Anda di halaman 1dari 14

Analisis Kelayakan Usaha.....

(Ardia Desti Rahayu) 1

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA SEMUT ANGGOTA


KOPERASI SERBA USAHA (KSU) JATIROGO

FEASBILITY ANALYSIS OF GRANULES BROWN SUGAR OF KSU JATIROGO’S


MEMBERS

Oleh: Ardia Desti Rahayu


Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
adestira_hayu@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha gula semut anggota KSU Jatirogo
ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif-kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah petani gula semut anggota KSU Jatirogo
dan objek penelitian ini adalah kelayakan usaha gula semut. Populasi dalam penelitian ini sebanyak
148 petani gula semut berdasarkan data keanggotaan KSU Jatirogo tahun 2013. Sampel penelitian
sebanyak 67 petani gula semut yang diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ditinjau dari
aspek hukum sebagai anggota KSU Jatirogo; 67 usaha gula semut dinyatakan sangat layak untuk
dijalankan, sedangkan sebagai perusahaan perorangan, 4 usaha gula semut dinyatakan tidak layak
untuk dijalankan; (2) Ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, 67 usaha gula semut sangat layak
untuk dijalankan; (3) Ditinjau dari aspek teknis dan teknologi, 67 usaha gula semut sangat layak untuk
dijalankan; (4) Ditinjau dari aspek lingkungan hidup, 67 usaha gula semut sangat layak untuk
dijalankan; dan (5) Ditinjau dari aspek finansial, 67 usaha gula semut sangat layak untuk dijalankan.

Kata kunci: kelayakan usaha, aspek nonfinansial, aspek finansial, usaha gula semut

Abstract
The purpose of this study was to determine the feasibility of granule brown sugar of KSU
Jatirogo’s members were analyzed from nonfinancial and financial aspects. This study was
classified in research of descriptive kualitative-kuantitative. The subjects were producers of
granules brown sugar KSU Jatirogo’s members and the object was feasibility of granules
brown sugar. The population numbered 148 producers based on membership data of KSU
Jatirogo in 2013. The sample was selected by purposive sampling method and obtained 67
producers. Data collection methods were used interviews and documentation. Data were analyzed
using qualitative-quantitative approaches. Based on the results of this study concluded that the
analysis of the legal aspects as a member of KSU Jatirogo, 67 business of granules brown sugar were
very feasible, while as individual business, 4 business of granules brown sugar were not feasible.
Analysis of market and marketing aspects, technical and technological aspects, environmental aspects
and financial aspects, 67 business of granules brown sugar were very feasible.

Keywords: feasibility, nonfinancial aspect, finansial aspect, granules brown sugar

A. PENDAHULUAN pertumbuhan ekonomi pascakrisis moneter


Usaha Mikro Kecil Menengah tahun 1997 (Wurdiyanti, 2013: 1). UMKM
(UMKM) memegang peran penting dalam memiliki faktor-faktor unggul, yaitu
pertumbuhan perekonomian Indonesia. penggunaan bahan baku lokal, tenaga kerja
Selain memberikan lapangan pekerjaan dengan upah rendah, mampu melakukan
baru, UKM mampu mendorong penyesuaian pemakaian bahan baku dan
2 Jurnal Akuntansi Tahun 2015

berorientasi pasar (Ahmad Hisyam, 2013). Beberapa petani gula semut tergabung
Namun kurangnya perhatian pemerintah sebagai anggota KSU Jatirogo. Produk
dan masyarakat menyebabkan UMKM yang dihasilkan oleh anggota KSU
sulit bertahan dan berkembang karena Jatirogo adalah gula semut organik
kesulitan memperoleh modal, tidak ada berkualitas ekspor. KSU Jatirogo telah
pembinaan dan pelatihan, kurangnya minat memiliki 3 sertifikat organik, yaitu Standar
masyarakat, dan tidak tersedia pangsa Organik EU-Regulation untuk pasar
pasar untuk produk UMKM. Eropa, Standar Organik NOP-USDA untuk
Perhatian terhadap UMKM mulai pasar Amerika, dan Standar Organik JAS
meningkat sejak keluarnya Instruksi untuk pasar Jepang.
Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Keanggotaan petani gula semut pada
Kebijakan Percepatan Pengembangan KSU Jatirogo sangat membantu penjualan
Sektor Rill dan Pemberdayaan Usaha produk gula semut mereka. Penjualan gula
Mikro Kecil dan Menengah yang semut KSU Jatirogo difokuskan untuk
mendorong bertambahnya jumlah UMKM diekspor. Saat ini kegiatan ekspor masih
di Indonesia. Peningkatan jumlah UMKM dilakukan oleh perusahaan eksportir yang
menunjukkan bahwa masyarakat memiliki membeli gula semut KSU Jatirogo. Pangsa
keinginan yang kuat untuk meningkatkan pasar lokal tidak begitu menjanjikan
kesejahteraan melalui usaha atau industri karena minat konsumsi masyarakat dalam
rumah tangga. Bidang usaha yang yang negeri masih sangat rendah dibandingkan
dijalankan antara lain kuliner, fashion, dengan masyarakat di luar negeri. Hal ini
pendidikan, otomotif, dan agroindustri. menyebabkan penjualan gula semut KSU
Salah satu usaha dibidang agroindustri Jatirogo sangat bergantung pada
yang berkembang di Indonesia adalah permintaan pasar luar negeri.
usaha gula semut. Harga jual gula semut lebih tinggi
Di Kabupaten Kulon Progo, usaha gula dibandingkan gula cetak. Hal ini
semut mulai berkembang sejak tahun menyebabkan para petani gula cetak
2008. Gula semut terpilih sebagai produk beralih memproduksi gula semut. Namun,
unggulan program OVOP (One Village untuk memproduksi gula semut juga
One Product) pada tahun 2012. OVOP dibutuhkan biaya yang lebih tinggi, seperti
merupakan upaya pemerintah untuk biaya tenaga kerja dan peralatan.
meningkatkan nilai tambah produk Meskipun pemasaran produk gula
unggulan daerah dalam rangka semut sudah berskala internasional dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat harga jual tinggi, tetapi perlu adanya
dalam wadah koperasi atau UKM analisis untuk mengetahui kelayakan
(Rusnandari, 2013). Program OVOP bisnis baik dari aspek finansial maupun
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran nonfinansial yang belum dilakukan oleh
masyarakat terhadap potensi dan kekayaan petani gula semut. Industri rumah tangga
daerah berupa sumber daya alam dan biasanya dijalankan hanya berdasarkan
produk khas lokal sehingga terjadi pada pengalaman dan intuisi dari pendiri
peningkatan pendapatan pelaku usaha dan sehingga belum ada perhitungan yang
masyarakat (Dirjen Industri Kecil dan tepat yang membuat sebagian petani
Menengah, 2012:11). merasa telah memperoleh keuntungan jika
Analisis Kelayakan Usaha..... (Ardia Desti Rahayu) 3

semua produk laku terjual. Menurut Jatirogo. Objek penelitian ini adalah
Suliyanto (2010: 3), dengan kondisi kelayakan usaha gula semut ditinjau dari
lingkungan yang sangat dinamis dan aspek nonfinansial yang meliputi aspek
intensitas persaingan yang semakin ketat, hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek
tidaklah cukup jika hanya mengandalkan teknis dan teknologi, serta aspek
pengalaman dan intuisi dalam memulai lingkungan hidup dan aspek finansial yang
usaha. Oleh karena itu, pengusaha dituntut dihitung dengan payback period (PP), net
untuk melakukan studi kelayakan terhadap present value (NPV), profitability index
ide bisnis yang akan dijalankan. (PI), internal rate of return (IRR), dan
Terkait dengan program OVOP, peran average rate of return (ARR).
pemerintah hanya sampai pada penguatan 4. Populasi dan Sampel Penelitian
status gula semut sebagai produk unggulan Populasi dalam penelitian ini adalah
kualitas internasional yang diproduksi oleh petani/ pengrajin gula semut yang menjadi
sebagian besar masyarakat terutama yang anggota KSU Jatirogo. Berdasarkan data
bertempat tinggal di Desa Hargotirto tahun 2013, populasi penelitian ini
Kecamatan Kokap, Kulon Progo dan sebanyak 148 orang. Sampel penelitian
bantuan secara finansial sebesar diambil dengan teknik purposive sampling
Rp100.000.000,- kepada koperasi sebagai dan diperoleh 67 petani gula semut warga
perwakilan petani gula semut. Namun Desa Hargotirto. Kriteria yang digunakan
belum ada kelanjutan untuk kegiatan yaitu: (1) Petani gula semut telah
analisis atau evaluasi usaha gula semut menyerahkan data diri berupa fotokopi
sebagai program OVOP untuk mengetahui KTP kepada KSU Jatirogo berdasarkan
kelayakan usaha tersebut. Berdasarkan data tahun 2013 dan (2) Petani gula semut
penjelasan di atas, maka peneliti tertarik yang kualitas produknya sesuai dengan
untuk melakukan penelitian berjudul standar organik yang ditetapkan KSU
Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut Jatirogo.
Anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) 5. Prosedur
Jatirogo. Prosedur dalam penelitian ini dimulai
dari survei pendahuluan terhadap subjek
B. METODE PENELITIAN penelitian, membuat desain studi
1. Jenis Penelitian kelayakan dan instrumen penelitian, dan
Penelitian ini termasuk penelitian pengumpulan data. Selanjutnya data
deskriptif dengan pendekatan kualitatif- dianalisis, disimpulkan berdasarkan
kuantitatif. kategori kelayakan yang telah dibuat, dan
2. Tempat dan Waktu disusun rekomendasi berdasarkan hasil
Penelitian ini dilakukan di rumah penelitian.
produksi gula semut anggota KSU Jatirogo 6. Data, Instrumen, dan Teknik
yang menjadi sampel penelitian dan Pengumpulan
dilaksanakan pada bulan Januari sampai a) Data
dengan Juni 2015. Jenis data dalam penelitian ini adalah
3. Subjek dan Objek Penelitian data primer dan data sekunder. Metode
Subjek yang diteliti dalam penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
ini adalah petani gula semut anggota KSU adalah teknik wawancara untuk
4 Jurnal Akuntansi Tahun 2015

memperoleh data mengenai seluruh aspek g. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan


yang diteliti dan teknis dokumentasi (TDP)
dengan menggunakan dokumen, catatan, h. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
dan laporan perusahaan. Instrumen yang (SIUP).
digunakan berupa angket tertutup Kelayakan usaha pada aspek hukum dibagi
berbentuk checklist dan tabel. menjadi 2, yaitu sebagai anggota KSU
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Jatirogo dengan kriteria penilaian poin a-d
No. Butir (4 poin) dan sebagai usaha perorangan
No. Aspek yang Dianalisis
Pertanyaan
1. Aspek Hukum dengan kriteria penilaian poin e-h (4 poin).
a. Sebagai anggota 1,2,3,4,5 Tabel 2. Skor Kelayakan Aspek Hukum
KSU Jatirogo No. Skor Jumlah Kriteria yang Dipenuhi
b. Sebagai usaha 6 1. 5 4
perorangan 2. 4 3
2. Aspek Pasar dan 7,8,9,10,11,12 3. 3 2
Pemasaran 4. 2 1
3. Aspek Teknis dan 13,14,15,16,17, 5. 1 0
Teknologi 18,19,20,21,22,23
,24,25,26 (b)Aspek Pasar dan Pemasaran
4. Aspek Lingkungan 27,28,29,30,31, Aspek pasar dan pemasaran dianalisis
Hidup 32 untuk mengetahui pangsa pasar dan
5. Aspek Finansial 33,34,35,36,37,
38 strategi bauran pemasaran yang tepat
b) Teknis Analisis Data untuk usaha yang dijalankan. Kriteria
Pengolahan data dilakukan dilakukan penilaian kelayakan aspek pasar dan
dengan pendekatan kualitatif dan pemasaran (Suliyanto, 2010, Husein Umar,
kuantitatif. 2005 dan Caecilia Alfa Widyastuti dan Th.
(1) Aspek Nonfinansial Eko Setyowati, 2009):
(a) Aspek Hukum a. Tersedianya pangsa pasar ditandai
Aspek hukum dianalisis untuk dengan gula semut yang diproduksi
mengetahui kemampuan pelaku usaha oleh petani seluruhnya terjual.
dalam memenuhi ketentuan hukum dan b. Produk memiliki keunggulan dan ciri
perizinan terkait usaha yang dijalankan. khas, yaitu tersertifikasi organik yang
Berikut ini kriteria penilaian kelayakan membedakan dengan produk lain dan
usaha aspek hukum (Suliyanto, 2010 dan menjadi daya tarik bagi konsumen.
peraturan keanggotaan KSU Jatirogo): c. Harga jual stabil dan meningkat.
a. Telah mengisi formulir keanggotaan d. Promosi dilakukan secara efektif dan
KSU Jatirogo efisien untuk mempertahankan dan
b. Telah menyerahkan fotokopi KTP meningkatkan pangsa pasar/ konsumen.
kepada KSU jatirogo e. Saluran distribusi sudah tepat, yaitu
c. Seluruh hasil produksi dijual ke KSU semua hasil produksi dijual kepada
Jatirogo KSU Jatirogo melalui pengepul.
d. Memiliki field label KSU Jatirogo Tabel 3. Skor Kelayakan Aspek Pasar dan
Pemasaran
e. Memiliki izin gangguan (HO) No. Skor Jumlah Kriteria yang Dipenuhi
f. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan 1. 6 5
(TDI) 2. 5 4
3. 4 3
4. 3 2
Analisis Kelayakan Usaha..... (Ardia Desti Rahayu) 5

No. Skor Jumlah Kriteria yang Dipenuhi j. Peralatan yang dibutuhkan sudah
5. 2 1
6. 1 0 dimiliki dan sesuai dengan standar yang
(c) Aspek Teknis dan Teknologi ditetapkan KSU Jatirogo.
Aspek teknis dan teknologi dianalisis Tabel 4. Skor Kelayakan Aspek teknis dan
untuk mengetahui standar teknis dan Teknologi
No. Skor Jumlah Kriteria yang Dipenuhi
pelaksanaan aktivitas usaha serta ketepatan 1. 11 10
teknologi yang digunakan. Kriteria 2. 10 9
penilaian kelayakan aspek teknis dan 3. 9 8
4. 8 7
teknologi (Suliyanto, 2010 dan Caecilia 5. 7 6
Alfa Widyastuti dan Th. Eko Setyowati, 6. 6 5
2009): 7. 5 4
8. 4 3
a. Bahan baku dan bahan tambahan dapat 9. 3 2
diperoleh dengan mudah. 10 2 1
b. Bahan baku dan bahan tambahan 11. 1 0

tersedia paling tidak sampai waktu (d)Aspek Lingkungan Hidup


perkiraan pengembalian investasi. Analisis aspek lingkungan hidup
c. Bahan baku yang digunakan adalah nira dilakukan untuk mengetahui dampak yang
kelapa organik atau gula cetak organik. ditimbulkan aktivitas usaha terhadap
d. Penetralan pH nira menggunakan getah lingkungan dan penanganan yang
manggis dan air gamping. dilakukan. Kriteria penilaian kelayakan
e. Proses pembuatan tidak menggunakan aspek lingkungan hidup (Suliyanto, 2010
campuran gula pasir. dan Caecilia Alfa Widyastuti dan Th. Eko
f. Tenaga kerja yang dimiliki sesuai Setyowati, 2009):
dengan kebutuhan perusahaan. a. Pemupukan di lahan kebun kelapa
g. Karyawan menggunakan alat menggunakan pupuk organik.
keselamatan kerja yang memenuhi b. Tidak menghasilkan limbah yang
standar, yaitu penutup kepala, masker, mengakibatkan ketidaksuburan tanah.
sarung tangan, dan celemek. c. Tidak menghasilkan limbah yang
h. Pencucian peralatan produksi mengakibatkan perubahan warna, rasa
menggunakan manggar kelapa, sabut dan bau air.
kelapa, atau spons dan air bersih tanpa d. Tidak menghasilkan limbah yang
sabun colek atau bahan kimia lainnya. mengakibatkan polusi udara.
i. Ruang dan proses penyimpanan produk e. Tidak menghasilkan limbah yang
sesuai dengan standar yang ditentukan, mengakibatkan polusi suara.
yaitu: Tabel 5. Skor Kelayakan Aspek
1) Ruangan bersih dan sirkulasi udara Lingkungan Hidup
No. Skor Jumlah Kriteria yang Dipenuhi
baik. 1. 6 5
2) Wadah penyimpanan produk tidak 2. 5 4
berbahan kimia dan tertutup rapat. 3. 4 3
4. 3 2
3) Produk yang disimpan diberi alas 5. 2 1
setinggi 50 cm dari lantai dan 50 cm 6. 1 0
dari dinding.
6 Jurnal Akuntansi Tahun 2015

(2) Aspek Finansial


Aspek finansial dianalisis untuk
Kriteria penilaiannya adalah (Suliyanto,
mengetahui besarnya modal yang
2010: 207):
diperlukan, sumber modal diperoleh, dan
Jika PI ≥ 1, maka usaha dikatakan
tingkat pengembalian investasi yang
menguntungkan.
dikeluarkan. Metode yang digunakan,
Jika PI < 1, maka usaha tidak
yaitu:
menguntungkan.
(a) Payback Period (PP)
(d) Internal Rate of Return (IRR)
PP merupakan teknik penilaian
IRR adalah metode untuk mengetahui
terhadap jangka waktu atau periode
apakah usaha mampu memberikan tingkat
pengembalian investasi suatu proyek atau
keuntungan lebih tinggi dibandingkan
usaha.
tingkat keuntungan yang diinginkan yang
didasarkan pada tingkat bunga BI.
Untuk menilai apakah usaha layak atau
tidak berdasarkan PP, maka hasilnya harus
sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2012: n : perode terakhir di mana cash flow
102): diharapkan
1) PP sekarang lebih kecil dari umur r : tingkat bunga yang akan menjadikan
investasi PV dari kas bersih sama dengan
2) Dengan membandingkan rata-rata present value
industri unit usaha sejenis Kriteria penilaiannya adalah (Suliyanto,
3) Sesuai target perusahaan. 2010: 213):
(b) Net Present Value (NPV) Jika IRR ≥ tingkat keuntungan yang
NPV adalah metode untuk mengetahui dikehendaki, maka usaha dinyatakan
apakah kas bersih yang dihasilkan selama layak.
jangka waktu yang diinginkan mampu Jika IRR < tingkat keuntungan yang
menutupi investasi yang ditanamkan dalam dikehendaki, maka usaha dinyatakan tidak
usaha. layak.
(e) Average Rate of Return (ARR)
CFt = aliran kas bersih tahun t ARR merupakan metode untuk
I0 = investasi awal pada tahun 0 mengetahui tingkat pengembalian investasi
K = suku bunga (discount rate) dengan menghitung rata-rata nilai arus kas
Kriteria penilaiannya yaitu (Suliyanto, bersih dengan rata-rata nilai investasi.
2010: 204):
Jika NPV positif, maka investasi diterima.
Kriteria penilaiannya sebagai berikut
Jika NPV negatif, maka investasi ditolak.
(Suliyanto, 2010: 217):
(c) Profitability Index (PI)
Jika ARR ≥ minimum accounting rate of
PI adalah metode untuk mengetahui
return yang dikehendaki, maka usaha
berapa kali investasi yang ditanamkan
dinyatakan layak.
berputar berdasarkan kas bersih yang
Jika ARR < minimum accounting rate of
dihasilkan selama jangka waktu yang
return yang dikehendaki, maka usaha
diinginkan.
dinyatakan tidak layak.
Analisis Kelayakan Usaha..... (Ardia Desti Rahayu) 7

1. Aspek Nonfinansial
Tabel 6. Skor Kelayakan Aspek Finansial a) Aspek Hukum
No. Skor Jumlah Kriteria yang Dipenuhi Berdasarkan analisis yang dilakukan,
1. 6 5
2. 5 4 sebanyak 67 usaha gula semut telah
3. 4 3 memenuhi kriteria penilaian aspek hukum
4. 3 2 sebagai anggota KSU Jatirogo. Formulir
5. 2 1
6. 1 0 keanggotaan KSU Jatirogo telah diisi dan
Setelah setiap aspek dinilai fotokopi KTP diserahkan saat sosialisasi
berdasarkan tabel skor yang telah dibuat, atau pendampingan oleh KSU Jatirogo.
selanjutnya ditentukan klasifikasi menjadi Seluruh hasil produksi dijual kepada KSU
5 kategori sebagai berikut (Suharsimi Jatirogo melalui pengepul dan warehouse.
Arikunto, 1998: 201): Seluruh sampel penelitian telah memiliki
≥ Mi + 1,5 SDi = sangat baik/ sangat layak field label yaitu stiker yang menyatakan
Mi + 0,5 SDi −< Mi + 1,5 SDi = baik/ bahwa petani merupakan anggota KSU
layak Jatirogo yang memproduksi gula semut
Mi - 0,5 SDi −< Mi + 0,5 SDi = cukup atau gula cetak organik.
Tabel 7. Pengkategorian Kelayakan Apek
baik/ cukup layak
Hukum
Mi - 1,5 SDi −< Mi - 0,5 SDi = kurang
Skor Kategori Frekuensi
baik/ kurang layak 5 Sangat Layak 67
< Mi - 1,5 SDi = tidak baik/ tidak layak. 4 Layak 0
Rumus untuk mencari skor rata-rata ideal 3 Cukup Layak 0
2 Kurang Layak 0
yaitu: 1 Tidak Layak 0
Mi = ½ (skor ideal tertinggi – skor ideal Jumlah 67
terendah) Berdasarkan tabel pengkategorian di
SDi = 1/6 (skor ideal tertinggi – skor ideal atas, maka disimpulkan bahwa ditinjau
terendah). dari aspek hukum sebagai anggota KSU
jatirogo, 67 usaha gula semut sangat layak
C. HASIL PENELITIAN DAN untuk dijalankan karena memenuhi seluruh
PEMBAHASAN kriteria penilaian.
Gula semut adalah gula merah yang Ditinjau dari aspek hukum sebagai
digerus hingga berbentuk butiran atau usaha perorangan, tidak semua usaha gula
kristal. Usaha pembuatan gula semut sudah semut memiliki kewajiban memilik
menjadi mata pencaharian sebagian besar memenuhi perizinan yang menjadi kriteria
masyarakat kecamatan Kokap, khususnya penilaian. Hal ini karena usaha gula semut
di Desa Hargotirto. Beberapa diantara termasuk usaha kecil perorangan yang
petani gula semut tergabung sebagai tidak diwajibkan atas pemilikan HO, TDI,
anggota KSU Jatirogo untuk memudahkan TDP, dan SIUP. Berdasarkan analisis
proses penjualan gula semut. Usaha gula yang dilakukan, hanya 4 usaha yang
semut didirikan antara tahun 2008-2011 memenuhi syarat pemilikan izin TDI
sampai dengan saat ini. karena memiliki nilai investasi lebih dari
Rp5.000.000,-. Dengan demikian, karena 4
usaha tersebut belum memiliki izin TDI,
maka disimpulkan bahwa ditinjau dari
8 Jurnal Akuntansi Tahun 2015

aspek hukum sebagai perusahaan semut organik memiliki nutrisi lebih baik
perorangan, terdapat 4 usaha yang daripada gula nonorganik. Harga jual gula
dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. semut mengalami peningkatan sejak tahun
Hasil penelitian ini sesuai dengan 2008 sampai saat ini. Peningkatan harga
penelitian yang dilakukan oleh Mega Ari tersebut membantu meningkatkan
Suryani (2011) terhadap usaha perorangan kesejahteraan para petani gula semut.
mie mentah di mana usaha tersebut belum Saluran distribusi yang digunakan oleh
layak dijalankan karena belum memiliki petani gula semut sebagai berikut:
izin usaha apapun karena lemahnya
kesadaran hukum pelaku usaha.
Dengan saluran distribusi tersebut petani
b) Aspek Pasar dan Pemasaran
gula semut tidak perlu mengeluarkan biaya
Berdasarkan analisis yang dilakukan,
transportasi untuk mendistribusikan gula
dari 5 kriteria penilaian terdapat 1 kriteria
semut sampai kepada konsumen. Selain
yang tidak terpenuhi oleh 67 usaha gula
itu, petani tidak perlu membeli alat
semut, yaitu promosi yang efektif dan
pengering/ oven untuk memproduksi gula
efisien. Para petani gula semut tidak
semut siap konsumsi yang membutuhkan
melakukan promosi karena kegiatan
dana besar karena proses pengeringan
promosi dan pencarian pangsa pasar/
dilakukan oleh warehouse. Dengan
konsumen merupakan tanggung jawab
demikian, saluran distribusi yang dipilih
KSU Jatirogo.
Tabel 8. Jumlah Penjualan Gula Semut oleh petani gula semut sudah tepat.
KSU Jatirogo Analisis dengan klasifikasi
Jumlah Peningkatan pengkategorian diperoleh skor ideal
Tahun Penjualan
(Kg)
Kg % tertinggi=6, skor ideal terendah=1, Mi=3,
2010 90.324,00 dan SDi=1. Klasifikasi pengkategorian
2011 97.252,00 6.928,00 7,7 kelayakan aspek pasar dan pemasaran
2012 304.146,40 206.894,40 212,7
2013 565.550,00 261.140,60 85,9
sebagai berikut:
2014 584.567,32 19.017,32 3,4 Tabel 9. Pengkategorian Kelayakan Aspek
Pasar dan Pemasaran
Sumber: data yang diolah
Skor Kategori Frekuensi
Dari data di atas diketahui bahwa ≥5 Sangat Layak 67
penjualan gula semut KSU Jatirogo selalu 4 Layak 0
3 Cukup Layak 0
mengalami peningkatan. Hasil produksi
2 Kurang Layak 0
gula semut para petani juga seluruhnya 1 Tidak Layak 0
diterima oleh KSU Jatirogo untuk Jumlah 67
memenuhi jumlah permintaan yang Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan
mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa ditinjau dari aspek pasar dan
bahwa tersedia pangsa pasar untuk gula pemasaran, 67 usaha gula semut
semut KSU Jatirogo khususnya pasar luar dinyatakan sangat layak untuk dijalankan.
negeri. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Gula semut anggota KSU Jatirogo penelitian Yully Indyastuti (2010), yaitu
memiliki ciri khas dan keunggulan yaitu usaha pengolahan gula semut layak untuk
telah tersertifikasi organik yang menjadi dijalankan karena adanya permintaan dan
daya tarik bagi konsumen karena gula penawaran serta strategi pemasaran yang
Analisis Kelayakan Usaha..... (Ardia Desti Rahayu) 9

efektif mendukung pencapaian penjualan karyawan yaitu celemek, sedangkan


yang lebih tinggi perlengkapan keselamatan lainnya belum
c) Aspek Teknis dan Teknologi digunakan. Alasannya adalah
Pada aspek teknis dan teknologi, perlengkapan tersebut dianggap
terdapat 4 kriteria penilaian yang belum menganggu aktivitas kerja mereka, belum
dipenuhi oleh beberapa usaha gula semut ada dana untuk membeli, dan menunggu
yaitu berkaitan dengan penggunaan bantuan dari koperasi. Padahal
perlengkapan keselamatan kerja, perlengkapan tersebut penting sebagai
pencucian peralatan produksi, ruang dan pelindung diri dari asap, noda, panas
proses penyimpanan, serta peralatan yang wajan, oven sekaligus menjaga kualitas
dibutuhkan dan kesesuaiannya dengan gula semut.
standar dari KSU Jatirogo. Terkait dengan proses pencucian
Bahan baku berupa nira kelapa dan terdapat 1 petani yang masih
gula cetak organik dapat dengan mudah menggunakan sabun cair yang berarti
diperoleh oleh petani. Nira kelapa diambil melanggar ketentuan dari KSU Jatirogo.
dari kebun kelapa milik petani sendiri, Peralatan produksi sesuai standar yang
sedangkan gula cetak organik dibeli dari belum dimiliki oleh 20 usaha gula semut
petani gula cetak yang juga merupakan yaitu saringan dan ayakan stainless steel
anggota KSU Jatirogo. Bahan tambahan karena harganya cukup mahal berkisar
yang digunakan yaitu getah manggis dan Rp50.000,- sampai Rp75.000,-.
air gamping sebagai penetral pH nira serta Analisis dengan klasifikasi
santan kelapa banyak tersedia di pasar dan pengkategorian diperoleh skor ideal
mudah diperoleh. Dengan demikian tertinggi=11, skor ideal terendah=1, Mi=5,
aktivitas produksi dapat dijalankan dengan dan SDi=2. Pengkategorian kelayakan
lancar karena bahan baku dan bahan aspek teknis dan teknologi sebagai berikut:
tambahan mudah diperoleh dan tersedia Tabel 10. Pengkategorian Kelayakan
sampai waktu perkiraan pengembalian Aspek Teknis dan Teknologi
investasi. Skor Kategori Frekuensi
≥8 Sangat Layak 67
Petani gula semut tidak 6-7 Layak 0
menggunakan campuran gula pasir dalam 4-5 Cukup Layak 0
proses produksi. Hal ini merupakan aturan 2-3 Kurang Layak 0
1 Tidak Layak 0
dari KSU Jatirogo yang dimaksudkan Jumlah 67
untuk mempertahankan rasa khas pada Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan
gula semut. Selain itu, penggunaan zat bahwa ditinjau dari aspek teknis dan
pemutih gula pada pembuatan gula pasir teknologi, 67 usaha gula semut sangat
akan merusak kualitas organik pada gula layak untuk dijalankan. Hasil penelitian ini
semut yang diproduksi. Usaha gula semut sesuai dengan hasil penelitian Yully
anggota KSU Jatirogo biasanya dijalankan Indyastuti (2010) yang menyatakan bahwa
oleh suami dan istri. Meskipun hanya usaha pengolahan gula semut layak
terdiri dari 2 orang pekerja, tetapi aktivitas dijalankan karena lokasi usaha mampu
bisnis dapat berjalan dengan lancar. mendukung kelancaran usaha, proses
Perlengkapan keselamatan kerja produksi telah sesuai dengan standar yang
yang sudah digunakan oleh semua
10 Jurnal Akuntansi Tahun 2015

ada, dan teknologi yang digunakan sesuai usaha gula semut sangat layak untuk
kebutuhan perusahaan. dijalankan. Hasil ini sesuai dengan hasil
d) Aspek Lingkungan Hidup penelitian Rida Azkar (2012) pada usaha
Dampak suatu usaha terhadap pengolahan gula merah tebu yang
lingkungan penting untuk dianalisis agar menyatakan hasil analisis aspek
dapat segera dilakukan pencegahan atau lingkungan menunjukkan bahwa usaha
penanggulangan apabila timbul dampak tidak menghasilkan limbah yang merusak
negatif. Limbah yang dihasilkan usaha lingkungan sehingga layak untuk
gula semut yaitu limbah pada nira kelapa, dijalankan.
asap pembakaran, abu kayu bakar, dan air 2. Aspek Finansial
bekas cucian peralatan produksi. Limbah- a) Payback Period (PP)
limbah tersebut sudah dilakukan penangan Hasil perhitungan PP dibandingkan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan dengan jangka waktu pengembalian
kerusakan terhadap lingkungan. investasi yang diinginkan. PP yang
Pemupukan lahan dengan pupuk diinginkan untuk petani pembuat gula
organik secara teratur berdampak baik semut dan pengepul adalah 5 tahun,
terhadap tanah dan tumbuhan lain di sedangkan untuk warehouse adalah 10
sekitar tanaman kelapa. Abu kayu bakar tahun. Nilai rata-rata PP untuk usaha gula
dapat juga digunakan sebagai pupuk. semut bukan warehouse adalah 2 tahun 5
Kegiatan produksi gula semut tidak bulan 9 hari dan nilai rata-rata PP usaha
menghasilkan kebisingan sehingga tidak gula semut sebagai warehouse adalah 1
mengakibatkan polusi suara. Suara tahun 4 bulan 15 hari. Hal ini berarti
ditimbulkan oleh warehouse saat bahwa investasi usaha gula semut dapat
melakukan proses pengayakan gula semut kembali lebih cepat dari waktu yang
yang sudah dioven tetapi tidak diharapkan sehingga dapat digunakan
menyebabkan kebisingan yang untuk melanjutkan usaha gula semut
mengganggu masyarakat di sekitar tempat sehingga dinyatakan layak untuk
usaha. dijalankan.
Analisis aspek lingkungan hidup b) Net Present Value (NPV)
dengan klasifikasi pengkategorian Nilai rata-rata NPV untuk usaha gula
diperoleh skor ideal tertinggi= 6, skor ideal semut bukan warehouse adalah Rp
terendah=1, Mi=3, dan SDi= 1. Klasifikasi 6.758.349 sedangkan untuk usaha gula
pengkategorian kelayakan aspek semut sebagai warehouse adalah Rp485.
lingkungan sebagai berikut: 728.132. Hal ini berarti nilai sekarang arus
Tabel 11. Pengkategorian Kelayakan kas bersih yang dihasilkan selama usaha
Aspek Lingkungan Hidup dijalankan sampai jangka waktu yang
Skor Kategori Frekuensi
≥5 Sangat Layak 67 diinginkan mampu menutup investasi yang
4 Layak 0 dikeluarkan sehingga dinyatakan layak
3 Cukup Layak 0 untuk dijalankan.
2 Kurang Layak 0
1 Tidak Layak 0 c) Profitability Index (PI)
Jumlah 67 Nilai rata-rata PI untuk usaha gula
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semut bukan warehouse adalah 3,09 kali
ditinjau dari aspek lingkungan hidup, 67 sedangkan untuk usaha gulasemut sebagai
Analisis Kelayakan Usaha..... (Ardia Desti Rahayu) 11

warehouse adalah 20,97 kali. Hal ini Mi = 3, dan SDi = 1. Dengan demikian
berarti bahwa jumlah investasi yang klasifikasi pengkategorian kelayakan
ditanam dapat berputar lebih dari satu kali aspek finansial sebagai berikut:
selama usaha dioperasikan. Dengan kata Tabel 12. Pengkategorian Kelayakan
lain, nilai sekarang arus kas bersih yang Aspek Finansial
diperoleh selama usaha dijalankan sampai Skor Kategori Frekuensi
≥5 Sangat Layak 67
jangka waktu yang diinginkan mampu 4 Layak 0
menutup investasi yang dikeluarkan 3 Cukup Layak 0
sehingga tidak terjadi kerugian. Dengan 2 Kurang Layak 0
1 Tidak Layak 0
demikian, 67 usaha gula semut dinyatakan Jumlah 67
layak untuk dijalankan. Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan
d) Internal Rate of Return (IRR) bahwa ditinjau dari aspek finansial, 67
Tingkat keuntungan yang diinginkan usaha gula semut dinyatakan sangat layak
dalam hal ini yaitu tingkat suku bunga untuk dijalankan. Hasil penelitian ini
Bank Indonesia pada periode usaha sesuai dengan penelitian Rida Azkar
dijalankan yang diperoleh dari (2012) yang menyimpulkan bahwa usaha
www.bi.go.id. yang telah diolah, yaitu 6% pengolahan gula merah tebu layak
untuk usaha gula semut bukan warehouse dijalankan berdasarkan analisis aspek
dan 7% untuk usaha gula semut sebagai finansial, yaitu usaha ini mampu
warehouse. Nilai rata-rata IRR untuk menghasilkan keuntungan, nilai PP lebih
usaha gula semut bukan warehouse adalah cepat dari PP yang diinginkan, nilai PI
54% sedangkan untuk usaha gula semut lebih dari 1 kali, dan nilai IRR lebih tinggi
sebagai warehouse adalah 103%. Hal ini dari tingkat bunga yang ditetapkan.
berarti bahwa investasi yang ditanamkan
dalam usaha gula semut dapat memberikan D. SIMPULAN DAN SARAN
tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari 1. Simpulan
yang diharapkan sehingga usaha gula Setelah melakukan analisis kelayakan
semut layak untuk dijalankan. usaha gula semut anggota KSU Jatirogo,
e) Average Rate of Return (ARR) maka dapat disimpulkan bahwa ditinjau
Minimum accounting rate of return dari aspek hukum sebagai anggota KSU
sebesar 20% untuk usaha gula semut jatirogo, 67 usaha gula semut dinyatakan
bukan warehouse dan 10% untuk usaha sangat layak untuk dijalankan, sedangkan
warehouse. Nilai rata-rata ARR untuk sebagai usaha perorangan, 4 usaha gula
usaha gula semut bukan warehouse adalah semut dinyatakan tidak layak untuk
150% sedangkan untuk usaha gula semut dijalankan. Ditinjau dari aspek pasar dan
sebagai warehouse adalah 620%. Artinya, pemasaran, aspek teknis dan teknologi,
keuntungan yang diperoleh dari usaha gula aspek lingkungan hidup, dan aspek
semut lebih tinggi dari keuntungan yang finansial, 67 usaha gula semut dinyatakan
diinginkan sehingga usaha tersebut layak sangat layak untuk dijalankan.
untuk dijalankan. 2. Saran
Analisis aspek finansial dengan Berdasarkan hasil penelitian, saran
klasifikasi pengkategorian diperoleh skor yang diberikan, yaitu berkaitan dengan
ideal tertinggi = 6, skor ideal terendah = 1, aspek pasar dan pemasaran, kegiatan
12 Jurnal Akuntansi Tahun 2015

promosi oleh KSU Jatirogo perlu Husein Umar. (2005). Studi Kelayakan
ditingkatkan terutama untuk meningkatkan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
konsumsi pasar lokal melalui kerjasama
dengan hotel, toko/ swalayan, rumah Iban Sofyan. (2003). Studi Kelayakan
makan/ restoran, dan instansi-instansi Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
pemerintah maupun swasta untuk
Mega Ari Suryani. (2011). “Analisis
mengonsumsi gula semut KSU Jatirogo. Kelayakan Usaha Mie Mentah
Produksi gula semut dalam kemasan juga Jagung (Studi Kasus: Usaha Mi
perlu ditingkatkan sehingga lebih menarik Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan
konsumen dan membantu petani Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa
meningkatkan keuntungan melalui SHU Barat)”. Skripsi yang
Dipublikasikan. Institut Pertanian
yang diperoleh karena harga jualnya lebih
Bogor.
tinggi daripada gula semut curah.
Berkaitan dengan aspek teknis dan Rida Akzar. (2012). “Analisis Kelayakan
teknologi, pendampingan dan peningkatan Pengembangan Usaha Pengolahan
pengawasan oleh KSU Jatirogo pada Gula Merah Tebu UD Julu Atia”.
Skripsi yang Dipublikasikan. Institut
proses pencucian dan penyimpanan
Pertanian Bogor.
peralatan produksi untuk mencegah
penggunaan sabun atau bahan kimia Rusnandari Retno Cahyani. (2013).
lainnya. Petani gula semut juga harus Pendekatan One Village One
Product (OVOP) untuk
memperbaiki tempat produksi, membeli
Meningkatkan Kreativitas UMKM
peralatan sesuai standar dan perlengkapan dan Kesejahteraan Masyarakat.
keselamatan kerja karyawan untuk Journal & Proceeding Vol 3, No. 1.
menjamin higienitas gula semut yang Universitas Jenderal Sudirman.
diproduksi.
Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur
E. DAFTAR PUSTAKA Penelitian Suatu Pendekatan
Ahmad Hisyam As’ari. (2013). Peran Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
UKM terhadap Pertumbuhan Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis.
Ekonomi Indonesia. Diakses tanggal Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
23 Desember 2014 dari
hisyamjayuz.blogspot.com/2013/05/ Wurdiyanti Yuli Astuti. (2013). Profil
peran-ukm-terhadap-pertumbuhan- UMKM Sukses. Diakses tanggal 23
ekonomi.html. Desember 2014 dari
www.slideshare.net/wudriyantiyulia.
Caecilia Alfa Widyastuti dan Th. Eko
Setyowati. (2009). Panduan Internal Yully Indyastuti. (2010). “Analisis
Control System Gula Kelapa Kelayakan Usaha Pengolahan Gula
Organik (Gula Cetak dan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren,
Semut). Boyolali: LESMAN. Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak,
Banten)”. Skripsi yang
Dirjen Industri Kecil dan Menengah. Dipublikasikan. Institut Pertanian
(2012). Buku Petunjuk Teknis Bogor.
Penilaian, Klasifikasi dan
Pembinaan Produk OVOP. Jakarta:
Kementerian Perindustrian.

Anda mungkin juga menyukai