Anda di halaman 1dari 18

AUDIT INTERNAL

KERTAS KERJA AUDIT

Kelompok 6

Dosen Pengampu:
Novita, SE.Ak., M.Ak., CSRS., CA

Nama Anggota:
Achmad Rinaldi (16116025)
Ario Sugyarto (16116028)
Ikhromi Abiyoso (16116033)
Dwi Martini (16116048)
Siti Alfiah Nurlaila (16116049)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Trilogi
November, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang auditor, dalam menjalankan rangkaian siklus audit untuk


mencapai tujuan berupa informasi yang bersifat umum mengenai semua bidang dan
dan aspek dari entitas yang diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas dalam waktu
yang relatif singkat, diperlukan beberapa poin penting diantaranya yaitu
menghasilkan kertas kerja audit dan memuat temuan audit.

Data-data yang telah diselesaikan oleh seorang auditor dengan mengumpulkan,


menguji, serta mendokumentasikan data dan informasi akan dikumpulkan dan
dibentuk dalam suatu kertas kerja audit. Data tersebut yang telah dioleh ke dalam
kertas kerja audit akan disusun dalam temuan audit secara mudah dan dapat
dipahami oleh para pihak yang berkepentingan saat membacanya.

Temuan audit tersebut merupakan kesimpulan akhir dari kegiatan pemeriksaan,


yaitu auditor melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bahan bukti audit dan
melakukan analisis atau evaluasi terhadap bahan bukti audit tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

Kertas Kerja Audit

A. Kertas Kerja Pemeriksaan

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai


berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor
mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap
pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien,
ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film,
atau media yang lain.

Kertas kerja dalam audit atau yang biasa disebut working paper merupakan
catatan informasi yang diperoleh seorang auditor dan dianalisis selama proses audit.
Kertas kerja disiapkan sejak saat auditor pertama kali memulai penugasannya
hingga mereka menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Contoh
kertas kerja adalah program audit, surat konfirmasi, hasil pemahaman terhadap
pengendalian internal, analisis, memorandum, ikhtisar dari dokumen-dokumen
perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor.

Langkah-langkah dalam dokumentasi kertas kerja proses audit (Sawyer, 2003) :


1. Rencana audit, termasuk program audit.
2. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal.
3. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai.
4. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
5. Laporan audit.
6. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Didalam informasi yang dimuat oleh kertas kerja dalam proses audit, terdapat
beberapa fungsi kertas kerja yang siapkan oleh auditor internal untuk mencapai
tujuan yang berbeda, diantaranya:
1. Untuk mendukung laporan audit, kertas kerja yang terstruktur dengan baik
memudahkan pengalihan dari materi yang ditulis selama audit menjadi laporan
audit interim dan final.
2. Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan
instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan
pemeriksaan transaksi.
3. Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit,
mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
4. Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi dengan pemberian
penjelasan dan bagan yang diberi indeks dalam kertas kerja untuk
mempermudah akses.
5. Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian
audit.
6. Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan
kecurangan, tuntutan hukum dan klaim asuransi.
7. Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan
audit internal dalam penilaian mereka sendiri atas sistem kontrol internal
organisasi.
8. Untuk menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya.
9. Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat untuk mengevaluasi
program jaminan mutu departemen audit internal yang menunjukan kepatuhan
dengan standar.
10. Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh Undan-undang praktik
korupsi luar negeri amerika serikat.

Kertas kerja memiliki tujuan pembuatan, diantaranya:


1. Mendukung temuan audit dalam laporan audit.
2. Menguatkan simpulan auditor.
3. Membantu auditor dalam tahapan audit.
4. Menjadi pedoman bagi auditor dalam audit berikutnya.

Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, tidak hanya
dalam setiap penugasan audit tetapi juga pada departemen audit internal. Kertas
kerja biasanya mencakup beberapa poin diantaranya:
1. Perencanaan dokumen dan program audit.
2. Kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan dan hasil-hasil evaluasi kontrol.
3. Catatan wawancara.
4. Bagan organisasi, pernyataan kebijakan dan prosedur, serta deskripsi kerja.
5. Salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting.
6. Surat konfirmasi dan representasi.
7. Foto, diagram, dan tampilan grafis lainnya.
8. Uji dan analisis transaksi.
9. Hasil-hasil prosedur penelaahan analitis.
10. Laporan audit dan jawaban manajemen.
11. Korespondensi audit yang relevan.
Indikator kelengkapan kertas kerja dijelaskan sebagai berikut:
1. Kertas kerja harus akurat dan lengkap
 Tidak ada pertanyaan signifikan dalam lingkup atau yang berhubungan
dengan tujuan audit yang tidak dapat terjawab.
 Kertas kerja harus berdiri sendiri, dinyatakan secara jelas bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan, bagaimana dan dari mana contoh dipilih,
tujuan kertas kerja, temuan apa saja yang telah dibuat,dll.
2. Setiap bagian dari kertas kerja harus terdiri dari:
 Gambaran judul.
 Identifikasi sumber yang jelas.
 Tanggal persiapan inisial auditor.
 Nomor indeks kertas kerja.
3. Kertas kerja harus kompeten, relevan, dan berguna untuk menyediakan dasar
untuk temuan audit dan rekomendasi, yaitu :
 Konsisten, rapi, dan tidak kacau.
 Hanya bagian yang penting saja yang dimasukan.
 Diatur dalam model seragam.
4. Kertas kerja harus membuktikan bahwa standar telah diikuti seperti:
 Rencana dan supervisi
 Tinjauan atas pengendalian internal
 Hasil penulusuran dari laporan ke bukti dan sebaliknya ( Tracing
Vouching ).
 Bukti yang kompeten dan tidak kompeten.

Hubungan yang sejajar antara program dan kertas kerja akan memudahkan
pengacuan selama dan setelah audit. Dalam segmen audit, auditor memberikan
informasi umum dalam bentuk narasi pada awal bagian berisi tujuan operasi yang
diaudit, latar belakang organisasi, statistik volume, dan sistem kontrol. Sedangkan,
untuk setiap bagian audit berisi tujuan rinci dari segmen, perluasan hal-hal yang
ditetapkan dalam proses audit, rincian yang tercakup dalam lingkup audit,
penjelasan metode pemilihan sampel yang digunakan dan ukuran sampel serta
tingkat keyakinan jika menggunakan teknologi komputer.

Auditor juga menuliskan pengujian dan temuan mereka yang dibatasi pada
fakta-fakta yang baik maupun buruk, mengambil kesimpulan dari data yang
ditemukan dan menyatakan mengenai kepuasan temuan tersebut terkait tercapainya
tujuan operasi yang akan mendukung secara agregat terhadap opini auditor secara
keseluruhan bagi organisasi yang ditelaah. Lembar kerja harus dirujuk silang ke
kertas kerja lainnya yang berkaitan ke program audit untuk pemeriksaan dan
penulusuran ulang langkah-langkah auditor.
Dibelakang narasi, akan ada catatan audit yang berisi mengenai:
1. Judul yang deskriptif, memuat nama perusahaan, organisasi, atau fungsi yang
diaudit, yang menunjukkan sifat data yang tercantum dalam kertas kerja, dan
menunjukkan tanggal atau periode audit.
2. Referensi ke penugasan audit, mengidentifikasi nomor referensi dari
penugasan audit.
3. Tanda silang atau simbol lainnya, tanda tersebut harus seragam di sepanjang
audit, dengan ukuran kecil, rapi, tidak mencolok dan dijelaskan di catatan kaki.
4. Tanggal pembuatan dan inisial auditor, tanggal menunjukkan kapan kertas
kerja diselesaikan, inisial auditor harus muncul pada setiap lembar, lembar
terpisah pada kertas kerja harus berisi daftar semua auditor dan staf lainnya pada
penugasan audit serta inisial mereka.
5. Nomor referensi kertas kerja, kertas kerja harus dirujuk saat disiapkan dan
dibuat dalam pengelompokkan yang logis.
6. Alat penulisan kertas kerja, pensil digunakan untuk skedul berisi angka-angka
yang mungkin diubah, tinta digunakan untuk tulisan naratif agar lebih rapi.

B. Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja


adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi.
Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag
bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08
mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang
berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai
berikut: Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang
klien kepada pihak lain adalah :
1. Jika klien tersebut menginginkannya,.
2. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika
kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
3. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
4. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesame
akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar
auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam
kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain)
tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja
tersebut.
C. Kertas Kerja Pro Forma

Anggaran dan skedul sering kali digabungkan dalam menghemat penyajian


kertas kerja oleh auditor. Terkait permasalahan tersebut, beberapa perusahaan dan
organisasi membuat aturan kertas kerja yang mengadung informasi standar berupa
kertas kerja pro forma yang dapat membantu auditor. Bila digunakan dengan tepat,
kertas kerja seperti ini akan bermanfaat, memastikan cakupan yang layak, dan
menghemat waktu.

Didalam kertas kerja pro forma terdapat beberapa lembar dengan kegunaannya
masing-masing, yaitu:
1. Lembar indeks, memuat segmen-segmen audit dan memberikan nomor referensi
awal untuk setiap segmen.
2. Lembar program audit, terdiri atas dua bagian yaitu bagian pertama untuk
memberikan ruang terhadap tujuan audit. Sedangkan bagian kedua, memberikan
ruang untuk langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
3. Lembar set komentar naratif, terdiri dari tiga set dengan judul tujuan kerja,
pekerjaan yang telah dilakukan, dan apa yang disimpulkan auditor.
4. Lembar pro forma terpisah digunakan untuk wawancara, berisi judul catatan
wawancara dan hal-hal penting untuk diperhatikan. Judul setiap lembar berisi
informasi orang yang diwawancarai (nama, jabatan, dan fungsinya), lokasi
wawancara, tanggal dan waktu mulai/berakhirnya wawancara. Lembar catatan
untuk pertemuan audit final berisi lokasi, tanggal, waktu mulai/akhir, orang-
orang yang hadir dan catatan diskusi.

D. Otomatisasi Kertas Kerja – Bank Nasional

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh IAI ( Ikatan Auditor Internal ) mengenai
prkatik-praktik inovasi dalam audit internal membahas otomatisasi dalam operasi
audit internal yang menggambarkan prosedur tertentu pada Bank Nasional dan
menemukan Lotus Notes sebagai media pengoperasian proses.

Laporan tersebut mengidentifikasi 10 karakteristik aplikasi dalam kertas kerja


diantaranya: refleksi informasi, standardisasi, kenyamanan, referensi dokumen,
tampilan, pencitraan, komunikasi, menjadi alat kontrol, integrasi aplikasi, dan
pengamanan hak akses.

E. Kertas Kerja Elektronik

Penggunaan kertas kerja elektronik membantu mengurangi kompleksitas dan


meningkatkan fleksibilitas pendokumentasian, menghasilkan sistem kertas kerja
dengan kapasitas yang lebih besar untuk menelaah dan mengubah rancangan,
pengembangan yang lebih cepat dengan perangkat Teknik Audit Berbantuan
Komputer ( Computer Assisted Audit Techniques – CAAT ) dan Rekayasa Sistem
Berbantuan Komputer ( Computer Aided System Engineering – CASE ) dan
membuat pendokumentasian lebih rasional.

Teknik analisis perangkat ini mengandung fleksibilitas yang lebih besar untuk
evaluasi kontrol internal melalui penggunaan kuisioner yang terstruktur, bagan alir
sistem analitis, diagram arus data, bagan alir program, tabel-tabel keputusan, dan
matriks kontrol. Bukti audit lebih mudah diperoleh kembali, disimpan, dan
didukung oleh akses perangkat online.

Banyak entitas menggunakan perangkat lunak kertas kerja yang mengandung


bentuk dan memungkinkan auditor mengembangkan program audit dan bentuk
kertas kerja yang bersamaan.

F. Penelaahan Kertas Kerja Oleh Penyelia

Kontrol terbaik dalam audit adalah pengawasan oleh penyelia yang memiliki
pengetahuan lebih. Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan
bahwa:
1. Program audit diikuti dan instruksi-instruksi khusus bagi auditor yang telah
diikuti.
2. Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan – yang membuktikan
pekerjaan yang memadai telah dilakukan – dan memang mendukung
temuan-temuan audit.
3. Kesimpulan yang dicapai memang wajar, logis dan valid.
4. Tidak ada langkah-langkah yang belum diperiksa.
5. Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah dicatat
dan bahwa perselisihan telah diselesaikan.
6. Aturan-aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti.

Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan


penelaahan akhir atas kertas kerja audit dengan beberapa standar yaitu:
1. Laporan
 Temuan-temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan
memadai ke dokumen pendukung.
 Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup
penuh.
2. Rencana
 Program audit yang memadai telah dibuat.
 Rencana pra audit telah didokumentasikan.
 Penghilangan langkah-langkah yang diperlukan dalam program audit
telah dijelaskan dengan memadai.
 Waktu audit yang diestimasikan dan yang sebenarnya telah
didokumentasikan dengan memadai.
3. Umum
 Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan
diperbarui.
 Rencana pengambilan sampel telah didokumentasikan dengan
memadai dan informatif.
 Bahan referensi (kebijakan, prosedur, dll) disimpan untuk tujuan
konstruktif.
 Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup.
 Temuan audit sebelumnya telah diinvestigasi.
 Pertemuan setelah audit telah didokumentasikan.
 Data administratif telah diselesaikan.
4. Pekerjaan Lapangan
 Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan
temuan-temuan disusun.
 Ringkasan dirujuk silang ke bahan-bahan pendukung yang sesuai.
 Tujuan, lingkup dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat.
 Kesimpulan auditor diberikan.
5. Supervisi
 Semua pertanyaan penyelia telah dijawab.
 Mutu pekerjaan dinilai.

G. Kontrol Atas Kertas Kerja

Kertas kerja milik auditor harus dijaga oleh auditor. Jika terdapat resiko
kehilangan, kertas kerja harus disimpan dalam lemari atau meja terkunci dan
tidak boleh diakses oleh orang-orang yang tidak memiliki otoritas
menggunakannya karena bisa disalahgunakan. Akses kertas kerja dan laporan
dapat diizinkan oleh auditor eksternal, klien, dan orang-orang dalam organisasi
selain klien.

Kertas kerja yang telah selesai dibuat harus mengikuti pedoman,


terorganisasi dengan baik, dan diberi indeks dan referensi silang dengan baik
sehingga pekerjaan audit bisa dilanjutkan oleh auditor selanjutnya dengan
kesulitan yang minimal. Kontrol kerja atas kertas kerja elektronik mengharuskan
perubahan hanya dilakukan oleh auditor yang membuatnya.

Kertas kerja atau dokumen permanen yang biasanya dsiimpan oleh auditor
dapat dimiliki oleh SKAI atau manajemen organisasi tergantung kebijakan.
Pernyataan kepemilikan atas kertas kerja dan dokumen permanen biasanya
dinyatakan dalam piagam audit ( Audit Charter ) yang disusun oleh audit
internal dan disahkan oleh manajemen puncak organisasi.

H. Contoh Perancangan Kertas Kerja


I. Contoh kertas kerja Pengeluaran
Contoh Kertas kerja
Pengeluaran Gambar Contoh
Informasi Umum
Tujuan Audit
Untuk Menyiapkan Gambar contoh yang akurat dan memenuhi ketentuan spesifikasi, dan
mengeluarkannya
tepat waktu guna memenuhi kebutuhan pabrik
Latar Belakang
Tiga Organisasi proyek ang terpisah menyiapkan dan mengeluarkan gambar: Proyek A, B, dan C. Setiap
proyek diimpin serorang insinyur proyek. Ketiga insinyur proyek melapor ke Kepala Proyek.
Departemen
pemeriksaan yang terpisah, dibawah seorang Kepala Pemeriksaan, juga melaporkan secara langsug
ke
Kepala Proyek dan oleh karena itu tidak berda dibawah kendali orang yan ggambarnya diperiksa. Lihat
Bagan
C5.
Setiap proyek memiliki prosedur masing-masing untuk mengontrol penyiapan, pemeriksaan, persetujuan,
dan
pengeluaran gambar.
Setiap proyek memiliki rentang waktu 20 hari pabrik sejak penyelesaian gambar hingga pengeluarannya
ke
pabrik. [Tanggal pabrik adalah angka-angka mulai dari 1 hingga 1000(kembali ke 1 bila sudah mencapai
1000)
tidak termasuk akhir pekan dan hari libur]. Dua puluh hari tersebut mencakup memeriksa gambar,
memperbaikinya, dan mendapatkan persetujuan.
Sistem Kontrol
1. Untuk memasikan keakuratan gambar, setiap gambar akan diverifikasi oleh seorang oemeriksa
menggunakan warna pemeriksaan yang berbeda: kuning menunjukkan akurasi, merah menunjukkan
adanya kesalahan. Semua kesalahan akan diperbaiki atau jika tida diperbaiki, alasan pengeluaran
gambar tanpa dikoreksi harus dijelaskan.
2. Untuk memastikan bahwa gambar memnuhi spesifikasi kontrak, maka harus disetujui secara tertulis
oleh:
Penyelia Rekayasa, Insinyur Proyek, Insinyur Porduksi, dan Insinyur Bagian Mutu
Proyek B dan C memiliki sistem penelaahan gambar sebagai bukti pemeriksaan dan persetujuan
sebelum dikeluarkan ke pabrik. Sedangkan proyek A tidak.
3. Untuk memastikan pegeluaran gambar telah dilakukan tepat waktu untuk memenuhi kebutuan
pabrik3.
diberikan jadwal yang mencakup pembuatan draf untuk menyelesaikan gambar dalam 20 hari dari
tanggal kebutuhan pabrik. Proyek B memiliki sistem tindak lanjut. Proyek A dan C tidak.
4. Semua proyek menggunakan register untuk mencatat gambar yang sudah selesai. Semua proyek
memiliki tanggal pengeluaran. Hanya proyek B yang memiliki tanggal penerimaan (Lihat bagan alir
C5)
Tujuan
Menentukan apakah sistem kontrol memadai untuk memnui tujuan :
1. Akurasi
2. Kesesuaian dengan ketentuan spesifikasi
3. Kesesuaian dengan jadwal
Untuk menentukan apakah kinerja telah efektif dalam hal :
● Semua gambar telah diperiksa dan diperbaiki
● Semua gambar memiliki bukti persetujuan
● Semua gambar dikeluarkan dalam 20 hari penyelesaian

Lanjutan
Ruang Lingkup
Kami mengambil sampel berdasarkan pertimbangan untuk penelaahan awal atas gambar yang
dikeluarkan
selama setengah tahun 190x. Kami memiliki secara acak, menggunakan teknik pemilihan
interval, dari register
gambar yang dikeluarkan yang dimiliki setiap proyek. Kami memutuskan untuk mengambil
sampel sebanyak
20 gambar untuk pengujian awal dan memperluas pengujian kami jika perlu. karena temuan
kami bersifat
konklusif untuk setiap proyek, kami memutuskan untuk tidak memperluas pengujian

Temuan
Kontrol
1. Akurasi Proyek A tidak memiliki ketentuan penelaahan gambar sebelum di keluarkan
atau untuk membuktikan adanya pemeriksaan dan persetujuan
2. Memenuhi
Spesifikasi
proyek A dan C tidak memiliki sistem tindak lanjut untuk gambar yang sedang
3. Jadwal
dalam proses pemeriksaan
Proyek B memiliki sistem ini. C9
Kontrol
1. Akurasi ProyekA : 4 gambar lolos pemeriksaan; total ada 7 kesalahan yang tidak
diperbaiki; 3 gambar tidak memiliki tanda tangan dari karyawan produksi.
2. Memenuhi
Spesifikasi
3. Jadwal Proyek B dan C, kami tidak menemukan kesalahan. C10
Proyek A - 5 dari 20 gambar mengalami keterlambatan 21 hingga 50 hari
Proyek C - 8 dari 50 gambar mengalami keterlambatan 10 hingga 50 hari
Proyek B - semua gambar dalam sampel dikeluarkan tepat waktu
Opini
Proyek A Kontrol atas Akurasi, kesesuaian dengan spesifikasi dan jadwal tidak memadai
Proyek B Kontrol Memuaskan
Proyek C Kontrol atas jadwal tidak memadai
Rekomendasi
Terapkan pada Proyek A dan C sistem yang sama dengan yang diterapkan pada Proyek B.
Karyawan Proyek pada A dan C setuju dengan rekomendasi kami. Mereka mengeluarkan
intruksi ke pada asisten administratif. Lihat C12 dan C13
Penelaahan lanjutan menunjukkan bahwa kontrol yang baru telah diterapkan dalam operasi

Bagan
Organisasi :
Pengujian
Gambar Contoh

Bagan Alir: Pengeluaran Gambar Contoh


Ringkasan Pengujian Gambar Contoh

Daftar Masalah : Pengujian Gambar Contoh

Pengujian Ketepatan Waktu Pengeluaran


serta Kecukupan Pemeriksaan dan Persetujuan
Gambar Contoh
Ringkasan Penguji

Populasi A B C Total
Gambar yang dikeluarkan 6 bulan terakhir 150 130 140 420
Sampel
Sampel yang dipilih melalui pertimbangan,
Dipilih secara acak melalui Pengambilan Sampel
Internal dari Daftar Pengeluaran Gambar 20 20 20 60
Dipilih setiap kelipatan yang dimulai dari #3 #6 #1

Keterlambatan
Terlambat 10 hingga 20 hari - - 2 3
Terlambat 21 hingga 31 hari 1 - 2 3
Terlambat 31 hingga 40 hari 1 - 3 4
Terlambat 41 hingga 50 hari 3 - 1 4
5 8 13

Gambar yang Lolos Pemeriksaan


4

Kesalahan yang Tidak Diperbaiki


Jumlah Gambar Jumlah Kesalahan
3 7
Tanda Tangan yang Tidak Diperoleh
Jumlah Gambar Jumlah Tanda Tangan
3 3
Alasan Kesalahan
Keterlambatan Proyek A dan C tidak memiliki prosedur kontrol tindak lanjut
Proyek B memiliki sistem yang efektif

Tidak Terpantau Proyek A tidak memiliki prosedur pemeriksaan gambar


sebelum
Pemeriksa dikeluarkan ke pabrik
Kesalahan yang Tidak Diperbaiki Proyek B dan C memiliki sistem yang efektif
Jumlah Tanda Tangan

Menuju ke C 11

Kepada : Administrator, Proyek A


Dari : Kepala Proyek, Proyek A
Hal : Kontrol atas Gambar - Pemeriksaan Persetujuan, Tindak Lanjut

Audit Atas operasi kami menunjukan bahwa :


Beberapa gambar lolos dari pemeriksaan
Beberapa gambar tidak memiliki semua persetujuan yang dibutuhkan; dan
Beberapa gambar terlambat diperiksa tanpa tindak lanjut yang layak
Prosedur-prosedur berikut ini akan diterapkan segera, tunda pengeluaran instruksi-
instruksi kerja yang sesuai yang mencakup masalah-masalah :
Semua Gambar yang diberikan ke bagian produksi harus melewati meja
adminsitrator. Ia harus membubuhkan inisial dan tanggal dokumen yan
gdikeluarkan untuk menunjukkan bahwa ia telah menelaah dokumen untuk
membuktikan : (1) pengujian dan (2) persetujuan yang layak. semua dokumen
yang tidak diperiksa atau disetujui harus dikembalikan ke orang yang
bertanggungjawab melalui memo ringkas, dengan salinan diberikan ke bagian
proyek.

Administrator harus membuat dan memiliki catatan semua gambar yang


dikeluarkan untuk diuji, yang menunjukkantanggal pengeluaran ke dan dari
pengujian. Setiap minggum aministrator harus menyiapkan laporan berisi
semua gambar yang diuji lebih dari 20 hari. satu salinan laporan ini harus
diserahkan ke bagian proyek dan satu salinan diberikan ke kepala pemeriksa.

/s/P. Snow
Kepala Proyek
Proyek A
C12

Kepada : Administrator, Proyek C


Dari : Kepala Proyek, Proyek C
Hal : Kontrol atas Gambar yang sedang diperiksa

Audit atas prosedur administratif kami menunjukkan bahwa gambar mengalami


keterlambatan dalam proses pengujian tanpa tindak lanjut yang memadai

Harapan terapan prosedur-prosedur berikut ini segera, tunda pengeluaran instruksi kerja:
Administrator harus membuat dan memiliki catatan semua gambar yang
diperiksa, yang menunjukkan tanggal pengeluaran ke dan dari pemeriksaan.
Setiap minggu, administrator harus menyiapkan daftar berisi semua gambar
yang sedang diperiksa lebih dari 20 hari. satu salinan lapoan harus diserahkan
ke bagian proyek dan satu salinan diberikan ke Kepala Pemeriksaan.

/s/T. Blow
Kepala Proyek
Proyek C
C13

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai


prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh
kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengndalian intern,
analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-
dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data
kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, Lawrence B, Morimer A Dittenhofer, James H Scheiner. 2005. Edisi Lima.


Internal Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai