Anda di halaman 1dari 19

1.

Variabel Kinerja Koperasi dan Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi


1.1. Variabel Kinerja
Secara umum,variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembaga
n  atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri dari  kelembagaan
(jumlah  koperasi perprovinsi,jumlah  koperasi perjenis/kelompok  koperasi,
jumlah  koperasi  aktif  dan  nonaktif), keanggotaan, volume usaha,
permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable tersebut pada
dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai
melihat  peranan atau pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi
nasional. Demikian pula dampak dari koperasi (cooperative effect) terhadap
peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum tercermin dari
variabel-variabel yang disajikan. Dengan demikian, variabel kinerja koperasi
cenderung hanya dijadikan sebagai salah satu alat untuk melihat
perkembangan koperasi sebagai badan usaha.
1) Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja  tidak  terjadi  dengan  sendirinya.   Dengan  kata   lain,  terdap
at beberapa  faktor   yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor
tersebut menurut Armstrong (1998 : 16-17) adalah sebagai berikut:
a) Faktor  individu (personal factors).
Faktor  individu  berkaitan dengan  keahlian, motivasi,
komitmen, dll.
b) Faktor kepemimpinan (leadership factors).
Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitas dukungan dan
pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua
kelompok kerja.
c) Faktor  kelompok  /  rekan  kerja (team factors).
Faktor kelompok  / rekan  kerja  berkaitan dengan kualitas
dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
d) Faktor sistem (system factors).
Faktor system berkaitan dengan system / metode kerja yang ada
dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e) Faktor situasi (contextual/situational factors).
Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan perubahan
lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong,terdapat  beberapa faktor   yang
dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai.Faktor-faktor ini perlu
mendapat perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang optimal. Motivasi kerja dan kemampuan
kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam penentuan kinerja.
Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri pegawai akan menentukan
kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan kerja pegawai,
dimana mampu tidaknya karyawan dalam melaksanakan tugas akan
berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan
yang dimiliki karyawan semakin menentukan kinerja yang dihasilkan.
1.2. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter
hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan.
Proses pengukuran kinerja seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik
untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya.
Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk
meningkatkan kinerja secara umum. Pengukuran kinerja juga merupakan hasil
dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator
kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil,
manfaat, dan dampak. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan
misi. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan
sasaran. Sedangkan menurut Junaedi (2002:380-381) “Pengukuran kinerja
merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan
dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa
produk, jasa, ataupun proses”. Artinya, setiap kegiatan perusahaan harus dapat
diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di
masa yang akan dating yang dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non
keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaianpenyesuaian
atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
1.3. Prinsip Pengukuran Kinerja
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
a. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
b. Pekerjaan   yang   tidak  diukur  atau  dinilai  tidak  dapat  dikelola kare
na  darinya  tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk
menentukan nilainya.
c. Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
d. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja
yang diukur.
e. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas
hasil alih-alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
f. Mendefinisikan  kinerja  dalam  artian  hasil  kerja  semacam  apa yang
diinginkan  adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat
penugasan kerja operasional.
g. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
h. Pelaporan yang kerap  memungkinkan  adanya  tindakan  korektif yang
segera  dan  tepat waktu.
i. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan  untuk
manajemen kendali yang efektif.
1. Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Asset, dan SHU
2.1. Kelembagaan Koperasi
Lembaga koperasi merupakan sebuah lembaga keuangan yang berazaskan
kekeluargaan dan bergotong-royong dengan tujuan untuk meningkatkan taraf
ekonomi anggotanya dan masyarakat sekitar. Bidang Kelembagaan Koperasi
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, koordinasi, fasilitasi, pelaksanaan dan evaluasi pembinaan perizinan
dan penguatan kelembagaan Koperasi yang meliputi pembinaan perizinan dan
Badan Hukum Koperasi, oraganisasi dan tata laksana, penyuluhan
perkoperasian serta monitoring, evaluasi pelaporan dan data Koperasi.
Tujuan didirikannya sebuah lembaga yaitu :
1) Memaksimumkan keuntungan, sebuah lembaga harus mampu
memaksimalkan keuntungan yang didapat untuk meningkatkan
kualitasnya, anggota maupun sekitarnya.
2) Memaksimumkan nilai perusahaan, setelah sebuah lembaga
mendapatkan keuntungan maksimal, lembaga itupun harus
melaksanakan nilai-nilai yang diemban sejak didirikan.
3) Meminimumkan biaya, untuk melaksanakan kedua poin tersebut
sebuah lembaga harus mampu memanfaatkan resource yang ada
ataupun yang terbatas untuk mengefisiensikan pelaksanaannya.
2.2. Keanggotaan Koperasi
Keanggotaan koperasi berdasarkan pada kesamaan
kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi. Keanggotaan koperasi
pada dasarnya tidak dapat dipindahtangankan karena persyaratan untuk
menjadi anggota koperasi adalah kepentingan ekonomi yang melekat pada
anggota yang bersangkutan. Anggota koperasi merupakan pemilik dan juga
pengguna jasa koperasi. Dalam koperasi ada pula anggota luar biasa.
Dikatakan luar biasa bila persyaratan untuk menjadi anggota tidak sepenuhnya
dapat dipenuhi seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar.
1) Syarat Keanggotaan Koperasi:
a) Setiap warga negara Indonesia (WNI) yang mampu melakukan
tindakan hokum atau badan hukum koperasi yang memenuhi
persyaratan.
b) Menerima landasan dan asas koperasi.
c) Bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya
sebagai anggota.
2) Sifat Keanggotaan Koperasi:
a) Terbuka dan sukarela.
b) Dapat diperoleh dan diakhiri setelah syarat-syarat dalam
anggaran dasar terpenuhi.
c) Tidak dapat dipindahtangankan.
3) Berakhirnya Keanggotaan Koperasi:
a) Meninggal dunia.
b) Meminta berhenti karena kehendak sendiri.
c) Diberhentikan pengurus karena tidak memenuhi syarat
keanggotaan.
4) Kewajiban Anggota Koperasi tercantum dalam Pasal 20 UU No. 25
Tahun 1992.
a) Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta
keputusan yang telah disepakati rapat anggota.
b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan
koperasi.
c) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan
atas asas kekeluargaan.
d) Hak Anggota Koperasi Menurut Pasal 20 UU No. 25 Tahun
1992.
e) Menghadiri dan menyatakan pendapat serta memberikan suara
dalam rapat anggota.
f) Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau
pengawas.
g) Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam
anggaran dasar.
h) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar
rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta.
i) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama
antar anggota.
j) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi
menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
5) Permintaan Menjadi Anggota
Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari
lebih dahulu maksud dan tujuan koperasi tersebut, terutama mengenai
syarat-syarat keanggotaan dan hak serta kewajibannya sebagai
anggota.
a) Jika persyaratan sudah diterima, selanjutnya calon mengisi
formulir pendaftaran dikoperasi tersebut.
b) Jika pengurus menyetujui perminyaan calon anggota, maka
selanjutnya harus diberitahukan kepada yang bersangkutan
mulai saat tersebut dapat diterima menjadi anggota koperasi.
c) Bila permohonan seseorang menjadi anggota koperasi ditolak,
maka pencalonannya sebagai anggota dapat diajukan kembali
dalam RA yang akan datang, dan keputusannya akan mengikat
pengurus untuk memenuhinya.
6) Bukti Keanggotaan Koperasi
Buku daftar anggota merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UU
Koperasi, karena buku daftar anggota memuat tentang nama lengkap,
umur, mata pencaharian, tempat tinggal, tanggal masuk menjadi
anggota, cap ibu jari kiri atau tanda tangan anggota, sebab
diberhentikannya seorang anggota, tanda tangan ketua dan tanggal
dibubuhinya tanda tangan tersebut.

2.3. Volume Usaha


Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dan barang
dan/atau jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan. Dengan
demikian, volume usaha koperasi adalah akumulasi nilai penerimaan barang
dan jasa sejak awal tahun buku (Januari) sampai dengan akhir tahun buku
(Desember). Pada hakekatnya, aktivitas ekonomi koperasi dapat dilihat dari
besaran volume usaha koperasi itu sendiri.
Menurut Suwandi (1988:38), bahwa “Volume usaha merupakan totalitas
kegiatan yang tercermin dalam bentuk nilai uang dan merupakan titik sentral
dari interaksi dari berbagai perubah dalam koperasi sehingga volume usaha
merupakan ukuran jumlah seluruh kegiatan yang diukur dalam satuan uang
sekaligus dapat memberikan apa saja yang dilakukan koperasi selama kurun
waktu tertentu”. Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat
dari besarnya volume usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang
dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau
kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat dari besarnya volume usaha
yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha
koperasi.
2.4. Permodalan Koperasi
Sumber – Sumber Modal Koperasi
a. Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk
mengakumulasikan potensi keuangan para pendiri dan anggotanya
yang meskipun pada awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.
b. Modal Sendiri
1) Simpanan Pokok.
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke
dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada
saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik
kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan
masih tercatat menjadi anggota koperasi.
2) Simpanan Wajib.
Konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua
anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan
tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak
dikumpulkan, arena itu akumulasi simpanan wajib para anggota
harus diarahkan mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang
kebutuhan dana yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.
3) Dana Cadangan.
Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian
hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggota; tujuannya adalah
untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-
waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau
menutup kerugian dalam usaha.
4) Hibah.
Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang
tidak mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk
apapun. Siapa pun dapat memberikan hibah kepada koperasi dalam
bentuk apapun sepanjang memiliki pengertian seperti itu; untuk
menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan pemberi hibah
sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

c. Modal Pinjaman
1) Pinjaman dari Anggota.
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan
dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela,
maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan
anggota. Sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai
uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
2) Pinjaman dari Koperasi Lain.
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh
sesama badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang
kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa
dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit,
tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
3) Pinjaman dari Lembaga Keuangan.
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha
koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut
diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen
pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
4) Obligasi dan Surat Utang.
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau
surat utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar
dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai
persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur
dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
5) Sumber Keuangan Lain.
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal
dari dana yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam
modal.

d. Distribusi Cadangan Koperasi


Cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang
diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk
memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila
diperlukan. Sesuai Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No.
12/1967 menentukan bahwa 25% dari SHU yang diperoleh dari usaha
anggota disisihkan untuk cadangan, sedangkan SHU yang berasal
bukan dari usaha anggota sebesar 60% disisihkan untuk cadangan.
Banyak sekali manfaat distribusi cadangan, seperti contoh di bawah
ini:
1) Memenuhi kewajiban tertentu
2) Meningkatkan jumlah operating capital koperasi
3) Sebagai jaminan untuk kemungkinan kemungkinan rugi di
kemudian hari
4) Perluasan usaha
2.5. Asset Dalam Koperasi
Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan
operasional usaha. Aset merupakan sumber daya yang dikuasai koperasi
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari
sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya, diakui sebagai aset tetap.
Komponen-komponen dari asset yaitu :
1) Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu
tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
2) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
3) Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjualbelikan);
4) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan.
Aset lancar meliputi komponen perkiraan:
1) Kas adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah
maupun mata uang asing sebagai alat pembayaran sah.
2) Bank adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang likuid, seperti:
tabungan, giro dan deposito serta simpanan lainnya.
3) Surat berharga adalah investasi dalam berbagai bentuk surat berharga,
yang dapat dicairkan dan diperjualbelikan dalam bentuk tunai setiap
saat;
4) Piutang Usaha adalah tagihan koperasi sebagai akibat penyerahan
barang/jasa kepada pihak lain yang tidak dibayar secara tunai.
5) Piutang Pinjaman Anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat
transaksi pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada
anggota.
6) Piutang Pinjaman Non anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat
transaksi pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada
non anggota.
7) Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu,
sebagai “pengurang nilai nominal” piutang pinjaman atas terjadinya
kemungkinan risiko piutang tak tertagih, yang dibentuk untuk menutup
kemungkinan kerugian akibat pemberian piutang pinjaman.
8) Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam
bentuk persediaan, baik persediaan dalam bentuk bahan baku, bahan
setengah jadi, maupun barang jadi untuk diperdagangkan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada anggota dan penyelenggaraan transaksi
dengan non anggota;
9) Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan
kepada pihak lain untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu.
10) Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah berbagai jenis
pendapatan koperasi yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan
tetapi belum dapat diterima oleh koperasi;
11) Aset Lancar Lain-lain.

Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta digunakan dalam
kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya depresiasi
(penyusutan).
Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan:
1) Investasi Jangka Panjang, adalah aset atau kekayaan yang
diinvestasikan pada koperasi sekunder, koperasi lain atau perusahaan
untuk jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat dicairkan, berupa
simpanan atau penyertaan modal.
2) Properti Investasi, adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian
dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik/koperasi atau lessee melalui sewa pembiayaan) dan dapat
menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti
investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau penyediaan
barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari.
3) Akumulasi Penyusutan Properti Investasi, adalah “pengurang nilai
perolehan” suatu properti investasi, sebagai akibat penggunaan dan
berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis
selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
4) Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
kegiatan produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan ke
pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan digunakan lebih dari
satu periode. Aset tetap mencakup perkiraan: Tanah/Hak Atas Tanah,
Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan Peralatan Kantor.
5) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah “pengurang nilai perolehan”
suatu aset tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan
dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara
sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
6) Aset Tidak Berwujud, adalah aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi namun tidak mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk
digunakan dalam kegiatan produksi atau disewakan kepada pihak lain
atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tidak berwujud antara lain:
hak paten, hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota impor/ekspor,
waralaba.
7) Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud, adalah “pengurang nilai
perolehan” suatu aset tidak berwujud yang dimiliki koperasi, sebagai
akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
8) Aset Tidak Lancar Lain, adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana
pada butir 1 sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai
dibangun.
2.6. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan
total (total revenue) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau
biaya total (total cost) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu.
SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding
jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi,
sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
1) SHU yang dibagi berasal dari anggota.
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi,
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya
bukan berasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak
dibagi kepada anggota, tetapi dijadikan sebagai cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secara tunai.
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan
usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa modal dan transaksi usaha.
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi
yang dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
penentuan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha
yang akan dibagikan kepada para anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan.
Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan terbuka,
sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara
kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila
beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut:
1) SHU total kopersi pada satu tahun buku
2) bagian (persentase) SHU anggota
3) total simpanan seluruh anggota
4) total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang
bersumber dari anggota
5) jumlah simpanan per anggota
6) omzet atau volume usaha per anggota
7) bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8) bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 Rumus Pembagian SHU, yaitu :
1) Mengatakan bahwa “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak
semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam
koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota
terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan
dan keadilan”.
2) Didalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai
berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus
5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, danasosial 5%,
danapembangunanlingkungan 5%.
3) Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-
nya. Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam
rapat anggota.

2. Efisiensi Koperasi
Pada koperasi, tingkat efisiensi juga harus dilihat secara berimbang dengan tingkat
efektifitasnya, sebab biaya pelayanan yang tinggi bagi anggota diimbangi dengan
keuntungan untuk memperoleh pelayanan setempat yang lebih baik, misalnya biaya
pelayanan dari pintu ke pintu yang diberikan oleh koperasi kepada anggotanya.
Kunci utama efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi
yang dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh
pelayanan yang baik dapat dikatakan usahanya tidak efisian di samping tidak
memiliki tingkat efektifitas yang tinggi, sebab dampak kooperatifnya tidak dirasakan
anggota. Untuk mengukur efisiensi organisasi dan usaha ada bebrapa rasio yang dapat
dipergunakan yang didasarkan pada keragaan koperasi yang bersangkutan. Sarana
yang dapat digunakan adalah neraca dan catatan keragaan lain yang dimiliki koperasi.
Hal itu lah yang dapat memberikan gambaran kuantitatif tentang keragaan koperasi.
Pembahasan mengenai efisiensi, Thoby Mutis (1992) menunjukkan 5 lingkup efisiensi
koperasi, yaitu efisiensi intern masyarakat, efisiensi alokatif efisiensi ekstern, efisiensi
dinamis dan efisiensi sosial. Pengertian efisiensi tersebut adalah:
a. Efisiensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari akses biaya
dengan biaya yang sebenarnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan perbandingan
nilai bersih pemasukan dan nilai bersih pengeluaran
b. Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber
daya dan dana dari semua komponen koperasi tersebut. Misalnya, penyaluran
tabungan anggota untuk pinjaman anggota, penyaluran simpanan sukarela
untuk investasi jangka pan.lang dan pendek. Hal ini biasanya dilihat pada
perbandingan pertumbuhan simpanan sukarela dan modal sendiri dengan
pertumbuhan pinjaman, silang pinjam atau investasi tahunan. Sebagai dasar
tingkat pengukuran efisiensi digunakan laporan keuangan koperasi sampel
(neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahaan modal) di samping tentu
saja data-data lain vang diperlukan seperti yang tercantum dalam laporan
pertanggungjawaban pengurus.
c. Efisiensi ekstern menunjukkan bagaimana efisiensi pada lembaga-lembaga
dan perseorangan di luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung
efisiensi di dalam koperasi.
d. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat
optiniasi karena adanya perubahan teknologi yang dipakai. Setiap perubahan
teknologi akan membawa dampak terhadap output yang dihasilkan. Tentu saja
teknologi baru akan dipakai jika menghasilkan produktivitas yang lebih baik
dari semula.
e. Efisiensi sosial sering dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana
secara tepat, karena tidak menimbulkan biaya-biaya atau beban.

3. Klasifikasi Koperasi
Penilaian kinerja Koperasi yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian
Koperasi dan UKM Tahun 2005-2009 terkait dengan upaya pemberdayaan koperasi
adalah Pengembangan Kelembagaan dalam rangka mewujudkan 70.000 unit koperasi
berkualitas. Sampai dengan awal April 2007 pelaksanaan penilaian kinerja koperasi
adalah melalui Klasifikasi Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No.
129/KEP/M.KUKM/XI/2002 tanggal 29 Nopember 2002).
Mulai April 2009 sampai saat ini pelaksanaan penilaian kinerja koperasi dilakukan
melalui Pemeringkatan Koperasi, mengacu pada Permen KUKM
No.22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007, dan Permen
Nomor:06/Per/M.KUKM/III/2008 tanggal 12 Maret 2008 tentang Perubahan atas
Permen No.22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007 tentang Pemeringkatan
Koperasi. Memasuki tahun anggaran 2010 s/d 2014, Program Pemeringkatan
Koperasi masih terus dilakukan baik melalui anggaran APBN maupun APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota. Tujuan klasifikasi koperasi adalah:
a. Mengetahui kinerja koperasi dalam satu periode tertentu
b. Menetapkan peringkat kualifikasi koperasi
c. Mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah
bisinis yang sehat.
Dengan kata lain, melalui upaya klasifikasi ini diharapkan secara internal koperasi
mampu mempertegas jati dirinya sebagai sokoguru perekonomian rakyat sebagaimana
diamanatkan oleh International Cooperative Alliance (ICA) dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2002, namun juga secara eksternal mampu tetap menunjukkan
kinerjanya sebagai pelaku bisnis yang kompetitif.
Secara internal sudah jelas arti dan fungsi Koperasi namun secara eksternal inilah
yang menimbulkan terjadinya sedikit pergeseran sistem, dimana dinamisasi kondisi
perekonomian terkadang berbanding terbalik ataupun berbanding lurus dengan
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencari jalan keluar dari sebuah
permasalahan ekonomi. Untuk itu, diperlukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap
sistem dan instrument klasifikasi yang selama ini telah digunakan agar mampu
mengakomodasikan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan setiap koperasi
yang bersangkutan dalam mengakses sumber pembiayaan dan sebagai alat
pembinaan. Sistem pemeringkatan yang akan dihasilkan ini diharapkan mampu
memetakan kinerja koperasi dan menjadi prasyarat untuk mengakses sumberdaya
produktif serta dapat dimanfaatkan sebagai strategi pengelolaan. Pedoman klasifikasi
koperasi tersebut disempurnakan menjadi sistem pemeringkatan koperasi yang
dilandasi dasar hukum dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi dan Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/III/2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi.
Klasifikasi jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan berbagai hal:
a. Penggolongan koperasi berdasarkan pada ketentuan pemerintah yang
diberlakukan pada koperasi. Pada penggolongan ini koperasi dibedakan
sebagai berikut :
1) Koperasi Unit Desa (KUD).
Koperasi ini diarahkan khusus untuk masyarakat pedesaan.
2) Koperasi Umum.
Koperasi umum dapat didirikan oleh siapa saja dan dimana saja.
b. Koperasi berdasarkan banyaknya jenis usaha, yaitu :
1) Koperasi Single Purpose.
Koperasi yang hanya mempunyai satu jenis usaha.
2) Koperasi Multi Purpose.
Koperasi yang mempunyai lebih dari satu macam jenis usaha yang
dikelola secara bersamaan.
c. Koperasi dibedakan menurut jenis lapangan usaha, yaitu :
Secara umum, berdasarkan jenis lapangan usahanya koperasi dapat dibedakan
menjadi empat, yakni terdiri atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi
Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi.
1) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal
yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.
Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan
jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Pengembalian pinjaman
dilakukan dengan mengangsur. Besarnya jasa bagi penabung dan
peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan
usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”
2) Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis
usaha. Misalnya, melayani simpan pinjam dan pelayanan jasa, menjual
barang-barang hasil produksi anggota, unit pertokoan untuk melayani
kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit wartel.
3) Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya
menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang
dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah
tangga. Barang-barang yang disediakan harganya lebih murah
dibandingkan dengan toko-toko lainnya.
4) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat
barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama yang
merupakan hasil produksi anggota koperasi. Bagi para anggota yang
memiliki usaha, dapat memasok hasil produksinya ke koperasi, dan
melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan
pemasaran.
Ada bermacam-macam koperasi produksi. Misalnya koperasi produksi
para petani, koperasi produksi peternak sapi, koperasi produksi
pengrajin, dan sebagainya. Koperasi produksi membantu anggota
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam berusaha. Misalnya koperasi
membantu menyediakan bahan baku untuk kerajinan, menyediakan
bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain. Selain itu, anggota
koperasi mencari jalan keluar dari permasalah secara bersama-sama.
Koperasi produksi juga menampung hasil usaha para anggotanya.
Dengan demikian, anggota tidak mengalami kesulitan menjual hasil
usahanya. Anggota koperasi produksi dalam bidang pertanian dapat
menjual hasil bumi padi, jagung, kacang, kedelai, dan lailainnya ke
koperasi. Demikian juga para peternak dan pengrajin.
d. Koperasi berdasarkan pada jenis anggota, yaitu :
1) Koperasi Primer.
Koperasi yang anggotanya orang-perorang, jumlah minimal anggota
koperasi ini dua puluh orang.
2) Koperasi Sekunder.
Koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi. Koperasi sekunder
meliputi:
a) Pusat Koperasi Pusat koperasi merupakan koperasi yang
anggotanya oaling sedikit lima buah koperasi primer dan
berada di satu kabupaten/kota.
b) Gabungan Koperasi Gabungan koperasi merupakan koperasi
yang anggotanya paling sedikit tiga buah pusat koperasi.
Wilayahnya meliputi satu provinsi atau lebih.
c) Induk Koperasi Induk koperasi merupakan koperasi yang
anggotanya paling sedikit tiga buah gabungan koperasi.
e. Koperasi berdasarkan pada status anggota, yaitu :
Dilihat dari status keanggotaannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara
lain koperasi petani, koperasi pensiunan, Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI), Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma),
Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Pasar (Koppas) antara lain sebagai
berikut:
1) Koperasi Petani
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang orang
yang terlibat dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, misalnya penyuluhan
pertanian, pengadaan bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan dan
lain-lainnya.
2) Koperasi Pensiunan
Berbeda dengan Koperasi pertanian yang beranggotakan para petani,
anggota Koperasi pensiunan berisikan para pensiunan pegawai negeri.
Koperasi ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan
menyediakan kebutuhan para pensiunan.
3) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri baik pegawai pusat
maupun daerah. Sebelum KPRI, koperasi ini lebih dikenal dengan
nama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama
untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri (anggota).
KPRI dapat didirikan di lingkup department atau instansi.
4) Koperasi Sekolah dan Koperasi Mahasiswa (Kopma)
Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,
karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha
menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat
tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan
semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media
pendidikan bagi siswa antara lain latihan kepemimpinan, latihan
tanggung jawab, latihan kejujuran, latihan mengenal lingkungan, serta
latihan belajar berorganisasi dalam bentuk usaha bersama. Koperasi
sekolah diusahakan diurus oleh siswa, hal ini dimaksudkan agar tujuan
koperasi sebagai media pendidikan dapat tercapai. Sama seperti
koperasi sekolah, di tingkat universitas terdapat koperasi mahasiswa
atau KOPMA, koperasi ini beranggotakan para mahasiswa. Koperasi
ini bertujuan untuk menyediakan kebutuhan mahasiswa terhadap
sarana dan prasarana penunjang perkuliahan di kampus. Selain itu,
koperasi mahasiswa ini juga menyediakan simpan pinjam, bagi para
mahasiswa yang mempunyai kesulitan keuangan, usaha simpan pinjam
ini akan sangat membantu. Dengan adanya koperasi mahasiswa ini
juga akan melatih serta meningkatkan tanggung jawab, dan melatih
kepemimpinan mahasiswa di dalam berorganisasi.
5) Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat
pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi
terutama yang berkaitan dengan pertanian atau perikanan (nelayan).
Beberapa usaha KUD, antara lain:
a) Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti menyediakan
pupuk, obat pemberantas hama, benih, alat pertanian, dan
memberi penyuluhan teknis pertanian.
b) Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas
penyuluh lapangan kepada para petani. Di tingkat kabupaten
dan provinsi terdapat Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD)
yang bertugas memberikan bimbingan kepada KUDKUD. Di
tingkat pusat terdapat Induk Koperasi Unit Desa (INKUD)
yang bertugas memberikan bimibingan kepada PUSKUD di
seluruh Indonesia.
6) Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya
pedagang di setiap pasar mendirikan koperasi untuk melayani
kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan para pedagang. Misalnya
modal dan penyediaan barang dagangan. Di tingkat kabupaten atau
provinsi terdapat Pusat Koperasi Pasar (Puskoppas) yang bertujuan
memberikan bimbingan kepada koperasi pasar yang ada di wilayah
binaannya.

Anda mungkin juga menyukai