sampling method with a sample size of 30 farmers. Data analysis used is
qualitative descriptive analysis and quantitative analysis. The results of the study showed that the
sugarcane agribusiness partnership pattern between Gempolkrep Sugar Factory with sugar cane
farmers is a sub-contract pattern. Contribution of partnerships to economic aspects, namely
Gempolkrep Sugar Factory provides market guarantees, capital assistance, and profit sharing, technical
aspects, namely Gempolkrep Sugar Factory provides guidance and sugar cane farmers provide raw
materials, the social aspect of which both parties try to cooperate in accordance with the agreement, the

Pola Kemitraan Agribisnis Tebu (Azmie et al.) 119


environmental aspects of which both parties limit to use the chemicals material. The acquisition that
received by a farmers for one planting season amounted to Rp 327,031,898.70 and profit is Rp
188,397,351.2 per area of cultivated land (5.53ha). The obstacles that faced by farmer is cheating of
sugar cane farmers, the disbursement of late sugar auction results, the delivery schedule for sugar cane
provided was not accompanied by volume, and the note of sugar production is not given in detail.

Keywords: partnership, farmers, Gempolkrep Sugar Factory, sugar cane

PENDAHULUAN hal mengolah hasil usahataninya, dan


kesulitan untuk memasarkan hasil
Subsektor perkebunan memiliki peranan usahaninya, sehingga petani tebu melakukan
dan potensi yang sangat penting dalam kerjasama dengan industri gula yang
perekonomian nasional karena sektor ini senantiasa membutuhkan bahan baku tebu.
merupakan salah satu sumber mata Selain itu, menurut Yanutya (2013), industri
pencaharian rakyat Indonesia mulai dari gula tebu diharapkan dapat memberikan
industri hulu hingga ke hilir. Salah satu jenis dampak terhadap struktur perekonomian
komoditas tanaman perkebunan adalah wilayah dengan meningkatkan pendapatan
tanaman tebu. Tebu (Saccharum spp.) adalah daerah.
rumput tahunan yang banyak tumbuh di PG. Gempolkrep merupakan salah satu
daerah tropis dan bebas salju. Tanaman ini pabrik gula di bawah penguasaan
membutuhkan suhu panas, paparan sinar PT. Perkebunan Nusantara X. Lokasi
matahari yang tinggi, cukup banyak air, serta PG. Gempolkrep terletak di wilayah
lahan yang subur dengan pengairan yang baik Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto,
(Kementerian Pertanian, 2014). Tebu Jawa Timur. PG. Gempolkrep merupakan
mempunyai peranan sangat penting sebagai salah satu pabrik gula terproduktif di
bahan baku industri. Tebu merupakan bahan Indonesia yang memiliki volume kapasitas
baku utama dalam industri gula di Indonesia. giling sebesar 7.200 TCD (Ton Cane per Day)
gula juga merupakan komoditas penting dengan produksi 87.503ton gula pada tahun
karena menjadi sumber penghidupan petani 2018. PG. Gempolkrep sebagai industri
tebu. Sebagai komoditas hasil pertanian, gula produksi gula tidak dapat memenuhi
telah ditetapkan menjadi salah satu komoditas kebutuhan bahan bakunya sendiri. Kendala
khusus. Hal tersebut ditetapkan dalam forum tersebut disebabkan karena PG. Gempolkrep
perundingan WTO (World Trade tidak memiliki areal tanam tebu sendiri atau
Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) tidak memiliki lahan hak guna usaha untuk
(Utami et al. 2016). Pengembangan memenuhi kebutuhan bahan baku produksi
komoditas tebu sangat diperlukan sebagai gula, sehingga PG. Gempolkrep mendapatkan
upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan bahan baku dari petani tebu sekitar melalui
baku industri, sehingga bisa mencukupi bahan hubungan kerjasama kemitraan.
baku untuk proses produksi gula dan akan Kabupaten Mojokerto berkontribusi
menciptakan suatu kesehjahteraan bagi petani paling besar terhadap pasokan bahan baku
serta meningkatkan perekonomian nasional tebu PG. Gempolkrep mencapai 60,28% dan
maupun regional. jumlah petani mitra sebanyak 967 petani yang
Menurut Rachbini (1997), potensi tersebar di 11 kecamatan, khususnya di
pengembangan komoditi perkebunan di Kecamatan Jetis dengan jumlah petani mitra
Indonesia sangat besar, tetapi dalam tertinggi yaitu 173 petani. Bermitra dengan
perkembangannya terdapat beberapa perma- PG. Gempolkrep merupakan pilihan utama
salahan diantaranya strategi pembangunan petani tebu Kabupaten Mojokerto. Hal ini
dan kelembagaan. Permasalahan yang dikarenakan para petani tebu tidak mampu
dihadapi petani tebu adalah kurangnya modal mengolah hasil usahataninya sendiri, bermitra
untuk usahatani, keterbatasan petani dalam dengan PG. Gempolkrep, petani tebu

120 Jurnal Agrisocionomics 3(2):119-130, November 2019


mendapatkan jaminan pasar yang pasti, secara sengaja (purposive), dengan
sehingga petani tebu tidak kesulitan dalam hal pertimbangan PG. Gempolkrep merupakan
memasarkan hasil usahataninya, petani tebu salah satu pabrik gula terproduktif di
dengan mudah mendapatkan sarana-prasarana Indonesia dan Kecamatan Jetis merupakan
produksi dan biaya produksi dari daerah yang memiliki jumlah petani mitra
PG. Gempolkrep sehingga petani tebu mampu terbesar di Kabupaten Mojokerto.
meningkatkan produktivitas usahataninya. Jenis data yang digunakan dalam
Adanya subsistem agribisnis yang dapat penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
dilakukan antara pelaku usahatani mengenai kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk
hubungan yang saling menguntungkan atau menghitung biaya produksi, luas lahan,
kerjasama yang terkait, sehingga dapat jumlah sarana prasarana produksi, jumlah
menjadi alasan kedua belah pihak untuk produksi, tingkat penerimaan, dan tingkat
melakukan hubungan kerjasama kemitraan. pendapatan petani. Data kualitatif digunakan
PG. Gempolkrep membutuhkan pasokan untuk menjelaskan gambaran umum
bahan baku dari petani tebu untuk PG. Gempolkrep, karakteristik responden,
keberlanjutan produksi gula. PG. Gempolkrep pola dan mekanisme kemitraan yang terjalin,
juga berkepentingan untuk memberikan kontribusi dalam bermitra, dan kendala-
pembinaan kepada petani tebu dalam hal kendala dalam melakukan kemitraan. Sumber
teknis budidaya guna meningkatkan kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini
dan kuantitas hasil produksinya. Petani tebu diperoleh dari data primer dan data sekunder.
membutuhkan jaminan pasar, permodalan, Data primer merupakan data yang diperoleh
dan bantuan sarana prasarana input produksi secara langsung dari responden dengan
pertanian. pedoman wawancara di lapangan. Data
Kemitraan yang dilakukan antara sekunder adalah data yang diperoleh dari
PG. Gempolkrep dengan petani tebu sudah berbagai lembaga instansi dan dari berbagai
dilaksanakan sejak berdirinya literatur yang terkait dengan penelitian.
PG. Gempolkrep yaitu tahun 1849. Kemitraan Metode pengumpulan data dalam penelitian
yang dilakukan antara PG. Gempolkrep ini ialah wawancara mendalam dengan
dengan petani tebu diharapkan mampu menggunakan kuesioner.
menciptakan suatu keseimbangan peran dan Populasi dalam penelitian ini adalah
manfaat satu sama lain, sehingga mencapai petani tebu di Kecamatan Jetis yang bermitra
tujuan kemitraan yaitu saling dengan PG. Gempolkrep pada tahun 2018
menguntungkan. Penelitian ini bertujuan sebanyak 173 petani tebu. Populasi dalam
untuk menganalisis pola kemitraan agribisnis penelitian ini merupakan populasi homogen,
tebu di Kecamatan Jetis, Kabupaten sehingga teknik penentuan sampel yang
Mojokerto, menganalisis kontribusi digunakan ialah metode simple random
PG. Gempolkrep dan petani tebu dalam sampling. Sistem random sampling
melakukan kemitraan, menganalisis merupakan suatu metode pengambilan sampel
penerimaan dan keuntungan petani tebu, dan yang dilakukan secara acak karena populasi
menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dianggap homogen sehingga sampel dianggap
dalam bermitra. dapat mewakili populasi (Sugiyono, 2016).
Sumanto (1990) mengungkapkan bahwa
METODE PENELITIAN ukuran sampel terkecil yang dapat diterima
untuk penelitian deskriptif adalah minimal
Penelitian ini dilaksanakan di 10% dari populasi, sehingga jumlah sampel
PG. Gempolkrep dan petani tebu di yang diambil sebesar 30 orang (17%).
Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto dari Penelitian ini juga menggunakan informan
Bulan Desember 2018 sampai dengan Bulan kunci yang berjumlah dua orang dari PG.
Februari 2019. Pemilihan lokasi dilakukan Gempolkrep yaitu asisten manajer bagian

Pola Kemitraan Agribisnis Tebu (Azmie et al.) 121


tanaman dan juru tulis bagian tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode analisis data dalam penelitian ini Karakteristik Responden


menggunakan metode deskriptif kualitatif dan Responden dalam penelitian ini ialah
metode kuantitatif. Metode deskriptif petani tebu mitra Kecamatan Jetis Kabupaten
kualitatif untuk mendiskripsikan pola Mojokerto. Jumlah responden pada penelitian
kemitraan antara PG. Gempolkrep dengan ini sebanyak 30 orang dan 2 (dua) orang
petani tebu, kontribusi dalam bermitra, dan informan kunci dari pihak PG. Gempolkrep.
kendala-kendala yang dihadapi PG. karakteristik responden terdiri atas umur,
Gempolkrep dan petai tebu dalam melakukan tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani
kemitraan berdasarkan informasi dari secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
responden dan informan kunci, maka akan
Tabel 1. Karakteristik Responden di
mendapatkan kesimpulan. Metode kuantitatif
Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto
digunakan untuk mengetahui besar
Tahun 2018
keuntungan petani tebu melalui analisis
usahatani dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Soekartawi, 2002). Karakteristik Jumlah
No
Responden Orang Persentase (%)
Total Biaya: TC = FC + VC
1 Umur (tahun)
Keterangan: 0-14 0 0,00
TC = Total cost/total biaya 15-64 22 73,00
FC = Fixed cost/biaya tetap >64 8 27,00
VC = Variabel cost/biaya variabel
2 Pendidikan
Penerimaan: TR = P.Q SD 10 33,33
Keterangan: SMP 3 10,00
TR = Total revenue/penerimaan SMA 9 30,00
P = Price/harga jual Sarjana (S1) 8 26,67
Q = Quantity/jumlah produksi tebu 3 Pengalaman bertani (tahun)
<15 11 37,00
Keuntungan: Π = TR – TC 15-30 15 50,00
Keterangan: >30 4 13,00
Π = Keuntungan Sumber: diolah dari data primer penelitian,
R/C rasio: a = R/C 2018
Keterangan: Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa
a = Rasio keuntungan responden paling banyak berada pada kisaran
R = Penerimaan yang diperoleh petani tebu umur 15-64 tahun sebanyak 22 orang (73%).
C = Biaya yang dikeluarkan petani tebu Rata-rata umur responden petani tebu ialah
54,9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
Kriteria: sebagian besar responden tergolong pada
1. Apabila R/C >1, berarti usahatani tebu umur produktif yaitu 15-64 tahun, sehingga
yang dilakukan petani menguntungkan. responden mempunyai potensi dalam
2. Apabila R/C =1, berarti usahatani tebu mengelola dan mengembangkan usahatani
yang dilakukan petani tidak tebu, serta mampu meningkatkan
menguntungkan dan tidak merugikan. produktivitas kerjanya.
3. Apabila R/C<1, berarti usahatani yang Tingkat pendidikan responden cukup
dilakukan petani tidak menguntungkan beragam dengan tingkat pendidikan tertinggi
dan merugikan. Sarjana (S1) dan tingkat pendidikan terendah
SD. Responden yang memiliki tingkat

122 Jurnal Agrisocionomics 3(2):119-130, November 2019


pendidikan SD sebanyak 10 orang (33,33 %), Mekanisme Kemitraan
tingkat pendidikan SMP berjumlah tiga orang a. Pola Kemitraan
(10 %), tingkat pendidikan SMA dan Sarjana Menurut Hafsah (2000), kemitraan
(S1) berjumlah 17 orang (56,67%). Hal ini merupakan strategi bisnis yang dilakukan
menunjukkan bahwa responden di Kecamatan oleh 2 (dua) pihak atau lebih, dalam jangka
Jetis Kabupaten Mojokerto sebagian besar waktu tertentu, untuk meraih keuntungan
sudah menempuh tingkat pendidikan yang bersama dengan prinsip saling membutuhkan
cukup baik yaitu pendidikan wajib belajar 12 dan saling membesarkan. Menurut Peraturan
tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintah Republik Indonesia No 17 Tahun
Pendidikan dan Kebudayaan Republik 2013 bahwa kemitraan mencakup proses alih
Indonesia No. 19 Tahun 2016 (Permendikbud, keterampilan bidang produksi dan
2016). Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pengolahan, pemasaran, permodalan,
petani berpengaruh pada pengambilan sumberdaya manusia, dan teknologi sesuai
keputusan usahatani yang akan dilakukan pola kemitraan. Jenis-jenis pola kemitraan
maupun cara menganalisis peluang pasar dan meliputi: inti plasma, subkontrak, waralaba,
keuntungan yang akan diterima (Cahyarubin, perdagangan umum, distribusi dan keagenan,
2016). bagi hasil, kerjasama operasional, usaha
Pengalaman usahatani tebu responden di patungan (joint venture), penyumberluaran
Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto paling (outsourcing), dan bentuk kemitraan lainnya.
banyak yaitu 15-30 tahun dengan jumlah 15 Berdasarkan hasil wawancara dari
orang (50%). Rata-rata pengalaman usahatani informan kunci, kemitraan agribisnis tebu di
responden yaitu 17.97 tahun. Hal ini Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto
membuktikan bahwa responden di Kecamatan melibatkan beberapa pihak yaitu
Jetis sudah cukup berpengalaman dalam PG. Gempolkrep sebagai pihak pertama,
usahatani tebu, sehingga petani mampu petani tebu sebagai pihak kedua, dan koperasi
mengelola usahataninya. sebagai pihak ketiga, sehingga dapat disebut
para pihak. Kemitraan agribisnis tebu
Status Penguasaan Lahan dilakukan oleh PG. Gempolkrep dan petani
Total keseluruhan luas lahan untuk tebu. Kemitraan yang terjalin antara
usahatani responden sebesar 166 ha. Status PG. Gempolkrep dengan petani tebu dimulai
penguasaan lahan responden dalam penelitian sejak berdirinya PG. Gempolkrep dengan
ini adalah berstatus milik sendiri dan sewa. nama awal NV. Cultuur Maatschappil
Rata-rata luas lahan garapan responden Gempolkrep yaitu pada tahun 1849.
sebesar 5,53 ha dengan persentase rata-rata Kemitraan ini dilaksanakan oleh pihak
luas kepemilikan lahan yaitu milik sendiri pertama dan pihak kedua dengan alasan pihak
sebesar 2,11 ha dan lahan sewa sebesar 3,42 PG. Gempolkrep membutuhkan bahan baku
ha. dari pihak petani untuk kontinuitas produksi
gula. Pihak petani tebu mendapatkan jaminan
Karakeristik Informan Kunci pasar yang pasti, pembinaan terkait teknis
Informan kunci yang digunakan pada budidaya, bantuan biaya produksi dan
penelitian ini sebanyak 2 orang dari bantuan sarana-prasana produksi dari pihak
PG. Gempolkrep yang terkait dan mengetahui PG. Gempolkrep, serta pihak petani tebu
informasi untuk penelitian ini. Informan dapat mengefisiensi waktu dan biaya
kunci menduduki jabatan asisten manajer transportasi.
bagian tanaman dan juru tulis bagian Berdasarkan hasil wawancara dari
tanaman. Asisten manajer tanaman berumur informan kunci dan responden bahwa pola
32 tahun dengan pendidikan terakhir S1 dan kemitraan PG. Gempolkrep dengan petani
juru tulis tanaman berumur 30 tahun dengan tebu di Kecamatan Jetis Kabupaten
pendidikan terakhir S1. Mojokerto menggunakan pola sub kontrak.

Pola Kemitraan Agribisnis Tebu (Azmie et al.) 123


PG. Gempolkrep bertindak sebagai Baru dengan petani yaitu bentuk kemitraan
perusahaan mitra dan petani tebu bertindak Sub Kontrak yang berarti hubungan pola
sebagai kelompok mitra. PG. Gempolkrep kemitraan antara perusahaan inti dengan
sebagai perusahaan mitra berperan dalam petani yang memproduksi komponen
memberikan bantuan kepada petani tebu. produksinya. Hal ini petani menyediakan
Bantuan yang diberikan PG. Gempolkrep komponen produksi yaitu berupa tebu pada
kepada petani tebu berupa bantuan modal/ pabrik gula (Utami, 2015). Pola kemitraan
kredit yang dipergunakan sebagai biaya tersebut berbeda dengan pola kemitraan
produksi, jaminan pasar yang pasti, antara PG. Candi Baru dengan petani tebu
pembinaan teknis budidaya, dan bantuan yang tergolong pola kemitraan inti-plasma.
paket teknologi dan sarana-prasarana Pola ini merupakan hubungan antara petani,
produksi. Petani tebu berkewajiban kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai
menyerahkan seluruh hasil panennya kepada plasma dengan inti yang bermitra usaha
PG. Gempolkrep sesuai kesepakatan dan (Pintakami, 2013).
jadwal yang telah diberikan.
PG. Gempolkrep memberikan b. Pelaksanaan Kemitraan
kemudahan kepada petani tebu agar dapat Pelaksanaan kerjasama kemitraan antara
dengan mudah mendapatkan fasilitas-fasilitas pihak PG. Gempolkrep dengan pihak petani
yang dibutuhkan petani tebu dalam tebu dilakukan melalui beberapa tahapan.
menjalankan usahataninya yang bertujuan Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
untuk menjamin kegiatan petani tebu berjalan menjalin kemitraan sebagai berikut.
lancar dan proses produksi gula yang 1. Petani tebu melakukan pendaftaran dan
dilakukan oleh PG. Gempolkrep berjalan permohonan lahan petani mitra
lancar serta bersifat kontinuitas. Skema Petani tebu melakukan pendaftaran
kemitraan agribisnis tebu di Kecamatan Jetis untuk menjadi petani mitra kepada
Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada PG. Gempolkrep dengan beberapa syarat
Gambar 1. yaitu foto copy kartu keluarga, foto copy
Gambar 1. menjelaskan bahwa kemitraan kartu tanda penduduk, dan petani
yang terjalin dimodifikasi dengan adanya tersebut menjadi anggota suatu koperasi,
beberapa pihak yang terkait dan berperan yang dimana koperasi tersebut berperan
dalam kerjasama kemitraan. Pihak-pihak sebagai penanggung jawab petani dan
tersebut meliputi para pihak penghubung antara PG. Gempolkrep
(PG. Gempolkrep, petani tebu, dan koperasi) dengan petani tebu. Proses pendaftaran
yang sudah dijelaskan diatas, APTR, dan ini disertai dengan mengajukan
bank. Pihak-pihak tersebut dipertemukan permohonan lahan yang dimiliki oleh
dalam forum temu kerjasama. Pihak-pihak petani tebu.
tersebut melaksanakan peran sesuai dengan 2. PG. Gempolkrep melakukan evaluasi dan
peran masing-masing pihak. survey lahan milik petani
Secara garis besar, pihak APTR berperan Pihak PG. Gempolkrep melakukan
untuk proses tata niaga gula/tetes dan pihak evalusi terhadap petani tebu dan
bank berperan sebagai penyedia dana. Pihak melakukan survey meliputi kegiatan
APTR dan bank tidak berperan dalam pengukuran luas lahan milik petani yang
penandatangan perjanjian kerjasama. diajukan petani tebu kepada
Perjanjian kerjasama hanya dilakukan dan PG. Gempolkrep. Tahap ini dilakukan
ditandatangani oleh para pihak guna memastikan bahwa lahan tersebut
(PG. Gempolkrep, petani tebu, dan koperasi). hanya dipergunakan untuk usahatani tebu
Pola Kemitraan PG. Gempolkrep dengan dan sesuai dengan luas lahan yang
petani tebu sama halnya dengan bentuk pola diajukan.
kemitraan yang terjalin antara PG. Pesantren

124 Jurnal Agrisocionomics 3(2):119-130, November 2019


Gambar 1. Skema Kemitraan Antara PG. Gempolkrep dengan Petani Tebu

Keterangan:
(1) FTK (Forum Temu Kerjasama
a. Forum/wadah yang mempertemukan pihak-pihak yang terkait dengan kerjasama
kemitraan PG. Gempolkrep dengan petani tebu.
(2) PG (pabrik gula)
a. Mengajukan kredit ke debitur (bank pelaksana) dilampiri rekapitulasi rancangan definitif
kebutuhan kelompok (RDKK).
b. Sebagai avalis kredit.
c. Menerima dan menyalurkan dana kredit dari debitur kepada petani.
d. Melaksanakan pendaftaran dan pengukuran luas lahan tebu petani serta melakukan
taksasi.
e. Memberikan bimbingan teknis budidaya tebu.
f. Menggiling, mengolah tebu petani dan memberikan bagi hasil gula dan tetes sesuai
ketentuan yang berlaku.
g. Memotong pinjaman pokok sebagai pembayaran kewajiban dari petani, selanjutnya
memberikan ke pemberi kredit.
h. Bertindak sebagai pimpinan FTK.
(3) Petani tebu
a. Mengajukan permohonan kredit kepada debitur melalui pihak pabrik gula.
b. Melakukan baku teknis budidaya tebu sesuai rekomendasi pabrik gula.
c. Mengirim seluruh produksi tebunya kepada pabrik gula.
d. Mendapatkan bagi hasil sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Bank
a. Menerima pengajuan kredit dari petani melalui pabrik gula.
b. Memberikan kredit sesuai plafon rancangan definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
c. Menerima setoran pengembalian kredit dari petani melalui pabrik gula.
(5) Koperasi
a. Bekerjasama dengan distributor pupuk atas kuasa pabrik gula untuk penyaluran pupuk
kepada petani tebu.
b. Membantu menyalurkan modal dari pabrik gula kepada petani.
c. Membantu petani untuk pelunasan kredit kepada pabrik gula.
(6) APTR (Asosiasi Petani Tebu Rakyat)
a. Organisasi petani yang bersifat non- profit
b. Sebagai lembaga advokasi petani dalam mengusulkan harga dasar gula, tata niaga
gula/tetes, dan sistem bagi hasil.

Pola Kemitraan Agribisnis Tebu (Azmie et al.) 125


3. Persetujuan permohonan lahan oleh Tahapan-tahapan diatas merupakan
PG. Gempolkrep tahapan yang dilakukan oleh para pihak
Pihak PG. Gempolkrep melakukan disetiap musim tanam untuk membuat
persetujuan permohonan terhadap lahan kontrak kerjasama baru. Kontrak kerjasama
petani mitra yang sesuai. Apabila lahan kemitraan kerjasama kemitraan pihak PG.
petani tersebut tidak sesuai dengan yang Gempolkrep dengan pihak petani tebu hanya
diajukan, pihak PG. Gempolkrep tidak berlaku untuk satu musim tanam, sehingga
menyetujui petani tebu sebagai petani petani tebu yang melanjutkan kerjasama
mitra PG. Gempolkrep. kemitraan dengan PG. Gempolkrep harus
4. Pihak PG. Gempolkrep mencetak gambar melakukan pendaftaran kembali sebagai
lahan petani tebu petani mitra kepada PG. Gempolkrep. Periode
Pihak PG. Gempolkrep membuat pendaftaran kerjasama kemitraan tahun 2018
dan mencetak gambar lahan petani tebu yaitu dilakukan pada Bulan Mei 2017-
yang telah disetujui. Gambar lahan petani Februari 2018 dan untuk periode produksi
yang telah dicetak dipergunakan oleh PG. Gempolkrep/periode penyerahan tebu
pihak PG. Gempolkrep sebagai arsip atau milik petani kepada PG Gempolkrep yaitu
bukti bahwa lahan tersebut sudah dilakukan pada bulan Mei 2018-November
terdaftar di PG. Gempolkrep. 2018.
5. Petani tebu melengkapi berkas untuk
perjanjian kerjasama c. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Pihak petani tebu melengkapi 1. Hak dan kewajiban petani tebu
berkas/persyaratan untuk membuat Hak petani tebu meliputi petani
perjanjian kerjasama dengan berhak mendapatkan bantuan sarana
PG. Gempolkrep. Persyaratan tersebut prasarana produksi, serta pinjaman kredit
berupa materai 6000 dan sertifikat tanah modal dari PG. gempolkrep, petani tebu
atau BPKB sebagai jaminan. Petani juga berhak mendapatkan pembinaan
harus menjamin bahwa jaminan tersebut mengenai teknis budidaya tebu sesuai
tidak dialihkan kepada pihak lain dan dengan standar sehingga mencapai baku
tidak tersangkut dalam suatu perkara. mutu MBS (Manis, Bersih, Segar), dan
Apabila semua persyaratan telah petani tebu berhak mendapatkan
dipenuhi, maka para pihak akan ketentuan bagi hasil yang sesuai dengan
membuat/ merilis perjanjian kerja sama kesepakatan bersama.
kemitraan. Kewajiban petani tebu adalah petani
6. Merilis perjanjian kerjasama tebu wajib menyerahkan dan menggiling
Perjanjian kerjasama antara petani seluruh produksi tebu hanya kepada
tebu dengan PG. Gempolkrep dibuat atau PG. Gempolkrep dengan baku mutu
dirilis dalam bentuk perjanjian tertulis MBS (Manis, Bersih, dan Segar) dan
yang disepakati dan ditandatangani oleh sesuai dengan ketentuan dan jadwal
para pihak yaitu PG. Gempolkrep, petani penyerahan tebu yang sudah ditentukan,
tebu, dan koperasi yang bersangkutan. petani tebu wajib menerapkan paket
Perjanjian kerjasama tersebut berisi pasal teknologi sesuai ketentuan dan teknis
1 – 9 tentang pengertian, ketentuan budidaya yang telah diberikan oleh
kerjasama, paket teknologi budidaya PG. Gempolkrep, petani tebu wajib
tanaman tebu, pelunasan kewajiban, membayar seluruh pinjaman kredit
proses dan sistem bagi hasil rendemen, modal dan kewajiban lain yang menjadi
larangan dan jaminan, sanksi, force tanggungan kepada PG. Gempolkrep,
majeur, perselisihan, dan lain-lain. dan petani tebu wajib mentaati semua
perjanjian kerjasama yang sesuai dengan
kesepakatan bersama.

126 Jurnal Agrisocionomics 3(2):119-130, November 2019


2. Hak dan kewajiban PG. Gempolkrep Kontribusi PG. Gempolkrep dan Petani
Hak PG. Gempolkrep meliputi Tebu dalam Melakukan Kemitraan
PG. Gempolkrep berhak memutuskan Kontribusi merupakan suatu esensi dari
hubungan kerjasama dan tidak hubungan kemitraan. Esensi ini dipertegas
memberikan rekomendasi untuk masa oleh Widyantara (2018) bahwa esensi
tanam selanjutnya kepada petani tebu kemiitraan terletak pada kontribusi bersama,
yang melakukan kecurangan, baik berupa tenaga, lahan modal untuk tujuan
PG. Gempolkrep berhak menerima ekonomi, dimana pengelolaannya dilakukan
semua hasil produksi tebu dari petani bersama, dan pembagian keuntungan serta
dengan baku mutu Manis, Bersih, dan kerugian ditanggung bersama.
Segar (MBS), dan PG. Gempolkrep Kontribusi PG. Gempolkrep dan petani
berhak membuat peraturan yang harus tebu dalam melakukan kemitraan terdiri atas
ditaati oleh petani tebu terkait dengan aspek ekonomi, aspek teknis, aspek sosial,
pembinaan mengenai teknis budidaya dan aspek lingkungan. Untuk aspek ekonomi
tebu. kontribusi PG. Gempolkrep kepada petani
Kewajiban PG. Gempolkrep tebu yaitu (1) memberikan kemudahan
meliputi PG. Gempolkrep wajib terhadap petani untuk mendapatkan biaya
memberikan bantuan benih/bibit, sarana produksi yang dipergunakan petani untuk
produksi, serta pinjaman kredit modal usahatani tebu dan (2) memberikan jaminan
kepada petani tebu, PG. Gempolkrep pasar yang pasti dengan pembagian hasil
wajib memberikan pembinaan mengenai sesuai dengan kesepakatan bersama.
teknis budidaya tebu sesuai dengan Kontribusi Petani tebu kepada
standar sehingga mencapai baku mutu PG. Gempolkrep yaitu petani menyerahkan
MBS (Manis, Bersih, Segar), tebu kepada PG. Gempolkrep sebagai bahan
PG. Gempolkrep wajib memberikan bagi baku produksi gula. Hasil dari penjulan gula
hasil atas produksi tebu kepada petani dibagi sesuai dengan pembagian hasil yang
tebu sesuai dengan ketentuan yang telah telah disepakati. Bagi hasil tersebut
disepakati, dan PG. Gempolkrep merupakan sumber utama pendapatan
menjamin akan memproses tebu yang PG. Gempolkrep.
dikirim oleh petani tebu tanpa ada Kontribusi pada aspek teknis kontribusi
gangguan dan apabila ada gangguan PG. Gempolkrep kepada petani tebu yaitu
giling maka PG. Gempolkrep wajib (1) PG. Gempolkrep memberikan bantuan
mengarahkan hasil produksi petani tebu berupa pengadaan sarana produksi pertanian
ke pabrik gula lain dengan selisih biaya kepada petani tebu, (2) memberikan
angkut ditanggung oleh pembinaan terkait dengan budidaya tebu
PG. Gempolkrep. kepada petani untuk mendapatkan tebu yang
3. Hak dan Kewajiban Koperasi berkualitas dengan mutu MBS (Manis,
Hak koperasi meliputi koperasi Bersih, dan Segar. Kontribusi petani tebu
berhak memotong hasil penjualan gula kepada PG. Gempolkrep yaitu petani tebu
milik petani untuk pembayaran menyerahkan tebunya kepada
kewajiban petani kepada PG. Gempolkrep sebagai bahan baku
PG. Gempolkrep. Kewajiban koperasi produksi gula, sehingga target produksinya
meliputi koperasi wajib menampung tercapai dengan adanya bahan baku dari
hasil penjualan gula milik petani dan petani tebu yang berkualitas dengan mutu
memberikan kepada petani. MBS (Manis, Bersih, dan Segar).
Kontribusi pada aspek sosial yaitu kedua
belah pihak berusaha melakukan kerjasama
sesuai dengan apa yang telah disepakati,
sehingga kemitraan antara PG. Gempolkrep

Pola Kemitraan Agribisnis Tebu (Azmie et al.) 127


dan petani tebu bersifat kontinuitas serta Tabel 2. Penerimaan dan Keuntungan
masing-masing pihak mendapatkan Usahatani Tebu Responden Per Rata-Rata
keuntungan. Kontribusi pada aspek LLG di Kecamatan Jetis Kabupaten
lingkungan yaitu PG. Gempolkrep Mojokerto Tahun 2018
memberikan pembinaan kepada petani terkait
teknis penggunaan pupuk, obat-obatan, dan Nilai (Rp)
pestisida tidak berlebihan. Petani tebu No Uraian
Per 5,53 ha Per ha
menerapkan teknis budidaya yang diberikan
1 Penerimaan
oleh PG. Gempolkrep agar tidak merusak a. Gula 274.002.443,70 49.548.362,33
lingkungan sesuai dengan visi misi b. Tetes 53.029.455,00 9.589.413,20
PG. Gempolkrep yang berwawasan Total 327.031.898,70 59.137.775,53
lingkungan. penerimaan
2 Biaya
Penerimaan dan Keuntungan Petani tebu a. Biaya Tetap 35.973.109,33 6.505.083,06
Penerimaan usahatani adalah perkalian b. Biaya 102.661.438,20 18.564.455,37
antara jumlah produksi yang diperoleh Variabel
dengan harga produksi (Suratiyah, 2006). Total Biaya 138.634.547,53 25.069.538,43
Penerimaan petani tebu didapat dari total 3 Keuntungan 188.397.351,17 34.068.237,10
semua hasil proses produksi semua kegiatan 4 R/C 2,36 2,36
usahatani tebu pada musim tanam tahun 2018, Keterangan:
sedangkan keuntungan usahatani merupakan Rata-rata LLG (luas lahan garapan)= 5,53 ha
selisih antara penerimaan dan total biaya yang Produksi gula = 28.247,6745 kg/LLG
dikeluarkan oleh petani. Petani tebu (5.108,08 kg/ha)
mendapatkan penerimaan dari produksi gula Produksi tetes = 13.493,5 kg/LLG
dan tetes. Rincian hasil produksi, penerimaan (2.440,05 kg/ha)
dan pendapatan usahatani tebu di Kecamatan Kendala-Kendala dalam Kemitraan
Jetis Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Berdasarkan hasil wawancara dari
Tabel 2. informan kunci bahwa kendala yang dihadapi
Tabel 2 menunjukkan bahwa total PG. Gempolkrep dalam melakukan kemitraan
penerimaan yang diperoleh responden dalam yaitu (1) kecurangan petani tebu bahwa
melakukan usahatani tebu sebesar terdapat petani tebu yang tidak menyerahkan
Rp 327.031.898,70, sedangkan total biaya jumlah seluruh tebunya kepada
yang harus dikeluarkan responden dalam PG. Gempolkrep, sehingga akan berdampak
melakukan usahatani tebu sebesar pada terhambatnya proses produksi yang
Rp 138.634.547,53 dan mendapatkan disebabkan oleh bahan baku yang dibutuhkan
keuntungan sebesar Rp 188.397.351,17 pada tidak terpenuhi, dan (2) Pencairan hasil lelang
rata-rata luas lahan garapan 5,53 ha. R/C rasio gula yang sering telat juga merupakan
dari usahatani tebu responden di Kecamatan kendala yang dihadapi PG. Gempolkrep
Jetis sebesar 2,36 yang berarti setiap dikarenakan BULOG sebagai pembeli gula
Rp 1.000,00 biaya yang dikeluarkan dalam tidak langsung memberikan hasil lelang
usahatani tebu akan diperoleh penerimaan kepada PG. Gempolkrep.
sebesar Rp 2.360,00 dengan margin Berdasarkan hasil wawancara dari petani
keuntungan sebesar Rp 1.360,00. Berdasarkan bahwa kendala yang dihadapi petani tebu
hasil penelitan menunjukkan bahwa R/C rasio dalam melakukan kemitraan yaitu (1) Jadwal
usahatani tebu lebih besar dari satu, sehingga penyerahan tebu yang diberikan tidak disertai
dapat disimpulkan bahwa usahatani tebu yang volume, sehingga sangat merugikan petani
dilakukan responden menguntungkan. karena tebunya tidak bisa masuk sesuai
jadwal penyerahan yang diberikan pada saat
panen raya dengan alasan bahan baku yang

128 Jurnal Agrisocionomics 3(2):119-130, November 2019


diterima sudah melebihi target yaitu 7.200 Mojokerto bahwa pola kemitraan yang
TCD, (2) Nota/ bukti hasil produksi gula diterapkan adalah pola kemitraan sub kontrak
tidak diberikan secara rinci oleh antara PG. Gempolkrep dan petani tebu.
PG. Gempolkrep, sehingga petani tebu tidak Kontribusi PG. Gempolkrep dan petani tebu
mengetahui pasti hasil produksi keseluruhan, dalam melakukan kemitraan terdiri atas aspek
dan (3) Pencairan hasil lelang gula yang ekonomi, aspek teknis, aspek sosial dan aspek
sering telat, petani tebu merasa kecewa pada lingkungan. Petani tebu dalam melakukan
pihak PG. Gempolkrep karena uang hasil usahatani tebu memperoleh penerimaan
penjualan tidak kunjung diberikan. Masalah sebesar Rp 327.031.898,70 dan keuntungan
ini menjadi cukup serius dikarenakan uang sebesar Rp 188.397.351,20 per luas lahan
hasil lelang tersebut dipergunakan kembali garapan 5,53 ha dengan R/C rasio sebesar
oleh petani sebagai modal usahatani. 2,36. Kendala yang dihadapi dalam kemitraan
Kendala-kendala tersebut berbeda yaitu kecurangan petani tebu, pencairan hasil
dengan penelitian Amir (2010) yang lelang gula yang sering terlambat, jadwal
menyatakan bahwa kendala yang dihadapi penyerahan tebu yang diberikan tidak disertai
oleh PG. Gempolkrep dalam pelaksanaan volume, dan nota hasil produksi gula
pola kemitraan adalah (1) mesin yang sudah diberikan tidak terperinci.
tua dan (2) kegiatan tebang angkut yang Berdasarkan hasil penelitian dan
belum mengarah pada tercapainya kualitas pembahasan dapat disarankan; (1) Petani tebu
bahan baku yang yang memenuhi standar seharusnya menyerahkan keseluruhan
layak giling (manis, bersih dan segar). tebunya kepada PG. Gempolkrep sesuai
Kendala yang dihadapi oleh petani yaitu dengan kesepakatan awal agar target produksi
(1) pengadaan dan penyediaan sarana PG. Gempolkrep dapat terpenuhi,
produksi sering terlambat, (2) semakin (2) PG. Gempolkrep sebaiknya mencari
meningkatnya upah tenaga kerja dan harga pembeli gula lain yang dapat mencairkan
sarana produksi yang mengakibatkan hasil pelelangan gula dengan cepat agar
usahatani semakin tidak efisien. petani tebu maupun pihak PG. Gempolkrep
Solusi untuk mengatasi kendala yang sendiri dapat menerima hasil secara langsung
dihadapi kedua belah pihak yaitu (1) Petani setelah gula dilelang, dan
tebu seharusnya menyerahkan keseluruhan (3) PG. Gempolkrep seharusnya memberikan
tebunya kepada PG. Gempolkrep sesuai nota hasil produksi gula secara detail agar
dengan kesepakatan awal agar target produksi petani tebu mengetahui secara keseluruhan
PG. Gempolkrep dapat terpenuhi, jumlah produksi gula yang dihasilkan.
(2) PG. Gempolkrep sebaiknya mencari
pembeli gula lain yang dapat mencairkan DAFTAR PUSTAKA
hasil pelelangan gula dengan cepat agar
petani tebu maupun pihak PG. Gempolkrep Amir, I. T. 2010. Tingkat kepuasan dan
sendiri dapat menerima hasil secara langsung kepatuhan petani tebu terhadap pola
setelah gula dilelang, dan kerjasama dengan pabrik gula
(3) PG. Gempolkrep seharusnya memberikan Gempolkrep. J. MAPETA. 7(2) : 72-
nota hasil produksi gula secara detail agar 44.
petani tebu mengetahui secara keseluruhan
Cahyarubin, A. Analisis Pendapatan
jumlah produksi gula yang dihasilkan.
Usahatani Tebu Petani Mitra dan Non
Mitra PG Rejoagung Baru, Kabupaten
SIMPULAN DAN SARAN
Madiun. Skripsi. Program Sarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pola kemitraan Hafsah, M. J. 2000. Kemitraan Usaha. Sinar
agribisnis tebu di Kecamatan Jetis Kabupaten Harapan, Jakarta.

Pola Kemitraan Agribisnis Tebu (Azmie et al.) 129


Kementerian Pertanian. 2014. Outlook Tebu Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Komoditas Pertanian Subsektor Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta,
Perkebunan Tahun 2014. Pusat Data Bandung.
dan Sistem Informasi Pertanian
Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial
Sekretaria Jendral-Kementrian
dan Pendidikan. Penerbit ANDI,
Pertanian.
Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar
Kebudayaan Republik Indonesia
Swadaya, Jakarta.
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Program Indonesia Pintar. Utami, S., M. Saifi, dan W. Toni. 2015.
Evaluasi pola kemitraan usaha tani
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
tebu (Studi pada PTPN X (Persero)
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
PG. Pesantren Baru Kediri). J.
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Administrasi Bisnis. 2(2) : 1-10.
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Utami, A., Dinar, dan S. Kosasih. 2016.
Pengaruh pola kemitraan terhadap
Pintakami, L. B., D. N. Priminingtyas, dan Y.
pendapatan petani tebu (Suatu Kasus
Yuliati. 2013. Analisis kemitraan
di PT. PG Rajawali II, Unit PG
antara PG. Candi Baru dengan petani
Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat). J.
tebu rakyat kerjasama usaha (TRKSU)
Ilmu Pertanian dan Peternakan
di Kecamatan Candi Kabupaten
Universitas Majalengka. 4(1) : 1-8.
Sidoarjo. J. SEPA. 10(1) : 27-39.
Widyantara, W. 2018. Ilmu Manajemen
Rachbini, D. J. 1997. Potensi dan strategi
Usahatani. Udayana University Press,
pengembangan kelembagaan
Bali.
agribisnis. Prosiding Industrialisasi,
Rekayasa Sosial dan Peranan Yanutya, P. A. T. 2013. Analisis Pendapatan
Pemerintah dalam Pembangunan Petani Tebu di Kecamatan Jepon
Pertanian. Pusat Penelitian Kabupaten Blora. Skripsi. Program
Departemen Pertanian, Jakarta. Sarjana Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Soekartawi. 2002. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian Untuk Pengembangan
Petani Kecil. Universitas Indonesia,
Jakarta.

130 Jurnal Agrisocionomics 3(2):119-130, November 2019

Anda mungkin juga menyukai