Anda di halaman 1dari 17

PEKERJAAN LAPANGAN II

TEKNIK-TEKNIK AUDIT

1. Penerapan Teknik-Teknik Audit


Teknik Audit
Teknik-teknik audit seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menganalisis,
melakukan verifikasi, menginvestigasi dan mengevaluasi diterapkan pada berbagai kondisi.
Teknik-teknik tersebut dapat digunakan terpisah maupun bersamaan atau gabungan namun
diterapkan dalam kerangka tertentu tergantung pada subjek yang diaudit dimana hasil
akhirnya adalah rekomendasi dan opini audit. Kebanyakan penugasan audit akan dilakukan
dalam satu dari empat bentuk, yaitu audit fungsional, audit organisasional, studi manajemen,
serta audit atas program.
Jenis-Jenis Penugasan Audit
Berikut jenis-jenis penugasan audit:
1) Audit Fungsional
Audit fungsional (functional audit) adalah audit yang mengikuti proses dari awal hingga
akhir serta melintasi lini organisasi. Audit ini cenderung menitikberatkan pada operasi dan
proses dibandingkan pada administrasi dan personel yang ada di dalam organisasi. Audit
ini bertujuan untuk menentukan seberapa baik fungsi-fungsi dalam organisasi akan saling
berinteraksi dan bekerjasama.
Audit fungsional memiliki kesulitan khusus karena luas dan cakupannya. Audit fungsional
yang bernilai bagi sebuah organisasi mencakup audit atas:
a. Pemesanan, penerimaan, dan pembayaran bahan baku dan perlengkapan
b. Pengiriman langsung perlengkapan atau jasa ke departemen pengguna
c. Penerapan perubahan pada produk
d. Pengumpulan,pemisahan,dan penjualan barang sisa
e. Pengendalian dan praktik keselamatan
f. Program untuk mendeteksi konflik kepentingan
g. Pengelolaan asset-asset modal
h. Formulasi anggaran
i. Fungsi-fungsi pemasaran
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai auditor internal, auditor harus bertindak sebagai
pihak yang generalis dan bukan spesialis, sehingga diharapkan auditor mampu
menghadapi berbagai lini organisasi. Oleh karena itu manajemen senior mengharapkan
auditor, dalam semua penugasannya, memiliki karakteristik:
a. Menguasai teknik-teknik audit internal.
b. Mampu menetapkab sumber-sumber informasi faktual.
c.  Memiliki kapasitas untuk secara mendalam menganalisis informasi yang diterima.
d.  Memiliki kemampuan untuk membuat rekomendasi berdasarkan bukti-bukti yang
kuat.
e. Memiliki sifat bersungguh-sungguh, penuh integritas, dan rendah hati dalam
melakukan semua penugasan audit.
2) Audit Organisasional (dan Evaluasi Produktivitas)
Audit organisasional (organizational audit) tidak hanya memperhatikan aktifitas yang
dilakukan dalam organisasi tetapi juga dengan kontrol administratif yang digunakan untuk
memastikan bahwa aktifitas-aktifitas tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu auditor
tertarik pada seberapa baik manajer organisasi memenuhi tujuan organisasi dengan
sumber daya yang ada.
Hal-hal yang harus dipahami auditor internal dalam melakukan audit organisasional
adalah:
a. Mengetahui gambaran yang lengkap mengenai perusahaan misalnya struktur
organisasi, untuk mengetahui alur kewenangan di dalam perusahaan.
b. Mengetahui prinsip-prinsip perencanaan, yaitu harus mengetahui tentang penetapan
tujuan, prosedur, kebijakan, pengevaluasian rencana, dan lain-lain.
c. Mengetahui prinsip-prinsip pengarahan, yaitu kepemimpinan, motivasi, dan
komunikasi.
d. Menelaah produktivitas, yaitu efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada manajer.
Untuk menilai produktivitas, maka auditor internal harus mempelajari tujuan dari
produktivitas organisasi. Caranya yaitu dengan:
a. Mengidentifikasi tujuan produktivitas.
b. Menetapkan tujuan atau sasaran-sasaran kkuantitatif untuk dapt mengukur
produktivitas secara objektif.
c. Merancang pengukuran yang sesuai dan memutuskan informasi yang dibutuhkan.
2. Studi dan Konsultasi Manajemen
Audit fungsional dan organisasional membentuk kerangka kerja program audit jangka
panjang. Setiap jenis audit, yang umurnya diulang pada jangka waktu tertentu, mencerminkan
“santapan” yang harus dimakan seorang auditor. Aspek lain dari audit bisa jadi bagaikan
kaviar dan sampanye, audit diarahkan menuju penyesuaian masalah bagi manajemen
(biasanya bukan menyelesaikan masalah manejemen).
Setiap organisasi membutuhkan konsultan luar untuk melakukan studi manajemen, membuat
evaluasi, dan menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki masalah organisasi. Organisasi -
organisasi ini telah mendapatkan manfaat dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
para konsultan. Organisasi - organisasi yang lain munkin tidak merasakan hal yang sama.
Kekecewaan ini bisa bersumber dari berbagai penyebab. Beberapa diantaranya adalah:
a. Para karyawan mungkin menganggap para konsultan tersebut sebagai orang asing yang
tidak terlibat dalam gaya hidup dan pergaulan organisasi.
b. Konsultan telah mengikuti pelatihan dalam jangka waktu yang lama dan berbiaya tinggi.
c. Rekomendasi konsultan luar, yang biasanya dikomunikasikan dalam pertemuan terakhir
atau dalam laporan rinci, bisa memancing reaksi defensive dari klien.
d. Konsultan luar biasanya mengenakan tarif yang sangat mahal, yang dalam banyak kasus,
akan melebihi biaya memberdayakan orang - orang berbakat yang telah dimiliki
organisasi
Auditor harus menerapkan semua teknik mempengaruhi yang mereka miliki sejak permulaan
dan disepanjang penugasan. mereka harus membuat manajemen tetap mengetahui informasi
dan memperoleh rekomendasi pada tingkat akar rumput sebelum menyajikannya ke
manajemen.
Setelah mengenali situasi tersebut internal auditor membuat persentasi formal ke manajemen
mengenai pandangan mereka terhadap masalah tersebut dan memberikan usulan untuk
mengatasinya. Studi ini dilaksanakan secara mendalam, studi harus menghasilkan jawaban
yang kuat atas pertanyaan relevan yang diajukan manajemen dan bisa memberikan dukungan
yang kuat atas rekomendasi yang diajukan.
Studi harus didasarkan pada pemahaman mendalam atas masalah-masalah berikut:
a. Apa saja masalah yang mendasar? (masalah apa yang sebenarnya).
b. Apa saja fakta-fakta yang relevan? (data, proses, sistem, kebijakan, organisasi, orang-
orang yang ada, masa lalu, masa kini, kemungkinan di masa datang).
c. Apa penyebabnya? (jumlah, variasi penyebab, akar masalah dan penyebab di permukaan,
kapan penyebab tersebut mulai mempengaruhi masalah).
d. Apa solusi yang mungkin? (alternatif yang ada, biaya, jawaban atas masalah lokal
organisasi yang terpengaruh).
Setiap bulan audit bisa memberikan laporan kemajuan ke manajemen eksekutif mengenai
status studi tersebut. Laporan tersebut bisa berisi:
a. Identifikasi studi manajemen utama yang sedang dilakukan.
b. Ringkasan sejumlah memorandum studi manajemen yang dikeluarkan dan statusnya.
c. Identifikasi masalah-masalah yang penting yang telah diselesaikan maupun yang belum
terpecahkan.
d. Diskusi secara umum mengenai kemajuan pekerjaan.
e. Estimasi waktu yang di butuhkan untuk meyelesaikan studi. Tunjukkan jumlah orang,
baik auditor maupun teknisi, yang terlibat dalam studi dan jumlah tim yang di tugaskan
(hanya jika diminta).
Audit atas Program
Program merupakan istilah umum yang mencakup setiap upaya yang didanai yang seiring
dengan aktivitas normal organisasi yang sedang berlangsung – progam ekspansi, program
baru untuk manfaat karyawan, kontrak baru, program kesehatan pemerintah atau program
pelatihan yang berhubungan erat dengan tujuan organisasi.
Tujuan auditnya adalah memberikan manajemen informasi mengenai biaya, pelaksanaan, dan
hasil - hasil program dan membuat evaluasi yang informatif, bermanfaat, dan objektif. Dalam
penelaahan ini akan membantu semua pihak terkait bila mereka memiliki pemahaman yang
sama atas istilah - istilah yang digunakan. Berikut beberapa diantaranya:
a. Evaluasi - memastikan nilai sesuatu dengan membandingkan antara pencapaian dengan
standar atas tujuan.
b. Evaluasi program - secara umum, mengevaluasi apa yang telah dicapai, terkait dengan
sumber daya yang digunakan, dan atas itu, apakah tujuan-tujuan program telah layak dan
sesuai.
c. Study biaya manfaat - mempertimbangkan hubungan antara sumber daya yang digunakan
dan biaya (masukan) dan manfaat (keluaran atau hasil).
d. Study efektitas biaya - mempertimbangkan manfaat (hasil) yang tidak dapat diukur dalam
nilai uang (Dollar-Rupiah), manfaat-manfaat program magang yang baru, misalnya, atau
pengajaran siswa-siswi yang cacat.
Intinya, auditor internal ingin menetukan tiga hal dalam audit atas program. Dalam sektor
swasta pencapaian umumnya diukur dalam pendapatan dan keuntungan. Dalam sektor publik
auditor internal memperhatikan:
a. Keluaran. Keluaran mencakup hal-hal seperti jasa yang diberikan, barang yang
diproduksi, dan biaya, dan bantuan yang diberikan. Misalnya siswa – siswa yang diajar,
kasus – kasus yang diproses.
b. Manfaat atau Hasil. Manfaat mencerminkan dampak dari keluaran . misalnya, jumlah
siswa yang diajar merupakan pengeluaran. Tetapi, peningkatan tingkat pengetahuan,
keahlian, motivasi, dan aspirasi dari para siswa merupakan manfaat. Manfaat atau hasil
lebih sulit diukur dibandingkeluaran namun jelas manfaat lebih relevan dalam
mengevaluasi suatu program.
c. Dampak. Dampak adalah efek dari suatu program terhadap suatu komunitas.masyarakat,
atau bahkan dunia.
Jelaslah bahwa tujuan, sasaran dan standar harus diidentifikasi cukup spesifik dalam
penelaahan program jika tidak auditor tidak memiliki alat untuk mengukur dan hasil audit
berupa opini akan dipertentangkan. Tujuan, sasaran dan standar tidak mudah diidentifikasi
bila:
a. Manajemen, dewan komisaris atau badan pembuat UU tidak dengan jelas mendefinisikan
tujuannya.
b. Tujuan – tujuan saling tumpah tindih atau saling tergantung satu sama lain.
c. Orang yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan sasaran, atau standar tidak benar –
benar memahaminya.
d. Maksud yang tampak dari manajemen, dewan komisaris atau badan pembuat UU tidak
diikuti.
e. Tujuan program yang sebenarnya tidak diidentifikasi atau telah berubah meskipun tujuan
dinyatakan tetap sama.
Audit Kontrak
Kontrak kontruksi atau operasi sering melibatkan uang dalam jumlah besar. Kontrak
kontruksi biasanya bukan merupakan bagian dari bisnis rutin organisasi. Kontrak operasi bisa
memberikan jasa ataupun operasi terprogram.
Kontrak umumnya terdiri atas tiga kategori:
1) Biaya Sekaligus (Lump-Sump)
Pada kontrak lump sum (harga tetap) kontraktor setuju melaksanakan pekerjaan dengan
harga tetap. Kadang kontrak mengandung klausul kenaikan, kemajuan pembayaran,
ketentuan insentif, dan penyesuaian atas biaya pekerjaan alapangan, jika biaya melebihi
yang disepakati biaya tambahan akan ditanggung oleh organisasi.
Adapun risiko dan bidang risiko yang harus diperhatikan oleh auditor internal dalam
kontrak ini, yaitu:
a. Persaingan yang tidak memadai.
b. Perlindungan asuransi dan utang yang tidak memadai.
c. Sertifikasi penyelesaian pekerjaan padahal sebenarnya belum selesai.
d. Pengenaan biaya atas perlatan atau aktifitas yang tidak diterima.
e. Ketentuan kenaikan.
f. Perubahan spesifikasi atau harga.
g. Otorisasi ata pekerjaan ekstra dan revisi pekerjaan.
h. Pekerjaan tambahan, perubahan dan revisi yang sebenarnya sudah tercakup dalam
kontrak awal.
i. Biaya-biaya tidak langsung termasuk biaya-biaya tambahan.
j. Isi perubahan pesanan termasuk tarif yang tidak sesuai.
k. Inspeksi yang tidak memadai dibandingkan spesifikasi.
2) Biaya Tambahan (Cost-Plus)
Biaya Tambahan (Cost-Plus) merupakan cara paling ekonomis untuk proyek kontruksi atau
operasi, karena banyaknya ketidakpastian dalam proyek-proyek ini. Kontrak-kontrak cost-
plus tidak membutuhkan perlindungan atas ketidakpastian. Biaya-biaya tak terduga bisa
dimintakan penggantian sejumlah biaya ditambah tarif tetap atau biaya ditambah tarif
berdasarkan persentase biaya. Jenis penggantian banyak dihindari organisasi karena adanya
motivasi untuk menaikkan biaya sehingga meningkatkan tarif. Beberapa kontrak cost-plus
memberikan baiaya maksimum dan memisahkan setiap penghematan yang bisa dilakukan.
Adapun risiko dan bidang risiko yang harus diperhatikan oleh auditor internal dalam
kontrak ini, yaitu:
a. Biaya-biaya overhead ditagih secara langsung.
b. Kontrol internal yang tidak memadai oleh kontraktor atas pengenaan biaya orang-
orang yang sedang dipekerjakan, bahan baku dan jasa.
c. Pengenaan biaya yang tidak wajar untuk penggunaan peralatan yang dimiliki
kontraktor.
d. Penggunaan buruh yang berlebihan.
e. Tidak ada upaya untuk mendapatkan harga terbaik untuk bahan baku dan peralatan.
f. Tagihan di atas jumlah yang dibayar kontraktor untuk pekerja dan bahan baku.
g. Kegagalan untuk mengkreditkan proyek atas diskon, tarif, restitusi, asuransi, bahan
baku sisa atau yang dikembalikan.
h. Duplikasi usaha atau biaya antara kantor pusat dan kantor cabang.
i. Pengawasan lapangan atau inspeksi yang tidak memadai oleh kontraktor atau oleh
insinyur arsitek.
j. Komunikasi dan tindak lanjut yang tidak memadai dari kantor pusat.
k. Akuntansi biaya dan prosedur pelaporan oleh kontraktor yang tidak dapat diandalkan.
l. Pengawasan tagihan karena adanya pelanggaran tenaga kerja langsung dari ketentuan
dalam kontrak.
m. Perlatan yang disewa tidak dapat digunakan.
n. Praktik kerja yng tidak bagus.
o. Kualitas yang buruk.
p. Penggunaan bahan baku dan perlengkapan yang boros atau tiba lebih awal.
q. Standar yang terlalu tinggi untuk bahan baku dan perlengkapan.
r. Proteksi fisik bahan baku dan perlatan yang buruk.
s. Kurangnya kontrol atas ketidakhadiran pegawai kontraktor.
t. Pekerjaan jenis cost-plus dilakukan secara bersamaan dengan pekerjaan fixed type.
u. Berlebihannya biaya yang terjadi akibat kelalaian kontraktor.
v. Waktu lembur yang tidak terkendali.
3) Harga Per Unit (Unit-Price).
Harga Per Unit (Unit-Price) berguna jika suatu proyek membutuhkan pekejaan yang
seragam dalam jumlah yang besar. Semua bentuk kontrak ini, khususnya jenis cost-plus
bisa memperoleh manfaat dari pengawasan audit. Audit internal seharusnya tidak
menungu sampai proyek dijalankan untuk melindungi kepentingan organisasi mereka.
Adapun risiko dan bidang risiko yang harus diperhatikan oleh auditor internal dalam
kontrak ini, yaitu:
a. Pembayaran berkala yang berlebihan.
b. Pelaporan yang tidak layak atas unit yang disediakan.
c. Harga yang tidak berkaitan dengan biaya.
d. Perubahan yang tidak layak atas kontrak awal.
e. Penyesuaian kenaikan yang tidak diotorisasi.
f. Catatan lapangan yang tidak akurat.
g. Perluasan harga per unit yang tidak akurat.
Audit Terintegrasi
Akhir-akhir ini audit integrasi dianggap sebagai bagian utama dari fungsi audit internal.
Konsep integrasi bisa meluas dan mencakup aspek-aspek seperti menyediakan audit yang
berlaku sebagai:
a. Audit berkelanjutan atas elemen-elemen neraca dan operasiional dalam audit kinerja
b. Pelaksanaan audit atas tahap vvarian dari operasi klien yang biasanya diaudit secara
terpisah
c. Sebuah latihan dalam ausit partisipatif dimana klien membantu perencanaan audit dan
berpartisipasi dengan staf dalam pelaksanaan audit.
d. Sebuah audit yang sebenarnya menggabungkan berbagai tahap audit internal seperti audit
keuangan, kinerja, dan sistem informasi
Jelasnya tingkat integrasi tergantung pada:
a. Ukuran staf audir
b. Kompetensi yang dimiliki staf audit
c. Filosofi audit yang dipegang manajemen organisasi dan organisasi audit
d. Tingkat aktivitas teknologi klien dan organisasi audit
e. Biaya manfaat dari pengoperasian audit semacam itu
Konsultan
Konsultan teknis dibutuhkan untuk mengklarifikasi hal-hal teknis atau yang diketahui orang-
orang tertentu saja, mengarahkan pemeriksaan ke bidang-bidang tertentu, dan melindungi
auditor dari informasi yang tidak akurat atau dari pernyataan sepihak oleh karyawan lini.
Tetapi didalam mengambil keputusan dari pengumpulan bukti, menyusun fakta, dan
memeriksa data hanya auditor yang bertanggung jawab.
Penggunaan Sumber Daya dari Luar atau dari Mitra
Sebagai bagian dari penggunaan sumber daya dari luar, umumnya dipahami sebagai
pengoperasian audit bila pihak luar melaksanakan bagian dari audit internal bersama dengan
aktivitas audit   organisasi. Penggunaan sumber daya dari luar dan dari mitra merupakan hal
penting dibanyak bidang spesialis. Kepala bagian audit bertanggung jawab atas kualitas jasa
yang diberikan pihak luar. Bantuan dari luar atau dari mitra harus digunakan dalam proses
perencanaan jika diperlukan, serta dalam evaluasi aktivitas audit. Pengunaan sumber daya dari
luar atau dari mitra yang terstruktur dengan baik dan memiliki keahlian tinggi akan  
membawa nilai teknis dan kredibilitas bagi operasi audit internal.
Penelaahan Analitis
Penelaahan analitis digunakan untuk menentukan kewajaran data tertentu. Beberapa
metodologi yang digunakan yaitu:
1) Analisis Tren yaitu pengujian yang dilakukan dengan membandingkan data sekarang
dengan data sebelumnya untuk memberikan memprediksi data sekrang.
2) Analisis rasio keuangan, seperti probalitas, solvensi dan efisiensi digunakan untuk
menentukan kewajaran informasi saat ini.
3) Analisis Regresi digunakan untuk mengetahui hubungan-hubungan variabel tertentu
Auditor dapat menggunakan penelaahan analitis dapat menunjukkan masalah-masalah yang
ada dan memberi jalan bagi dilakukannya audit yang lebih intensif untuk menentukan tingkat
abnormalitasnya, dan yang lebih penting, penyebabnya. Berikut ini beberapa contohnya.
1) Pemeliharaan Aktiva Tetap
Dalam menguji kontrol atas aktiva tetap, auditor menganalisis dengan umur dan manfaat
aktiva, biaya ekonomis yang relatif, biaya kemacetan mesin,dan biaya perawatan hingga
perbaikan. Analisis ini mengungkapkan kebijakan penggantian yang terlalu liberal, biaya  
perbaikan yang abnormal, atau pemeliharaan pencegahan yang berlebihan.
2) Statistik Karyawan
Laporan bisa dianalisis untuk menunjukan berbagai hubungan antara jumlah karyawan
dan tren organisasi lainnya. Laporan untuk cabang yang berbeda bisa dipelajari untuk
menemukan penyimpangan dalam prosedur atau efisiensi penyebaran karyawan.
3) Perputaran Persediaan
Analisis tingkat perputaran, termasuk catatan barang-barang tertentu, bisa
mengungkapkan berapa banyak persediaan yang lebih dari setahun. Analisis tersebut bisa
menunjukan kesalahan pembelian yang tersembunyi dalam persediaan dan tertutup oleh
rasio perputaran keseluruhan yang memuaskan. Rasio yang terlalu rendah juga bisa
menunjukan kecurangan dalam pembebanan persediaan.
4) Biaya-biaya Karyawan dan Perputaran Karyawan
Biaya dan waktu  yang digunakan  untuk merekrut karyawan, tingkat perputaran karyawan
per departemen  atau organisasi harus dianalisis dan dibandingkan dengan organisasi
lainnya.
5) Pengiriman Persediaan
Hal yang penting dianalisis yaitu perhitungan jarak, rata-rata waktu penggunaan ban
mobil (organisasi), perbandingan jumlah tenaga kerja, gudang, galangan kapal, waktu
angkut,dan waktu pengiriman.
6) Penyimpangan Perlengkapan dan Alat Tulis Kantor
Membandingkan saldo perlengkapan dengan jumlah karyawan pengguna, bila barang-
barang merupakan kebutuhan rumah tangga dan bila kontrol fisik atas persediaan
menunjukan barang-barang yang ingin dimiliki karyawan.
7) Catatan Bahan Baku
Untuk mendistribusikan biaya bahan baku. Auditor bisa menganalisis laporan yang
menunjukan jumlah permintaan gudang yang diproses. Namun jika harga rata-rata terlalu
rendah, maka tidak membutuhkan aliran kertas untuk palaporan yang berlebihan.
8) Telepon dan Komputer
Auditor bisa menentukan dan menganalisis rasio jumlah karyawan terhadap jumlah
telepon   dan penggunaan telepon, sehingga mengahasilkan hasil yang baik dan
mengurangi jumlah dan lamanya penggunaan telepon. Auditor harus berhati-hati dalam
melakukan analisis ini, hal ini bisa jadi signifikan dan bisa menunjukan cara untuk
investigasi labih lanjut   dalam menemukan sebab akibat. Jenis analisis serupa bisa
dilakukan menggunakan komputer.
3. Sifat Bukti Audit, Bukti Fisik, Bukti Pengakuan, Bukti Dokumen, Dan Bukti Analitis
Bukti Hukum dan Bukti Audit
1) Hubungan dengan Bukti Audit
Bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki tujuan yang sama untuk
memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap
pernyataan atau suatu masalah. Keyakinan dibangun dari pertimbangan atas informasi.
Fokus bukti audit sedikit berbeda dengan bukti hukum. Bukti-bukti hukum (legal
evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan, sedangkan Bukti-bukti audit (audit
evidence) lebih mengandalkan bukti-bukti dokumen.
2) Bentuk Bukti Hukum
Berikut beberapa bentuk bukti hukum:
a. Bukti Terbaik. Bukti terbaik (best evidence), sering disebut bukti primer, merupakan
bukti yang paling alami, bukti yang paling memuaskan mengenai fakta-fakta yang
sedang diselidiki. Bukti tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan keandalan.
Bukti tersebut terbatas pada bukti dokumen dan kebanyakkan diterapkan untuk
membuktikan isi pernyataan tertulis.
b. Bukti Sekunder. Bukti sekunder (secondary evidence) berada dibawah bukti primer
dan tidak dapat disamakan keandalannya. Bukti sekunder mencangkup salinan bukti
tertulis atau lisan.
c. Bukti tidak Langsung. Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) membuktikan
fakta sementara, atau sekumpulan fakta. Yang dapat dirujuk seseorang untuk
mengetahui keberadaan beberapa fakta primer yang signifikan atas masalah yang
sedang dipertimbangkan. Bukti ini tidak langsung membuktikan keberadaan fakta-
fakta primer tetapi hanya meningkatkan penggunaan pemikiran logis yang ada.
d. Bukti yang Meyakinkan. Bukti yang meyakinkan (consuve evidence) merupakan
bukti yang tak terbantahkan, apa pun bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga
mengalahkan semua bukti lainnya dan merupakan sumber diambilnya kesimpulan.
Bukti ini tidak dapat dipertentangkan dan tidak membutuhkan bukti-bukti yang
menguatkan.
e. Bukti yang Menguatkan. Bukti yang menguatkan (corroborative evidence)
merupakan bukti tambahan dari karakter yang berbeda menyangkut hal yang sama.
Bukti ini mendukung bukti yang telah diberikan dan cenderung menguatkan atau
menginformasikannya
f. Bukti Opini. Berdasarkan aturan opini (opinion rule), saksi-saksi harus memberikan
kesaksian hanya terhadap fakta yang ada pada apa yang benar-benar mereka lihat atau
dengar, sebaliknya audior harus menyaring opini dan mengumpulkan serta
mengevaluasi fakta – fakta untuk membuktikan kebenaran atau kesalahannya. Untuk
pengakuan berupa opini dibuat pengaman dengan mensyaratkan dua elemen:
- Subyek yang dinyatakan opininya harus jelas terkait dengan pengetahuan, profesi,
bisnis, atau jabatan yang berada diluar pemahaman orang awam.
- Saksi ahli harus memiliki keahlian, pengetahuan, atau pengalaman dibidang
tersebut hingga bisa membantu anggota juri.
g. Bukti Kabar Angin. Aturan bukti kabar angin memberikan pernyataan yang tidak
dapat diterima yang dibuat seseorang, selain saksi ahli, untuk membuktikan kebenaran
suatu masalah. Bukti ini berupa bukti lisan atau tertulis yang dibawa kepengadilan dan
menjadi bukti atas pernyataan yang dikatakan dipengadilan, jadi bahan bukti ini
merupakan bukti angina (hearsay evidence).
3) Bentuk Bukti Audit
a. Sifat Bukti Audit
Bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor internal melalui
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus
mempunyai dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit
terdiri dari:
a) Bukti fisik
Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan orang, property, dan kejadian.
Bukti ini dapat berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat atau oleh foto,
bagan, peta, grafik (bukti grafik bersifat persuasive), atau gambar lainnya.
b) Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai
jawaban atas pertanyaan. Bukti ini tidak bersifat menyimpulkan, jika
dimungkinkan masih harus didukung oleh dokumentasi.
c) Bukti Dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang
paling biasa. Dokumen bisa eksternal (mencakup surat atau memorandum yang
diterima pleh klien, faktur dari pemasok, dan lembar pengemasan) maupun
internal (dokumen yang dibuat dalam organisasi klien mencakup catatan
akuntansi, salinan korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui email,
dll). Sumber bukti dokumen mempengaruhi keandalannya, sebuah dokumen
eksternal yang diperoleh langsung dari sumbernya lebih andal dibandingkan
dokumen yang didapatdari klien.
d) Bukti Analitis
Bukti analitis (analitycal evidence) berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber
bukti ini adalah perhitungan, perbandingan dengan standar yang ditetapkan,
operasi masa lalu, operasi yang serupa, dan hukum atau regulasi, pertimbangan
kewajaran, dan informasi yang telah dipecah ke dalam bagian-bagian kecil
4. Standar-Standar Dan Penanganan Bukti Yang Sensitif
Standar-standar Bukti Audit
Semua bukti audit harus memenuhi 3 uji yaitu :
1) Kecukupan. Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai dan meyakinkan
sehingga bisa menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil kesimpulan
yang sama dengan auditor.
2) Kompetensi. Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal, bukti tersebut haruslah yang
terbaik yang dapat diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan salinannya,
pernyataan lisan yang menguatkan adalah lebih kompeten dari pernyataan biasa, bukti
langsung lebih andal dibandingkan bukti kabar angin.
3) Relevansi. Mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunaannya. Fakta dan
opini yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal suatu masalah harus
memiliki hubungan logis dan masuk akal dengan masalah tersebut.

Penanganan Bukti yang Sensitif


Harus terdapat rencana yang dibuat untuk menangani dan mengamankan bahan-bahan yang
sensitif, rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga integritas dokumen yang harus
dipisahkan dari dokumen kertas kerja biasa dan harus disimpan dalama lemari terkunci atau
kotak penympanan yang aman, penyimpanan juga dapat dilakukan di lokasi luar. Selain itu
perlu mengamankan informasi bukti terkomputerisasi untuk menghindari akses ke bentuk
aslinya. Metode penyajian tambahan adalah mengembangkan dokumen-dokumen pendukung
yang disimpan pada lokasi selain lokasi penyimpanan catatan atau dokumen asli. Dalam
situasi yang sangat sensitif yang dapat berakibat terjadinya tindakan hukum, harus ada  
konsultasi  dengan  penasihat hukum untuk   menjaga bukti dari tindakan  yang mungkin
terjadi. Saran hukum dan pengamanan harus diperoleh sehubungan dengan penanganan
selama prosedur penemuan dalam situasi kriminal atau penggunaan biasa.
Kertas Kerja
Kertas kerja merupakan dasar pengembangan bukti. Ada beberapa jenis kertas kerja yang
semuanya penting, yaitu mencakup:
a. Kutipan dari sumber berwenang tentang kriteria dan standar.
b. Ringkasan wawancara, pertemuan, dan percakapan.
c. Subtansi verifikasi dan pemeriksaan dokumen.
d. Analisis temuan dari kertas kerja atau pengamatan lainnya.
e. Perhitungan analitis terkait dengan audit.
Kertas kerja merupakan substansi audit yang harus diberikan pengawasan dan pemeriksaan
seksama untuk menentukan keabsahannya dan tidak meninggalkan pertanyaan yang tersisa
juga bahwa materi di beberapa kertas kerja tidak bertentangan dengan yang terdapat dalam
kertas kerja yang lain.
5. Pekerjaan Lapangan dalam Lingkungan Berteknologi
Karena sistem informasi terkait erat dngan pemrosesan tepat waktu, auditor menghadapi
komplikasi yang biasanya tidak ditemukan pada sistem yang lama. Komplikasi ini makin luas
bila perusahaan menerapkan system untuk perusahaan secara keseluruhan (enterprise wide
systems) yang memiliki potensi mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis perusahaan mulai dari
pemasaran hingga manufaktur dan logistik hingga ke sumber daya dan pelaporan keuangan.
Enterprise-Wide Systems
Perusahaan yang berkembang menggunakan sistem ini, yang juga disebut sistem perencanaan
sumber daya perusahaan. Sistem ini memberikan kemungkinan besar terciptanya operasi yang
lebih efisien dan efektif bagi perusahaan dengan menggunakan sistem standar yang cukup
fleksible terhadap komponen-komponen usaha yang berbeda di negara yang berbeda dan
meghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk tingkat manajemen yang sesuai. Sistem ini bisa
menangani bisnis dan fungsi-fungsi dalam kisaran yang luas termasuk yang tercakup dalam e-
commerce yang substansial selain itu sistem ini menjadi standar bagi perusahaan besar untuk
memiliki bidang audit internal sendiri.
Oleh karena itu auditor harus terlibat penuh dalam proses, termasuk instalasinya. Hal ini
penting   dilakukan   mengingat   kontrol   tradisional   yang   mengandalkan   auditor  
umumnya dihapuskan dan tidak ada kontrol lain yang bisa menggantikannya. Satu pendekatan
untuk menghadapi masalah ini adalah mengembangkan basis data untuk pemrosesan dan yang
lainnya untuk kontrol internal. Kontrol ini penting karena sistem tersebut dirancang
berdasarkan teori bahwa dokumen tunggal informasi merupakan situasi yang paling
diinginkan. Bagian penting dari  kontrol yang dibangun dalam system didasarkan pada
proteksi sandi rahasia. Hal ini menjadi penting khususnya menyangkut penekanan pada
otorisasi dalam sistem-sistem perusahaan.
Audit Berkelanjutan
Sifat sistem yang ada di enterprise wide system memungkinkan dilakukannya audit
berkelanjutan. Ikatan akuntan kanada dan AICPA mendefinisikan audit berkelanjutan
(continuous auditing) sebagai “sebuah metodologi yang memungkinkan auditor independent
memberikan keyakinan tertulis mengenai suatu subjek masalah menggunakan serangkaian
laporan auditor yang dikeluarkan secara simultan dengan atau setelah suatu periode yang
pendek, terjadinya suatu kejadian yang melandasi masalah tersebut”.
Studi penelitian menyimpulkan bahwa kondisi berikut memerlukan diselenggarakannya audit
berkelanjutan:
a. Subjek masalah dengan karakteristik yang sesuai.
b. Keandalan sistem yang melandasi subjek tersebut.
c. Bukti audit yang diberikan oleh prosedur audit dengan tingkat otomatisasi yang tinggi.
d. Sarana yang dapat diandalkan untuk mendapatkan hasil-hasil prosedur audit secara tepat
waktu.
e. Tingkat keahlian auditor yang tinggi dalam teknologi informasi dan subjek masalah.

Berikut masalah yang menjadi perhatian utama yang berdampak pada pekerjaan lapangan
dan pelaporan auditor internal:
a. Keterlibatan auditor internal dengan subjek masalah.
b. Pengetahuan auditor internal mengenai keandalan subjek masalah.
c. Keterlibatan auditor internal dalam pelaporan dan evaluasi tanggapan manajemen
terhadap laporan.
d. Keahlian internal auditor dengan teknologi informasi dan masalah-masalah yang sedang
diaudit.
Salah satu komponen kunci dalam audit berkelanjutan adalah perancangan dan implementasi
kontrol otomatis dan pemicu tanda bahaya. Pemicu tanda bahaya ini akan menjadi penanda
bagi auditor internal dan manajemen bahwa salah satu hal berikut ini terjadi:
a. Kontrol berfungsi dan mereka telah mengidentifikasi sebuah kesalahan yang harus
diinvestigasi dan atau diperbaiki.
b. Kontrol tidak berfungsi berdasarkan informasi yang diidentifikasi.
Dalam enterprise wide system, auditor internal harus memainkan peran kunci dalam
mengurangi risiko hingga ke tingkat yang dapat diterima.
Masalah-masalah Audit Internal Terkait dengan Risiko
Begitu enterprise-wide systems dimodifikasi, masalah-masalah harus dirubah. Perbedaan
yang jelas harus dibuat antara apa yang dilaporkan ke manajemen pada tingkat yang mana
dan apa yang dilaporkan ke audit internal. Karena enterprise-wide systems telah semakin
berkembang dan perusahaan bergerak menuju perlengkapan audit berkelanjutan yang
konsisten dengan evaluasi risiko mereka, pekerjaan lapangan tradisional yang dilakukan
auditor akan berubah, khususnya untuk bidang-bidang berisiko tinggi. Pekerjaan lapangan
tidak akan dilakukan dalam periode waktu yang berlainan tetapi dalam periode yang
berkelanjutan, laporan yang akan dikeluarkan berupa laporan pengecualian untuk audit yang
sedang berjalan dan laporan ringkas di akhir periode tertentu.
Perdagangan Elektronik (E-Commerce / E-Business) dan Audit Berkelanjutan
Karena perusahaan bergerak menuju E-commerce dan E-business, audit berkelanjutan
mungkin diharuskan untuk mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima. Jika suatu
entitas menggunakan e-commerce untuk menjual produk ke palanggan, terdapat beberapa
risiko yang  harus dipertimbangkan  auditor   dalam  merencanakan pekerjaan lapangannya.
Risiko-risiko ini mencakup kemungkinan penjualan dan retur fiktif dan kemungkinan pesaing
bisa mengakses informasi yang penting dari perusahaan yang mengakibatkan kerugian besar
bagi entitas, dalam hal ini audit kelanjutan dapat memberikan tanda bagi auditor atas masalah
tersebuut.

Anda mungkin juga menyukai