Anda di halaman 1dari 14

AUDIT INTERNAL

KERTAS KERJA AUDIT

Kelompok 6

Dosen Pengampu:
Novita, SE.Ak., M.Ak., CSRS., CA

Nama Anggota:
Achmad Rinaldi (16116025)
Ario Sugyarto (16116028)
Ikhromi Abiyoso (16116033)
Dwi Martini (16116048)
Siti Alfiah Nurlaila (16116049)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Trilogi
November, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang auditor, dalam menjalankan rangkaian siklus audit untuk mencapai
tujuan berupa informasi yang bersifat umum mengenai semua bidang dan dan aspek dari
entitas yang diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas dalam waktu yang relatif singkat,
diperlukan beberapa poin penting diantaranya yaitu menghasilkan kertas kerja audit dan
memuat temuan audit.

Data-data yang telah diselesaikan oleh seorang auditor dengan mengumpulkan,


menguji, serta mendokumentasikan data dan informasi akan dikumpulkan dan dibentuk
dalam suatu kertas kerja audit. Data tersebut yang telah dioleh ke dalam kertas kerja audit
akan disusun dalam temuan audit secara mudah dan dapat dipahami oleh para pihak yang
berkepentingan saat membacanya.

Temuan audit tersebut merupakan kesimpulan akhir dari kegiatan pemeriksaan, yaitu
auditor melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bahan bukti audit dan
melakukan analisis atau evaluasi terhadap bahan bukti audit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kertas Kerja


Kertas kerja (working paper) mendokumentasikan audit. Kertas kerja berisi catatan
informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja
disiapkan sejak saat auditor pertama kali memulai penugasannya hingga mereka
menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi
dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:
 Rencana audit, termasuk program audit.
 Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal.
 Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai.
 Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
 Laporan audit.
 Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Bab ini mencakup dan mengembangkan pedoman penyiapan kertas kerja audit
yang ditetapkan dalam Practice Advisory 2330-1, "Pencatatan Informasi," yang
terdapat pada Standar.
B. Fungsi Kertas Kerja
Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda:
 Untuk mendukung laporan audit. Kertas kerja yang terstruktur dengan baik
memudahkan pengalihan dari materi yang ditulis selama audit menjadi
halaman-halaman laporan audit interim dan final.
Di samping itu auditor yang berpengalarnan senantiasa memikirkan laporan
sepanjang keseluruhan penugasan audit. Hal ini membuat pekerjaan lapangan
menjadi dan mengikuti arah yang benar. Apa pun yang tidak layak untuk
dilaporkan bisa jadi tidak untuk ditelaah.
 Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan
instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan
pemeriksaan transaksi.
 Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit,
mengumpulkan yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya kondisi-
kondisi yang kelemahan.
 Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. Operasi
kadangkadang dan sulit untuk diingat. Penjelasan dan bagan yang
terdokumentasikan dengan kertas kerja, diberi indeks untuk mempermudah
akses, bisa menempatkan auditor yang sama dengan karyawan operasional dan
memahami operasi dengan mendalami kerja yang baik bisa menjadi alat
pertahanan yang baik jika kesimpulan dan rek dipertanyakan.
 Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian
kerja yang terdokumentasi lebih produktif dibandingkan percakapan antara
auditor. Penelaahan oleh penyelia, yang juga didokumentasikan di kertas kerja,
m kontrol audit dan merupakan bagian yang integral.
 Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkam
tuntutan hukum, dan klaim asuransi.
 Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan dan
kemudian menggunakannya dalam penilaian mereka sendiri atas sistena
organisasi.
 Untuk menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya
sering kali diulang atau ditindaklanjuti. Kertas kerja yang profesional membuat
mudah dan lebih efisien.
 Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat (peer review). Makan
banyak organisasi audit internal yang terlibat dalam program kontrol mutu dan
evaluasi eksternal atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal.
Kertas untuk mengevaluasi program jaminan mutu departemen audit internal.
kepatuhan dengan Standar.
 Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh Undang-undang Praktik
korupsi luar negeri Amerika Serikat (U.S. Foreign Corrupt Practices Act).
Undang-undang tersebut mensyaratkan perusahaan untuk mengembangkan dan
menjaga system control akuntansi internal. Secara umum, auditor internal harus
mengupayakan kertas kerja yang rapi, seragam, dapat relevan, ekonomis,
lengkap secara wajar, sederhana, dan disusun secara logis.

C. Menjaga Kerapian Kertas Kerja


Kertas kerja yang rapi mencerminkan pemikiran yang rapi. Kertas kerja seperti
ini memberikan kesan langsung mengenai kecermatan dan profesionalisme.
Semua nama dan jabatan harus dicetak dengan jelas dan mudah dipahami.
Hanya satu sisi lembar kerja yang harus digunakan; karena materi pada halaman
belakang bisa terlewatkan. Kertas keria digunakan dalam sidang pengadilan. Kertas
kerja yang berantakan tidak layak menjadi bukti.
D. Menjaga Keseragaman Kertas Kerja
Semua kertas kerja harus disiapkan pada kertas dengan ukuran dan tampilan
yang sama ukuran lebih kecil harus dilekatkan ke lembar kertas berukuran standar.
Kertas berukuran lebih besar seharusnya dilipat sehingga memudahkan penelaahan
yang akan dilakukan.
Map yang memiliki penjepit berbentuk lingkaran cukup baik digunakan sebagai
kertas seperti ini mencegah tercecernya kertas dan kertas kerja juga bisa disortir, disortir
ulang ditambah atau dihilangkan tanpa kesulitan. Pembatas dapat disisipkan untuk
memisahkan bagian audit. Hasil cetak komputer dan catatan elektronik juga harus
disiapkan.
E. Menyiapkan Kertas Kerja agar Dapat Dipahami \
Kertas kerja haruslah jelas dan dapat dipahami, tanpa membutuhkan informasi.
Setiap orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat memahami apa yang
diputuskan auditor untuk dilakukan, apa yang telah mereka lakukan, apa yang mereka
temukan, apa kesimpulan yang diambil dan apa saja yang tidak diputuskan untuk
diambil.
F. Menjaga Kertas Kerja yang Relevan
Kertas kerja sebaiknya dibatasi hanya pada masalah-masalah yang relevan dan
material yang secara langsung terkait dengan tujuan-tujuan audit. Catatan yang
mungkin menarik dan final. Di samping itu, auditor yang berpengalarnan senantiasa
memikirkan laporan akhir di sepanjang keseluruhan penugasan audit. Hal ini membuat
pekerjaan lapangan menjadi relevan dan mengikuti arah yang benar. Apa pun yang
tidak layak untuk dilaporkan bisa jadi tidak relevan untuk ditelaah.
 Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan
instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan
pemeriksaan transaksi.
 Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit,
mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
 Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. Operasi
kadangkadang agak rumit dan sulit untuk diingat. Penjelasan dan bagan yang
terdokumentasikan dengan baik dalam kertas kerja, diberi indeks untuk
mempermudah akses, bisa menempatkan auditor pada posisi yang sama dengan
karyawan operasional dan memahami operasi dengan mendalam. Jadi, kertas
kerja yang baik bisa menjadi alat pertahanan yang baik jika kesimpulan dan
rekomendasi audit dipertanyakan.
 Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian
audit. Penelaahan kerja yang terdokumentasi lebih produktif dibandingkan
percakapan antara penyelia audit dan auditor. Penelaahan oleh penyelia, yang
juga didokumentasikan di kertas kerja, merupakan sarana kontrol audit dan
merupakan bagian yang integral.
 Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan
kecurangan. tuntutan hukum, dan Haim asuransi.
 Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan
audit internal dan kemudian menggunakannya dalam penilaian mereka sendiri
atas sistem kontrol intern organisasi.
 Untuk menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya.
Penugasan audit sering kali diulang atau ditindaklanjuti. Kertas kerja yang
profesional membuat audit rutin lebih mudah dan lebih efisien.
 Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat (peer review). Makin
banyak organisas, audit internal yang terlibat dalam program kontrol mutu dan
evaluasi mandiri. Baik auditor eksternal atau konsultan perlu mengevaluasi
aktivitas audit internal. Kertas kerja menjadi dasar untuk mengevaluasi program
jaminan mutu departemen audit internal, yang menunjukkan kepatuhan dengan
Standar.
 Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh Undang-undang Praktik
Korupsi Luar Nege Amerika Serikat (U.S. Foreign Corrupt Practices Act).
Undang-undang tersebut mensyaratkaz
Semua nama dan jabatan harus dicetak dengan jelas dan mudah dipahami.
Hanya satu sisi lembar kea yang harus digunakan; karena materi pada halaman
belakang bisa terlewatkan. Kertas kerja telah lama digunakan dalam sidang
pengadilan. Kertas kerja yang berantakan tidak layak menjadi bukti.
G. Menjaga Keseragaman Kertas Kerja
Semua kertas kerja harus disiapkan pada kertas dengan ukuran dan tampilan
yang sama. Kertas ukuran lebih kecil harus dilekatkan ke lembar kertas berukuran
standar. Kertas berukuran lebih besar seharusnya dilipat sehingga memudahkan
penelaahan yang akan dilakukan.
Map yang memiliki penjepit berbentuk lingkaran cukup baik digunakan sebagai
kertas kerja audit seperti ini mencegah tercecernya kertas dan kertas kerja juga bisa
disortir, disortir ulang, ditamhai dihilangkan tanpa kesulitan. Pembatas dapat disisipkan
untuk memisahkan bagian:bagian dokumen audit. Hasil cetak komputer dan catatan
elektronik juga harus disiapkan.
H. Menyiapkan Kertas Kerja agar Dapat Dipahami
Kertas kerja haruslah jelas dan dapat dipahami, tanpa membutuhkan informasi
tambahan. Setiap orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat memahami apa
yang diputuskan dilakukan, apa yang telah mereka lakukan, apa yang mereka temukan,
apa kesimpulan yang diambil apa saja yang tidak diputuskan untuk diambil. Tentu saja
perlu menjaga kertas kerja seringkas mungkin namun kejelasan jangan sampai
dikorbankan hanya untuk menghemat waktu dan kertas.
Informasi yang diperoleh secara lisan jarang dicatat secara harfiah. Auditor yang
memaparkan tanggapan klien juga harus mencatat interpretasi mereka sendiri mengenai
maksud kata-kata klien. Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahpahaman, klien
sebaiknya diminta men interpretasi auditor. Jika digunakan rekaman suara, sebaiknya
tetap dibuat catatan tertulis.

I. Menjaga Kesederhanaan Penulisan


Kertas kerja haruslah dengan mudah dipahami bagi yang menelaah.
Penggunaan jargon harus dihindari. Jika digunakan, harus dijelaskan pada bagian
terpisah dari kertas kerja – pada daftar istilah- bersama dengan istilah-istilah teknis dan
kurang dikenal yang digunakan dalam aktivitas dan dalam kertas kerja.
Kesederhanaan dan kejelasan dalam kertas kerja tidak berarti harus
menggunakan sturktur bahas yang sempurna. Kalimat-kalimat ringkas bisa digunakan
dan menghemat waktu
Uji terakhir dari seperangkat kertas kerja yang baik adalah apakah auditor
internal yang lain, uang tidak berhubungan dengan penugasan, bisa melangkah ke
dalam penugasan audit yang sedang dilakukan, memahamai apa yang telah dilakuakan
dan melakukan pemeriksaan tanpa menghabisakn banyak upaya.
J. Gunakan Susunan Kertas Kerja yang Logis
Kertas kerja harus disusun secara paralel dengan program audit. Setiap subjek
yang berbeda harm dimasukkan dalam bagian terpisah dari kertas kerja. Hubungan
yang sejajar antara program dan keno kerja akan memudahkan pengacuan selama dan
setelah audit. Setiap segmen audit, auditor harus memberikan informasi umum dalam
bentuk narasi pada agian. Informasi tersebut mencakup tujuan operasi yang diaudit
dan informasi latar belakang: organisa, statistik volume, dan sistem kontrol.
Setiap bagian audit, auditor harus menyebutkan dengan jelas tujuan rinci dari
segmen, termasuk hal-hal yang ditetapkan di program audit jika diperlukan.
 auditor harus menjelaskan dalam kertas kerja lingkup audit mereka: apa yang
tercakup dan yang aszak..- Dalam bagian kertas kerja mereka, auditor akan
membahas metode pemilihan sampel yang mereka rgLiakan dan ukuran sampel
serta tingkat keyakinan—atau jika digunakan komputer, metodologi yang
rag.:_nakan untuk mengganti pemilihan sampel. ah pernyataan tujuan dan ruang
lingkup, auditor menuliskan pengujian dan temuan mereka. Lni harus dibatasi
pada fakta-fakta—yang baik maupun yang buruk. Setelah faktafakta dicatat,
akan mengambil kesimpulan dari apa yang mereka temukan. Berdasarkan
temuan atas kontrol kinerja, auditor harus menyatakan apakah kondisi yang
mereka temukan memuaskan atau tidak. .apakah tujuan operasi tercapai atau
tidak. Kesimpulan in secara agregat, akan mendukung opini atas keseluruhan
organisasi atau fungsi yang ditelaah.
 Auditor harus mendokumentasikan rekomendasi mereka untuk memperbaiki
kondisi-kondisi mereka temukan dan tindakan perbaikan yang diambil oleh
klien. elakang narasi akan ada catatan audit: bagan alir dari sistem kontrol,
jadwal pengujian audit, dan
 temuan. Setiap lembar kerja umumnya akan berisi:
o Judul yang deskriptif. Judul harus memuat nama perusahaan, organisasi,
atau fungsi yang diaudit, yang nunjukkan sifat data yang tercantum
dalam kertas kerja, dan menunjukkan tanggal atau periode
o Referensi ke penugasan audit. Hal ini mengidentifikasikan nomor
referensi dari penugasan audit.
o Tanda silang atau simbol lainnya Tanda silang atau simbol-simbol
lainnya harus seragam di sepanjang audit. Tanda-tanda tersebut harus
kecil dan ditempatkan dengan rapi, berguna tetapi tidak terlalu
mencolok. Tanda-tanda tersebut harus dijelaskan di catatan kaki.
o Tanggal pembuatan dan inisial auditor. Tanggal harus menunjukkan
kapan kertas kerja diselesaikan. :nisial auditor harus muncul pada setiap
lembar. Lembar terpisah pada kertas kerja harus berisi daftar sernua
auditor dan staf lainnya pada penugasan audit serta inisial mereka.
Nomor referensi kertas kerja. Kertas kerja harus dirujuk saat disiapkan
dan dibuat dalam -.7engelompokan yang logis. Tidak ada yang lebih
mengganggu—bagi auditor maupun penelaah—selain ertas kerja
dibiarkan tak bernomor dan tak terkendali Sumber-sumber data.
Sumber-sumber data harus dengan jelas diidentifikasi.
Kertas kerja bisa ditulis menggunakan pensil, pena, dan/atau dengan perangkat lunak dan
dicetak. Pensil lebih disukai untuk skedul-skedul berisi angka-angka yang mungkir_ Tulisan
naratif lebih rapi bila ditulis menggunakan tinta. Beberapa auditor internal member:
profesionalisme di kertas kerja mereka dengan menulis di lembar dan induk kolom me, tinta—
maka tulisan ini sulit untuk diubah—dan sisa skedul menggunakan pensil.
Sumber-sumber informasi yang tampil di kertas kerja harus diidentifikasi dengan jelas
independen harus bisa menelusuri ulang langkah-langkah auditor—dari skedul dasar ke n:
tanggapan—tanpa harus meminta informasi tambahan. Untuk itu, lembar kerja harus dirke
kertas kerja lainnya yang berkaitan dan ke program audit. Referensi silang yang efek-zi
mengurangi perlunya duplikasi data. Jika data tersebut penting, total kolom, total bans, da7
harus diverifikasi secara

independen oleh seseorang yang tidak bekerja pada penugasan vant.


Sampul muka setiap dokumen kertas kerja harus menunjukkan nomor proyek dan nom:C.
organisasi atau fungsi, subjek masalah, periode audit atau tanggal lainnya yang beriL,-.L.
pengamanan jika ada, dan nomor volume jika lebih dari satu volume.
Setiap dokumen kertas kerja harus memuat daftar isi. Dokumen pertama juga harus daftar isi,
yang mengidentifikasikan seluruh dokumen..
K. Ringkasan Kertas Kerja
Meskipun kita telah menyinggung pembuatan ringkasan di Bab 8, Temuan Audit,
namun layak untuk dijelaskan di sini karena penting untuk penyajian kertas kerja.
Auditor, dalam melakukan penelusuran audit, sering kali enggan mengalokasikan waktu audit
untuk membuat ringkasan. Tidak membuat ringkasan sering kali merupakan kesalalian. Apa
yang dipikir auditor sudah mereka kuasai sepenuhnya bisa terlupakan seiring berjalannya
waktu. Ingatan bisa menjadi pelayan yang tidak setia, kadang kala menyimpan apa yang
diinginkan saja.
Proses pembuatan ringkasan menyediakan pandangan menyeluruh yang objektif. Ringkasan
bisa mengembalikan ingatan ke fakta-fakta yang ada. Ringkasan membantu menempatkan
temuan dalam perspektif yang wajar. Ringkasan memfokuskan pada hal yang penting dan
relevan serta membantu menempatkan hal-hal yang tidak perlu dan tidak relevan secara tepat.
Auditor yang secara periodik meringkas temuan mereka, yang buruk maupun yang baik,
memegang kendali atas penugasan audit mereka.
Ringkasan juga bermanfaat dalam menghubungkan kelompok-kelompok kertas kerja yang
terkait dengan satu hal tertentu. Ringkasan dapat memberikan alur yang berurutan dan logis
untuk berbagai
kertas kerja yang saling terkait dan dapat memfasilitasi penelaahan atas bagian-bagian
penugasan :ertentu. Berikut ini beberapa bentuk ringkasan yang dapat memberi manfaat:
L. Ringkasan Segmen-segmen Audit
Setiap segmen.audit harus diringkas dalam bentuk narasi untuk menunjukkan subjek audit,
tujuan dan lingkup audit, temuan, kesimpulan dan rekomendasi auditor, serta tindakan
perbaikan yang dilakukan Ringkasan harus memiliki referensi ke dokumen pendukungnya.
Bentuk ringkasan ini dibahas :ebih awal dalam susunan kertas kerja yang logis.
M. Ringkasan Statistik
Auditor sering kali menggunakan ringkasan statistik dari hasil-hasil pengujian audit. Data yang
tersebar 2ada skedul pengujian bisa diringkas sehingga mudah dibaca, dipahami, dan ditangani.
Ringkasan ini harus diperlakukan sebagai sebuah piramid, data akhir secara perlahan meluas
ke ebe rap a skedul pengujian. Ringkasan statistik yang baik memudahkan penelaah beralih
dari ringkasan masing-masing pengujian tanpa menggunakan pensil. Auditor akan melakukan
hal ini untulc mereka.
N. Ringkasan Rapat
Pembahasan dengan klien—pengamatan, kesepakatan, ketidaksepakatan, dan saran-saran
merekaharus diringkas dengan lengkap dan segera. Ringkasan bisa digunakan untuk mencatat
hal-hal ini dengan tepat sesuai apa yang mereka katakan, tidak seperti apa yang terlihat,
disaring melalui pengumpulan ulang. Tanggal dan jam pembahasan bisa bernilai bila suatu saat
terjadi perselisihan.
O. Ringkasan Program Audit
Begitu auditor menyelesaikan suatu segmen audit, mereka harus membuat
komentar yang sesuai dalam program audit mengenai temuan-temuan mereka—
komentar yang dengan ringkas menyatakan kesimpulan mereka tentang aktivitas yang
diaudit. Saat mereka kemudian membaca program audit, auditor akan menyadari
mengenai cara audit yang dilakukan. Proses ini akan memberitahu mereka apa yang
telah dilakukan dan apa yang masih harus dilakukan. Hal ini bisa membantu mereka
memahami mutu kontrol operasi dan kinerja, juga membantu mengontrol audit.
Ringkasan juga bisa menjadi semacam sketsa ringkas kumulatif dari pendapat mereka
mengenai operasi yang sedang mereka telaah. Berikut ini beberapa contoh ringkas
silang seperti yang dijelaskan sebelumnya pada bab ini digunakan, dan bahan-bahan dari kertas
kerla yang telah selesai dan telah dirujuk lebih awal bisa secara simultan digunakan saat
menyusun subie kertas kerja. Kertas kerja bisa dicetak meskipun bisa tetap disimpan dalam
bentuk elektronik d?- digunakan dalam bentuk ini saat pertemuan dengan klien dan untuk
penelaahan oleh penyelia.
Halaman-halaman kertas kerja bisa secara otomatis diberi judul oleh program komputer dan
prog: audit tersebut bisa diperbarui dan diberi referensi silang oleh auditor seiring kemajuan
pekerjaan.
Struktur sebenarnya dari kertas kerja akan tampil menyerupai kertas kerja yang disusun secara
maniL dengan pengecualian pada lembar kerja, bagan alir, dan format khusus lainnya yang
merupakan baE dari program komputer untuk kertas kerja.

sensitif lainnya. Juga harus diperhatikan adalah orang-orang yang tidak memiliki otorisasi tidat
menggunakan arahan yang terkandung dalam program audit untuk memperoleh informasi atau
untti menyebabkan aktivitas-aktivitas yang tidak terotorisasi untuk mengacaukan organisasi.
Banyak entitas menggunakan perangkat lunak kertas kerj a yang mengandung bentuk dan
memungkli auditor mengembangkan program audit dan bentuk kertas kerja pada saat yang
bersamaan.
P. Penelaahan Kertas Kerja oleh Penyelia
Sebagaimana pada banyak aktivitas lainnya, kontrol terbaik adalah pengawasan oleh penyelia
memiliki pengetahuan lebih. Penelaahan ini harus

dibuktikan pada setiap kertas kerja mengguna: nama atau inisial penyelia dan tanggal
penelaahan. Pertanyaan yang muncul harus tercakup den: setiap kelompok kertas kerja yang
berhubungan, dan kertas kerja tersebut tidak boleh dianggap sel hingga pertanyaan-pertanyaan
tersebut dijawab dengan jawaban yang memuaskan penyelia.
Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan bahwa:
Program audit diikuti dan instruksi-instruksi khusus bagi auditor telah diikuti.
Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan—yang membuktikan pekerjaan yang
mern2 telah dilakukan—dan memang mendukung temuan-temuan audit.
Kesimpulan yang dicapai memang wajar, logis, dan valid.
Tidak ada langkah-langkah yang belum diperiksa.
Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah dicatat dan bahwa
perselis] telah diselesaikan.
Aturan-aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti.
Penyelia harus menelaah kertas kerja sesegera mungkin setelah diselesaikan. Jadi, kekacauan
kerja bisa dikurangi dan masalah-masalah diselesaikan sebelum laporan ditulis dan auditor
ditugaskan ulang.
Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan penelaahan akhir atas
kertas kerja audit. Berikut ini beberapa standar yang tercatat pada format tersebut:
Q. Laporan
 Temuan-temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan memadai
ke dokumen pendukung.
 Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup penuh.
R. Rencana
Program audit yang memadai telah dibuat.

Audit Internal Suparno, SE. MM.


Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ‘12
13

Rencana pra-audit telah didokumentasikan. Penghilangan langkah-langkah yang


diperlukan dalam program audit telah dijelaskan dengan memadai.
Waktu audit yang diestimasi dan yang sebenarnya telah didokumentasikan dengan memadai.
UMUM
Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan diperbarui. Rencana
pengambilan sampel telah didokumentasikan dengan memadai dan informatif. Bahan
referensi (kebijakan, prosedur, dan lain-lain) disimpan untuk tujuan konstruktif. Laporan
audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup. Temuan audit sebelumnya telah
diinvestigasi.
Pertemuan setelah audit telah didokumentasikan.
Data administratif telah diselesaikan.

S. Pekerjaan Lapangan
Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan temuantemuan disusun.
Ringkasan dirujuk silang ke bahan-bahan pendukung yang sesuai. Tujuan, lingkup, dan
sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat. Kesimpulan auditor diberikan.
Supervisi Semua pertanyaan penyelia telah dijawab. Mutu pekerjaan dinilai.

T. Kontrol atas Kertas Kerja


Kertas kerja merupakan milik auditor dan harus dijaga oleh auditor. Auditor harus mengetahui
dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit. Jika terdapat risiko kehilangan, kertas
kerja harus disimpan dalam lemari atau meja terkunci saat jam makan siang dan sepanjang
malam. Jika kertas kerja dibawa ke
ruangan hotel, maka harus disimpan dalam koper terkunci. Kertas kerja tidak boleh diakses
orangorang yang tidak memiliki otoritas untuk memilild atau menggunakannya, karena bisa
disalahgunakan; informasi bisa dipindahkan, diubah, atau dibaca oleh orang yang tidak berhak
membacanya.
Hal ini tidak berarti bahwa auditor tidak boleh memperlihatkan kertas kerja mereka kepada
klien pada keadaan-keadaan yang sesuai. Bila tidak ada komentar yang mengganggu atau
indikasi kecurangan, auditor mungkin merasa penyebaran hasil penelaahan akan bermanfaat
sebelum bertemu klien.
Akses ke kertas kerja dan laporan bisa diizinkan untuk auditor eksternal dan orang-orang dalam
organisasi selain klien. Tetapi hal ini harus disetujui oleh kepala bagian audit. Bila orang di
luar organisasi meminta akses ke kertas kerja, kepala bagian audit harus mendapatkan
persetujuan dari manajemen senior dan/atau penasihat hukum.
Manajemen audit harus mementingkan kontrol atas kertas kerja auditor. Bisa saja kertas kerja
hilang di tengah-tengah pelaksanaan audit. Manajemen audit juga harus memerhatikan apakah
seorang auditor pengganti bisa menggantikan pekerjaan yang ditinggalkan oleh auditor
sebelumnya. Aturannya adalah: Usahakan kertas kerja Anda mengikuti pedoman, terorganisasi
dengan baik, dan diberi indeks clan referensi silang dengan baik sehingga pekerjaan audit bisa
dilanjutkan oleh auditor selanjutnya dengan kesulitan yang minimal.
Kontrol yang baik atas kertas kerja elektronik mengharuskan perubahan hanya dilakukan oleh
auditor yang membuatnya.
U. Contoh-contoh Kertas Kerja
Tampilan 9-2 hingga 9-11 merupakan contoh-contoh bagian kertas kerja yang formatnya bisa
digunakan dalam setiap audit operasional dan kertas kerja terkomputerisasi memiliki sedikit
kesamaan. Tampilan tersebut mengilustrasikan audit atas fungsi produksi, tetapi bisa
digunakan dalam setiap audit operasional. Bagian tersebut berhubungan dengan pemberian
gambar contoh setelah disiapkan.
Kertas-kertas kerja tersebut diambil dari audit sebenarnya. Beberapa organisasi audit bisa
merasa bahwa penyiapan yang terlalu rinci akan terlalu sukar. Oleh karena itu,

contoh-contoh tersebut harus dipandang sebagai contoh-contoh yang ideal, bukan sebuah
keharusan. Tetapi subjek yang disebutkan harus diterapkan di setiap audit sebelum kertas kerja
tersebut dianggap telah disiapkan dengan profesional Kertas kerja aktual biasanya disiapkan
menggunakan pensil, tetapi ditunjukkan dalam bentuk cetakan agar lebih jelas dan mudah
dibaca. Pada bagian belakang, dan p auditor dalam memahami pen
Pernyataan "Ti berkepentingar sumber inform digunakan.
"Temuan" mer karena pentinl masalah-masa mengenai ten dalam audit yang membur
Skedul-skedul kekurangan-1; suatu format 9-10 dan 9-11
Dengan meni sebelum met ada yang tent bagian seban
V. Menulis di Kertas Kerja saat Audit Berlangsung
Auditor internal yang terus-menerus berada di bawah tekanan waktu mungkin meragukan
kernampuan mereka untuk membuat kertas kerja seperti yang diilustrasikan dalam tampilan
bab mi. Tetapi pengorganisasian pekerjaan lapangan yang baik akan membantu. Rahasianya
adalah tulislah saat melakukan pekerjaan lapangan.
Tulisan awal tentang tujuan, latar belakang, kontrol, sasaran, dan lingkup bisa dibuat segera
setelah auditor melakukan penelaahan awal atas operasi. Mereka tidak harus menunggu hingga
audit atas segmen tersebut selesai. Bila menunggu seperti ini maka pekerjaan menjadi terlalu
berat dan banyak fakta yang menjadi kabur dalam pikiran mereka. Temuan bisa diringkas
segera setelah pengujian dilakukan. Hasil-hasilnya kemudian segera bisa digunakan dalam
diskusi dengan klien. Dalam beberapa organisasi bahanbahan yang akan dipertimbangkan
untuk laporan audit juga dikonstruksikan dan mungldn perlu ditelaah dengan klien pada saat
tersebut. Hal ini khususnya bermanfaat jika Idien telah mulai mengimplementasikan
rekomendasi auditor.
Banyak auditor internal, yang bekerja di bawah tekanan anggaran dan jadwal, keberatan untuk
menyiapkan kertas kerja seperti yang diilustrasikan pada bab mi. Memang benar bahwa
mencatat pada secarik kertas tidak membutuhkan banyak waktu persiapan. Dalam beberapa
kasus, menyiapkan kertas kerja bisa lebih mudah dengan penggunaan kertas kerja pro forma
yang

memilild judul dan beberapa segmen yang telah tersedia. Dalam kasus-kasus lainnya,
khususnya dalam audit operasional yang pemeriksaannya tidak bersifat pengulangan, atau
auditor mungkin membuat audit awal dari subjek yang baru, kertas kerja pro forma mungkin
tidak bisa digunakan.
Apa pun kondisinya, kertas kerja yang menienuhi standar profesional harus menunjukkan apa
yang ingin dilakukan auditor internal, apa yang telah mereka lakukan, dari mana sumber bahan-
bahan mereka, dan langkahlangkah audit apa yang diambil, apa yang mereka temukan, dan apa
yang mereka simpulkan dari temuan mereka.
Argumen lain yang menentang pencatatan pada secarik kertas adalah waktu tambahan yang
dibutuhkan untuk menulis laporan audit mungkin akan melebihi waktu yang dihemat melalui
penulisan catatan tersebut. Dan trauma karena memiliki temuan yang tidak didukung
pendokumentasian bisa dihindari dengan menggunakan kertas kerja yang memenuhi uji
profesionalisme dan bisa meyakinkan pengamat yang objektif.

W. Penyimpanan Kertas Kerja


Kertas kerja harus dibuang bila tidak lagi digunakan. Bila audit lanjutan atas sebuah operasi
telah diselesaikan, auditor harus membuat keputusan, disetujui oleh penyelia mereka,
mengenai apakah kertas kerja sebelumnya harus disimpan atau dimusnahkan. Bila kertas kerja
mengandung dokumentasi atau bahan-bahan lainnya yang akan terus digunakan, maka bagian
kertas kerja tersebut harus dibawa

Anda mungkin juga menyukai