PENDAHULUAN
Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari
terpaan krisis ekonomi global. Perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan
menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Usaha kecil menengah dapat
menopang kekuatan perekonomian negara di dalam menghadapi krisis keuangan global
yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data yang dimiliki Depdag, 90
21
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Berkat UKM
perekonomian nasional tumbuh positif, walaupun hanya sebesar 3-4 persen.
Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the
Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, mempunyai daya
tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama
krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan
penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu
mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal
birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4
(empat) hal, yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi
(consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih
mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada
umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai
akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.
UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang
perekonomian. Fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1)
Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung
di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara
melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.
Sedangkan Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu
(1) nilai tambah. Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun
2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik
Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar
harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari
tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3
persen dari total PDB Indonesia. Bila dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006
kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan
Usaha Besar sebesar 46,7 persen. (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas. Pada
tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4
juta orang. (3) nilai ekspor. Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri
mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun
pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas
nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada
tahun 2006.
22
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
Daerah Jabar diketahui sebagai salah satu sentra produksi agro makanan olahan,
yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya selaku sentra agrobisnis
nasional. Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro daerahnya untuk
lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman pangan, peternakan, perikanan,
sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk produk olahan. Perkembangan
produk agro makanan olahan di Jabar terindikasi akan terus berkembang keragamannya.
Saat ini saja sudah ada 2.500 jenis yang terdaftar.
Produk agro Jawa Barat terus meningkat, sektor hilir khususnya industri kecil
yang bergerak pada makanan olahan, menjadi pusat perhatian karena memberikan nilai
tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.
Data dari Dinas Indag Agro menyebutkan, dalam kurun waktu 2007, perusahaan
atau usaha industri agro terdiri dari 256.383 usaha, yang meliputi kelas rumah tangga
237.524 usaha, kecil 16.446 usaha, sedang 1.965 usaha, dan besar 448 usaha. Jumlah ini
naik dari tahun 2006 yang secara total 256.216 usaha atau tumbuh 167 usaha.
Sedangkan berdasarkan data BPS (2007), penyerapan tenaga kerja industri dan
perdagangan agro mampu menyerap 24,6 persen total tenaga kerja bidang industri dan
perdagangan. Apalagi, dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar untuk tahun 2006,
sektor industri tumbuh 8,7 persen perdagangan 7,1 persen sedangkan pertanian turun
0,6 persen. BPS dalam menyajikan statistik industri nasional, mengklasifikasikan
industri makanan dan minuman ke dalam kelompok industri pengolahan, masuk ke
dalam subsektor 31 (industri Makanan, Minuman dan Tembakau).
Kinerja perusahaan merupakan suatu tingkat hasil kerja yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam suatu periode operasional yang dibandingkan dengan sasaran, standar,
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (Siegel dan Marconi,1989). Kinerja
perusahaan antara lain dilihat dari data keuangan yang dihasilkan dalam suatu periode
tertentu.
Kinerja UKM mengalami fluktuasi dengan adanya peningkatan perekonomian.
Hal ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang mampu meningkatkan kinerjanya akan
bertahan dan tumbuh dalam lingkungan usaha yang kompetitif.
Penelitian ini mengambil objek penelitian pada Usaha Kecil Makanan dan
Minuman, dengan pembatasan masalah ”Bagaimana Kinerja Pada Usaha Kecil
Agroindustri Makanan dan Minuman di Jawa Barat”. Adapun tujuan penelitian ini yaitu
untuk menyajikan hasil kajian Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan
Minuman di Jawa Barat.
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif, yaitu metode yang cocok
diaplikasikan karena penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan situasi dan
kondisi pada masa penelitian dilakukan. Secara spesifik metodenya menggunakan
metode survai.
23
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
24
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
tingkatannya lebih besar dibagi dalam daerah atau wilayah yang lebih kecil. Jawa Barat
yang terbagi ke dalam 26 kota/kabupaten, kemudian dipilih secara random 7 kota/
kabupaten. Penyebaran ketujuh kota/kabupaten, yaitu Ciamis, Garut, Sukabumi,
Tasikmalaya, Majalengka, Cianjur, dan Bandung.
Metode pengumpulan data yang diterapkan, termasuk ke dalam survai self
administered interview yaitu teknik wawancara yang diawali dengan wawancara face-
to-face, kemudian responden diminta mengisi sendiri kuesioner, dan metode drop-0ff
questionaire yaitu cara menyebar kuesioner yang pertama-tama petugas mengadakan
wawancara terbatas meliputi penjelasan maksud dan tujuan studi kepada responden, lalu
mereka mengisinya sendiri dan pada waktu berikutnya petugas mengumpulkan
kuesioner tersebut atau responden dapat mengembalikannya.(Sugiama, 2008:152).
Metode Analisis
Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner dan pengumpulan data
sekunder dilakukan dalam 4 langkah yaitu coding, editing, processing data, dan
selanjutnya menganalisis data. Analisis data deskriptif dalam penelitian ini,
menggunakan kategori interval. Pada analisis deskriptif ini dilakukan dengan
menganalisis nilai rata-rata, frekuensi, dan median.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja
Stoner (1995), mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi,
kecakapan, dan persepsi peranan. Sedangkan Bernardin and Russel (1993: 379)
mendefinisikan kinerja adalah ”Performance is the record of outcome prodused on a
specified job function or activity during a specified time periode”.
Prawiro Suntoro dalam Pabundu (2006: 121), mengemukakan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada periode waktu tertentu.
Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan
baik.
Sedangkan prestasi kerja merupakan hasil kerja yang diperoleh dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang. Pengertian Prestasi Kerja dapat
digunakan untuk menilai suatu organisasi atau perusahaan atau unit dan divisi dalam
perusahaan. Untuk menentukan kinerja organisasi atau perusahaan maka dilakukanlah
penilaian kinerja. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam
mencapai sasaran organisasi dan untuk menilai kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
25
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
26
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
27
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
28
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
mereka menggunakan indikator jumlah karyawan, turnover bulanan, dan kinerja bisnis
secara keseluruhan. Sedangkan kinerja kedepan sebagai prediksi kinerja wirausaha di
masa depan meliputi keadaan bisnis tiga tahun kedepan, kesempatan bisnis baru di masa
depan, niat untuk mencari tambahan pembiayaan bisnis, serta berhenti berbisnis jika
mendapat pekerjaan tetap.
Dalam menjelaskan bagaimana proses pencapaian tujuan di bisnis wirausaha kecil,
Glancey dan Pettigrew (1977) membangun model konseptual seperti pada gambar 1.
Model tersebut menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi yang merupakan
kinerja suatu bisnis dipengaruhi oleh karakteristik wirausaha, lingkungan dimana usaha
berada, praktek manajemen, serta kinerja keuangan bisnis. Model tersebut menjelaskan
bahwa kinerja keuangan suatu bisnis bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat Osborne (1995) bahwa esensi
dari keberhasilan wirausaha ditentukan oleh strategi dan kreativitas yang digunakan
terhadap lingkungan bisnisnya. Model tersebut juga menunjukkan bahwa dari unsur
karakteristik wirausaha merupakan suatu unsur yang sangat menentukan tercapainya
tujuan. Hal ini dikarenakan karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
Managerial Practice
29
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
masa depan. Kinerja saat ini diukur dengan pencapaian-pencapaian indikator bisnis
dilihat dari jumlah karyawan, turnover bulanan, maupun jumlah investasi yang
dilakukan. Sedangkan pengembangan di masa datang merupakan potensi kinerja di
masa depan, yaitu seberapa berhasilnya suatu wirausaha di masa depan. Dari kajian
pustaka menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja wirausaha.
30
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
Tabel 2 Aspek Organisasi Usaha Kecil dilihat dari Lama Usaha, Struktur
Organisasi, dan Pembukuan
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Lamanya Usaha
1- 4 tahun 49 18,5
5 - 10 tahun 103 38,5
11-20 Tahun 80 30,0
>20 tahun 35 13,0
Jumlah 267 100
2 Struktur Organisasi
Mempunyai Struktur Organisasi 84 31,4
31
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
Pembukuan sederhana 77 29
Tidak Dibuat Pembukuan 93 35
Jumlah 267 100
Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian
32
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
Aspek produksi yang meliputi aspek bahan baku, teknologi dan pemasaran yang
digunakan seperti yang terlihat pada Tabel 3, bahwa asal bahan baku yang digunakan
responden lebih banyak berasal dari dalam kota/kabupaten, meskipun ada juga yang
memanfaatkan bahan bakunya dari luar kota. Hal tersebut menunjukkan sebagai potensi
yang dominan bagi pengusaha dalam melakukan usahanya, karena bahan baku bisa
diperoleh dengan mudah dari masing-masing daerahnya sebagai sumber daya.
Dilihat dari teknologi yang digunakan lebih banyak responden yang masih
menggunakan peralatan tradisional, yang sudah menggunakan peralatan moderen masih
sedikit tetapi seiring dengan perkembangan permintaan sebanyak (32,7%), yang
menggunakan peralatan semi moderen. Hal tersebut berarti dengan semakin
meningkatnya permintaan yang mengiringi perkembangan teknologi, maka secara
bertahap mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Tetapi meskipun peralatan yang
digunakan masih tradisional tidak selalu berarti bahwa produk yang dihasilkan
kualitasnya rendah, terkadang untuk usaha kecil makanan dan minuman hal tersebut
menunjukkan keunikannya.
Dalam hal pemasaran sudah ada beberapa pengusaha yang memasarkan
produknya sampai ke Luar negeri (ekspor) seperti minuman bandrek, bajigur, sari
kelapa dan galendo, walaupun masih sangat sedikit responden yang mampu
melakukannya. Jangkauan Pemasaran masih mendominasi pasar lokal daerah setempat
dan cukup banyak juga yang sudah mencapai pasar di kota-kota provinsi Jawa Barat dan
ke provinsi lain .
Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil makanan dan minuman
berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, yang paling utama adalah masalah
permodalan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Mudrajat (2008), bahwa salah satu
karakteristik usaha kecil yaitu, rendahnya akses terhadap lembaga-lembaga kredit
formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal
sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan
rentenir. Teknologi termasuk dalam permasalahan yang perlu dipertimbangkan
misalnya, teknologi dalam pengemasan yang dapat menjadi daya tarik dalam
memasarkan produk. Hal ini menjadi kelemahan bagi pengusaha kecil dalam
menghadapi persaingan pasar karena kemasan tidak hanya berhubungan dengan daya
tarik bagi konsumen tetapi juga dengan kualitas ketahanan produk yang dipasarkan
yang sering kali menjadi kendala bagi pengusaha kecil.
Tabel 4 Permasalahan yang Dihadapi dalam Menjalankan Usaha
No. Permasalahan yang Dirasakan Frekuensi Persentase (%)
selama Menjalankan Usaha
1 Pemasaran 50 18,7
2 Sumber Bahan Baku 21 7,9
3 Produksi 20 7,5
4 Teknologi 34 12,7
5 Tenaga Kerja 14 5,2
33
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
6 Permodalan 76 28,5
7 Administrasi 23 8,6
8 Manajemen 29 10,9
JUMLAH 267 100
Sumber: Hasil Pengolahan kuesioner Penelitian
34
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
Dalam penelitian ini kinerja usaha kecil dilihat dari dimensi kinerja nonkeuangan
dan dimensi kinerja keuangan. Pengukuran kinerja usaha didasarkan pada
keseimbangan antara kedua sasaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Siropolis
(1994; 392), ” Entrepreneur have two kinds of goods: Financial goals (such as return
on sales and return on investment), and non financial goals (such as psychic
satisfaction and total quality management).”
Dimensi Nonkeuangan
Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan
baik. Dari hasil kuesioner mengenai kreasi produk baru yang dihasilkan, responden
sangat bervariasi dalam melakukan kreasi produk. Artinya usaha kecil sudah ada yang
berupaya melakukan pengembangan produk untuk bisa mempertahankan usahanya
dalam kondisi yang survive untuk menghadapi persaingan, hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan Zimmerer (2003) untuk memperluas karakteristik sikap dan perilaku
usaha yang berhasil perlu Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah
satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan.
Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali
membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat fleksibel
tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.
Meskipun demikian masih terdapat usaha kecil yang jarang melakukan kreasi
produk. Berarti belum tumbuhnya kesadaran para pengusaha untuk melakukan kreasi
produk. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan untuk bisa menuangkan
ide kreatif dari pengusahanya maupun karyawannya. Berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner mengenai seringnya melakukan proses kreasi pengembangan produk,
pengusaha kecil cenderung jarang melakukan pengembangan produk baru. Namun
demikian sebagian kecil, ada juga yang sering melakukan proses pengembangan produk
baru. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi produk baru hanya dilakukan
oleh sebagian pengusaha kecil saja yang disebabkan keterbatasan dana yang dimiliki,
sehingga tidak bisa leluasa melakukan perubahan atau ekspansi pengembangan
produknya.
Hasil penyebaran kuesioner mengenai kreasi menambah kegunaan produk
dibandingkan produk pesaing, dapat disimpulkan bahwa karena selain tidak tersedianya
dana untuk melakukannya juga karena kurangnya tenaga kerja yang profesional yng
mendukung untuk melakukan perubahan tersebut. Namun sebagian kecil pengusaha,
sering melakukan kreasi produk untuk menambah kegunaan. Berarti sudah terbentuk
pemahaman pentingnya menciptakan produk yang memiliki keunikan sehingga bisa
unggul dalam menghadapi pesaing.
35
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
Kinerja Keuangan
Berdasarkan pernyataan pengusaha kecil, bahwa sebagian besar nilai jual
produknya berada pada kisaran antara Rp 10 juta s/d Rp 25 juta. Namun cukup banyak
juga yang penjualannya berada di atas Rp 60 juta. Artinya bahwa sebagian besar usaha
kecil masih berada pada posisi omzet yang rendah, hal tersebut diakibatkan karena
keterbatasan modal yang dimiliki dan kurangnya kemampuan pengetahuan dalam
bidang pemasaran serta kurangnya jaringan untuk memperluas pemasaran produknya.
Namun demikian sudah ada sebagian usaha kecil yang sudah mampu dalam melakukan
pemasaran produknya sampai ke luar negeri sehingga omzetnya pun sudah tinggi.
Keuntungan bersih yang diperoleh pengusaha kecil sangat bervariasi, namun
sebagian besar menyatakan keuntungan bersihnya di atas Rp 15 juta. Meskipun banyak
juga yang menyatakan keuntungannya masih di bawah Rp 10 juta. Artinya
menunjukkan bahwa sangat bervariatifnya keuntungan yang diperoleh bisa saja
disebabkan karena kurangnya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan omzet
penjualan serta keterbatasan dana yang dimiliki sehingga peluang untuk mendapatkan
keuntungan juga kecil.
36
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
Nilai aset yang dimiliki pengusaha kecil sangat bervariasi. Hal ini terlihat dari
sebagian besar menyatakan bahwa nilai asetnya di atas Rp 150 juta, sebagian lagi masih
di bawah Rp 100 jutaan. Hal tersebut terjadi karena usaha kecil masih memiliki
keterbatasan modal sehingga tentu saja aset yang dimilikinyapun terbatas. Selanjutnya
bagaimana skor kinerja usaha kecil minuman dan makanan agroindustri Jawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Nilai Skor Kinerja Usaha Kecil Makanan dan Minuman Agroindustri
Jawa Barat
Dimensi Kinerja Usaha Frekuensi jawaban Responden Skor Rata
No
Kecil 1 2 3 4 5 Total Skor
1 Kinerja Non Keuangan 285 367 331 263 356 4844 807.3
2 Kinerja Keuangan 119 197 125 150 210 2343 781
Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner Kinerja Usaha
37
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
meningkatkan keuntunganpun rendah. Hal ini juga berarti, bahwa kinerja usaha kecil
masih rendah yang tercermin dari hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh usaha
kecil masih rendah.
KESIMPULAN
Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat, cenderung lebih
ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan cenderung berada pada kategori kadang-
kadang atau cukup. Hal ini berarti, bahwa kinerja usaha kecil masih rendah dilihat dari
hasil penjualan dan keuntungan yang diperolehnya serta nilai assetnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bachrudin Ahmad & Harapan L. Tobing, 2003. Analisis Data Untuk Penelitian Survei
Dengan Menggunakan Lisrel & Dilengkapi Contoh Kasus, Jurusan Statistika,
FMIPA-Unpad, Bandung.
Glancey, Keith dan Malcolm, Pettigrew, 1997, Entrepreneurship in The Hotel Sector,
International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol.9. No.1.
pp. 21-24.
Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L dan Black, W.C. 1998. Multivariate Data
Analysis. New Jersey, Prantice Hall.
Kaplan, R. and Cooper, R.,1998, Cost & Effect – Using Integrated Cost Systems to
Drive Profitability and Performance, Harvard Business School Press, Boston,
MA.
_____, Robert S, and Norton, David T, 1996, Translating Strategy Into Action The
Balanced Scorecard, Harvard Business School Press Boston. Massachusetts.
Mudrajat, Kuncoro; 2003, Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan; Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Volume II No.1 2003; ISEI
Bandung.
38
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
Pabundu Tika, Muh, 2006, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Bumi Aksara.
Stoner, James A.F., Edward Freeman, Daniel R.Gilbert, 1995, Management, Prentice
Hall Inc. Englewood Cliffs., N.J.
Sugiama, A Gima 2008, Metode Riset Bisnis dan Manajemen, Edisi Pertama, Guardaya
Intimarta, Bandung.
-------,Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2006, Makalah
Seminar Nasional Meningkatkan Daya Saing Usaha kecil Dalam Menghadapi
Persaingan Global, Kementerian Koperasi dan UKM RI.
BIODATA PENULIS
Dr. Elis Dwiana Ratnamurni, SE., MP. Dosen Tetap pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Unjani.
39