Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK-TEKNIK AUDIT

Oleh:

Nama NIM

1. Nyoman P. Uttari Candra Dewi 1902622010359


2. Ni Made Sapnawati 1902622010385

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PRODI AKUNTANSI

TAHUN 2021
1.1 Memahami Penerapan Teknik-Teknik Audit
 Teknik Audit
Teknik-teknik audit seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan,
menganalisis, melakukan verifikasi, menginvestigasi dan mengevaluasi diterapkan pada
berbagai kondisi. Teknik-teknik tersebut dapat digunakan terpisah maupun bersamaan
atau gabungan. Kebanyakan penugasan audit akan dilakukan dalam satu dari empat
bentuk, yaitu : audit fungsional, audit organisasional, studi manajemen, serta audit atas
program.
 Audit Fungsional
Audit fungsional adalah audit yang mengikuti proses dari awal hingga akhir serta
melintasi lini organisasi. Audit ini cenderung menitikberatkan pada operasi dan proses
dibandingkan pada administrasi dan personel yang ada di dalam organisasi. Audit
fungsional memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding jenis audit lainnya, hal ini
dikarenakan audit fungsional mencakup semua aspek yang ada di perusahaan. Adapun
manfaat audit fungsional bagi manajemen adalah : berbagai pandangan bisa
diidentifikasi, kemcetan bisa ditemukan, tujuan-tujuan yang berbeda bisa direkonsiliasi,
duplikasi dapat diketahui, serta akuntabilitas dapat didefinisikan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai auditor internal, auditor harus bertindak
sebagai pihak yang generalis dan bukan spesialis, sehingga diharapkan auditor mampu
menghadapi berbagai lini organisasi. Oleh karena itu manajemen senior mengharapkan
auditor, dalam semua penugasannya, memiliki karakteristik :
 Menguasai teknik-teknik audit internal.
 Mampu menetapkab sumber-sumber informasi faktual.
 Memiliki kapasitas untuk secara mendalam menganalisis informasi yang diterima.
 Memiliki kemampuan untuk membuat rekomendasi berdasarkan bukti-bukti yang
kuat.
 Memiliki sifat bersungguh-sungguh, penuh integritas, dan rendah hati dalam
melakukan semua penugasan audit.
 Audit Organisasional
Dalam audit organisasional yang diperhatikan tidak hanya aktivvitas dalam
organisasi saja, tetapi juga kontrol administratif yang digunakan untuk memastikan
bahwa aktivvitas tersebut berjalan dengan lancar. Dalam melaksanakan audit
organisasional, maka auditor harus memastikan bahwa prinsip kontrol manajemen sudah
diterapkan. Hal-hal yang harus dipahami auditor internal dalam melakukan audit
organisasional adalah :
 Mengetahui gambaran yang lengkap mengenai perusahaan misalnya struktur
organisasi, untuk mengetahui alur kewenangan di dalam perusahaan.
 Mengetahui prinsip-prinsip perencanaan, yaitu harus mengetahui tentang
penetapan tujuan, prosedur, kebijakan, pengevalluasian rencana, dan lain-lain.
 Mengetahui prinsip-prinsip pengarahan, yaitu kepemimpinan, motivvasi, dan
komunikasi.
 Menelaah produktivitas, yaitu efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada manajer. Untuk menilai produktivitas, maka auditor
internal harus mempelajari tujuan dari produktivitas organisasi. Caranya yaitu
dengan:
 Mengidentifikasi tujuan produktivitas
 Menetapkan tujuan atau sasaran-sasaran kkuantitatif untuk dapt mengukur
produktivitas secara objektif.
 Merancang pengukuran yang sesuai dan memutuskan informasi yang
dibutuhkan.

1.2 Memahami Studi dan Konsultasi Manajemen


Audit fungsional dan organisasional membentuk kerangka kerja program audit jangka
panjang. Setiap jenis audit umumnya akan diulang pada jangka waktu tertentu. Setiap
organisasi membutuhkan konsultasn luar untuk melakukan studi manajemen, membuat
evaluasi, dan menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki masalah organisasi.
Standar Implementasi 2010.C1 menyatakan bahwa : “Kepala bagian audit harus
mempertimbangkan diterimanya penugasan konsultasi yang diusulkan berdasarkan potensi
yang ada dalam penugasan untuk meningkatkan pengelolaan risiko, menambah nilai, dan
meningkatkan potensi organisasi ..”
Setiap bulan manajer audit bisa memberikan laporan kemajuan ke manajemen eksekutif
mengenai status studi tersebut. Laporan tersebut bisa berisi :
 Identifikasi studi manajemen yang sedang dilakukan
 Ringkassan sejumlah memorandum studi manajemen yang dikeluarkan dan
statusnya
 Identifikasi masalah-masalah yang lebih penting
 Diskusi secara umum mengenai pekerjaan
 Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studi.

1.3 Bentuk Bukti Audit


1. Sifat Bukti Audit
Bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor internalmelalui
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus
mempunyai dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit
terdiri dari :
a. Bukti fisik
Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan orang, property, dan kejadian.Bukti
ini dapat berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat atau oleh foto,bagan, peta,
grafik (bukti grafik bersifat persuasive), atau gambar lainnya.
b. Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai
jawaban atas pertanyaan. Bukti ini tidak bersifat menyimpulkan, jikadimungkinkan
masih harus didukung oleh dokumentasi.
c. Bukti Dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang paling
biasa. Dokumen bisa eksternal (mencakup surat atau memorandum yang diterima
pleh klien, faktur dari pemasok, dan lembar pengemasan) maupun internal dokumen
yang dibuat dalam organisasi klien mencakup catatan akuntansi, salinan
korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui email,dll). Sumber bukti
dokumen mempengaruhi keandalannya, sebuah dokumen eksternal yang diperoleh
langsung dari sumbernya lebih andal dibandingkan dokumen yang didapat dari klien.
d. Bukti Analitis
Bukti analitis (analitycal evidence) berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber bukti
ini adalah perhitungan, perbandingan dengan standar yang ditetapkan,operasi masa
lalu, operasi yang serupa, dan hukum atau regulasi, pertimbangankewajaran, dan
informasi yang telah dipecah ke dalam bagian-bagian kecil.

2. Standar-standar Bukti Audit


Semua bukti audit harus memenuhi 3 uji yaitu :
a. Kecukupan
Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai dan meyakinkansehingga bisa
menuntun orang yang memiliki sifat hati – hati untuk mengambilkesimpulan yang
sama dengan auditor.
b. Kompetensi
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal, bukti tersebut haruslah yang terbaik
yang dapat diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan salinannya,
pernyataan lisan yang menguatkan adalah lebih kompeten daripernyataan biasa, bukti
langsung lebih andal dibandingkan bukti kabar angin.
c. Relevansi
Mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunaannya. Fakta danopini
yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal suatu masalah harusmemiliki
hubungan logis dan masuk akal dengan masalah tersebut.

1.4 Penanganan Bukti yang Sensitif


Harus terdapat rencana yang dibuat untuk menangani dan mengamankan bahan-bahan
yang sensitif, rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga integritas dokumen yang
harus dipisahkan dari dokumen kertas kerja biasa dan harus disimpan dalama lemari terkunci
atau kotak penyimpanan yang aman, penyimpanan juga dapat dilakukan di lokasi luar.
Selain itu perlu mengamankan infoemasi bukti terkomputerisasi untuk menghindari akses
ke bentuk aslinya. Metode penyajian tambahan adalah mengembangkan dokumen-dokumen
pendukung yang disimpan pada lokasi selain lokasi penyimpanan catatan atau dokumen asli.

1.5 Pekerjaan Lapangan dalam Lingkungan Berteknologi Tinggi


Karena sistem informasi terkait erat dngan pemrosesan tepat waktu, auditor menghadapi
komplikasi yang biasanya tidak ditemukan pada sistem yang lama. Komplikasi ini makin
luas bila perusahaan menerapkan system untuk perusahaan secara keseluruhan (enterprise
wide systems) yang memiliki potensi mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis perusahaan
mulai dari pemasaran hingga manufaktur dan logistik hingga ke sumber daya dan pelaporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/147307034/Pekerjaan-Lapangan-II
http://kriwuull.blogspot.com/2018/09/internal-audit-bab-7.html

Anda mungkin juga menyukai