Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RISMAYANTI

NIM : A031171019

KERTAS KERJA

PENDAHULUAN

Pengertian Kertas Kerja

Kertas kerja (working paper) merupakan suatu pendokumentasian audit yang


berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit.
Sajak auditor pertama kali memulai penugasannya hingga akhir proyek audit mereka
menggunakan kertas kerja. Dimana didalamnya memuat langkah-langkah dalam
prosedur audit berupa :

 Rencana audit, termasuk program audit.


 Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal.
 Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan
kesimpulan yang didapat.
 Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
 Laporan audit.
 Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Fungsi Kertas Kerja

Beberapa hal yang berbeda menjadi tujuan auditor dalam menyiapkan kertas
kerja diantaranya :

 Untuk mendukung laporan audit.


 Untuk menyiapkan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan
instruksi dan arahan, analisis sistem, pengamatan kondisi dan pemeriksaan
transaksi.
 Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit,
mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
 Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi.
DOKUMENTASI

Kebijakan mengenai jenis-jenis kertas kerja audit yang harus disimpan, sistem
penempatan yang akan digunakan, sistem pemberian indeks yang diikuti, dan hal hal
terait lainnya harus dietetapkan oleh kepala bagian audit. Sehingga, susunan dan bentuk
kertas kerja dapat konsisten dan mereka dapat lebih berfokus pada kebutuhan apa yang
akan dicatat. Cakupan dari kerja kerja antara lain (1) perencanaan dokumen dan
program audit, (2) kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan, dan hasil-hasil
evaluasi kontrol, (3) catatan wawancara, (4) bagan organisasi, pernyataan kebijakan da
prosedur serta deskripsi kerja, (5) salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting, (6)
surat konfirmasi dan representasi, (7) foto, diagram, dan tampila grafis lainnya, (8) uji
dan analisis transaksi, (9) hasil-hasil prosedur penelaahan analitis, (10) laporan audit
dan tanggung jawab manajemen, (11) korespondensi audit yang relevan.

Secara umum, karakteristik kertas kerja yang harus diupayakan oleh auditor
internal adalah sebagai berikut :

1. Menjanga kerapian kertas kerja, dapat memberikan kesan langsung mengenai


kecermatan dan profesionalisme. Penggunaan kertas kerja hanya pada satu sisi
lembar saja.
2. Menjaga keseragaman kertas kerja, semua kertas kerja harus disiapkan pada
kertas dengan ukuran dan tampilan yang sama yang sesuai dengan standar.
Dapat digunakan map dengan penjepit lingkaran sebagai kertas kerja audit.
3. Menyiapkan kertas kerja agar dapat dipahami, keputusan auditor mengenai hal
yang harus dilakukan, apa yang ditemukan, apa kesimpulan yang diambil, dan
apa saja yang diputuskan tidak diambil harus dapat dipahami oleh setiap
pembaca kertas kerja.
4. Menjaga kertas kerja yang relevan, pembatasan kertas kerja sebaiknya hanya
pada masalah-masalah yang relevan dan material yang secara langsung terkait
dengan tujuan-tujuan audit. Hal tersebut akan lebih mudah apabila program
audit yang dimiliki terorganisasi dengan baik serta keefektifan instruksi
penyelia.
5. Menjaga keekonomisan kertas kerja, hal ini terkait denga pemanfaatan kertas
kerja audit dengan sebaik mungkin misalnya denga menghindari daftar atau
skedul yang tidak perlu, memasukkan sebanyak mungkin uji pada satu lembar
kertas kerja, tidak menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul, dan
memanfaatkan kertas kerja yang dibuat pada audit sebelumnya.
6. Menjaga kecukupan kertas kerja, kertas kerja harus mencakup semua hal-hal
penting, usahakan tidak ada yang tertinggal, pada kertas kerja harus terdapat
datar “yang harus dikerjakan”, mencatat tanggal dan catatan saat penelaahan
kertas kerja oleh penyelia, tindak lanjut temuan-temuan audit sebelumnya serta
kesesuaian catatan akuntansi apabila dilaporkan mengenai informasi keuangan.
7. Menjaga kesederhanaan penulisan, kertas kerja harus mudah dipahami oleh
penelaah, menggunakan kalimat yang ringkas dan menghemat waktu, serta
memahami apa yang telah dilakukan dan melakukan pemeriksaan tanpa
menghabiskan banyak upaya.
8. Gunakan susunan kertas kerja yang logis, kertas kerja harus disusun secara
pararel dengan program audit. Hubungan yang sejajar antara program dan kertas
kerja akan memudahkan pengacuan selama dan setelah program audit. Setiap
lembar kertas kerja umumnya berisi judul yang deskripitif, referensi ke
penugasan audit, tanda silang atau symbol lainnya, tanggal pembuatan dan
inisial auditor, nomor referensi kertas kerja, dan sumber-sumber data.

RINGKASAN KERTAS KERJA

Dalam melakukan penelusuran audit, tidak adanya ringkasan seringkali


merupakan suatu kesalahan, ingatan auditor mengenai hal yang dikiranya sudah
dipahami sepenuhnya dapat hilang seiring berjalannya waktu. Pandangan menyeluruh
yang objektif didapatkan dari proses pembuatan ringkasan serta dapat digunakan dalam
menghubungka kelompok-kelompok kertas kerja yang terkait dengan satu hal tertentu.
Beberapa bentuk ringkasan yang memberi manfaat yaitu :

1) Ringkasan segmen-segmen audit. Bentuk narasi yang digunakan dalam


ringkasan setiap segmen audit berguna untuk menunjukkan subjek audit, tujuan
dan lingkup audit, temuan, kesimpulan dan rekomendasi auditor, serta tindakan
perbaikan yang dilakukan klien.
2) Ringkasan statistik. Agar dapat mudah dibaca, dipahami, dan ditangani data
yang disebar pada skedul pengujian dapat diringkas dengan menggunakan
ringkasan statistik. Ringkasan ini harus diperlakukan sebagai sebuah pyramid,
data akhir secara perlahan meluas ke beberapa skedul pengujian.
3) Ringkasan rapat. Pengamatan, kesepakatan, ketidaksepakatan, dan sasaran
dengan klien harus diringkas secara lengkap dan segera sehingga dapat
digunakan untuk mencatatnya sesuai dengan apa yang mereka katakana dengan
tepat tidak seperti apa yang terlihat.
4) Ringkasan program audit. Komentar mengenai temuan-temuan auditor yang
sesuai dalam program audit harus dibuat setiap auditor menyelesaikan suatu
segmen. Cara audit yang auditor lakukan akan disadari saat membaca program
audit sehingga mereka dapat mengetahui apa yang telah mereka lakukan dana pa
yang masih harus dilakukan.
5) Ringkasan temuan. Dalam ringkasan temuan, diperlkukan banyak dokumen
pendukung karena biasanya paling sering dibahas. Fakta-fakta yang relevan dan
signifikan tentang temuan auditor termuat dalam ringkasan ini.

PEMBERIAN INDEKS DAN REFERENSI SILANG

Pemberian indeks silang yang baik memiliki beberapa tujuan, diantaranya :

 Referensi silang menyederhanakan penelaahan kertas kerja oleh penyelia.


 Referensi silang memudahkan jalan bagi auditor berikutnya yang menggunakan
kertas kerja untuk penelaahan tindak lanjut.
 Referensi silang menyederhanakan penelaahan berikutnya atas kerja.
 Referensi silang meningkatkan hasil akhir laporan audit internal.

Sistem pemberian indeks sebaiknya sederhana da fleksibel. Beberapa prinsip


tertentu akan tetap berlaku meskipun pola pemberian indeks berbeda pada penelaahan
yang berbeda juga. Auditor dapat terhindar dari banyaknya kertas kerja yang tidak
memiliki referensi dimana sulit untuk menemukan sesuatu dengan mempertimbangkan
dan merencanakan sistem yang akan digunakan sesegera mungkin setelah program audit
selesai dibuat.

Huruf besar dan angka-angka Arab dalam sistem indeks audit biasanya sudah
lulus uji sistem perbaikan indeks yang baik sehingga dapat dikatakan memadai. Huruf
besar bisa diulang jika urutan A, B, C, dan seterusnya telah terpakai semua. Untuk
selanjutnya, auditor bisa menggunaka AA, BB, CC, atau A1.1.1.1. Sistem pemberian
indeks yang mirip rumus aljabar kurang disukai dibandingkan dengan sistem yang
sederhana.

Referensi silang harus menunjukkan sumber informasi jika diambil dari kertas
kerja yang lain dan jika infromasi tersebut digunakan pada kertas kerja yang lain, harus
digunakan warna yang berbeda,. Pembuatan referensi silang memang memakan waktu.
Tetapi akan menghemat waktu pada analisis akhir saat auditor membahas masalah
dengan klien atau saat laporan akhir disiapkan dan diverifikasi.

KERTAS KERJA PRO FORMA

Sebagai bentuk penghematan penyajian kertas kerja, anggaran dan skedul


seringkali digabung. Infromasi standar yang mengingatkan auditor hal-hal penting
cakupan audit dibuat oleh beberapa organisasi dalam bentuk aturan kertas kerja. Kertas
kerja semacam pro forma dapat membantu. Selain itu dibuat pula format program audit
yang terdiri atas bagian tujuan audit dan juga bgagian langkah-langkah pencapaian
tujuan. Tiga set komentar naratif dimuat dalam lembar kerja yaitu tujuan kerja,
pekerjaan yang telah dilakukan, dana pa yang disimpulkan auditor. Untuk wawancara,
digunakan lembar pro forma yang terpisah, setiap lembar berisi informasu nama,
jabatan, dan fungsi dari orang yang diwawancarai.

OTOMATISASI KERTAS KERJA-BANK NASIONAL

Otomatisasi dalam operasi audit internal dibahas dalam sebuah laporan yang
diterbitkan oleh Ikatan Auditor Internal. Laporan tersebut menggambarkan prosedur
tertentu pada Bank Nasional dan menemukan Lotus Notes sebagai media pengoperasia
proses. Terdapat 10 karakteristik serta pengaplikasiannya dalam kertas kerja yang
ditemukan, yaitu refleksi informasi, standardisasi, kenyamanan, referensi dokumen,
tampilan, pencitraan, komunikasi, menjadi alat kontrol, integrase aplikasi, dan
pengamanan hak akses. Para penulis menggambarkan pembuatan kertas kerja otomatis
diperlukan untuk menelaah dan mengevaluasi proses dan metodologi audit. Untuk itu,
perlu dipindahkan format-format audit dan proses manual kedalam bentuk basis data
yang berisi semua dokumen yang diformat sebelumnya dan siap digunakan dalam
proses audit.
KERTAS KERJA ELEKTRONIK

Kertas kerja audit bisa memiliki bentuk yang berbeda dengan media tradisional
lainnya. Penggunaan kertas kerja elektronik membantu mengurangi kompleksitas dan
meningkatkan fleksibilitas pendokumentasian. Kertas kerja yang dihasilkan sistem
memungkinkan kapasitas yang lebih besar untuk menelaah dan mengubah rancanga,
pengembangan yang lebih cepat saat digunakan dengan perangkat Teknik Berbantuan
Komputer (Computer Assisted Audit Techniques-CAAT) dan Rekayasa Sistem
Berbantuan Komputer (Computer Aided System Engineering-CASE), dan membuat
pendokumentasian menjadi lebih rasional.

Teknik-teknik sistem pendokumentasian dan analisis kandunga kertas kerja


mengandung fleksibilitas yang lebih besar untuk evaluasi kontrol internal melalui
penggunaan kuesioner yang terstruktur, bagan alir sistem analitis, dan diagram arus
data. Dengan kertas kerja elektronik, baha-bahan bisa dimasukkan secara langsung ke
dalam komputer, dalam hal-hal tertentu mamteri tersebut bisa dipindahkan dari catatan
klien ke kertas kerja, digunakan referensi silang, dan bahan-bahan dari kertas kerja yag
telah selesai dan telah dirujuk lebih awal bisa secara simultan digunakan saat menyusun
subjek kertas kerja. Akses kertas kerja harus dikontrol melalui penggunaan kata rahasia
(password). Kertas kerja tersebut harus dilindungi terhadap para penyusup yang
berusaha memperoleh informasi rahasia atau infromasi sesnsitif lainnya.

PENELAAHAN KERTAS KERJA OLEH PENYELIA

Pengawasan yang dilakukan oleh penyelia yang memiliki pengetahuan lebih


merupakan suatu bentuk keputusan terbaik. Penelaahan ini harus dibuktikan pada setiap
kertas kerja menggunakan nama atau inisial penyelia dan tanggal penelaahan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan penyelia dalam menelaah kertas kerja adalah sebagai berikut :

a. Program audit diikuti dan instruksi-instruksi khusus bagi auditor telah diikuti.
b. Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan dan memang mendukung
temuan-temuan audit.
c. Kesimpulan yang dicapai memang wajar, logis dan valid.
d. Tidak ada langkah-langkah yang belum diperiksa.
e. Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah dicatat dan
bahwa perselisihan telah diselesaikan.
f. Aturan-aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti.

Penyelia harus menelaah kertas kerja sesegera mungkin setelah diselesaikan.


Jadi, kekacauan kerja bisa dikurangi da masalah-masalah diselesaikan sebelum laporan
ditulis dan auditor ditugaskan ulang. Sebuah organisasi audit menggunakan format
khusus untuk melakukan penelaahan akhir atas kertas kerja audit. Format tersebut
mencatat standar-standar mengenai laporan, rencana, umum, pekerjaan lapangan, dan
supervisi.

KONTROL ATAS KERTAS KERJA

Auditor harus mengetahui dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit,
karena kertas kerja merupakan milik auditor yang harus dijaganya. Kertas kerja tidak
boleh diakses oleh orang-orang yang tidak memiliki otoritas untuk memiliki atau
menggunakannya, karena bisa disalahgunakan. Namun, pada kondisi dimana tidak
terdapat komentar yang mengganggu atau indikasi kecurangan auditor mungkin merasa
penyebaran hasil penelaahan aka bermanfaat sebelum bertemu klien. Harus terdapat
persetujuan dari kepala bagian audit untuk pengaksesan laporan dan kertas kerja dari
pihak luar. Kontrol yang baik atas kertas kerja elektronik mengharuskan perubahan
hanya dilakuka oleh auditor yang membuatnya.

MENULIS DIKERTAS KERJA SAAT AUDIT BERLANGSUNG

Tulisan awal tentang tujuan, latar belakang, kontrol, sasaran, dan lingkup bisa
dibuat segera setelah auditor melakukan penelaahan awal atas operasi. Temuan bisa
diringkas segera setelah pengujian dilakukan. Hasil-hasilnya kemudian bisa segera
digunakan dalam diskusi dengan klien. Dalam kondisi apapun, kertas kerja yang
memenuhi standar professional harus menunjukkan apa yang ingin dilakukan auditor
internal, apa yang telah mereka lakukan, darimana sumber bahan-bahan mereka, dan
langkah-langkah audit yang diambil, apa yang mereka temukan dan apa yang mereka
simpulkan dari temuan mereka. Argument lain yang menentang pencatatan pada secarik
kertas adalah waktu tambahan yang dibutuhkan untuk menulis laporan audit mungkin
akan melebihi waktu yang dihemat melalui penulisan catatan tersebut. Dan trauma
karena memiliki temuan yang tidak didukung pendokumentasian bisa dihindari dengan
menggunakan kertas kerja yang memenuhi uji profesionalisme dan bisa meyakinkan
pengamat yang objektif.

PENYIMPANAN KERTAS KERJA

Bila tidak lagi digunakan, kertas kerja harus dibuang. Bila audit lanjutan atas
sebuah operasi telah diselesaikan, auditor harus membuat keputusan, disetujui oleh
penyelia mereka, mengenai apakah kertas kerja sebelumnya harus disimpan atau
dimusnahkan. Bila kertas kerja mengandung dokumentasi atau bahan-bahan lainnya
yang akan terus digunakan, maka bagian kertas kerjatersebut harus dibawa kekertas
kerja tahun ini. Ketentuan kontraktual atau hukum mungkin harus disimpan.
Dokumentasi sebagai bentuk kepatuhan terhadap Undang-undang Praktik Korupsi Luar
Negeri Amerika Serikat (U.S Foreign Corrupt Practices Act) sebaiknya disimpan
terpisah. Auditor harus mengidentifikasi dokumen permanen (permanent files), yaitu
kertas kerja yang mengandung informasi yang akan terus digunakan pada saat
kesimpulan audit.

KEPEMILIKAN KERTAS KERJA

Pada umumnya, permintaan oleh badan pemerintahan diizinkan oleh pengadilan


atau dijelaskan dalam kontrak. Permintaan oleh orang atau organisasi tertentu masih
merupakan perdebatan diantara beberapa aturan yang ada. Juga, sifat bukti yang diminta
akan memengaruhi bisa tidaknya kertas kerja dilihat oleh pihak luar.

Dalam kasus tertentu, kertas kerja audit internal harus diserahkan ke kantor
pajak (Internal Revenue Service). Terdapat empat hal yang menentukan kapan
penyerahan ke IRS harus dilakukan, yaitu :

 Investigasi tersebut adalah tujuan yang sah.


 Permintaan tersebut memang relevan.
 Informasi tersebut belum menjadi milik IRS
 Tahapan admnistratif dalam aturan pajak telah diikuti.

Harapan dalam litigasi privat tidak sesuram kasus-kasus yang melibatkan


komunikasi pemerintah namun tetap harus memenuhi standar-standar tertentu. Hal ini
bisa ditemukan di Wigmore on Evidence,bagian 2285, halaman 527 yang berbicara
tentang komunikasi istimewa secara umum. :

 Komunikasi harus didasari keyakinan bahwa isinya tidak akan diungkap.


 Elemen kerahasian harus menjadi hal penting bagi berlangsungnya hubungan
antarpihak secara penuh dan memuaskan.
 Hubungan tersebut haruslah hubungan yang menurut masyarakat harus dipupuk.
 Kesalahan yang akan biasa terjadi dalam komunikasi harus lebih besar daripada
manfaat penyelesaian litigasi secara benar.

Hal-hal yang dapat dilakukan auditor internal dalam menghadapi kemungkinan


permintaan oleh penuntut yang ingin mengakses laporan audit internal dan kertas kerja.
Dalam “Laporan Subkomite mengenai Akses ke Hasil-hasil Audit Internal” dari IIA
tedapat saran-saran untuk hal tersebut :

 Auditor internal harus memastikan bahwa sebelum mereka mengembangkan


kebijakan mengenai akses, dewan, manajemen, penasehat hukum, dan kepala
bagian audit dilibatkan.
 Auditor internal harus mendidik diri mereka sendiri mengenai hak akses dalam
industry mereka. Mereka juga harus memberi pengetahuan kepada dewan da
manajemen tentang risiko akses, dan mendidik staf audit mengenai risiko akses
dan kebijakan organisasi mengenai akses.
 Auditor internal harus mengembangkan kebijakan kases tertulis. Kebijakan
tersebut harus didokumentasikan dan disetujui oleh penasihat hukumdan oleh
komite audit dari dewa komisaris atau badan pemerintah yang setara dalam
sektor nonprivat.

Anda mungkin juga menyukai