c. Modal Pinjaman
1) Pinjaman dari Anggota.
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan
dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela,
maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan
anggota. Sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai
uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
2) Pinjaman dari Koperasi Lain.
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh
sesama badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang
kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa
dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit,
tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
3) Pinjaman dari Lembaga Keuangan.
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha
koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut
diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen
pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
4) Obligasi dan Surat Utang.
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau
surat utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar
dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai
persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur
dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
5) Sumber Keuangan Lain.
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal
dari dana yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam
modal.
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta digunakan dalam
kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya depresiasi
(penyusutan).
Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan:
1) Investasi Jangka Panjang, adalah aset atau kekayaan yang
diinvestasikan pada koperasi sekunder, koperasi lain atau perusahaan
untuk jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat dicairkan, berupa
simpanan atau penyertaan modal.
2) Properti Investasi, adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian
dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik/koperasi atau lessee melalui sewa pembiayaan) dan dapat
menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti
investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau penyediaan
barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari.
3) Akumulasi Penyusutan Properti Investasi, adalah “pengurang nilai
perolehan” suatu properti investasi, sebagai akibat penggunaan dan
berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis
selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
4) Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
kegiatan produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan ke
pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan digunakan lebih dari
satu periode. Aset tetap mencakup perkiraan: Tanah/Hak Atas Tanah,
Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan Peralatan Kantor.
5) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah “pengurang nilai perolehan”
suatu aset tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan
dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara
sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
6) Aset Tidak Berwujud, adalah aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi namun tidak mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk
digunakan dalam kegiatan produksi atau disewakan kepada pihak lain
atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tidak berwujud antara lain:
hak paten, hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota impor/ekspor,
waralaba.
7) Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud, adalah “pengurang nilai
perolehan” suatu aset tidak berwujud yang dimiliki koperasi, sebagai
akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
8) Aset Tidak Lancar Lain, adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana
pada butir 1 sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai
dibangun.
2.6. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan
total (total revenue) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau
biaya total (total cost) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu.
SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding
jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi,
sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
1) SHU yang dibagi berasal dari anggota.
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi,
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya
bukan berasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak
dibagi kepada anggota, tetapi dijadikan sebagai cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secara tunai.
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan
usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa modal dan transaksi usaha.
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi
yang dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
penentuan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha
yang akan dibagikan kepada para anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan.
Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan terbuka,
sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara
kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila
beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut:
1) SHU total kopersi pada satu tahun buku
2) bagian (persentase) SHU anggota
3) total simpanan seluruh anggota
4) total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang
bersumber dari anggota
5) jumlah simpanan per anggota
6) omzet atau volume usaha per anggota
7) bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8) bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 Rumus Pembagian SHU, yaitu :
1) Mengatakan bahwa “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak
semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam
koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota
terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan
dan keadilan”.
2) Didalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai
berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus
5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, danasosial 5%,
danapembangunanlingkungan 5%.
3) Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-
nya. Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam
rapat anggota.
2. Efisiensi Koperasi
Pada koperasi, tingkat efisiensi juga harus dilihat secara berimbang dengan tingkat
efektifitasnya, sebab biaya pelayanan yang tinggi bagi anggota diimbangi dengan
keuntungan untuk memperoleh pelayanan setempat yang lebih baik, misalnya biaya
pelayanan dari pintu ke pintu yang diberikan oleh koperasi kepada anggotanya.
Kunci utama efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi
yang dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh
pelayanan yang baik dapat dikatakan usahanya tidak efisian di samping tidak
memiliki tingkat efektifitas yang tinggi, sebab dampak kooperatifnya tidak dirasakan
anggota. Untuk mengukur efisiensi organisasi dan usaha ada bebrapa rasio yang dapat
dipergunakan yang didasarkan pada keragaan koperasi yang bersangkutan. Sarana
yang dapat digunakan adalah neraca dan catatan keragaan lain yang dimiliki koperasi.
Hal itu lah yang dapat memberikan gambaran kuantitatif tentang keragaan koperasi.
Pembahasan mengenai efisiensi, Thoby Mutis (1992) menunjukkan 5 lingkup efisiensi
koperasi, yaitu efisiensi intern masyarakat, efisiensi alokatif efisiensi ekstern, efisiensi
dinamis dan efisiensi sosial. Pengertian efisiensi tersebut adalah:
a. Efisiensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari akses biaya
dengan biaya yang sebenarnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan perbandingan
nilai bersih pemasukan dan nilai bersih pengeluaran
b. Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber
daya dan dana dari semua komponen koperasi tersebut. Misalnya, penyaluran
tabungan anggota untuk pinjaman anggota, penyaluran simpanan sukarela
untuk investasi jangka pan.lang dan pendek. Hal ini biasanya dilihat pada
perbandingan pertumbuhan simpanan sukarela dan modal sendiri dengan
pertumbuhan pinjaman, silang pinjam atau investasi tahunan. Sebagai dasar
tingkat pengukuran efisiensi digunakan laporan keuangan koperasi sampel
(neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahaan modal) di samping tentu
saja data-data lain vang diperlukan seperti yang tercantum dalam laporan
pertanggungjawaban pengurus.
c. Efisiensi ekstern menunjukkan bagaimana efisiensi pada lembaga-lembaga
dan perseorangan di luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung
efisiensi di dalam koperasi.
d. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat
optiniasi karena adanya perubahan teknologi yang dipakai. Setiap perubahan
teknologi akan membawa dampak terhadap output yang dihasilkan. Tentu saja
teknologi baru akan dipakai jika menghasilkan produktivitas yang lebih baik
dari semula.
e. Efisiensi sosial sering dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana
secara tepat, karena tidak menimbulkan biaya-biaya atau beban.
3. Klasifikasi Koperasi
Penilaian kinerja Koperasi yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian
Koperasi dan UKM Tahun 2005-2009 terkait dengan upaya pemberdayaan koperasi
adalah Pengembangan Kelembagaan dalam rangka mewujudkan 70.000 unit koperasi
berkualitas. Sampai dengan awal April 2007 pelaksanaan penilaian kinerja koperasi
adalah melalui Klasifikasi Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No.
129/KEP/M.KUKM/XI/2002 tanggal 29 Nopember 2002).
Mulai April 2009 sampai saat ini pelaksanaan penilaian kinerja koperasi dilakukan
melalui Pemeringkatan Koperasi, mengacu pada Permen KUKM
No.22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007, dan Permen
Nomor:06/Per/M.KUKM/III/2008 tanggal 12 Maret 2008 tentang Perubahan atas
Permen No.22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007 tentang Pemeringkatan
Koperasi. Memasuki tahun anggaran 2010 s/d 2014, Program Pemeringkatan
Koperasi masih terus dilakukan baik melalui anggaran APBN maupun APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota. Tujuan klasifikasi koperasi adalah:
a. Mengetahui kinerja koperasi dalam satu periode tertentu
b. Menetapkan peringkat kualifikasi koperasi
c. Mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah
bisinis yang sehat.
Dengan kata lain, melalui upaya klasifikasi ini diharapkan secara internal koperasi
mampu mempertegas jati dirinya sebagai sokoguru perekonomian rakyat sebagaimana
diamanatkan oleh International Cooperative Alliance (ICA) dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2002, namun juga secara eksternal mampu tetap menunjukkan
kinerjanya sebagai pelaku bisnis yang kompetitif.
Secara internal sudah jelas arti dan fungsi Koperasi namun secara eksternal inilah
yang menimbulkan terjadinya sedikit pergeseran sistem, dimana dinamisasi kondisi
perekonomian terkadang berbanding terbalik ataupun berbanding lurus dengan
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencari jalan keluar dari sebuah
permasalahan ekonomi. Untuk itu, diperlukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap
sistem dan instrument klasifikasi yang selama ini telah digunakan agar mampu
mengakomodasikan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan setiap koperasi
yang bersangkutan dalam mengakses sumber pembiayaan dan sebagai alat
pembinaan. Sistem pemeringkatan yang akan dihasilkan ini diharapkan mampu
memetakan kinerja koperasi dan menjadi prasyarat untuk mengakses sumberdaya
produktif serta dapat dimanfaatkan sebagai strategi pengelolaan. Pedoman klasifikasi
koperasi tersebut disempurnakan menjadi sistem pemeringkatan koperasi yang
dilandasi dasar hukum dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi dan Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/III/2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi.
Klasifikasi jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan berbagai hal:
a. Penggolongan koperasi berdasarkan pada ketentuan pemerintah yang
diberlakukan pada koperasi. Pada penggolongan ini koperasi dibedakan
sebagai berikut :
1) Koperasi Unit Desa (KUD).
Koperasi ini diarahkan khusus untuk masyarakat pedesaan.
2) Koperasi Umum.
Koperasi umum dapat didirikan oleh siapa saja dan dimana saja.
b. Koperasi berdasarkan banyaknya jenis usaha, yaitu :
1) Koperasi Single Purpose.
Koperasi yang hanya mempunyai satu jenis usaha.
2) Koperasi Multi Purpose.
Koperasi yang mempunyai lebih dari satu macam jenis usaha yang
dikelola secara bersamaan.
c. Koperasi dibedakan menurut jenis lapangan usaha, yaitu :
Secara umum, berdasarkan jenis lapangan usahanya koperasi dapat dibedakan
menjadi empat, yakni terdiri atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi
Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi.
1) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal
yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.
Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan
jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Pengembalian pinjaman
dilakukan dengan mengangsur. Besarnya jasa bagi penabung dan
peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan
usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”
2) Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis
usaha. Misalnya, melayani simpan pinjam dan pelayanan jasa, menjual
barang-barang hasil produksi anggota, unit pertokoan untuk melayani
kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit wartel.
3) Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya
menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang
dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah
tangga. Barang-barang yang disediakan harganya lebih murah
dibandingkan dengan toko-toko lainnya.
4) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat
barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama yang
merupakan hasil produksi anggota koperasi. Bagi para anggota yang
memiliki usaha, dapat memasok hasil produksinya ke koperasi, dan
melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan
pemasaran.
Ada bermacam-macam koperasi produksi. Misalnya koperasi produksi
para petani, koperasi produksi peternak sapi, koperasi produksi
pengrajin, dan sebagainya. Koperasi produksi membantu anggota
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam berusaha. Misalnya koperasi
membantu menyediakan bahan baku untuk kerajinan, menyediakan
bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain. Selain itu, anggota
koperasi mencari jalan keluar dari permasalah secara bersama-sama.
Koperasi produksi juga menampung hasil usaha para anggotanya.
Dengan demikian, anggota tidak mengalami kesulitan menjual hasil
usahanya. Anggota koperasi produksi dalam bidang pertanian dapat
menjual hasil bumi padi, jagung, kacang, kedelai, dan lailainnya ke
koperasi. Demikian juga para peternak dan pengrajin.
d. Koperasi berdasarkan pada jenis anggota, yaitu :
1) Koperasi Primer.
Koperasi yang anggotanya orang-perorang, jumlah minimal anggota
koperasi ini dua puluh orang.
2) Koperasi Sekunder.
Koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi. Koperasi sekunder
meliputi:
a) Pusat Koperasi Pusat koperasi merupakan koperasi yang
anggotanya oaling sedikit lima buah koperasi primer dan
berada di satu kabupaten/kota.
b) Gabungan Koperasi Gabungan koperasi merupakan koperasi
yang anggotanya paling sedikit tiga buah pusat koperasi.
Wilayahnya meliputi satu provinsi atau lebih.
c) Induk Koperasi Induk koperasi merupakan koperasi yang
anggotanya paling sedikit tiga buah gabungan koperasi.
e. Koperasi berdasarkan pada status anggota, yaitu :
Dilihat dari status keanggotaannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara
lain koperasi petani, koperasi pensiunan, Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI), Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma),
Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Pasar (Koppas) antara lain sebagai
berikut:
1) Koperasi Petani
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang orang
yang terlibat dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, misalnya penyuluhan
pertanian, pengadaan bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan dan
lain-lainnya.
2) Koperasi Pensiunan
Berbeda dengan Koperasi pertanian yang beranggotakan para petani,
anggota Koperasi pensiunan berisikan para pensiunan pegawai negeri.
Koperasi ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan
menyediakan kebutuhan para pensiunan.
3) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri baik pegawai pusat
maupun daerah. Sebelum KPRI, koperasi ini lebih dikenal dengan
nama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama
untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri (anggota).
KPRI dapat didirikan di lingkup department atau instansi.
4) Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma)
Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,
karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha
menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat
tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan
semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media
pendidikan bagi siswa antara lain latihan kepemimpinan, latihan
tanggung jawab, latihan kejujuran, latihan mengenal lingkungan, serta
latihan belajar berorganisasi dalam bentuk usaha bersama. Koperasi
sekolah diusahakan diurus oleh siswa, hal ini dimaksudkan agar tujuan
koperasi sebagai media pendidikan dapat tercapai. Sama seperti
koperasi sekolah, di tingkat universitas terdapat koperasi mahasiswa
atau KOPMA, koperasi ini beranggotakan para mahasiswa. Koperasi
ini bertujuan untuk menyediakan kebutuhan mahasiswa terhadap
sarana dan prasarana penunjang perkuliahan di kampus. Selain itu,
koperasi mahasiswa ini juga menyediakan simpan pinjam, bagi para
mahasiswa yang mempunyai kesulitan keuangan, usaha simpan pinjam
ini akan sangat membantu. Dengan adanya koperasi mahasiswa ini
juga akan melatih serta meningkatkan tanggung jawab, dan melatih
kepemimpinan mahasiswa di dalam berorganisasi.
5) Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat
pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi
terutama yang berkaitan dengan pertanian atau perikanan (nelayan).
Beberapa usaha KUD, antara lain:
a) Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti menyediakan
pupuk, obat pemberantas hama, benih, alat pertanian, dan
memberi penyuluhan teknis pertanian.
b) Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas
penyuluh lapangan kepada para petani. Di tingkat kabupaten
dan provinsi terdapat Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD)
yang bertugas memberikan bimbingan kepada KUDKUD. Di
tingkat pusat terdapat Induk Koperasi Unit Desa (INKUD)
yang bertugas memberikan bimibingan kepada PUSKUD di
seluruh Indonesia.
6) Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya
pedagang di setiap pasar mendirikan koperasi untuk melayani
kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan para pedagang. Misalnya
modal dan penyediaan barang dagangan. Di tingkat kabupaten atau
provinsi terdapat Pusat Koperasi Pasar (Puskoppas) yang bertujuan
memberikan bimbingan kepada koperasi pasar yang ada di wilayah
binaannya.