Anda di halaman 1dari 19

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN


DI JAWA BARAT
Oleh:
Elis Dwiana Ratnamurni

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang implementasi


Kinerja pada Usaha Kecil agroindustri makanan dan minuman. Hasil Penelitian
diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengetahuan di bidang sosial, maupun bagi
pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan bagi para wirausaha
kecil agroindustri makanan dan minuman. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan
ukuran sampel 267 usaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Responden dalam
penelitian ini adalah para pemilik dan sekaligus pengelola usahanya sendiri. Metode
penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan menyebar kuesioner.
Kesimpulan penelitian, Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa
Barat, lebih dominan ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan kinerja usaha kecil
masih rendah yang tercermin dari rendahnya omzet penjualan dan keuntungan yang
diperoleh serta aset yang masih rendah.

Kata Kunci: Kinerja, Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan Minuman

Abstract : This study aims to obtain findings on the implementation of performance at


small and agro food and beverages. Research results are expected to contribute to
knowledge in the social field, as well as for the government as an input in setting policy
for small entrepreneurs agro-food and beverages. The study was conducted in West
Java with a small sample size of 267 agro-food and beverages. Respondents in this
study is the owner and manager of his own business. Research used descriptive method
with qualitative and quantitative approaches. Techniques of data collection by interview
and questionnaire spread. Conclusions of the study, performance of small agro-food
and beverages in West Java, more dominant and non-financial performance
demonstrated by the performance of small enterprises is still low which is reflected
in the low turnover of sales and assets are still low.

Keywords: Performance, Small Agro Industry Food and Beverage

PENDAHULUAN

Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari
terpaan krisis ekonomi global. Perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan
menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Usaha kecil menengah dapat
menopang kekuatan perekonomian negara di dalam menghadapi krisis keuangan global
yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data yang dimiliki Depdag, 90

21
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Berkat UKM
perekonomian nasional tumbuh positif, walaupun hanya sebesar 3-4 persen.
Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the
Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, mempunyai daya
tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama
krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan
penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu
mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal
birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4
(empat) hal, yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi
(consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih
mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada
umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai
akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.
UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang
perekonomian. Fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1)
Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung
di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara
melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.
Sedangkan Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu
(1) nilai tambah. Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun
2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik
Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar
harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari
tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3
persen dari total PDB Indonesia. Bila dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006
kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan
Usaha Besar sebesar 46,7 persen. (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas. Pada
tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4
juta orang. (3) nilai ekspor. Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri
mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun
pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas
nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada
tahun 2006.

22
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

Daerah Jabar diketahui sebagai salah satu sentra produksi agro makanan olahan,
yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya selaku sentra agrobisnis
nasional. Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro daerahnya untuk
lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman pangan, peternakan, perikanan,
sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk produk olahan. Perkembangan
produk agro makanan olahan di Jabar terindikasi akan terus berkembang keragamannya.
Saat ini saja sudah ada 2.500 jenis yang terdaftar.
Produk agro Jawa Barat terus meningkat, sektor hilir khususnya industri kecil
yang bergerak pada makanan olahan, menjadi pusat perhatian karena memberikan nilai
tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.
Data dari Dinas Indag Agro menyebutkan, dalam kurun waktu 2007, perusahaan
atau usaha industri agro terdiri dari 256.383 usaha, yang meliputi kelas rumah tangga
237.524 usaha, kecil 16.446 usaha, sedang 1.965 usaha, dan besar 448 usaha. Jumlah ini
naik dari tahun 2006 yang secara total 256.216 usaha atau tumbuh 167 usaha.
Sedangkan berdasarkan data BPS (2007), penyerapan tenaga kerja industri dan
perdagangan agro mampu menyerap 24,6 persen total tenaga kerja bidang industri dan
perdagangan. Apalagi, dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar untuk tahun 2006,
sektor industri tumbuh 8,7 persen perdagangan 7,1 persen sedangkan pertanian turun
0,6 persen. BPS dalam menyajikan statistik industri nasional, mengklasifikasikan
industri makanan dan minuman ke dalam kelompok industri pengolahan, masuk ke
dalam subsektor 31 (industri Makanan, Minuman dan Tembakau).
Kinerja perusahaan merupakan suatu tingkat hasil kerja yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam suatu periode operasional yang dibandingkan dengan sasaran, standar,
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (Siegel dan Marconi,1989). Kinerja
perusahaan antara lain dilihat dari data keuangan yang dihasilkan dalam suatu periode
tertentu.
Kinerja UKM mengalami fluktuasi dengan adanya peningkatan perekonomian.
Hal ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang mampu meningkatkan kinerjanya akan
bertahan dan tumbuh dalam lingkungan usaha yang kompetitif.
Penelitian ini mengambil objek penelitian pada Usaha Kecil Makanan dan
Minuman, dengan pembatasan masalah ”Bagaimana Kinerja Pada Usaha Kecil
Agroindustri Makanan dan Minuman di Jawa Barat”. Adapun tujuan penelitian ini yaitu
untuk menyajikan hasil kajian Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan
Minuman di Jawa Barat.
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif, yaitu metode yang cocok
diaplikasikan karena penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan situasi dan
kondisi pada masa penelitian dilakukan. Secara spesifik metodenya menggunakan
metode survai.

23
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

Survai dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta melalui bertanya kepada


orang-orang atau subjek sebagai sumber informasi untuk menghimpun fakta-fakta yang
langsung dari sumber primer mengenai Kinerja.
Karena aplikasi survai tersebut untuk mendeskripsikan/menjelaskan
karakteristik anggota populasi di lapangan, maka jenis survai yang digunakan adalah
survai eksplanatory. Survai eksplanatory adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik variabel dengan meneliti sejumlah sampel.
Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan sekunder. Untuk mengukur
Kinerja, dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur berupa “kuesioner”. Kuesioner
yang dikembangkan menggunakan jenis teknik pengembangan alat ukur “skala
Numerik lima”, dengan skala ordinal. Penyebaran kuesioner diberikan kepada pimpinan
yang merangkap pemilik atau pengelola sesuai dengan karakteristik usaha kecil. Sumber
data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari
studi literatur, jurnal-jurnal ilmiah, majalah ilmiah, makalah seminar, dokumen
perusahaan, dokumen institusi terkait di antaranya Pemda, Kadin Jabar, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat dan Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat.

Teknik Pengumpulan Data


Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
sampling. Population target dalam penelitian ini adalah usaha kecil agroindustri
makanan dan minuman di Jawa Barat. Menurut data Dinas Indag Agro menyebutkan,
dalam kurun waktu 2007, sebaran industri agro di Jabar terbesar ada di Ciamis (7,3 %),
Garut (6,2%), Kabupaten Sukabumi (5%), Tasikmalaya (4,9%), Majalengka (4,8%),
Cianjur (4,4%), dan Kabupaten Bandung (4%).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling.
Area sampling di Provinsi Jawa Barat, terdiri dari 25 kota atau kabupaten. Ukuran
sampel yang diambil menurut Schumacker dan Lomax (1996:20) dalam Hair (1998)
adalah sekitar 100-150 subjek untuk ukuran sampel minimum atau 1:5 antara jumlah
item (indikator), sedangkan menurut Kelloway, 1998; Marsh et al, dalam Bahrudin &
Tobing, (2003:68) banyaknya variabel 3-10 ukuran sampel minimal 200.
Selanjutnya karena dalam penelitian ini hanya usaha kecil saja, maka berdasarkan
data Dinas Indag Agro, dalam kurun waktu tahun 2007, usaha kecil terdiri dari 16.446
usaha. Menurut golongan industri, bahwa hampir “sepertiga“ bagian dari seluruh
industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau
(Mudrajat, 2008).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut yang merupakan acuan untuk syarat sampel
yang digunakan, sampel yang dipilih sebanyak 267 unit usaha kecil agroindustri
makanan dan minuman dengan teknik Two Stage Cluster Sampling. Daerah yang

24
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

tingkatannya lebih besar dibagi dalam daerah atau wilayah yang lebih kecil. Jawa Barat
yang terbagi ke dalam 26 kota/kabupaten, kemudian dipilih secara random 7 kota/
kabupaten. Penyebaran ketujuh kota/kabupaten, yaitu Ciamis, Garut, Sukabumi,
Tasikmalaya, Majalengka, Cianjur, dan Bandung.
Metode pengumpulan data yang diterapkan, termasuk ke dalam survai self
administered interview yaitu teknik wawancara yang diawali dengan wawancara face-
to-face, kemudian responden diminta mengisi sendiri kuesioner, dan metode drop-0ff
questionaire yaitu cara menyebar kuesioner yang pertama-tama petugas mengadakan
wawancara terbatas meliputi penjelasan maksud dan tujuan studi kepada responden, lalu
mereka mengisinya sendiri dan pada waktu berikutnya petugas mengumpulkan
kuesioner tersebut atau responden dapat mengembalikannya.(Sugiama, 2008:152).

Metode Analisis
Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner dan pengumpulan data
sekunder dilakukan dalam 4 langkah yaitu coding, editing, processing data, dan
selanjutnya menganalisis data. Analisis data deskriptif dalam penelitian ini,
menggunakan kategori interval. Pada analisis deskriptif ini dilakukan dengan
menganalisis nilai rata-rata, frekuensi, dan median.

TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja
Stoner (1995), mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi,
kecakapan, dan persepsi peranan. Sedangkan Bernardin and Russel (1993: 379)
mendefinisikan kinerja adalah ”Performance is the record of outcome prodused on a
specified job function or activity during a specified time periode”.
Prawiro Suntoro dalam Pabundu (2006: 121), mengemukakan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada periode waktu tertentu.
Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan
baik.
Sedangkan prestasi kerja merupakan hasil kerja yang diperoleh dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang. Pengertian Prestasi Kerja dapat
digunakan untuk menilai suatu organisasi atau perusahaan atau unit dan divisi dalam
perusahaan. Untuk menentukan kinerja organisasi atau perusahaan maka dilakukanlah
penilaian kinerja. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam
mencapai sasaran organisasi dan untuk menilai kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

25
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mengkuantifikasikan secara akurat


dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan
membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan. Efektivitas adalah
tingkat pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi menunjukkan seberapa ekonomis
pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
Terdapat beberapa fungsi kegiatan yang terkait dengan kinerja perusahaan, yaitu
strategi perusahaan, pemasaran, operasional, sumberdaya manusia, dan keuangan.
Beberapa hal penting dalam sumberdaya manusia yang perlu dievaluasi antara lain
mengenai produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan
pengembangan, serta kepemimpinan. Dilihat dari sisi keuangan menurut J.D. Martin
dalam Pabundu (2006), bidang studi keuangan yang semula bersifat deskriptif dengan
penekanan pada merger, dan cara-cara meningkatkan modal, telah berkembang menjadi
studi komprehensif yang mempelajari semua aspek pencarian dan penggunaan dana
secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Husein Umar, bahwa tujuan
mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan adalah mengetahui apakah realisasi investasi
telah sesuai dengan yang diharapkan. Analisisnya dapat ditinjau dari laba dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, ketersediaan dana, biaya modal,
kemampuan proyek untuk membayar utang dan menilai apakah proyek akan
berkembang.
Dua metode untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Metode UCLA
Seperti yang dikemukakan oleh Alkin dalam Pabundu (2006: 124), evaluasi kinerja
perusahaan terbagi ke dalam lima macam, yaitu:
a.Sistem assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau
posisi terakhir dari seluruh elemen program promosi yang tengah diselesaikan.
b.Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitas-aktivitas dalam
program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.
c.Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana
program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-
masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.
e.Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai
atau manfaat program

2. Metode Balanced – Scorecard


Metode ini dikemukakan oleh Kaplan dan Norton (1996:24), dalam mengukur
kinerja perusahaan. Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah kartu
yang dapat dipakai untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau kelompok. Jadi

26
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

balanced scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau


kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat skor hasil-hasil
kinerja. Balanced scorecard merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan
dan nonkeuangan serta aspek internal dan eksternal perusahaan. Melalui balanced
scorecard mengukur kinerja dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif,
yaitu perspektif keuangan, konsumen, proses bisnis internal, dan proses belajar dan
berkembang yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Persepektif Keuangan, pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan,
perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis. Menurut kaplan dan Norton
(1996), sasaran keuangan berbeda pada tiap tahap dari siklus kehidupan bisnis.
Tahapan tersebut terdiri dari tahap pertumbuhan, tahap bertahan, dan tahap panen
b. Perspektif Pelanggan, untuk memuaskan pelanggan, perusahaan perlu menciptakan
dan menyajikan suatu produk dan jasa yang bernilai lebih bagi konsumen. Untuk
mengukur perspektif konsumen/pelanggan digunakan dua cara:
1.kelompok pengukuran inti yakni mengukur tingkat kepuasan, loyalitas, keterikatan,
akuisisi konsumen dari pasar yang ditargetkan dan profitabilitas pelanggan atau
tingkat keuntungan yang diperoleh dari target pasar yang dilayani.
2.Preposisi nilai pelanggan merupakan kinerja pemicu yang menyangkut apa yang
harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan
akuisisi konsumen tinggi.
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purnajual.
1.Inovasi, merupakan tahap penelitian dan pengembangan produk. Inovasi diukur
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a.Banyaknya produk-produk baru yang dihasilkan
b.Besarnya penjualan produk-produk baru
c.Lamanya waktu pengembangan dan menjual produk-produk baru jika
dibandingkan dengan pesaing
d.Besarnya biaya produk-produk baru
e.Frekuensi selama proses pengembangan produk-produk baru
2.Operasi, merupakan tahapan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan transaksi
jual beli dengan pelanggan. Diukur dengan kriteria sebagai berikut:
a.Tingkat kerusakan produk prapenjualan
b.Banyaknya bahan baku yang terbuang sia-sia
c.Adanya pengerjaan ulang produk karena kerusakan
d.Banyaknya permintaan pelanggan tidak terpenuhi
e.Penyimpangan biaya produksi dari anggaran yang sebenarnya.

27
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

3.Layanan Purnajual, merupakan layanan transaksi jual beli produk/jasa seperti


layanan pemeliharaan produk, penggantian suku cadang, perbaikan kerusakan, dan
sebagainya. Layanan purnajual dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:
a.Jangka waktu untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk
b.Perbaikan kerusakan atau penggantian suku cadang pelanggan
c.kecepatan pelayanan dan banyaknya pelanggan yang dilayani
d.Jangka waktu perolehan pembayaran bagi pelanggan yang mencicil
e.Kadar limbah berbau/beracun.
d. Perspektif Proses belajar dan Berkembang
Kinerja ini bertujuan mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, yang
dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:
1. kemampuan pegawai mencakup tingkat kepuasan pegawai, tingkat perputaran
pegawai, besarnya pendapatan perusahaan per pegawai, nilai tambah pegawai, dan
tingkat pengembalian balas jasa.
2. kemampuan sistem informasi meliputi, ketersediaan informasi yang dibutuhkan,
tingkat ketepatan informasi yang tersedia, dan jangka waktu perolehan informasi.
3. Motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan. Tolok ukurnya,
jumlah saran pegawai, jumlah saran yang direalisasikan, jumlah saran yang berhasil
guna, dan jumlah pegawai yang tahu visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Lingkungan bisnis yang stabil dan persaingan yang tidak signifikan, kinerja
perusahaan berupa penciptaan kekayaan dalam jumlah memadai. Dalam lingkungan
bisnis yang kompetitif, untuk dapat bertahan hidup dan tumbuh, penciptaan kekayaan
yang memadai tidak cukup sebagai kinerja perusahaan. Organisasi perusahaan harus
mampu melipatgandakan kekayaan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif
(Mulyadi,2001:293-294).
Mulyadi (2001:253) menjelaskan manfaat penilaian kinerja oleh organisasi,yaitu:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
personel secara maximum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel.
4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
Kinerja keuangan merupakan prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Indikator keuangan dapat digunakan sebagai referensi untuk
pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada posisi perusahaan di daur
hidup bisnisnya (business life cycle).
Dalam studi kewirausahaan di sektor informal, Morris, Pitt, dan Berthon (1996)
tidak sekedar menggunakan kondisi bisnis saat ini sebagai indikator kinerja wirausaha,
tetapi juga prediksi kondisi wirausaha di masa mendatang. Mengukur kinerja saat ini

28
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

mereka menggunakan indikator jumlah karyawan, turnover bulanan, dan kinerja bisnis
secara keseluruhan. Sedangkan kinerja kedepan sebagai prediksi kinerja wirausaha di
masa depan meliputi keadaan bisnis tiga tahun kedepan, kesempatan bisnis baru di masa
depan, niat untuk mencari tambahan pembiayaan bisnis, serta berhenti berbisnis jika
mendapat pekerjaan tetap.
Dalam menjelaskan bagaimana proses pencapaian tujuan di bisnis wirausaha kecil,
Glancey dan Pettigrew (1977) membangun model konseptual seperti pada gambar 1.
Model tersebut menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi yang merupakan
kinerja suatu bisnis dipengaruhi oleh karakteristik wirausaha, lingkungan dimana usaha
berada, praktek manajemen, serta kinerja keuangan bisnis. Model tersebut menjelaskan
bahwa kinerja keuangan suatu bisnis bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat Osborne (1995) bahwa esensi
dari keberhasilan wirausaha ditentukan oleh strategi dan kreativitas yang digunakan
terhadap lingkungan bisnisnya. Model tersebut juga menunjukkan bahwa dari unsur
karakteristik wirausaha merupakan suatu unsur yang sangat menentukan tercapainya
tujuan. Hal ini dikarenakan karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi faktor-faktor lainnya.

Market in which firm


operate

Entrepreneur’s Entrepreneur Financial


Characteristics objectives Performance

Managerial Practice

Gambar 1. Model kinerja Bisnis Kecil


Sumber: Glancey dan Pettigrew (1977)

Berdasarkan uraian dari pendapat tersebut di atas dapat dikaji bahwa


keberhasilan wirausaha dapat diukur dari kinerja kondisi saat ini maupun kinerjanya di

29
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

masa depan. Kinerja saat ini diukur dengan pencapaian-pencapaian indikator bisnis
dilihat dari jumlah karyawan, turnover bulanan, maupun jumlah investasi yang
dilakukan. Sedangkan pengembangan di masa datang merupakan potensi kinerja di
masa depan, yaitu seberapa berhasilnya suatu wirausaha di masa depan. Dari kajian
pustaka menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja wirausaha.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Daerah Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi industri kecil menengah
(IKM) agro makanan olahan, yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya
selaku sentra agrobisnis nasional. Hal Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-
produk agro daerahnya untuk lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman
pangan, peternakan, perikanan, sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk
produk olahan. Produk agro Jawa Barat terus menggeliat. Sektor hilir, khususnya IKM
yang bergerak pada makanan olahan, kini menjadi pusat perhatian karena memberikan
nilai tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.
Banyak pengusaha IKM agro makanan olahan memanfaatkan kesempatan, dengan
membuka sejumlah gerai, dan memperoleh peningkatan pesanan dari pasar modern, dll.
Sejumlah produk agro asal Jabar, mulai dari buah-buahan dan sayuran, produk pangan,
perikanan, sampai peternakan, yang sudah diolah menjadi keripik, dendeng, opak,
dodol, selai, manisan, jus, permen, kecap, kerupuk, tempe dan tahu, dll.
"Perkembangan produk agro makanan olahan di Jabar terindikasi akan terus
berkembang keragamannya. Saat ini saja sudah ada 2.500 jenis yang terdaftar. Sifat
orang Jabar yang senang ngulik, menjadi salah satu faktor terus berkembangnya produk
olahan berbasis agro, yang selama ini selalu mengundang daya tarik konsumen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007, penyerapan tenaga kerja
industri dan perdagangan agro mampu menyerap 24,6 persen total tenaga kerja bidang
industri dan perdagangan. Apalagi, dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar tahun 2006,
sektor industri tumbuh 8,7 persen, perdagangan 7,1 persen, namun pertanian turun 0,6
persen.
Provinsi Jawa Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota yaitu kabupaten
Bandung, kabupaten Bandung Barat, kabupaten Bekasi, kabupaten Bogor, kabupaten
Ciamis, kabupaten Cianjur, kabupaten Cirebon, kabupaten Garut, kabupaten Indramayu,
kabupaten Karawang, kabupaten Kuningan, kabupaten Majalengka, kabupaten
Purwakarta, kabupaten Subang, kabupaten Sukabumi, kabupaten Sumedang, kabupaten
Tasikmalaya, kota Bandung, kota Banjar, kota Bekasi, kota Bogor, kota Cimahi, kota
Cirebon, kota Depok, kota Sukabumi, dan kota Tasikmalaya.
Selanjutnya dapat diketahui kelompok usaha berdasarkan jenisnya, aspek
organisasi, aspek produksi, permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan usahanya,
dan karakteristik pengusaha kecil.

30
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

Tabel 1 Pengelompokkan Usaha Kecil Berdasarkan Jenis Makanan dan Minuman


yang Dihasilkan
No. Pengelompokkan Jenis Frekuensi Persentase (%)
Usaha
1 Kue, dodol, sale pisang 91 34,1
2 Kripik-kripik 87 32,6
3 Tahu, tempe, tauco 37 13,9
4 Minuman 26 9,7
5 Abon, telor asin 14 5,2
6 Baso tahu, batagor, baso, 12 4,5
JUMLAH 267 100
Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Apabila dilihat berdasarkan pengelompokkan jenis produk yang dihasilkan


usaha kecil makanan dan minuman, nampaknya lebih didominasi oleh usaha kecil
makanan. Sebesar 90,3% pengusaha kecil menghasilkan makanan dibandingkan
minuman. Hal ini terjadi karena kreativitas untuk varian makanan lebih banyak dari
pada minuman, yang didukung juga oleh ketersediaan sumber bahan baku dalam
melakukan proses produksinya.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden, maka diperoleh data
mengenai karakteristik responden dalam hal ini adalah pengusaha atau pimpinan usaha
kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat. Adapun untuk mengetahui
karakteristiknya lebih rinci, dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 2 Aspek Organisasi Usaha Kecil dilihat dari Lama Usaha, Struktur
Organisasi, dan Pembukuan
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Lamanya Usaha
1- 4 tahun 49 18,5
5 - 10 tahun 103 38,5
11-20 Tahun 80 30,0
>20 tahun 35 13,0
Jumlah 267 100
2 Struktur Organisasi
Mempunyai Struktur Organisasi 84 31,4

Tidak Mempunyai Struktur Organisasi 183 68,6

Jumlah 267 100


3 Pembukuan Usaha

Pembukuan secara Lengkap 23 8,4


Pembukuan Tidak Lengkap 74 27,6

31
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

Pembukuan sederhana 77 29
Tidak Dibuat Pembukuan 93 35
Jumlah 267 100
Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Berdasarkan aspek organisasi yang dilihat dari lamanya usaha, struktur


organisasi, dan pembukuan seperti pada Tabel 2 di atas, lamanya usaha yang dilakukan
pengusaha sebagian besar antara 5 – 10 tahun yang menunjukkan bahwa kebanyakan
pengusaha makanan dan minuman agroindustri di Jawa Barat cukup lama
berpengalaman dalam mengelola usahanya. Hal tersebut menunjukkan pula ketahanan
dari usaha yang dijalankannya dalam menghadapi berbagai tantangan persaingan usaha.
Mengenai struktur organisasi, sebagian besar pengusaha (68,6%) masih belum
mempunyai struktur organisasi. Hal tersebut menunjukkan kesederhanaanya dalam
mengelola usaha kecil sesuai dengan karakteristik usaha kecil yang disampaikan
Mudrajat (2008), tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi
dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap
sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari
keluarga dan kerabat dekatnya.
Pembukuan juga menjadi perhatian yang cukup penting karena sekitar 35 persen
usaha kecil belum melakukan pembukuan, meskipun sudah ada yang melakukan
pembukuan secara sederhana sebesar 29 persen, serta pembukuan sederhana secara
lengkap sebesar 23 persen.
Tabel 3 Aspek Produksi Usaha Kecil Dilihat dari Bahan Baku, Teknologi Produksi
dan Pemasaran Produknya
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Asal Bahan Baku
Dari dalam Kota/Kabupaten 231 86,5
Dari Luar Kota/Kabupaten 36 13,5
Jumlah 267 100
2 Teknologi Produksi
Peralatan Moderen 36 13,5
Peralatan Semi Moderen 87 32,7
Peralatan Tradisional 144 53,8
Jumlah 267 100
3 Pemasaran Produk
Daerah Setempat 181 74,5
Dalam Negeri 59 24,3
Luar Negeri 3 1,2
Jumlah 267 100
Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

32
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

Aspek produksi yang meliputi aspek bahan baku, teknologi dan pemasaran yang
digunakan seperti yang terlihat pada Tabel 3, bahwa asal bahan baku yang digunakan
responden lebih banyak berasal dari dalam kota/kabupaten, meskipun ada juga yang
memanfaatkan bahan bakunya dari luar kota. Hal tersebut menunjukkan sebagai potensi
yang dominan bagi pengusaha dalam melakukan usahanya, karena bahan baku bisa
diperoleh dengan mudah dari masing-masing daerahnya sebagai sumber daya.
Dilihat dari teknologi yang digunakan lebih banyak responden yang masih
menggunakan peralatan tradisional, yang sudah menggunakan peralatan moderen masih
sedikit tetapi seiring dengan perkembangan permintaan sebanyak (32,7%), yang
menggunakan peralatan semi moderen. Hal tersebut berarti dengan semakin
meningkatnya permintaan yang mengiringi perkembangan teknologi, maka secara
bertahap mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Tetapi meskipun peralatan yang
digunakan masih tradisional tidak selalu berarti bahwa produk yang dihasilkan
kualitasnya rendah, terkadang untuk usaha kecil makanan dan minuman hal tersebut
menunjukkan keunikannya.
Dalam hal pemasaran sudah ada beberapa pengusaha yang memasarkan
produknya sampai ke Luar negeri (ekspor) seperti minuman bandrek, bajigur, sari
kelapa dan galendo, walaupun masih sangat sedikit responden yang mampu
melakukannya. Jangkauan Pemasaran masih mendominasi pasar lokal daerah setempat
dan cukup banyak juga yang sudah mencapai pasar di kota-kota provinsi Jawa Barat dan
ke provinsi lain .
Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil makanan dan minuman
berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, yang paling utama adalah masalah
permodalan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Mudrajat (2008), bahwa salah satu
karakteristik usaha kecil yaitu, rendahnya akses terhadap lembaga-lembaga kredit
formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal
sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan
rentenir. Teknologi termasuk dalam permasalahan yang perlu dipertimbangkan
misalnya, teknologi dalam pengemasan yang dapat menjadi daya tarik dalam
memasarkan produk. Hal ini menjadi kelemahan bagi pengusaha kecil dalam
menghadapi persaingan pasar karena kemasan tidak hanya berhubungan dengan daya
tarik bagi konsumen tetapi juga dengan kualitas ketahanan produk yang dipasarkan
yang sering kali menjadi kendala bagi pengusaha kecil.
Tabel 4 Permasalahan yang Dihadapi dalam Menjalankan Usaha
No. Permasalahan yang Dirasakan Frekuensi Persentase (%)
selama Menjalankan Usaha
1 Pemasaran 50 18,7
2 Sumber Bahan Baku 21 7,9
3 Produksi 20 7,5
4 Teknologi 34 12,7
5 Tenaga Kerja 14 5,2

33
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

6 Permodalan 76 28,5
7 Administrasi 23 8,6
8 Manajemen 29 10,9
JUMLAH 267 100
Sumber: Hasil Pengolahan kuesioner Penelitian

Permasalahan lain yaitu manajemen, administrasi, sumber bahan baku, produksi


dan tenaga kerja. Pengelolaan perusahaan yang biasanya terjadi hanya dilakukan secara
sederhana tanpa memperhatikan efektivitas dan efisiensi dari kegiatan usahanya yang
hanya berorientasi pada keuntungan saja, sehingga keuntungannya-pun diperoleh tidak
secara maksimal. Demikian pula halnya administrasi yang dilakukan tanpa pencatatan
yang berarti misalnya digunakan untuk persyaratan dalam pengajuan dana pinjaman.
Pemahaman yang kurang terhadap bagaimana mengelola perusahaan yang baik,
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pengusaha sehingga menjadi
kendala dalam mencermati permasalahan yang terjadi di bagian produksi dan tenaga
kerja.
Tabel 5 Karakteristik Pengusaha Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Formal & Nonformal, serta Status Kepemilikan Usaha
No. Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1 Pendidikan Formal
Tamat SD 82 30,7
Tamat SLTP/SMP 57 21,3
Tamat SLTA/SMA 108 40,5
Tamat PT 20 7,5
Jumlah 267 100
2 Pendidikan
Nonformal
Mengikuti Pelatihan 158 59,2
Belum pernah 109 40,8
mengikuti pelatihan
Jumlah 267 100
3 Status Kepemilikan
Perusahaan
Milik Sendiri 188 70,4
Milik Bersama 25 9,4
Patungan - -
Keluarga 54 20,2
Jumlah 267 100
Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Berdasarkan Tabel 5 diketahui latar belakang tingkat pendidikan responden


sebagian besar SLTA. Untuk yang latar belakang pendidikan PT (sarjana) hanya 20
orang atau 7,5%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa latar belakang usaha kecil masih
rendah, begitu pula dengan status kepemilikan usaha dominan milik sendiri.

34
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

Dalam penelitian ini kinerja usaha kecil dilihat dari dimensi kinerja nonkeuangan
dan dimensi kinerja keuangan. Pengukuran kinerja usaha didasarkan pada
keseimbangan antara kedua sasaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Siropolis
(1994; 392), ” Entrepreneur have two kinds of goods: Financial goals (such as return
on sales and return on investment), and non financial goals (such as psychic
satisfaction and total quality management).”

Dimensi Nonkeuangan
Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan
baik. Dari hasil kuesioner mengenai kreasi produk baru yang dihasilkan, responden
sangat bervariasi dalam melakukan kreasi produk. Artinya usaha kecil sudah ada yang
berupaya melakukan pengembangan produk untuk bisa mempertahankan usahanya
dalam kondisi yang survive untuk menghadapi persaingan, hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan Zimmerer (2003) untuk memperluas karakteristik sikap dan perilaku
usaha yang berhasil perlu Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah
satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan.
Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali
membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat fleksibel
tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.
Meskipun demikian masih terdapat usaha kecil yang jarang melakukan kreasi
produk. Berarti belum tumbuhnya kesadaran para pengusaha untuk melakukan kreasi
produk. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan untuk bisa menuangkan
ide kreatif dari pengusahanya maupun karyawannya. Berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner mengenai seringnya melakukan proses kreasi pengembangan produk,
pengusaha kecil cenderung jarang melakukan pengembangan produk baru. Namun
demikian sebagian kecil, ada juga yang sering melakukan proses pengembangan produk
baru. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi produk baru hanya dilakukan
oleh sebagian pengusaha kecil saja yang disebabkan keterbatasan dana yang dimiliki,
sehingga tidak bisa leluasa melakukan perubahan atau ekspansi pengembangan
produknya.
Hasil penyebaran kuesioner mengenai kreasi menambah kegunaan produk
dibandingkan produk pesaing, dapat disimpulkan bahwa karena selain tidak tersedianya
dana untuk melakukannya juga karena kurangnya tenaga kerja yang profesional yng
mendukung untuk melakukan perubahan tersebut. Namun sebagian kecil pengusaha,
sering melakukan kreasi produk untuk menambah kegunaan. Berarti sudah terbentuk
pemahaman pentingnya menciptakan produk yang memiliki keunikan sehingga bisa
unggul dalam menghadapi pesaing.

35
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, tentang penilaian yang dilakukan


terhadap pengalaman karyawan. Sebagian besar pengusaha kecil sering melakukan
penilaian terhadap pengalaman karyawan. Namun cenderung tidak pernah melakukan
penilaian pada sebagian pengusaha kecil.
Berdasarkan pernyataan penilaian terhadap pengetahuan karyawan, sebagian
besar pengusaha kecil jarang melakukan penilaian terhadap pengetahuan karyawan,
karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya hal tersebut dilakukan. Namun selalu
melakukan penilaian terhadap pengetahuan karyawan pada sebagian usaha kecil, yang
sudah pernah mengikuti program pelatihan yang ditawarkan pemerintah atau sponsor
lainnya dalam upaya utuk meningkatkan keterampilan bagi karyawannya.
Selanjutnya dalam upaya meningkatkan kedisiplinan karyawan tingkat
kehadiran karyawan sudah diperhatikan, Hal ini terlihat dari sebagian besar pengusaha
kecil yang menyatakan kadang-kadang memberlakukan aturan yang ketat terhadap
kehadiran karyawan, hal tersebut tercermin sebagai bentuk keuletan dalam melakukan
suatu pekerjaan yang merupakan salah satu ciri kedisiplinan menjadi seorang karyawan.
Artinya bahwa perhatian terhadap tingkat kehadiran karyawan pada usaha kecil
agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat masih belum menjadi perhatian yang
utama dalam menilai kinerja pegawai. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat
kedisiplinan karyawan masih belum diberlakukan secara ketat sebagai akibat perilaku
kepemimpinan yang banyak memberikan toleransi sebagai wujud pengertian pimpinan
dan pemberian kepercayaan yang terkadang berlebihan. Sehingga berdampak pada
rendahnya kedisiplinan karyawan pada usaha kecil.

Kinerja Keuangan
Berdasarkan pernyataan pengusaha kecil, bahwa sebagian besar nilai jual
produknya berada pada kisaran antara Rp 10 juta s/d Rp 25 juta. Namun cukup banyak
juga yang penjualannya berada di atas Rp 60 juta. Artinya bahwa sebagian besar usaha
kecil masih berada pada posisi omzet yang rendah, hal tersebut diakibatkan karena
keterbatasan modal yang dimiliki dan kurangnya kemampuan pengetahuan dalam
bidang pemasaran serta kurangnya jaringan untuk memperluas pemasaran produknya.
Namun demikian sudah ada sebagian usaha kecil yang sudah mampu dalam melakukan
pemasaran produknya sampai ke luar negeri sehingga omzetnya pun sudah tinggi.
Keuntungan bersih yang diperoleh pengusaha kecil sangat bervariasi, namun
sebagian besar menyatakan keuntungan bersihnya di atas Rp 15 juta. Meskipun banyak
juga yang menyatakan keuntungannya masih di bawah Rp 10 juta. Artinya
menunjukkan bahwa sangat bervariatifnya keuntungan yang diperoleh bisa saja
disebabkan karena kurangnya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan omzet
penjualan serta keterbatasan dana yang dimiliki sehingga peluang untuk mendapatkan
keuntungan juga kecil.

36
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

Nilai aset yang dimiliki pengusaha kecil sangat bervariasi. Hal ini terlihat dari
sebagian besar menyatakan bahwa nilai asetnya di atas Rp 150 juta, sebagian lagi masih
di bawah Rp 100 jutaan. Hal tersebut terjadi karena usaha kecil masih memiliki
keterbatasan modal sehingga tentu saja aset yang dimilikinyapun terbatas. Selanjutnya
bagaimana skor kinerja usaha kecil minuman dan makanan agroindustri Jawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Nilai Skor Kinerja Usaha Kecil Makanan dan Minuman Agroindustri
Jawa Barat
Dimensi Kinerja Usaha Frekuensi jawaban Responden Skor Rata
No
Kecil 1 2 3 4 5 Total Skor
1 Kinerja Non Keuangan 285 367 331 263 356 4844 807.3
2 Kinerja Keuangan 119 197 125 150 210 2343 781
Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner Kinerja Usaha

Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai


sasaran organisasi dan untuk menilai kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Prawiro Suntoro dalam Pabundu (2006: 121), mengemukakan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada periode waktu tertentu.

Tabel 7 Kategori Dimensi Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan


Minuman di Jawa Barat
No Dimensi Pengaruh Selang Tingkat Kategori
Kinerja Pencapaian
Kadang-Kadang
1 Kinerja Non Keuangan 807.3 665 - 869
Kadang-Kadang
2 Kinerja Keuangan 781 665 - 869

Apabila memperhatikan Tabel 6 nilai Kinerja Usaha Kecil Makanan dan


Minuman Agroindustri Jawa Barat, mengenai tanggapan responden tentang kinerjanya
menunjukkan skor tertinggi pada dimensi kinerja non keuangan yaitu 4844 dengan rata-
rata 807,3. Artinya pengusaha kecil makanan dan minuman agroindustri di Jawa Barat,
lebih dominan kinerjanya ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan berdasarkan Tabel
7 berada pada kategori kadang-kadang. Hal tersebut ditunjukkan dari skor median
tertinggi pada dimensi kinerja nonkeuangan dengan indikator tingkat kreativitas
cenderung masih rendah karena kreasi produk baru dilakukan apabila ada permintaan
dari konsumen dan bila dilihat dari dimensi kinerja keuangan mengindikasikan bahwa
aset usaha masih berada pada kategori sedang, sehingga peluang untuk dapat

37
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

meningkatkan keuntunganpun rendah. Hal ini juga berarti, bahwa kinerja usaha kecil
masih rendah yang tercermin dari hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh usaha
kecil masih rendah.

KESIMPULAN
Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat, cenderung lebih
ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan cenderung berada pada kategori kadang-
kadang atau cukup. Hal ini berarti, bahwa kinerja usaha kecil masih rendah dilihat dari
hasil penjualan dan keuntungan yang diperolehnya serta nilai assetnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin Ahmad & Harapan L. Tobing, 2003. Analisis Data Untuk Penelitian Survei
Dengan Menggunakan Lisrel & Dilengkapi Contoh Kasus, Jurusan Statistika,
FMIPA-Unpad, Bandung.

Gibson, Ivancevich, Donnelly, Konopaske, 2003, Organization: Behavior, Structure,


Processess, Eleventh Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue
of the America, New York, NY, 10020

Glancey, Keith dan Malcolm, Pettigrew, 1997, Entrepreneurship in The Hotel Sector,
International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol.9. No.1.
pp. 21-24.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L dan Black, W.C. 1998. Multivariate Data
Analysis. New Jersey, Prantice Hall.

Kaplan, R. and Cooper, R.,1998, Cost & Effect – Using Integrated Cost Systems to
Drive Profitability and Performance, Harvard Business School Press, Boston,
MA.

_____, Robert S, and Norton, David T, 1996, Translating Strategy Into Action The
Balanced Scorecard, Harvard Business School Press Boston. Massachusetts.
Mudrajat, Kuncoro; 2003, Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan; Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Volume II No.1 2003; ISEI
Bandung.

Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda


Kinerja Keuangan Perusahaan, Salemba Empat.

Osborne, Richard, 1995, The Essence of Entrepreneurial Success. Management


Decision, Vol.. 33. No.7. pp 4-9.

38
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

Pabundu Tika, Muh, 2006, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Bumi Aksara.

Stoner, James A.F., Edward Freeman, Daniel R.Gilbert, 1995, Management, Prentice
Hall Inc. Englewood Cliffs., N.J.

Sugiama, A Gima 2008, Metode Riset Bisnis dan Manajemen, Edisi Pertama, Guardaya
Intimarta, Bandung.

Zimmerer, Thomas W and Scarborough, Norman M, 2000, Effective Small Business


Management An Entrepreneurial Approach, Sixth Edition, Prentice Hall
International, Inc.

______,2005, Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management, fourth


Edition, Pearson Prentice Hall.

---------, BPS, 2007

-------,Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2006, Makalah
Seminar Nasional Meningkatkan Daya Saing Usaha kecil Dalam Menghadapi
Persaingan Global, Kementerian Koperasi dan UKM RI.

---------, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK bekerjasama dengan PT Nusa


Narakarsa, 2006, Hambatan Usaha Kecil dan Menengah dalam Kegiatan Ekspor,
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No.1.

BIODATA PENULIS
Dr. Elis Dwiana Ratnamurni, SE., MP. Dosen Tetap pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Unjani.

39

Anda mungkin juga menyukai