Anda di halaman 1dari 4

NAMA : REZA SAPUTRA

NIM : 1905903020011
MK : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

RANGKUMAN
EVALUASI
Evaluasi Proyek dikenal sebagai studi kelayakan proyek (atau studi
kelayakan bisnis pada proyek bisnis), yang merupakan pengkajian suatu usulan
proyek (atau bisnis), apakah dapat dilaksanakan (go project) atau tidak (no go
project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah suatu proyek dapat dilaksanakan dengan berhasil, sehingga
dapat menghindari keterlanjuran investasi modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Dilihat dari kapan evaluasi dilakukan pada proyek, dapat dibedakan 4 jenis
evaluasi proyek:
1.) Evaluasi terhadap usulan proyek yang akan didirikan (pre-project
evaluation)
2.) Evaluasi terhadap proyek yang sedang dibangun (on-construction project
evaluation)
3.) Evaluasi terhadap proyek yang telah dioperasionalisasikan (on-going
project evaluation) dan
4.) Evaluasi terhadap proyek yang telah berakhir (post-project evalution
study) (Tiwa et al., 2016).
Menurut Hamdani (2104), dalam melakukan studi kelayakan perlu
memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan
bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu.
Aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, sosial dan budaya,
aspek lingkungan dan aspek finansial.

AUDIT

Audit proyek adalah suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan dan
mengkaji secara objektif bahan bukti (evidence) perihal pernyataan ekonomi
dan kegiatan-kegiatan lain. Hal ini bertujuan mencocokkan atau
membandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya dari hasil
langkah-langkah tersebut disimpulkan suatu pendapat atau opini dan
mengkomunikasikannya kepada pihak yang berkepentingan. Dari definisi di atas,
arti dan proses audit dapat diuraikan sebagai berikut :

1.) Kegiatan audit terdiri dari langkah-langkah yang sistematis mengikuti urutan
yang logis.
2.) Pengkajian dilakukan secara objektif.
3.) Diperlukan bahan bukti (evidence), yaitu fakta atau data berikut informasi
yang mendukungnya.
4.) Adanya kriteria sebagai patokan pertimbangan atau perbandingan.
5.) Adanya kesimpulan yang berupa pendapat atau opini dari auditor.

Seperti diketahui bahwa di lingkungan kegiatan pemeriksaan terdapat


bermacam-macam klasifikasi audit, yaitu audit keuangan, operasi, manajemen,
program, kinerja (performance), dan lain-lain. Dari berbagai macam audit di
atas, yang akan dibahas di sini adalah yang spesifik untuk kegiatan proyek,
yaitu audit hasil program, yang untuk selanjutnya disebut audit proyek. Audit
proyek ini sebenarnya merupakan salah satu jenis audit kinerja. Hal ini bukan
berarti bahwa proyek tidak memerlukan jenis pemeriksaan lain, seperti audit
keuangan atau audit manajemen. Bagi proyek yang besar dan kompleks serta
menelan sejumlah besar dana maka wajar, bahkan merupakan keharusan untuk
dilakukan audit keuangan, manajemen, operasi dan lain-lain.
Adapun definisi audit proyek dari Leo Herbert (1979) adalah sebagai berikut :
1.) Merencanakan, mengumpulkan, dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup
jumlahnya, relevan, dan kompeten.
2.) Dilakukan oleh auditor yang bebas (independent).
3.) Dengan tujuan audit yaitu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
 Apakah manajemen atau personil suatu perusahaan atau agen yang
ditunjuk telah melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan?
 Apakah kegiatan yang dilakukan memakai norma yang sesuai untuk
mencapai hasil yang telah ditetapkan oleh yang berwenang?

 Apakah kegiatan telah dilakukan dengan cara yang efektif?


4.) Dari bahan pembuktian di atas auditor menarik kesimpulan atau pendapat
dan melaporkan kepada pihak ketiga dengan :
 Melengkapi kecukupan bahan bukti untuk meyakinkan kebenaran isi
laporan;
 Usulan perbaikan untuk meningkatkan efektivitas proyek.

Dari definisi di atas terlihat bahwa audit proyek mempunyai ciri-ciri yang
tidak selalu berlaku bagi macam pemeriksaan lain, yaitu :
 Auditor harus independen atau bebas;
 Mempunyai kriteria untuk dipakai sebagai tolak ukur penilaian hasil
program;
 Menekankan pada hal-hal yang masih berpeluang untuk diadakan
perbaikan.
a.) Tahap-Tahap Audit Proyek
Tahap-tahap untuk audit proyek terdiri dari survei pendahuluan,
pengkajian sistem pengendalian manajemen, pemeriksaan terinci, dan
penyusunan laporan.
1. Survei Pendahuluan
Survei ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
latar belakang dan keterangan yang bersifat umum perihal proyek
serta pendekatan pengelolaannya. Latar belakang ini umumnya
menyangkut penjelasan garis besar aspek-aspek yang berhubungan
dengan lingkup kerja proyek, organisasi, peserta, dan sistem
manajemen dari objek yang akan diaudit.

Lingkup kerja:
Maksud dan tujuan adanya proyek.
 Dimensi lingkup kerja proyek.
 Biaya dan jadwal proyek.
 Tenaga kerja yang terlibat.
 Kegiatan di kantor pusat dan di lokasi proyek.

Organisasi dan manajemen:


 Organisasi perusahaan induk dan tim proyek.
 Tanggung jawab dan wewenang posisi kunci.
 Para peserta proyek serta hubungan kerja atau hubungan
organisasi di antara mereka.
 Kebijakan dan prosedur koordinasi.
 Sistem perencanaan dan pengendalian.
 Arus kerja dan prosedur pengambilan keputusan.

Dengan adanya informasi umum, auditor akan memperoleh gambaran garis


besar perihal objek yang akan diperiksa. Hal ini membantu untuk lebih jauh
merumuskan tujuan pemeriksaan.

2. Mengkaji dan Menguji Sistem Pengendalian Manajemen


Sistem pengendalian manajemen adalah seperangkat tata cara atau
prosedur dan kebijakan, yang dimaksudkan untuk menjamin semua
pihak dalam organisasi mengikuti langkah-langkah yang telah
ditetapkan guna mencapai sasaran perusahaan dengan cara yang
efektif dan efisien. Sasaran tersebut ditetapkan berdasarkan proses
perencanaan yang panjang dan pengambilan keputusan oleh yang
berwenang di dalam organisasi. Pada tahap ini auditor perlu
mengadakan pengujian untuk mengetahui apakah peraturan dan
prosedur yang telah diberlakukan tersebut diikuti dengan baik?
Apakah prosedur tersebut cukup efektif untuk mengatur arus
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan? Teknik di atas bila diikuti
dengan sungguh-sungguh akan membantu auditor melihat
langsung indikasi kelemahan dan kekuatan sistem pengendalian
manajemen objek yang diperiksa.

3. Pemeriksaan Terinci
Bila tahap-tahap survei pendahuluan, pengkajian, dan pengujian
sistem pengendalian telah memberikan cukup informasi kepada auditor
untuk merumuskan sasaran pemeriksaan, maka dilanjutkan dengan
tahap pemeriksaan terinci, yaitu tahap di mana dilakukan tugas utama
dalam siklus audit. Di sini dilakukan pengumpulan bukti dalam jumlah
yang cukup, material yang kompeten, relevan, dan berarti sehingga
memungkinkan bagi auditor untuk menganalisis dan membuat
kesimpulan.

4. Penyusunan Laporan
Semua kegiatan audit terdahulu disimpulkan ke dalam suatu laporan
yang berisi antara lain ada tidaknya penyimpangan pelaksanaan dari
kriteria yang telah ditetapkan, disertai bukti-bukti yang mendukung,
akibat dari penyimpangan tersebut khususnya terhadap pencapaian
sasaran proyek dan perusahaan pada umumnya, perkiraan jumlah
kerugian yang ditimbulkan, serta usulan-usulan perbaikan yang
mungkin bisa dilakukan.

PELAPORAN
Laporan proyek dibuat oleh manajemen proyek untuk diberikan kepada
manajemen perusahaan. Isi laporan proyek meliputi :
 Ringkasan mengenai status proyek
 Bagian-bagian koreksi yang telah dilakukan atau perlu dilakukan
 Perubahan jadwal atau permalan jadwal dan biaya
 Kemungkinan masalah-masalah yang mungkin muncul dan akibatnya
 Situasi biaya saat ini
 Rencana tenaga kerja dan keterbatasan yang ada

PENYELESAIAN (Penghentian)
Proyek disebut berhenti bila pekerjaan-pekerjaan proyek sudah sampai
pada titik tertentu dimana tidak mungkin lagi dibuat kemajuan lebih lanjut.
Aktivitas penghentian proyek merupakan aktivitas yang kritikal, oleh karena itu
untuk melakukannya memerlukan prosedur dan mekanisme yang jelas dan
sistematis.

Anda mungkin juga menyukai