Anda di halaman 1dari 9

TUGAS REMUSE

BAB 9 KERTAS KERJA

Disusun Oleh :

Umul Fatonah (201515036)

Dosen Pengasuh :

Hj. Endang S.E.,M.M.

Mata Kuliah :

Pengauditan Internal

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RAHMANIYA SEKAYU
TAHUN 2022/2023
BAB 9 KERTAS KERJA

A. Pengertian Kertas kerja


Kertas kerja (working paper ) sebagai sarana pendokumentasian audit, yang
berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses
audit. Isi dari kertas kerja adalah langkah-langkah proses audit:
1. Rencana audit, termasuk program audit
2. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol
internal
3. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai
4. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
5. Laporan audit
6. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan

B. Fungsi Kertas kerja


Auditor internalmenyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda.
Yaitu :
1. Untuk mendukung laporan audit
2. Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab,
penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan
kondisi, dan pemeriksaan transaksi
3. Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit
4. Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi
5. Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan
penyelesaian audit
6. Untuk member dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang
melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi
7. Sarana support data untuk audit eksternal
8. Sebagai data referensi untuk penelaahan selanjutnya
9. Membantu mengevaluasi jaminan mutu departemen audit internal

Auditor internal harus menyiapkan kertas kerja yang akurat, jelas,


terorganisasi, dan profesional, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
 Pendokumentasian
 Ringkasan
 Pemberian indeks dan referensi silang
 Kertas kerja Pro Forma

1
 Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
 kepemilikan dan kontrol atas kertas kerja
 kriteria kertas kerja yang ideal
 penulisan kertas kerja sejalan dengan kemajuan audit
 Penyimpanan kertas kerja

C. Dokumentasi
Berikut isi kertas kerja auditor internal :
 Perencanaan dokumen dan program audit
 Kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan, dan hasil-hasil evaluasi
kontrol
 Catatan wawancara
 Bagan organisasi, pernyataan kebijakan dan prosedur, serta deskripsi kerja
 Salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting
 Surat konfirmasi dan representasi
 Foto, diagram, dan tampilan grafis lainnya
 Uji dan analisis transaksi
 Hasil-hasilprosedur dan penelaahan analitis
 Laporan audit dan jawaban manajemen
 Korespondensi audit yang relevan

Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, selain itu kertas
kerja diupayakan rapi, seragam, dapat dipahami, relevan, ekonomis, lengkap secara
wajar, sederhana, dan disusun secara logis, dengan cara sebagai berikut :

1. Menjaga kerapian kertas kerja.


Semua nama dan jabatan harus dicetak dengan jelas dan mudah
dipahami.
2. Menjaga keseragaman kertas kerja.
Semua kertas kerja harus disiapkan pada kertas kerja dengan ukuran dan
tampilan yang sama. Adanya map dengan penjepit yang baik, dan
pembatas dapam memisahkan bagian-bagian dokumen audit.
3. Menyiapkan kertas kerja agar dapat dipahami.
Setiap orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat memahami
apa yang diputuskan auditor untuk dilakukan, apa yang telah mereka
lakukan, apa yang mereka temukan, apa kesimpulan yang diambil, dan
apa saja yang tidak diputuskan untuk diambil.
4. Menjaga kertas kerja yang relevan.

2
Memiliki pernyataan tujuan yang jelas pada kertas kerja membantu
memastikan relevansi. Materi latar belakang bisa menjadi hal yang
penting.
5. Menjaga keekonomisan kertas kerja.
Memanfaatkan semaksimal mungkin kertas kerja yang dibuat pada audit
sebelumnya, jika pernah dilakukan audit sebelumnya. Bagan Alir, deskripsi
sistem, dan data lainnya mungkin masih valid.
6. Menjaga kecukupan kertas kerja.
Auditor harus menyimpan daftar “yang akan dikerjakan” di kertas kerja
mereka. pada daftar ini mereka bisa menuliskan hal-hal yang masih harus
dilakukan, pemikiran baru yang layak dipertimbangkan, dan hal- hal lain
yang tidak secara khusus ditetapkan di program audit tetapi memerlukan
tindakan audit.
7. Menjaga kesederhanaan penulisan.
Kesederhanan dan kejelasam dalam kertas kerja tidak berarti harus
menggunakan struktur bahasa yang sempurna. Kalimat-kalimat ringkas
tetap bisa digunakan dan menghemat waktu.
8. Menggunakan susunan kertas kerja yang logis.
Dibelakang narasi akan ada catatan audit: bagan alir dari sistem kontrol,
jadwal pengujian audit, dan ringkasan temuan. Setiap lembar kerja
umumnya akan berisi:
 Judul yang Deskriptif
 Referensi ke penugasan audit
 Tanda silang atau simbol lainnya
 Tanggal pembuatan dan inisial auditor
 Nomor referensi kertas kerja
 Sumber-sumber data

D. Ringkasan Kertas kerja


Ringkasan membantu mengembalikan ingatan fakta-fakta, mengurutkan alur
yang berurutan dan logis serta memfasilitasi penelaahan atas bagian-bagian
penugasan tertentu. Ringkasan juga bermanfaat dalam menghubungkan
kelompok-kelompok kertas kerja yang terkait dengan satu hal tertentu.
a. Ringkasan Segmen-Segmen Audit
Ringkasan bentuk narasi untuk menunjukkan subjek audit, tujuan dan lingkup
audit, temuan, kesimpulan, dan rekomendasi auditor serta tindakan
perbaikan yang dilakukan klien.
b. Ringkasan Statistik
Hasil-hasil pengujian audit diringkas dalam bentuk statistic agar mudah
dibaca, dipahami, dan ditangani. Ringkasan ini harus diperlakukan sebagai
sebuah piramid, data akhir secara perlahan meluas ke beberapa skedul

3
pengujian.
c. Ringkasan Rapat
Isi ringkasan dari pembahasan dengan klien–pengamatan, kesepakatan,
ketidaksepakatan, saran-saran harus diringkas dengan lengkap dan segera.
d. Ringkasan Program Audit
Berupa ringkasan komentar-komentar auditor yang berisi kesimpulan
temuan dan aktivitas yang diaudit. Proses ini akan memberitahu mereka
apa yang telah dilakukan dan apa yang masih harus dilakukan. Hal
tersebut dapat membantu mereka dalam memahami mutu kontrol
operasi dan kinerja, juga membantu mengontrol audit.
e. Ringkasan Temuan
Ringkasan ini berisi fakta-fakta yang relevan dan signifikan tentang
temuan auditor, hal ini harus didukung dengan dokumen pendukung yang
paling banyak karena sering dibahas.

E. Pemberian Indeks dan Referensi Silang


Pemberian indeks silang yang baik memiliki beberapa tujuan :
 Pertama, Menyederhanakan penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
Meskipun auditor internal memiliki semua fakta-fakta yang relevan
menegenai suatu masalah yang jelas, hubungan antara fakta-fakta
tersebut mungkin tidak jelas bagi ornag lain.
 Kedua, Refrensi silang memeudahkan jalan bagi auditor berikutnya yang
menggunakan kertas kerja untuk penelaahan tindak lanjut.
 Ketiga, Referensi silang menyederhanakan penelaahnan berikutnya atas
kertas kerja. Dalam suasana diskusi dengan klien, referensi silang yang
baik membantu mencegah kesalahan dan kecanggungan hal yang
‘memalukan’ setelah klien menanyakan sesuatu dan auditor sibuk
mencarinya di kertas kerja sehingga yang lain menjadi tidak sabar.
 Keempat, Rreferensi silang meningkatkan hasil akhir : laporan audit internal.
Saat auditor menyiapkan draf laporan, kertas kerja yang memiliki referensi
yang baik akan menuntun pada informasi pendukung dengan cepat dan
mudah.

F. Kertas kerja Pro Forma


Beberapa organisasi audit telah membuat aturan kertas kerja
yang mengandung informasi standar, yang mengingatkan auditor hal hal
penting yang akan dicakup dalam audit. Sebuah organisasi audit membuat
semacam kertas kerja pro forma yang bisa membantu. Setiap lembar
program terdiri atas dua bagian :
 Bagian pertama memberikan ruang untuk tujuan audit,
 Bagian dua memberikan ruang untuk langkah-langkah yag diperlukan

4
untuk mencapai tujuan. Dengan menggunakan format ini, auditor
harus menyatakan apa yang ingin mereka capai dan langka langka
yang akan mereka ambil.
 Lembar kerja audit berisi tiga set komentar naratif.
Ketiganya di beri judul : Tujuan kerja, Pekerjaan yang telah
dilakukan, dan apa yang disimpulkan auditor.

Otomatisasi Kertas kerja – Bank Nasional


Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Ikatan Auditor Internal
mengenai praktik praktik inovasi dalam audit internal membahas otomatisasi
dalam operasi audit internal. Laporan tersebut menggambarkan prosedur
tertentu pada Bank Nasional.
Laporan tersebut mengidentifikasi 10 karakteristik aplikasi :
 Refleksi Informasi
 Standarisasi
 Kenyamanan
 Referensi Dokumen
 Tampilan
 Pencitraan
 Komunikasi
 Menjadi Alat Kontrol
 Integrasi Aplikasi
 Pengamanan Hak Akses

G. Kertas kerja Elektronik


Penggunaan kertas kerja elektronik membantu mengurangi
kompleksitas dan meningkatkan fleksibilitas pendokumentasian. Kertas kerja
yang dihasilkan sistem memungkinkan kapasitas yang lebih besaar untuk
menelaah dan mengubah rancangan, pengembangan yang lebih cepat saat
digunakan dengan perangkat Teknik Audit Berbantuan Komputer (CAAT) dan
Rekayasa Sistem Berbantuan Komputer (CASE), dan membuat
pendokumentasian menjadi lebih rasional.

H. Penelaahan Kertas kerja oleh Penyelia


Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan bahwa :
a. Program audit diikuti dan instruksi instruksi khusus bagi
auditor telah diikuti.
b. Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan
c. Kesimpulan yang dicapai memang wajar,logis, dan valid
d. Tidak ada langkah langkah yang belum diperiksa
e. Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan

5
memadai telah dicatat dan bahwa perselisihan telah
diselesaikan
f. Aturan aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti

Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan


penelaahan akhir atas kertas kerja audit. Berikut ini beberapa standar yang tercatat
pada format tersebut:
 Laporan
 Temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan memadai
ke dokumen pendukung
 Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup
penuh
 Rencana
 Program audit yang memadai telah dibuat
 Rencana pra-audit telah didokumentasikan
 Penghilangan langkah langkah yang diperlukan dalam program audit
telah dijelaskan dengan memadai
 Umum
 Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya
dan diperbarui
 Rencana pengambilan sempel telah didokumentasikan dengan
memadai dan informatif
 Bahan referensi disimpan untuk tujuan konstruktif
 Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup
 Data administratif telah diselesaikan
 Pekerjaan Lapangan
 Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan
temuan temuan disusun
 Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat
 Kesimpulan auditor diberikan
 Supervisi
 Semua pertanyaan penyelia telah dijawab
 Mutu pekerjaan dinilai

I. Kepemilikan dan Kontrol atas Kertas kerja


Kertas kerja merupakan milik auditor dan harus dijaga oleh auditor. Auditor
harus mengetahui dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit. Jika
terdapat risiko kehilangan, kertas kerja harus disimpan dalam lemari atau meja
terkunci saat jam makan siang dan sepanjang malam. Jika kertas kerja di bawa
ke ruangan hotel, maka harus disimpan dalam koper terkunci. Kertas kerja tidak

6
boleh diakses orang orang yang tidak memiliki otoritas untuk memiliki atau
menggunakannya , karena bisa disalahgunakan, informasi bisa dipindahkan,
diubah, atau dibaca orang yang tidak berhak membacanya.

J. Menulis di Kertas kerja saat Audit Berlangsung


Tulisan awal tentang tujuan, latar belakang, kontrol, sasaran, dan lingkup bisa
dibuat segera setelah auditor melakukan penelaahan awal atas operasi. Tidak
perlu menunggu hingga audit atas segmen tersebut selesai. Temuan bisa diringkas
segera setelah pengujian dilakukan. Hasil-hasilnya kemudian segera bisa
digunakan dalam diskusi dengan klien. Dalam beberapa organisasi bahan-bahan
yang akan dipertimbangkan untuk laporan audit juga dikonstruksikan dan mungkin
perlu ditelaah dengan klien pada saat tersebut. Hal ini khususnya bermanfaat jika
klien telah mulai mengimplementasikan rekomendasi auditor.
Dalam beberapa kasus, menyiapkan kertas kerja bisa lebih mudah dengan
penggunaan kertas kerja proforma yang memiliki judul dan beberapa segmen
yang telah tersedia. Dalam kasus-kasus lainnya, khususnya dalam audit operasional
yang pemeriksaannya tidak bersifat pengulangan, atau auditor mungkin membuat
audit awal dari subjek yang baru, kertas kerja proforma mungkin tidak bisa
digunakan.

K. Penyimpangan Kertas kerja


Kertas kerja harus dibuang bila tidak lagi digunakan. Bila audit lanjutan atas
sebuah operasi telah diselesaikan, auditor harus membuat keputusan, disetujui
oleh penyelia mereka, mengenai apakah kertas kerja sebelumnya harus disimpan
atau dimusnahkan. Bila kertas kerja mengandung dokumentasi atau bahan-bahan
lainnya yang akan terus digunakan, maka bagian kertas kerja tersebut harus
dibawa ke kertas kerja tahun ini. Ketentuan kontraktual atau hukum mungkin
harus disimpan. Oleh karena itu, prosedur dan jadwal untuk departemen audit
internal harus disiapkan oleh kepala bagian audit dan disetujui oleh penasihat
hukum.
Beberapa kertas kerja mengandung informasi yang akan terus digunakan,
sering kali disebut dokumen permanen (permanent file). Auditor harus
mengidentifikasikan dokumen seperti ini pada saat kesimpulan audit. Penyelia
harus menyetujui penyimpanannya dengan memberi inisial dan tanggal
dibuatnya keputusan.

L. Kepemilikan Kertas kerja


Hak pihak luar terhadap kertas kerja audit internal belum pernah ditetapkan
dengan jelas secara hukum. Pada umumnya permintaan oleh badan

7
pemerintahan diizinkan oleh pengadilan atau dijelaskan dalam kontrak.
Permintaan oleh orang atau organisasi tertentu masih merupakan perdebatan
diantara beberapa aturan yang ada. Juga, sifat bukti yang diminta akan
mempengaruhi bisa tidaknya kertas kerja dilihat oleh pihak luar. Keseluruhan
masalah ini diperparah dengan adanya fakta bahwa dalam beberapa kasus hak
akses ditentukan melalui pengadilan dan bukan pengadilan banding, sehingga
bisa menyebabkan penerapan tidak konsisten. Dalam kasus-kasus tertentu,
kertas kerja audit internal harus diserahkan ke Kantor Pajak ( Internal Revenue
Service – IRS).

Anda mungkin juga menyukai