Anda di halaman 1dari 21

Bab 7

Pekerjaan Lapangan-II

Penerapan Teknik-teknik Audit

Teknik Audit

Teknik-teknik audit seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menganalisis,


mem- verifikasi, menginvestigasi, dan mengevaluasi diterapkan pada beragam kondisi. Teknik-
teknik tersebut digunakan, sendiri-sendiri maupun secara gabungan, kapan pun auditor
melakukan pemeriksaan. Namun teknik-teknik ini diterapkan dalam kerangka tertentu,
tergantung pada masalah yang menjadi subjek yang diaudit. Hasil akhirnya adalah opini dan
rekomendasi audit. Tetapi pendekatan tersebut akan berbeda sesuai dengan misi auditor dan
rencana tertentu.

Kebanyakan penugasan audit akan dilakukan dalam satu dari empat bentuk: audit fungsional,
audit organisasional, studi manajemen, dan audit atas program. Banyak auditor internal juga
terlibat dalam audit atas biaya yang dihasilkan dari kontrak dengan organisasi lain. Berikut ini
pembahasan kelima jenis penugasan audit tersebut.

Audit Fungsional

Seperti yang dibahas di sini, audit fungsional (functional audit) adalah audit yang mengikuti
proses dari awal hingga akhir, melintasi lini organisasi. Audit fungsional cenderung lebih
berkonsentrasi pada operasi dan proses dibandingkan pada administrasi dan orang-orang yang
ada dalam organisasi. Audit ini bertujuan untuk menentukan seberapa baik fungsi-fungsi dalam
organisasi akan saling berinteraksi dan bekerja sama. Apakah fungsi tersebut akan dilaksanakan
secara efektif dan efisien? Audit fungsional yang bernilai bagi sebuah organisasi mencakup audit
atas:

• Pemesanan, penerimaan, dan pembayaran bahan baku dan perlengkapan.

• Pengiriman langsung perlengkapan atau jasa ke departemen pengguna.

• Penerapan perubahan pada produk.

• Pengumpulan, pemisahan, dan penjualan barang sisa.

• Pengendalian dan praktik keselamatan.

Audit fungsional memiliki kesulitan khusus karena luas dan cakupannya. Auditor perlu
mendefinisikan parameter-parameter pekerjaan dan menjaganya tetap dalam batas yang wajar,
mencakup semua aspek signifikan dari fungsi tersebut. Mereka harus berhubungan dengan
sejumlah bagian organisasi, masing- masing dengan tujuan yang mungkin berbeda dari tujuan
organisasi hilir, hulu, atau bagian yang lain.

Namun audit fungsional bisa memberikan manfaat khusus bagi manajemen: Berbagai pandangan
bisa diidentifikasi. Kemacetan bisa ditemukan. Tujuan-tujuan yang berbeda bisa direkonsiliasi.
Duplikasi dapat diangkat ke permukaan. Akuntabilitas bisa didefinisikan.

Audit fungsional bisa mencapai hasil-hasil yang sama untuk sistem dan proses yang lain dalam
organisasi. Untuk itu auditor harus terus mengamati keseluruhan tujuan organisasi dan
menjembatani kesenjangan antara perhatian berbagai unit dengan fungsi tersebut. Dalam
melakukan audit fungsiopal, dan audit jenis lainnya, auditor internal harus selalu menyadari apa
yang diharapkan oleh manajemen senior dari auditor internal. Setiap organisasi diarahkan dan
dipimpin oleh keputusan manajemen. Keputusan yang baik tergantung pada informasi yang
tepat. Manajemen membutuhkan informasi mengenai tren ekonomi, perilaku kompetisi, tingkah
laku pelanggan, dan efektivitas karyawannya. Manajemen mengembangkan kebijakan dan
prosedur berdasarkan informasi ini. Manajemen membuat sistem kontrol dan umpan balik untuk
memastikan keputusan dan sistem tersebut sah dan berfungsi dengan baik.

Oleh karena itu manajemen senior mengharapkan auditor, dalam semua penugasannya, memiliki
karakteristik-karakteristik berikut:

• Menguasai teknik-teknik audit internal

• Mampu menetapkan sumber-sumber informasi faktual

• Memiliki kapasitas untuk secara mendalam menganalisis informasi yang diterima

• Memiliki kemampuan untuk membuat rekomendasi berdasarkan bukti-bukti yang kuat

• Memiliki sifat bersungguh-sungguh, penuh integritas, dan rendah hati dalam melakukan semua
penugasan audit.

Audit Organisasional (dan Evaluasi Produktivitas)

Audit organisasional (organizational audit) tidak hanya memerhatikan aktivitas yang dilakukan
dalam organisasi tetapi juga dengan kontrol administratif yang digunakan untuk memastikan
bahwa aktivitas- aktivitas tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu auditor tertarik pada seberapa
baik manajer organisasi memenuhi tujuan organisasi dengan sumber daya yang ada. Pendekatan
organisasional yang tajam sering kali bisa memberikan pandangan yang luas atas operasi,
melebihi yang diperoleh hanya dari pengujian transaksi.

Khususnya dalam organisasi yang besar dengan berbagai operasi dan fungsi, auditor sebaiknya
disarankan untuk menentukan seberapa baik manajemen telah melakukan pengelolaan-seberapa
baik transaksi mengalir atau mengucur melalui saluran pipa organisasi. Tolok ukur audit, atau
standar yang diterapkan pada operasi organisasi dibangun dari elemen-elemen yang membentuk
kontrol administratif yang dapat diterima.

Studi dan Konsultasi Manajemen

Audit fungsional dan organisasional membentuk kerangka kerja program audit jangka panjang.
Setiap jenis audit, yang umumnya diulang pada jangka waktu tertentu, mencerminkan "santapan"
yang harus dimakan seorang auditor. Aspek lain dari audit bisa jadi bagaikan kaviar dan
sampanye: audit diarahkan menuju penyelesaian masalah bagi manajemen (biasanya bukan
menyelesaikan masalah manajemen).

Setiap organisasi membutuhkan konsultan luar untuk melakukan studi manajemen, membuat
evaluasi, dan menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki masalah organisasi. Organisasi-
organisasi ini telah mendapatkan manfaat dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki para
konsultan. Organisasi- organisasi yang lain mungkin tidak merasakan hal yang sama.
Kekecewaan ini bisa bersumber dari berbagai penyebab. Beberapa di antaranya adalah:

• Para karyawan mungkin menganggap para konsultan tersebut sebagai orang asing yang tidak
terlibat dalam gaya hidup dan pergaulan organisasi. Baik karyawan maupun manajer bisa merasa
tidak suka dan tidak terbuka, menghalangi konsultan memperoleh pemahaman yang utuh
mengenai masalah yang ditugaskan kepada mereka untuk diselesaikan.

• Konsultan telah mengikuti pelatihan dalam jangka waktu yang lama dan berbiaya tinggi.
Betapa pun banyaknya pengalaman yang mereka miliki, mereka masih harus mempelajari tata
letak organisasi, struktur organisasi, metode dan prosedur yang telah diterapkan, filosofi, dan
kepribadian, kekuatan, kelemahan, serta hal-hal yang disukai manajemennya.

• Rekomendasi konsultan luar, yang biasanya dikomunikasikan dalam pertemuan terakhir atau
dalam laporan rinci, bisa memancing reaksi defensif dari klien. Para karyawan organisasi bisa
menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan operasi yang telah lama ada daripada
mengimplementasikan saran yang mungkin lebih berharga.

• Konsultan luar biasanya mengenakan tarif yang sangat mahal, yang dalam banyak kasus, akan
melebihi biaya memberdayakan orang-orang berbakat yang telah dimiliki organisasi.

Suatu studi manajemen dengan lingkup yang luas akan memiliki dampak pembersihan yang
umum. Begitu tim audit menyelidiki, mengajukan pertanyaan dan menganalisis, mereka
mungkin menemukan kelemahan sistem dan kinerja. Mereka harus segera mengurangi masalah
ini secara tertulis, mendiskusikannya dengan orang-orang yang memiliki perhatian untuk itu, dan
mengeluarkan memorandum yang mengidentifikasi masalah-masalah tertentu, memberikan
rincian yang memadai, mengetahui cara pandang orang yang diwawancara, dan mengajukan
solusi. Bisa saja dikeluarkan serangkaian memorandum untuk studi tunggal. Untuk itu Nomor
Memorandum harus memiliki huruf akhiran, yaitu 123A. Memo seperti ini harus dibatasi pada
perubahan material dalam satu atau lebih bagian memo. Format untuk memorandum seperti ini
ditampilkan pada Tampilan 7-1. Setiap memorandum berisi identifikasi setiap masalah, indikasi
orang yang diajak berdiskusi mengenai masalah tersebut, cara pandang mereka, dan solusi yang
ditawarkan.

Setiap minggu, atau setiap dua minggu, karyawan manajemen yang terkait harus diberi ringkasan
yang menunjukkan status memorandum studi manajemen. Ringkasan terpisah harus diberikan
untuk setiap organisasi utama. Dengan menggunakan organisasi pembelian sebagai contoh,
format ringkasan tersebut bisa jadi seperti yang tampak pada Tampilan 7-2 :
Catatan Memorandum Studi Manajemen membuat studi tersebut tetap berada di garis depan
perhatian manajemen. Masalah-masalah yang membutuhkan perhatian tetap ditandai hingga
dikoreksi. Studi- tersebut jangan dibiarkan berlalu tanpa hasil.

Setiap bulan, manajer audit bisa memberikan laporan kemajuan ke manajemen eksekutif
mengenai status studi tersebut. Laporan tersebut bisa berisi:

• Identifikasi studi manajemen utama yang sedang dilakukan.

• Ringkasan sejumlah memorandum studi manajemen yang dikeluarkan dan statusnya.

• Identifikasi masalah-masalah yang lebih penting yang telah diselesaikan maupun yang masih
belum terpecahkan.

• Diskusi secara umum mengenai kemajuan pekerjaan.

• Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studi. Tunjukkan jumlah orang, baik
auditor maupun teknisi, yang terlibat dalam studi dan jumlah tim yang ditugaskan. (Hanya jika
diminta.)

Ketika setiap tugas diselesaikan, hasil-hasilnya harus dimasukkan dalam laporan akhir. Laporan
tersebut haruslah merupakan potongan kerja yang profesional, memberikan permasalahan
semacam aura kepentingan yang sesuai. Rinciannya bisa berupa daftar memorandum studi
manajemen, seperti yang ditampilkan dalam Catatan Memorandum Studi Manajemen, tanpa tiga
kolom terakhir (mulai dikerjakan, selesai, sedang dikerjakan), didukung oleh salinan
memorandum itu sendiri. Laporan harus membahas masalah-masalah yang telah diperbaiki dan
masih belum diperbaiki. (Jika tugas bisa dianggap selesai dengan beberapa bagian tidak
diperbaiki, maka statusnya harus dijelaskan.)

Audit Atas Program

Atas kemauan mereka sendiri atau atas permintaan manajemen eksekutif, auditor internal bisa
melakukan penelaahan khusus atas program yang sedang berjalan. "Program" merupakan istilah
umum yang mencakup setiap upaya yang didanai yang seiring dengan aktivitas normal
organisasi yang sedang berlangsung-program ekspansi, program baru untuk manfaat karyawan,
kontrak baru, program kesehatan pemerintah atau program pelatihan, aplikasi komputer yang
baru, atau program yang berhubungan erat dengan tujuan organisasi.

Tujuan auditnya adalah memberikan manajemen informasi mengenai biaya, pelaksanaan, dan
hasil- hasil program dan membuat evaluasi yang informatif, bermanfaat, dan objektif. Dalam
penelaahan ini, akan membantu semua pihak terkait bila mereka memiliki pemahaman yang
sama atas istilah-istilah yang digunakan. Berikut beberapa di antaranya:
• Evaluasi-Memastikan nilai sesuatu dengan membandingkan antara pencapaian dengan standar
atau tujuan.

• Evaluasi program-Secara umum, mengevaluasi apa yang telah dicapai, terkait dengan sumber
daya yang digunakan, dan di atas itu, apakah tujuan tujuan program telah layak dan sesuai.
Auditor membutuhkan otorisasi khusus atas pertanyaan yang kemudian muncul.

• Studi biaya manfaat-Mempertimbangkan hubungan antara sumber daya yang digunakan dan
biaya (masukan) dan manfaat (keluaran atau hasil). Auditor mungkin harus menggali cara lain
untuk mencapai tujuan program. Tujuan auditor adalah mengidentifikasi pilihan terbaik dalam
nilai uang (dolar, rupiah)-manfaat terbesar dengan biaya tertentu atau tingkat manfaat yang
diperlukan pada biaya terendah.

Dalam sektor swasta, pencapaian umumnya diukur dalam pendapatan dan keuntungan. Dalam
sektor publik, auditor internal akan memerhatikan keluaran, manfaat atau hasil, dan dampaknya:

Keluaran. Keluaran mencakup hal-hal seperti jasa yang diberikan, barang yang diproduksi, dan
bantuan yang diberikan. Misalnya siswa-siswa yang diajar, kasus-kasus yang diproses,
investigasi yang dilakukan, laporan yang diselesaikan, dan pemeriksaan yang dilakukan.
Kadang-kadang perlu imajinasi yang besar untuk mengembangkan dan menerapkan standar dan
kriteria pengukuran. Kualitas bisa menjadi satu masalah.

Manfaat atau Hasil. Manfaat mencerminkan dampak dari keluaran. Misalnya, jumlah siswa yang
diajar merupakan keluaran. Tetapi peningkatan tingkat pengetahuan, keahlian, motivasi, dan
aspirasi dari para siswa merupakan manfaat. Manfaat atau hasil lebih sulit diukur dibandingkan
keluaran, namun, jelas manfaat lebih relevan dalam mengevaluasi suatu program.

Dampak. Dampak adalah efek dari suatu program terhadap suatu komunitas, masyarakat, atau
bahkan dunia. Hal ini sangat sulit diukur. Dampak mencerminkan pengaruh akhir dari suatu
program, dan terdapat tantangan untuk merancang standar pengukuran atau sarana penilalan.

Jelaslah bahwa tujuan, sasaran, dan standar harus diidentifikasi cukup spesifik dalam penelaahan
program. Jika tidak, auditor tidak memiliki alat untuk mengukur, dan hasil-hasil audit akan
berupa opini yang bisa dipertentangkan, bukan merupakan kesimpulan yang baik. Tujuan,
sasaran, dan standar ini tidak mudah diidentifikasi bila:

• Manajemen, dewan komisaris, atau badan pembuat undang-undang tidak dengan jelas
mendefinisikan tujuannya.

• Tujuan-tujuan saling tumpang-tindih atau saling tergantung satu sama lain.

• Orang yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan, sasaran, atau standar tidak benar-benar
memahaminya.
Bila kesulitan-kesulitan ini muncul, auditor harus memahami bahwa mereka tidak bisa membuat
evaluasi yang objektif sampai pendefinisian masalah telah ditetapkan. Jika tidak ada pemahaman
yang wajar atas tujuan, sasaran dan standar yang bisa dicapai, maka lebih baik melaporkan
bahwa evaluasi tersebut akan sia-sia saja. Tolok ukurnya harus jelas dan konkrit serta disepakati.
Jika tidak, kondisi ini bisa menjadi temuan audit. Namun, mungkin auditor akan diminta
melaporkan keluaran, hasil, atau dampak, dan membiarkan proses evaluasi dilakukan manajemen
atau badan pembuat undang-undang.

Tanggung jawab untuk secara terus-menerus mengevaluasi program terletak pada manajemen
operasi dan program. Intinya, auditor ingin menentukan kualitas informasi yang diberikan ke
manajemen, dan seberapa bagus manajemen telah melaksanakan fungsi evaluasi. Semua program
berbeda, tetapi terdapat benang merah yang sama. Auditor internal, dalam evaluasi program yang
mereka lakukan, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini:

Apakah tujuan-tujuan program sudah cukup jelas sehingga memungkinkan manajer program
menentukan apakah mereka telah menyelesaikan hasil yang diinginkan? Apakah komponen dari
tujuan program sesuai dengan tujuan program secara keseluruhan?

• Seberapa valid data yang digunakan untuk membenarkan dilakukannya program tersebut ke
manajemen puncak atau ke badan pembuat

• Seberapa valid informasi masukan, keluaran, dan hasil?

• Seberapa jauh hasil-hasil pencapaian program yang diinginkan? Seberapa dekat kesesuaiannya
dengan jadwal?

• Seberapa besar keberhasilan program ditinjau dari biaya yang dianggarkan atau yang dibatasi?
Apakah terdapat penyimpangan (varians) antara pengeluaran yang dilakukan dengan yang
diotorisasi?

Audit Kontrak

Kontrak konstruksi atau operasi sering kali melibatkan uang dalam jumlah besar; kontrak
konstruksi biasanya bukan merupakan bagian dari bisnis rutin organisasi; kontrak operasi bisa
memberikan jasa atau operasi terprogram. Manajemen mungkin tidak begitu memahami biaya
konstruksi dan operasi seperti produksi yang dilakukan sendiri. Oleh karena itu auditor internal
bisa sangat membantu dalam mengaudit kontrak seperti ini. (Beberapa contoh terdapat di akhir
bagian ini.)

Kontrak umumnya terdiri atas tiga kategori: biaya sekaligus (lump-sum), biaya tambahan (cost-
plus), dan harga per unit (unit-price).

Pada kontrak lump-sum (harga tetap), kontraktor setuju melaksanakan pekerjaan dengan harga
tetap. Jika pekerjaan dilakukan sesuai perjanjian, hanya sedikit yang bisa diaudit oleh auditor.
Tetapi jarang sekali kontrak-kontrak lump-sum berjalan sesederhana ini. Kadang kala kontrak-
kontrak tersebut mengandung klausul kenaikan, kemajuan pembayaran, ketentuan insentif, dan
penyesuaian atas biaya pekerjaan lapangan. Jika biaya pekerjaan lapangan yang sebenarnya
melebihi yang disepakati, setiap biaya tambahan akan ditanggung oleh organisasi. Juga, kontrak
lump-sum mungkin mensyaratkan penggantian "waktu premium" untuk memperoleh cadangan
pekerja yang memadai.

Perubahan bisa jadi sangat menjengkelkan. Kontrak konstruksi yang besar jarang diselesaikan
tanpa perubahan (perubahan pesanan). Hal ini, sebagaimana halnya dengan masalah-masalah
jaminan lainnya, membutuhkan pengawasan audit yang ketat, khususnya untuk biaya yang
berkaitan dengan perubahan tersebut.

Kontrak biaya tambahan (cost-plus) bisa jadi merupakan cara paling ekonomis untuk proyek
konstruksi atau operasi, karena banyaknya ketidakpastian dalam proyek-proyek seperti ini.
Kontrak-kontrak cost- plus tidak membutuhkan perlindungan atas ketidakpastian. Biaya-biaya
tak terduga bisa dimintakan penggantian sejumlah biaya ditambah tarif tetap atau biaya ditambah
tarif berdasarkan persentase biaya. Jenis penggantian yang terakhir ini dihindari oleh banyak
organisasi karena adanya motivasi untuk menaikkan biaya sehingga meningkatkan tarif.
Beberapa kontrak cost-plus memberikan biaya maksimum dan memisahkan setiap penghematan
yang bisa dilakukan. Kontrak-kontrak cost-plus tidak diatur tersendiri dengan insentif efisiensi
atau ekonomis, sehingga biaya-biaya yang harus dicatat kontraktor memerlukan pengawasan
ketat. Jenis kontrak seperti ini mungkin juga memiliki ketentuan insentif (waktu).

Kontrak harga per unit (unit-price) berguna jika suatu proyek membutuhkan pekerjaan yang
seragam dalam jumlah yang besar. Contohnya adalah membersihkan lahan dalam ukuran hektar,
membersihkan tanah dalam ukuran meter kubik, dan mengangkut tumpukan atau melakukan
fungsi-fungsi operasional seperti melakukan pengawasan bangunan atau operasi. Harga
disepakati untuk setiap unit. Masalahnya adalah membuat pencatatan yang layak tentang jumlah
pekerjaan yang diselesaikan.

Semua bentuk kontrak ini, khususnya jenis cost-plus bisa memperoleh manfaat dari pengawasan
audit. Auditor internal seharusnya tidak menunggu sampai proyek dijalankan untuk melindungi
kepentingan organisasi mereka. Partisipasi awal untuk mengevaluasi prosedur penawaran,
estimasi biaya, sistem akuntansi dan manajemen kontraktor, penganggaran, kondisi keuangan,
perkiraan keuangan, perlakuan pajak, kontrol biaya, pelaporan keuangan, sistem kontrol internal,
sumber-sumber pendanaan, dan bahkan juga ketentuan-ketentuan kontrak.

Berikut ini beberapa risiko dan bidang risiko dalam perjanjian kontrak yang harus diperhatikan
auditor internal:

Dalam kontrak lump-sum

• Persaingan yang tidak memadai.


• Perlindungan asuransi dan utang yang tidak memadai

• Sertifikasi penyelesaian pekerjaan padahal sebenarnya belum selesai

• Pengenaan biaya atas peralatan atau aktivitas yang tidak diterima

• Ketentuan kenaikan

• Perubahan spesifikasi atau harga

Dalam kontrak jenis cost-plus

• Biaya-biaya overhead juga ditagih secara langsung

• Kontrol internal yang tidak memadai oleh kontraktor atas pengenaan biaya orang-orang ya
dipekerjakan, bahan baku, dan jasa

• Pengenaan biaya yang tidak wajar untuk penggunaan peralatan yang dimiliki kontraktor

• Penggunaan buruh yang berlebihan

• Tidak ada upaya untuk mendapatkan harga terbaik untuk bahan baku dan peralatan

Dalam kontrak unit-price

• Pembayaran berkala yang berlebihan

• Pelaporan yang tidak layak atas unit yang diselesaikan

• Harga yang tidak berkaitan dengan biaya

• Perubahan yang tidak layak atas kontrak awal

• Penyesuaian kenaikan yang tidak diotorisasi

• Catatan lapangan yang tidak akurat

• Perluasan harga per unit yang tidak akurat

Audit Terintegrasi

Audit terintegrasi (integrated auditing) akhir-akhir ini dianggap sebagai bagian utama dari fungsi
audit internal. Akan tetapi, sebagian filosofi integrasi memiliki sejarah penerapan dalam audit
internal pada tahun 1940-an. Audit-audit awal ini mengombinasikan aspek-aspek audit keuangan
dengan audit kinerja, sebuah prosedur yang menghasilkan sebagian audit keuangan akhir tahun
diselesaikan sebelum audit operasional.
Konsep integrasi bisa luas dan mencakup aspek-aspek seperti menyediakan audit yang berlaku
sebagai:

• Audit berkelanjutan atas elemen-elemen neraca dan operasional dalam audit kinerja. •
Pelaksanaan audit atas tahap varians dari operasi klien yang biasanya akan diaudit secara
terpisah.

• Sebuah latihan dalam audit partisipatif yang klien: Membantu perencanaan audit, dan/atau

• Berpartisipasi dengan staf dalam pelaksanaan audit

Sebuah audit yang sebenarnya menggabungkan berbagai tahap audit internal yang berbeda
seperti Audit keuangan, Audit kinerja dan Audit sistem informasi. Jelasnya tingkat integrasi
tergantung pada:

• Ukuran staf audit.

• Keahlian yang dimiliki staf atau yang tersedia melalui sumber-sumber luar.

• Filosofi audit yang dipegang manajemen organisasi dan organisasi audit.

• Tingkat aktivitas teknologi di klien dan organisasi audit.

Konsultan

Beberapa program dan aktivitas yang disebutkan di atas bersifat teknis atau memiliki aspek
teknis. Akhir-akhir ini kebanyakan pekerjaan ini digambarkan sebagai "penggunaan sumber daya
dari luar atau dari mitra (lihat bagian berikutnya)." Suatu evaluasi audit yang mendalam mungkin
membutuhkan jasa dari konsultan teknis. Auditor harus ingat bahwa konsultan tersebut
membantu, tidak mengambil alih evaluasi atau melindungi tanggung jawab auditor. Jadi, terdapat
beberapa aturan yang harus diikuti auditor internal dalam berhubungan dengan konsultan
(consultant):

• Konsultan tersebut harus dapat dipercaya dan menunjukkan kompetensi untuk pekerjaan yang
akan dilakukan.

• Staf harus ditugaskan untuk bekerja dengan konsultan, mengawasi aktivitas mereka, dan
membahas masalah-masalah yang ada dengan mereka. Auditor harus memahami sifat pekerjaan
konsultan-alasan yang ada di balik pilihan analitis mereka, risiko yang melekat dalam data dan
analisis mereka, dan apakah pekerjaan yang dilakukan konsultan sesuai dengan yang
dimaksudkan.

Penggunaan Sumber Daya dari Luar atau dari Mitra

Ada beberapa aspek pekerjaan lapangan di mana penggunaan sumber daya dari luar, atau
penggunaan ahli yang bukan merupakan bagian dari fungsi tersebut, menjadi sebuah aspek
penting dari operasi audit. Penggunaan sumber daya dari mitra, yang dianggap sebagai bagian
dari penggunaan sumber daya dari luar, umumnya dipahami sebagai pengoperasian audit bila
pihak luar melaksanakan bagian dari audit internal bersamaan dengan aktivitas audit organisasi.
Auditor internal umumnya berpendidikan dan terlatih untuk melakukan audit. Mereka umumnya
merupakan spesialis pada aspek kontrol dan proses manajemen. Kebanyakan audit mereka
didedikasikan pada bagian-bagian penting dari operasi organisasi. Tetapi, di banyak organisasi,
operasi yang efisien, ekonomis, dan efektif memerlukan pertimbangan operasi teknis yang
berdampak material terhadap operasi. Misalnya, sebuah operasi tidak dapat dilakukan lebih
efisien jika perubahan akan ditanggapi negatif pada aspek teknis dari operasi. Satu contoh yang
bisa diambil adalah kasus penggunaan batu-batu padat sebagai bagian integral dari fondasi beton
pada kapal pengangkut reaktor yang tidak memengaruhi kekuatan konstruksi, tetapi ahli
menyatakan bahwa lapisan radioaktif akan berkurang.

Penggunaan sumber daya dari luar dan dari mitra merupakan hal penting di banyak bidang
spesialisasi. Misalnya bidang produksi, fisika, layanan kesehatan, pendidikan, kedokteran, kimia,
kedokteran hewan, jasa aktuaria, periklanan dan penjualan, investasi, dan banyak lagi yang lain.
Staf pada pekerjaan lapangan harus lengkap dan memiliki disiplin ilmu dan keahlian yang
diperlukan untuk menghasilkan temuan-temuan dan rekomendasi audit berdasarkan fakta-fakta
yang kuat dan memertimbangkan semua aspek tindakan yang dilakukan saat ini dan yang
direkomendasikan.

Penelaahan Analitis

Penelaahan analitis telah lama digunakan untuk menentukan kewajaran data tertentu. Secara
tradisional, penelaahan ini telah dikaitkan dengan masalah-masalah keuangan. Misalnya:

• Perbandingan informasi keuangan periode sekarang dengan periode lalu.

• Penelaahan hubungan antara informasi keuangan dan non-keuangan.

Beberapa metodologi yang digunakan untuk melaksanakan penelaahan ini adalah:

Analisis tren. Analisis tren adalah pengujian yang dilakukan dengan membandingkan data
sekarang dengan data sebelumnya.. mnya. Data sebelumnya memberikan prediksi mengenai
bagaimana seharusnya data yang ada sekarang. Penyimpangan yang abnormal diselidiki.
Sejumlah model matematika digunakan, seperti perataan eksponensial, rata-rata tertimbang, dan
tren linier sederhana. Auditor menyadari kelemahan-kelemahan tertentu dalam analisis tren:
tidak ada jaminan bahwa tren-tren masa lalu akan terus terjadi pada aktivitas saat ini. Variabel-
variabel baru yang sebelumnya tidak ada bisa memengaruhi prediksi. Angka-angka bisa
digunakan secara subjektif dan memasukkan bias yang dimiliki auditor.

Analisis rasio. Rasio-rasio keuangan, seperti profitabilitas, solvensi (kemampuan melunasi


utang), dan efisiensi, bisa digunakan untuk menentukan kewajaran informasi saat ini.
Sebagaimana halnya analisis tren, variabel yang tidak diperkirakan dapat memengaruhi hasil dan
memberikan informasi yang terdistorsi.

Analisis regresi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel
tertentu. Analisis ini mengukur sejauh mana variabel meningkat bersamaan atau peningkatan
satu variabel saat variabel lainnya menurun. Analisis regresi merupakan sumber hubungan yang
kaya dibandingkan analisis tren atau rasio karena (1) memungkinkan penggunaan berbagai
variabel independen; (2) auditor dapat mengeksplorasi hubungan antara laporan keuangan dan
indikator-indikator non-neraca; dan fluktuasi, tren, dan rasio yang bersifat musiman dapat
dimasukkan.

Pemeliharaan Aktiva Tetap

Dalam menguji kontrol atas aktiva tetap, auditor internal ingin mengetahui apakah aktiva telah
dikelompokkan sesuai umur manfaatnya dan apakah biaya pemeliharaan tersedia untuk masing-
masing klasifikasi. Apakah laporan tersebut bisa menunjukkan pada bidang apa karyawan bagian
pemeliharaan menghabiskan sebagian besar waktu mereka? Apakah telah dibuat analisis tentang
biaya ekonomis relatif antara membeli dan menyewa aktiva tetap? Apakah laporan tersebut
menunjukkan jam mesin pada saat terjadi kemacetan mesin? Apakah laporan menunjukkan jam
perawatan dan biaya perbaikan utama terkait dengan biaya-biaya penggantian? Analisis-analisis
seperti ini bisa mengungkapkan kebijakan penggantian yang terlalu liberal, biaya perbaikan yang
abnormal, atau pemeliharaan pencegahan yang berlebihan.

Statistik Karyawan

Laporan bisa dianalisis untuk menunjukkan berbagai hubungan antara jumlah karyawan dan
tren- tren organisasi lainnya-misalnya, rasio karyawan tetap dan karyawan yang dibayar per jam,
karyawan langsung dan tidak langsung, karyawan penjualan dan bukan penjualan, supir truk
dengan karyawan pengiriman, karyawan penyelia dan yang bukan, total karyawan terhadap
penjualan, dan total karyawan terhadap laba.

Laporan untuk cabang-cabang yang berbeda bisa dipelajari untuk menemukan penyimpangan
dalam prosedur atau efisiensi penyebaran karyawan. Hasil-hasil analisiŝ bisa jadi bukan akhir
segalanya, tetapi lebih merupakan indikator untuk studi lain yang lebih mendalam.

Perputaran Persediaan

Perputaran umumnya dilaporkan sebagai angka dalam satu kesatuan (lump sum), sering kali
mencakup sejumlah akun atau daerah penyimpanan. Tetapi walaupun hanya dalam satu akun
tunggal atau tempat penyimpanan, kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan dapat
disembunyikan. Misalnya, banyak barang dengan pergerakan lambat atau usang yang tidak
diperhatikan, kecuali persediaan secara periodik dikelompokkan berdasarkan umurnya. Tingkat
perputaran keseluruhan sebesar empat kali setahun, misalnya, bisa menyembunyikan fakta
bahwa 30 persen persediaan hanya berputar dua kali setahun atau kurang.

Analisis tingkat perputaran, termasuk catatan barang-barang tertentu, bisa mengungkapkan


berapa banyak persediaan yang lebih dari setahun. Analisis tersebut bisa menunjukkan kesalahan
pembelian yang tersembunyi dalam persediaan dan tertutup oleh rasio perputaran keseluruhan
yang memuaskan. Juga, rasio yang terlalu rendah bisa menunjukkan kecurangan dalam
pembebanan persediaan.

Biaya-biaya Karyawan dan Perputaran Karyawan

Biaya dan waktu yang digunakan untuk merekrut karyawan di berbagai klasifikasi kadang kala
bisa menjadi perhatian yang menarik. Juga yang layak diperhatikan adalah tingkat perputaran per
departemen atau cabang, dan tingkat perputaran organisasi dibandingkan dengan organisasi
lainnya.

Pengiriman Persediaan

Hal penting yang harus diperhatikan adalah perhitungan hubungan antara jarak mil yang dilalui
dan rata-rata waktu penggunaan ban, baterai, dan steker; analisis perbandingan biaya
penggunaan karyawan dibandingkan dengan mobil organisasi; dan perbandingan antara tenaga
kerja atau luas galangan kapal dan gudang dengan waktu angkut dan waktu kosong, waktu siaga,
dan waktu pengiriman di antara beberapa titik.

Penyimpanan Perlengkapan dan Alat Tulis Kantor

Sering kali menarik untuk membandingkan penggunaan dan saldo persediaan. Juga bermanfaat
membandingkan penggunaan dengan jumlah karyawan pengguna, terutama bila barang-barang
merupakan kebutuhan rumah tangga dan bila kontrol fisik atas persediaan menunjukkan barang-
barang yang ingin dimiliki karyawan.

Catatan Bahan Baku

Untuk mendistribusikan biaya bahan baku, auditor bisa menganalisis laporan yang menunjukkan
jumlah permintaan gudang yang diproses. Namun dalam beberapa kasus, harga rata-rata per unit
bisa jadi terlalu rendah sehingga tidak membutuhkan aliran kertas untuk pelaporan yang
berlebihan.

Telepon dan Komputer

Auditor bisa menentukan dan menganalisis rasio jumlah karyawan terhadap jumlah telepon,
jumlah panggilan keluar yang dilakukan, jumlah panggilan interlokal, rata-rata waktu
menelepon, dan jumlah telepon yang dibatasi di setiap departemen. Laporan periodik ke
manajemen mengenai hasil-hasil analisis ini bisa menghasilkan hasil-hasil yang baik dan
mengurangi jumlah dan lamanya waktu telepon yang dilakukan.
Auditor harus berhati-hati dalam melakukan analisis; analisis tersebut bisa menghasilkan data
yang mendorong terjadinya kesalahan atau kesimpulan yang dangkal. Auditor harus berupaya
untuk mengukur temuan-temuan mereka terhadap norma-norma-norma yang mungkin telah
dikembangkan dalam organisasi atau dalam suatu industri. Angka-angka statistik dalam ruangan
hampa hanya sia-sia. Namun gunakan statistik untuk menunjukkan deviasi dari norma, varians
dengan operasi serupa, atau tren yang merugikan. Hal-hal ini bisa jadi signifikan dan bisa
menunjukkan cara untuk investigasi lebih lanjut untuk menemukan sebab akibat. Jenis analisis
serupa bisa dilakukan menggunakan komputer.

Bukti Hukum

Hubungan dengan Bukti Audit

Bukti hukum dan bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki tujuan yang sama-
untuk memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap
pernyataan atas suatu masalah. Keyakinan dibangun dari pertimbangan atas informasi. Informasi
tersebut yang kemudian disajikan, dalam bentuk apa pun, merupakan bukti.

Fokus bukti audit sedikit berbeda dari bukti hukum. Bukti-bukti hukum (legal evidence) sangat
mengandalkan pengakuan lisan. Bukti-bukti audit (audit evidence) lebih mengandalkan bukti-
bukti dokumen. Bukti-bukti hukum memungkinkan pernyataan-pernyataan tertentu, misalnya
dalam hukum dinyatakan bahwa fakta-fakta yang tertera pada instrumen tertulis antara pihak-
pihak yang berkepentingan adalah benar (artinya tidak ada bukti lain, seberapa pun kuatnya,
yang dapat menentang kebenaran dari fakta tertulis tersebut). Tetapi auditor tidak dibatasi pada
anggapan atau pernyataan tertentu; mereka harus memertanyakan setiap bukti hingga mereka
sendiri puas dengan kebenaran atau kesalahannya.

Bukti Terbaik

Bukti terbaik (best evidence), sering disebut bukti primer, merupakan bukti yang paling alami-
bukti yang paling memuaskan mengenai fakta-fakta yang sedang diselidiki. Bukti tersebut
memiliki hubungan yang kuat dengan keandalan. Umumnya bukti tersebut terbatas pada bukti
dokumen dan kebanyakan diterapkan untuk membuktikan isi pernyataan tertulis. Jika tersedia
pernyataan tertulis yang asli, aturan tentang bukti terbaik mencegah salah satu pihak
membuktikan isi pernyataan tertulis melalui pengakuan lisan.

Aturan tersebut dirancang untuk menutup kemungkinan terjadinya interpretasi yang salah atas
pernyataan tertulis; karena mengharuskan tersedianya dokumen asli bila tersedia. Bukti lisan,
misalnya, tidak boleh digunakan untuk memperselisihkan instrumen tertulis seperti kontrak atau
akta; tetapi, bukti lisan dapat digunakan untuk menjelaskan makna instrumen tersebut jika
instrumen seperti ini memungkinkan terjadinya lebih dari satu interpretasi.
Bukti Sekunder

Bukti sekunder (secondary evidence) berada di bawah bukti primer dan tidak dapat disamakan
keandalannya. Bukti sekunder bisa mencakup salinan bukti tertulis atau lisan. Sebuah salinan
tertulis umumnya dapat diterima, jika (1) dokumen asli hilang atau telah dimusnahkan tanpa niat
melakukan kecurangan di pihak pendukung salinan tersebut; (2) bukti tertulis tersebut sulit
diperoleh oleh pendukung salinan melalui proses hukum atau cara-cara lainnya; atau (3) bukti
tertulis dikendalikan oleh entitas publik. Harus ditunjukkan bahwa salinan tersebut merupakan
representasi yang layak dari dokumen asli.

Pengakuan lisan atau risalah tertulis umumnya dianggap berada di bawah salinan dokumen
tertulis. Bentuk bukti yang inferior ini tidak dibatasi oleh aturan bukti terbaik jika (1) bukti
tertulis terdiri atas beberapa akun atau bukti tertulis lainnya; (2) akun-akun tersebut tidak dapat
diperiksa di pengadilan tanpa menghabiskan banyak waktu; atau 3) akun-akun atau bukti tertulis
lainnya dihasilkan untuk diperiksa oleh pihak yang berlawanan jika kebijakan pengadilan
mengharuskan.

Bukti Langsung

Bukti langsung (direct evidence) membuktikan fakta tanpa harus menggunakan pernyataan atau
rujukan untuk menetapkan suatu bukti. Pengakuan dari seorang saksi atas sebuah fakta
merupakan bukti langsung—tidak diperlukan rujukan. Misalnya, seorang saksi yang menyatakan
bahwa ia mengamati seorang karyawan yang menginspeksi penerimaan barang menandatangani
berkas pemeriksaan, padahal barang yang diterima kurang dari yang tertera di berkas tersebut,
merupakan bukti tertulis.

Bukti Tidak Langsung

Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) membuktikan fakta sementara, atau sekumpulan
fakta, yang dapat dirujuk seseorang untuk mengetahui keberadaan beberapa fakta primer yang
signifikan atas masalah yang sedang dipertimbangkan. Bukti ini tidak langsung membuktikan
keberadaan fakta-fakta primer, tetapi hanya meningkatkan penggunaan pemikiran logis yang ada.
Penerimaan barang yang kurang dari jumlah yang seharusnya tetapi lolos pemeriksaan
departemen penerima, disertai stempel pemeriksaan pada memo penerimaan, merupakan bukti
tidak langsung bahwa si pemeriksa telah lalai. Auditor internal harus senantiasa berhati-hati
dengan bukti tidak langsung. Misalnya, dalam kasus petugas pemeriksa tadi, mungkin saja ia
sedang tidak bertugas pada hari barang diterima dan orang lain menggunakan stempelnya.

Bukti yang Meyakinkan

Bukti yang meyakinkan (conclusive evidence) merupakan bukti yang tak terbantahkan, apa pun
bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga mengalahkan semua bukti lainnya, dan merupakan
sumber diambilnya kesimpulan. Bukti ini tidak bisa dipertentangkan dan tidak membutuhkan
bukti-bukti yang menguatkan. Seperti yang dikatakan Thoreau, "Beberapa bukti tidak langsung
bersifat sangat kuat, seperti ketika Anda menemukan ikan di dalam susu." Sangat jelas bisa
dikatakan bahwa ikan tersebut tidak berasal dari seekor sapi.

Bukti yang Menguatkan

Bukti yang menguatkan (corroborative evidence) merupakan bukti tambahan dari karakter yang
berbeda menyangkut hal yang sama. Bukti ini mendukung bukti yang telah diberikan dan
cenderung menguatkan atau mengonfirmasikannya. Misalnya, bukti lisan yang konsisten dengan
instrumen tertulis, dan diberikan semata-mata untuk mengonfirmasi pernyataan tertulis atau
menunjukkan kebenaran masalah yang terkandung di dalamnya, maka hal ini merupakan bukti
yang menguatkan dan dianggap dapat diterima. Bukti lisan, yang diberikan oleh penyelia
inspeksi, bahwa petugas inspeksi sedang bertugas pada hari diterimanya barang dalam jumlah
yang kurang dari seharusnya dan tidak ada orang lain yang bisa menggunakan stempelnya,
menguatkan bukti tidak langsung atas stempel penerimaan.

Bukti Opini

Auditor harus memiliki aturan opini dalam pikiran mereka saat mereka menghadapi masalah
yang berada di luar pengetahuannya. Mereka harus memahami bahwa opini orang lain adalah
absah jika opini tersebut berada dalam lingkup aturan opini ahli, tetapi tidak valid kecuali
mencakup tiga bagian penting ini: (1) subjek yang berada di luar pemahaman auditor; dan (2)
saksi ahli yang dikenal memang memiliki pengetahuan di bidang tersebut.

Untuk praktisnya, auditor harus memiliki elemen ketiga: bebas dari kemungkinan bias. Dalam
situasi bisnis, saksi ahli biasanya adalah pegawai organisasi. Auditor harus, jika mungkin,
memilih seseorang di luar departemen atau divisi yang terlibat dalam audit. Seorang insinyur
yang opininya diperoleh atas masalah yang melibatkan Proyek A harus dipilih dari insinyur yang
menangani Proyek B atau C. Tentu saja dalam beberapa organisasi, satu-satunya saksi ahli
mungkin bekerja pada proyek yang sedang ditelaah. Dalam kasus ini, auditor harus
memertimbangkan kemungkinan bahwa pengakuan saksi ahli tersebut tidak sepenuhnya bebas
dari bias.

Bukti Kabar Angin

Aturan bukti kabar angin memberikan pernyataan yang tidak dapat diterima yang dibuat
seseorang, selain saksi ahli, untuk membuktikan kebenaran suatu masalah. Dengan kata lain,
bukti ini berupa bukti lisan atau tertulis yang dibawa ke pengadilan dan menjadi bukti atas
pernyataan yang dikatakan di pengadilan. Jadi bahan bukti ini merupakan bukti kabar angin
(hearsay evidence).

Bukti kabar angin umumnya tidak dapat diterima karena salah satu cara terbaik untuk
membuktikan kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan adalah dengan mendengar keterangan
dari saksi ahli di harus mendiskusikannya dengan orang yang bertanggung jawab untuk
menyiapkannya dan melakukan pemeriksaan silang untuk menemukan kebenaran atau kesalahan.

Foto juga merupakan bukti kabar angin, tetapi akan dianggap dapat diterima jika memang
otentik. Foto bisa dibuktikan keotentikannya dengan kesaksian satu orang atau lebih yang
mengenali subjek yang difoto dan dapat menyatakan bahwa foto tersebut memang
mencerminkan seseorang, tempat, objek, atau kondisi.

Bukti Audit

Sifat Bukti Audit

Bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor internal melalui
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus memberikan
dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit terdiri atas bukti fisik,
pengakuan, dokumen, dan analitis.

Bukti Fisik

Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan mengamati orang, properti, dan kejadian. Bukti
ini dapat berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat, atau olch foto, bagan, peta, grafik, atau
gambar- gambar lainnya. Bukti grafik bersifat persuasif.

Bukti Pengakuan

Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawaban atas
pertanyaan. Bukti ini sendiri tidak bersifat menyimpulkan; jika dimungkinkan masih harus
didukung oleh dokumentasi. Pernyataan klien bisa menjadi penuntun penting yang tidak selalu
bisa diperoleh dalam pengujian audit yang independen.

Bukti Dokumen

Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang paling biasa.
Dokumen bisa eksternal maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau
memorandum yang diterima oleh klien, faktur-faktur dari pemasok, dan lembar pengemasan.
Bukti dokumen internal dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi, salinan
korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui e-mail, dan lain-lain.

Bukti Analitis

Bukti analitis (analytical evidence) berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber-sumber bukti ini
adalah perhitungan: perbandingan dengan standar yang ditetapkan, operasi masa lalu, operasi
yang serupa, dan hukum atau regulasi; pertimbangan kewajaran; dan informasi yang telah
dipecah ke dalam bagian- bagian kecil.
Standar-standar Bukti Audit

Semua bukti audit harus memenuhi uji kecukupan, kompetensi, dan relevansi.

Kecukupan. Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai, dan meyakinkan sehingga
bisa menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil kesimpulan yang sama
dengan auditor. Hal ini, tentu saja, merupakan masalah pertimbangan; tetapi pertimbangan
tersebut haruslah objektif. Jadi, jika digunakan sampel, sampel tersebut haruslah merupakan hasil
metode pengambilan sampel yang objektif dan dapat diterima. Sampel-sampel terpilih harus
memberikan keyakinan yang wajar sebagai wakil populasi tempat sampel tersebut diambil.

Kompetensi. Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Bukti tersebut haruslah yang terbaik
yang dapat diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan salinannya. Pernyataan lisan
yang menguatkan adalah lebih kompeten dibandingkan pernyataan biasa. Bukti langsung lebih
andal dibandingkan bukti kabar angin.

Relevansi. Relevansi mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunaannya. Fakta
dan opini yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal suatu masalah harus memiliki
hubungan logis dan masuk akal dengan masalah tersebut. Pesanan pembelian yang asli, yang
disetujui dan dikeluarkan dengan layak, tidak relevan untuk mengetahui apakah barang yang
dibeli telah diterima. Memorandum penerimaan yang mengesahkan penerimaan jumlah barang
tertentu tidak relevan dengan apakah barang-barang tersebut memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.

Penanganan Bukti yang Sensitif

Harus terdapat rencana yang dibuat untuk menangani dan mengamankan bahan-bahan yang
sensitif ini. Rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga integritas dokumen yang harus
dipisahkan dari dokumen kertas kerja biasa dan harus disimpan dalam lemari terkunci atau kotak
penyimpan yang aman. Penyimpanan juga bisa dilakukan di lokasi luar. Hal yang juga perlu
dilakukan adalah mengamankan informasi bukti terkomputerisasi untuk menghindari akses ke
bentuk aslinya. Metode penyajian tambahan adalah mengembangkan dokumen- dokumen
pendukung yang disimpan pada lokasi selain lokasi penyimpanan catatan atau dokumen asli.

Perlu juga menjaga catatan untuk menunjukkan suatu rantai penjagaan bukti yang jelas untuk
membuktikan bahwa bukti tersebut tidak dikompromikan. Juga, dokumen-dokumen usang harus
disobek. (Bersama dengan sertifikat berisi izin perusakan.)

Basis data bukti harus diorganisasi menggunakan sistem pengelolaan dokumen, lebih disukai
menggunakan komputer secara kronologis dan menurut subjek. Jenis basis data ini bisa
memberikan bantuan tak terduga dalam mendukung laporan audit, tetapi juga bisa bernilai untuk
mengembangkan kronologi kegiatan yang merupakan subjek laporan audit.
Dalam situasi yang sangat sensitif yang akan berakibat terjadinya tindakan hukum, harus ada
konsultasi dengan penasihat hukum untuk menjaga bukti dari tindakan-tindakan yang mungkin
terjadi. Akumulasi dokumen harus diperhatikan dan semua pertemuan serta kegiatan sebagai
tambahan upaya audit harus tercermin dalam pengumpulan bukti. Saran hukum dan pengamanan
harus diperoleh sehubungan dengan penanganan selama prosedur penemuan dalam situasi
kriminal atau penggunaan biasa.

Kertas Kerja

Kertas kerja audit mengandung substansi dasar dari pekerjaan yang dilakukan auditor di
sepanjang audit khususnya pada tahap pekerjaan lapangan. Kertas kerja merupakan dasar
pengembangan bukti. Ada beberapa jenis kertas kerja yang semuanya penting, yaitu mencakup:

Kutipan dari sumber berwenang tentang kritera dan standar. Ringkasan wawancara, pertemuan,
percakapan.

• Rincian pengamatan, termasuk diagram, foto, bagan, dan lain-lain.

• Substansi verifikasi dan pemeriksaan dokumen seperti perbandingan bahan-bahan substantif

dengan kriteria atau dokumentasi terotorisasi.

Pekerjaan Lapangan dalam Lingkungan

Berteknologi Tinggi

Karena sistem informasi telah terkait erat dengan pemrosesan tepat waktu, auditor menghadapi
komplikasi yang biasanya tidak ditemukan pada sistem yang lama. Komplikasi ini makin luas
bila perusahaan menerapkan sistem untuk perusahaan secara keseluruhan (enterprise-wide
systems) yang memiliki potensi mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis perusahaan mulai dari
pemasaran hingga manufaktur dan logistik hingga ke sumber daya dan pelaporan keuangan.

Enterprise-wide Systems

Perusahaan yang berkembang pesat menggunakan enterprise-wide systems, yang juga disebut
sistem perencanaan sumber daya perusahaan. Sistem-sistem ini, seperti SAP, PeopleSoft, Baan,
dan J. D. Edwards, memberikan kemungkinan besar bagi terciptanya operasi yang lebih efisien
dan efektif bagi perusahaan dengan menggunakan sistem standar yang cukup fleksibel terhadap
komponen-komponen usaha yang berbeda di negara yang berbeda dan menghasilkan informasi
yang dibutuhkan untuk tingkat manajemen yang sesuai. Sistem-sistem ini bisa menangani bisnis
dan fungsi-fungsi dalam kisaran yang luas, termasuk yang tercakup dalam e-commerce yang
substansial. Selain diterapkan pada kebanyakan perusahaan-perusahaan besar, sistem-sistem ini
juga ditergetkan untuk usaha skala menengah. Jadi, selama beberapa waktu sistem-sistem ini
menjadi standar bagi kebanyakan perusahaan besar untuk memiliki bidang audit internal sendiri.
Audit Berkelanjutan

Studi penelitian menyimpulkan bahwa kondisi-kondisi berikut ini diperlukan untuk


terselenggaranya audit berkelanjutan:

• Keandalan sistem yang melandasi subjek tersebut

• Bukti audit yang diberikan oleh prosedur audit dengan tingkat otomatisasi yang tinggi

• Sarana yang dapat diandalkan untuk mendapatkan hasil-hasil prosedur audit secara tepat waktu

• Tingkat keahlian auditor yang tinggi dalam teknologi informasi dan subjek masalah

Selanjutnya studi tersebut membahas masalah-masalah spesifik yang harus dipertimbangkan oleh
auditor eksternal menyangkut adanya auditor internal dalam audit berkelanjutan. Masalah yang
menjadi perhatian utama yang mungkin berdampak pada pekerjaan lapangan dan pelaporan
auditor internal adalah:

• Keterlibatan auditor internal dengan subjek masalah. Bila auditor internal terlibat secara
ekstensif, auditor internal akan menjadi sumber utama informasi tentang karakteristik subjek
masalah.

• Pengetahuan auditor internal mengenai keandalan subjek masalah.

• Keterlibatan auditor internal dalam pelaporan dan evaluasi tanggapan manajemen terhadap
laporan.

Walaupun pekerjaan auditor internal bisa digunakan oleh auditor eksternal, dalam kebanyakan
situasi risiko yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan
mengharuskan auditor internal memiliki pengetahuan dan keterlibatan. Tanpa pengetahuan dan
keterlibatan seperti itu maka perusahaan bisa menjerumuskan dirinya sendiri ke tingkat risiko
yang tidak dapat diterima. Jadi penting bagi auditor internal untuk mengembangkan aktivitas
semacam itu yang akan berada dalam definisi audit berkelanjutan.

Salah satu komponen kunci dalam audit berkelanjutan yaitu perancangan dan implementasi
"kontrol otomatis dan pemicu tanda bahaya."16 Pemicu tanda bahaya ini akan menjadi penanda
bagi auditor internal dan manajemen bahwa salah satu hal berikut ini terjadi:

Masalah-masalah Audit Internal Terkait dengan Risiko

Auditor internal di masa depan bisa ditugaskan untuk mengawasi daerah atau segmen tertentu
untuk jangka waktu yang lama. Nyatanya, dengan memiliki tanggung jawab seperti ini, auditor
akan semakin mengenali bidang tersebut sehingga situasi yang membutuhkan investigasi lebih
lanjut dikembangkan berdasarkan berbagai prosedur audit dan pengetahuan auditor. Auditor
internal dalam posisi ini mungkin mampu memberikan bantuan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.

Karena enterprise-wide systems terhubungkan ke sistem pemasok dan pelanggan, auditor


internal perlu memertimbangkan lebih lanjut perubahan dalam pekerjaan lapangan yang perlu
dilakukan karena terhubungnya sistem tersebut. Misalnya, bisakah karyawan pelanggan dalam
hubungannya dengan karyawan klien berada dalam posisi melakukan kecurangan dalam periode
waktu yang singkat, bisa menutupi kecurangan tersebut dan kemudian meninggalkan
perusahaan?

Prosedur-prosedur khusus yang digunakan untuk mengevaluasi kontrol dan jenis-jenis kontrol
perlu dievaluasi secara berkelanjutan. Jenis-jenis kontrol dibahas di Bab 13 sampai 15. Dalam
sistem seperti ini, kontrol-kontrol ini sangat penting dalam mengevaluasi risiko. Jenis-jenis
prosedur audit yang bisa digunakan akan dibahas pada Bab 16. Prosedur analitis, yang bisa
menunjukkan kemungkinan kesalahan atau kecurangan, dibahas lebih rinci pada Bab 12.

Perdagangan Elektronik (E-commerce/E-business) dan Auditing Berkelanjutan

Karena perusahaan bergerak menuju e-commerce dan e-business, audit berkelanjutan mungkin
diharuskan untuk mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima. Jika suatu entitas
menggunakan e-commerce untuk menjual produk ke pelanggan, terdapat beberapa risiko yang
harus dipertimbangkan auditor dalam merencanakan pekerjaan lapangannya. Risiko-risiko ini
mencakup kemungkinan penjualan dan retur fiktif dan kemungkinan pesaing bisa mengakses
informasi penting dari perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai