Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda:
Dokumentasi
Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, tidak hanya dalam
setiap penugasan audit tetapi juga pada departemen audit internal. Kepala bagian audit
harus menerapkan kebijakan mengenai jenis-jenis kertas kerja audit yang harus disimpan,
sistempenempatan yang akan digunakan, sistem pemberian indeks yang akan diikuti, dan
hal-hal terkait lainnya. Kertas kerja bisa mencakup antara lain:
Secara umum, auditor internal harus mengupayakan kertas kerja yang rapi, berikut ini
penjelasannya masing-masing :
Sistem pemberian indeks sebaiknya sederhana dan fleksibel. Jenis penelaahan yang
berbeda akan membutuhkan pola pemberian indeks yang berbeda, tetapi prinsip-prinsip
tertentu akan tetap berlaku. Sistem yang akan digunakan pada pemeriksaan tertentu harus
dipertimbangkan dan direncanakan segera setelah program audit selesai dibuat.dengan
cara ini kertas kerja bisa diberi referensi saat audit berlangsung. Sehingga auditor
terhindar dari banyaknya kertas kerja yang tidak memiliki referensi dimana sulit untuk
menemukan sesuatu.
Anggaran dan skedul sering kali digabungkan karena auditor ingin menghemat penyajian
kertas kerja. Menyadari masalah ini, beberapa organisasi audit telah membuat aturan
kertas kerja yang mengandung informasi standar, yang mengingatkan auditor akan hal-
hal penting yang akan dicakup dalam audit. Sebuah organisasi audit membuat semacam
kertas kerja pro forma yang bisa membantu.
Setiap organisasi audit yang menggunakan kertas kerja pro forma harus membuat format
yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Format tersebut haruslah, membantu dan tidak
membatasi. Format tersebut akan menuntun auditor dan meyakinkan bahwa semua hal-
hal signifikan telah tercakup – bahwa auditor tidak hanya melakukan hal-hal rutin karena
lembar kerja pro forma menuntunnya.
Salah satu bentuk praktik inovasi dalam audit internal adalah otomatisasi dalam operasi
audit internal. Media pengoperasian proses ini bernama lotus notes. Ada 10
karakteristiknya:
1) Refleksi informasi – Memungkinkan auditor memiliki salinan basis data dan kertas
kerja yang diperbarui tanpa harus kembali ke kantor. Juga menghasilkan penelaahan
kertas kerja yang tepat waktu.
2) Standardisasi – Kertas kerja diformat terlebih dahulu dan kertas kerja administratif
diatur terlebih dahulu.
3) Kenyamanan – Menghilangkan kebutuhan mencari bagian kertas kerja secara manual
menggunakan penyaring lotus notes.
4) Referensi dokumen – Penghubung elektronik yang secara otomatis membawa auditor
daru satu kertas kerja ke dokumen lainnya dan kembali lagi.
5) Tampilan – Memungkinkan auditor dan penyelia melihat keseluruhan audit pada
suatu waktu dengan memberikan tampilan basis data dokumen, kertas kerja tahun ini,
kertas kerja permanen, dan format temuan.
6) Pencitraan – Memungkinkan digunakannya media noelektronik menjadi kertas kerja
otomatis, melalui alat pembaca optik.
7) Komunikasi – Surat elektronik note bisa terhubung dengan pc, lan, dan sistem surat
elektronik.
8) Menjadi alat kontrol – Kertas kerja disimpan pada satu atau lebih wadah penyimpan
(server).
9) Integrasi aplikasi – Lingkungan kertas kerja otomatis tidak berarti menghilangkan
atau memodifikasi aplikasi yang sudah ada.
10) Pengamanan hak akses – Melalui hak akses, hanya orang-orang tertentu yang perlu
membaca, mengedit, atau menghapus kertas kerja yang bisa melakukannya.
Penyedia harus menelaah kertas kerja sesegera mungkin setelah diselesaikan, agar
kekacauan kerja bisa dikurangi dan masalah-masalah diselesaikan sebelum laporan ditulis
dan auditor ditugaskan ulang.
Sebuah organisasi menggunakan format khusus untuk melakukan penelaahan akhir atas
kertas kerja audit. Berikut ini beberapa standar yang tercatat pada format tersebut:
1) Laporan
a. Temuan-temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan memadai ke
dokumen pendukung.
b. Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup penuh.
2) Rencana
a. Program audit yang memadai telah dibuat.
b. Rrencana pra audit telah didokumentasikan.
c. Perhilangan langkah-langkah yang diperlukan dalam program audit yang telah
dijelaskan dengan memadai.
d. Waktu audit yang diestimasi dan yang sebenarnya telah didukomentasikan dengan
memadai.
3) Umum
a. Bagan air telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan diperbarui.
b. Rencana pengambilan sampel telah didokumentasikan dengan memadai dan
informatif.
c. Rekan referensi (kebijakan, prosedur, dan lain-lain) disimpan untuk tujuan
konstruktif.
d. Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup.
e. Temuan audit sebelumnya telah diinvestigasi.
f. Pertemuan setelah audit telah didokumentasikan.
g. Data administrative telah diselesaikan.
4) Pekerjaan Lapangan
a. Setiapp bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan temuan-
temuan audit disusun.
b. Ringkasan dirujuk silang ke bahan-bahan pendukung yang sesuai.
c. Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat.
d. Kesimpulan auditor diberikan.
5) Supervisi
a. Semua pertanyaan penyelia telah dijawab.
b. Mutu pekerjaan dinilai.
Kertas kerja merupakan milik auditor dan harus dijaga oleh auditor. Auditor harus
mengetahui dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit. Jika terdapat risiko
kehilangan, kertas kerja harus disimpan dalam lemari atau meja terkunci saat jam makan
siang dan sepanjang malam. Kertas kerja tidak boleh diakses orang-orang yang tidak
memiliki otoritas untuk memiliki atau menggunakannya, karena bisa disalahgunakan,
informasi bisa dipindahkan, diubah, atau dibaca oleh orang yang tidak berhak
membacanya. Kontrol yang baik atas kertas kerja elektronik mengharuskan perubahan
hanya dilakukan oleh auditor yang membuatnya.
1) Menulis Di Kertas Kerja Saat Audit Berlangsung
Auditor internal yang terus-menerus berada di bawah tekanan waktu mungkin
meragukan kemmapuan mereka untuk membuat kertas kerja yang bagus. Tetapi
pengorganisasian pekerjaan lapangan yang baik akan membantu. Rahasianya adalah
tulislah saat melakukan pekerjaan lapangan.
2) Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja harus dibuang bila tidak lagi digunakan. Bila audit lanjutan atas sebuah
operasi telah diselesaikan, auditor harus membuat keputusan, disetujui oleh penyelia
mereka, mengenai apakah kertas kerja sebelumnya harus disimpan atau dimusnahkan.
Bila kertas kerja mengandung dokumentasi atau bahan-bahan lainnya yag akan terus
digunakan, maka bagian kertas kerja tersebut harus dibawa ke kertas kerja tahun ini.
3) Kepemilikan Kertas Kerja
Jika pihak-pihak terbatas ingin melihat hasil kerja audit internal, auditor internal
merupakan korban dari kesuksesannya sendiri. Bila hasil kerja dan efektivitas kerja
mereka semakin dikenal dan diterima, permintaan untuk melihat kertas kerja mereka
akan meningkat. Sebuah pertanyaan tambahan yang muncul adalah mengenai
kepemilikan dokumentasi audit internal. Apakah kertas kerja tersebut milik
manajemen, pemegang saham atau departemen audit internal? Dalam banyak kasus,
tulisan yang tertera di akta perusahaan, undang-undang dan akta audit bisa
menentukan hal ini.