Anda di halaman 1dari 17

INTERNAL AUDIT

“KERTAS KERJA”
Dosen Pengampu: I Ketut Sunarwijaya, SE.,M.Si

Oleh:
Deva Putri Anggreni (03)
Ni Ketut Ayu Antari (15)
Ni Putu Astrid Carolia P (22)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2021
1. Pengertian Kertas kerja
Kertas kerja (working paper) sebagai sarana pendokumentasian
audit, yang berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang
dilakukan selama proses audit. Isi dari kertas kerja adalah langkah-langkah
proses audit:
1. Rencana audit, termasuk program audit
2. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol
internal
3. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai
4. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
5. Laporan audit
6. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan

2. Fungsi Kertas kerja


Auditor internalmenyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang
berbeda. Yaitu :
1. Untuk mendukung laporan audit
2. Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab,
penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan
kondisi, dan pemeriksaan transaksi
3. Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit
4. Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi
5. Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan
penyelesaian audit
6. Untuk member dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang
melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi
7. Sarana support data untuk audit eksternal
8. Sebagai data referensi untuk penelaahan selanjutnya
9. Membantu mengevaluasi jaminan mutu departemen audit internal
Auditor internal harus menyiapkan kertas kerja yang akurat, jelas,
terorganisasi, dan profesional, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut
ini:
• Pendokumentasian
• Ringkasan
• Pemberian indeks dan referensi silang
• Kertas kerja Pro Forma
• Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
• kepemilikan dan kontrol atas kertas kerja
• kriteria kertas kerja yang ideal
• penulisan kertas kerja sejalan dengan kemajuan audit
• penyimpanan kertas kerja
3. Dokumentasi
Berikut isi kertas kerja auditor internal :
1. Perencanaan dokumen dan program audit
2. Kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan, dan hasil-hasil
evaluasi kontrol
3. Catatan wawancara
4. Bagan organisasi, pernyataan kebijakan dan prosedur, serta deskripsi
kerja
5. Salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting
6. Surat konfirmasi dan representasi
7. Foto, diagram, dan tampilan grafis lainnya
8. Uji dan analisis transaksi
9. Hasil-hasilprosedur dan penelaahan analitis
10. Laporan audit dan jawaban manajemen
11. Korespondensi audit yang relevan

Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, selain itu
kertas kerja diupayakan rapi, seragam, dapat dipahami, relevan, ekonomis,
lengkap secara wajar, sederhana, dan disusun secara logis, dengan cara
sebagai berikut :
1. Menjaga kerapian kertas kerja.
semua nama dan jabatan harus dicetak dengan jelas dan mudah
dipahami.
2. Menjaga keseragaman kertas kerja.
semua kertas kerja harus disiapkan pada kertas kerja dengan ukuran dan
tampilan yang sama. Adanya map dengan penjepit yang baik, dan
pembatas dapam memisahkan bagian-bagian dokumen audit.
3. Menyiapkan kertas kerja agar dapat dipahami.
Setipa orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat
memahami apa yang diputuskan auditor untuk dilakukan, apa yang
telah mereka lakukan, apa yang mereka temukan, apa kesimpulan yang
diambil, dan apa saja yang tidak diputuskan untuk diambil.
4. Menjaga kertas kerja yang relevan.
Memiliki pernyataan tujuan yang jelas pada kertas kerja membantu
memastikan relevansi. Materi latar belakang bisa menjadi hal yang
penting.
5. Menjaga keekonomisan kertas kerja.
Memanfaatkan semaksimal mungkin kertas kerja yang dibuat pada
audit sebelumnya, jika pernah dilakukan audit sebelumnya. Bagan Alir,
deskripsi sistem, dan data lainnya mungkin masih valid.
6. Menjaga kecukupan kertas kerja.
Auditor harus menyimpan daftar “yang akan dikerjakan” di kertas kerja
mereka. pada daftar ini mereka bisa menuliskan hal-hal yang masih
harus dilakukan, pemikiran baru yang layak dipertimbangkan, dan
halhal lain yang tidak secara khusus ditetapkan di program audit tetapi
memerlukan tindakan audit.
7. Menjaga kesederhanaan penulisan.
Kesederhanan dan kejelasam dalam kertas kerja tidak berarti harus
menggunakan struktur bahasa yang sempurna. Kalimat-kalimat ringkas
tetap bisa digunakan dan menghemat waktu.
8. Menggunakan susunan kertas kerja yang logis.
Dibelakang narasi akan ada catatan audit: bagan alir dari sistem kontrol,
jadwal pengujian audit, dan ringkasan temuan. Setiap lembar kerja
umumnya akan berisi:  Judul yang deskriptif
• Referensi ke penugasan audit
• Tanda silang atau simbol lainnya
• Tanggal pembuatan dan inisial auditor
• Nomor referensi kertas kerja
• Sumber-sumber data

4. Ringkasan Kertas kerja


Ringkasan membantu mengembalikan ingatan fakta-fakta,
mengurutkan alur yang berurutan dan logis serta memfasilitasi penelaahan
atas bagian-bagian penugasan tertentu. Ringkasan juga bermanfaat dalam
menghubungkan kelompok-kelopok kertas kerja yang terkait dengan satu
hal tertentu.
a. Ringkasan Segmen-Segmen Audit
Ringkasan bentuk narasi untuk menunjukkan subjek audit, tujuan dan
lingkup audit, temuan, kesimpulan, dan rekomendasi auditor serta
tindakan perbaikan yang dilakukan klien.
b. Ringkasan Statistik
Hasil-hasil pengujian audit diringkas dalam bentuk statistic agar
mudah dibaca, dipahami, dan ditangani. Ringkasan ini harus
diperlakukan sebagai sebuah piramid, data akhir secara perlahan
meluas ke beberapa skedul pengujian.
c. Ringkasan Rapat
Isi ringkasan dari pembahasan dengan klien – pengamatan,
kesepakatan, ketidaksepakatan, saran-saran harus diringkas dengan
lengkap dan segera.
d. Ringkasan Program Audit
Berupa ringkasan komentar-komentar auditor yang berisi kesimpulan
temuan dan aktivitas yang diaudit. Proses ini akan memberitahu
mereka apa yang telah dilakukan dan apa yang masih harus dilakukan.
Hal tersebut dapat membantu mereka dalam memahami mutu kontrol
operasi dan kinerja, juga membantu mengontrol audit.
e. Ringkasan Temuan
Ringkasan ini berisi fakta-fakta yang relevan dan signifikan tentang
temuan auditor, hal ini harus didukung dengan dokumen pendukung
yang paling banyak karena sering dibahas

5. Pemberian Indeks dan Referensi Silang


Pemberian indeks silang yang baik memiliki beberapa tujuan :
Pertama, Menyederhanakan penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
Meskipun auditor internal memiliki semua fakta yang relevan menegenai
suatu masalah yang jelas, hubungan antara fakta fakta tersebut mungkin
tidak jelas bagi ornag lain.
Kedua, Refrensi silang memeudahkan jalan bagi auditor berikutnya yang
menggunakan kertas kerja untuk penelaahan tindak lanjut.
Ketiga, Referensi silang menyederhanakan penelaahnan berikutnya atas
kertas kerja. Dalam suasana diskusi dengan klien, referensi silang yang baik
membantu mencegah kesalahan dan kecanggungan hal yang ‘memalukan’
setelah klien menanyakan sesuatu dan auditor sibuk mencarinya di kertas
kerja sehingga yang lain menjadi tidak sabar. Keempat, Rreferensi silang
meningkatkan hasil akhir : laporan audit internal. Saat auditor menyiapkan
draf laporan, kertas kerja yang memiliki referensi yang baik akan menuntun
pada informasi pendukung dengan cepat dan mudah
6. Kertas kerja Pro Forma
Beberapa organisasi audit telah membuat aturan kertas kerja yang
mengandung informasi standar, yang mengingatkan auditor hal hal penting
yang akan dicakup dalam audit. Sebuah organisasi audit membuat semacam
kertas kerja pro forma yang bisa membantu.
Setiap lembar program terdiri atas dua bagian : Bagian pertama memberikan
ruang untuk tujuan audit, Bagian dua memberikan ruang untuk langkah
langkah yag diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan menggunakan
format ini, auditor harus menyatakan apa yang ingin mereka capai dan
langka langka yang akan mereka ambil.
Lembar kerja audit berisi tiga set komentar naratif. Ketiganya di beri judul :
Tujuan kerja, Pekerjaan yang telah dilakukan, dan apa yang disimpulkan
auditor
Otomatisasi Kertas kerja – Bank Nasional
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Ikatan Auditor Internal mengenai
praktik praktik inovasi dalam audit internal membahas otomatisasi dalam
operasi audit internal. Laporan tersebut menggambarkan prosedur tertentu
pada Bank Nasional.
Laporan tersebut mengidentifikasi 10 karakteristik aplikasi :
1. Refleksi Informasi
2. Standardisasi
3. Kenyamanan
4. Referensi dokumen
5. Tampilan
6. Pencitraan
7. Komunikasi
8. Menjdai Alat Kontrol
9. Integrasi Aplikasi
10. Pengamanan Hak Akses

Kertas kerja Elektronik


Penggunaan kertas kerja elektronik membantu mengurangi kompleksitas
dan meningkatkan fleksibilitas pendokumentasian. Kertas kerja yang
dihasilkan sistem memungkinkan kapasitas yang lebih besaar untuk
menelaah dan mengubah rancangan, pengembangan yang lebih cepat saat
digunakan dengan perangkat Teknik Audit Berbantuan Komputer (CAAT)
dan Rekayasa Sistem Berbantuan Komputer (CASE), dan membuat
pendokumentasian menjadi lebih rasional

7. Penelaahan Kertas kerja oleh Penyelia


Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan bahwa :
• Program audit diikuti dan instruksi instruksi khusus bagi auditor telah
diikuti
• Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan
• Kesimpulan yang dicapai memang wajar,logis, dan valid
• Tidak ada langkah langkah yang belum diperiksa
• Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah
dicatat dan bahwa perselisihan telah diselesaikan
• Aturan aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti

Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan


penelaahan akhir atas kertas kerja audit. Berikut ini beberapa standar yang
tercatat pada format tersebut:
 Laporan o Temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan
memadai ke dokumen pendukung
o Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan
lingkup penuh
 Rencana
o Program audit yang memadai telah dibuat o Rencana pra-audit
telah didokumentasikan
o Penghilangan langkah langkah yang diperlukan dalam program
audit telah dijelaskan dengan memadai
 Umum
o Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya
dan diperbarui
o Rencana pengambilan sempel telah didokumentasikandengan
memadai dan informatif
o Bahan referensi disimpan untuk tujuan konstruktif o Laporan
audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup
o Data administratif telah diselesaikan
 Pekerjaan Lapangan o Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah
pekerjaan dilakukan dan temuan temuan disusun
o Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat o
Kesimpulan auditor diberikan
 Supervisi o Semua pertanyaan penyelia telah dijawab o Mutu pekerjaan
dinilai

8. Kepemilikan dan Kontrol atas Kertas kerja


Kertas kerja merupakan milik auditor dan harus dijaga oleh auditor. Auditor
harus mengetahui dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit. Jika
terdapat risiko kehilangan, kertas kerja harus disimpan dalam lemari atau
meja terkunci saat jam makan siang dan sepanjang malam. Jika kertas kerja
di bawa ke ruangan hotel, maka harus disimpan dalam koper terkunci.
Kertas kerja tidak boleh diakses orang orang yang tidak memiliki otoritas
untuk memiliki atau menggunakannya , karena bisa disalahgunakan,
informasi bisa dipindahkan, diubah, atau dibaca orang yang tidak berhak
membacanya.

9. Contoh-Contoh Kertas kerja


Berikut adalah Contoh-contoh bagian kertas kerja yang formatnya dapat
digunakan dalam setiap audit operasional dan kertas kerja terkomputerisasi
memiliki sedikit kesamaan. Tampilan tersebut mengilustrasikan audit atas
fungsi produksi, tetapi bisa digunakan dalam setiap audit operasional
Tampilan 9.2 Contoh kertas kerja Pengeluaran
Contoh Kertas kerja
Pengeluaran Gambar Contoh
Informasi Umum
Tujuan Audit
Untuk Menyiapkan Gambar contoh yang akurat dan memenuhi ketentuan
spesifikasi, dan mengeluarkannya tepat waktu guna memenuhi kebutuhan pabrik

Latar Belakang
Tiga Organisasi proyek ang terpisah menyiapkan dan mengeluarkan gambar:
Proyek A, B, dan C. Setiap proyek diimpin serorang insinyur proyek. Ketiga
insinyur proyek melapor ke Kepala Proyek. Departemen pemeriksaan yang
terpisah, dibawah seorang Kepala Pemeriksaan, juga melaporkan secara langsug
ke Kepala Proyek dan oleh karena itu tidak berda dibawah kendali orang yan
ggambarnya diperiksa. Lihat Bagan C5.
Setiap proyek memiliki prosedur masing-masing untuk mengontrol penyiapan,
pemeriksaan, persetujuan, dan pengeluaran gambar.
Setiap proyek memiliki rentang waktu 20 hari pabrik sejak penyelesaian gambar
hingga pengeluarannya ke pabrik. [Tanggal pabrik adalah angka-angka mulai dari
1 hingga 1000(kembali ke 1 bila sudah mencapai 1000) tidak termasuk akhir
pekan dan hari libur]. Dua puluh hari tersebut mencakup memeriksa gambar,
memperbaikinya, dan mendapatkan persetujuan.

Sistem Kontrol
1 Untuk memasikan keakuratan gambar, setiap gambar akan diverifikasi oleh
seorang oemeriksa menggunakan warna pemeriksaan yang berbeda: kuning
menunjukkan akurasi, merah menunjukkan adanya kesalahan. Semua
kesalahan akan diperbaiki atau jika tida diperbaiki, alasan pengeluaran
gambar tanpa dikoreksi harus dijelaskan.
2 Untuk memastikan bahwa gambar memnuhi spesifikasi kontrak, maka harus
disetujui secara tertulis oleh
: Penyelia Rekayasa, Insinyur Proyek, Insinyur Porduksi, dan Insinyur
Bagian Mutu
Proyek B dan C memiliki sistem penelaahan gambar sebagai bukti
pemeriksaan dan persetujuan sebelum dikeluarkan ke pabrik. Sedangkan
proyek A tidak.
3 Untuk memastikan pegeluaran gambar telah dilakukan tepat waktu untuk
memenuhi kebutuan pabrik diberikan jadwal yang mencakup pembuatan draf
untuk menyelesaikan gambar dalam 20 hari dari tanggal kebutuhan pabrik.
Proyek B memiliki sistem tindak lanjut. Proyek A dan C tidak.
4 Semua proyek menggunakan register untuk mencatat gambar yang sudah
selesai. Semua proyek memiliki tanggal pengeluaran. Hanya proyek B yang
memiliki tanggal penerimaan (Lihat bagan alir C5)

Tujuan
Menentukan apakah sistem kontrol memadai untuk memnui tujuan :
1 Akurasi
2 Kesesuaian dengan ketentuan spesifikasi
3 Kesesuaian dengan jadwal
Untuk menentukan apakah kinerja telah efektif dalam hal :
● Semua gambar telah diperiksa dan diperbaiki
● Semua gambar memiliki bukti persetujuan

● Semua gambar dikeluarkan dalam 20 hari penyelesaian

Ruang Lingkup
Kami mengambil sampel berdasarkan pertimbangan untuk penelaahan awal atas
gambar yang dikeluarkan selama setengah tahun 190x. Kami memiliki secara
acak, menggunakan teknik pemilihan interval, dari register gambar yang
dikeluarkan yang dimiliki setiap proyek. Kami memutuskan untuk mengambil
sampel sebanyak 20 gambar untuk pengujian awal dan memperluas pengujian
kami jika perlu. karena temuan kami bersifat konklusif untuk setiap proyek, kami
memutuskan untuk tidak memperluas pengujian

(Lanjutan)
Temuan
Kontrol
1 Akurasi Proyek A tidak memiliki ketentuan penelaahan gambar
sebelum di keluarkan atau untuk 2 Memenuhi membuktikan adanya
pemeriksaan dan persetujuan.
Spesifikasi
3 Jadwal proyek A dan C tidak memiliki sistem tindak lanjut untuk gambar yang
sedang dalam proses pemeriksaan
Proyek B memiliki sistem ini. C9
Kontrol
1 Akurasi ProyekA : 4 gambar lolos pemeriksaan; total ada 7 kesalahan yang
tidak diperbaiki; 3 gambar tidak memiliki tanda tangan dari karyawan
produksi.
2 Memenuhi
Spesifikasi
3 Jadwal Proyek B dan C, kami tidak menemukan kesalahan. C10
Proyek A - 5 dari 20 gambar mengalami keterlambatan 21 hingga 50 hari
Proyek C - 8 dari 50 gambar mengalami keterlambatan 10 hingga 50 hari
Proyek B - semua gambar dalam sampel dikeluarkan tepat waktu
Opini
Proyek A Kontrol atas Akurasi, kesesuaian dengan spesifikasi dan jadwal tidak
memadai
Proyek B Kontrol Memuaskan
Proyek C Kontrol atas jadwal tidak memadai
Rekomendasi
Terapkan pada Proyek A dan C sistem yang sama dengan yang diterapkan pada
Proyek B.
Karyawan Proyek pada A dan C setuju dengan rekomendasi kami. Mereka
mengeluarkan intruksi ke pasa asisten administratif. Lihat C12 dan C 13
Penelaahan lanjutan menunjukkan bahwa kontrol yang baru telah diterapkan
dalam operasi
C4

Tampilan 9.3 Bagan Organisasi : Pengujian Gambar Contoh

Tampilan 9.4 Bagan Alir: Pengeluaran Gambar Contoh


Tampilan 9.5 Ringkasan Pengujian Gambar Contoh
Tampilan 9.6 Daftar Masalah : Pengujian Gambar Contoh

Pengujian Ketepatan Waktu


Pengeluaran serta Kecukupan n
Pemeriksaan dan Persetujua
Gambar Contoh
Daftar Gambar yang
Bermasalah
Keterlambatan
(Gambar Membutuhkan Lebih dari 20 hari) Proyek C
Proyek A Proyek B
Gambar Jumlah Hari Gambar Jumlah Hari Gambar Jumlah Hari
A - 1219 65 - 20* = 45 Tidak ada C - 325 50 - 20* = 30

A - 1105 -1 62 - 20 = 42 C - 331 60 - 20 = 40

A - 1232 58 - 20 = 38 C - 334 63 - 20 = 43

A - 1250 70 - 20 = 50 C - 338 53 - 20 = 33

A - 1283 50 - 20 = 30 C - 350 48 - 20 = 28

C - 359 30 - 20 = 10

C - 376 53 - 20 = 33

C - 389 40 - 20 = 20

Gambar yang Lolos


Pemeriksaan
Proyek A Proyek B Proyek C
A - 1222 Tidak Ada
A - 1260
A - 1266
A - 1283
Kesalahan yang Tidak di
Perbaiki
Proyek A Proyek B Proyek C
Jumlah Jumlah
Jumlah
Gambar Gambar Gambar
Kesalahan
Kesalahan Kesalahan
A - 1105 -1 2 Tidak ada Tidak ada
A - 1247 2
A - 1285 3

Tanda Tangan yang Tidak


Proyek A Diperbolehkan
Proyek B Proyek C
Gamba Jumlah Jumlah
r Jumlah Kesalahan Gambar Gambar
Kesalahan Kesalahan
A - 1227 Insinyur Produksi Tidak ada Tidak ada
A - 1253 Insinyur Produksi
A - 1279 Insinyur Produksi
Lihat C9 Lihat C10
Lihat C11
C8

Tampilan 9.10
Kepada : Administrator, Proyek A
Dari : Kepala Proyek, Proyek A
Hal : Kontrol atas Gambar - Pemeriksaan Persetujuan, Tindak Lanjut

Audit Atas operasi kami menunjukan bahwa :


Beberapa gambar lolos dari pemeriksaan
Beberapa gambar tidak memiliki semua persetujuan yang dibutuhkan; dan Beberapa
gambar terlambat diperiksa tanpa tindak lanjut yang layak

Prosedur-prosedur berikut ini akan diterapkan segera, tunda pengeluaran instruksiinstruksi


kerja yang sesuai yang mencakup masalah-masalah :
Semua Gambar yang diberikan ke bagian produksi harus melewati meja
adminsitrator. Ia harus membubuhkan inisial dan tanggal dokumen yan gdikeluarkan untuk
menunjukkan bahwa ia telah menelaah dokumen untuk membuktikan : (1) pengujian dan
(2) persetujuan yang layak. semua dokumen yang tidak diperiksa atau disetujui harus
dikembalikan ke orang yang bertanggungjawab melalui memo ringkas, dengan salinan
diberikan ke bagian proyek.

Administrator harus membuat dan memiliki catatan semua gambar yang


dikeluarkan untuk diuji, yang menunjukkantanggal pengeluaran ke dan dari
pengujian. Setiap minggum aministrator harus menyiapkan laporan berisi semua
gambar yang diuji lebih dari 20 hari. satu salinan laporan ini harus
diserahkan ke bagian proyek dan satu salinan diberikan ke kepala pemeriksa.
/s/P. Snow
Kepala Proyek
Proyek A
C12

Tampilan 9.11
Kepada : Administrator, Proyek C
Dari : Kepala Proyek, Proyek C
Hal : Kontrol atas Gambar yang sedang diperiksa

Audit atas prosedur administratif kami menunjukkan bahwa gambar mengalami


keterlambatan dalam proses pengujian tanpa tindak lanjut yang memadai

Harapan terapan prosedur-prosedur berikut ini segera, tunda pengeluaran instruksi kerja:
Administrator harus membuat dan memiliki catatan semua gambar yang
diperiksa, yang menunjukkan tanggal pengeluaran ke dan dari pemeriksaan.
Setiap minggu, administrator harus menyiapkan daftar berisi semua gambar yang
sedang diperiksa lebih dari 20 hari. satu salinan lapoan harus diserahkan
ke bagian proyek dan satu salinan diberikan ke Kepala Pemeriksaan.
/s/T. Blow
Kepala Proyek
Proyek C
C13

10. Menulis di Kertas kerja saat Audit Berlangsung


Tulisan awal tentang tujuan, latar belakang, kontrol, sasaran, dan lingkup
bisa dibuat segera setelah auditor melakukan penelaahan awal atas operasi.
Tidak perlu menunggu hingga audit atas segmen tersebut selesai. Temuan
bisa diringkas segera setelah pengujian dilakukan. Hasil-hasilnya kemudian
segera bisa digunakan dalam diskusi dengan klien. Dalam beberapa
organisasi bahan-bahan yang akan dipertimbangkan untuk laporan audit
juga dikonstruksikan dan mungkin perlu ditelaah dengan klien pada saat
tersebut. Hal ini khususnya bermanfaat jika klien telah mulai
mengimplementasikan rekomendasi auditor.
Dalam beberapa kasus, menyiapkan kertas kerja bisa lebih mudah dengan
penggunaan kertas kerja proforma yang memiliki judul dan beberapa
segmen yang telah tersedia. Dalam kasus-kasus lainnya, khususnya dalam
audit operasional yang pemeriksaannya tidak bersifat pengulangan, atau
auditor mungkin membuat audit awal dari subjek yang baru, kertas kerja
proforma mungkin tidak bisa digunakan
11. Penyimpangan Kertas kerja
Kertas kerja harus dibuang bila tidak lagi digunakan. Bila audit lanjutan atas
sebuah operasi telah diselesaikan, auditor harus membuat keputusan,
disetujui oleh penyelia mereka, mengenai apakah kertas kerja sebelumnya
harus disimpan atau dimusnahkan. Bila kertas kerja mengandung
dokumentasi atau bahan-bahan lainnya yang akan terus digunakan, maka
bagian kertas kerja tersebut harus dibawa ke kertas kerja tahun ini.
Ketentuan kontraktual atau hukum mungkin harus disimpan. Oleh karena itu
prosedur dan jadwal untuk departemen audit internal harus disiapkan oleh
kepala bagian audit dan disetujui oleh penasihat hukum.
Beberapa kertas kerja mengandung informasi yang akan terus digunakan,
sering kali disebut dokumen permanen (permanent file). Auditor harus
mengidentifikasikan dokumen seperti ini pada saat kesimpulan audit.
Penyelia harus menyetujui penyimpanannya dengan memberi inisial dan
tanggal dibuatnya keputusan

12. Kepemilikan Kertas kerja


Hak pihak luar terhadap kertas kerja audit internal belum pernah ditetapkan
dengan jelas secara hukum. Pada umumnya permintaan oleh badan
pemerintahan diizinkan oleh pengadilan atau dijelaskan dalam kontrak.
Permintaan oleh orang atau organisasi tertentu masih merupakan perdebatan
diantara beberapa aturan yang ada. Juga, sifat bukti yang diminta akan
mempengaruhi bisa tidaknya kertas kerja dilihat oleh pihak luar.
Keseluruhan masalah ini diperparah dengan adanya fakta bahwa dalam
beberapa kasus hak akses ditentukan melalui pengadilan dan bukan
pengadilan banding, sehingga bisa menyebabkan penerapan tidak konsisten.
Dalam kasus-kasus tertentu, kertas kerja audit internal harus diserahkan ke
Kantor Pajak (Internal Revenue Service – IRS).

Kesimpulan

Kertas kerja (working paper) sebagai sarana pendokumentasian


audit, yang berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang
dilakukan selama proses audit. Isi dari kertas kerja adalah langkah-langkah
proses audit:
1. Rencana audit, termasuk program audit
2. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol
internal
3. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai
4. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
5. Laporan audit
6. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan
DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, Lawrence B., at all, 2005, Auditing Internal Sawyer. Buku 1,


Edisi 5, Salemba Empat,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai