Kertas Kerja Pemeriksaan adalah dokumen yang berisi seluruh informasi yang diperoleh,
analisis yang dibuat, dan kesimpulan yang didapat selama melaksanakan audit. Kertas kerja pemeriksaan
terdiri dari semua dokumen yang dibuat sendiri dan juga yang diperoleh dari hasil kerja auditor sebagai
dasar informasi yang dipakai untuk membuat suatu kesimpulan dan opini (Mayangsari,2013). Kegunaan
1. Bahan bukti dalam memberikan pendapat dan saran perbaikan (audit report).
3. Memungkinkan atasan untuk langsung menilai bahwa pekerjaan yang didelegasikan telah
4. Membantu auditor untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan sesuai dengan rencana, dan
mencakup semua aspek finansial serta operasional yang dapat dijadikan pedoman untuk
5. Sebagai dasar bahwa prosedur audit telah diikuti, pengujian telah dilakukan, sebab-sebab masalah
diketahui, dan akibat dari masalah diungkapkan untuk mendukung pendapat (opini) dan saran
6. Memungkinkan staf auditor lain untuk dapat menyesuaikan dengan tugas yang diberikan dari
7. Sebagai alat bantu untuk mengembangkan profesionalisme bagi Internal Audit Division.
8. Menunjukkan kepada pihak lain bahwa suatu pekerjaan audit telah dilaksanakan sesuai dengan
standar keahlian yang dimiliki oleh staf audit hingga laporan evaluasi akhir yang sesuai dengan
“audit proses”.
1
Karakteristik yang harus dimiliki KKP adalah harus kuat dan akurat, jelas dan singkat, mudah
dipersiapkan, mudah dimengerti dan berurutan, relevan, terorganisasi dalam struktur yang konsisten,
Kertas kerja harus lengkap dan akurat. Kertas kerja harus memberikan dukungan yang memadai
terhadap temuan, simpulan dan saran, serta menggambarkan sifat dan lingkup pengujian yang
dilaksanakan.
Kertas kerja harus jelas dan singkat. Tanpa penjelasan semua orang yang menggunakan kertas kerja
harus dapat memahami tujuan, sifat dan lingkup pekerjaan yang dilakukan dan simpulan yang
dicapai. Kertas kerja harus berisi pula ringkasan, indeks, petunjuk silang (cross-reference) dari
3. Mudah Dipersiapkan
Kertas kerja harus mudah untuk dibuat. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan jadwal
organisasi, peralatan standar yang belum dicetak, dan format standar kertas kerja yang dihasilkan
Kertas kerja harus rapi dan mudah dipahami. Jika tidak, kegunaan kertas kerja, dalam pembuatan
laporan akan terbatas, dan kertas kerja itu akan kehilangan nilainya sebagai bukti pemeriksaan.
5. Relevan
lnformasi yang terdapat dalam kertas kerja harus dibatasi hanya untuk hal-hal yang secara material
penting, mendasar dan berguna dengan tujuan yang ditetapkan dalam penugasan.
2
Kertas kerja harus diorganisasikan dan menuju struktur konsisten. Hal ini dimudahkan dengan
indeks yang logis mudah diikuti. Pengisian dan pemberian indeks kertas kerja dibuat untuk
pengulangan informasi sesuai dengan file. Seluruh dokumen pendukung harus dilakukan petunjuk
silang dengan kertas kerja yang terkait, yang diperlukan dan juga rencana pemeriksaan. Hal ini akan
memudahkan akses terhadap semua informasi yang berkaitan dengan pemeriksaan. penting juga
untuk memberi indeks dan petunjuk silang atas informasi yang ada pada media magnetik yang
berkaitan dengan pemeriksaan. Manajer audit harus mencari kegunaan database, penelitian dalam
paket word processing, atau paket perangkat lunak lainnya, untuk membantu penyimpanan dan
Ketika menyiapkan kertas kerja, kegunaan akhir kertas kerja itu harus selalu diingat. Hal ini meliputi
penyusunan dasar bagi temuan pemeriksaan dan saran-saran serta memudahkan dalam menjawab
Bentuk dan isi KKP harus dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kondisi masing-
masing auditor. Informasi yang dimasukkan dalam dokumentasi pemeriksaan menggambarkan catatan
penting mengenai pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor sesuai standar dan simpulan auditor.
Kuantitas, jenis, dan isi KKP didasarkan atas pertimbangan profesional auditor.
SA Seksi 339 Kertas Kerja Paragraf 05 menyatakan bahwa “kertas kerja harus cukup
memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang
dilaporkan serta standar pemeriksaan yang dapat diterapkan telah dilaksanakan oleh auditor”.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002), isi kertas kerja biasanya berisi dokumen yang memperlihatkan:
1. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama, yaitu pemeriksaan telah direncanakan
3
2. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit telah diperoleh,
prosedur audit telah diterapkan dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditor.
Oleh karena itu, kertas kerja harus dapat menggambarkan prosedur-prosedur apa saja yang
telah dilakukan oleh auditor dalam mencapai tujuan audit. Kertas kerja sebaiknya tidak hanya
audit serta pelaporan, sehingga terlihat hubungan antara perencanaan audit, pelaksanaan audit di
Kertas kerja harus lengkap, termasuk bukti pendukung untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
8. Surat konfirmasi
4
11.Audit report dan komentar manajemen
Kertas Kerja Pemeriksaan berguna sebagai alat bertahan dan pembuktian bagi auditor
terhadap tuntutan pengadilan jika terjadi kelalaian atau penyelewengan yang dituduhkan kepada
auditor dan juga sebagai alat untuk menetapkan apakah semua informasi penting yang dikumpulkan
telah memenuhi syarat untuk menjadi bahan laporan hasil audit. Review atas kelengkapan alat bukti
dalam KKP dilakukan untuk menguji apakah KKP telah mencerminkan penerapan standar audit dan
prosedur audit yang dijalankan. Di samping itu, review KKP juga untuk memastikan bahwa simpulan hasil
audit telah didukung dengan bukti-bukti audit yang lengkap baik materi bukti audit maupun jumlahnya.
KKP harus dibuat secara teratur, hati-hati, bersih, dan teliti agar mudah dimengerti oleh
pengawas dan penanggung jawab yang me-review KKP dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa:
3. Laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut: “kertas kerja
adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya,
pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan
dengan auditnya.” Sedangkan, Pedoman Manajemen Pemeriksaan 2002 menyatakan bahwa Kertas
Kerja Pemeriksaan (KKP) adalah catatan-catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan oleh auditor
secara sistematis pada saat melaksanakan tugas pemeriksaan. Catatan yang dibuat harus mencerminkan
pekerjaan yang telah dilaksanakan, metode, prosedur dan teknik pemeriksaan, simpulan dibuat dan
Maksud dan tujuan pembuatan KKP adalah agar semua kegiatan pemeriksaan tercatat,
terekam, dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat dijadikan dasar dan bukti yang dapat
5
disimpulkan dan dikomunikasikan melalui laporan hasil pemeriksaan kepada pihak pemakai laporan, dan
Mengingat pentingnya peranan kertas kerja dalam mendukung laporan hasil auditor
diwajibkan untuk menyusun kertas kerja dengan sebaik-baiknya. Kewajiban untuk menyusun kertas
kerja tertuang dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan
(PSP) tambahan kelima Pemeriksaan Keuangan dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu dan PSP
keempat Pemeriksaan Kinerja menyatakan bahwa “Pemeriksaan harus mempersiapkan dan memelihara
mentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan auditor yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan auditor
tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung pertimbangan dan simpulan auditor. Dokumentasi pemeriksaan harus mendukung opini,
Media kertas kerja dapat berbentuk: kertas, disket, foto maupun media lainnya, dan dapat
dikategorikan sebagai permanent file dan current file. Kertas kerja “audit” harus rapi, jelas, ringkas dan
komentar yang disampaikan harus bersifat umum tetapi yang dapat diterima. Hindari pernyataan atas
praduga yang tanpa dasar; semua komentar harus didukung dengan data dan fakta.
Kertas kerja harus dibuat dan disesuaikan dengan standar formulir yang tersedia. Penyajian
yang lebih jelas dan keterangan yang rinci harus dibuat sebagai dokumen pendukung yang disajikan
secara terpisah, dan merupakan satu kesatuan dengan kertas kerja induk (harus ada “cross reference”).
Sebagian kertas kerja hanya akan memuat daftar pertanyaan atau catatan-catatan atas diskusi yang
telah dilakukan sebelumnya, hal yang sangat penting adalah menyediakan tempat yang cukup dalam
kertas kerja untuk membuat catatan-catatan penting agar sesuatu yang dievaluasi/diperiksa diketahui
6
dengan jelas. Semua schedule/ daftar-daftar dan kertas kerja harus dapat dikaitkan satu sama lain
sehingga memudahkan untuk mengidentifikasi, dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi.
Semua kertas kerja audit harus di-file berurutan sesuai dengan indeks yang diberikan. Setiap
file kertas kerja harus dapat diidentifikasikan, dan pada halaman pertama tertera:
2. Nama Perusahaan
4. Tempat
6. Tanggal laporan
Semua kertas kerja harus diparaf/diberi tanda pada setiap kertas kerja oleh staf yang diberi
tanggung jawab penugasan (staf/Person in Charge), dan secara berkala di-review oleh Supervisor.
Kode/tanda telah diperiksa (audit ticks) merupakan standar yang lazim dipakai oleh auditor dalam
melaksanakan tugas dengan maksud untuk menghemat waktu. Semua kode yang digunakan harus diberi
penjelasan di dalam kertas kerja dan harus ada hubungan dengan “Audit Program”, serta sebagai
Permanent file terdiri dari berbagai macam schedule dan ada hubungannya dengan setiap
pelaksanaan audit, yang pada umumnya dapat digabungkan menjadi satu dengan permanent file.
Schedule atau daftar yang diperoleh harus berupa sumber informasi yang berhubungan dengan
aktivitas, kelangsungan bisnis perusahaan, sistem, prosedur, dan ketentuan/kebijaksanaan lain yang
sangat penting untuk kepentingan audit. Isi permanent file harus selalu di-review dan di-update pada
setiap pekerjaan audit yang dilakukan dan harus mengacu pada situasi terkini. Dalam meng-update
permanent file, beberapa dokumen (system and procedure, peraturan perusahaan, peraturan
7
pemerintah dan pajak, dan lain-lain) kemungkinan sudah tidak relevan lagi dengan kondisi terkini dan
masa yang akan datang. Jika ada beberapa dokumen yang didapat sebagai bagian dari kertas kerja untuk
pelaksanaan audit saat ini masih dapat dikaitkan dengan permanent file, dokumen ini harus di-file secara
terpisah di dalam permanent audit file yang baru. Isi dari permanent audit file pada umumnya adalah
sebagai berikut:
6. Daftar tanda tangan dari personel yang diberi wewenang serta batasan wewenang
12.Chart of account
14.Daftar dokumen penjualan (perjanjian), kontrak, dan standar perjanjain-perjanjian yang ada dalam
Permanent file menyajikan hubungan antara audit yang sekarang dan audit yang lalu. File ini
memungkinkan auditor sekarang untuk mendapat gambaran tentang bagaimana proses audit yang lalu
dilaksanakan. Hal ini akan menentukan cara pelaksanaan audit sekarang. Permanent file mencakup
8
rencana audit yang dibuat pada awal audit dan revisi-revisinya serta pertimbangan dalam merevisi. Hal
ini akan memudahkan pembuatan perencanaan audit sekarang dan/kemudian hari. Permanent file
adalah aset yang berharga bagi auditor untuk menghemat waktu, terutama untuk auditor yang kurang
Selain Permanent File, Current file perlu dibuat setiap melaksanakan audit. Kertas kerja ini harus dibuat
1. Hasil review dari internal control dan pengembangan dari sebuah rencana audit atau update dari
planning.
2. Korespondensi dari Auditee untuk memulai suatu audit, konfirmasi, memvalidasi temuan, dan
3. Melakukan suatu tes untuk mencapai tujuan audit yang telah diidentifikasi.
Temuan pemeriksaan harus didiskusikan dengan karyawan yang bersangkutan dan juga atasan
langsung pada perusahaan yang sedang diaudit. Di dalam diskusi tersebut, perhatian atas masalah yang
ditemukan harus merupakan bagian dari sasaran yang ingin dicapai oleh atasan tersebut dan bukan
menyalahkan karyawan karena yang bersangkutan melakukan kekeliruan. Jika ditemukan solusi untuk
memperbaiki catatan atau operasi perusahaan, maka harus segera dilaksanakan, bila semua pihak telah
setuju, dengan membuat catatan terpisah dari perubahan tersebut dan melaporkannya bersamaan
dengan laporan audit. Tambahan saran perbaikan akan melindungi kedua belah pihak: internal auditor
9
Menurut Boynton (2002), kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau
pribadi auditor. Namun hak kepemilikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan 301, Code of Professional
Conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi
rahasia yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk
Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, di mana ia bertanggung jawab untuk
menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai permanent file akan disimpan untuk
waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai current file akan disimpan
selama file tersebut diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan untuk memenuhi
persyaratan hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan jarang
10
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, Wiliam C., Johnson, Raymond N & Walter G. Kell., 2001. “Modern Auditing”,7th, Edition, New
Mayangsari, Sekar dan Puspa Wandanarum.2013. Auditing Pendekatan Sektor Publik dan Privat. Jakarta:
Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi keenam, Cetakan pertama , Jakarta: Salemba Empat
11