Anda di halaman 1dari 14

Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

INDUSTRI EMPING GARUT DI DESA BLANGU KECAMATAN GESI


KABUPATEN SRAGEN

THE EMPING GARUT INDUSTRY IN BLANGU VILLAGE GESI


DISTRICT OF SRAGEN REGENCY

Oleh: Mufti Khoirunnisa, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu


Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, e-mail: muftikhoirunnisa@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Faktor-faktor produksi yang
terkait industri emping garut, 2) Hambatan yang dihadapi dalam kegiatan industri
emping garut, 3) Upaya mengatasi hambatan dalam kegiatan industri emping
garut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah 39 pengrajin industri emping garut di Desa Blangu.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik pengolahan data menggunakan editing, coding, dan tabulasi.
Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan tabel
frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Modal, Pengrajin mengeluarkan
modal awal sebanyak ≤ Rp 280.000,00 dan Rp 280.001 – Rp 460.000,00 dengan
frekuensi masing-masing adalah 30,77%. Sebagian besar modal berasal dari uang
pribadi. Bahan baku, 30,77% pengrajin memproduksi ≤ 600 Kg umbi garut dalam
waktu satu bulan. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh 33,00% pengrajin untuk
membeli bahan baku yaitu ≤ Rp 1.800.000,00. Tenaga kerja, 15 pengrajin
mempunyai tenaga kerja 2 orang dan usia tenaga kerja terbanyak di usia 35-39
tahun, yaitu sebesar 23,46%. Pemasaran, 100% pengrajin Blangu memasarkan
hasil produksinya setengah jadi kepada pengepul. Sumber energi, pengrajin
menggunakan kayu bakar untuk merebus umbi dan panas matahari untuk proses
pengeringan emping garut. Transportasi, menggunakan motor untuk mengangkut
bahan baku dan menjual hasil produksi ke pengepul. 2) Hambatan-hambatan yang
dihadapi pengrajin adalah keterbatasan modal dan bahan baku, belum ada bantuan
dari pemerintah, kekurangan tenaga kerja, belum mampu memasarkan produk
sendiri, hasil produksi diberi label dagang oleh pengepul, harga gas dan minyak
tanah mahal, panas matahari yang kurang mendukung dalam proses penjemuran,
tidak mempunyai alat transportasi yang memadai dan belum ada alat yang
mempermudah proses produksi. 3) Upaya mengatasi hambatan adalah meminjam
bantuan modal kepada keluarga, bank atau koperasi dan pengepul, membeli bahan
baku tidak hanya ke satu penjual/pemasok, mempekerjakan anggota keluarga,
menjual hasil produksi ke pengepul, memakai sumber energi lain berupa kayu
bakar, mengoptimalkan produksi disaat cuaca panas, pengangkutan bahan baku
menggunakan sepeda motor dengan cara bolak-balik dan pengajuan pengadaan
alat produksi ke pemerintah.
Kata kunci: Pengrajin, industri emping garut, faktor produksi.

134
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

ABSTRACT
This research is aimed to determine: 1) production factors related to emping
garut industry, 2) obstacles faced in emping garut industry, 3) effort to overcome
the obstacles in emping garut industry.
This research uses descriptive and quantitative analysis method. The
population in this research is 39 emping garut industrial entrepreneurs in Blangu
Village. The data collection technique used was observation, interview, and
documentation. The data then were processed using editing, coding and
tabulation. The data analysis technique used was descriptive quantitative using
frequency table.
The results of the research show that: 1) Capital, entrepreneurs spent ≤ Rp
280.000,00 and Rp 280.001 – Rp 460.000,00for initial capital with each has
frequency of 30,77%. Most of the capital comes from private fund. Raw materials,
30,77% entrepreneurs produce ≤ 600 Kg garut tuber within a month. The total
cost spend by 33,00% of the entrepreneurs for buying raw materials is ≤ Rp
1.800.000,00.Workers, 15 entrepreneurs have 2 workers with most of the workers
aged around 35-39 years old, which is 23,46%. Marketing, 100% Blangu
entrepreneurs market their half-finished products to collectors. Energy sources,
entrepreneurs use firewood to boil the tubers and use the sun to dry the emping
garut. Transportation, they use motorcycles to transport the raw materials and to
carry the products to collectors. 2) Obstacles faced by the entrepreneurs are
limited capital and raw materials, no help yet from the government, shortage of
workers, incapability to market their products, products were labeled using the
collectors’ market label, the high price of gas and kerosene, the lack of sunlight in
the drying process, the lack of transportation and machine to help the production
process. 3) The effort to overcome the obstacles are borrowing some money for
capital from family, bank or cooperative and collectors, buying raw materials not
only from one seller, hiring family members as workers, selling products to
collectors, using other energy sources such as firewood, optimizing production
when the weather is hot, transporting the materials using motorcycle back and
forth and proposing for production machine to the government.

Keywords: entrepreneurs, emping garut industry, production factors

135
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

I. PENDAHULUAN
Pengangguran dan kemiskinan meningkatkan ketahanan pangan di
merupakan masalah utama di Indonesia, selain itu juga dapat
Indonesia. Dampak yang ditimbulkan memberikan andil mensejahterakan
dari masalah tersebut sangat beragam, penduduk Indonesia.
oleh karena itu pemerintah terus Kegiatan produksi tidak akan
berupaya untuk menangani masalah terwujud dan terlaksana tanpa adanya
pengangguran dan kemiskinan benda atau alat yang digunakan untuk
tersebut salah satunya memperluas memproduksi suatu barang. Faktor-
lapangan pekerjaan dan pelatihan faktor yang mempengaruhi
keterampilan. Pemerintah berkembangnya suatu industri
mengharapkan masyarakat Indonesia meliputi modal, tenaga kerja, bahan
lebih kreatif dan mampu mendirikan baku, transportasi, sumber energi dan
industri skala rumah tangga dengan pemasaran.
adanya pelatihan keterampilan, Kecamatan Gesi merupakan
sehingga membantu pemerintah salah satu kecamatan di Kabupaten
mengurangi pengangguran. Sragen yang berada di utara Sungai
Kegiatan perindustrian Bengawan Solo. Luas keseluruhan
tercantum dalam UU No.5 tahun 1984 Kecamatan Gesi adalah 3.958,04 Ha
yaitu menyatakan bahwa industri yang terdiri dari 9.451 penduduk laki-
adalah kegiatan ekonomi yang laki dan 10.337 penduduk perempuan.
mengolah bahan mentah, bahan baku, (BPS Kabupaten Sragen Tahun
barang setengah jadi, dan/atau barang 2015). Industri yang berada di
jadi menjadi barang dengan nilai yang Kecamatan Gesi adalah industri
lebih tinggi untuk penggunaannya. emping garut, tepatnya di Desa
Salah satu industri yang berkembang Blangu Kecamatan Gesi Kabupaten
pesat dan sangat penting adalah Sragen.
industri pangan. Industri pangan Umbi garut atau nama latinnya
merupakan industri yang bertujuan adalah Marantha Arundinaceae yang
memenuhi kebutuhan dan dapat menjadi sumber karbohidrat

136
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

pengganti beras dan gandum. Industri emping garut di Desa


Tanaman garut telah ditetapkan Blangu berpotensi besar untuk
sebagai salah satu produk unggulan berkembang karena merupakan
daerah Kabupaten Sragen melalui SK industri pangan di Sragen yang
Bupati Sragen Nomor mengolah umbi garut dan merupakan
500/113/03/2002. produk unggulan Kabupaten Sragen.
Jenis makanan atau cemilan Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
emping garut masih jarang dijumpai melakukan penelitian usaha
di pasaran dan belum berkembang pengolahan makanan berbahan baku
pesat. Emping garut lebih aman dan garut di Kecamatan dengan judul
menyehatkan untuk di konsumsi dari “Industri Emping Garut Di Desa
pada emping mlinjo. Emping garut Blangu Kecamatan Gesi
dapat dinikmati siapa saja termasuk Kabupaten Sragen”
bagi orang yang terkena penyakit
asam urat dan gangguan pencernaan. II. METODOLOGI PENELITIAN
Selain itu emping garut dipercaya Penelitian ini merupakan
bermanfaat bagi penderita diabetes penelitian deskriptif kuantitatif.
karena di dalam umbi garut terdapat Penelitian ini menggunakan
kandungan indeks glemik yang pendekatan keruangan. Penelitian
rendah. dilaksanakan di Desa Blangu
Industri emping garut di Desa Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen
Blangu berada di perdesaan dan pada bulan Juni 2016 sanpai Juli
kurang strategis. Aksesibilitas menuju 2016. Variabel dalam penelitian ini
lokasi industri sulit dijangkau. Jalan adalah Faktor produksi yaitu ; modal,
menuju lokasi industri tidak dilalui bahan baku, tenaga kerja, pemasaran,
angkutan umum sehingga jika ingin sumber energi dan transportasi,
menuju ke sana hanya bisa hambatan dan upaya mengatasi
menggunakan kendaraan pribadi. Hal hambatan dalam kegiatan industri
tersebut membuat warga Sragen tidak emping garut di Desa Blangu.
mengetahui keberadaan industri Populasi dalam penelitian ini adalah
tersebut. 39 pengrajin industri emping garut di

137
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

Desa Blangu. Teknik pengumpulan d. Sebelah Barat : Desa


data yang digunakan adalah Majenang, Kecamatan
observasi, wawancara dan Sukodono
dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah editing, 2. Penggunaan Lahan Desa
coding dan tabulasi. Blangu
Penggunaan lahan di
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Blangu tahun 2015
A. Deskripsi Daerah Penelitian sebesar 78,41 Ha atau
1. Letak, Luas dan Batas 17,23% adalah kebun,
Daerah Penelitian 131,22 Ha atau 28,84%
Letak astronomis Desa adalah permukiman, 0,64
Blangu yaitu pada 7° 16’ Ha atau 0,14% adalah
58” - 7° 22’ 43” LS dan rumput, 219,31 Ha atau
110° 58’ 38” - 111° 2’ 15” 48,20% adalah sawah dan
BT. Luas wilayah yaitu 25,42 Ha atau 5,59%
4,55 Km2. Desa Blangu adalah tegalan.
berada di ketinggian 126
Mdpl dengan kemiringan 3. Kondisi Klimatologis
lereng 25°. Batas Rata-rata curah hujan
administratif wilayah Desa pertahun Desa Blangu
Blangu adalah sebagai adalah 143,71 mm/tahun.
berikut : suhu di Desa Blangu yaitu
a. Sebelah Utara : Desa 25,53°C.
Gebang, Kecamatan
Sukodono 4. Aksesibilitas
b. Sebelah Timur : Desa Jalan yang berada di
Gesi, Kecamatan Gesi Desa Blangu jalan beraspal
c. Sebelah Selatan : sepanjang 4 Km yang
Desa Pilangsari, menghubungkan antar
Kecamatan Gesi kecamatan. Jalan yang

138
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

tidak beraspal berupa jalan 16,67% adalah SMP dan


desa atau jalan lingkungan 16,67% adalah SMK.
berupa cor semen dan tanah
sepanjang 4 Km. Kondisi 6. Kondisi Demografi Daerah
jalan beraspal di Desa Penelitian
Blangu cukup baik, Jumlah penduduk Desa
walaupun terdapat sedikit Blangu menurut BPS
aspal yang sudah mulai Kabupaten Sragen adalah
rusak. 3.168 orang. Penduduk
laki-laki berjumlah 1.581
5. Sarana dan Prasarana jiwa dan penduduk
Umum perempuan berjumlah
Sarana dan prasarana 1.587 jiwa. Kepadatan
kesehatan di Desa Blangu penduduk di Desa Blangu
yaitu sebanyak 12,50% adalah 696 jiwa/Km2, sex
adalah puskesmas, 75,00% ratio sebesar 100 dan
adalah posyandu, 12,50% dependency ratio sebesar
adalah poskesdes. 58 jiwa. Tingkat
Sarana dan prasarana pendidikan penduduk Desa
keagamaan yang ada di Blangu masih rendah yaitu
Desa Blangu yaitu sebesar 23,67%
sebanyak 72,22% adalah tidak/belum sekolah,
mushola, 22,22% adalah 30,05% tidak tamat SD,
masjid dan 5,56% adalah 21,62% tamat SD, 11,99%
gereja. tamat SMP, 11,02% tamat
Sarana dan prasarana SMA dan 1,64% perguruan
pendidikan yang ada di tinggi.
Desa Blangu yaitu
sebanyak 16,67% adalah
TK, 50,00% adalah SD,

139
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

B. Hasil Penelitian di Desa Blangu berstatus


1. Karakteristik Pengrajin kawin 100%.
Industri Emping Garut
a. Jenis Kelamin 2. Faktor-faktor Produksi
Responden penelitian Industri Emping Garut
perempuan berjumlah 36 a. Faktor Produksi Modal
dan laki-laki berjumlah Jumlah modal awal yang
3 orang. dikeluarkan oleh
b. Usia Pengrajin pengrajin adalah ≤ Rp
Usia pengrajin emping 280.000,00 dan Rp
garut termuda adalah 26 280.001,00-Rp
tahun dan usia tertua 460.000,00 dengan
adalah 67 tahun. frekuensi masing-
c. Tingkat Pendidikan masing adalah 30,77%.
Tingkat pendidikan Sebagian besar (53,85%)
pengrajin emping garut pengrajin menggunakan
di Desa Blangu yaitu modal pribadi dan
sebanyak 5,13% tidak sebanyak 46,15%
sekolah, 15,35% SD, mendapatkan modal dari
33,33% SMP dan meminjam saudara,
46,15% SMA. koperasi, bank dan
d. Tempat Tinggal pengepul.
Tempat tinggal b. Faktor Produksi Bahan
pengrajin emping garut Baku
yaitu sebanyak 71,79% Bahan baku berupa umbi
berada di Dukuh Wahyu garut berasal dari
dan 28,21% berada di Kecamatan Sukodono
Dukuh Winong. dan Kecamatan
e. Status Perkawinan Mondokan. Pengrajin
Status perkawinan memperoleh bahan baku
pengrajin emping garut dengan cara membeli

140
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

langsung dari penjual di Sebesar 23,46%


pasar dan membeli dari pengrajin mempunyai
pemasok, sebanyak tenaga kerja yang
49,00% mendatangkan berusia 35-39 tahun.
bahan baku seminggu Biaya untuk membiayai
duakali. Jumlah bahan tenaga kerja dalam
baku yang dibutuhkan waktu satu bulan yaitu
oleh 30,77% pengrajin sebanyak 51,28% yaitu
adalah ≤ 600 Kg. Jumlah ≥ Rp 330.001,00 dengan
biaya yang dikeluarkan sistem pembayaran
oleh 33,00% pengrajin harian.
yaitu ≤ Rp 1.800.000,00. d. Faktor Produksi
c. Faktor Produksi Tenaga Pemasaran
Kerja Hasil produksi dari 39
Sebayak 15 pengrajin pengrajin disetorkan ke
mempunyai 2 tenaga pengepul dalam bentuk
kerja dan 1 pengrajin setengah jadii, kemudian
mempunyai 4 tenaga pengepul menjual
kerja. Semua tenaga emping garut setengah
kerja berasal dari Desa jadi dan emping garut
Blangu dan memiliki yang telah digoreng
hubungan keluarga kepada konsumen di
dengan pengrajin. dalam dan luar kota
Pendidikan tenaga kerja Kabupaten Sragen.
industri emping garut di e. Faktor Produksi Sumber
Desa Blangu yaitu Energi
sebanyak 4 orang tidak Sumber energy yang
sekolah, 16 orang tamat digunakan yaitu kayu
SD, 38 orang tamat SMP bakar untuk merebus
dan 23 orang tamat umbi dan panas matahari
SMA. untuk menjemur emping

141
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

garut. Sebanyak 58,97% pengrajin mempunyai


pengrajin mengeluarkan total biaya produksi
biaya sebesar Rp sebesar Rp 2.514.000,01
132.001,00- Rp – Rp 3.108.000,00.
211.500,00 untuk 35,90% pengrajin
membeli kayu bakar. mempunyai total
f. Faktor Produksi pendapatan kotor dalam
Transportasi satu bulan sebesar Rp
Transportasi yang 3.294.001,00 – Rp
digunakan oleh 100% 4.158.000,00. 30,77%
pengrajin adalah sepeda pengrajin memperoleh
motor. Sepeda motor laba bersih sebesar Rp
digunakan untuk 672.001,00 – Rp
membeli bahan baku dan 984.000,00.
menyetorkan hasil
produksi ke pengepul. 3. Hambatan Industri Emping
g. Produktifitas Garut di Desa Blangu
Produk lain yang a. Keterbatasan modal.
dihasilkan selain emping b. Belum ada bantuan
garut adalah pati garut dari pemerintah.
yang dihasilkan dari sari c. Keterbatasan bahan
bonggol/akar umbi baku.
garut. Jumlah produksi d. Kekurangan tenaga
emping garut dalam kerja.
waktu satu bulan yaitu e. Belum mampu
sebanyak ≤ 126 Kg dan memasarkan produk
163-198 Kg diproduksi sendiri.
oleh pengrajin dengan f. Hasil produksi diberi
dengan persentase label dagang oleh
masing-masing adalah pengepul.
31,58%. 33,33%

142
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

g. Harga gas dan minyak f. Mengoptimalkan


tanah mahal. produksi disaat cuaca
h. Panas matahari yang panas (memproduksi
kurang mendukung emping dalam jumlah
dalam proses sedikit disaat cuaca
penjemuran. mendung).
i. Tidak mempunyai alat g. Pengangkutan bahan
transportasi yang baku menggunakan
memadai untuk sepeda motor dengan
mengangkut bahan cara bolak-balik.
baku. h. Pengajuan pengadaan
j. Belum ada alat yang alat produksi ke
mempermudah proses pemerintah.
produksi.
IV. PENUTUP
4. Upaya Mengatasi A. Kesimpulan
Hambatan 1. Faktor Produksi
a. Meminjam bantuan Pengrajin mengeluarkan
modal kepada modal awal sebanyak ≤ Rp
keluarga, bank atau 280.000,00 dan Rp 280.001
koperasi dan pengepul. – Rp 460.000,00 dengan
b. Membeli bahan baku frekuensi masing-masing
tidak hanya ke satu adalah 30,77%. Sebagian
penjual/pemasok. besar modal berasal dari
c. Mempekerjakan uang pribadi. 30,77%
anggota keluarga. pengrajin memproduksi ≤
d. Menjual hasil produksi 600 Kg umbi garut dalam
ke pengepul. waktu satu bulan. Jumlah
e. Memakai sumber biaya yang dikeluarkan
energi lain, berupa oleh 33,00% pengrajin
kayu bakar. untuk membeli bahan baku

143
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

yaitu ≤ Rp 1.800.000,00. 15 dagang oleh pengepul,


pengrajin mempunyai harga gas dan minyak tanah
tenaga kerja 2 orang dan mahal, panas matahari yang
usia tenaga kerja terbanyak kurang mendukung dalam
di usia 35-39 tahun, yaitu proses penjemuran, tidak
sebesar 23,46%. 100% mempunyai alat
pengrajin Blangu transportasi yang memadai
memasarkan hasil dan belum ada alat yang
produksinya setengah jadi mempermudah proses
kepada pengepul. Pengrajin produksi.
menggunakan kayu bakar 3. Upaya Mengatasi
untuk merebus umbi dan Hambatan
panas matahari untuk Upaya mengatasi hambatan
proses pengeringan emping adalah meminjam bantuan
garut. Transportasi yang modal ke keluarga, bank
digunakan yaitu sepeda atau koperasi dan pengepul,
motor untuk mengangkut membeli bahan baku tidak
bahan baku dan menjual hanya ke satu
hasil produksi ke pengepul. penjual/pemasok,
mempekerjakan anggota
keluarga, menjual hasil
2. Hambatan produksi ke pengepul,
Hambatan-hambatan yang memakai sumber energi
dihadapi pengrajin adalah lain berupa kayu bakar,
keterbatasan modal dan mengoptimalkan produksi
bahan baku, belum ada disaat cuaca panas,
bantuan dari pemerintah, pengangkutan bahan baku
kekurangan tenaga kerja, menggunakan sepeda
belum mampu memasarkan motor dengan cara bolak-
produk sendiri, hasil balik dan pengajuan
produksi diberi label

144
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

pengadaan alat produksi ke pemasaran hasil


pemerintah. produksi.
c. Pemerintah hendaknya
B. Saran memberikan penyuluhan
1. Bagi pemerintah dan pembinaan dalam
a. Pemerintah hendaknya berwirausaha kepada
meninjau langsung ke pengrajin emping garut
lokasi industri agar di Desa Blangu, agar
mengetahui potensi dan pengrajin mampu
permasalahan yang ada mengembangkan
pada industri emping usahanya.
garut yang ada di Desa
Blangu Kecamatan Gesi 2. Bagi pengrajin industri
serta memberikan emping garut di Desa
bantuan langsung Blangu
kepada pengrajin a. Pengrajin harus berani
industri emping garut di memasarkan hasil
Desa Blangu. produk dengan merek
b. Pemerintah daerah, dagang sendiri.
khususnya Dinas b. Pengrajin harus berani
Perdangangan dan Dinas mencoba inovasi variasi
Perindustrian Koperasi produksi yang berbahan
dan UMKM Kabupaten dasar umbi garut.
Sragen memberikan c. Pengrajin harus kreatif
bantuan dan dalam memasarkan
mengadakan kerjasama produknya, misalnya
kepada pengrajin dengan memanfaatkan
industri emping garut di media online.
Desa Blangu dalam hal d. Sebaiknya setiap
produktifitas dan kelompok pengrajin
mempunyai lahan untuk

145
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

menanam umbi garut Badan Pusat Statistik (BPS)


Kabupaten Sragen dalam Angka
agar bisa menekan biaya
Tahun 2015.
produksi dan memenuhi Badan Pusat Statistik (BPS)
Kecamatan Gesi dalam Angka
permintaan pasar.
Tahun 2015.
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno.
1991. Metode Analisa Geografi.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : LP3ES.
Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2008. Dodi Putra. 2015. Upaya
Klimatologi : Pengaruh Iklim Pengembangan Industri Batik
Terhadap Tanah dan Tanaman. Lukis di Kelurahan Patehan
Jakarta : PT Bumi Aksara Kecamatan Kraton Yogyakarta.
Anonim. Garut dan Cara Skripsi.Yogyakarta : Fakultas
Budidayanya. Diunduh dari Ilmu Sosial UNY.
bpp.playen.blogspot.go.id pada Hadi Sabari Yunus. 2010. Metodologi
tanggal 28 November 2015 Penelitian Wilayah
pukul 19.15. Kontemporer. Yogyakarta :
Anonim. Kandungan Gizi dan Pustaka Pelajar.
Manfaat Garut Bagi Kesehatan. Holly Kartika. 2015. Umbi Garut
Diunduh dari yang Dulu Dibuang Kini
www.tipscaramanfaat.com pada Bermanfaat. Diunduh dari
tanggal 02 Desember 2015 www.harianjogja.com pada
pukul 09.15. tanggal 02 Desember 2015
Anonim.Karakteristik Umbi Garut pukul 09.40.
(Marantha Arundinaceae) Pada Harto Nurdin. 1981. Dasar-dasar
Berbagai Umur Panen dan Demografi, Struktur dan
Produk Olahannya.Balai Persebaran Penduduk. Jakarta :
Pengkajian Tekhnologi Lembaga Demografi Fakultas
Pertanian Yogyakarta. Ekonomi Universitas Indonesia.
Anonim. 14 Manfaat Umbi Garut. I Nyoman Beratha. 1982. Masyarakat
Diunduh dari Desa dan Pembangunan Desa.
www.manfaat.co.id pada Jakarta : Ghalia Indonesia.
tanggal 28 November 2015 Ida Bagoes Mantra. 2007. Demografi
pukul 19.00. Umum. Yogyakarta : Pustaka
Aries Dwisetya Winarko. 2012. Pelajar.
Industri Sablon Batik di Kemas Ali Hanafiah. 2010. Dasar-
Kelurahan Jenggot Kota Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT
Pekalongan Jawa Tengah. Raja Grafindo Persada.
Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Marhadi. 2014. Pengantar Geografi
Ilmu Sosial UNY. Regional. Yogyakarta : Penerbit
Ateng Tedjasutisna. 2005. Ombak.
Kewirausahaan. Bandung : CV.
Armico. Moh.Pabundu Tika. 2005. Metode
Penelitian Geografi. Jakarta:
Bumi Aksara.

146
Industri Emping Garut … (Mufti Khoirunnisa)

Nursid Sumaatmadja. 1981. Geografi Suharyono dan Moch. Amien. 2013.


Suatu Pendekatan dan Analisa Pengantar Filsafat Geografi.
Keruangan. Bandung: Alumni. Yogyakarta : Ombak.
Philip Kristanto. 2004. Ekologi Suparmini dkk. 2009. Dasar-dasar
Industri. Yogyakarta : ANDI. Geografi.Yogyakarta : UNY.
Soeradji. 2015. Budidaya Tanaman Suswadi. 2004. Umbi Garut dan
Garut. Diunduh dari Usaha Rumah Tangga. Solo :
bbppketindan.bppsdm.pertanian LSKBB.
.go.id pada tanggal 02 Sutrisno Hadi. 1995. Statistik Jilid 1.
Desember 2015 pukul 09.20. Yogyakarta : ANDI OFFSET.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Tota Suhendra. 2013. Prospek dan
Pendidikan Pendekatan Kendala dalam Pengembangan
Kuantitatif, Kualitatif, dan Agribisnis Tanaman Garut
R&D. Bandung : Alfabeta. (Maranta Arundinacea L.) di
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Kabupaten Sragen. Balai
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

147

Anda mungkin juga menyukai