Oleh
Kelompok 8
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2020
PEMBAHASAN
Kertas kerja audit bisa memiliki bentuk yang berbeda dengan media tradisional lainnya:
pita,kaset,cakram,disket,film,atau media lainnya. Penggunaan kertas kerja elektronik
membantumengurangi kompleksitas dan meningkatkan fleksibilitas pendokumentasian. Kertas
kerja yangdihasilkan system memungkinkan kapasitas yang lebih besar untuk menelaah dan
mengubahrancangan,pengembangan yang lebih cepat saat digunakan dengan perangkat Teknik
AuditBerbantuan Komputer (computer assited audit techniques-CAAT) dan rekayasa system
berbantuan computer (computer assited system engineering-CASE) dan membuat
pendokumentasian menjadi lebih rasional.
Dengan kertas kerja elektronik, bahan-bahan bisa dimasukkan secara langsung kedalam
computer, dalam hal-hal tertentu materi tersebut bisa dipindahkan dari catatan klien ke kertas
kerja. Bahan-bahan dari kertas kerja yang telah selesai dan telah dirujuk lebih awal bisa secara
simultan digunakan saat menyusun subjek kertas kerja. Kertas kerja bisa dicetak meskipun bisa
disimpan dalam bentuk elektronik dan digunakan dalam pertemuan dengan klien dan untuk
penelaah kemajuan pekerjaan.
Halaman-halaman kertas kerja bisa secara otomatis diberi judul oleh program computer
dan program audit tersebut bisa diperbaharui dan diberi referensi silang oleh auditor. Struktur
dari kertas kerja akan ditampil menyerupai kertas kerja yang disusun secara manual dengan
pengecualian pada lembar kerja, bagan alir dan format khusus lainnya. Akses ke kertas kerja
harus dikontrol melalui pengunaan kata rahasia (password). Kertas kerja tersebut harus
dilindungi terhadap para penyusup yang berusaha memperoleh informasi. Juga harus
diperhatikan adalah orang-orang yang tidak memiliki otoritas.
1) Laporan
a. Segala bentuk temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang yang memadai ke
dokumen pendukung.
b. Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya lingkup audit yang penuh.
2) Rencana
a. Program audit yang memadai sudah dibuat.
b. Rencana pra-audit telah didokumentasikan.
c. Langkah-langkah yang perlu dihilangkan dalam program audit telah dijelaskan secara
memadai.
d. Estimasi waktu audit dan waktu yang sebenarnya telah didokumentasikan secara
memadai.
3) Umum
a. Bagan alir sudah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan diperbaharui.
b. Bahan referensi (kebijakan, prosedur, dan lain-lain) disimpan untuk tujuan konstruktif.
c. Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup
d. Temuan audit sebelumnya telah diinvestigasi
e. Penemuan setelah audit telah didokumentasikan dan data administratif telah
diselesaikan.
4) Pekerjaan Lapangan
a. Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan temuan temuan
tersusun.
b. Setiap ringkasan dirujuk silang ke bahan pendukung yang sesuai.
c. Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat hingga kesimpulan auditor
dapat diberikan.
5) Supervisi
Audit internal merupakan suatu proses yang subyektif dimana proses ini berkaitan dengan
kegiatan peninjauan terhadap dokumentasi bisnis yang dipilih serta melalui proses wawancara
anggota dari perusahaan untuk mengumpulkan informasi tentang suatu kegiatan yang
mendukung tujuan audit. Yang kemudian, auditor internal mengevaluasi bahan-bahan dan
informasi dari proses wawancara tersebut untuk menentukan apakah tujuan audit terpenuhi
dan sudah sesuai dengan standar atau prosedur yang ada. Berdasarkan pemeriksaan ini, auditor
membentuk kesimpulan audit berupa opini yang dilaporkan kepada manajemen dalam bentuk
temuan audit dan rekomendasi yang diterbitkan melalui laporan audit internal atau kertas kerja
audit internal.
Kertas kerja audit internal adalah pencatatan yang dilakukan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang telah dilaksanakan, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh,
dan kesimpulan yang dibuat berkenaan dengan pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kertas kerja
audit internal merupakan salah satu bagian penting yang harus ada dalam pelaksanaan audit.
Mayoritas informasi yang diberikan kepada klien untuk auditor adalah informasi yang jelas-jelas
bias terhadap akurasi. Maka dari itu, auditor harus memberikan informasi yang sama kepada
klien dengan informasi yang diberikan kepada mereka selama proses audit internal. Seorang
auditor internal biasanya menyiapkan kertas kerja untuk tujuan yang berbeda-beda antara lain
sebagai berikut.
a. Untuk mendukung laporan audit dengan struktur yang baik dan memudahkan
pengalihan dari materi yang ditulis selama audit menjadi laporan audit interim dan
final.
b. Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui berbagai cara seperti tanya jawab,
analisis sistem dan proses, pemeriksaan transaksi, dan lain sebagainya.
c. Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit. − Untuk
mendukung pembahasan dengan karyawan operasi.
d. Sebagai dasar atau pedoman bagi penyelia dalam menelaah kemajuan yang lebih efektif
jika didokumentasikan pada kertas kerja.
e. Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan hukum
dan klaim asuransi.
f. Sebagai sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan dan
menggunakannya dalam penilaian tersendiri atas sebuah sistem organisasi. –
g. Sebagai latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya, dimana
keberadaan kertas kerja yang profesional membuat proses audit berjalan lebih mudah
dan efisien.
h. Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat (peer review).
A. Standar Kertas Kerja Audit Internal
“Auditor internal harus mencatat informasi yang relevan untuk mendukung kesimpulan dari
hasil pekerjaan”
Kertas kerja tidak dirancang untuk membaca laporan manajemen umum atau audit
non internal. Melainkan kertas kerja ini dirancang untuk mendukung audit internal individu
dan dapat digunakan oleh anggota lain dari fungsi audit internal, termasuk manajemen
serta auditor eksternal dan fungsi hukum perusahaan. Yang dimana, format kertas kerja ini
tentunya bervariasi dari satu departemen audit internal ke yang lain tetapi tetap harus
mengikuti standar yang konsisten. Standar kertas kerja audit internal harus mencakup hal-
hal atau bidang sebagai berikut.
1) Relevansi untuk tujuan audit, yaitu isi telaah kertas kerja harus relevan untuk
penugasan audit.
2) Kondensasi detail, yaitu materi dalam kertas kerja harus diringkas secara hati hati untuk
menggambarkan detail dari kegiatan audit yang dilakukan.
3) Kejelasan presentasi, yaitu peninjauan presentasi telaah kerja secara terus menerus dan
pembuatan rekomendasi untuk perbaikan yang dilakukan oleh auditor dan supervisor
agar materi yang disajikan jelas dan mudah dipahami.
4) Akurasi kertas kerja, yaitu berkaitan dengan keakuratan semua jadwal audit dan data
kuantitatif lainnya.
5) Tindakan lebih lanjut pada open item, dimana setelah menyelesaikan audit tidak boleh
ada item terbuka dalam kertas kerja karena pada dasarnya hal ini harus
didokumentasikan secara resmi atas tindakan pemeriksaan masa depan.
6) Standar bentuk, dimana format yang konsisten dalam setiap telaah kertas kerja
merupakan suatu hal yang penting. Standar bentuk mencakup beberapa hal, seperti
persiapan judul, enterprise (penggunaan judul yang sesuai dengan jarak dan kecukupan
margin), kerapian dan dapat dibaca, dan cross-indexing (semua kertas kerja harus
diindeks).
B. Cara Membuat Kertas Kerja Audit Internal
Untuk dapat memastikan pekerjaan yang sedang dilakukan, seorang auditor yang
Independen harus memiliki keahlian teknis dan pertimbangan profesional yang diperlukan.
Seorang auditor harus dapat memberikan hasil kerja yang benar benar bermanfaat untuk
membuktikan bahwa ia adalah seorang auditor yang kompeten. Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Kertas kerja harus lengkap dalam pengertian sebagai berikut: Berisi semua informasi yang
relevan. Auditor harus dapat menentukan komposisi dari semua informasi relevan yang
terkandung dalam kertas kerja. Tidak memerlukan penjelasan verbal lebih lanjut. Kertas
kerja harus dapat “berbicara” untuk dirinya sendiri, harus berisi informasi yang lengkap,
tidak boleh berisi informasi yang tidak jelas atau pertanyaan yang tidak terjawab.
2) Dalam penyusunan kertas kerja, auditor harus memastikan bahwa penulisan dan
perhitungannya akurat sehingga tidak terjadi kesalahan ejaan atau perhitungan pada kertas
kerja.
3) Kertas kerja terbatas pada informasi sentral dan relevan untuk tujuan audit yang akan
dilakukan dan untuk disajikan secara singkat. Analisis yang dilakukan oleh auditor harus
berupa ringkasan dan interpretasi data, bukan hanya konversi data klien menjadi kertas
kerja.
4) Auditor harus mencari kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak yang meninjau
kertas kerja. Informasi harus disajikan secara sistematis.
5) Penyusunan kertas kerja yang teratur, keteraturan penyusunan kertas kerja membantu
pimpinan auditor untuk mengevaluasi pekerjaan stafnya dan memudahkan auditor untuk
memperoleh informasi tentang kertas kerja.
Pada intinya, kertas kerja yang memenuhi standar profesional adalah kertas kerja yang
menunjukkan apa yang ingin dilakukan oleh seorang auditor internal, apa yang telah mereka
lakukan, darimana sumber bahan-bahan mereka, langkah langkah audit apa yang diambil, apa
yang mereka temukan, dan apa yang mereka simpulkan dari temuan tersebut.