Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK-TEKNIK AUDIT

Dalam melakukan audit, diperlukan beberapa teknik tersendiri untuk memperoleh suatu
bukti yang memadai. Teknik-teknik audit ini ibarat senjata yang akan digunakan oleh auditor.
Untuk memperoleh bukti yang tepat diperlukan senjata yang tepat pula. Oleh karena itu,
dalam paper ini kami akan membahas teknik-teknik audit yang disarikan dari berbagai
sumber.
1. Pengujian fisik (physical examination)
Count merupakan penentuan aktiva yang dimiliki pada waktu tertentu. Istilah ini
hanya dapat dikaitkan dengan jenis bukti audit yang didefinisikan sebagai pengujian
fisik. Pengujian fisik adalah pengujian substantif yang melibatkan perhitungan atas
aktiva yang berwujud, seperti kas, persediaan, bangunan, dan peralatan.
Count juga sering kali dimasukkan dalam prosedur inventarisasi atau opname.
Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang,
menilai kondisinya (rusak berat, rusak ringan, atau baik) dan membandingkannya dengan
saldo menurut buku (administrasi),kemudian mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan
apabila ada. Hasil opname biasanya dituangkan dalam suatu berita acara (BA). Count
yang terkait dengan pengujian fisik ini tidak dapat diterapkan pada audit piutang usaha.
Kegunaan count untuk menguji asersi sebagai berikut :
1. membuktikan keberadaan (existence) hal-hal yang tersaji dalam laporan keuangan
klien
2. menguji penilaian (valuation) karena kuantitas terlibat secara langsung dalam
penentuan nilai sebagian besar aktiva.
3. menguji asersi mengenai kelengkapan (completeness) auditor bisa menemukan itemitem yang seharusnya tersaji tetapi dihilangkan klien dari laporan keuangan
4. dapat pula menguji asersi mengenai hak dan kewajiban (rights and obligations), tetapi
hanya untuk mendukung kepemilikan aktiva.

5. dapat juga menguji mutu, bila count dilaksanakan dalam prosedur inventarisasi atau
opname.
Batasan count :
1. tidak dapat diterapkan pada aktiva yang keberadaannya dibuktikan terutama melalui
dokumentasi, seperti piutang usaha, investasi, atau beban dibayar di muka.
2. tidak dapat diterapkan pada kewajiban, pendapatan, atau beban.
3. memerlukan kehati-hatian, keahlian dan pengalaman dalam menilai sebuah aktiva,
sehingga kadang memerlukan bantuan dari pihak independen yang ahli dalam menilai
aktiva tersebut.
4. sering kali membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
2. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi adalah metode yang digunakan auditor untuk memperoleh bukti audit
dengan cara meminta tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang
independen mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan klien.
Pada konfirmasi tertulis, konfirmasi adalah surat yang ditandatangai klien, ditujukan
kepada pihak ketiga terkait (biasanya pelanggan atau kreditur) untuk meminta penegasan
(konfirmasi) mengenai saldo utang/piutang klien pada pihak ketiga tersebut per tanggal
tertentu (biasanya tanggal neraca).
Bukti audit yang diperoleh dari konfirmasi memiliki keandalan yang sangat tinggi
karena bukti audit dari teknik audit ini diperoleh dari pihak ketiga yang independen
terhadap klien. Oleh karena bukti audit yang diperoleh dari konfirmasi sangat tinggi,
teknik audit ini adalah teknik audit yang paling banyak digunakan, terutama untuk
menguji asersi manajemen terhadap utang dan piutang usaha.
Konfirmasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi
negatif. Pada konfirmasi positif auditor mengirimkan surat yang isinya meminta
tanggapan kepada pihak ketiga terkait, pihak yang dimintakan konfirmasi tersebut
diharuskan menjawab (membalas) apakah setuju atau tidak dengan jumlah yang

tercantum dalam surat yang dikirimkan auditor. Konfirmasi positif biasanya digunakan
dalam keadaan:
1) saldo utang/piutang klien per pelanggan/kreditur relatif besar
2) jumlah pelanggan/kreditur sedikit
3) pengendalian intern klien (agak) lemah
4) waktu audit cukup panjang.
Sedangkan pada konfirmasi negatif, surat yang dikirimkan auditor hanya dibalas
pihak yang dimintakan konfirmasi apabila jumlah yang tercantum dalam surat yang
dikirimkan auditor tersebut tidak disetujui oleh pihak ketiga tersebut. Apabila pihak
ketiga setuju dengan jumlah yang tercantum dalam surat yang dikirimkan auditor, maka
pihak ketiga tersebut tidak perlu membalas surat yang dikirimkan tersebut. Biasanya
dalam konfirmasi negatif, surat yang ikirimkan auditor diberi batas waktu. Jika pihak
terkait yang dikirimi surat tidak memberikan jawaban atas konfirmasi tersebut sampai
pada waktu yang ditetapkan maka pihak yang mimintakan konfirmasi tersebut dianggap
setuju. Konfirmasi negative umumnya digunakan auditor apabila:
1) saldo utang/piutang klien per pelanggan/kreditur relatif kecil
2) jumlah pelanggan/kreditur banyak
3) pengendalian intern klien (cukup) kuat
4) waktu audit cukup singkat.

Kegunaan atau Asersi Yang Diuji

keberadaan (existence)

hak dan kewajiban (rights and obligations)

penilaian (valuation) atau alokasi (completeness)

kelengkapan (completeness),

penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)


Contoh dari konfirmasi adalah auditor mengirimkan surat yang berisi jumlah

piutang yang dimiliki klien kepada seorang pelanggan untuk meminta konfirmasi
mengenai benar tidaknya jumlah piutang yang dimiliki klien kepada pelanggan tersebut.
Jika yang dilakukan adalah konfirmasi positif, maka pelanggan tersebut harus membalas
surat dari auditor walaupun jumlah yang tercantum dalam surat tersebut disetujui atau
tidak. Sedangkan jika yang dilakukan adalah konfirmasi negatif, maka pelanggan hanya
membalas surat yang dikirimkan auditor jika jumlah dalam surat tersebut tidak disetujui
oleh kreditur.
Walaupun kondirmasi ini merupakan teknik yang paling bagus untuk pengujian
piutang namun ada bebera kelemahan teknik ini yaitu bergantung pada pihak ketiga
sehingga bisa membutuhkan waktu lama dan apabila terdapat perbedaan antara hasil
konfirmasi dengan data auditee juga masih perlu direkonsiliasi.

3. Dokumentasi (documentation),
Dokumentasi adalah inspeksi oleh auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien
untuk mendukung informasi yang tersaji atau yang seharusnya tersaji dalam laporan
keuangan. Dokumentasi yang diperiksa adalah catatan yang digunakan klien untuk
menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang terorganisasi baik
dalam bentuk kertas, elektronik maupun media lainnya. Dokumentasi telah dipergunakan
secara luas sebagai bukti audit karena dokumentasi telah tersedia bagi auditor dengan
biaya perolehan bukti yang relatif rendah.
Dokumen dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu dokumen internal dan eksternal.
Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan digunakan dalam organisasi
klien dan disimpan tanpa pernah disampaikan kepada pihak di luar organisasi, contohnya
laporan jam kerja karyawan dan laporan penerimaan persediaan. Dokumen eksternal
adalah dokumen yanng ditangani oleh pihak luar organisasi yang mewakili pihak klien
dalam melakukan transaksi tetapi dokumen ini dapat dengan mudah diakses oleh klien

dengan segera, contohnya faktur dari pemasok, polis asuransi, dan lain sebagainya.
Dokumen eksternal memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi sehingga lebih dapat
diandalkan daripada dokumen internal karena dokumen eksternal pernah berada baik di
tangan klien maupun pihak lain (pihak eksternal) sebagai lawan transaksi klien. Dalam
dokumentasi, terdapat beberapa istilah. Berikut ini adalah beberapa istilah tersebut dan
penjelasan singkatnya.

Examine
Memeriksa (Examine) adalah kegiatan mempelajari/studi yang cukup terinci
atas dokumen atau catatan untuk menentukan fakta-fakta spesifik tentang catatan itu
untuk mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya tersaji.
Dalam laporan keuangan, dokumen yang diperiksa auditor adalah catatan yang
digunakan klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara
yang terorganisasi, yang bisa juga dalam bentuk kertas kerja, bentuk elektronik, atau
media lain. Karena setiap transaksi pada organisasi klien biasanya didukung paling
tidak oleh selembar dokumen, jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar.
Sebagai contoh, klien sering kali menyimpan pesanan pelanggan, dokumen
pengiriman, serta faktur penjualan.
Contoh dari kegiatan examine adalah memeriksa sampel pesanan pelanggan,
faktur penjualan kredit, catatan gudang, dan bukti pengiriman barang untuk
menentukan apakah barang atau jasa telah dijual/dikirim kepada konsumen dengan
benar. Kegiatan ini meliputi meneliti catatan yang ada pada catatan akuntansi serta
memperoleh dan mempelajari dokumen sumber yang mendasari catatan tersebut
untuk menentukan keabsahan dan ketelitian transaksi yang dicatat.
Prosedur ini biasanya seiring dengan prosedur vouching yang dilakukan pada
audit piutang, untuk menilai keakuratan pencatatan dan menghindari pencatatan
penjualan kredit yang overstated.
Teknik examine ini berguna bagi auditor untuk memverifikasi keakuratan
(accuracy) catatan klien.

Prosedur ini berguna jika yang diperiksa adalah dokumen kompeten dan handal.
Berikut tingkat kompetensi dokumen:

Dokumen ekstern, yang disediakan dan dipegang oleh pihak ketiga yang bertransaksi
dengan klien, dan pihak ketiga tersebut memiliki pengendalian intern yang baik.
Dokumen jenis ini adalah yang dinilai paling handal.

Dokumen Intern, yang disediakan oleh klien dengan sistem pengendalian intern yang
baik. Dokumen jenis ini adalah yang cukup handal.

Dokumen ekstern, yang disediakan dan dipegang oleh pihak ketiga yang bertransaksi
dengan klien, dan pihak ketiga tersebut memiliki pengendalian intern yang buruk.
Dokumen jenis ini adalah yang dinilai tidak handal.

Dokumen intern, yang disediakan oleh klien dengan sistem pengendalian intern yang
buruk. Tentu saja dokumen jenis ini adalah yang tidak handal.
Prosedur ini menjadi tidak bermanfaat jika yang diperiksa adalah dokumen jenis
ketiga dan keempat, karena dokumen yang disediakan tersebut tidak bisa diyakini
kebenarannya.

Vouching
Vouching adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran atau
keabsahan suatu bukti yang mendukung transaksi. Kegiatan ini meliputi memilih
catatan yang ada pada catatan akuntansi serta memperoleh dan menyelidiki dokumen
yang mendasari catatan tersebut untuk menentukan keabsahan dan ketelitian transaksi
yang dicatat. Dengan vouching, arah pengujian berlawanan dengan tracing.
Penelusuran dimulai dari catatan ke dokumen.
Kegunaan vouching adalah memverifikasi dan memeriksa ketelitian perkalian,
penjumlahan pembukuan, kepemilikan, dan keberadaannya. Adapun tujuan dari
vouching untuk memastikan bahwa:

1. Bukti tersebut telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan terkait

2. Bukti tersebut dari sesuai dengan tujuannya


3. Jumlah yang tertera di dalam bukti adalah benar dan sesuai dengan transaksi
4. Pencatatan dilakukan secara benar
5. Kepemilikan dan keberadaannya sah.
Contoh dari kegiatan vouching pada audit piutang adalah auditor mengambil
salah satu ayat jurnal dalam catatan akuntansi klien untuk penjualan kredit
(pengambilan ayat jurnal dilakukan auditor dengan sampling), Untuk membuktikan
apakah transaksi yang dijurnal itu memang benar-benar ada dan telah dicatat dengan
sesuai, auditor mencari bukti-bukti yang mendukung transaksi tersebut, seperti
perjanjian jual-beli antara auditee dengan konsumennya, pesanan pelanggan, faktur
penjualan kredit, catatan gudang, dan bukti pengiriman barang, serta berita acara
penyelesaian pekerjaan bulanan (monthly certificate) jika pekerjaan tersebut
merupakan pekerjaan konstruksi jangka panjang, dan sebagainya.
Prosedur ini cocok dilakukan pada audit piutang, karena pada umumnya audit
piutang berfokus bagaimana penilaian keberadaan (existence) atas transaksi, karena
perusahaan cenderung untuk mencantumkan penjualan overstated dengan cara
memperbesar penjualan kredit yang secara otomatis memperbesar piutang, padahal
transaksi tidak pernah terjadi.
Vouching dilakukan untuk mendeteksi apakah catatan akuntansi klien ketinggian
(overstatement). Selain itu, vouching juga digunakan untuk menguji asersi manajemen
mengenai keberadaan (existence), penilaian (valuation), hak dan kewajiban (rights
and obilgation), penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Namun,
vouching juga memiliki kelemahan. Pengujian asersi mengenai kelengkapan
(completeness) melalui vouching lebih sulit dilakukan karena pengujian kelengkapan
mengharuskan auditor untuk mencari bukti item yang tidak tercatat.
Sama dengan prosedur examine. Prosedur ini berguna jika yang diperiksa adalah
dokumen yang kompeten dan handal. Prosedur ini menjadi tidak efektif jika yang
diperiksa adalah dokumen ekstern yang disajikan oleh pihak ketiga dengan

pengendalian intern yang buruk dan juga dokumen intern yang disediakan oleh klien
dengan sistem pengendalian intern yang buruk.

Tracing
Tracing adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan
keabsahan pencatatan atas suatu bukti sumber di dalam catatan akuntansi. Tracing
merupakan kebalikan dari vouching. Arah kegiatan tracing adalah mengikuti dokumen
sumber hingga ke pencatatannya dalam catatan akuntansi. Adapun pelaksanaan dari
tracing adalah dengan pertama-tama auditor melakukan penyeleksian dokumen
sumber, seperti faktur penjualan atau laporan pengiriman, kemudian auditor
melakukan penelusuran dokumen sumber tersebut melalui sistem akuntansi ke
pencatatan akhir dalam catatan akuntansi, seperti jurnal dan buku besar.
Kegunaan atau Asersi yang diuji
Karena arah pengujian tracing berlawanan dengan vouching, tracing dapat
digunakan untuk menguji asersi manajemen antara lain sebagai berikut :

1. Kelengkapan (Completeness)
2. Penilaian (Valuation)
3. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).
Kemudian karena prosedur ini memberi keyakinan dari bukti asli sampai
akhirnya dimasukkan ke dalam perkiraan, maka prosedur ini terutama sangat
bermanfaat untuk mendeteksi catatan akuntansi yang kerendahan (understatement).
Kelemahan atau keterbatasan tracing
Salah satu kelemahan dari teknik audit tracing ini adalah memerlukan waktu
yang lama, karena biasanya dokumen sumber suatu perusahaan sangat banyak
jumlahnya dan hampir setiap transaksi mempunyai satu dokumen sumber. Akan tetapi
kelemahan ini dapat diatasi oleh auditor dengan hanya menguji beberapa saja dengan
menggunakan metode sampling.

Contoh Penggunaan Pada Audit atas Piutang


Contoh dari kegiatan tracing pada audit piutang adalah auditor mengambil salah
satu dokumen transaksi klien (pengambilan dokumen transaksi ini dilakukan auditor
dengan sampling), misalnya yang diambil adalah faktur penjualan. Kemudian auditor
menelusuri pencatatan faktur penjualan tersebut dalam catatan akuntansi klien dan
menilai apakah pencatatan yang dilakukan klien terhadap faktur tersebut telah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Gambaran tracing:

Read
Read adalah penelaahan atas informasi tertulis untuk menentukan fakta-fakta
yang berkaitan dengan audit yang dilakukan. Contoh penerapannya adalah auditor
membaca notulen rapat serta mengikhtisarkan semua informasi yang berkaitan dengan
laporan keuangan dalam kertas kerja.
Contoh penggunaan dari teknik audit read ini pada audit piutang adalah dengan
membaca semua informasi yang terkait dengan transaksi yang mempengaruhi piutang
itu sendiri. Misalnya dengan membaca kontrak apabila penjualan kredit dilakukan
dalam partai besar, kemudian bisa juga dengan membaca berita acara penghapusan
piutang terkait penghapusan piutang yang dilakukan oleh perusahaan. Informasi yang
didapat dari hasil membaca dan terkait dengan objek piutang yang diperiksa
kemudian dituangkan ke dalam kertas kerja.

Scan
Scan adalah pemeriksaan yang kurang terinci atas catatan atau dokumen untuk
menentukan apakah terdapat hal yang tidak biasa yang memerlukan investigasi
lanjutan. Penggunaan scan pada audit piutang adalah auditor bisa men-scan daftar

piutang untuk melihat piutang setiap pelanggan yang memiliki kejadian piutang yang
tidak biasa, seperti adanya saldo piutang negatif, piutang yang umurnya lama, dan
piutang yang nilainya besar.
Scan dapat digunakan untuk menguji asersi:

Completeness, yaitu apakah setiap piutang telah dicatat ke dalam buku piutang

Right and obligation, yaitu apakah piutang setiap pelanggan telah dicatat sesuai
dengan kepemilikan piutang dari pelanggan yang bersangkutan

Presentation and disclosure, apakah piutang telah disajikan dan diungkapkan


seluruhnya
Keterbatasan Scan:

pengujian asersi existence (membuktikan keberadaan piutang) sulit untuk dilakukan,


karena auditor hanya melihat kepada kejadian piutang yang tidak biasa, seperti adanya
saldo piutang negatif, umurnya lama, dan nilainya besar

karena scan bukan merupakan pemeriksaan yang terinci maka scan tidak dapat
digunakan untuk menguji asersi evaluation (yaitu menilai perhitungan saldo piutang)

Compare
Compare adalah perbandingan informasi dari dua lokasi yang berbeda. Instruksi
harus menyatakan informasi mana yang akan diperbandingkan dengan sebanyak
mungkin rincian yang dapat dilakukan dalam praktek.
Penggunaan pada audit piutang adalah auditor membandingkan saldo piutang pada
neraca dengan buku besar dan daftar piutang. Compare dapat digunakan untuk
menguji asersi:

existence, yaitu adanya keberadaan piutang setiap pelanggan baik di buku besar dan
daftar piutang yang dilengkapi dengan faktur

completeness, yaitu apakah setiap faktur penjualan kredit telah dibukukan sebagai
piutang pada buku besar

Right and obligation, yaitu apakah piutang setiap pelanggan telah dicatat sesuai
dengan kepemilikan piutang dari pelanggan yang bersangkutan

Presentation and disclosure, yaitu apakah piutang telah disajikan dan diungkapkan
seluruhnya
Keterbatasan compare:
Karena compare hanya membandingkan dari suatu informasi ke informasi lainnya,
maka tidak bisa untuk dilakukan pengujian asersi valuation (penilaian terhadap
kebenaran saldo piutang)

4. Prosedur analitis (analytical procedures)


Prosedur analitis atau compute adalah metode pengumpulan bukti audit yang digunakan
auditor dengan cara melakukan mempelajari data klien, lalu mencari berbagai
perbandingan atas data klien yang berupa saldo dan rasio klien, kemudian mencari
hubungan-hubungan dari data tersebut. Prosedur analitis menghasilkan bukti analitis.
Auditor dapat menggunakan satu atau lebih dari lima jenis prosedur analitis.
Lima jenis prosedur analitis tersebut yaitu:
1. Membandingkan data klien dengan data industri
2. Membandingkan data klien dengan data periode sama yang sebelumnya
3. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang telah ditentukan klien
sebelumnya (anggaran)
4. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang telah ditentukan auditor
5. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang menggunakan data
nonkeuangan.

Kelemahan prosedur analitis adalah tidak bisa menguji asersi Presentation and
Disclosure. Sedangkan keunggulannya yaitu prosedur analitis biasa digunakan auditor
untuk menilai kelayakan data dan menguji keempat asersi lainnya termasuk empat
Transaction Related Audit Objective maupun lima Balance Related Audit Objective
untuk menguji Valuation. Selain itu, prosedur analitis juga dapat digunakan untuk
memahami industri dan bisnis klien, menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas,
menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan pengujian dalam laporan keuangan,
serta mengurangi pengujian audit rinci.
Contoh dalam Pos Piutang:

Auditor membandingkan data piutang tahun ini dengan tahun lalu

Auditor menghitung dengan teknik-teknik perhitungan statistik untuk melihat ratarata, korelasi, kecenderungan, maupun kesimpulan-kesimpulan lain.

5. Wawancara kepada klien (inquiries of the client)


Wawancara adalah metode pengumpulan bukti audit yang melibatkan pertanyaan
baik lisan maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaan-pertanyaan ini dibuat secara intern
kepada manajemen atau pegawai klien, seperti pertanyaan tentang persediaan yang usang
atau kemungkinan dapat ditagihnya piutang. Wawancara dilakukan kepada manajemen
danpegawai klien karena manajemen dan pegawailah yang paling mengetahui operasi
dan pengendalian internal klien. Wawancara ini dapat menghasilkan 3 jenis bukti yaitu:
1. Bukti Kesaksian adalah bukti peyakin yang didapat dari pihak lain karena diminta
oleh auditor. Peyakin maksudnya adalah untuk mendukung bukti-bukti lain yang telah
didapatkan oleh auditor. Biasanya bukti pengujian fisik, bukti dokumen, bukti
analisis, atau bukti lisan telah diperoleh, baru kemudian dilengkapi dengan bukti
kesaksian.
2. Bukti Lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain melalui
pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditi
maupun dari pihak auditi sendiri. Dalam hal memperoleh bukti lisan, auditor harus

mencatat (menuangkan dalam kertas kerja) dengan seksama termasuk nara


sumbernya.
3. Bukti Spesialis adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi
maupun instansi atau institusi yang memiliki keahlian yang kompeten dalam
bidangnya. Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi seperti ahli
pertambangan, dokter, ahli purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, ahli perbankan, dll.
Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga spesialis
tersebut harus terjamin. Dalam hal ini, jika diputuskan untuk menggunakan tenaga
ahli (spesialis), maka auditor harus mengusahakan ahli yang diakui oleh umum.
Kelemahan wawancara:
o

Informasi yang diperoleh auditor dari wawancara kepada klien memiliki


keandalan yang terbatas karena informasi ini diperoleh dari pihak internal
klien.

Kegunaan wawancara:

Wawancara kepada klien juga meliputi pengujian pengendalian dan pengujian


substantif. Wawancara kepada klien dapat digunakan auditor untuk menguji semua
asersi laporan keuangan. Auditor dapat menggunakan wawancara untuk mempelajari
kebijakan dan prosedur pengendalian apa saja yang telah diterapkan klien, prinsip
akuntansi apa saja yang telah digunakan klien, dan bagaimana transaksi-transaksi
tertentu diproses. Selain itu, wawancara juga dapat digunakan untuk memperoleh
penjelasan dari manajemen tentang hasil pengujian audit tertentu.

Walaupun keandalannya sangat terbatas (kecuali keterangan ahli), informasi ini


merupakan titik awal dari pelaksanaan teknik audit lainnya. Pada umumnya, jawaban
atas wawancara diperkuat dengan kinerja atau teknik lainnya. Akan tetapi,
pelaksanaan audit akan lebih efisien jika auditor mencermati jawaban atas wawancara
daripada mencari jawaban secara independen melalui suatu pemeriksaan tidak
langsung atas bukti terperinci.

Wawancara pun sebagian besar (kecuali keterangan ahli) pun adalah teknik yang
mudah dilakukan dan bisa dikatakan sangat murah.

Contoh wawancara dalam pos piutang:

Melakukan wawancara kepada top management mengenai para kreditur, terutama


yang kelas kakap.

Melakukan wawancara secara lisan dengan petugas gudang saat minum-minum di


kantin perusahaan, apakah prosedur pengeluaran barang dilakukan dengan benar.
Apakah tidak pernah ada semacam disposisi untuk mengeluarkan barang tertentu
tanpa dokumen pengeluaran barang.

6. Hitung uji

Footing
Footing adalah penjumlahan kolom angka untuk menentukan apakah totalnya
sama dengan nilai yang diperoleh klien. Teknik audit foot akan menghasilkan bukti
audit berupa rekalkulasi, dimana rekalkulasi ini merupakan bagian dari
reperformance. Reperfomance yaitu metode pengumpulan bukti audit di mana auditor
melakukan proses pengulangan aktivitas klien, kemudian hasil yang diperoleh auditor
dari pengulangan aktivitas tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh
klien untuk mendapatkan bukti audit. Reperfomance melibatkan pengujian kembali
atas berbagai perhitungan dan pengujian kembali atas berbagai transfer informasi.
Contoh penerapan foot pada audit akun piutang adalah melakukan footing atas
nilai-nilai dalam buku jurnal piutang usaha salah satu debitur untuk periode selama
satu bulan dan membandingkan semua total nilai yang terdapat dalam buku jurnal
piutang usaha tersebut dengan nilai yang terdapat dalam buku besar.
Kegunaan foot untuk menguji asersi sebagai berikut :

1. Keberadaan (existence)
Pelanggaran mengenai asersi keberadaan terjadi jika suatu item telah dihitung
lebih dari satu kali.

2. Kelengkapan (completeness)
Jika auditor menemukan bahwa beberapa item telah dihilangkan, maka asersi
mengenai kelengkapan telah dilanggar
3. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Pelanggaran mengenai asersi penyajian dan pengungkapan terjadi jika ayat jurnal
telah diposting pada akun yang salah.
4. Akurasi (accuration)
Apakah perhitungan klien telah akurat sesuai data yang ada.
Batasan foot :
1. Tidak dapat digunakan untuk menguji asersi : right and obligation, timing, valuation
and allocation.
2. Membutuhkan ketelitian dalam penjumlahan/perhitungan

Recompute
Recompute adalah perhitungan yang dilakukan untuk menentukan apakah
perhitungan klien sudah benar. Sama seperti foot, recompute juga merupakan bagian
dari reperformance.
Contoh penerapan recompute pada audit akun piutang adalah melakukan recompute
atas perhitungan penyisihan piutang usaha akhir tahun, apakah telah diterapkan benar
sesuai dengan kebijakan aging schedule piutang.
Kegunaan recompute untuk menguji asersi sebagai berikut :

1. Keberadaan (existence)
Pelanggaran mengenai asersi keberadaan terjadi jika suatu item telah dihitung
lebih dari satu kali

2. Kelengkapan (completeness)
Jika auditor menemukan bahwa beberapa item telah dihilangkan, maka asersi
mengenai kelengkapan telah dilanggar
3. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Pelanggaran mengenai asersi penyajian dan pengungkapan terjadi jika ayat jurnal
telah diposting pada akun yang salah
4. Akurasi (accuration)
Apakah perhitungan klien telah akurat sesuai data yang ada.
Batasan recompute :
1. Tidak dapat digunakan untuk menguji asersi : right and obligation, timing, valuation
and allocation.
2. Membutuhkan ketelitian dalam penjumlahan/perhitungan

7. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan indera-indera auditor untuk menilai aktivitas klien.
Observasi berhubungan dengan memperhatikan serta menyaksikan pelaksanaan dari
suatu kegiatan dan proses. Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh
kesan umum atas fasilitas klien atau mengamatai para individu yang melaksanakan
tugas-tugas akuntansi untuk menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab
telah melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur
pengendalian internal hanya dapat diverifikasi dengan observasi karena pelaksanaan
kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter. Jadi, observasi ini lebih kepada
penilaian keandalan dan keefektifan sistem pengendalian intern.
Observasi kurang dapat diandalkan karena terdapat risiko bahwa karyawan klien
yang terlibat aktivitas-aktivitas yang sedang diobservasi telah menyadari kehadiran

auditor sehingga pada saat dilakukan observasi, karyawan klien akan mengubah
perilakunya dengan melaksanakan tanggungjwabnya sesuai dengan kebijakan
perusahaan. Oleh karena itu, auditor wajib untuk menindaklanjuti berbagai kesan
pertama yang didapat dengan berbagai bukti audit lainnya yang bersifat nyata. Walaupun
begitu, observasi sangat berguna dalam pelaksanaan sebagian besar proses audit.
Observasi merupakan suatu hal yang berbeda dengan pengujian fisik. Observasi
difokuskan pada aktivitas klien untuk mengetahui siapa mereka atau bagaimana dan
kapan mereka melakukannya sedangkan pengujian fisik melibatkan penghitungan atas
aktiva tertentu. Observasi merupakan salah satu teknik audit yang biayanya cukup
rendah. Observasi umumnya dilakukan oleh auditor dengan sejumlah prosedur audit
yang lainnya.
Contoh observasi yang berkaitan dengan piutang adalah observasi yang dilakukan
untuk menilai pengendalian intern pada siklus penjualan dan penagihan. Pada siklus ini,
auditor dapat melakukan observasi apakah ada pemisahan fungsi antara fungsi penjualan,
fungsi otorisasi kredit, fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas serta fungsi
pencatatan. Selain itu, auditor dapat melakukan observasi apakah kredit harus diotorisasi
dengan tepat sebelum penjualan dilakukan dan apakah barang dikirim setelah otorisasi
diberikan. Contoh lain adalah auditor dapaat mengobservasi apakah laporan bulanan
telah dikirimkan kepada pelanggan agar dapat mendorong pelanggan untuk segera
merespon jika ada saldo yang dinyatakan tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai