Audit Fungsional
Audit fungsional (functional audit) adalah audit yang mengikuti proses dari awal
hingga akhir, melintasi lini organisai. Audit fungsional cenderung lebih berkonsentrasi pada
operasi dan proses dibandingkan pada administrasi dan orang-orang yang ada dalam
organisasi. Audit ini bertujuan untuk menentukan seberapa baik fungsi-fungsi dalam
organisasi akan saling berinteraksi dan bekerja sama. Audit fungsional yang bernilai bagi
sebuah organisasi mencakup audit atas:
Dalam semua auditnya, auditor internal, sebagai konsultan sekaligus mitra bagi
manajemen, harus mengevaluasi informasi yang menjadi pengambilan dasar pengambilan
keputusan oleh manajemen. Mereka harus dmemastikan bahwa sistem kontrol berfungsi
seperti yang diinginkan. Auditor internal juga harus mewaspadai kontrol yang berlebihan.
Khususnya dalam organisasi yang besar dengan berbagai operasi dan fungsi, auditor
sebaiknya disarankan untuk menentukan seberapa baik manajemen telah melakukan
pengelolaanseberapa baik transaksi mengalir atau mengucur melalui saluran pipa
organisasi. Tolok ukur audit, atau standar yang diterapkan pada operasi organisasi dibangun
dari elemen-elemen yang membentuk kontrol administratif yang dapat diterima.
Para karyawan mungkin menganggap para konsultan tersebut sebagai orang asing
yang tidak terlibat dalam gaya hidup dan pergaulan organisasi.
Konsultan telah mengikuti pelatihan dalam jangka waktu yang lama dan berbiaya
tinggi.
Konsultan luar biasanya mengenakan tarif yang sangat mahal, yang dalam banyak
kasus, akan melebihi biaya memberdayakan orang-orang berbakat yang telah
dimiliki organisasi.
Auditor harus menerapkan semua teknik mempengaruhi yang mereka miliki sejak
permulaan dan disepanjang penugasan. Mereka harus membuat manajemen tetap
mengetahui informasi dan memperoleh rekomendasi pada tingkat akar rumput sebelum
menyajikannya ke manajemen.
Program merupakan istilah umum yang mencakup setiap upaya yang didanai yang
seiring dengan aktivitas normal organisasi yang sedang berlangsun. Tujuan auditnya adalah
memberikan manajemen informasi mengenai biaya, pelaksanaan, dan hasil-hasil program
dan membuat evaluasi yang informatif, bermanfaat, dan objektif. Dalam penelaahan ini
akan membantu semua pihak terkait bila mereka memiliki pemahaman yang sama atas
istilah-istilah yang digunakan. Berikut beberapa diantaranya:
Dalam sektor publik, auditor internal akan memerhatikan keluaran, manfaat atau
hasil, dan dampaknya.
Tujuan, sasaran dan standar harus diidentifikasi cukup spesifik dalam penelaahan
program. Jika tidak, auditor tidak memiliki alat untuk mengukur, dan hasil-hasil audit akan
berupa opini yang dipertentangkan, bukan merupakan kesimpulan yang baik. Tujuan,
sasaran dan standar tidak mudah diidentifikasi bila:
Tujuan-tujuan saling tumpah tindih atau saling tergantung satu sama lain.
Orang yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan sasaran, atau standar tidak
benar-benar memahaminya.
Maksud yang tampak dari manajemen, dewan komisaris, atau badan pembuat
Undang-Undang tidak diikuti.
Tujuan program yang sebenarnya tidak diidentifikasi atau telah berubah meskipun
tujuan dinyatakan tetap sama.
Audit Kontrak
Kontrak kontruksi atau operasi sering melibatkan uang dalam jumlah besar. Kontrak
kontruksi biasanya bukan merupakan bagian dari bisnis rutin organisasi. Kontrak operasi
bisa memberikan jasa ataupun operasi terprogram. Auditor internal bisa sangat membantu
dalam mengaudit kontrak. Kontrak umumnya terdiri atas tiga kategori, yaitu:
Pada kontrak lump sum (harga tetap) kontraktor setuju melaksanakan pekerjaan
dengan harga tetap. Berikut beberapa risiko dan bidang risiko dalam perjanjian
kontrak yang harus diperhatikan auditor internal dalam kontrak lump-sum:
5. Ketentuan kenaikan.
Merupakan cara paling ekonomis untuk proyek kontruksi atau operasi, karena
banyaknya ketidakpastian dalam proyek-proyek ini. Kontrak-kontrak cost-plus tidak
membutuhkan perlindungan atas ketidakpastian. Berikut beberapa risiko dan bidang
risiko dalam perjanjian kontrak yang harus diperhatikan auditor internal dalam
kontrak jenis cost-plus:
Berguna jika suatu proyek membutuhkan pekejaan yang seragam dalam jumlah
yang besar. Berikut beberapa risiko dan bidang risiko dalam perjanjian kontrak yang
harus diperhatikan auditor internal dalam kontrak unit-price:
Audit terintegrasi
Audit terintegrasi akhir-akhir ini dianggap sebagai bagian utama dari fungsi audit
internal. Konsep integrasi bisa luas dan mencakup aspek-aspek seperti penyediaan audit
yang berlaku sebagai:
Audit berkelanjutan atas elemen-elemen neraca dan operasional dalam audit kinerja.
Pelaksanaan audit tetap tahap varians dari koperasi klien yang biasanya akan diaudit
secara terpisah.
Sebuah audit yang sebenarnya menggabungkan berbagai tahap audit internal yang
berbeda seperti:
1. Audit keuangan.
2. Audit kinerja.
Konsultan
Terdapat beberapa aturan yang harus diikuti auditor internal dalam berhubungan dengan
konsultan (consultant):
Konsultan tersebut harus dapat dipercaya dan menunjukkan kompetensi untuk
pekerjaan yang akan dilakukan.
Konsultan dan auditor harus memiliki perjanjian lengkap atas lingkup dan tujuan
program sebelum mereka menyiapkan audit atau program kerja.
Staf harus ditugaskan untuk bekerja dengan konsultan, mengawasi aktivitas mereka,
dan membahas masalah-masalah yang ada dengan mereka.
Auditor harus memahami sifat pekerjaan konsultan, alasan yang ada di balik
pilihan analitis mereka, risiko yang melekat dalam data dan analisis mereka, dan
apakah pekerjaan yang dilakukan konsultan sesuai dengan yang dimaksudkan.
Laporan audit akhir merupakan tanggung jawab auditor internal. Laporan tersebut
menyertakan opini auditor, meskipun ditunjang oleh hasil-hasil studi yang
dilakukan konsultan.
Penelaahan Analitis
Penelaahan analitis telah lama digunakan unttuk menetukan kewajaran data tertentu.
Beberapa metodologi yang digunakan untuk melaksanakan penelaahan ini adalah:
Analisis tren
Analisis rasio
Analisis regresi
Bukti audit dan bukti hukum memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan tentang
kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atau suatu masalah. Keyakinan dibangun dari
pertimbangan atas informasi. Beberapa bentuk bukti hukum yaitu:
Bukti Terbaik
Bukti terbaik (best evidence), sering disebut bukti primer, merupakan bukti yang
paling alami, bukti yang paling memuaskan mengenai fakta-fakta yang sedang
diselidiki. Bukti tersebut terbatas pada bukti dokumen dan kebanyakan diterapkan
untuk membuktikan isi pernyataan tertulis.
Bukti Sekunder
Bukti sekunder (secondary evidence) berada dibawah bukti primer dan tidak dapat
disamakan keandalannya.
Bukti Langsung
Bukti yang meyakinkan (consuve evidence) merupakan bukti yang tak terbantahkan,
apa pun bentuknya. Bukti ini tidak dapat dipertentangkan dan tidak membutuhkan
bukti-bukti yang menguatkan.
Bukti yang Menguatkan
Bukti Opini
Aturan bukti kabar angin memberikan pernyataan yang tidak dapat diterima yang
dibuat seseorang, selain saksi ahli, untuk membuktikan kebenaran suatu masalah.
Bukti Audit
Bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor internal
melalui pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus
mempunyai dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit terdiri
dari:
Bukti fisik
Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan orang, property, dan kejadian. Bukti
ini dapat berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat atau oleh foto, bagan, peta,
grafik (bukti grafik bersifat persuasive), atau gambar lainnya.
Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai
jawaban atas pertanyaan. Bukti ini tidak bersifat menyimpulkan, jika dimungkinkan
masih harus didukung oleh dokumentasi.
Bukti Dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang paling
biasa. Sumber bukti dokumen mempengaruhi keandalannya, sebuah dokumen eksternal
yang diperoleh langsung dari sumbernya lebih andal dibandingkan dokumen yang
didapatdari klien.
Bukti Analitis
Bukti analitis (analitycal evidence) berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber bukti ini
adalah perhitungan, perbandingan dengan standar yang ditetapkan, operasi masa lalu,
operasi yang serupa, dan hukum atau regulasi, pertimbangan kewajaran, dan informasi
yang telah dipecah ke dalam bagian-bagian kecil
Kecukupan
Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai dan meyakinkan sehingga bisa
menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil kesimpulan yang sama
dengan auditor.
Kompetensi
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal, bukti tersebut haruslah yang terbaik
yang dapat diperoleh.
Relevansi
Mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunaannya. Fakta dan opini
yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal suatu masalah harus memiliki
hubungan logis dan masuk akal dengan masalah tersebut.
Harus terdapat rencana yang dibuat untuk menangani dan mengamankan bahan-
bahan yang sensitif, rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga integritas dokumen
yang harus dipisahkan dari dokumen kertas kerja biasa dan harus disimpan dalama lemari
terkunci atau kotak penympanan yang aman, penyimpanan juga dapat dilakukan di lokasi
luar.
Sawyer, Lawrence, at all. 2005. Sawyers Internal Auditing, Florida : The Institute of
Internal Auditors.